• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN PROGRAM PEMBIBITAN KERBAU DI KABUPATEN SIMEULUE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERKEMBANGAN PROGRAM PEMBIBITAN KERBAU DI KABUPATEN SIMEULUE"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PERKEMBANGAN PROGRAM PEMBIBITAN KERBAU DI

KABUPATEN SIMEULUE

(Progress of Buffalo Breeding Program in Simeulue District)

RASALI H.MATONDANG1,A.HASYIM2danB.TIESNAMURTI1

1 Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan,Jl. Raya Pajajaran Kav. E-59, Bogor 16151 e-mail: rasalimtd@yahoo.com

2 Dinas Peternakan Kabupaten Simeuleu, Jl. Tengku Diujung No. 168, Sinabang 23691

ABSTRACT

Simeulue district has an area of 2310 km ², rainfall per year about 2824 mm, and located in the Indian Ocean. One of mainstay of Simeulue Regency is buffalo, that have a small size but have a meat taste sweeter than the buffalo in mainland Sumatra. Simeuleu buffalos is usually sold in Simeulue Island, because have an excellent quality, the price of buffalos are high. Population of buffalos are 38.794, 33.607 dan 38.794, in 2006, 2007 and 2010, respectively. Objectives of buffalo breeding program are: 1) To empower farmers to be competitive group and independently, 2) Implement the principles of livestock breeding to produce superior, and 3) Preserving the existing buffalo germplasm Simeulue, where the buffalo is one of the leading commodity. Buffalo kept still by grazing in pasture. New house for buffalos have made starting in 2012 with a size of 10 x 20 m2 and the provision of 20 ha land for the planting of superior grass. The first buffalo breeding of 50 head adult female in 2006, produced a 16 head buffaloes. In 2012, the same program have distributed to farmer groups (Sahinggorai) as many as 54 adult buffaloes which consisted of 50 females and 4 males. Population has not increased in the group.

Key Words: Breeding, Buffalo, Simeulue District

ABSTRAK

Kabupaten Simeulue memiliki luas wilayah 2310 km², curah hujan sekitar 2824 mm per tahun. terletak di Samudra Hindia. Salah satu andalan Kabupaten Simeulue adalah kerbau Simeulue walaupun ukurannya kecil, namun rasa dagingnya lebih manis daripada kerbau di daratan Sumatera. Kerbau ini banyak dijual keluar Pulau Simeulue dan karena kualitasnya prima, harganya pun menjadi tinggi. Populasi kerbau di Kabupaten Simeulue pada tahun 2006 berjumlah 38.794 ekor, tahun 2007 (33.607 ekor) dan tahun 2010 (38.794 ekor). Tujuan program pembibitan ternak kerbau adalah: 1) Memberdayakan kelompok peternak agar berdaya saing dan mandiri, 2) Melaksanakan prinsip perbibitan untuk menghasilkan ternak yang unggul, dan 3) Melestarikan plasma nutfah kerbau yang ada di Kabupaten Simeulue, dimana kerbau merupakan salah satu komuditas unggulan yang dapat diandalkan. Pemeliharaan ternak kerbau di Kabupaten Simeulue masih dilakukan dengan cara penggembalaan liar. Pembuatan baru dimulai kandang pada tahun 2012 dengan ukuran 10 x 20 m2 serta menyediakan lahan seluas 20 ha untuk penanam rumput unggul. Pembibitan kerbau

pertama pada tahun 2006, telah menghasilkan anak 16 ekor dari 50 ekor kerbau dewasa. Pada tahun 2012, program yang sama disalurkan kepada kelompok peternak (Sahinggorai) sebanyak 54 ekor kerbau dewasa yang terdiri dari 50 ekor betina dan 4 ekor jantan. Populasi pada kelompok belum bertambah.

Kata Kunci: Pembibitan, Kerbau, Kabupaten Simeulue

PENDAHULUAN

Pembangunan peternakan merupakan rangkaian kegiatan yang berkesinambungan

untuk mengembangkan kemampuan

masyarakat petani, khususnya masyarakat petani peternak, agar mampu melaksanakan usaha produktif di bidang peternakan secara mandiri. Usaha tersebut dilaksanakan bersama oleh petani peternak, pelaku usaha dan

pemerintah sebagai fasilitator yang mengarah kepada berkembangnya usaha peternakan yang efisien dan memberi manfaat bagi petani peternak. Usaha peternakan di Kabupaten Simeulue masih dilakukan secara sistem pastura (penggembalaan) dan masih sangat kurang kita jumpai peternak yang mengelola usaha peternakannya ke arah pemeliharaan semi intensif dan pemeliharaan intensif (MULIYASNO, 2009).

