• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Sumber: (diakses 15 April 2012)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Sumber: (diakses 15 April 2012)"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 PT Medco Energi Internasional Tbk.

PT Medco Energi Internasional Tbk didirikan dalam kerangka UU Penanaman Modal Dalam Negeri No. 6/1968 yang telah diubah menjadi UU No. 12/1970, berdasarkan Akta Notaris No. 19 oleh Imas Fatimah, S.H. pada tanggal 9 Juni tahun 1980 sebagai perusahaan kontraktor pengeboran swasta Indonesia. PT Medco Energi Internasional Tbk, yang selanjutnya disebut perusahaan, telah berubah nama sebanyak tiga kali, dari PT Meta Epsi Pribumi Drilling Company pada saat pendiriannya (1980) menjadi PT Medco Energi Corporation sebelum Penawaran Perdana Saham ke Publik pada tahun 1994, dan terakhir berubah menjadi PT Medco Energi Internasional Tbk pada tahun 2000 sebagai tindak lanjut dari selesainya restrukturisasi utang pada akhir tahun 1999. Perusahaan memulai usahanya sebagai penyedia jasa pengeboran anjungan dan merupakan kontraktor pengeboran swasta Indonesia pertama. Logo perusahaan dapat dilihat pada Gambar 1.1.

Gambar 1.1 Logo PT Medco Energi Internasional Tbk.

Sumber: www.medcoenergi.com (diakses 15 April 2012)

Saat ini, perusahaan telah tumbuh menjadi kelompok usaha yang maju, dengan berkantor pusat di Indonesia, dan bergerak di sektor energi

(2)

terpadu dengan fokus pada Industri Eksplorasi dan Produksi Minyak dan Gas (E&P Migas), Ketenagalistrikan dan Industri Hilir.

Pada 12 Oktober 1994, perusahaan mencatatkan diri sebagai perusahaan publik di Bursa Efek Indonesia dengan kode “MEDC”. Hingga saat ini, perusahaan telah mengembangkan wilayah operasinya dari Indonesia ke wilayah Oman, Yaman, Libya dan Amerika Serikat.

A. Visi, Misi dan Strategi PT Medco Energi Internasional Tbk. Visi

Menjadi perusahaan energi pilihan bagi investor, pemegang saham, mitra kerja, karyawan serta masyarakat umum

Misi

Mengembangkan potensi sumber daya energi menjadi portofolio investasi yang menguntungkan, dilaksanakan dengan benar dan bertanggung-jawab

Strategi Usaha

1. Terus memperkuat portofolio dari aset produksi, termasuk melalui akuisisi

2. Meningkatkan indeks jangka waktu cadangan dengan melakukan kegiatan eksplorasi yang berkualitas tinggi

3. Menyelesaikan seluruh Proyek Utama sesuai rencana

4. Mempercepat pertumbuhan aset terkait lainnya melalui kemitraan

1.1.2 PT Energi Mega Persada Tbk.

PT Energi Mega Persada Tbk adalah sebuah perusahaan berbasis pertambangan di Indonesia yang lebih dikenal sebagai produsen, pengembang dan pengeksplor dalam sektor hulu minyak dan gas bumi. PT Energi Mega Persada Tbk, yang selanjutnya disebut perusahaan, didirikan berdasarkan

(3)

Akta Notaris No. 16 tanggal 16 Oktober 2001 dari H. Rakhmat Syamsul Rizal, S.H.

Sesuai dengan Pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, maksud dan tujuan perusahaan antara lain adalah menjalankan usaha dalam bidang perdagangan, jasa dan pertambangan, serta jasa manajemen di bidang pertambangan minyak dan gas bumi. Saat ini, perusahaan bergerak dalam bidang eksplorasi dan perdagangan minyak dan gas bumi.

Perusahaan memiliki beberapa anak perusahaan yang terlibat dalam eksplorasi minyak dan gas, dengan pusat aktivitas yang berada di Kepulauan Kangean, Provinsi Jawa Barat, Jawa Timur, Riau, Jambi, Sumatera Utara, Kalimantan Timur dan Laut Timor Nusa Tenggara Timur. Logo perusahaan dapat dilihat pada Gambar 1.2.

Gambar 1.2 Logo PT Energi Mega Persada Tbk.

