• Tidak ada hasil yang ditemukan

Materi 14 Konselor Abad 21

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Materi 14 Konselor Abad 21"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I BAB I

PENDAHULUAN PENDAHULUAN

A.

A. Latar BelakangLatar Belakang

Konselor sebagai pendidik profesional melakukan pelayanan konseling sebagai salah satu Konselor sebagai pendidik profesional melakukan pelayanan konseling sebagai salah satu upaya pendidikan untuk membantu individu memperkembangkan diri secara optimal sesuai upaya pendidikan untuk membantu individu memperkembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap-tahap perkembangan dan tuntutan lingkungan. Konseling sebagai profesi dengan tahap-tahap perkembangan dan tuntutan lingkungan. Konseling sebagai profesi  bantuan

 bantuan diperuntukan diperuntukan bagi bagi individu-individu individu-individu normal normal yang yang sedang sedang menjalani menjalani prosesproses  perkembangan

 perkembangan sesuai sesuai dengan dengan tahap-tahap tahap-tahap perkembangan perkembangan agar agar mencapai mencapai perkembanganperkembangan optimal, kemandirian dan kebahagiaan dalam menjalani berbagai kehidupan. Konseling optimal, kemandirian dan kebahagiaan dalam menjalani berbagai kehidupan. Konseling sebagai profesi bantuan (helping profession) adalah konsep yang melandasi peran dan fungsi sebagai profesi bantuan (helping profession) adalah konsep yang melandasi peran dan fungsi konselor di masyarakat dewasa ini. Pelayanan bimbingan dan konseling di satuan pendidikan konselor di masyarakat dewasa ini. Pelayanan bimbingan dan konseling di satuan pendidikan akan dapat diwujudkan oleh Kinerja Guru bimbingan dan konseling (Guru BK) atau konselor akan dapat diwujudkan oleh Kinerja Guru bimbingan dan konseling (Guru BK) atau konselor  profesional,

 profesional, bermartabat bermartabat dan dan berwawasan berwawasan masa masa depan depan sehingga sehingga akan akan mampumampu memberdayakan dan membudayakan manusia memasuki sebuah wilayah kesatuan pasar memberdayakan dan membudayakan manusia memasuki sebuah wilayah kesatuan pasar  bebas

 bebas dan dan basis basis produksi produksi dengan dengan kompetisi kompetisi di di semua semua sektor sektor yang yang sangat sangat tinggi tinggi yaituyaitu globalisasi di abad ke-21.

globalisasi di abad ke-21.

Konselor menjadi salah satu profesi yang cukup bergengsi pada perkembangan abad 21, Konselor menjadi salah satu profesi yang cukup bergengsi pada perkembangan abad 21, karena profesi konselor yang erat kaitannya dengan permasalahan perkembangan manusia, karena profesi konselor yang erat kaitannya dengan permasalahan perkembangan manusia,  bagaimana

 bagaimana mereka mereka berhadapan berhadapan dan dan bertindak bertindak dalam dalam lingkungan lingkungan sosial sosial mereka mereka berada.berada. Permasalahan yang dihadapi oleh manusia menjadi semakin kompleks ketika memasuki era Permasalahan yang dihadapi oleh manusia menjadi semakin kompleks ketika memasuki era digital dengan kemajuan teknologi atau biasa disebut dengan era globalisasi yang menjadikan digital dengan kemajuan teknologi atau biasa disebut dengan era globalisasi yang menjadikan  perkembangan

 perkembangan mobilitas mobilitas manusia manusia menjadi menjadi serba serba cepat. cepat. Menurut Menurut Luhur Luhur (2009) (2009) abad abad 2121 ditandai dengan peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi, semakin canggihnya sistem ditandai dengan peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi, semakin canggihnya sistem komunikasi dan arus informasi, persaingan yang semakin ketat dalam standar pemenuhan komunikasi dan arus informasi, persaingan yang semakin ketat dalam standar pemenuhan  pasar

 pasar internasional internasional yang yang berupa berupa produk produk dari dari gagasan gagasan dan dan pikiran pikiran serta serta tuntutan tuntutan kerja kerja yangyang semakin profesional. Memasuki perkembangan era yang semakin kompleks ini menuntut semakin profesional. Memasuki perkembangan era yang semakin kompleks ini menuntut setiap profesi untuk ikut berkembang melihat arah kemana untuk menjadikan profesi tersebut setiap profesi untuk ikut berkembang melihat arah kemana untuk menjadikan profesi tersebut tetap eksis dan dibutuhkan oleh masyarakat.

(2)

Abad 21 menuntut kecakapan gobal dalam hal cara berfikir, bekerja, penguasaan teknologi, dan sebagai warga dunia. Diperlukan pendidikan yang menekankan pada potensi  peserta didik dalam setting pembudayaan, konselor sekolah harus memiliki kesadaran penuh dalam konteks lokal maupun nasional, serta memiliki kesadasaran kultural. Pemberian layanan yang diberikan sesuai dengan perkembangan zaman, oleh karenanya selain siswa, Konselor sekolah juga seyogyanya memiliki kecakapan global transkultural sebagai warga dunia, dan kecakapan berfikir tinggi disertai penguasaan teknologi yang meletakan dasar  pemanfaatan ilmu dan teknologi pada nilai dan etika kultural.

