• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tugas Sistem Rekayasa Kenyamanan Termal Fix_new

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Tugas Sistem Rekayasa Kenyamanan Termal Fix_new"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

FINAL PROJECT

“EVALUASI BEBAN PENDINGINAN RUANG DAN DESAIN KAPASITAS

SISTEM PENDINGIN RUANG KELAS C-125 JURUSAN TEKNIK FISIKA”

[MATA KULIAH : REKAYASA SISTEM KENYAMANAN TERMAL]

Dosen Pengampu Mata Kuliah :

Dr. Gunawan Nugroho, ST, MT

Nur Laila Hamidah, ST, MSc

Disusun Oleh :

Yeni Afni Fajrin (2414106007)

Bramantyo K. (2414106016)

Rahadian Agnies S.P (2414106025) Susi Yanti N. (2414106034) Muhammad Muiz H. (2415105010) Fandy Akhmad N.F (2414105013)

JURUSAN TEKNIK FISIKA

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

SURABAYA

(2)

Daftar Isi

ABSTRAK... 4 BAB I... 5 PENDAHULUAN... 5 1.1 Latar Belakang... 5 1.2 Perumusan Masalah...5 1.3 Lingkup Kerja... 5 1.4 Tujuan... 5 1.5 Manfaat Penelitian...6 1.6 Sistematika Laporan...6 BAB II... 7 Tinjauan Pustaka... 7

2.1 Proses Belajar Mengajar...7

2.2 Kenyamanan Termal...7

2.3 Overall Thermal Transfer Value (OTTV)...8

2.4 WWR... 12

2.5 Roof Temperature Thermal Value (RTTV)...12

1.7 2.6 Beban Pendinginan (Metode Cooling Load Temperature Difference). 14 BAB III... 16

Metodologi Penelitian... 16

3.1 Alat dan Bahan...16

3.2 Diagram Alir Penelitian...16

3.1.1 Pengukuran Geometri Ruang...17

3.1.2 Pendataan Sumber Panas...18

3.1.3 Perhitungan Beban Pendingin...19

3.1.4 Desain Kenyamanan Termal...19

3.1.5 Desain AC... 19

3.1.6 Analisa Analisis Perbandingan Beban Pendinginan dan Sistem Pendingin... 19

BAB IV... 19

Analisa dan Pembahasan...19

4.1 Analisa Data... 20

4.2 Beban Pendinginan...20

(3)

4.2.1.1 Infiltration Air...20

4.2.2 Beban Pendinginan Eksternal...21

4.3 Desain Kenyaman Termal...24

4.4 Perhitungan Nilai OTTV...25

4.5 Simulasi Ecotect...27

4.6 Desain AC... 29

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...31

5.1 Kesimpulan... 31

5.2 Saran... 31

(4)

ABSTRAK

Perhitungan cooling load dari suatu ruangan yang akan dikondisikan udaranya merupakan tahapan yang diperlukan agar diperoleh tingkat kenyamanan yang diinginkan. Suatu ruangan memperoleh panas dari berbagai sumber. Panas yang diperoleh ruangan dapat berasal dari beban eksternal, beban internal, infiltrasi dan ventilasi. Untuk menjaga temperatur dan kelembaban udara ruangan pada keadaan yang nyaman maka panas harus dikeluarkan dari ruangan. Jumlah panas yang dikeluarkan tersebut dinamakan cooling load. Pada tugas akhir ini, reka simulasi dilakukan sebagai sebuah metode untuk mendapatkan cooling load, dengan bantuan sistem komputer yakni perangkat lunak EnergyPlus. Setelah mendapatkan hasil cooling load dari simulasi, penulis melakukan analisa perbandingan cooling

load antara hasil cooling load yang didapat dari simulasi EnergyPlus dengan cooling load yang didapat dari hasil perhitungan berdasarkan metode CLTD (Cooling Load Temperature Difference)

Kata kunci : Cooling Load , CLTD

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di dalam kelas adalah aktivitas belajar yang rutin dilaksanakan selama lima hari dalam sepekan. Agar proses belajar mengajar dapat berjalan secara optimal maka dibutuhkan kenyamanan di dalam ruang kelas. Salah satunya adalah pada ruangan C-125. Faktor utama yang mempengaruhi produktivitas dari kebermanfaatan ruangan adalah kenyamanan termal dari suatu ruangan tersebut. ASHRAE mendefinisikan kenyamanan termal merupakan suatu kepuasan yang dialami menusia untuk menerima suatu keadaan termal.

Kenyamanan termal didapatkan melalui perhitungan OTTV (Overall Thermal

Transfer Value) dan CL (Cooling Load). Pada metode ini dilakukan perhitungan

besaran-besaran fisis dan pemakaian peralatan listrik di dalam ruangan. Hal ini perlu diketahui karena mempengaruhi pemakaian energi listrik dan kenyamanan termal ruangan. Sehingga dari hasil perhitungan tersebut dapat diketahui dan diambil peluang-peluang penghematan energi. Oleh karena itu, dilakukan pengukuran ruangan, perhitungan OTTV, Cooling Load dan analisa penghematan energi.

Dalam kesempatan kali ini, kami memilih ruang C-125 sebagai objek pengukuran untuk diketahui kenyamanan termal yang dibutuhkan. Karena ruang tersebut merupakan salah satu kelas yang paling sering digunakan di jurusan Teknik Fisika. Selain itu, melihat dari letak posisi ruang yang cukup terkena sinar matahari dari beberapa titik sudut, yang memungkinkan C-125 sangat perlu diketahui peluang peningkatan kenyamanan ruang untuk kedepannya.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka permasalahan yang bisa diangkat dalam tugas akhir ini yaitu :

(5)

1. Bagaimana cara mengitung beban pendinginan dan OTTV pada ruangan C-125 ?

2. Berapa besarnya beban pendingan dan OTTV pada ruangan C-125?

3. Bagaimana desain AC yang sesuai untuk ruangan C-125 ?

1.3 Lingkup Kerja

Untuk menghindari meluasnya permasalahan yang muncul, maka dalam pengerjaan tugas akhir ini diambil beberapa lingkup kerja sebagai berikut :

1. Desain kenyamanan termal dengan merancang suhu yang sesuai dengan faktor yang dipertimbangkan.

2. Tidak melakukan audit energy.

3. Kenyamanan yang didesain hanya sebatas kenyamanan suhu ruang

1.4 Tujuan

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu :

1. Menghitung beban pendinginan dan OTTV pada ruangan kelas C-125

2. Membandingkan hasil perhitungan beban pendingan dan OTTV dengan standar kenyaman termal pada ruangan C-125.

3. Medesain AC yang sesuai untuk ruangan C-125.

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian perancangan desain kenyamanan termal ini diharapkan dapat memberikan masukan dan pertimbangan sehingga dapat diterapkan pada kelas c125 untuk mendukung kegiatan belajar mengajar.