Sumber: www.energi-mp.com (diakses 15 April 2012)

Pada Februari 2004, perusahaan mengakuisisi PT Imbang Tata Alam (ITA) yang mengusai 26,03% working interest di KKS Malacca Strait. Kondur dan ITA bersama-sama memiliki 60,49% working interest di KKS Malacca Strait. Sebulan kemudian, perusahaan juga mengakuisisi Kalila Energy Ltd. (KEL) dan Pan Asia Enterprise Ltd. (PAN), menjadi pemilik langsung 100% Lapindo Brantas Inc. (Lapindo). Lapindo memiliki 50% working interest dan merupakan operator KKS Brantas. Pada Juni 2004, perusahaan secara resmi tercatat di Bursa Efek Jakarta dengan kode saham “ENRG”.

(4)

A. Visi dan Strategi PT Energi Mega Persada Tbk. Visi

Menjadi Perusahaan Eksplorasi dan Produksi Minyak dan Gas independen terkemuka di Asia. Menerapkan keunggulan dalam kesehatan, keselamatan kerja dan lingkungan, menjunjung tinggi tata kelola perusahaan yang baik, dan berkontribusi dalam pengembangan komunitas

Strategi perusahaan

1. Membentuk sumber daya manusia yang handal dan memiliki kinerja tinggi

2. Mendorong pertumbuhan Perseroan secara organik melalui kegiatan eksplorasi dan pengembangan dari portofolio yang sudah ada 3. Mempercepat pertumbuhan melalui akuisisi strategis dengan

mengakuisisi aset yang mempunyai harga kompetitif, berada di lokasi strategis serta memiliki prospek cadangan dan sumber daya yang baik

4. Meningkatkan keunggulan operasi untuk semua kegiatan utama Perseroan

5. Memproduksi sejumlah besar cadangan minyak dan gas 6. Meningkatkan produksi minyak dan gas yang telah dimiliki

(5)

1.2 Latar Belakang Penelitian

Indonesia dikenal sebagai Negara yang kaya akan sumber daya alamnya. Fakta tersebut ditunjukkan dengan keanekaragaman sumber daya alam yang dimiliki, mulai dari sumber daya alam hayati hingga non hayati. Sehingga, tidak salah ketika Indonesia ditetapkan sebagai Negara dengan tingkat sumber daya alam hayati (biodiversitas) tertinggi kedua di dunia setelah Brazil. (Utomo, 2012).

Selain tingginya tingkat sumber daya alam hayati yang dimiliki, beberapa daerah di Indonesia juga dikenal sebagai penghasil berbagai macam bahan tambang, seperti batu bara, tembaga, timah, bauksit, gas alam, petroleum, nikel, emas dan perak. Berbagai macam bahan tambang tersebut dikategorikan sebagai sumber daya alam non hayati yang selanjutnya dibagi ke dalam dua jenis, yaitu sumber daya minyak dan gas bumi (migas) serta non migas.

Sepanjang perjalanan bangsa Indonesia, migas memiliki peran yang sangat penting dan strategis. Peran penting dalam hal ini karena migas menyangkut hajat hidup orang banyak dan strategis karena migas merupakan sumber energi bagi kegiatan ekonomi nasional, di samping sebagai sumber penghasil devisa Negara.

Salah satu peran nyata sektor migas dalam menyokong perekonomian Negara adalah sebagai komoditas ekspor. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor Indonesia pada Mei 2012 mengalami peningkatan sebesar 3,41% dibanding April 2012, yaitu dari US$16.173,2 juta menjadi US$16.724,8 juta. Peningkatan ekspor pada bulan Mei 2012 salah satunya disebabkan oleh meningkatnya ekspor migas yang naik sebesar 1,33% dari US$3.560,7 juta menjadi US$3.608,2 juta.

Sedangkan, jika dilihat pada struktur nilai ekspor keseluruhan selama Januari hingga Mei 2012, ekspor migas memberikan kontribusinya sebesar

(6)

21,07%. Untuk lebih jelasnya, struktur nilai ekspor dapat dilihat pada Gambar 1.3 berikut ini:

Gambar 1.3 Struktur Nilai Ekspor Indonesia

Sumber: www.bps.go.id (diakses 15 Juli 2012)

Berdasarkan Gambar 1.3 di atas, maka dapat dikatakan pula bahwa sektor migas merupakan sektor terbesar kedua penyumbang nilai ekspor setelah sektor industri yang menyumbang sebesar 59,01%. Oleh karena itu, besarnya peran sektor migas dalam menyokong perekonomian Indonesia memang tidak boleh dikesampingkan.