Salah satu tantangan terberat konselor diabad 21 ini adalah yang berkaitan dengan kompleksitas multikultural yang ada. Indonesia memiliki keanekaragaman baik suku, etnis,  budaya, bahasa bahkan agama. Program bimbingan dan konseling hendaknya memahami,

memperhatikan, dan mempertimbangkan keragaman tersebut sehingga terhindar dari sikap diskriminatif dan pembedaan dalam praktiknya. Oleh karena itu gagasan konseling lintas  budaya menjadi suatu terobosan dan alternative yang dapat digunakan oleh para pelaku  bimbingan dan konseling terhadap latar belakang budaya klien yang berbeda -beda.

Beberapa penelitian terdahulu yang membahas tentang multikultural diantaranya oleh Roifah (2016) dengan judul penelitian Model Konseling Multikultural Pada Lembaga ECCD-RC ( Early Childhood Care And Development Resource Center ) Yogyakarta. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui teknik dan strategi yang digunakan konselor pada lembaga ECCD-RC dalam menangani konseli dengan latar belakang budaya yang berbeda. Penelitian lainnya oleh Ridlwan (2017) dengan judul Komunikasi Konseling Lintas Budaya di MAN 2 Brebes Jawa Tengah. Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk mengetahui cara komunikasi antara konselor dengan konseli dengan latar belakang budaya yang berbeda dalam proses konseling. Penelitian selanjutnya oleh Iswari (2017) dengan judul penelitian Efektivitas Penyelenggaraan Konseling Dengan Memahami Komunikasi Antar Budaya. Penelitian yang dilakukan oleh Iswari bertujuan untuk mengetahui efektivitas dari  pemahaman komunikasi budaya terhadap perubahan perilaku klien.

Konseling multikultural merupakan konseling yang melibatkan konselor dan klien yang  berasal dari latar belakang budaya yang berbeda (Lestari, I. 2012; Fajrin, Y. N. 2014; Yusuf, M. 2016), dan karena itu proses konseling sangat rawan oleh terjadinya bias-bias budaya  pada pihak konselor yang mengakibatkan konseling tidak berjalan efektif. Berdasarkan

(3)

uraian tersebut maka agar proses konseling berjalan efektif maka konselor dituntut untuk mengapresiasikan diversitas budaya dan memiliki keterampilan yang resposif secara kultural.

Berangkat dari latar belakang dan beberapa penelitian, penulis tertarik untuk mengangkat  permasalahan tentang dan Profesi Konselor Abad 21 dalam Multikultural.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana masyarakat Indonesia abad 21? 2. Bagaimana profesi konselor abad 21?

3. Bagaimana multikultural dan tantangan profesi konselor abad 21? 4. Bagaimana konselor efektif dan kompeten secara kultural?

5. Bagaimana konselor masa depan?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui masyarakat Indonesia abad 21. 2. Untuk mengetahui profesi konselor abad 21.

3. Untuk mengetahui multikultural dan tantangan profesi konselor abad 21. 4. Untuk mengetahui konselor efektif dan kompeten secara kultural.

5. Untuk mengetahui konselor masa depan.

BAB II PEMBAHASAN

A. Masyarakat Indonesia Abad 21

Perkembangan ilmu pengetahuan diakui melaju sangat pesat diabad 21, terutama dibidang teknologi, informasi dan komunikasi yang membuat beragam informasi dari  berbagai negara mampu diakses dengan instan, cepat, mudah, murah, dan dapat diakses oleh siapa saja. Permasalahan generasi saat ini lebih kompleks dari generasi sebelumnya. Generasi

(4)

saat ini adalah generasi muda yang dibanjiri dengan kemudahan dari berbagai sisi. Kemudahan yang juga memiliki dampak negatif bagi perkembangan generasi muda.

Perkembangan kehidupan masyarakat yang semakin mendunia yang diiringi berbagai  perubahan dan kemajuan serta masalah-masalah yang melekat di dalamnya menimbulkan  berbagai tantangan dan sekaligus menumbuhkan harapan bagi seluruh warga masyarakat. Tantangan, harapan, kesenjanjangan, dan persaingan yang terus menerus sebagai suatu kenyataan yang dihadapi manusia dalam berbagai setting kehidupan, yaitu keluarga, sekolah, organisasi pemuda dan kemasyarakatan, menjadi potensi timbulnya berbagai permasalahan. Kondisi semacam ini menjadikan fokus perhatian serta medan pelayanan konseling semakin lebar, tidak hanya terbatas pada lingkungan persekolahan, melainkan juga memasuki lingkungan masyarakat luas.

Masalah yang muncul ke permukaan mengenai pemahaman masyarakat era digital yakni mengenai sejauh mana definisi masyarakat era digital memperoleh porsi yang tepat dalam seluruh konteks perkembangan masyarakat secara luas. Pada dasarnya sebutan masyarakat era digital telah melekat dengan sendirinya pada situasi masyarakat yang telah ada. Merupakan suatu kenyataan bahwa setiap individu mempunyai kebutuhan dan tuntutan terhadap teknologi informasi. Perkembangan dinamika kemanusiaan menempatkan  perkembangan teknologi informasi dalam konteks masyarakat era digital menjadi suatu kenyataan bahkan keharusan.Indonesia hanya membutuhkan beberapa dekade saja  pascakemerdekaan.