1.6 Sistematika Laporan

Secara sistematis, laporan tugas akhir ini tersusun dalam lima bab dengan penjelasan sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan

Berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan tugas akhir, dan sistematika laporan.

BAB II Teori Penunjang

Berisi tentang teori–teori dasar yang menunjang dalam penulisan pada final

project ini, meliputi teori mengenai cooling load dan OTTV. BAB III Metodologi Penelitian

Berisi tentang cara mendesain kenyamanan termal dan kebutuhan sistem pengkondisian udara untuk ruang kelas C-125.

BAB IV Analisa Data dan Pembahasan

Berisi tentang analisa hasil perhitungan kemudian membandingkan hasil perhitungan dengan standar SNI kenyamanan termal serta pembahasannya.

BAB V Kesimpulan dan Saran

(6)

BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Proses Belajar Mengajar

Menurut imam al ghazali, kegiatan belajar mengajar merupakan aktifitas riil yang di dalamnya terjadi interaksi antara pendidik dan anak didik. Supaya dapat menjalani proses belajar dengan baik, kunci utama yang harus dipegang adalah konsentrasi selama kegiatan tersebut berlangsung. Dalam Kamus Besar Indonesia konsentrasi merupakan kemampuan untuk memusatkan pikiran terhadap aktivitas yang sedang dilakukan. Sedangkan Ahmadi, (2003) menyatakan bahwa konsentrasi belajar adalah kemampuan untuk memusatkan pikiran terhadap aktivitas belajar. Konsentrasi juga merupakan suatu perhatian searah terhadap suatu hal, dan biasanya berkaitan dengan konsentrasi terhadap apa yang saat ini dihadapi atau dijalani. Adanya konsentrasi yang maksimal akan membuat tujuan dari sistem belajar mengajar ini tercapai.[3] Dalam kegiatan belajar mengajar dipengaruhi faktor internal dan eksternal. Faktor internal merupakan faktor dari dalam siswa dan pengajar. Faktor eksternal merupakan factor dari kondisi sekitar lingkup belajat mengajar. Menurut Suryabrata (1989:142), faktor ekternal yang mempengaruhi kegiatan belajar mengajar salah satunya adalah kondisi gedung atau kelas. Kondisi ruangan gedung atau kelas sangat berpengaruh terhadap hasil akhir proses pembelajaran siswa. Gedung yang dirancang dan dibangun menurut kaidah standar kelas, akan sangat berbeda dengan kondisi gedung yang dibangun darurat yang kurang memperhatikan faktor kenyamanan penggunannya.

2.2 Kenyamanan Termal

Kenyamanan thermal adalah suatu kondisi thermal yang dirasakan oleh manusia, bukan oleh benda, binatang, dan arsitektur, tetapi dikondisikan oleh lingkungan dan benda-benda disekitar arsitekturnya atau kondisi pikir seseorang yang mengekspresikan kepuasan dirinya terhadap lingkungan thermalnya. ASHERE (1989), mendefinisikan kenyamanan thermal sebagai suatu pemikiran dimana kepuasan didapati.[2] Oleh karena itu, kenyamanan adalah suatu pemikiran mengenai persamaan empiric. Meskipun digunakan untuk mengartikan tanggapan tubuh, kenyamanan thermal merupakan kepuasan yang dialami oleh manusia yang menerima suatu keadaan thermal, keadaan ini alami baik secara sadar ataupun tidak sadar. Pemikiran suhu netral atau suhu tertentu yang sesuai untuk seseorang

(7)

dinilai agak kurang tepat karena nilai kenyamanan bukan merupakan nilai yang pasti dan selalu berbeda bagi setiap individu.[9]

Prinsip dari kenyamanan thermal sendiri yaitu terciptanya keseimbangan antara suhu tubuh manusia dengan suhu tubuh sekitarnya. Karena jika suhu tubuh manusia dengan lingkungannya memiliki perbedaan suhu yang signifikan maka akan terjadi ketidaknyamanan yang diwujudkan melalui kepanasan atau kedinginan yang dialami oleh tubuh.[8]

Ada tiga pemaknaan kenyamanan thermal menurut Peter Hoppe2

1. Kenyamanan thermal sebagai proses thermophisiological, menganggap bahwa nyaman dan tidaknya lingkungan thermal akan tergantung pada menyala dan matinya signal syarat reseptor thermal yang terdapat di kulit dan otak.

2. Pendekatan heat balance (keseimbangan panas), kenyamanan thermal dicapai bila aliran panas keadaan dari badan manusia seimbang dan temperatur kulit serta tingkat berkeringat badan ada dalam range nyaman. 3. Pendekatan psikologis, kenyamanan thermal adalah kondisi pikiran yang

mengekspresikan tingkat kepuasan seseorang terhadap lingkungan thermalnya.

2.3 Overall Thermal Transfer Value (OTTV)

OTTV adalah suatu nilai yang diterapkan sebagai kriteria perancangan untuk dinding dan kaca bagian luar bangunan gedung yang dikondisikan. Konsep OTTV ini mencakup tiga elemen dasar perpindahan panas melalui dinding luar bangunan, antara lain:

a. Konduksi panas melalui dinding tidak tembus cahaya. b. Konduksi panas melalui kaca.

c. Transmisi radiasi matahari melalui kaca.

Besarnya transmisi radiasi matahari dipengaruhi oleh intensitas radiasi matahari yang diterima, koefisien peneduh dari kaca dan dari alat peneduh (kalau ada). Konduksi panas melalui dinding dan kaca dipengaruhi oleh harga transmitansi (U) dari dinding dan dari kaca, beda temperatur udara di luar terhadap temperatur udara didalam bangunan (ΔT) dan absortansi radiasi matahari dari permukaan luar dari dinding.

Ketiga masukan panas ini dirata-ratakan pada seluruh permukaan dari dinding luar bangunan. Dengan memberikan harga batas tertentu untuk OTTV, maka

(8)

besarnya beban eksternal dapat dibatasi. Besarnya OTTV dipengaruhi oleh perencanaan dari selubung bangunan, antara lain: luas dan jenis kaca, luas dan jenis bahan dinding serta ketebalannya, warna pemukaan luar dinding dan orientasinya.[7]

Nilai perpindahan thermal menyeluruh atau OTTV untuk setiap bidang dinding luar bangunan gedung dengan orientasi tertentu, harus dihitung melalui persamaan

OTTV = α (Uw x (1-WWR)) x TDek + (SC x WWR x SF) + (Uf x WWR x ΔT) Dimana:

OTTV = Nilai perpindahan thermal menyeluruh pada dinding luar yang memiliki arah atau orientasi tertentu (Watt/m²).

