• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN DAN PRAMUWISATA. 2.1 Pengertian Pariwisata, Wisatawan dan Objek Wisata

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN DAN PRAMUWISATA. 2.1 Pengertian Pariwisata, Wisatawan dan Objek Wisata"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN DAN PRAMUWISATA

2.1 Pengertian Pariwisata, Wisatawan dan Objek Wisata 2.1.1 Pengertian Pariwisata

Istilah “Pariwisata” secara etomologi berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari dua suku kata yaitu “Pari dan Wisata” (Yoeti, 1985 : 102-103). Pari berarti berkali-kali atau berulang-ulang, sedangkan wisata berarti perjalanan. Maka Pariwisata adalah sebagai perjalanan yang dilakukan berulang-ulang dari suatu tempat ke tempat lain. Untuk lebih jelas, penulis telah mengutip beberapa pendapat para ahli tentang Pariwisata.

Leiper (dalam Pitana, 2009 : 44-45), telah memberikan batasan pariwisata sebagai berikut:

“Tourism comprises the ideas and opinions people hold which shape their decisions about going on trips, about where to go (and where not to go) and what to do or not to do, about how to relate to other tourists, locals and service personnel. And it is all the behavioural manifestations of those ideas and opinions”.

MacIntosh (dalam Pitana, 2009 : 45) memberikan batasan tentang pengertian pariwisata sebagai berikut :

“The sum of the phenomena and relationships arising from the interaction of tourists, businesses, host governments, and host communities, in the process of attracting and hosting these tourists and other visitors”.

(2)

Weaver dan Opperman (dalam Pitana, 2009 : 45) memberikan batasan tentang pengertian pariwisata sebagai berikut :

“Tourism is the sum total of the phenomena and relationship arising from the interaction among tourists, business suppliers, host government, host communities, origin governments, universities, community colleges and non-governmental organisations, in the process of attracting, transporting, hosting, and managing these tourists and other visitors”.

Freuler (dalam Yoeti, 1996 : 115 ) merumuskan pengertian pariwisata dengan memberikan batasan sebagai berikut :

“Pariwisata dalam artian modern adalah merupakan fenomena dari zaman sekarang

yang didasarkan atas kebutuhan akan kesehatan dan pergantian hawa, penilaian yang sadar dan menumbuhkan ( cinta ) terhadap keindahan alam dan pada khususnya disebabkan oleh bertambahnya pergaulan berbagai bangsa dan kelas masyarakat. Manusia sebagai hasil daripada perkembangan perniagaan, industri, perdagangan, serta penyempurnaan daripada alat-alat pengangkutan”.

Schulalard, seorang ahli ekonomi bangsa Austria, dalam Yoeti (1996 : 114) telah memberikan batasan pariwisata sebagai berikut:

“Tourism is the sum of operations,mainly of an economic nature,Which directly related to the entry,stay and movement of foreigner, Inside certain country,city or region”.

Menurut pendapatnya, yang dimaksudkan dengan kepariwisataan adalah sejumlah kegiatan, terutama yang ada kaitannya dengan kegiatan perekonomian yang secara

(3)

langsung berhubungan dengan masuknya, adanya pendiaman dan bergeraknya orang-orang asing keluar masuk suatu kota, daerah atau negara.

Menurut Dr. Hubbert Gulden (dalam Yoeti, 1996 : 117),

“... Pariwisata merupakan suatu seni dari lalu lintas dimana manusia berdiam di suatu tempat asing untuk maksud tertentu, tetapi dengan kediamannya itu tidak boleh tinggal atau menetap untuk melakukan pekerjaan selama-lamanya atau meskipun sementara waktu, yang sifatnya masih berhubungan dengan pekerjaan”.

Prof. Hunzieker dan Prof. K. Krapt (dalam Yoeti, 1996 : 115) memberikan batasan yang bersifat teknis yaitu sebagai berikut :

“... Pariwisata adalah keseluruhan dari gejala-gejala yang ditimbulkan oleh perjalanan dan pendiaman orang-orang asing serta penyediaan tempat tinggal sementara asalkan pendiaman itu tidak tinggal menetap dan tidak memperoleh penghasilan dari aktivitas yang sifatnya sementara tersebut”.

Richard Sihite (dalam Marpaung dan Bahar, 2000 : 46-47) menjelaskan definisi pariwisata sebagai berikut :

“... Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan orang untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain meninggalkan tempat semula, dengan suatu perencanaan dan dengan maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati kegiatan pertamasyaan dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam”.

(4)

Definisi pariwisata memang tidak dapat persis sama di antara para ahli, hal yang memang jamak terjadi dalam dunia akademis, sebagaimana juga bias ditemui pada berbagai disiplin ilmu lain. Dari definisi yang dikemukakan para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa pariwisata yang sesungguhnya adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain, dengan maksud bukan untuk mencari nafkah di tempat yang dikunjungi. Selain itu pariwisata juga dapat dikatakan sebagai sebuah industri jasa dalam bentuk pelayanan yang diberikan pada wisatawan sehingga pariwisata dikenal dengan industri tanpa asap.