Catatan sejarah mengungkapkan bahwa pengelolaan minyak bumi di Indonesia termasuk yang tertua di dunia. Menurut Barletlett et al. (Kuncoro et al., 2009:11), usaha pengeboran minyak bumi di Indonesia pertama kali dilakukan di Cibodas oleh Reerink pada tahun 1871, atau 12 tahun setelah pengeboran minyak bumi pertama dunia di Pennsylvania.

Pada masa pra kemerdekaan, pencarian minyak bumi secara komersial dilakukan pertama kali pada tahun 1871 oleh pengusaha Belanda Jan Reerink. Namun, hingga tahun 1874, empat sumur minyak bumi yang digali tidak memberikan hasil secara komersial, sehingga berakhir pada

Struktur Nilai Ekspor Januari - Mei 2012

Industri 59,01% Tambang 17,37% Migas 21,07% Pertanian 2,55%

(7)

penutupan usahanya. Pada tahun 1883, Aeilko Jans Zijlker, pimpinan perkebunan tembakau di Hindia Belanda wilayah Langkat (Sumatera Utara) secara tidak sengaja menemukan sumur minyak bumi. Namun, setelah dilakukan pengeboran ternyata sumur tersebut tidak menghasilkan minyak bumi seperti yang telah diperkirakan. Baru pada tahun 1885 (Kuncoro et al., 2009:12), Zijlker berhasil menemukan minyak pada saat membangun sumur kedua di Telaga Tunggal yang akhirnya dapat dikelola secara komersial. Temuan inilah yang menjadi pangkal berdirinya Royal Dutch Petroleum Company yang memproduksi, mengolah dan memasarkan minyak bumi. Sejak saat itu, pencarian minyak bumi diteruskan ke berbagai wilayah Nusantara. Dalam hal pencarian gas, biasanya bersamaan dengan kegiatan eksplorasi minyak bumi, baik ditemukan dalam bentuk associated gas maupun non-associated gas. (Hartono, 2009:67).

Pada zaman pendudukan Jepang, usaha yang dilakukan umumnya adalah merehabilitasi lapangan dan sumur yang rusak akibat bumi hangus atau pengeboman akibat perpindahan kekuasaan. Ketika terjadi kekosongan kekuasaaan sesaat setelah Jepang menyerah kepada Sekutu, barulah ladang-ladang minyak yang ada diambil alih oleh pihak Indonesia dan dinyatakan sebagai hak milik rakyat secara mutlak. Tidak lama setelah itu, muncul berbagai perusahaan minyak pribumi yang diorganisir oleh kelompok yang menamakan dirinya sebagai Laskar Minyak. Mereka adalah bekas karyawan perusahaan-perusahaan minyak bumi di masa Hindia Belanda atau pada masa pendudukan Jepang yang secara inherent memiliki keahlian dan menguasai proses produksi. Sejak diberikannya kekuasaan bagi Negara untuk menguasai tambang-tambang migas, mendorong terbentuknya perusahaan-perusahaan di bidang pengeksplorasian, pengeboran serta pengembangan migas baik yang dikelola oleh pemerintah maupun swasta.

(8)

Hingga tahun 2012, terdapat enam perusahaan yang bergerak di sektor migas yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Daftar perusahaan migas yang telah terdaftar tersebut disajikan pada Tabel 1.1 berikut ini:

Tabel 1.1

Daftar Perusahaan Pertambangan Sub Sektor Minyak dan Gas Bumi (terdaftar di Bursa Efek Indonesia hingga tahun 2012)

No. Nama Perusahaan

1. PT Benakat Petroleum Energy Tbk. 2. PT Elnusa Tbk.

3. PT Energi Mega Persada Tbk. 4. PT Medco Energi Internasional Tbk. 5. PT Radiant Utama Interinsco Tbk. 6. PT Ratu Prabu Energi Tbk. Sumber: www.idx.co.id (diakses 15 April 2012)