Α = Absorbstansi radiasi matahari.

Uw = Transmitansi thermal dinding tidak tembus cahaya (Watt/m².K).

WWR = Perbandingan luas jendela dengan luas seluruh dinding luar pada orientasi yang ditentukan.

TDek = Beda temperatur ekuivalen (K).

SC = Koefisien peneduh dari sistem fenestrasi. SF = Faktor radiasi matahari (W/m²).

Uf = Transmitansi thermal fenestrasi (W/m².K).

ΔT = Beda temperatur perencanaan antara bagian luar dan bagian dalam.

Untuk menghitung OTTV seluruh dinding luar, digunakan persamaan OTTV = (A01 x OTTV1) + (A02 x OTTV2)+...+ (A0i x OTTVi)...

A01+ A02+...+ A0i Dimana:

A0i = Luas dinding pada bagian dinding luar i (m²). Luas ini termasuk semua permukaan dinding tidak tembus cahaya dan luas permukaan jendela yang terdapat pada bagian dinding tersebut.

OTTVi = Nilai perpindahan thermal menyeluruh pada bagian dinding i sebagai hasil perhitungan dengan menggunakan persamaan.

(9)

Absorbtansi thermal adalah nilai penyerapan energi thermal akibat radiasi matahari pada suatu bahan dan ditentukan pula oleh warna bahan tersebut. Nilai absorbtansi berbagai jenis material berbeda-beda, dengan material bata merah yang memiliki tingkat penyerapan radiasi matahari yang paling sedikit. Sedangkan untuk material yang paling baik penyerapan radiasi matahari yaitu lembaran alumunium yang berkilat.[1]

Tabel 2.1 Nilai Absorbtansi Radiasi Matahari Untuk Dinding Luar dan Atap Tidak Tembus Cahaya

b. Transmitansi thermal (U)

Transmitansi thermal adalah koefisien perpindahan kalor dari udara pada satu sisi bahan ke udara pada sisi lainnya.[10]

Untuk dinding tidak tembus cahaya dan fenestrasi yang terdiri dari beberapa lapis komponen bangunan maka besarnya U dapat dihitung dengan

U=1/Rtotal

Dimana Rtotal = Tananan panas total yang besarnya sama dengan jumlah dari masing-masing tanahan panas dari permukaan udara luar, bahan homogen, bahan tidak homogen dan permukaan udara dalam

Resistansi termal terdiri dari:

1. Resistansi lapisan udara luar (Rug)

Nilai resistansi lapisan udara luar (Rug) untuk beberapa jenis permukaan dinding baik itu permukaan dinding dalam maupun luar dapat dilihat pada tabel

(10)

Keterangan:

a. Emisifitas tinggi adalah permukaan halus yang tidak mengkilap (non reflektif). b. Emisifitas rendah adalah permukaan dalam yang sangat reflektif, seperti alumunium foil.

2. Resistansi thermal bahan (Rk) menggunakan persamaan Rk = t/k

Dimana :

T = Tebal bahan (m)

k = nilai konduktifitas thermal bahan (watt/m.K). Nilai k untuk berbagai jenis bahan dapat dilihat pada tabel

Tabel 2.3 Nilai K Pada Berbagai Jenis Bahan Bangunan

3. Resistansi termal rongga udara (RRu)

(11)

4. Resistansi thermal lapisan udara permukaan (RUP)

Nilainya seperti yang ditunjukkan pada tabel lapisan udara untuk dinding dan atap.

5. Beda temperatur ekuivalen

Beda temperatur ekuivalen (TDEK) dipengaruhi oleh: a. Tipe, massa dan densitas konstruksi.

b. Intensitas radiasi dan lamanya penyinaran. c. Lokasi dan orientasi bangunan.

d. Kondisi perancangan.

Untuk menyederhanakan perhitungan OTTV, nilai TDEK untuk berbagai tipe konstruksi tercantum pada Tabel 2.5.

Tabel 2.5 Beda Temperatur Ekuivalen Untuk Dinding

6. Faktor rerata radiasi matahari

Faktor radiasi matahari dihitung antara jam 07.00 WIB sampai dengan jam 18.00 WIB nilai SF diambil dari data intensitas radiasi matahari tertinggi dalam 1 bulan pada tahun 2014. Dari data yang diperoleh maka dapat diketahui bahwa intensitas radiasi matahari tertinggi terdapat pada bulan April 2014 sebesar 1134 joule/hari. 1134 j/hari dibagi 11 jam = 103.1joule/cm² = 103.1 x 10000/3600= 286,4Watt/m², Maka SF = 286, 4 Watt/m².[12]

(12)

2.4 WWR

Beban Pendinginan adalah jumlah total energi panas yang harus dihilangkan dalam satuan waktu dari ruangan yang diinginkan.Beban panas external untuk seluruh gedung akibat konduksi dan radiasi dapat Beban Pendinginan (SNI 03-6572-2001) dihitung dengan persamaan 4,5,6,7,8:[11]

2.5 Roof Temperature Thermal Value (RTTV)

RTTV adalah suatu nilai yang ditetapkan sebagai kriteria perancangan untuk penutup atap. Nilai perpindahan thermal dari penutup atap bangunan gedung dengan orientasi tertentu, harus dihitung melalui persamaan rumus:[4]

RTTV = α (Ar x Ur x TDEK ) + (As x Us x DT) + ( As x SC x SF) A0

Dimana:

RTTV = Nilai perpindahan thermal atap yang memiliki arah atau orientasi tertentu (Watt/m2)

a = Absorbtansi radiasi matahari.

Ar = Luas atap yang tidak tembus cahaya (m²). As = Luas skylight (m²).

A0 = Luas total atap = Ar + As (m²).

Ur = Transmitansi thermal atap tidak tembus cahaya (Watt/m².K). TDEK = Beda temperatur ekuivalen (K).

Sc = Koefisien peneduh dari sistem fenestrasi. SF = Faktor rasiasi matahari (W/ m²).

Us = Transmitansi thermal fenestrasi (skylight)(W/m².K).

DT = Beda temperatur perencaan antara bagian luar dan bagian dalam a. Transmitansi thermal atap (Ur).

Transmitansi thermal atap adalah koefisien perpindahan kalor dari udara pada satu sisi bahan atap ke udara pada sisi lainnya, untuk berbagai jenis nilai transmitansi atap penutup atap dapat dilihat pada

(13)

Keterangan: 1) Atap genteng. 2) Atap beton ringan.