2.1.2 Pengertian Wisatawan

Ditinjau dari segi etimologi, wisatawan berasal dari kata “wisata”, berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya “perjalanan” yang dapat disamakan dengan kata

travel dalam bahasa Inggris. Jadi orang melakukan perjalanan dalam pengertian ini,

maka wisatawan sama artinya dengan kata “traveller” karena dalam bahasa Indonesia sudah merupakan kelaziman memakai akhiran “wan” untuk menyatakan orang dengan profesinya, keahliannya, keadaannya, jabatannya dan kedudukan seseorang. Menurut Komisi Liga Bangsa-Bangsa 1937 (dalam RG. Soekadijo, 2000 : 13-16),

“... wisatawan adalah orang yang selama 24 jam atau lebih mengadakan perjalanan di negara yang bukan tempat kediamannya yang biasa”.

Ogilive seorang ahli kepariwisataan Inggris (dalam Yoeti, 1996 : 141) melihat pariwisata dari segi bisnis, memberikan batasan sebagai berikut:

(5)

“Wisatawan adalah semua orang yang memenuhi dua syarat, pertama bahwa mereka meninggalkan rumah kediamannya untuk jangka waktu kurang dari satu tahun dan kedua bahwa sementara mereka pergi, mereka mengeluarkan uang di tempat yang mereka kunjungi tidak dengan mencari nafkah di tempat tersebut”.

Pendapat Soekadijo (1997 : 3) mengatakan wisatawan adalah :

“…orang yang mengadakan perjalanan dari tempat kediamannya tanpa menetap di tempat yang didatangi”.

Holloway (dalam Pendit, 1986 : 30), mendefenisikan wisatawan sebagai :

“…seseorang yang mengadakan perjalanan untuk melihat sesuatu yang lain dan kemudian mengeluh bila ia membayar sesuatu yang tidak sesuai”.

Dari berbagai defenisi di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa wisatawan sebenarnya adalah seseorang ataupun sekelompok orang yang melakukan perjalanan dari satu tempat ke tempat lain dengan motif yang berbeda-beda tetapi bukan untuk tinggal menetap ataupun mencari nafkah.

Seseorang dapat dikatakan wisatawan apabila melakukan perjalanan dari tempat asalnya ke tempat lain dengan berbagai tujuan tetapi bukan untuk tinggal menetap seperti pendapat Dirjen Pariwisata (1989 : 10) yang mengatakan, ciri-ciri yang menentukan seseorang sebagai wisatawan adalah:

1. Melakukan perjalanan di luar tempat tinggalnya sehubungan dengan berbagai keperluan rekreasi, kesehatan, pendidikan, bisnis, dan sebagainya.

2. Melakukan perjalanan dan persinggahan di tempat lain untuk sementara waktu tanpa bermaksud menetap di tempat yang dikunjungi.

(6)

3. Melakukan perjalanan di luar tempat tinggalnya tidak dengan maksud untuk memperoleh penghasilan tetap atau gaji di tempat yang dikunjunginya.

Wisatawan memiliki hubungan erat dengan pariwisata, karena orang-orang yang melakukan berbagai kegiatan pariwisata disebut sebagai wisatawan. Kegiatan pariwisata tidak akan terlaksana tanpa adanya perpindahan yang dilakukan oleh wisatawan dari tempat asalnya ke sebuah tempat tujuan wisata.

2.1.3 Pengertian Objek Wisata

Objek wisata dan atraksi wisata atau “tourism resources” adalah segala sesuatu yang ada di daerah tujuan wisata yang merupakan daya tarik agar orang-orang mau datang berkunjung ke tempat tersebut. Salah satu unsur yang sangat menentukan berkembangnya industry pariwisata adalah objek wisata dan atraksi wisata. Secara pintas produk wisata dengan objek wisata serta atraksi wisata seolah-olah memiliki pengertian yang sama, namun sebenarnya memiliki perbedaan secara prinsipal. (Yoeti, 1996 : 172) menjelaskan bahwa di luar negeri terminologi objek wisata tidak dikenal, disana hanya mengenal atraksi wisata yang mereka sebut dengan nama “tourist attraction” sedangkan di Negara Indonesia keduanya dikenal dan keduanya memiliki pengertian masing-masing.

Ngafenan (dalam Karyono, 1997 : 26) telah memberikan defenisi tentang Objek Wisata sebagai berikut:

(7)

“... Objek Wisata sebagai segala objek yang dapat menimbulkan daya tarik bagi para wisatawan untuk dapat mengunjunginya. Misalnya keadaan alam, bangunan bersejarah, kebudayaan dan pusat-pusat rekreasi modern”.

Adapun pengertian objek wisata yaitu semua hal yang menarik untuk dilihat dan dirasakan oleh wisatawan yang disediakan atau bersumber pada alam saja. Mengenai pengertian objek wisata, kita dapat melihat beberapa sumber acuan antara lain :

1. Peraturan Pemerintah No.24/1979 menjelaskan bahwa objek wisata adalah : “perwujudan dari ciptaan manusia, tata hidup, seni budaya serta sejarah bangsa dan tempat keadaan alam yang mempunyai daya tarik untuk dikunjungi.