Pada hakikatnya, semua perusahaan berdiri karena memiliki suatu tujuan. Secara umum, tujuan tersebut dapat dibedakan menjadi tujuan ekonomis dan tujuan sosial. Tujuan ekonomis sendiri berkenaan dengan upaya perusahaan untuk mempertahankan eksistensinya. Dalam hal ini, perusahaan berupaya menciptakan serta memaksimalkan laba, menciptakan pelanggan, dan menjalankan upaya-upaya pengembangan dengan memusatkan perhatian pada kebutuhan masyarakat dalam hal produk yang dihasilkan. (Fuad et al, 2006:22). Meskipun upaya memaksimalkan laba merupakan tujuan yang logis dan umum bagi setiap perusahaan, akan tetapi semua pakar keuangan korporasi sepakat bahwa tujuan perusahaan dalam perspektif manajemen keuangan bukanlah memaksimalkan laba, melainkan memaksimalkan kekayaan pemegang saham (stockholder’s wealth) atau memaksimalkan nilai perusahaan (value of the firm). (Mardiyanto 2009:5).

(9)

Semua tujuan pada dasarnya bisa tercapai apabila perusahaan dapat mengelola setiap aktivitas bisnisnya dengan baik. Selain dituntut untuk mampu melihat dan membaca situasi lingkungan, perusahaan juga diharapkan mampu melakukan pengelolaan terhadap fungsi-fungsi manajemen, baik di bidang pemasaran, produksi, sumber daya manusia dan keuangan dengan baik agar dapat unggul dalam persaingan yang dihadapinya. Jika tidak, perusahaan nantinya akan mengalami kesulitan dalam menghadapi tingkat persaingan usaha yang semakin tinggi, di mana pada akhirnya dapat mempersulit perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya.

Dalam melakukan semua aktivitasnya, setiap perusahaan pasti membutuhkan dana. Terlebih lagi dengan perusahaan yang bergerak di sektor pertambangan, khususnya minyak dan gas bumi yang merupakan perusahaan dengan tingkat kebutuhan dana yang tinggi, sehingga dikenal sebagai high capital corporation. Hal ini dikarenakan aktivitas operasionalnya yang tinggi dan cenderung lama untuk dapat menghasilkan minyak dan gas bumi. Sehingga, dana yang dibutuhkan harus dapat tersedia kapan saja ketika perusahaan ingin menggunakannya, karena ketidaktersediaan dana dapat memicu terganggunya aktivitas atau kegiatan perusahaan. Oleh sebab itu, peran manajemen keuangan sangat penting bagi perusahaan dikarenakan ruang lingkupnya yang mencakup akan keputusan pendanaan.

Pengelolaan terhadap dana merupakan suatu hal yang penting untuk dilakukan perusahaan. Pengelolaan dana mencakup bagaimana manajemen memperoleh sumber dana yang efisien dan mengalokasikannya atau menginvestasikannya secara efektif.

Secara umum, kebutuhan akan dana dapat dipenuhi dari berbagai sumber, yaitu eksternal maupun internal perusahaan (financing activities). Sumber dana eksternal merupakan sumber dana dari luar perusahaan seperti utang bank, utang pihak ketiga atau penerbitan surat berharga. Sedangkan,

(10)

sumber dana internal berasal dari dalam perusahaan itu sendiri, seperti penambahan modal pemilik dan laba ditahan. (Herprasetyo, 2009:15).

Pada dasarnya, aktivitas pemenuhan dan penggunaan dana menyangkut keseimbangan finansial di dalam perusahaan, yakni keseimbangan antara pasiva (sisi kanan) dengan aktiva (sisi kiri) yang digambarkan dalam neraca (balance sheet). Dalam mengelola pemenuhan dana perusahaan, manajer harus mampu menentukan proporsi antara penggunaan utang atau modal sendiri. Proporsi tersebut dapat dikatakan sebagai struktur keuangan (financial structure). Akan tetapi, salah satu faktor yang membuat suatu perusahaan memiliki daya saing dalam jangka panjang adalah faktor kuatnya struktur modal yang dimiliki

.

