Mikrobiologi Laut
(Pertemuan Ketujuh)
PERTUMBUHAN MIKROBA
(Kultur Kontinyu dan Metode Pengukuran Pertumbuhan)
Dr.Ir. Arniati Massinai, M.Si
Jurusan Ilmu Kelautan
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan
Unhas 2015
•
Kultur Kontinyu
• Metode Pengukuran
Pertumbuhan
• Kultivasi
mikroba
menggunakan
teknik
kultur
kontinyu/sinambung
, mikroba ditumbuhkan secara
terus menerus pada fase paling optimum untuk fase
pertumbuhan yaitu
fase eksponensial
dimana sel
membelah diri dengan
laju yang konstan
, massa
menjadi dua kali lipat mengikuti
kurva logaritmik.
• Hal ini dilakukan dengan memberi nutrisi secara terus
menerus sehingga mikroba tidak pernah kekurangan
nutrisi.
• Penambahan nutrisi/media segar ke dalam bioreaktor
dilakukan secara kontinyu, dimana dalam waktu
yang sama larutan yang berisi sel dan hasil produk
hasil metabolisme dikeluarkan dari media dengan
volume yang sama dengan substrat yang diberikan.
• Kondisi tersebut menghasilkan keadaan
yang
“STEDY
STATE”
dimana
pembentukan sel-sel baru sama dengan
sel-sel yang dikeluarkan dari fermentor.
• Pada kondisi steady state konsentrasi
nutrisi, konsentrasi sel, laju pertumbuhan
dan konsentrasi produk tidak berubah
walaupun waktu fermentasi makin lama
Kelebihan Kultur Kontinyu
• Produktivitas lebih tinggi, disebabkan lebih sedikit waktu persiapan bioreaktor persatuan produk yang dihasilkan, laju pertumbuhan & konsentrasi sel dapat dikontrol, pemasokan oksigen dan pembuangan panas dapat diatur.
• Dengan demikian hanya butuh pabrik lebih kecil (pengurangan biaya modal untuk fasilitas baru).
• Dapat dijalankan pada waktu yang lama.
• Cocok untuk proses yang kontaminasnya rendah dan produk yang berasosiasi dengan pertumbuhan.
• Pemantauan dan pengendalian proses lebih sederhana. • Tidak ada akumulasi produk yang menghambat.
Kelemahan Kultur Kontinyu
• Aliran umpan yang lama, resiko kontaminasi
besar
• Peralatan untuk operasi dan pengendalian
proses harus biasa tetap bekerja baik untuk
waktu yang lama.
• Memerlukan mikroba dengan kestabilan
genetik tinggi, karena akan digunkan pada
waktu yang lama (Irianto, 2007).
• Pertumbuhan bakteri dalam kultul kontinyu
(biak sinambung) tidak akan mengikuti kurva
pertumbuhan.
• Dalam pertumbuhan bakteri ini terdapat
prosedur yang menjadi dasar biak sinambung
yang dilakukan dalam
kemostat
dan
turbidostat
Pertumbuhan dalam kemostat
• Kemostat terdiri dari bejana biak yang dimasuki larutan biak dari bejana persediaan dengan kecepatan aliran tetap.
• Diusahakan dalam bejana biak terdapat pemasokan O2 secara optimum dan supaya selekas mungkin terjadi
distribusi merata dari nutrien yang dialirkan masuk sebagai larutan biak.
• Kecepatan pertambahan dinyatakan sebagai μx = dx/dt dan kerapatan bakteri meningkat dengan x = x0 e μ/t. • Biak dalam kemostat dikendalikan subtrat. Stabilitas
sistem ini berlandaskan keterbatasan kecepatan tumbuh oleh konsentrasi subtrat yang diperlukan pertumbuhan (donor H, sumber N, Sumber S, atau sumber P).
1. Bejana persediaan dengan filter keseimbangan (a) pipa pengisi (b)
2. Pompa peristaltik
3. Kemostat dengan penambah larutan biak (c),
pengaduk (d), filter udara masuk (e) dan pengambil cuplikan bahan (f)
4. Bejana penampung dengan filter udara keluar (g)
Gambar : Perinsip Biak sinambung dalam kemostat
a b c d e f g 1 2 3 4
Kultur dalam Kemostat
Fig. The cell crop of a bacterial culture in chemostat
• Sistem ini didasarkan pada kerapatan bakteri tertentu atau kekeruhan tertentu yang dipertahankan konstan.
• Ada perbedaan mendasar antara biak statik klasik dengan biak sinambung dalam kemostat biak statik harus dilihat sebagai sistem tertutup (boleh disamakan dengan organisme sel, tahap stationer dan tahap kematian.
• Kalau pada biak sinambung merupakan sistem terbuka yang mengupayakan keseimbangan aliran untuk organisme selalu terdapat kondisi lingkungan yang sama.
• Dalam pertumbuhan sinkron akan terjadi sinkronisasi pembelahan sel.
• Sinkronisasi populasi sel dapat dicapai dengan berbagai tindakan buatan antara lain dengan merubah suhu rangsangan cahaya, pembatasan nutrien atau menyaring untuk memperoleh sel-sel yang sama ukurannya.
• Sinkronisasi pertumbuhan ini juga dimaksudkan untuk menyediakan stater dengan usia yang sama.
Kultur dalam turbidostat
Keterangan
1. penampungan medium steril
2. katub pengontrol aliran media
3. pengeluaran medium 4. Foto sel
5. Sumber cahaya 6. Turbistat
Bakeri berkembang biak dengan pembelahan
biner melintang.