2. SK. MENPARPOSTEL NO.KM. 98 / PW.102 / MPPT-87 menjelaskan bahwa objek wisata adalah : “tempat atau keadaaan alam yang memiliki sumber daya wisata yang dibangun dan dikembangkan sehingga mempunyai daya tarik dan diusahakan sebagai tempat yang dikunjungi wisatawan”.

Dari uraian di atas, menurut Oka A. Yoeti (dalam Yoeti 1996 : 172) dalam bukunya yang berjudul “Pengantar Ilmu Pariwisata” menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan objek wisata adalah “kita dapat mengatakan sesuatu sebagai objek wisata jika kita melihat objek itu tidak dipersiapkan sebelumnya dengan kata lain objek tersebut dapat dikatakan tanpa bantuan orang lain”.

Namun pada dasarnya, objek wisata adalah segala sesuatu yang ada di daerah tujuan wisata yang merupakan daya tarik agar orang-orang mau datang berkunjung ke

(8)

tempat itu. Suatu daerah untuk menjadi DTW (Daerah Tujuan Wisata) yang baik harus dikembangkan tiga hal agar daerah itu menarik untuk dikunjungi yaitu :

1. Daerah itu harus memiliki apa yang disebut sebagai “something to see”. Artinya, di tempat tersebut harus ada objek dan atraksi wisata, yang berbeda dan tidak dimiliki oleh daerah lain serta menarik untuk dilihat pengunjung. 2. Di daerah tersebut harus tersedia apa yang disebut dengan istilah “something

to do”. Artinya, di tempat itu harus disediakan fasilitas rekreasi yang

membuat mereka betah dan ingin tinggal lebih lama. Sehingga pengunjung dapat melakukan berbagai kegiatan yang menyenangkan.

3. Di daerah itu harus ada yang disebut dengan “something to buy”. Artinya, harus tersedia fasilitas untuk berbelanja, terutama barang cenderamata sebagai hasil kerajinan tangan.

Ketiga hal di atas merupakan unsur-unsur yang kuat untuk daerah tujuan wisata sedangkan untuk pengembangan suatu daerah tujuan wisata harus ada beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain :

1. Harus mampu bersaing dengan objek wisata yang ada dan serupa dengan objek wisata di tempat lain.

2. Harus tetap, tidak berubah dan tidak berpindah-pindah kecuali dibidang pembangunan dan pengembangan.

3. Dengan sarana pendukungnya, objek wisata itu harus mempunyai cirri-ciri khas tersendiri.

(9)

4. Harus menarik dalam pengertian secara umum (bukan pengertian dari subjektif) dan sadar wisata masyarakat setempat.

5. Terdapat fasilitas, sarana dan prasarana, amenitas dan eksebilitas serta sadar wisata masyarakatnya yang mampu mendukung objek wisata tersebut.

(Dalam Yoeti, 1996 : 178).

2.2 Manfaat Pariwisata

Dalam pengembangannya, pariwisata akan membawa manfaat yang terbagi dalam beberapa bidang, yaitu :

1. Ekonomi

Pariwisata akan menambah pendapatan Negara dan memperkuat neraca pembayaran, bertambahnya pendapatan dari sektor pajak, merangsang pertumbuhan sektor-sektor ekonomi lain, seperti pertanian, peternakan, industri ringan, dekorasi, kerajinan dan kreasi seni yang semuanya saling menunjang dan saling terkait.

2. Memperluas nilai-nilai pergaulan hidup dan pengetahuan.

Media pariwisata dimana terjalinnya hubungan antara para wisatawan dengan masyarakat, hak dalam hubungan pariwisata dalam negri maupun pariwisata internasional akan membawa pandangan hidup baru dan memupuk nilai-nilai pribadi sendiri. Dengan demikian akan tumbuh rasa persahabatan, toleransi, saling menghargai, persatuan dan kesatuan sehingga ke arah pergaulan nasional yang penuh kedamaian dan ketertiban.

(10)

3. Seni Budaya

Umumnya para wisatawan yang akan datang mengunjungi daerah atau wilayah dengan maksud untuk menikmati, mengagumi suatu kreasi budaya yang asli, maka pariwisata mendorong pengembangan kreasi, penggalian, pemeliharaan atau pagelaran seni yang baik. Disamping hal ini ada kaitannya dengan bertambahnya pencaharian rakyat setempat, namun kemudian timbulnya usaha-usaha untuk meningkatkan mutu dari hasil budaya tersebut. 4. Pariwisata turut menunjang politik Negara.

Pariwisata dalam negri menimbulkan persatuan dan kesatuan nasional karena timbulnya rasa cinta pada tanah air dan bangsa sendiri. Dan pengenalan terhadap budaya bangsa akan menumbuhkan rasa kebanggaan pribadi terhadap bangsa sendiri.

5. Pemeliharaan dan pemanfaatan lingkungan hidup.

Wisatawan senantiasa ingin mengunjungi tempat-tempat yang mereka anggap nyaman, sejuk, pemandangan yang indah dan asli. Hal ini mendorong pemeliharaan lingkungan alam yang sekitarnya dapat memenuhi selera para wisatawan itu. Selain itu, pada akhirnya kita harus berusaha membangun kembali lingkungan alam yang selama ini terlantar dan kemudian dimanfaatkan sebagai tourist object.