Dalam keseharian, pemahaman mengenai struktur keuangan (financial structure) dan struktur modal (capital structure) sering kali tertukar. Menurut Kamaludin (2011:305), struktur keuangan (financial structure) merupakan kombinasi seluruh sumber pembiayaan antara utang jangka pendek, utang jangka panjang, saham preferen dan saham biasa atau kombinasi antara sumber pembiayaan jangka pendek dan jangka panjang. Sedangkan, struktur modal (capital structure) adalah kombinasi atau bauran sumber pembiayaan jangka panjang. Hal serupa juga diungkapkan oleh Weston dan Copeland (Fahmi, 2012:179) dengan menyatakan bahwa “capital structure or the capitalization of the firm is the permanent financing represented by long term debt, preferred stock and shareholder’s equity”. Sehingga, dapat ditarik kesimpulan bahwa struktur modal merupakan gambaran dari bentuk proporsi finansial perusahaan yaitu antara modal yang bersumber dari utang jangka panjang (long term debt) dan modal sendiri (shareholder’s equity) yang menjadi sumber pembiayaan jangka panjang bagi perusahaan.

(11)

Walaupun utang dan modal sendiri pada hakikatnya berbeda, tetapi mereka saling melengkapi antara satu dengan yang lainnya sebagai sumber pendanaan. Sehingga, keputusan akan komposisi struktur modal dianggap penting, karena dapat berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Hal ini dikarenakan keadaan struktur modal akan berakibat langsung pada posisi keuangan yang akhirnya dapat berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Seperti yang dinyatakan oleh Fahmi (2012:185) ketika penggunaan modal dari pinjaman akan meningkatkan risiko keuangan, berupa biaya bunga yang harus dibayar, walaupun perusahaan sedang mengalami kerugian. Sehingga, keputusan dalam menentukan komposisi sumber-sumber pendanaan yang digunakan untuk memperkuat struktur modal perusahaan tidak dapat dilihat sebagai keputusan yang sederhana, namun memiliki implikasi kuat terhadap apa yang akan terjadi di masa yang akan datang.

Keputusan dalam menentukan komposisi struktur modal juga dapat mendatangkan dilema bagi manajer keuangan. Hal tersebut dapat terjadi karena manajer harus mampu menghimpun dana, baik yang berasal dari dalam perusahaan maupun dari luar perusahaan secara efisien, dalam artian keputusan pendanaan tersebut merupakan keputusan pendanaan yang mampu meminimalkan biaya modal yang nantinya harus ditanggung oleh perusahaan. Menurut Sugiono (2008:150), biaya modal (cost of capital) adalah tingkat pengembalian yang harus dihasilkan oleh perusahaan atas investasi proyek untuk mempertahankan nilai pasar sahamnya. Sehingga, biaya modal yang timbul dari setiap keputusan pendanaan merupakan konsekuensi yang langsung timbul dari keputusan yang dilakukan oleh manajer.

Pada dasarnya, modal yang digunakan perusahaan selalu mempunyai biaya. Biaya tersebut dapat bersifat eksplisit (artinya nampak dan dibayar oleh perusahaan), tetapi bisa juga bersifat implisit (tidak nampak, bersifat opportunistic atau disyaratkan oleh pemodal), bagi dana yang berbentuk

(12)

utang, maka biaya dana mudah diidentifikasikan, yaitu biaya bunganya. Sedangkan bagi dana berbentuk modal sendiri, biaya dananya tidak nampak. Meskipun demikian, tidak berarti bahwa biaya dananya lebih murah dari dana dalam bentuk utang. Biaya dana (cost of capital) untuk dana dalam bentuk modal sendiri merupakan tingkat keuntungan yang diisyaratkan oleh pemilik dana tersebut sebelum mereka menyerahkan dananya ke perusahaan. Tingkat keuntungan ini belum tentu lebih kecil apabila dibandingkan dengan bunga pinjaman. (Husnan & Pudjiastuti, 2006).

Keputusan pendanaan yang tidak cermat pada akhirnya akan menimbulkan biaya tetap dalam bentuk biaya modal yang tinggi, yang selanjutnya dapat berakibat pada rendahnya profitabilitas perusahaan. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian Kodrat (2009) yang menyatakan bahwa penggunaan utang baik jangka pendek maupun jangka panjang berpengaruh terhadap penurunan profitabilitas. Akan tetapi, bukan berarti perusahaan tidak boleh menggunakan utang sebagai sumber pendanaannya, hanya saja setiap keputusan dalam menentukan komposisi sumber dana harus dipikirkan secara matang terhadap implikasinya, karena pada intinya tujuan dari pembentukan struktur modal adalah untuk memadukan sumber-sumber pendanaan yang bersifat permanen. Oleh sebab itu, sangat penting melakukan keputusan dalam penentuan struktur modal secara cermat, dikarenakan adanya pilihan kebutuhan antara memaksimalkan return (meminimalkan biaya modal) dengan kemampuan perusahaan dalam menghadapi lingkungan bisnis yang kompetitif.