3) Atap beton ketebalan > 6 inci (15 cm).

b. Beda temperatur ekuivalen atap (TDEK).

Beda temperatur ekuivalen atap juga dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut antara lain: tipe atap, massa atap, densitas konstruksi atap, dan intensitas matahari dan lamanya penyinaran yang mengenai atap bangunan.[6] Untuk mempermudah perhitungan RTTV maka nilai TDEK untuk berbagai tipe konstruksi atap dapat dilihat pada tabel

Tabel 2.7 Beda Temperatur Ekuivalen Untuk Berbagai Penutup Atap

c. Faktor radiasi matahari atap (Sf)

Nilai faktor radiasi matahari untuk bidang horizontal yang dihitung antara jam 07.00 WIB sampai dengan 18.00 WIB adalah SF = 316 Watt/m².

d. Koefisien peneduh atap ( Sc)

Koefisien peneduh (SC) untuk skylight dari material cor beton. e. Rttv atap tanpa skylight

Dalam hal ini untuk menghitung nilai RTTV hanya perlu mencantumkan nilai U dimana nilai U harus kurang dari U maksimal. Untuk mempermudah perhitungan RTTV atap tanpa skylight dapat dilihat pada tabel

(14)

1.7 2.6 Beban Pendinginan (Metode Cooling Load Temperature Difference)

Beban Pendinginan adalah jumlah total energy panas yang harus dihilangkan dalam satuan waktu dari ruangan yang didinginkan. Beban ini diperlukan untuk mengatasi beban panas external dan internal. Beban panas external diakibatkan oleh panas yang masuk melalui konduksi (dinding, langit-langit, kaca, partisi, lantai), radiasi (kaca), dan konveksi (ventilasi dan infiltrasi). Beban panas internal diakibatkan oleh panas yang timbul Karena orang/penghuni, lampu, dan peralatan/mesin.[5] Beban Panas External: Beban Panas External untuk seluruh gedung akibat konduksi, radiasi dan konveksi dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

 Konduksi melalui atap, dinding, dan kaca:

RSHG = U x A x CLTDcorr x Fc (3) dimana:

RSHG = room sensible heat gain (Btu/h). A = luas atap, dinding, kaca (ft²).

U = nilai konduktansi bahan (Btu/ ft².°F.h).

CLTDcorr = CLTD tabel + (78-indoor) + (outdoor-85)(°F). Fc = faktor koreksi.

 Konduksi melalui partisi, langit-langit, dan lantai: RSHG = U x A x ΔT (4) dimana:

A = luas partisi, langit-langit, lantai (ft²).

ΔT = temperatur outdoor – temperatur indoor (°F).

 Radiasi melalui kaca:

RSHG = A x SC x SCL x Fc (5) dimana:

A = luas kaca (ft²). SC = shading coefficient.

SCL = solar cooling load (Btu/h.ft²).

(15)

RSHG = 1,10 x n x CFM x ΔT RLHG = 4840 x n x CFM x ΔW (6) dimana:

RLHG = room latent heat gain (Btu/h).

CFM = kebutuhan sirkulasi udara segar untuk tiap orang (cubic feet per minute). ΔW = perbedaan rasio kelembaban outdoor–indoor (lb/lb).

n = jumlah orang.

BAB III

Metodologi Penelitian

3.1 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini, antara lain : a. Termometer infrared dan RH Meter

b. Penggaris meteran c. Software ecotect

3.2 Diagram Alir Penelitian

Berikut adalah tahapan – tahapan yang dilakukan untuk memperoleh hasil pengukuran OTTV dan juga beban pendinginan yang ada pada kelas C-125.

(16)

Gambar 3.1 Diagram alir final project

Diagram alir di atas menunjukkan tahapan – tahapan yang dilakukan selama melakukan pengukuran OTTV dan beban pendinginan kelas C-125. Setelah diperoleh nilai tingkat kenyamanan dari suatu ruangan maka dilakukan analisa peluang penghematan energi dan desain AC pada kelas C-125.

3.1.1 Pengukuran Geometri Ruang

Pengukuran ruang dilakukan pada C-125 dengan menggunakan meteran dimana mempertimbangkan dimensi ruang. Pengukuran yang diambil akan diperhitungankan sesuai dengan arah mata angin dan sudut penyinaran.

Tabel 3.1 Luas komponen sisi utara

Sisi Utara

Luas Total Luas Kaca Luas Jendela Luas Dinding

46.84 2.64 2.97 40.48

(17)

Sisi Selatan

Luas Total Luas Kaca Luas Jendela Luas Dinding

41.04 0.684 0.78 40.02

Tabel 3.3 Luas komponen sisi timur

Sisi Timur

Luas Total Luas Kaca Luas Jendela Luas Dinding

20.49 8.04 10.87 11.55

Tabel 3.4 Luas komponen sisi barat

Sisi Barat

Luas Total Luas Kaca Luas Jendela Luas Dinding

19.95 4.10 5.82 15.05

Gambar 3.2 Denah ruangan C-125 tampak sisi utara

(18)

Gambar 3.4 Denah ruangan C-125 tampak sisi selatan

Gambar 3.5 Denah ruangan C-125 tampak sisi dalam ruangan C-125

3.1.2 Pendataan Sumber Panas

Data-data yang diambil adalah data-data yang dapat mempengaruhi panas dari suatu ruangan. Data yang diambil adalah berupa data yang mengisi raung c125. Data tersebut adalah elektronik (leptop, proyektor, kipas,lampu), benda berbahan kayu (jendela, kayu yang berfungsi sebagai tembok di dalam ruang kelas, pintu, meja, kursi ), kaca jendela, tirai jendela, jenis atap, jenis lantai.

3.1.3 Perhitungan Beban Pendingin

Beban pendingin yang dipertimbangkan ada dua yaitu internal dan eksternal. Beban pendingin ekternal adalah berupa panas matahari yang dilihat dari sudut penyinaran. Beban pendingin internal terdiri dari sumber-sumber panas yang telah didata dan jumlah manusia.Perhitungan beban pendingin internal dan eksternal dihitung berdasarkan material, arah, dan jumlah dari komponen

3.1.4 Desain Kenyamanan Termal

Hasil perhitungan beban pendinginan dapat digunakan untuk mengetahui seberapa besar energi yang dibutuhkan untuk menjaga suhu ruangan agar sesuai

(19)

dengan standard kenyamanan yang telah ditentukan. Desain kenyamanan termal dihitung dengan memperkiraan besar ventilasi dan perkiraan kapasitas sistem pendingin ruang yang dibutuhkan.