6. Memperluas kesempatan kerja.

Konsekuensi ligis dari pengembangan pariwisata ialah berkembangnya kebutuhan sarana pariwisata dan industri pariwisata. Industri pariwisata ini

(11)

berintikan pada pemberian pelayanan sebaik mungkin. Karena itu berkembangnya industri pariwisata akan menyerap banyak tenaga kerja dalam semua tingkatan untuk mengisi kesempatan-kesempatan kerja yang tersedia dalam industri itu.

7. Menunjang perbaikan kesehatan dan prestasi kerja

Kegiatan pariwisata akan melepas ketegangan bagi jasmani dan rohani. Dengan demikian akan menumbuhkan kesehatan yang baik bagi seseorang. Pelepasan ketegangan ini akan memberikan pengaruh dalam bentuk menghimpun kembali tenaga dan sekaligus turut meningkatkan prestasi kerja dan kehidupan yang baik dalam masyarakat.

2.3 Jenis-Jenis Wisata

Wisatawan melakukan perjalanan ke suatu daerah memiliki gambaran bahwa ia akan mendapatkan sesuatu yang diinginkannya. Masing-masing orang mempunyai motif berbeda dalam melakukan perjalanan Mc.Intosh (dalam Soekadijo, 1997 : 37) mengklasifikasikan, paling tidak ada empat motif yang mendorong seseorang untuk melakukan perjalanan yaitu: motif fisik, motif budaya, motif interpersonal, motif status, atau motif prestise.

Keseluruhan motif tersebut akan membentuk jenis-jenis wisata seperti halnya pendapat Pendit. S. Nyoman (1994 : 41-47) yang membagi jenis-jenis wisata menjadi beberapa bagian sesuai dengan tempat yang akan dikunjungi antara lain:

(12)

1. Wisata Budaya

Perjalanan ini merupakan perjalanan yang dilakukan atas dasar keinginan memperluas pandangan hidup seseorang dengan jalan mengadakan kunjungan atau peninjauan ke tempat lain atau ke luar negeri, mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan dan adat istiadat mereka, cara hidup mereka, budaya dan seni mereka.

2. Wisata Kesehatan

Wisata kesehatan ini merupakan perjalanan seorang wisatawan dengan tujuan untuk menukar keadaan dan lingkungan tempat sehari-hari dimana ia tinggal demi kepentingan beristirahat dalam arti jasmani dan rohani dengan mengunjungi tempat seperti mata air panas mengandung mineral yang dapat menyembuhkan, tempat yang mempunyai iklim udara menyehatkan atau tempat yang menyediakan fasilitas-fasilitas kesehatan lainnya.

3. Wisata Olah Raga

Perjalanan ini maksudnya adalah wisatawan yang melakukan perjalanan dengan tujuan berolahraga atau memang sengaja bermaksud mengambil bagian aktif dalam pesta olahraga di suatu tempat atau negara seperti Asian Games, Olympiade, Thomas Cup, Uber Cup dan lain-lain.

4. Wisata Komersil

Dalam jenis wisata ini termasuk perjalanan untuk mengunjungi pameran-pameran dan pekan raya yang bersifat komersial, seperti pameran industri, pameran dagang dan sebagainya.

(13)

5. Wisata Industri

Wisata industri ini erat hubungannya dengan wisata komersial. Perjalanan yang dilakukan oleh rombongan pelajar atau mahasiswa, atau orang-orang awam ke suatu kompleks atau daerah perindustrian dimana terdapat pabrik-pabrik atau bengkel-bengkel besar dengan tujuan untuk mengadakan peninjauan atau termasuk dalam golongan wisata industri ini. 6. Wisata Konvensi

Wisata Konvensi erat hubungannya dengan wisata politik. Berbagai negara pada dewasa ini membangun wisata konvensi ini dengan menyediakan fasilitas membangun dengan ruangan-ruangan tempat bersidang bagi peserta suatu konferensi, musyawarah, konvensi atau pertemuan lainnya baik yang bersifat nasional maupun internasional.

7. Wisata Sosial

Yang termasuk ke dalam jenis ini adalah wisata remaja (youth

tourism). Maksud dari jenis wisata adalah pengorganisasian suatu perjalanan

murah serta mudah untuk memberi kesempatan kepada golongan masyarakat ekonomi lemah (dengan kata lain tidak mampu membayar segala sesuatu yang bersifat luks) untuk mengadakan perjalanan, seperti misalnya bagi kaum buruh, pemuda, pelajar atau mahasiswa, petani dan sebagainya.

8. Wisata Pertanian

Sebagaimana halnya dengan wisata industri, wisata pertanian ini adalah pengorganisasian perjalanan yang dilakukan ke proyek-proyek

(14)

pertanian, perkebunan, ladang pembibitan dan sebagainya dimana wisatawan rombongan dapat mengadakan kunjungan dan peninjauan untuk tujuan studi maupun melihat-lihat keliling sambil menikmati segarnya tanaman beraneka warna dan suburnya pembibitan berbagai jenis sayur-mayur dan palawija di sekitar perkebunan yang dikunjungi.

