EVA FANDORA
PERENCANA MUDA
PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA MELALUI
PROGRAM
ENVIRONMENTAL POLLUTION
CONTROL( EPCM) UDARA
TRAINING FOR TRAINER
LATAR BELAKANG
• Program pelatihan tentang Pelestarian Lingkungan untuk Indonesia; Pendidikan bagi Pembina Manager Pengendalian
Pencemaran Udara, Training Program on
Environmental Protection for Indonesia
• Tempat :di Yokohama Kenzhu Center,
The Association for Overseas Technical Scholarship (AOTS) di Kota Yokohama.
• Tujuan pelatihan
- para peserta dapat meningkatkan
kemampuan membina dalam kapasitasnya sebagai seorang pengajar pada program EPCM Udara.
- menyelesaikan buku pedoman
pengendalian pencemaran udara yang telah disusun oleh pihak Indonesia yang dipimpin oleh BPLDH Provinsi Jawa Barat dibawah bimbingan pakar dari JEMAI dan menggali berbagai pengalaman dari apa yang sudah dilakukan di Jepang sebagai pengkayaan dari pedoman tersebut.
Para peserta training for trainer
• Peserta pelatihan
berjumlah 19 (sembilan belas) orang berasal dari kalangan Industri, lembaga penelitian, lembaga pendidikan dan
pemerintahan yang menjadi tim dalam penyusunan buku panduan EPCM Udara Jawa Barat.
• Training
1. Dalam kelas: presentasi dan diskusi 2. Kunjungan Lapangan : Idemitsu Kosan
(laboratorium batubara), Isogo Thermal-Japan Power (pembangkit listrik tenaga uap batu bara), Kobe Steel (industri baja), Oji Paper (industri kertas), Taiheiyo Cement Coop.(industri semen) dan Ishikagi Memorial Hall untuk menyaksikan langsung proses pelatihan para calon manager pengendali pencemaran udara (MPPU) di
TENTANG EPCM
• Data menunjukan bahwa pencemaran udara terutama dihasilkan dari proses untuk menghasilkan energy. Pertumbuhan energy terbesar berasal dari transportasi dan rumah tangga namun pengguna energy terbesar adalah sector industry.
• Dalam Dialog kebijakan GAP tahun angaran 2007; Melalui program
Environment Pollution Control Manager (EPCM) terjalin kerjasama
antara BPLHD Jabar (Pemerintah Indonesia) dengan JETRO dan JEMAI ( dari pemerintah Jepang).
• Target program EPCM adalah peningkatan kemampuan pengelola lingkungan di lingkungan industri melalui training, uji kompetensi serta sertifikasi.
• Program EPCM, diharapkan dapat mencegah terjadinya
pencemaran lingkungan, baik pada proses awal maupun pada proses akhir. mempersiapkan SDM tangguh untuk mampu mengelola
lingkungan serta kalangan industri menjadi prioritas.
• Jawa Barat sebagai pioner program EPCM air Pemerintah pusat membuat PERMENLH tentang Standar Kompetensi dan Sertifikasi Kompetensi manajer pengendalian pencemaran air (MPPA).
INDEKS KUALITAS UDARA DI KOTA-KOTA BESAR
INDONESIA
Sumber : Bappenas, 2007
Hari baik, kecenderungan makin menurun
MENGAPA PENCEMARAN UDARA INDUSTRI?
• Isu Global : Perubahan Iklim
• Jepang sebagai negara Annex 1, yang mempunyai tanggung
jawab terhadap penurunan emisi gas rumah kaca
•Sistem pencemaran udara terdiri dari 3 komponen yaitu SUMBER, MEDIA, dan RESEPTOR.
•Faktor meteorologi berperan penting dalam penyebaran pencemar udara : kestabilan atmosfer dan angin
•Emisi terutama disebabkan hasil ikutan saat proses untuk menghasilkan energi. •Besarnya emisi : jenis bahan baku energi, besarnya energi yang digunakan, teknologi yang diterapkan dalam proses menghasilan energi serta treatmen yang diterapkan dalam system penghasil energi tersebut.