3.1.5 Desain AC

Desain sistem pendinginan dilakukan dengan mencari spesifikasi kompresor yang sesuai dengan kapasitas pendinginan. Dari spesifikasi kompresor didapatkan evaporating temperature dan condensing temperature. Setelah itu dimanipulasi subcooling temperature dan superheating temperature untuk mendapatkan kinerja AC

3.1.6 Analisa Analisis Perbandingan Beban Pendinginan dan Sistem Pendingin

Dilakukan analisis perbandingan beban pendinginan dan system pendingin hasil perhitungan dan simulasi untuk menguji validitas data yang telah diolah.

(20)
(21)

BAB IV

Analisa dan Pembahasan

4.1 Analisa Data

Pengambilan data temperatur dilakukan setiap 1 jam mulai pukul 07.00 WIB sampai dengan 16.00 WIB. Data temperatur dan relative humidity yang telah diukur dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.1 Pengukuran temperatur dan relative humidity dalam dan luar ruangan

Jam 1 2 3 4 5 6 RH T RH T RH T RH T RH T RH T 07.00 56.2 27 56.9 26.9 56.2 27 56.8 27.1 57.3 27.1 56.7 27.1 08.00 63.5 27.9 65.4 27.8 67.3 27.8 67.3 27.8 68.3 27.8 67.3 27.8 09.00 71 28.5 71.3 28.5 71.5 28.7 70.9 28.6 72.2 28.7 72 28.7 10.00 67.5 29.2 67.6 29.1 67.8 29.1 66.4 29.2 67.4 29.2 67.1 29.2 11.00 77 27.5 75.5 28 74 28.3 73.6 28.4 73.2 28.6 73 28.7 12.00 76.4 26.9 76 28.1 74.2 28.3 73.7 28.5 73.5 28.7 73.6 28.8 13.00 69.6 30.3 69.9 30.1 70.3 30 70.1 29.8 70.2 29.8 70.9 29.8 14.00 64.5 29.9 64.5 29.8 64.2 29.7 66.8 29.6 64.3 29.7 64.4 29.7 15.00 66.3 28.8 66 28.9 65.9 29.1 65.1 29.1 64.9 29.3 65.1 29.3 16.00 64 29.4 63.8 29.3 64.7 29.5 65 29.5 63.3 29.5 63.2 29.4 4.2 Beban Pendinginan

Pembuatan desain kenyamanan termal dengan mempertimbangkan beban pendinginan internal dan eksternal.

4.2.1 Beban Pendinginan Internal 4.2.1.1 Infiltration Air

(22)

Infiltration air adalah sirkulasi udara pada suatu ruangan. Sirkulasi udara ini diperhitungkan sebelum mendesain kenyaman termal karena membantu dalam mendinginkan suhu ruangan. Besarnya pengaruh infiltrastion air dilihat dari volume ruangan.

4.2.1.2 Manusia

Jumlah manusia dalam suatu ruangan sangat berpengaruh besar. Manusia yang mengisi suatu ruangan adalah mahasiswa. Jumlah mahasiswa yang diambil adalah rata-rata dalam satu jadwal mata kuliah dalam satu hari. Panas manusia dibagi menjadi dua yaitu panas sensible dan panas laten. Sensible heat gain dan Laten

heat gain adalah perkiraan panas sensible dan panas laten yang dikeluarkan

manusia dan sesuai umur dan aktivitasnya.

Tabel 4.2 Beban Internal manusia

BEBAN INTERNAL ORANG

PANAS SENSIBLE PANAS LATEN

Qs = No. SHG.CLF QL = N0.LHG

PARAMETER NILAI PARAMETER NILAI

No 50 No 50 SHG 230 LHG (Btu/h) 190 CLF 0.8 HASIL PERHITUNGAN Qs (btu/h) 9200 QL (btu/h) 9500 Qs (watt) 2697.156 QL (watt) 2785.107 4.2.1.3 Power Load

Power load adalah semua benda elektronik yang mengeluarkan daya. Daya yang dipakai menghasilkan panas Pada C125 terdiri dari power load yang dihitung berupa kipas, lampu, LCD. Panas yang dihasilkan dipengaruhi oleh daya dan jumlah unit. Semakin banyak unit dan semakin besar daya akan membuat suhu ruangan semakin panas.

Tabel 4.3 Beban internal peralatan

Komponen Jumlah Daya BF CLF SHG Qs (Btu/hr)

Kipas 1 6 - 0.8 - 17964.7059

Lampu 23 36 1.25 1 - 3531.42

Proyektor 1 300 - 0.8 300 818.88

total 22315.0059

4.2.2 Beban Pendinginan Eksternal 4.2.2.1 Jendela

Perhitungan beban pendingin jendela mempertimbangkan luasan jendela dan arah datangnya sinar matahari. Jendela pada ruangan C-125 menghadap arah utara,

(23)

selatan, barat, dan timur. Tidak semua jendela pada ruangan C-125 terkena paparan langsung sinar matahari. Beban pendinginan jendela yang tidak terkena paparan sinar matahari dihitung menggunakan rumus persamaan perbedaan suhu (ΔT) sedangkan apabila terkena paparan sinar matahari maka perhitungan beban pendinginan dilakukan dengan metode CLTD (Cooling Load Temperature Difference). Perbedaan metode perhitungan pada kedua kondisi tersebut disebabkan karena panas yang dihasilkan antara yang terpapar dan yang tidak terpapar matahari akan menghasilkan panas yang berbeda. Berikut ini adalah table data perhitungan beban pendinginan jendela pada ruangan C-125. R nilai tebal k. k bahan bangunan

R jendela = lapisan udara permukaan dinding luar+kayu+lapisan udara

permukaan dinding dalam …….(4.1)

R jendela = 1.79

Berdasarkan tahanan jendela tersebut maka didapat koefisien perpindahan panas (U) pada jendela sisi timur, sebagai berikut :

U jendela = 0.56(W/m2K) Tabel 4.4 Perhitungan jendela

Beban pendinginan jendela C-125

Arah ting gi (m) panja ng (m) luas façad e WWR valueU - A (m2) A (ft2) Q (Btu/h) Utara (1) 0.78 2.55 1.989 0.1566 5 0.56 3.12E-01 3.35E+00 3.66E+00 Utara

(2) 2.19 0.64 1.4016 0.56 2.20E-01 2.36E+00 2.58E+00 selatan 0.78 1.32 1.0296 0.02118 0.56 2.18E-02 2.35E-01 2.56E-01 barat 0.78 7.47 5.8266 0.32558 0.56 1.90E+00 2.04E+01 2.23E+01 timur

(1) 1.47 6.15 9.0405 0.7740 2

0.56 7.00E+00 7.53E+01 8.23E+01 timur

(2) 2.18 0.78 1.7004 0.56 1.32E+00 1.42E+01 1.55E+01

Total 126.5199

4.2.2.2 Atap

Perhitungan beban pendinginan untuk atap mempertimbangkan bahan atap yang digunakan. Ruangan C125 memiliki bagian atap yang datar dan yang miring. Bagian atap yang datar terdiri dari bahan beton sedangkan bagian atap yang miring terdiri dari genteng. Hasil perhitungan beban pendinginan pada atap berbahan beton dan

(24)

genteng adalah 123.86 Hasil perhitungan beban pendinginan atap pada ruangan C-125 dapat dilihat pada tabel 4.5.