(2)

Ternak kerbau dapat ditemui di setiap kecamatan. Peternak yang masih melakukan pemeliharaan secara pastura tentu sangat terhambat dalam mengembangkan ternaknya, untuk itu dibutuhkan manajemen pemeliharaan yang lebih baik sehingga akan layak dikatakan suatu usaha dalam peternakan. Dalam memulai ini semua diperlukan pengetahuan, kesadaran dan keinginan yang tinggi. Manajemen ternak yang baik dan berkualitas memberikan keuntungan yang besar dan peternak akan sangat mudah mengawasi, mengetahui ternak kapan waktunya dikawinkan sehinngga kelahirannya dapat diatur, dan ternak terhindar dari penyakit-penyakit (parasit, bakteri dan virus).

Dengan pengelolaan seperti ini pertumbuhan dan berat badan ternak dapat bertambah dan dari segi ekonomi dapat menguntungkan apabila sewaktu-waktu ternaknya dijual. Beberapa manfaat ternak dikandangkan antara lain: ternak mudah diberi pakan dan air minum, pengawasan, pencegahan dan pengobatan penyakit lebih mudah. Mudah di sini, artinya untuk melakukan seleksi dan pemilihan bibit, mudah dalam pengumpulan kotoran yang bisa dijadikan pupuk kandang. Khusus untuk ternak yang mau digembalakan fungsi kandang dapat membatasi ruang gerak yang berlebihan, sehingga ternak cepat gemuk.

Tujuan program pembibitan ternak kerbau adalah:

1. Memberdayakan kelompok peternak agar berdaya saing dan mandiri,

2. Melaksanakan prinsip perbibitan untuk menghasilkan ternak yang unggul,

3. Melestarikan flasma nutfah kerbau yang ada di Kabupaten Simeulue, dimana kerbau merupakan salah satu komuditas unggulan yang dapat diandalkan.

Profil Kabupaten Simeulue

Kabupaten Simeulue adalah sebuah kabupaten dalam wilayah Provinsi Aceh, Indonesia. Berada kurang lebih 150 km dari lepas pantai Barat Aceh pada Koordinat 2°36′ LU 96°5′ BT. Kabupaten Simeulue terdiri dari Pulau Simeulue dan 56 pulau-pulau kecil lainnya. Pulau Simeulue memiliki panjang sekitar 100 km dan lebar sekitar 8-28 km.

Kabupaten Simeulue memiliki luas sekitar 2.310 km². Gunung yang tertinggi adalah sekitar 600 meter. Kabupaten ini memiliki curah hujan sekitar 2.824 mm per tahun. Kabupaten Simeulue, Nanggroe Aceh Darussalam yang terletak di Samudra Hindia, ternyata tidak hanya terkenal dengan cengkehnya. Simeulue mempunyai aset yang bisa diandalkan dan cukup dikenal dan diminati oleh masyarakat daratan Aceh dan provinsi lainnya di Sumatera. Simeulue dikenal dengan ciri khas kerbaunya. Populasi kerbau di Kabupaten Simeulue pada tahun 2006 berjumlah 38.794 ekor, tahun 2007 (33.607 ekor) dan tahun 2010 (38.794 ekor).

Kabupeten Simeuleu mempunyai potensi cukup baik di bidang peternakan, kelautan, perkebunan dan kehutanan serta pariwisata untuk menggerakkan ekonomi masyarakat Simeuleu. Peternakan adalah salah satu andalan Kabupaten Simeulue dan yang menjadi ciri khas adalah kerbau simeulue yang meski ukurannya kecil, namun rasa dagingnya lebih manis daripada kerbau di daratan Sumatera. Kerbau ini banyak dijual keluar Pulau Simeulue dan karena kualitasnya prima, harganya pun menjadi tinggi. Di bidang Kelautan, dalam satu dasawarsa terakhir hasil pulau Simeulue yang sangat terkenal adalah Lobster (udang laut) yang cukup besar ukurannya dan telah diekspor ke luar daerah seperti Medan, Jakarta dan bahkan ke luar negeri hingga Singapura dan Malaysia. Untuk perkebunan, kabupaten ini terkenal dengan hasil cengkehnya dimasa lalu era tahun 1970 – 1990. Hasil perkebunan rakyat lainnya di antaranya adalah kopra yang berasal dari pohon kelapa yang tumbuh subur di sepanjang pantai Pulau Simeulue, selain itu ada perkebunan kelapa sawit milik Pemerintah Daerah bernama Perusahaan Daerah Kelapa Sawit (PDKS) yang terdapat di Kecamatan Teluk Dalam dan Teupah Selatan. Di bidang Kehutanan, hasil hutan yang menjadi sumber utama pabrik meubel di Cirebon, Jawa Barat adalah rotan. Diharapkan pula dalam tahun 2008 hasil perkebunan kelapa sawit murni milik rakyat dan swakelola Pemerintah Kabupaten Simeulue akan membuahkan hasil yang nantinya diharapkan dapat meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Simeulue. Sementara itu, di bidang pariwisata,