• Trend penggunaan energi di Indonesia (atas) dan di Jepang (bawah)
POTENSI INDUSTRI
TERHADAP PENCEMARAN UDARA
• Sumber : Bappenas 2007,
• Sumber : METI 2008
POTENSI GAS PENCEMAR
Tabel Peran Gas Rumah Kaca Dibandingkan CO2
Sumber: IPCC (national geographic, 2008) * gatra, 2007
Tabel Potensi Emisi yang dihasilkan dari tiap PEmbangkit Listrik
Peran CO2 CH4 N2O Kontribusi per tahun* 6,3 g ton
Konsentrasi * 380 ppm (2007) 1.783pp m (2004) 314 ppb Kemampuan molekul menyerap panas
1 poit 26 kali 216 kali
POtensi pemanasan global gas selama 20 tahun
1 point 72 kali 289 kali
Gas bertahan di atmosfer
berabad 12 th 114 th
Setiap 1 liter bensin yang terbakar dari kendaraan bermotor yang digunakan akan menghasilkan sekitar 2,24 kg karbon, sedangkan untuk listrik memberikan
Potensi dan Pemanfaatan Energi Indonesia (atas)
dan Jepang (bawah)
KEBIJAKAN PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA
JEPANG
• Jepang telah memulai program EPCM udara sejak tahun 1970.
- tingginya aktivitas industry di Jepang menyebabkan kualitas lingkungan sangat buruk.
- munculnya berbagai penyakit di masyarakat akibat
pencemaran seperti minamata, minamata niigata, asma yokkaichi, penyakit itai-itai
Pada awalnya pemerintah melakukan kerjasama dengan industri-industri yang berpotensi besar terhadap pencemaran udara.
• Penelitian sebagai dasar menentukan unsur pencemar dominan dan sumber pencemar yang berkontribusi besar terhadap pencemaran udara
• Pemerintah melakukan pengawasan dan monitoring terhadap kualitas udara ambien dan pada saat-saat tertentu melakukan sidak ke industri yang diindikasikan melakukan pencemaran.
• Beberapa industri besar telah terkoneksi secara online dengan pemerintah untuk memonitor emisinya.
• Baku mutu lingkungan, berubah disesuaikan dengan kondisi lingkungan
• Jepang mempunyai Dewan lingkungan yang
anggotanya terdiri dari ahli-ahli lingkungan dan dewan inilah yang memberikan rekomendasi kepada
PROGRAM EPCM UDARA DI JEPANG
• Manajer pengendali polusi mempunyai tugas untuk mengendalikan polusi terutama terkait dengan hal-hal teknis.
• Seorang manajer pengendali polusi harus memiliki sertifikat sebagai syarat yang menunjukan kemampuannya dalam pengelolaan lingkungan. Sertifikat didapat setelah mengikuti ujian yang diadakan oleh pemerintah.
• Industri yang menjadi target adalah industri manufaktur (termasuk
pengolahan barang), industri supali listrik, industri suplai gas, industri suplai energi panas. Manajer pengelola pencemaran udara dibagi menjadi 4 jenis, yaitu :
1. Jenis 1 : industri yang menghasilkan bahan beracun dan berbahaya dengan volume emisi gasnya 40.000Nm/jam atau lebih
2. Jenis 2 : industri yang menghasilkan bahan beracun dan berbahaya dengan volume emisi gasnya dibawah 40.000Nm/jam
3. Jenis 3 : industri selain tercantum di atas, yang menghasilkan asap/debu partikulat dan volume emisi gasnya 40.000Nm/jam atau lebih
4. Jenis 4 : industri industri selain tercantum di atas, yang menghasilkan asap/debu partikulat dan volume emisi gasnya di bawah 40.000Nm/jam 5. Pelatihan dan ujian sertifikasi didasarkan pada keempat jenis industri di atas. Ujian sertifikasi dilakukan oleh pemerintah dan oleh lembaga yang telah ditunjuk oleh pemerintah Jepang (JEMAI). Seorang pengajar adalah yang benar-benar ahli di bidangnya dan melalui seleksi yang cukup ketat. Penunjukan pengajar dan pelatihan dilakukan oleh JEMAI yang telah mendapatkan kepecayaan dari pemerintah Jepang.
PERMASALAH YANG MASIH DIHADAPI
JEPANG
•
Pemanasan global, Jepang merupakan salah satu negara Annex1
yang memiliki kewajiban untuk menurunkan gas rumah kaca.