Tabel 4.5 Perhitungan atap ruangan

Atap C-125 CLTDroof 23 U atap 1 9.653 U atap 2 0.84 A1 10.4 m2 A2 57.4 m2 T ruang dosen 27.1 + 273 T C125 26.7 + 273 ΔT 0.4 Qatap (Btu/h) 422.63 Qatap (W) 123.8657679 4.1.3 Dinding

Dinding diukur dengan berdasarkan panjang dan tinggi sisi-sisinya . Nilai beban pendingin (Q) didapatkan dengan mempertimbangkan komponen penyusun dari dinding (R). Dinding yang terdapat di c125 berbahan batu bata dengan lapisan plester sehingga memiliki nilai R sebesar 2.99 Selain itu nilai beban pendingin dinding mempertimbangkan luasan dinding, dinding yang terkena paparan matahari DT dan bagian yang tidak terkena paparan matahari (CLTD). Nilai total yang

didapatkan pada.

Tabel 4.6 Perhitungan dinding

No Arah Komponen Penyusun valueU- (m^2)A (ft^2)A ΔT CLTDcorr Q (Btu/h) 1 Utara Bata dengan lapisanplester 0.3344 40.60 437.01 3.1 4 42.09364 2 selatan Bata dengan lapisanplester 0.3344 40.02 430.77 0.3 4 4.015384 3 Barat Bata dengan lapisanplester 0.3344 15.02 161.67 4.4 4 22.10301 4 Timur Bata dengan lapisanplester 0.3344 11.55 124.32 7.9 4 15.45150

TOTAL 83.66354

R dinding = lapisan udara permukaan dinding luar+ triplek +lapisan

udara permukaan dinding dalam ……….…… (4.2)

R dinding =2.99

Berdasarkan tahanan dinding tersebut maka didapat koefisien perpindahan panas (U) pada dinding sisi timur, sebagai berikut :

(25)

U dinding = 0.33 (W/m2 K)

CLTD corr wall = {CLTDwall + (78 – tR) + (to – 85)} ………… (4.3)

Keterangan

tR = suhu dalam ruang (OC)

to = suhu luar ruang (OC)

Dimana, CLTDwall didapatkan dari Table 1 Ashrae 1997 hal 574 4.1.4 Kaca

Kaca yang diperhitungkan pada ruangan C-125 adalah kaca jendela dan kaca yang di pintu masuk kelas. Kaca dihitung dengan rumus Q= A x SC x SCL yang merupakan nilai kaca yang terpapar sinar matahari.

Tabel 4.7 Perhitungan radiasi matahari melalui kaca

No. Arah A (m^2) A (ft^2) SC SCL (Btu/h)Qsolar Qs Total (Btu/h)

1 Utara(1) 1.368 14.725 0.93 120 152.6688 1727.233 2 Utara(2) 1.281 13.789 0.93 120 142.9596 3 Barat 4.104 44.175 0.93 120 458.0064 4 Timur(1) 6.840 73.626 0.93 120 763.344 5 Timur(2) 1.200 12.917 0.93 120 133.92 6 Selatan 0.684 7.363 0.93 120 76.3344 R kaca = 1,79(m2K/W)

Berdasarkan tahanan kaca tersebut maka didapat koefisien perpindahan panas (U) pada kaca sisi timur, sebagai berikut :

U kaca = 0,56 (W/m2 K) 4.3 Desain Kenyaman Termal

Kenyaman merupakan dimana manusia merasakan kondisi yang sesuai. Dalam desain c125 kenyamanan yang diperhitungkan adalah kenyamanan suhu atau kesesuaian. Hasil coolong load aatau beban panas yang didapat secara total adalah…..Dimana dikurangi dengan adanya infiltration sehingga cooling load dapat diperhitungkan. Desain AC yang digunakan memperhitungkan nilai PK. Nilai PK adalah power kuda. Perhitungan dalam satu ruangan 1 PK adalah membagi nilai bebab pendinginan dengan nilai pk, sehingga dibutuhkan sejumlah AC dengan niliai PK yang telah dihitung.

(26)

Ruang Besaran fisis Titik pengukuran Rata2Nilai Standard Keterangan 1 2 3 4 5 6 Kelas C-125 Temperatur (Celcius) 28.54 28 .6 5 28.7 5 28.76 28.84 28.85 28.7317 18-28 baik Relative Humidity (Rh) 64. 10 64 .7 0 69.2 0 63.70 65.30 63.00 65 40-60 lembabsedikit

4.4 Perhitungan Nilai OTTV

Suatu nilai yang ditetapkan sebagai kriteria perancangan untuk dinding dan kaca bagian luar bangunan gedung yang dikondisikan.

4.4.1.1 Absorbtansi Radiasi Matahari

Nilai penyerapan energi termal akibat radiasi matahari pada suatu bahan dan yang ditentukan pula oleh warna bahan tersebut.

4.4.1.2 Beda Temperatur Ekuivalen (Equivalent Temperature Difference=TDEk) Beda antara temperatur ruangan dan temperatur dinding luar.atau atap yang diakibatkan oleh efek radiasi matahari dan temperatur udara Iuar untuk keadaan yang dianggap quasistatik yang menimbulkan aliran kalor melalui dinding atau atap, yang ekuivalen dengan aliran kalor sesungguhnya.

4.4.1.3 Faktor Radiasi Matahari (Solar Factor = SF)

Laju rata-rata setiap jam dari radiasi matahari pada selang waktu tertentu yang sampai pada suatu permukaan.

4.4.1.4 Koefisien Peneduh (Shading Coefficient = SC)

Angka perbandingan antara perolehan kalor melalui fenestrasi, dengan atau tanpa peneduh, dengan perolehan kalor melalui kaca biasa/bening tanpa peneduh yang ditempatkan pada fenestrasi yang sama.