(3)

Simeulue memiliki potensi wisata yang cukup menarik, yaitu:

1. Wisata Selancar/Surfing, berada di pantai Matanurung, Pantai Nancawa, Pulau Teupah dan lain-lain.

2. Wisata Pantai, yaitu Pantai Busung, Ganting, Pantai Pasir Tinggi, Alafan, Along dll.

3. Danau, yaitu Danau Air Tawar Teluk Dalam, Danau Laulo dan lain-lain

4. Bahari, Pulau Siumat, Pulau Simanaha, Pulau Teupah, Pulau Batu Berlayar, dan lain-lain.

Kerbau dalam kehidupan masyarakat

Simeulue

Salah satu andalan Kabupaten Simeulue yang menjadi ciri khas adalah kerbau Simeulue. Populasi ternak kerbau di Kabupaten Simeulue yang ada saat ini sangat memungkinkan untuk dikembangbiakkan. Namun kurangnya pengetahuan dalam mengetahui reproduksi ternak, ditambah lagi kurangnya perhatian terhadap ternaknya, maka populasi ternak kerbau Simeulue menjadi terhambat untuk berkembang.

Kegiatan Perbibitan Kerbau di Kabupaten Simeulue

Program aksi Perbibitan ternak kerbau di Kabupaten Simeuleu Provinsi Aceh merupakan program Pemerintah Pusat yang disalurkan kepada kelompok peternak dalam bentuk Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) melalui dana Tugas Perbantuan (TP) APBN-P Tahun Anggaran 2006 yang berlokasi di Desa Lugu Sekbahak Kecamatan Teluk Dalam di Kelompok Maroba Nasib yang beranggota 28 orang dan jumlah ternak 56 ekor.. Peningkatan populasi kerbau selama kurun waktu 3 tahun (2006 - 2010) hanya 16 ekor atau 28,56%. Angka tersebut dianggap rendah jika dibandingkan dengan jumlah awal sebanyak 56 ekor. Hal ini disebabkan karena umur kerbau bibit yang dibeli oleh kelompok bervariasi antara 24-30 bulan, sementara kerbau Simeuleu melahirkan anak pertama pada umur 4 – 4,5 tahun (Anonimous, 2010).

Hasil survei di Indonesia terutama di NAD, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, NTB

dan Sulawesi Selatan, umur pertama kali kerbau beranak masing-masing 45,0; 49,6; 47,7; 49,1; 45,6 dan 49,2 bulan dengan rata-rata 47,7 bulan (Keman, 2006). Sementara itu, di Brebes, Pemalang, Semarang dan Pati rata-rata umur kerbau pertama kali beranak, berturut-turut adalah 44, 40, 44 dan 42 bulan (Suryanto, et al. 2002).

Angka kematian ternak sejak tahun 2006 s/d 2010 sebanyak 17 ekor yang disebabkan faktor adaptasi lingkungan dimana ada 2 jenis kerbau di Kabupaten Simeulue berdasarkan habitatnya yaitu kerbau Pantai dan kerbau

Gunung. Kerbau pantai sangat sulit

beradaptasi pada daerah pegunungan atau pinggir gunung sebaliknya kerbau gunung sangat sulit beradaptasi pada daerah pinggir pantai, kondisi ini menyebabkan kerbau kurus bahkan mengakibatkan kematian. Faktor lain adalah pemeliharaan ternak kerbau oleh kelompok dilakukan secara tradisional (dilepas),dimana ternak kerbau mencari makan sendiri tanpa di kandangkan,sehingga budidaya tidak dapat dilakukan sebagaimana mestinya terhadap ternak. Disamping itu, kurangnya pengetahuan dalam mengetahui reproduksi ternak, ditambah lagi kurangnya perhatian terhadap ternaknya, maka populasi ternak kerbau Simeulue menjadi terhambat untuk berkembang.