9. Wisata Maritim

Jenis wisata ini banyak dikaitkan dengan kegiatan olahraga di air, lebih-lebih di danau, bengawan, pantai, teluk atau laut seperti memancing, berlayar, menyelam sambil melakukan pemotretan, kompetisi berselancar, balapan mendayung, serta berbagai rekreasi perairan yang banyak dilakukan di negara-negara maritim di Lautan Karibia, Tahiti, Fiji dan sebagainya. 10. Wisata Cagar Alam

Jenis wisata ini biasanya banyak diselenggarakan oleh agen atau biro perjalanan yang mengkhususkan usaha dengan jalan mengatur wisata ke tempat atau daerah cagar alam, taman lindung, hutan daerah pegunungan dan sebagainya yang kelestariannya dilindungi oleh undang-undang.

11. Wisata Buru

Jenis wisata ini banyak dilakukan di negeri-negeri yang memang memiliki daerah atau hutan tempat berburu yang dibenarkan oleh pemerintah dan digalakkan oleh berbagai agen atau BPU dan juga telah ditetapkan oleh pemerintah negara yang bersangkutan, seperti berbagai negeri di Afrika untuk berburu gajah, singa, dan sebagainya.

(15)

12. Wisata Pilgrim

Jenis wisata ini sedikit banyak dikaitkan dengan agama, sejarah, adat istiadat dan kepercayaan umat dalam masyarakat dan dilakukan oleh para perorangan atau rombongan ke tempat-tempat suci, ke makam-makam orang besar atau pemimpin yang diagungkan, ke bukit atau gunung yang dianggap keramat, tempat pemakaman tokoh sebagai manusia ajaib penuh legenda. 13. Wisata Bulan Madu

Jenis wisata ini merupakan suatu penyelenggaraan perjalanan bagi pasangan-pasangan merpati, pengantin baru, yang sedang berbulan madu dengan fasilitas-fasilitas khusus dan tersendiri demi kenikmatan perjalanan. Sesungguhnya masih banyak jenis-jenis wisata lain, tergantung kepada kondisi perkembangan dunia kepariwisataan di suatu daerah atau negeri yang memang menginginkan industri pariwisatanya berkembang. Pada umumnya, semua ini tergantung pada selera atau daya kreativitas para ahli professional yang berkecimpung dalam dunia pariwisata ini.

2.4 Pengertian Pramuwisata

Apabila di artikan secara etimologi, pramuwisata berasal dari dua buah kata yaitu : “Pramu dan Wisata”. Kata “Pramu” sangat identik dengan kata “Pramu” yang sudah lazim dikenal seperti Pramuniaga, yaitu pelayan toko dan juga Pramugara/i, yaitu pelayan dalam angkutan udara. Dan kata “Wisata” yang berarti perjalanan. Jadi

(16)

dalam hal ini, Pramuwisata dapat disebut dengan Pelayan Wisata, yaitu pelayan bagi orang-orang yang sedang mengadakan perjalanan wisata.

Sesuai dengan pengertian pramuwisata yang dikeluarkan oleh Surat Keputusan Menteri Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi No:KM/82/PW.102/MPPT-88 tanggal 17 September 1998, yang dimaksud pramuwisata adalah: “Seseorang yang bertugas memberikan bimbingan, penerangan dan petunjuk tentang objek wisata, serta membantu segala sesuatu yang diperlukan wisatawan” .(Yoeti 2000:11)

Dari sudut pandang wisatawan, pramuwisata adalah seseorang yang bekerja pada suatu biro perjalanan atau suatu kantor pariwisata (Tourist Office) yang bertugas memberikan informasi, petunjuk dan advis secara langsung kepada wisatawan sebelum dan selama dalam perjalanan wisata berlangsung.

Berikut ini pengertian pramuwisata menurut beberapa sumber:

1. Drs. Oka A. Yoeti (Dalam bukunya Guiding System) mengatakan bahwa : Pramuwisata adalah orang yang memberi penerangan, penjelasan, serta penunjuk jalan kepada wisatawan dan travellers lainnya tentang segala sesuatu yang hendak dilihat, disaksikan oleh wisatawan ataupun travellers yang bersangkutan bilamana mereka berkunjung pada suatu objek, tempat atau daerah tertentu.

2. D. Samadi (Dalam bukunya : Guiding Technique) mengatakan bahwa :

A guide is a person who shows the way, as specially a person who is employed by travellers or tourist for example in a strange country or to point out explain the sight.

(17)

3. Mr. E. Amato – dari UNDP (Dalam bukunya Pedoman Guiding) menulis bahwa :

Expert Guiding Technique, in general sense of the team the tour guide is a person who is hired to conduct the travellers or tourist and to point out object of interest.

4. International Dictionary (Published by the Academic International Tourisme of Monte Carlo Principality of Monaco), tertulis bahwa :

From the tourist point of view, the tour guide is a person employed either directly by the travellers and officials private Tourist Organizations or travel agent to inform directly and advice the tourist before and during his journey.

5. Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English

A person employed to point bout interesting sights on a journey or visit.