Niai perpindahan termal menyeluruh pada dinding luar untuk setiap bidang dinding luar bangunan gedung dengan orientasi tertentu, harus dihitung melalui persamaan:

OTTVi = α((1-WWR)*Uw)*TDeq) + (WWR*Uf*ΔT) + (WWR*SC*SF) (4.4)

dimana :

OTTV = nilai perpindahan. termal menyeluruh pada dinding luar yang memiliki arah atau orientasi tertentu (Watt/m2).

(27)

A = absorbtansi radiasi matahari. (tabel 1 dan 2).

UW = transmitansi termal dinding tak tembus cahaya (Watt/m2.K). WWR = perbandingan luas jendela dengan luas seluruh dinding luar

pada orientasi yang ditentukan.

TDEk = beda temperatur ekuivalen (K). (lihattabel8) SC = koeffisien peneduh dari sistem fenestrasi.

SF = faktor radiasi matahari (W/m2). Uf = transmitansi termal fenestrasi OT = beda temperatur perencanaan antara bagian luar dan bagian

dalam (diambil 5K).

Tabel 4.9 Perhitungan OTTV

Arah WWR 1-WWR Uw Total Alpha TD Ek Q-Wall Utara 0.065025 0.934975 5.38 1.1 10 55.33182 Selatan 0.017091 0.982909 5.38 1.1 10 58.16855 Timur 0.696104 0.303896 5.38 1.1 10 17.98457 Barat 0.27245 0.72755 5.38 1.1 10 43.05641

Arah SC Clear Glass SF Q-Kaca

Utara 0.93 0 0

Selatan 0.93 0 0

Timur 0.93 112 72.50619264

Barat 0.93 0 0

Arah Uf Clear Glass Delta T Q - Heat Gain

Utara 5.7 2.6 0.9636705

Selatan 5.7 0 0

Timur 5.7 0.5 1.9838964

Barat 5.7 1.3 2.0188545

Arah OTTV A A*OTTV

Utara 56.295491 46.84 2636.880798 Selatan 58.16855462 41.04 2387.237482 Timur 92.47465432 20.49 1894.805667 Barat 45.0752635 19.95 899.2515068 128.32 7818.175454 OTTV total 60.92717779 4.5 Simulasi Ecotect

(28)

Pada pecobaan simulasi dengan ecotect menggunakan asusmsi bahwa rentang temperature nyaman yang dibutuhkan adalah sekitar temperature 200 C – 260 C.

4.5.1 Distribusi Thermal pada Ruangan C-125

Gambar 4.1 Distribusi Thermal Pada Ruang C125

Gambar diatas menunjukkan distribusi thermal pada ruangan c125, pada simulasi tersebut memasukkan parameter pendingin sehingga pada dalam ruang terdapat kontur berwarna biru ang menandakan temperature ruangan yang sudah diberi desain pendingin serta sudah dipengaruhi oleh temperature cahaya matahari serta lampu didalam ruangan.

4.5.2 Hourly Gains

(29)

Gambar 4.2 Simulasi HVAC tanggal 31 November 2016

4.5.3 Monthly Loads/cooling loads

Dalam simulasi menggunkan software ecotect juga dapat diketahui bessarnya energi yang dibutuhkan untuk cooling dn heating dalam jangka waktu setiap bulan selam 1 tahun. Data ini dapat dperoleh ketika kita mempunyai database weather dari daerah yang diamati. Namun pada simulasi ini memanfaatkan database dari malaysi yaitu wilayah yang paling dekat dengan Indonesia Karena tidak didapatkan database dari wilayah Indonesia.

Gambar 4.3 Simulasi Cooling Load

Operation: Weekdays 06-19, Weekends 00-00. Thermostat Settings: 20.0 - 26.0 C Max Heating: 1314 W at 07:00 on 16th July Max Cooling: 2930 W at 15:00 on 5th March

HEATING COOLING TOTAL

MONTH (Wh) (Wh) (Wh)

(30)

Feb 0 244676 244676 Mar 2148 112351 114499 Apr 8063 67837 75901 May 25074 34666 59740 Jun 44961 10383 55345 Jul 83840 12262 96101 Aug 34177 24263 58440 Sep 12791 73260 86051 Oct 3309 130465 133773 Nov 3396 118219 121616 Dec 2229 227145 229373 TOTAL 220080 1375450 1595530

Pada hasil simulasi data yang didapatkan yaitu cooling load tiap bulan, maka untuk mencari nilai beban setiap hari diasumsikan sama dengan hari yang lain karena masih pada bulan yang sama kemudi dibagi dengan jumlah hari pada bulan November yaitu 30 hari.

Pada bulan November didapatkan nilai total cooling load 118219. 118219

30 =3940 W h = 13443,8 Btu/h

Jadi didapatkan spesifikasi AC yang didapatkan dari simulasi adalah 1,2 PK.

(31)

Gambar 4.4 Grafik PH single stage

Berdasarkan dari chart P-H R-22 didapatkan nilai variabel-variabel seperti berikut :

h4=h1= 100 kJ/kg

h2= 252 kJ/Kg

h3= 281 kJ/kg

Berdasarkan variabel diatas maka dapat dilakukan perhitungan coefficient of performance (COP) dari AC dengan menggunakan rumus :

h

(¿¿2−h1)/(h3−h2)=(252−102)/(281−254)=5.18

COP=Q W=¿

(32)

Gambar 4.6 Grafik P-H multi stage

Berdasarkan dari grafik didapatkan variabel-variabel : Nilai h1= 252 kJ/Kg NIlai h2= 265 kJ/Kg NIlai h3= 262 kJ/kg NIlai h4= 281 kJ/Kg NIlai h5= h6=102 kJ/kg NIlai h7=h8=78 kJ/kg

berdasarkan nilai diatas maka COP dari AC pendingin dapat dihitung dengan rumus :

h

(¿¿1−h8)/(

(

h4−h3

)

+(h2−h1))

COP= Q W=¿

(33)

COP= 252−7 8

(281−262 )+(265−252)=5.4375

Dengan mengetahui COP pada multistage dan beban pendinginan pada ruang C-125, maka watt dapat diketahui dengan rumus

CO Psingle stage=Q W →W = Q CO Psingle stage= 43375 5. 18 =8373 . 55 Watt CO Pmultistage=Q W →W = Q CO Pmultistage= 43375 5.4375=7977.011Watt

Setelah mengetahui daya masing-masing maka penghematan energy dapat dihitung dengan :

Selisih Daya=

|

WmultistageWsinglestage

|

=396.54 Watt=0.396 kWh

Dengan penghematan daya tersebut maka dapat dihitung pula penghematan biaya dalam setahun dengan rumus (asumsi pemakaian 12 jam perhari):