Ilmu pengetahuan dan teknologi haruslah diarahkan kepada kehidupan bermoral manusia. Oleh karena itu esensi nilai dalam masyarakat global di abad ke-21 menjadi amat penting, dalam kondisi manusia menghadapi ketidakpastian (uncertainty) dan bahkan kesemrawutan (chaos) yang bisa membuat nilai-nilai rujukan yang ada menjadi amat rentan terhadap  pengaruh nilai-nilai baru yang dangkal dan instrumental.Di sinilah manusia perlu belajar

memahami dan memaknai nilai agar nilai rujukan yang diikutinya tidak semata-mata nilai transformasi kultural tetapi dimaknai secara kontekstual. Masa depan yang dibawa oleh  proses globalisasi di abad ke-21 adalah masyarakat yang berdasarkan ilmu pengetahuan

(knowledge based society). Masyarakat masa depan tersebut adalah masyarakat yang berubah dan didasarkan pada penemuan-penemuan yang meningkatkan taraf hidup manusia. Sikap inovatif merupakan syarat yang perlu dikembangkan dalam pendidikan termasuk juga dalam

(5)

konseling.Sikap inovatif memerlukan manajemen waktu (time management) dalam bekerja, kualitas terkontrol dalam pekerjaan, serta sikap keterbukaan untuk mencari yang lebih  baik.Suatu masyarakat berdasarkan ilmu pengetahuan adalah suatu masyarakat

komunikatif.Oleh karena itu penguasaan bahasa dunia serta bahasa komputer merupakan syarat mutlak dalam kemajuan suatu masyarakat.

Tantangan era digital di Indonesia utamanya yakni bangsa Indonesia harus berusaha menyetarakan atau mengikuti perkembangan zaman akan perkembangan teknologi dunia, karena perkembangan teknologi dan informasi sangat pesat. Bangsa Indonesia harus meningkatkan kreatifitasnya dalam dunia teknologi agar dapat mengikuti perkembangan zaman yang sekarang ini dalam kondisi yang serba mutakhir. Hal ini tentu akan memberikan dampak yang sangat besar bagi dunia pendidikan khususnya terkait peluang dan tantangan ke depannya.Menghadapi perubahan kehidupan yang begitu cepat diera globalisasi abad 21 di masa depan, manusia dituntut untuk mampu melakukan kompetisi dan bahkan mega-kompetisi di dalam seluruh kehidupan manusia. Mega-mega-kompetisi tersebut adalah dorongan untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia, dengan kualitas tersebut orang saling  bersaing satu dengan yang lain. Manusia modern yang hidup dalam masyarakat yang penuh risiko, harus cepat mengambil sikap, mengadakan pilihan yang tepat untuk hidupnya atau dia hanyut bersama-sama dengan perubahan tersebut. Suatu masyarakat yang berisiko adalah ciri utama masyarakat masa depan. Dalam menghadapi masyarakat yang penuh risiko tersebut kita dapat mengambil sikap yang ragu-ragu atau pesimis atau sikap optimisme untuk menghadapi perubahan. Masyarakat masa depan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi  belum cukup untuk membangun masyarakat yang sejahtera dan damai. Masyarakat itu adalah

masyarakat madani yang berkembang berdasarkan kehidupan yang mengakui akan hak asasi manusia dan partisipasi setiap anggotanya di dalam membangun masyarakatnya. Inilah masyarakat demokratis yang mengakui akan hak-hak asasi manusia, hidup penuh toleransi dan saling menghargai. Dengan demikian penguasaan ilmu pengetahuan dan penerapan teknologi tidak diarahkan kepada pemusnahan peradaban manusia tetapi terarah kepada kehidupan dunia yang lebih baik, aman, saling pengertian,dan saling menghargai. .

(6)

Bimbingan dan konseling merupakan suatu profesi. Setiap profesi memiliki ciri-ciri tertentu. Hal ini terlihat dari ciri-ciri profesi sebagai berikut:

a. Bimbingan dan konseling dilaksanakan oleh petugas yang disebut guru pembimbing atau

konselor (sekolah) yang merupakan lulusan dari pendidikan keahlian, yakni lulusan  perguruan tinggi Jurusan dan Program Studi Bimbingan dan Konseling,

b. Kegiatan bimbingan dan konseling merupakan pelayanan kemasyarakatan dan bersifat

social,

c. Dalam melaksanakan layanan, guru pembimbing menggunakan berbagai metode atau

teknik ilmiah,

d. Memiliki organisasi profesi, yaitu Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia

(ABKIN), yang saat didirikan tanggal 12 Desember 1975 di Malang dikenal dengan nama Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI). Sebagai sebuah organisasi, ABKIN memiliki AD/ ART maupun kode etik,

e. Ada pengakuan masyarakat / pemerintah, seperti tercantum dalam SK Mendikbud Nomor

25 Tahun 1995 yang menyatakan bahwa IPBI (saat ini ABKIN) sejajar dengan PGRI dan ISPI. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat 6 menetapkan konselor sebagai salah satu jenis kualifikasi pendidik.

f. Para anggotaprofesi bimbingan dan konseling memiliki keinginan untuk memajukan diri,

 baik wawasan pengetahuannya maupun keterampilannya, yaitu melalui kegiatan seminar,  pelatihan, workshop atau pertemuan ilmiah lainnya.

Dahir, C. A. (2009) menyatakan bahwa memasuki abad 21, konseling sekolah telah mengalami kemajuan dan pergeseran dari pola-pola tradisional yang berfokus pada  pemberian layanan menjadi pola-pola yang berfokus pada satu sistem yang proaktif dan  programatik. Dalam menghadapi tantangan yang dihadapi siswa sekolah di abad 21, konseling sekolah telah dipengaruhi oleh paradigma dan praktek yang mengarah pada profesi dan pembaharuan dalam penekanan memberikan bantuan dan dukungan kepada siswa dalam  pencapaian prestasi akademik, advokasi keadilan sosial, dan akuntabilitas konselor. Konseling identik dengan kehidupan. Konseling adalah kehidupan itu sendiri. Konseling adalah proses kehidupan dan bukan proses untuk mempersiapkan hidup. Hidup yang sewajarnya adalah hidup di mana manusia dapat mengembangkan diri dan mewujudkan diri sebagai mahluk individu, sebagai mahluk sosial dan sebagai mahluk beragama.