6. Menurut SK. MENPARPOSTEL NO. KM 82/PW. 102/MPPT - 1998 tentang pramuwisata, mengatakan bahwa :

Seseorang yang memberi bimbingan penerangan dan petunjuk, tentang objek wisata serta membantu segala sesuatu yang diperlukan oleh wisatawan.

7. R.S Damardjati (Istilah-istilah Dunia Pariwisata, 2001:101)

Seseorang yang telah memiliki serifikat tanda lulus ujian profesi dari instansi atau lembaga resmi pariwisata dan telah memiliki tanda pengenal (badge), sehingga berhak untuk menyelenggarakan bimbingan perjalanan serta pemberian penerangan tentang kebudayaan, kekayaan alam, dan aspirasi kehidupan bangsa Indonesia atau penduduk suatu wilayah dan mengenai suatu

(18)

objek spesialisasi khusus terhadap para wisatawan baik sebagai perorangan atau dalam suatu kelompok, dengan menggunakan satu atau beberapa bahasa tertentu.

Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pramuwisata adalah seseorang yang mengarahkan sebuah tour. Ia adalah kunci utama yang akan membawa wisatawan mendapatkan pengalaman-pengalaman selama tur. Pramuwisata juga merupakan seseorang yang memimpin wisatawan dan memberikan informasi tentang segala sesuatu yang memilii daya tarik bagi wisatawan.

2.4.1 Persyaratan Pramuwisata

Secara formal untuk menjadi seorang pramuwisata (Tour Guide) sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi No.KM.82/PW.102/MPPT-88 tanggal 17 September 1998, khususnya dalam Pasal 8 Bab III, syarat-syarat untuk menjadi pramuwisata ditentukan sebagai berikut:

1. Untuk menjadi pramuwisata dan pengatur wisata diisyaratkan memiliki sertifikasi sebagai hasil mengikuti kursus dan ujian, serta diberikan tanda pengenal (badge) sebagai ijin operasional.

2. Materi ujian, bentuk sertifikat, dan tanda pengenal (badge) pramuwisata dan pengatur wisata ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pariwisata.

3. Sertifikat dan tanda penegenal (badge) pramuwisata oleh Gubernur Kepala daerah Tingkat I atau pejabat yang ditunjuk.

(19)

a. Warga Negara Indonesia;

b. Umur serendah-rendahnya 25 (duapuluh lima) tahun;

c. Menguasai bahasa Indonesia dan salah satu bahasa asing dengan lancar; d. Memiliki keterampilan membawa rombongan wisata;

e. Memiliki sertifikat Pramuwisata Madya atau telah berpengalaman di bidang pramuwisata selama 5 (lima) tahun;

f. Mempunyai pengetahuan dan mampu secara mendalam mengenai ilmu bumi pariwisata, kependudukan, pemerintahan, sejarah dan kebudayaan serta atraksi pariwisata di seluruh Indonesia;

g. Pendidikan serendah-rendahnya Sekolah Menengah Tingkat Atas. Untuk mengikuti kursus dan ujian Pramuwisata Muda disyaratkan: a. Warga Negara Indonesia;

b. Umur serendah-rendahnya 18 (delapan belas) tahun;

c. Menguasai bahasa Indonesia dan salah satu bahasa aing dengan lancar;

d. Mempunyai pengetahuan dan mampu secara mendalam mengenai ilmu bumi pariwisata, kependudukan, pemerintahan, sejarah dan kebudayaan daerah Tingkat II tempat Pramuwisata Muda dan Daerah Tingkat I secara umum; e. Pendidikan serendah-rendahnya Sekolah Menengah Tingkat Atas.

Untuk mengikuti kursus dan ujian Pramuwisata Madya disyaratkan sebagai berikut:

a. Warga Negara Indonesia;

(20)

c. Menguasai bahasa Indonesia dan salah satu bahasa asing dengan lancar; d. Mempunyai pengetahuan dan mampu secara mendalam mengenai ilmu bumi

pariwisata, kependudukan, pemerintahan, sejarah dan kebudayaan daerah Tingkat I tempat Pramuwisata Madya dan Indonesia secara umum;

e. Memiliki kemampuan membawa rombongan wisata;

f. Memiliki sertifikat Pramuwisata Muda atau telah berpengalaman di bidang Pramuwisata selama 3 (tiga) tahun;

g. Pendidikan serendah-rendahnya Sekolah Menengah Tingkat Atas.

Oleh karena itu setiap orang yang berkeinginan untuk menjadi seorang pramuwisata harus melalui prosedur tersebut diatas. Hal ini dianggap perlu karena pemerintah saat ini sedang melakukan penertiban terhadap pramuwisata liar yang tidak terdaftar demi menjaga nama baik korp pramuwisata dari petualang Indonesia yang tidak bertanggungjawab serta sering merusak citra pariwisata Indonesia.

2.4.2 Penggolongan Pramuwisata

Di dalam Pasal 2 Bab II Surat Keputusan Menteri Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi tersebut di atas atau sesuai dengan penggolongan yang diberikan oleh Direktorat Jendral Pariwisata, pramuwisata dapat digolongkan sebagai berikut: Pertama : Pramuwisata Muda, yakni pramuwisata yang bertugas di wilayah Daerah

Tingkat II dalam Wilayah Daerah Tingkat I tempat sertifikat keahliannya diberikan.