Sehingga, dapat dipahami bahwa penentuan dalam penggunaan utang dan modal sendiri merupakan salah satu keputusan keuangan yang penting bagi setiap perusahaan, di mana penentuan tersebut pada akhirnya akan mempengaruhi nilai perusahaan. Nilai perusahaan sendiri diperoleh dari hasil kualitas kinerja suatu perusahaan khususnya kinerja keuangan (financial

(13)

performance). Di sisi lain, penentuan struktur modal akan berakibat pada posisi keuangan perusahaan yang pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja keuangan. Oleh karena itu, struktur modal telah dijadikan bahasan yang sangat menarik dalam ranah manajemen keuangan selama kurun waktu lima dekade terakhir, di mana telah menghasilkan beberapa teori dan penemuan lain mengenainya.

Pada akhirnya, perusahaan dituntut untuk mampu menentukan tingkat struktur modal yang optimal. Struktur modal yang optimal adalah tingkat bauran antara utang dan modal sendiri yang dapat memaksimumkan nilai perusahaan atau meningkatkan kesejahteraan para pemegang saham. Dalam upaya mengoptimalkannya, pihak manajemen biasanya mempertimbangkan beberapa faktor yang dijadikan landasan dalam menentukan komposisi pembiayaan jangka panjangnya. Faktor-faktor tersebut dapat membantu pihak manajemen dalam menentukan keputusan untuk lebih banyak menggunakan utang atau modal sendiri pada struktur modalnya.

Menurut Brigham dan Houston (2006:7), terdapat empat faktor utama yang mempengaruhi keputusan struktur modal, yaitu: (1) Risiko bisnis. (2) Posisi perpajakan perusahaan. (3) Fleksibilitas keuangan, atau kemampuan untuk memperoleh modal dengan persyaratan yang wajar dalam kondisi yang buruk. (4) Konservatisme atau keagresifan manajemen.

Sedangkan, faktor-faktor yang umumnya dijadikan pertimbangan perusahaan menurut Kamaludin (2011:324) adalah: (1) Stabilitas penjualan. (2) Struktur aktiva. (3) Leverage operasi. (4) Tingkat pertumbuhan. (5) Profitabilitas. (6) Pajak. (7) Pengendalian. (8) Sikap manajemen. (9) Sikap pemberi pinjaman dan lembaga penilai peringkat. (10) Kondisi pasar keuangan. (11) Fleksibilitas keuangan.

Banyaknya faktor yang dianggap berpengaruh terhadap keputusan struktur modal mendorong dilakukannya berbagai penelitian, guna mencari

(14)

faktor-faktor lain yang diasumsikan juga mampu mempengaruhi keputusan struktur modal suatu perusahaan. Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Ahmad et al. (2011), Dawood et al. (2011), Icke dan Ivgen (2011), Mandaci (2009) serta Sheikh dan Wang (2010) yang mengarahkan penelitiannya untuk menguji pengaruh faktor likuiditas terhadap struktur modal pada perusahaan yang diteliti dikarenakan perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas yang tinggi akan cenderung menggunakan utang yang lebih banyak sebab memiliki kemampuan untuk membayar kewajibannya secara tepat waktu.

Selain itu, banyak penelitian yang juga diarahkan untuk mencari pengaruh faktor lain terhadap struktur modal, seperti ukuran perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari penelitian yang dilakukan oleh Ahmed et al. (2010), Al-Qudah (2011), Aurangzeb dan ul Haq (2012), Dawood et al. (2011), serta Ramlall (2009) yang menghasilkan bahwa ukuran perusahaan memang memiliki pengaruh terhadap struktur modal perusahaan dikarenakan perusahaan berukuran besar dianggap memiliki kemampuan dan fleksibilitas yang lebih untuk mengakses sumber dana, sehingga cenderung untuk meningkatkan utangnya.