(7)

Pendidikan adalah perwujudan diri (Wilds & Lottich,1961:246) ini berarti bahwa konseling sebagai bagian pendidikan juga berusaha untuk membantu manusia untuk dapat memberdayakan dirinya dalam melakukan perwujudan diri sehingga akan menjadi eksis dalam kehidupan. Konseling adalah upaya untuk membantu individu-individu yang sedang dalam proses perkembangan untuk mencapai tugas perkembangannya sehingga akan menjadi manusia yang berdaya dan berbudaya bangsa Indonesia.

Penyelenggaraan pelayanan bimbingan konseling sesuai dengan kewenangan dan kode etik profesional konselor. Konselor ataupun guru BK memiliki kewenangan yang terdapat di Kebudayaan (2007), yakni: a) merancang kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling, b) mengimplementasikan kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling, c) menilai proses dan hasil kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling serta melakukan penyesuaian-penyesuaian sambil jalan berdasarkan keputusan transaksional selama rentang proses bimbingan dan konseling dalam rangka memandirikan konseli, dan d) mengembangkan profesionalitas sebagai konselor secara berkelanjutan.

Dahir, C.A, 2009 mengidentifikasi ada enam premis dasar yang cukup kritis terkait dengan masa depan konseling sekolah, yaitu:

1. Apa yang dilakukan oleh profesi konseling sekolah dewasa ini akan berpengaruh terhadap kualitas bidang konseling sekolah dan lingkungan pendidikan di mana koselor sekolah dan siswa berada.

2. Metode ilmiah dalam penelitian konseling sekolah dapat digunakan untuk mengantisipasi masa depan konselor sekolah yang belum diketahui,

3. Tidak hanya satu masa depan yang menunggu profesi konseling sekolah, akan tetapi  banyak berbagai kemungkinan masa depan, tergantung pada apa yang dipilih oleh

konselor sekolah pada masa kini,

4. Konselor sekolah harus memiliki landasan moral dalam tanggung jawabnya bagi siswa generasi masa depan dan juga konselor sekolah generasi selanjutnya.

5. Teknologi akan terus memberikan pengaruh dan dukungan bagi konseling sekolah, akan tetapi konselor sekolah bertanggung jawab untuk memadukan teknologi itu bagi kepentingan masa depan yang mungkin tidak diperlukan di masa dua puluh tahun yang lalu.

(8)

6. Diperlukan adanya suatu studi ekstensif untuk menunjang gagasan-gagasan bagi profesi konseling sekolah dan siswa.

Menurut Dahir, C.A, (2009) keenam premis itu masih relevan untuk dijadikan rujukan  pada masa kini dalam menghadapi tantangan abad 21. Ia mengatakan bahwa konselor

sekolah di abad 21 berada dalam posisi yang memiliki kekuatan dan strategis untuk menunjukkan secara efektif bagaimana melengkapi prestasi akademik dan perkembangan afektif sebagai formula yang tepat untuk membantu siswa. Konselor sekolah berperan sebagai kunci tim kepemimpinan pendidikan dan membangun tantangam untuk berbagi tanggung jawab dalam mempersiapkan siswa agar mencapai standar akademik sambil membantu meraka menjadi anggota masyarakat yang produktif dan bermakna. Menurut The  American School Counselor Association (Blum dan Davis dalam Hidayah, Elia, Boli, & Hambali, 2017), seorang konselor yang akuntabel hendaknya memenuhi standar 1 sampai dengan standar 13.

Standar 1. Konselor sekolah professional merencanakan, mengatur dan menjalankan  program konseling sekolah.

Standar 2. Konselor sekolah professional mengimplementasikan kurikulum bimbingan sekolah melalui penggunaan keterampilan-keterampilan mengajar yang efektif dan perencanaan yang mawas terhadap pertemuan kelompok yang terstruktur  bagi para siswa.

Standar 3. Konselor sekolah yang professional mengimplementasikan komponen  perencanaan dengan membimbing individu-individu dan kelompok-kelompok siswa dan orang tua atau wali mereka melalui pengembangan pendidikan dan  perencanaan karir

Standar 4. Konselor professional memberikan layanan-layanan responsif melalui pemberian konseling individual dan konseling kelompok kecil yang efektif, konsultasi dam keterampilan-keterampilan melakukan referal.

Standar 5. Konselor sekolah yang professional melaksanakan dukungan system melalui  pengelolaan program konseling sekolah dan mendukung program-program

kependidikan lainnya.

(9)

konseling dan rencana-rencana menindak program dengan administrator sekolah Standar 7. Konselor sekolah yang professional bertanggung jawab untuk menetapkan dan

mengadakan rapat dewan penasehat untuk program konseling sekolah

Standar 8. Konselor sekolah professional mengumpulkan dan menganalisis data untuk mengawal arah program dan penekanannya

Standar 9. Konselor sekolah professional memantau perkembangan para siswa pada sebuah  basis yang teratur

Standar 10. Konselor sekolah professional menggunakan waktu dan kalender untuk mengimplementasi sebuah program yang efisien.

Standar 11. Konselor sekolah professional mengembangkan sebuah evaluasi h asil dari  program.

Standar 12. Konselor sekolah professional mengadakan audit program tahunan.