(21)

Kedua : Pramuwisata Madya, yaitu pramuwisata yang bertugas dan beroperasi dalam Wilayah Daerah Tingkat I, tempat sertifikat keahliannya dikeluarkan.

Di dalam praktek kita mengenal ada macam-macam pramuwisata, yang dibedakan dari keahlian dan tempat atau objek tempat ia bertugas. Oleh sebab itu, pramuwisata dapat dikelompokkan sesuai dengan sudut pandang berikut ini:

1. Berdasarkan ruang lingkup kegiatannya, yaitu: a. Transfer Guide

Transfer Guide adalah pramuwisata yang kegiatannya menjemput

wisatawan di bandara, pelabuhan, stasiun atau terminal menuju ke hotel atau sebaliknya mengantar wisatawan dari satu hotel ke hotel lainnya. b. Walking Guide/Escourt Guide/Tour Guide

Walking Guide/Escourt Guide/Tour Guide adalah pramuwisata yang

kegiatannya memandu wisata dalam suatu tour. c. Local/Expert Guide

Local/Expert Guide adalah pramuwisata yang kegiatannya khusus

memandu wisatawan pada suatu objek atau atraksi wisata tertentu, misalnya museum, wisata agro, river rafting, goa, gedung bersejarah dan lain-lain.

d. Common Guide

Common Guide adalah pramuwisata yang dapat melakukan kegiatan baik

(22)

e. Driver Guide

Driver Guide adalah pengemudi yang sekaligus berperan sebagai

Pramuwisata. Ia bertugas mengantarkan wisatawan ke objek atau atraksi wisata yang dikehendaki sekaligus memberikan informasi yang diperlukan.

2. Berdasarkan Status, yaitu: a. Payroll Guide

Payroll Guide adalah pramuwisata yang berstatus sebagai pegawai tetap

perusahaan perjalanan (travel agency) dengan mendapat gaji tetap disamping komisi dan tip yang diterima dari wisatawan.

b. Part timer/Free lance Guide

Part timer/Free lance Guide adalah pramuwisata yang bekerja pada suatu

perusahaan perjalanan tertentu dan dibayar untuk tiap pekerjaan yang dilakukan serta tidak terikat oleh suatu perusahaan perjalanan tertentu. c. Member of guide Association

Member of guide Association adalah pramuwisata yang berstatus sebagai

peserta dari suatu asosiasi pramuwisata dan melakukan kegiatannya sesuai dengan tugas yang diberikan oleh asosiasi tersebut.

d. Government Officials

Government Officials adalah pegawai pemerintah yang bertugas untuk

memberikan informasi kepada tamu tentang suatu aktivitas, objek, atau suatu wilayah tertentu.

(23)

e. Company Guide

Company Guide adalah karyawan sebuah perusahaan yang bertugas

memberikan penjelasan kepada tamu tentang aktivitas atau objek perusahaan.

3. Berdasarkan karakteristik wisatawan yang dipandu, yaitu: a. Individual Tourist Guide

Individual Tourist Guide adalah pramuwisata yang khusus memandu

wisatawan individu. b. Group Tour Guide

Group Tour Guide adalah pramuwisata yang khusus memandu wisatawan

rombongan.

c. Domestic Tourist Guide

Domestic Tourist Guide adalah pramuwisata yang memandu wisatawan

nusantara/domestik. d. Foreign Tourist Guide

Foreign Tourist Guide adalah pramuwisata yang memandu wisatawan

mancanegara.

2.4.3 Tata Krama Pramuwisata

Tata krama pramuwisata itu adalah kumpulan kaidah-kaidah yang telah disepakati bersama untuk digunakan sebagai pedoman karena kaidah tersebut timbul dari hakikat kedudukan tugas serta tanggung jawabnya sebagai seorang pramuwisata.

(24)

Seorang pramuwisata akan datang dan mempunyai kepribadian yang kuat bilamana ia dapat mengikuti tata karma yang diharapkan dapat menuntunnya dalam praktek, terhadap tindakan-tindakan yang harus dilaksanakan yaitu hal-hal sebagai berikut :

a. Ingat bahwa tugasnya bukan hanya sebagai pramuwisata saja, tetapi yang lebih penting adalah perananannya untuk mewakili negaranya sendiri. Tingkah laku akan member kesan, bagaimana keadaan negara yang sebenarnya.

b. Berpakaian yang rapi, sehingga dapat memberikan kesan bahwa pramuwisata sanggup dan dapat mengurus diri sendiri.

c. Bertindaklah secara sopan dan jangan gugup atau gemetar dan ciptakanlah suatu kegembiraan dalam perjalanan dengan membuat humor yang sehat. d. Hilangkan prasangka-prasangka negatif tentang negara lain, kepercayaannya,

kebiasaannya, politik yang dianutnya dan hindarkan semua percakapan yang dapat melukai perasaan wisatawan.

e. Ikutilah peraturan, kebiasaan dan adat istiadat bangsa wisatawan yang sedang menjadi tamu itu.

f. Berilah pelayanan yang sama terhadap semua anggota rombongan dan jangan sekali-kali pilih kasih dengan memberikan keistimewaan kepada seseorang atau yang muda saja.

g. Berusahalah selalu memberi jawaban dengan cepat dan singkat. Bila ada suatu masalah yang tidak diketahui, lebih baik mengaku tidak tahu daripada memberikan informasi yang salah.