Program yang sama disalurkan kepada kelompok peternak Sahinggorai dengan anggota 27 orang yang berlokasi di Desa Lataling Kecamatan Teupah Selatan Kabupaten Simeulue Provinsi Aceh. Program tersebut merupakan program pemerintah pusat dalam bentuk Dana Tugas Perbantuan (TP) APBN Tahun Anggaran 2012 melalui satker Dinas Kesehatan Hewan dan Peternakan Provinsi Aceh. Bantuan ternak kerbau yang diberikan kepada kelompok tersebut berjumlah 54 ekor terdiri dari 50 ekor betina dan 4 ekor jantan. Dilihat dari antusias peternak khususnya kelompok Sahinggorai selaku penerima manfaat cukup tinggi. Minat tinggi tersebut dapat dilihat dari penyediaan lahan seluas 20 ha untuk penanaman rumput unggul dan pembuatan kandang seluas 10 x 20 meter yang merupakan swadaya masyarakat serta aktifnya kelompok melakukan pertemuan (diskusi) yang menyangkut tatalaksana pemeliharaan, kesehatan ternak dan lain-lain.

(4)

Permasalahan dan tindaklanjut

Sistem pemeliharaan kerbau di Kabupaten Simeulue adalah sistem pasture (pengembalaan liar). Beberapa masalah dapat timbul akibat penggembalaan liar yaitu ternak sulit dicari, mudah dicuri orang, ternak menyeberang jalan sehingga dapat menimbulkan kecelakaan, peternak sulit nengontrol ternaknya, misalnya untuk mendeteksi kapan berahi (untuk dikawinkan dengan pejantan), kotoran ternak terbuang percuma padahal bisa diolah menjadi pupuk kandang/kompos. Sudah saatnya peternak mengelola usaha peternakannya ke arah pemeliharaan semi intensif dan pemeliharaan intensif. Untuk meningkatkan produksi dan produktifitas ternak yang dikandangkan, peternak harus trampil dalam mengelola usahanya, terutama dalam penyediaan pakan karena pakan merupakan kunci utama keberhasilan usaha peternak, baik pakan hijauan berupa rumput maupun pakan tambahan yang lainya. Dianjurkan peternak untuk memilih teknologi yang cocok dengan kondisi daerahnya masing-masing.

Kurangnya pengetahuan dalam mengetahui reproduksi mengakibatkan peternak pada umumnya mengawinkan kerbaunya secara alamiah (menggunakan pejantan lokal). Perkawinan tersebut masih merupakan salah satu cara yang diterapkan untuk mengawinkan kerbau bibit guna menjaga kemurnian kerbau lokal Simeulue sebagai salah satu kerbau lokal Nasional. Namun teknologi Inseminasi Buatan (IB) juga dianjurkan bagi anggota kelompok/masyarakat lain yang memerlukan.

Menurut Rosita (2012) ada beberapa faktor yang harus dilakukan dalam rangka meningkatkan perkembangan kerbau di Indonesia, yaitu:

1. Komitmen yang berkelanjutan. Penurunan populasi kerbau di daerah-daerah tertentu sudah lama terjadi, namun sampai sejauh ini dorongan pemerintah, terutama pemerintah daerah belum nyata mendorong perkembangan populasi di daerahnya masing-masing. Tidak sedikit peternak kerbau berlokasi jauh dari pusat pemerintahan sehingga banyak yang tidak tersentuh oleh laju pembangunan. Fasilitas untuk peningkatan populasi baik software maupun hardware belum sampai ke tangan peternak kerbau. Peternak kerbau seolah

berjalan sendiri tanpa tahu kemana tujuannya;

2. Pembentukan kelompok ternak

memungkinkan dapat mendorong

peningkatan populasi. Dalam kelompok para peternak bisa merencanakan usaha yang akan dilakukan sehubungan dengan peningkatan populasi, termasuk terbentuknya kandang kelompok. Kandang kelompok bila dikelola dengan baik dengan kesadaran yang tinggi dapat memecahkan masalah ketiadaan jantan dan keterlambatan perkawinan;

3. Melakukan seleksi, baik pada kerbau betina maupun pada kerbau jantan, terutama pada kerbau jantan. Mengingat satu ekor jantan dalam 1 tahun mampu mengawini 50 ekor betina dan bila semua berhasil bunting maka akan lahir anak kerbau yang genetikanya baik. Pada saat ini justru kerbau betina atau jantan yang tampilannya lebih besar adalah yang paling cepat masuk rumah potong. Peran pemerintah disini melakukan penjaringan agar fenomena yang sudah lama terjadi ini bisa dihentikan minimal dikurangi;