Standar 13. Konselor sekolah professional adalah penasehat seorang siswa, pemimpin, kolaborator, dan seorang agen perubahan sebuah sistem

C. Multikultural Dan Tantangan Profesi Konselor Abad 21

Fenomena semakin meningkatnya keragaman konseli/siswa pada komunitas pendidikan dan khususnya dalam layanan bimbingan dan konseling. Sue menyebut (1991: 17-21) keragaman etnis, gender, latar belakang budaya, geografis, asal daerah, ras, kondisi fisik (abilitas/disabilitas), usia, serta keragaman sosial ekonomi, agama, karakteristik pribadi, kemampuan sosial, perilaku dan kebiasaan serta kemampuan intelektual, telah menjadi fenomena keseharian di madrasah, yang diakibatkan oleh penyebaran penduduk, mengikuti  pekerjaan orang tua, atau perpindahan untuk mendapatkan pendidikan di tempat yang  berbeda budaya.

Keragaman budaya (multikultural) merupakan peristiwa alami karena bertemunya  berbagai budaya, berinteraksinya beragam individu dan kelompok dengan membawa perilaku  budaya, memiliki cara hidup berlainan dan spesifik. Keragaman konseli seperti berbeda  budaya, latar belakang keluarga, agama, dan etnis tersebut saling berinteraksi dalam

komunitas sekolah dan hal tersebut memerlukan pemahaman budaya (Matsumoto,1996). Dalam layanan konseling, keragaman budaya menyadarkan konselor tentang pentingnya kesadaran multikultural dalam menghadapi perbedaan, sekecil apapun perbedaan tersebut.

(10)

Konselor perlu mengubah persepsi mereka, mencukupkan diri dengan pengetahuan tentang  budaya, memahami bentuk-bentuk diskriminasi, stereotip dan rasisme (Holcomb-McCoy, 2004,294). Konselor sekolah, harus menghargai keberagaman konseli (Depdiknas, 2007, 12), Konselor perlu memiliki kesadaran multikultural yaitu menghargai perbedaan dan keragaman nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, menyadari adanya bias-bias dan kesadaran akan keterbatasan diri dalam hal budaya. Konselor memahami pandangan hidup dan latar belakang  budaya diri dan konseli serta mengembangkan strategi konseling yang sesuai budaya.Di sini

klien tidak hanya dipahami dalam terminologi psikologis murni tapi juga dipahami sebagai anggota aktif dari sebuah budaya. Perasaan, pengalaman dan identitas dari klien dipandang dibentuk oleh lingkungan budaya. Ramirez (1991) berpendapat bahwa tema umum yang terdapat dalam semua konseling beragam budaya adalah tantangan untuk hidup dalam masyarakat beragam budaya. Dia menyatakan bahwa tujuan utama dalam menghadapi konseli dari berbagai kelompok etnis adalah mengembangkan “fleksibelitas kultural”.

Ramirez (1991) menekankan bahwa bahkan anggota kelompok kultur yang dominan atau mayoritas merasakan ketidaksesuaian antara siapa diri kita dan apa yang diharapkan orang lain dari kita. Pendekatan yang diambil oleh Ramirez (1991) menggunakan penyesuaian gaya dan pemahaman kultural konseli oleh konselor di pertemuan awal, kemudian mendorong untuk mencoba berbagai bentuk perilaku kultural. Jelas pendekatan ini menuntut fleksibelitas kultural dan kesadaran diri tingkat tinggi dalam diri konselor. Untuk bisa menghargai semua keragaman etnis,budaya, dan agama tentu diperlukan beberapa prasyarat.

1.  Pertama, secara teologis-filosofis diperlukan kesadaran dan keyakinan bahwa setiap individu dan kelompok etnis itu unik, namun dalam keunikannya, masing-masing memiliki kebenaran dan kebaikan universal, hanya saja terbungkus dalam wadah budaya,  bahasa, dan agama yang beragam dan bersifat lokal.

2.  Kedua, secara psikologis memerlukan pengkondisian terhadap orang lain atau kelompok  berbeda. Cara paling mudah untuk menumbuhkan sikap demikian adalah melalui contoh keseharian yang ditampilkan orang tua, guru, konselor di sekolah dan pengajaran agama. 3.  Ketiga, desain kurikulum pendidikan, program konseling, dan kultur sekolah harus

dirancang sedemikian rupa sehingga peserta didik mengalami secara langsung makna multikultural dengan panduan guru dan konselor yang memang sudah disiapkan secara matang.

(11)

4.  Keempat, pada tahap awal hendaknya diutamakan untuk mencari persamaan dan nilai-nilai universal dari keragaman budaya dan agama yang ada sehingga aspek-aspek yang dianggap sensitif dan mudah menimbulkan konflik tidak menjadi isu dominan.

5.  Kelima, dengan berbagai metode yang kreatif dan inovatif hendaknya nilai-nilai luhur Pancasila ditegakkan kembali dan ditanamkan pada peserta didik khususnya konseli agar  sense of citizenship dari sebuah negara,bangsa semakin kuat.

Dalam menghadapi tantangan global di abad ke-21 dan dalam masyarakat Indonesia yang multikultural, konselor harus melihat peluang bagi profesi konseling untuk menjadi profesi  bantuan sesungguhnya, yang harus mampu merespon kebutuhan masyarakat multikultural

dan masyarakat masa depan serta mengantisipasi masa depan. Oleh karena itu, profesi konseling harus berupaya untuk mengokohkan dan mempromosikan identitas, kelayakan,dan akuntabilitas konselor profesional secara nasional maupun internasional,serta menegaskan identitas profesi konseling dan masyarakat konselor yang secara nasional telah memenuhi standar profesi konseling, sehingga dapat memenuhi tuntutan dinamika perkembangan masyarakat global.