(25)

h. Selama dalam bertugas, hindarkanlah membicarakan masalah pribadi wisatawan, kecuali bila sudah merasa dekat dengannya dan janganlah menerima hadiah atau tip selama masih dalam keadaan bertugas.

i. Jangan sekali-kali merekomendasikan kepada seseorang untuk mengunjungi suatu tempat, bila pramuwisata sendiri belum pernah datang ke tempat tersebut dan jangan membawa rombongan ke daerah-daerah terlarang.

j. Seorang pramuwisata harus dapat menahan dirinya untuk memberikan kritik terhadap pelayanan yang diberikan oleh Biro Perjalanan Wisata lainnya.

2.4.4 Fungsi Pramuwisata

Yang dimaksud dengan fungsi adalah suatu pemikiran teoritis tentang sesuatu tugas yang dilakukan seorang pramuwisata meliputi :

1. Memberi penerangan dan penjelasan kepada para wisatawan yang harus mempunyai “Sense of Diplomacy”.

2. Sebagai teman dalam perjalanan bagi wisatawan dalam batas-batas kewajaran. 3. Sebagai pelindung dari berbagai bentuk gangguan terhadap wisatawan dan

barang-barang bawaannya.

4. Sebagai wakil dari Biro Perjalanan Wisata / Instansi dimana dia bekerja. 5. Pramuwisata sebagai penjual jasanya kepada Biro Perjalanan Wisata maupun

Cabang Biro Perjalanan Wisata (CBPW) dan Instansi dimana dia bekerja. Oleh karenanya dia harus bertindak pada garis-garis “Policy perusahaannya” dan harus mempunyai loyalitas yang tinggi serta disiplin yang kuat.

(26)

2.4.5 Tugas dan Kewajiban Pramuwisata

Tugas pramuwisata telah diatur dalam Surat Keputusan Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi No: KM. 82/PW.102/MPPT-88 tanggal 17 September 1998. Sesuai Ayat 1 Pasal 3 Surat Keputusan tersebut tugas pramuwisata adalah :

a. Mengantar wisatawan, baik rombongan maupun perorangan yang mengadakan perjalanan dengan transportasi yang tersedia.

b. Memberikan penjelasan tentang rencana perjalanan dan memberi petunjuk tentang objek wisata, serta memberi penjelasan mengenai dokumen perjalanan, akomodasi, transportasi, dan fasilitas wisatawan lainnya.

c. Membantu mengurus barang bawaan wisatawan dan memberi pertolongan kepada wisatawan yang sakit, mendapat kecelakaan, kehilangan atau musibah lainnya.

Dalam melakukan tugas-tugasnya itu seorang pramuwisata harus mentaati kode etik profesi, memakai tanda pengenal (badge) dan memenuhi acara perjalanan yang telah ditetapkan. Mengenai kewajiban pramuwisata dan pengatur pramuwisata di dalam pasal 11 dikatakan sebagai berikut :

1. Pramuwisata berkewajiban melaporkan pelaksanaan tugasnya secara berkala kepada Gubernur Kepala Daerah Tingkat 1 dan tembusannya kepada biro perjalanan umum yang menugaskannya.

2. Pengaturan wisata berkewajiban membuat pertanggungjawaban pelaksanaan tugasnya sebagai bahan Laporan Kegiatan Usaha (LKU) biro perjalanan umum yang bersangkuan. (Yoeti, 2000 : 23)

Referensi

Dokumen terkait

Latar belakang penelitian adalah masih disisipkanya latihan servis pada saat latihan main dan rendahnya penguasaan teknik servis atlet putri tingkat

Nuklir disadari sebagai energi dengan sustainability tinggi, dan dapat menekan biaya produksi listrik, dan dari data-data organisasi dunia ditunjukkan bahwa perlu

Hasil uji organoleptik terhadap nilai aroma bakso kijing yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 8 dan Tabel 9.. Tingkat penerimaan

Ditemukan sebanyak 1 data kesalahan penggunaan pengacuan, 2 data kesalahan penggunaan penyulihan ( substitution ), 1 data ketidakefektifan wacana karena tidak ada

Untuk semua pengadaan barang/jasa, setelah penyedia barang memperbaiki kerusakan atau mencukupi kekurangan atau hal-hal lain yang dimintakan oleh PPKom, maka penyedia barang

Fitur user adalah kumpulan dari fitur-fitur yang didapatkan dari segi user. Seleksi fitur dengan menggunakan fitur user dilakukan untuk mengetahui fitur yang berpengaruh

Oleh karna itu, judul yang peneliti angkat dalam penelitian ini adalah “Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata

Mosher (1987:198) memberi batasan bahwa petani adalah manusia yang bekerja memelihara tanaman dan atau hewan untuk diambil manfaatnya guna menghasilkan