Penurunan gas rumah kaca di negaranya sendiri pun mennjadi
tanggung jawab. Jepang merupakan negara maju dan tentu saja
konsumsi energinya akan lebih besar dibandingkan dengan
Indonesia sebagai negara berkembang. Laju penggunaan energi
akan sangat berkaitan dengan jumlah emisi yang dikeluarkan.
•
NO2, Ox, yang masih di atas baku mutu serta partikulat yang
kecenderungannya makin meningkat
•
bahaya asbes, karena rumah tradisional Jepang masih
menggunakan asbes
•
bahan berbahaya dan beracun, misalnya hasil pembakaran batu
bara sebagai sumber energi
1. Efisiensi Energi :
Elastisitas Energi Elastisitas energi adalah perbandingan antara pertumbuhan konsumsi energi dengan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Semakin kecil nilai elastisitas suatu negara maka akan semakin efisien negara tersebut
Indonesia memiliki Elastisitas energi sekitar 1,8 dan nilai ini jauh berbeda dengan negar-negar maju yang memiliki elastisitas energi sekitar 0,55-0,65. Katagori ini menunjukan bahwa Indonesai merupakan salah satu negara yang boros energi
KONSERVASI DAN DIVERSIFIKASI ENERGI
BAGIAN DARI PENCEMUD
2. Intensitas Energi :
perbandingan antara jumlah konsumsi energi per
pendapatan domestik bruto (PDB). Semakin efisien suatu negara, maka nilai
intensitasnya juga akan semakin kecil.
• Oji paper mengembangkan refuse paper
and plastic Fuel (RPF) yang memiliki
kandungan kertas 50% dan plastik 50% dan secara total penggunaanm biomass sekitar 52,7%. Selain itu digunakan pula ban bekas, chip kayu bekas sebagai
bahan bakar
PEMANFAATAN ENERGI ALTERNATIF
DALAM PROSES PRODUKSI
Taiheiyo Cemen: menggunakan biomassa, ikut mengolah sampah domestik dan menjadikannya sebagai bahan bakar dalam proses produksi . Perusahaan ini juga memproduksi listrik yang
dijual ke perusahaan listrik negara Jepang dengan harga sekeitar 7 yen/kwh pada siang hari dan 4 yen/kwh pada malam hari.
PENGEMBANGAN RENEWABLE ENERGY : Solar cell dan tenaga angin untuk lampu di pusat pertokoan Yokohama (kanan) dan pusat kota tokyo(kiri) dan Wind Power yang ada hampir di setiap kota.
SISTEM TRANSPORTASI DALAM PENCEMUD DI JEPANG: Kereta api sinkansen, kereta api merupakan transportasi utama (kiri), sepeda jauh lebih banyak dari motor (tengah), dan sheilding yang digunakan ketika jalan melewati perumahan/permukiman(kanan)
BAGAIMANA DENGAN JAWA BARAT?
• Jawa Barat sebagai Pioner dari Program EPCM di Indonesia, merupakan komitmen bagi Jabar dalam mengelola lingkungan menjadi lebih baik. • Jawa Barat memiliki potensi yang besar di sektor energi baik di up stream
(sumber energi) maupun down stream (penggunaan energi). Untuk itu, penerapan program EPCM selain dalam upaya perbaikan lingkungan juga merupakan upaya dalam mengelola energi melalui konervasi dan diversifikasi energi
Perlu adanya pembenahan berbagai hal dalam upaya perbaikan lingkungan, diantaranya :
• Data dan informasi yang kontinyu, sebagai dasar dari pengambilan keputusan dan untuk melihat efektivitas dari penerapan kebijakan.
• Penetapan aturan lingkungan didasarkan pada hasil penelitian ilmiah
• Riset dan Development, dikembangkan untuk mencari berbagai alternatif
teknologi yang efektif dan efisien dalam proses produksi di Industri dan pengelolaan lingkungan
• Kebijakan Lingkungan sangat terkait dengan Kebijakan Energi
• Reward and Punishment, tidak hanya dilakukan oleh pemerintah tetapi juga
masyarakat termasuk media.
• Seperti halnya di Jepang, maka Indonesia dihadapkan pula pada persoalan pencemaran udara dari sektor transportasi. Ke depan, hal ini perlu mendapat perhatian penting