Robert B. Tucker (dalam Rakhmawati, 2017) mengidentifikasi adanya sepuluh tantangan di abad 21 yaitu:

1. Kecepetan ( speed )

2. Kenyamanan (convinience) 3. Gelombang generasi (age wave) 4. Pilihan (choice)

5. Ragam gaya hidu (life style) 6. Kompetisi harga (discounting ) 7. Pertambahan nilai (value added )

8. Pelayanan pelanggan (costumer service) 9. Teknologi sebagai andalan (techno age) 10. Jaminan mutu (quality control )

D. Konselor Efektif Dan Kompeten Secara Kultural

Konselor profesional abad ke-21 dalam menjalankan profesi bantuan harus mampu menjadi konselor efektif. Konselor efektif adalah konselor yang dalam menjalankan tugasnya

(12)

menghasilkan manfaat dan mendapatkan kepercayaan bagi orang yang dilayani. Keefektifan konselor dalam menjalankan profesinya karena memiliki akuntabilitas yang meyakinkan dengan didukung kepemilikan kepribadian, pendidikan formal yang didapat oleh konselor, dan kemampuan konselor yang meyakinkan melalui praktik konseling berbasis bukti dan riset tindakan.

Keefektifan seorang konselor dan sebuah konseling ditentukan oleh hal-hal sebagai  berikut: (a) kepribadian dan latar belakang konselor, (b) pendidikan formal yang didapat oleh konselor, (c) kemampuan konselor untuk terlibat dalam kegiatan konseling profesional seperti melanjutkan pendidikan,supervisi, advokasi, dan membangun portofolio (Gladding,T.S (2009). Kepribadian konselor adalah suatu hal yang sangat penting dalam konseling. Seorang konselor haruslah dewasa, ramah, dan berempati. Mereka harus altruistik dan tidak mudah marah atau frustasi. Sayangnya masih ada saja beberapa orang yang ingin terlibat dalam profesi konseling dengan alasan yang salah.

Dalam masyarakat multikultural, Konselor efektif diharapkan menjadi fasilitator, ahli  perbantuan, advokat dan terampil membuat kebijakan, aktif merefleksi atas pertanyaan- pertanyaan, melakukan konsultasi diri secara berkelanjutan kepada pihak-pihak yang mengetahui budaya konseli dan memantau perkembangan untuk meningkatkan kompetensi dalam melayani konseli (Johannes & Erwin, 2004, 329). Konseling harus bisa membantu dalam membentuk masa depan bangsa melalui berbagai jenis layanan konseling bermartabat yang dilakukan oleh konselor-konselor yang profesional yang kompeten dalam menjalankan tugasnya (Wibowo,2015).

E. Konselor Masa Depan

Sebagai suatu profesi konselor merupakan suatu profesi yang dinamis, selalu  berkembang, dan menyenangkan, yang berhubungan dengan tragedi manusia dan

kemungkinan dalam cara yang intensif, personal dan perhatian (Gladding, 2012). Menjadi salah satu profesi yang berdasarkan perkembangan manusia khususnya pada abad 21  permasalahan-permasalahan yang berkembang menuntut konselor memahami realitas yang

ada, bukan hanya perkembangan teknologi dan infromasi tapi bagaimana permasalalahan yang semakin kompleks. Profesi konselor yang hadir menunjukan keeksistensiannya dalam menghadapi tantangan global, dengan mengikuti pola perkembangan manusia tidak membuat

(13)

 profesi konselor menjadi profesi yang bebas nilai dan lepas kontrol tetapi tetap menjadi  profesi yang tetap memegang nilai-nilai dan etika keprofesian.

Pada abad 21 ini, konselor perlu meningkatkan dan menambah beberapa kompetensi agar tercipta konseling yang membangun kehidupan masa kini dan masa depan yang lebih baik dari masa lalu dengan berbagai kemampuan intelektual, kemampuan berkomunikasi, sikap sosial, kepedulian, dan berpartisipasi untuk membangun kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik. Oleh karena itu konselor harus mengembangkan kehidupan individu peserta didik dalam beragama, seni, kreativitas, berkomunikasi, nilai dan berbagai dimensi inteligensi yang sesuai dengan diri seorang peserta didik dan diperlukan masyarakat, bangsa dan manusia dengan melalui konseling.

Kekuatan eksistensi profesi konseling muncul sebagai akibat interaksi timbal balik antara kinerja konselor bermartabat dengan kepercayaan publik (public trust). Masyarakat percaya  bahwa pelayanan konseling yang diperlukan itu hanya dapat diperoleh dari konselor yang

dipersepsikan sebagai seorang yang kompeten dan bermartabat untuk memberikan pelayanan konseling yang bermartabat.

Kinerja konselor pada era globalisasi abad ke-21, menuntut konselor profesional yang memiliki kemampuan sebagai berikut.

1. Kinerja ( performance). Kemampuan ini merupakan seperangkat perilaku nyata yang ditunjukkan oleh seorang konselor profesional pada waktu melaksanakan tugas  profesionalnya/keahliannya.

2. Penguasaan landasan profesional/akademik. Kemampuan ini mencakup pemahaman dan  penghayatan yang me mencakupndalam mengenai filsafat profesi/kepakaran di bidang

konseling.

3. Penguasaan materi akademik/profesional. Kemampuan ini mencakup sosok tubuh disiplin ilmu konseling beserta bagian-bagian dari disiplin ilmu terkait dan penunjang yang melandasi kinerja profesional konseling.