Biaya=0.396 kWh∗12 x 30 x 12 xRp 1.473=Rp 2 .523 . 333.92/Tahun

Rekomendasi :

Beban pendinginan keseluruhan pada ruangan C-125 adalah sebesar 43.375 Btu/h. berdasarkan beban pendinginan yang telah didapatkan, Untuk mengetahui kebutuhan PK AC pada ruangan yaitu maka dapat dilakukan perhitungan seperti dibawah ini :

Besar PK = Coling load Total (Btu/h) / 9000 (Btu/h) = 4.8 PK  dibulatkan menjadi 5 PK

Keterangan :

 AC dengan spesifikasi 1 PK dapat melakukan pendinginan sebesar 9000 Btu/h Pada ruangan C-125 telah digunakan dua buah AC dengan spesifikasi sebagai berikut :

(34)

Gambar 4.7 Spesifikasi AC Panasonic CS-PC18MKH

Dengan spesifikasi tersebut, AC pada ruangan dapat menghasilkan kapasitas pendinginan sebesar :

Kapasitas Pendinginan = 2x 18000 Btu/h= 36000 Btu/h

Dengan pendinginan tersebut maka AC pada ruang C-125 tidak mencukupi karena beban pendinginan total ruangan C-125 lebih besar dibandinkan kapasitas pendinginan dari AC yang telah terpasan. Untuk memenuhi kekurangan tersebut maka perlu adanya penambahan AC sebesar 1 PK sebanyak 1 unit dengan spesifikasi sebagai berikut :

AC Panasonic CS-PC9MKH

Gambar 4.8 Spesifikasi AC Panasonic CS-PC9MKH

Berdasarkan spesifikasi AC diatas maka kapasitas pendinginan total yang dapat dihasilkan adalah sebagai berikut :

Pendinginan total = Kapasitas pendinginan AC 2 PK + Kapasitas pendinginan AC 1 PK

Pendinginan total = (2x18000) Btu/h + 9000 Btu/h = 45000 Btu/h

Dengan penambahan tersebut maka kapasitas pendinginan AC dapat

memenuhi beban pendinginan dari ruangan C-125 .

(35)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang didapat berdasarkan percobaan ini, antara lain : a. Temperatur ruangan C-125 berubah terhadap waktu dengan

temperatur tertinggi berada pada pukul 10.00 WIB, yakni sebesar 29,1 oC

b. Beban pendinginan (cooling load) ruangan C-125l sebesar 13749,51408 watt

c. Nilai OTTV ruangan C-125 sebesar 60,92 W.m2 dan diatas batas standar SNI

d. Desain AC yang sesuai dengan beban pendinginan ruangan C-125 dengan menggunakan dua buah AC dengan kapasitas 2,5 PK per AC. Sehingga total desain kapasitas pendinginan ruang sebesar 43375,05253 Btu /h.

5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan pada percobaan ini yaitu sebaiknya menggunakan software yang lebih detail seperti fluent sehingga dapat mengetahui distribusi temperatur untuk peletakan AC yang sesuai.

DAFTAR PUSTAKA

[1] ASHRAE, American Society of Heating, Refrigerating and Air-Conditioning Engineers, inc, Handbook, Atlanta, 2009.

[2] ASHRAI, American Society of Heating, Refrigerating and Air-Conditioning Engineers, inc, Handbook, Atlanta, 1966.

[3] A. Ahmadi, Psikologi Umum, Jakarta: Rineka Citra, 2003.

[4] T. B, "Menciptakan Kenyamanan Thermal Dalam Bangunan," Jurnal Sistem

Teknik Industri, vol. 6 No. 3, 2005.

[5] M. Cheng, H. R and L. T, Field Experiments on Thermal Comfort Requirements for Campus Dormitories in Taiwan, SAGE, 2008.

[6] M. Muhaimin, "Indeks Kenyamanan Termal Dalam Ruang Bangunan di SMA Negeri 5 Banjarmasin," 2013.

[7] M. Nugroho, "A Preliminary Study of Thermal Environment in Malaysia’s Terraced Houses," Journal and Economic Engeneering, pp. 2(1), 25-28, 2011.

(36)

[8] D. Rahmadani, "Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Perkuliahan di Universitas Andalas," 2011.

[9] Rajendra, "Kajian Kenyamanan Termal Ruang Kelas Untuk Penghematan Energy," 2011.

[10] J. Rilatupa, "Aspek Kenyamanan Termal pada Pengkondisian Ruang Dalam,"

Jurnal Sains dan Teknologi EMAS, vol. 18, 2008.

[11] SNI, "Tata Cara Perancangan Sistem Ventilasi dan Pengkondisian Udara Pada Bangunan Gedung," 2001.

[12] L. Susanti, "Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Sekolah SMA Negeri di Kota Padang Padang: Laboratorium Sistem Kerja dan Ergonomi, Jurusan Teknik Industri, Universitas Andalas," 2013. .

Gambar

Tabel 2.1 Nilai Absorbtansi Radiasi Matahari Untuk Dinding Luar dan Atap Tidak Tembus Cahaya
Tabel 2.4 Nilai Jenis Celah Udara
Tabel 2.5 Beda Temperatur Ekuivalen Untuk Dinding
Gambar 3.1 Diagram alir final project
+7

Referensi

Dokumen terkait

Setelah semua skala ukur terkumpul dan memastikan bahwa seluruh dewasa awal dari suku Jawa dan Batak Toba baik laki-laki maupun perempuan yang menjadi subjek

“Once the problem has been defined and appropriate alternatives have been identified, the next stage in the analysis is to identify all relevant costs and

Pengujian kekerasan pegas daun bus yang mengalami kerusakan dilakukan pada 3 (tiga) lokasi, yaitu pada lokasi yang mengalami patah (sampel 1), lokasi sekitar patahan (sampel 2),

Seorang laki-laki usia 50 tahun datang ke praktik dokter umum dengan keluhan nyeri dan timbul benjolan pada pangkal ibu jari kaki kanan yang sudah diderita selama 3 bulan

Asuransi menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1992 tentang usaha perasuransian Bab 1, Pasal 1; “Asuransi atau Pertanggungan adalah perjanjian

Madrasah Aliyah Negeri Buntok yang peneliti dapatkan, bahwa di Sekolah tersebut masih ada persepsi yang Negatif terhadap Guru Bimbingan dan Konseling, persepsi Negatif

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa kepribadian berwirausaha memiliki pengaruh positif pada sikap berwirausaha, norma subjektif berwirausaha dan persepsi resiko

Soal pilihan ganda adalah satu bentuk tes yang mempunyai satu jawaban yang benar atau paling tepat. Pada penelitian ini peneliti meneliti soal-soal evaluasi yang ada