4. Peternak yang memiliki kerbau yang baik dan memenuhi standar bibit perlu mendapat penghargaan dengan memberikan sertifikat. Hal ini bisa merangsang prestasi selanjutnya dan akan berpengaruh positif terhadap lingkungan;

5. Mengembangkan program inseminasi buatan pada daerah-daerah yang padat populasi kerbaunya. Penerapan inseminasi buatan (IB) pada kerbau adalah salah satu cara untuk mengatasi terbatasnya pejantan unggul sepanjang secara sosial ekonomi dapat dipertanggungjawabkan (Subiyanto, 2010). Peran pemerintah harus mengaktifkan kembali produksi mani beku kerbau di Balai-Balai Inseminasi Buatan. Dengan Inseminasi Buatan juga dapat mencegah terjadinya kawin silang dalam (inbreeding);

6. Untuk meningkatkan mutu genetik kerbau di suatu wilayah, bisa dilakukan dengan membeli pejantan unggul hasil seleksi dari wilayah lain atau menggunakan pejantan IB. Persilangan dengan tipe kerbau lain seperti dengan tipe perah juga bisa dilakukan dengan harapan keturunannya bisa menghasilkan susu yang lebih banyak,

(5)

minimal bisa memberi susu keturunannya dalam jumlah yang mencukupi.

PENUTUP

Program aksi perbibitan ternak kerbau pada kelompok peternak Sahinggorai di Kabupaten Simeulue Provinsi Aceh belum menunjukkan peningkatan populasi, namun minat masyarakat cukup tinggi terhadap program ini dibuktikan dengan dibangunnya kandang ternak dengan ukuran 10 x 20 m2 dan

penyediaan lahan seluas 20 ha untuk penanaman rumput unggul. Program perbibitan ini sangat bermanfaat bagi peternak, dalam rangka usaha pengembangan ternak kerbau lokal yang perlu dilaksanakan secara kontinyu, terukur dan terencana, baik dari segi pengadaan bibit, pemeliharaan, penanganan kesehatan maupun manajemen lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

ANONIMOUS. 2010. Program aksi perbibitan kerbau di Kabupaten Simeuleu Provinsi Aceh. Seminar dan Lokakarya Nasional Kerbau 2010. http://peternakan.litbang.deptan.go.id/ fullteks/lokakarya/lkerbau10-49.pdf.

BADAN INVESTASI danPROMOSI ACEH. 2013. Potensi kerbau di Kabupaten Simeulue. Potensi investasi per Kabupaten dan Kota di Provinsi Aceh. http://regionalinvestment.bkpm.go. id/ newsipid/id/commodityarea.php?ia=1101&ic= 70.

KEMAN, S. 2006. Reproduksi Ternak Kerbau. Menyongsong Rencana Kecukupan Daging Tahun 2010. Pros. Orasi dan Seminar Pelepasan Dosen Purna Tugas 2006. Fakultas Peternakan, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

MULIYASNO, S. 2009. Manajamenisasi Peternakan

Kerbau. http://www.kabarindonesia.com/ beritaprint.php?id.

ROSITA, F. 2012. Problematika Pengembangan Ternak Kerbau di Indonesia. Manajemen pembibitan ternak. http://feramakalah. blogspot.com/.

SUBIYANTO. 2010. Populasi Kerbau Semakin Menurun. http:/www.ditjennak.go.id/bulletin/ artikel3.pdf.

Referensi

Dokumen terkait

Murabahah & Mudharabah Musyarakah Correlation 1,000 ,623 Significance (2-tailed). Dependent

Maka Perancangan Interior Ruang Ibadah Sekunder dan Sekolah Minggu Gereja Reformed Injili Indonesia Cabang Kertajaya di Surabaya dapat dijadikan sebagai sarana

menegakkan diagnosa tetapi lebih pada proses logik yang bertahap dan sistematik dalam pemeriksaan psikologi untuk tujuan memahami kepribadian.. seseorang

Sumber-sumber pendapatan Kota Bandung yang terkait dengan sektor transportasi darat adalah: pajak parkir; retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum; retribusi

Islam sebagai agama yang berasal dari timur tengah telah dapat diterima masyarakat Jawa, khususnya masyarakat Yogyakarta, karena sebagai sub culture, Islam tidak

Dalam waktu 14 hari Direktur Jenderal Perhubungan Udara akan menandatangani surat persetujuan Pengadaan Pesawat Udara setelah semua persyaratan dianggap lengkap dan benar

Marthalena Pohan, Tanggung Gugat Advokad Dokter dan Notaris , Bina Ilmu, Surabaya, 1985, hlm.. di bawah tangan atau batal demi hukum dikarenakan mengandung unsur