4. Penguasaan keterampilan/proses kerja. Kemampuan ini mencakup keterampilan khusus yang diperlukan oleh konselor profesional dalam melaksanakan kinerja profesional sejak  perencanaan sampai akhir proses pelaksanaannya dalam bentuk penampilan hasil

(14)

5. Penguasaan penyesuaian interaksional. Kemampuan ini mencakup cara-cara untuk menyesuaikan diri dengan suasana hubungan kerja pada saat melaksanakan tugas profesi konselor profesional. Suasana lingkungan kerja yang dimaksud yaitu suasana lingkungan dimana klien memperoleh layanan, suasana sosial budaya tempat kerja, nilai-nilai dan norma-norma yang dianut dan sebagainya.

6. Kepribadian. Kemampuan ini mencakup sifat-sifat dan keyakinan yang perlu dimiliki oleh konselor profesional, termasuk ke dalamnya adalah sikap, nilai, moral dan etika profesi terkait.

Keenam kemampuan dasar profesi konselor itu tidak boleh dipandang sebagai pilahan- pilahan yang terpisah, melainkan harus dipandang sebagai suatu keterpaduan yang menjelma dan bermuara pada kualitas kinerja konselor. Di samping itu,proporsi setiap kemampuan dasar dalam keseluruhan profil kemampuan konselor itu tidak sama besar tergantung  penekanannya. Dengan demikian kualitas kemampuan lulusan program studi bimbingan dan

konseling setidak-tidaknya dapat dilihat dari kemampuannya dalam melakukan tugasnya, dengan memperlihatkan perilaku nyata yang didasari oleh ketahanan profesional-akademik,  penguasaan bahan akademik/profesi/ kepakaran, penguasaan proses yang diperlukan, dan

kemampuan menyesuaikan diri dalam suasana interaksional yang dilandasi oleh kepribadian yang sehat, mantap, dan produktif.

Konselor masa depan di abad ke-21 adalah konselor yang dalam menjalankan profesi konseling kreatif, inovatif, produktif dan menyenangkan untuk menjadikan profesi konseling menjadi kuat dan eksis sehingga akuntabilitas konselor profesional secara nasional di Indonesia ini dapat diwujudkan. Konselor yang kreatif, inovatif dan menyenangkan akan menjadikan proses konseling hidup, berkembang, dinamis, dan menyenangkan bagi pihak yang dilayani,sehingga menimbulkan kepercayaan publik (public trust). Profesi konselor akan menjadi kokoh, banyak dicari orang,dan menjadi pilihan yang sangat berguna bagi individu yang hidup dalam dunia yang kompleks,sibuk,dan terus berubah sehingga banyak  pengalaman yang sulit dihadapi seseorang untuk segera diselesaikan. Pada saat itulah

konseling merupakan pilihan yang tepat dan sangat bermanfaat.

Konselor di abad ke-21 adalah seorang profesional di dalam masyarakat terbuka, dan sebagaimana dengan profesi-profesi lain,profesi konselor di masyarakat terbuka adalah suatu  profesi yang kompetitif. Artinya,profesi konselor haruslah benar-benar mempunyai identitas

(15)

 profesional dan karakteristik profesional karena sifat dari pekerjaannya, tetapi juga  profesionalisme profesi konselor harus berhadapan dan bersaing dengan profesi-profesi lain di dalam masyarakat terbuka di abad ke-21. Masyarakat terbuka di abad ke-21 hanya menerima tenaga profesional dalam berbagai bidang kegiatan,termasuk konselor. Artinya,  barang siapa yang tidak profesional tidak akan survive karena tidak dapat berkompetisi dengan profesi atau orang lain yang lebih kompeten dan kompetitif. Apabila profesi konselor tidak kompetitif, tidak profesional, hal itu dapat berakibat matinya profesi tersebut, tidak terjadi public trust, dan tidak memiliki makna bagi kehidupan manusia yang sedang menjalani proses perkembangan. Oleh karena itu profesionalisme konselor sangat penting, karena merupakan syarat mutlak di dalam kehidupan global abad ke-21. Globalisasi mengubah hakikat kerja amatirisme menuju profesionalisme yang kinerjanya didasarkan  pada penguasaan ilmu pengetahuan, tranformasi kebudayaan ke arah budaya yang dinamis,

kreativitas, inovasi, produktivitas yang tinggi, dan kualitas kinerja dan karya yang kompetitif.

F. Tawaran Solusi

Adapun solusi yang kami tawarkan dari permasalahan tersebut adalah konselor dituntut secara sadar dan cepat melakukan penyesuaian agar respon-respon yang diberikan lebih efektif, Selain itu konselor abad 21 perlu memiliki kecakapan yang terbagi menjadi empat kecakapan penting yaitu way of thingking, way of working, tool of working, dan living in the word . Kecakapan konselor di abad 21 yang pertama yaitu way of thingking , seperti kreativitas, inovasi, berfikir kritis, kemampuan menyelesaikan masalah, kemampuan mengambil keputusan, kemauan untuk belajar, dan kemampuan untuk mengontrol aspek kognitif (metakognisi). Kecakapan yang kedua yaitu way of working , di dalamnya termasuk kemampuan komunikasi dan kerjasama. Kecakapan yang ketiga yaitu tool of working , antara lain kemampuan literasi informasi dan memiliki kemampuan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (melek ICT). Kecakapan yang keempat yaitu living in the world , antara lain menjadi warga negara dan warga dunia yang baik, memiliki pemahaman tentang kehidupan dan karier yang baik, memiliki tanggung jawab pribadi dan sosial, serta memiliki kesadaran dan kompetensi kultural.