Selain itu, penelitian juga dilakukan untuk mengetahui secara pasti bagaimana sebenarnya pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap keputusan dalam menentukan struktur modal bagi perusahaan. Hal ini dikarenakan, bahwa penentuan komposisi struktur modal merupakan suatu kebijakan perusahaan, sehingga faktor-faktor yang melandasi keputusan tersebut akan berbeda pada setiap perusahaan. Atau dengan kata lain, faktor yang dianggap berpengaruh pada keputusan struktur modal suatu perusahaan belum tentu berpengaruh juga terhadap pengambilan keputusan pada perusahaan lain.

Faktor-faktor yang dianggap memiliki pengaruh terhadap struktur modal memang telah diperdebatkan selama bertahun-tahun, dan masih

(15)

menjadi salah satu masalah utama yang belum terpecahkan dalam literatur manajemen keuangan perusahaan, hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya penelitian ilmiah yang dilakukan oleh para peneliti di seluruh dunia. Jika ditilik dari segi keilmuan mengenai struktur modal, banyak hal yang dapat dijadikan bahan penelitian. Akan tetapi, dari banyaknya bahasan lain dalam ranah struktur modal, faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal menjadi salah satu bahasan yang menarik bagi para peneliti hingga saat ini.

Berdasarkan pada fenomena-fenomena yang telah diungkapkan di atas, maka pengujian terhadap faktor-faktor yang dianggap mempengaruhi keputusan struktur modal (determinant of capital structure) harus terus dilakukan, guna memperkuat teori atau asumsi yang telah ada, sehingga pada akhirnya dapat menghasilkan teori yang pasti. Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk menganalis lebih lanjut hubungan faktor-faktor yang telah disebutkan sebelumnya, yaitu: profitabilitas, struktur aktiva, pertumbuhan penjualan, likuiditas dan ukuran perusahaan terhadap struktur modal perusahaan-perusahaan migas yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hal ini dikarenakan tipikal perusahaan migas yang merupakan high risk, high capital dan high technology. Sehingga, penelitian untuk mencari tahu pengaruh faktor-faktor di atas terhadap keputusan struktur modal dianggap sesuai untuk diterapkan pada perusahaan sektor migas. Untuk pemilihan periode pengamatan, peneliti memutuskan untuk menggunakan periode lima tahunan, yaitu lima tahun ke belakang dimulai dari tahun 2007 hingga 2011. Sehingga, perusahaan yang dapat dijadikan objek penelitian adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode penelitian dan menerbitkan data laporan keuangan secara lengkap. Oleh karena itu, hanya terdapat dua perusahaan yang dapat dijadikan objek penelitian ini, yaitu PT Medco Energi Internasional Tbk dan PT Energi Mega Persada Tbk.

(16)

Berdasarkan hal-hal yang telah disebutkan di atas, maka penulis mengambil judul penelitian :

“Analisis Pengaruh Profitabilitas, Struktur Aktiva, Pertumbuhan Penjualan, Likuiditas dan Ukuran Perusahaan terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Pertambangan Sub Sektor Minyak dan Gas Bumi periode 2007-2011” (Studi di PT Medco Energi Internasional Tbk. dan PT Energi Mega Persada Tbk.)

1.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka rumusan pokok masalah yang dapat diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana perkembangan profitabilitas, struktur aktiva, pertumbuhan penjualan, likuiditas dan ukuran perusahaan pada PT Medco Energi Internasional Tbk. dan PT Energi Mega Persada Tbk. periode 2007-2011?

2. Bagaimana perkembangan proporsi struktur modal perusahaan pada PT Medco Energi Internasional Tbk. dan PT Energi Mega Persada Tbk. periode 2007-2011?

3. Bagaimana pengaruh profitabilitas, struktur aktiva, pertumbuhan penjualan, likuiditas dan ukuran perusahaan secara simultan terhadap struktur modal pada PT Medco Energi Internasional Tbk. dan PT Energi Mega Persada Tbk. periode 2007-2011?

4. Bagaimana pengaruh profitabilitas, struktur aktiva, pertumbuhan penjualan, likuiditas dan ukuran perusahaan secara parsial terhadap struktur modal pada PT Medco Energi Internasional Tbk. dan PT Energi Mega Persada Tbk. periode 2007-2011?

(17)

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka dapat disimpulkan tujuan dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Mengetahui perkembangan profitabilitas, struktur aktiva, pertumbuhan penjualan, likuiditas dan ukuran perusahaan pada PT Medco Energi Internasional Tbk. dan PT Energi Mega Persada Tbk. periode 2007-2011.

2. Mengetahui perkembangan proporsi struktur modal perusahaan pada PT Medco Energi Internasional Tbk. dan PT Energi Mega Persada Tbk. periode 2007-2011.

3. Mengetahui bagaimana pengaruh profitabilitas, struktur aktiva, pertumbuhan penjualan, likuiditas dan ukuran perusahaan secara simultan terhadap struktur modal pada PT Medco Energi Internasional Tbk. dan PT Energi Mega Persada Tbk. periode 2007-2011.

4. Mengetahui bagaimana pengaruh profitabilitas, struktur aktiva, pertumbuhan penjualan, likuiditas dan ukuran perusahaan secara parsial terhadap struktur modal pada PT Medco Energi Internasional Tbk. dan PT Energi Mega Persada Tbk. periode 2007-2011.

1.5 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi kegunaan baik secara teoritis maupun praktis sebagai berikut:

1. Bagi ilmu pengetahuan

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap ilmu pengetahuan, khususnya pada kajian manajemen keuangan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal perusahaan.

(18)

2. Bagi penelitian selanjutnya

Penelitian ini menyediakan informasi bagi penelitian selanjutnya mengenai hal-hal yang berhubungan dengan kajian di bidang yang sama.

3. Bagi perusahaan

Hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan masukan dalam membuat kebijakan dan keputusan bisnis. 4. Bagi calon investor dan pemegang saham

Bagi investor diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk melakukan keputusan investasi. Sedangkan, bagi pemegang saham dapat dijadikan bahan dalam menilai keputusan pendanaan yang dilakukan oleh pihak manajemen.

1.6 Sistematika Penulisan BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisi penjelasan umum, ringkas, dan padat yang menggambarkan dengan tepat isi penelitian. Isi bab ini meliputi gambaran umum objek penelitian, latar belakang, rumusan masalah, tujuan, kegunaan penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Bab ini mengemukakan hasil kajian kepustakaan yang terkait dengan topik dan variabel penelitian untuk dijadikan dasar bagi penyusunan kerangka pemikiran dan perumusan hipotesis yang mencakup teori-teori dalam buku teks maupun temuan-temuan terbaru dalam jurnal serta penelitian ilmiah yang terpercaya sebagai pendukung dalam membantu pemecahan masalah.

(19)

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini menegaskan pendekatan, metode dan teknik yang digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis data yang dapat menjawab atau menjelaskan masalah penelitian.

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang hasil penelitian dan pembahasan yang telah diolah dan diuraikan secara kronologis dan sistematis sesuai dengan perumusan masalah serta tujuan penelitian.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil temuan penelitian yang disajikan dalam bentuk kesimpulan dan juga berisi saran yang merupakan implikasi kesimpulan yang berhubungan dengan masalah dan alternatif pemecahan masalah.

Gambar

Gambar 1.3 Struktur Nilai Ekspor Indonesia

Referensi

Dokumen terkait

Selain dilakukan analisis keidentikan penilaian individu dan kelompok peneliti juga memperoleh informasi mengenai kelemahan, kelebihan, kesulitan, dan saran dari para

Big Data & Data Analytic Tidak ada Semester 7 Diumumkan agar semester ganjil 2015/2016 (semester 7) mahasiswa tidak perlu mengambil Big Data di kurikulum baru tetapi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti telah terbukti bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara pengembangan karir dan kepuasan kerja terhadap

Pada bagian ini dijelaskan bahwa, jika pemberi kerja tidak mampu untuk membayar pekerjaan yang telah dilaksanakan selama lebih dari 28 hari, pemberi kerja dinyatakan bangkrut

Pendapat ini ada benarnya juga karena penyebaran Islam di Jawa pertama kali dibawa oleh Syaikh Maulana Malik Ibrahim (salah seorang wali songo) dan beliau pernah belajar

Penelitian ini menghasilkan analisis bahwa kompensasi berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kinerja, penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian

Namun penelitian tersebut tidak sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Devi dan Khalisah (2017) yang menggunakan variabel Changes of Earning, Current Ratio,

kebijakan fiskal, sistem ekonomi Islam menggunakan sumber lain yakni zakat. Zakat merupakan alat yang efektif untuk mewujudkan tujuan fiskal yang juga diharapkan akan