(16)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Tantangan global di abad 21 secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap pelayanan  bimbingan dan konseling di Indonesia. Memasuki abad 21 konselor sekolah perlu untuk menghadapi tantangan ini dengan komitmen dan kreativitas. Komitmen dan kreativitas diperlukan untuk mengubah tantangan menjadi peluang dengan terus berlatih mengembangkan diri dan mempelajari keterampilan baru yang sesuai dengan kebutuhan siswa masa kini.

Pengembangan profesionalitas bukanlah sesuatu yang instan melainkan sebuah proses  panjang, konselor sekolah harus terus beradaptasi dengan kebutuhan masyarakat agar mereka dapat lebih efektif memenuhi harapan dan kebutuhan siswa. Keterampilan yang saat ini  paling diperlukan adalah keterampilan konselor sebagai mediator budaya dan keterampilan dalam hal penguasaan teknologi. Konselor dituntut untuk menjadi responsif budaya atau  berperan sebagai mediator budaya, agar konselor sekolah dapat bekerja dengan efektif dengan populasi dan masalah yang beragam. Keterampilan yang kedua adalah penguasaan teknologi. Meskipun bekerja dengan teknologi merupakan tantangan bagi beberapa konselor sekolah, tidak dapat dipungkiri kemajuan teknologi memberikan kesempatan bagi konselor sekolah untuk memenuhi kebutuhan siswa lebih efisien dan efektif. Program konseling sekolah berbasis teknologi, membentuk lingkungan sekolah yang lebih efektif dan memberikan siswa kesempatan berkembang lebih baik.

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Akhmadi Agus, 2013. Peningkatan Kesadaran Multikultural Konselor (Guru Bk), Vol.03 No.02 Juli-Desember 2013 ISSN 2088-3390

Baker, S. B., & Gerler, E. R. (2004). School Counseling for the Twenty-firstCentury. Upper Saddle River, NJ:Merrill/Prentice Hall.

Blocher,Donald H (1987) The Profession Counselor . New York: Macmillan Publishing Company.

Brown,Steven D. & Lent,Robert W. (1984).  Handbook of Counseling Psychology. New Publishing Co.

Gibson R.L & Mitchell M.H. (2008). Introduction to Counceling and Guidance. New Jersey: Pearson Prentice Hall.

Iswari, M. 2017. Efektivitas Penyelenggaraan Konseling Dengan Memahami Komunikasi Antar Budaya. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga.

John McLeod.(2009). An Introduction to Counselling .England: McGraw-Hill Education.

Koentjaraningrat (2015).  Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: Kompas Gramedia.

Lestari, I. (2012). Konseling Berwawasan Lintas Budaya. In prosiding seminar nasional  perspektif konseling dalam bingkay budaya. Universitas Muria kudus.

Myrick,R.D., & Witner., J. (1972). School Counseling: Problems and Methods. California: Goodyear Publ.Coy.

Ridlwan, N. A. 2017. Komunikasi Konseling Lintas Budaya di MAN 2 Brebes Jawa Tengah. Purwokerto: IAIN Purwokerto.

Rofiah, Y. A. 2016. Model Konseling Multikultural Pada Lembaga ECCD-RC ( Early Childhood Care And Development Resource Center ) Yogyakarta. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga. Rachmawati, Dini. 2017. Konselor Abad 21: Tantangan dan Peluang.  Jurnal Konseling

GUSJIGANG. Vol. 3, No. 1.

Samuel.T.Glading.(2012) Konseling: Profesi yang Menyeluruh. Jakarta: INDEKS.

Wibowo,Mungin Eddy (2002). Konseling Perkembangan :Paradigma Baru dan Relevansinya di  Indonesia. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap dalam Bidang Bimbingan dan

(18)

Wibowo,Mungin Eddy (2017). Tantangan Profesi Bimbingan Dan Konselingdi Abad Ke-2. Seminar Nasional Bimbingan dan Konseling di Universitas PGRI Semarang Tanggal 11  November 2017. Semarang: Depdiknas UNNES.

Referensi

Dokumen terkait

Alhamdulillahi robbil’alamiin, puji dan rasa syukur penulis haturkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta karunia-Nya sehingga penulis

Apabila dibandingkan dengan hasil pengamatan, teori tersebut sesuai dengan hasil jumlah total bakteri pada kelompok B1 dan B2, akan tetapi ketidaksesuaian terjadi pada kelompok B3,

4) jarak bukaan (d1) dan lebar bukaan (d2) diatur sebagaimana dalam Tabel 5.3; jarak bukaan dimulai dari titik tengah lebar bukaan sampai titik tengah lebar bukaan berikutnya

Penghargaan sekolah Adiwiyata diberikan kepada Sekolah - sekolah yang telah berhasil mengembangkan dan menerapkan pendidikan lingkungan hidup dan telah memenuhi komponen

3) Bagi mahasiswa yang gagal mendapat kolej kediaman anda boleh mencetak borang rayuan kolej bermula dari 28

Berdasarkan hasil yang dicapai pada siklus I dan siklus II dengan menggunakan metode talking stick untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran

Memilih siswa kelas IV sebagai subjek penelitian karena (1)tingkat perkembangan kognitif antara 10 dan 11 tahun dimana murid sudah dapat berpikir kritis dan

Hasil percobaan dengan kapasitas RAM 8GB memiliki grafik yang tidak jauh berbeda dengan grafik pada percobaan sebelumnya, urutan jenis data berdasarkan kecepatan waktu