1
2
2
22
32
42
52
nLaju Pertumbuhan
N = No ² n
N = populasi akhir No = Populasi awalWaktu Generasi
• Kecepatan pembelahan sel ditentukan dengan waktu generasi (generation time) atau waktu berganda (doubling time)
• Waktu Generasi (G) dapat dihitung dgn rumus: t G = ---n Lon N - Log No n = ---Log 2 Dimana : G = waktu generasi
t = waktu yg dibutuhkan dari jumlah No menjadi N
No = populasi awal
Contoh soal :
Jika 100 sel ditumbuhkan selama 5 jam
menghasilkan 1.720.320 sel berapa waktu
Figure 6.13
Kelompok Mikroba Waktu generasi (jam) Bakteri Heterotrofik Bacillus megaterium Escherichia coli Rhisobium meliloti Troponema allidum 0,58 0,28 1,80 34,0 Bakteri Fotosintetik Cholopseudomonas ethylicum Rhodpseudomonas spheroides Rhodospirillum rubrum 7,0 2,4 5,0 Khamir Saccharomyce cerevisiae 2,0 Protozoa Paramecium caudatum Stentor coureleus Tetrabyma geleti 10,5 32,0 3,0
Metode pengukuran pertumbuhan
• Perhitungan Jumlah Sel
– Hitungan Cawan
– Hitungan Mikroskopik
– MPN (Most Probable Number)
• Perhitungan Massa Sel secara Langsung
– Volumetrik – Gravimetrik – Turbidimetrik
• Perhitungan Massa Sel secara Tidak Langsung
– Analisa komponen sel (protein, AND, ATP, dsb)
– Analisis produk katabolisme (metabolit primer, metabolit skunder, panas)
– Analisis komsumsi nutrien (karbon, nitrogen, oksigen, asam amino, mineral, dsb)
PERHITUNGAN JUMLAH SEL : HITUNGAN CAWAN
Standard Plate Counts (SPC)
Total Plate Count (TPC)
Syarat-syarat Perhitungan
• Catat pengenceran yang digunakan
• Hitung jumlah koloni (yang hanya memenuhi syarat
untuk dihitung), spreader tidak dihitung
• kalikan jumlah koloni (atau rerata jumlah jika
digunakan ulangan dalam pengenceran yang sama)
dengan kebalikan pengencerannya.
• Untuk mencegah kesalahan ketelitian dan akurasi,
catat hanya dua digit pertama saja. Digit kedua
dapat ditingkatkan jika digit ketiga di atas 5;
gunakan nol untuk digit setelah digit kedua.
• Laporkan jumlah (atau dugaan jumlah) sebagai CFU
per g atau ml.
Perhitungan mikrobia berdasar jumlah
koloni
• Jumlah koloni: Dilakukan dengan pengenceran sampel
Spreader TNTC
Kisaran Hitung untuk Plate Count
• PDA BAM Ch.3 (2001) : kisaran 25-250 koloni percawan untuk pour plate
• AOAC (AOAC OM 996.23) : kisaran 30-300 koloni per cawan pour plate dan spread plate
• ISO 7218 (2007:38) : kisaran 10-200 koloni per cawan untuk
spread plate; 10-300 coloni/cawan untuk pour plate; untuk
koloni tipikal pada medium selektif 10-150 koloni per cawan
• APHA AWWA WEF 9125 (2004:2) : kisaran 30-300 koloni per cawan untuk pour plate dan spread plate
Perhitungan mikroorganisme dalam satuan CFU/ml atau Gram
1. APHA AWWA WEF 9125 (2004:2) :
CFU/ml or gram = jumlah koloni / (jumlah sampel yang dinokulasi x tingkat pengenceran)
Contoh :
Hasil hitungan cawan : 50 koloni dari tingkat pengenceran 1/100 Jumlah sampel yang diinokulasi : 0,1 ml
CFU/ml = 50 CFU/ (0,1 x 1/100) = 50 CFU / 0,001
Jumlah mikroorganisme jika lebih dari satu pengenceran
N (CFU/ml or g) = (∑ C) / {(1 x n1) + 0,1 x n2) x d}
Keterangan :
N : Jumlah mikroorganisme CFU/ml or g
∑ C : Jumlah semua koloni pada semua cawan
n1 : Jumlah cawan yang terhitung pada pengenceran pertama
n2 : jumlah cawan yang terisi pada pengenceran ke dua /berikutnya
d : Pengenceran dimana hitungan pertama (dari pengenceran pertama) diperoleh
Contoh Perhitungan 1/10 1/100 1/1000 TNTC (>300) 232 (30-300) 33 (30-300) TNTC (>300) 244 (30-300) 23 (<30) n1 : 2 cawan
n2 : 1 cawan (23 tdk masuk kisaran) d : 1/100 N = {(232+244+33)/(1 x 2) + (0,1 x 1) + (0,1 x 1) x (1/100)} = (509/0,021) CFU/ml = 24. 238,09 CFU/ml = 24.000 CFU/ml dibulatkan
Jumlah Mikroorganisme Yang Tidak Terdapat
Pertumbuhan Koloni Pada Cawan
PDA BAM Ch.3 (2001) : kurang dari satu kali pengenceran terendah (10° ) Perhitungan : N = < 1 x 10
N = <10 CFU/ml (EAPC : Estimated Aerobic Plate Count)
1/10 1/100 1/1000
0 0 0
0 0 0
• Pernyataan kurang dari satu (<1) menggambarkan ketidak pastian jumlah sel yang berada pada total sampel
• Walaupun volume sampelk inokulum menghasilkan non koloni, pelaporan sebai 0 mutlak dihindari karena belum tentu produk steril sekalipun belum tentu terbebas dari mikroorganisme
Jumlah Mikroorganisme jika semua
pengenceran dibawah kisaran perhitungan
1/10 1/100 1/1000 23 (<30) 4 (<30) 0 (<30) 20 (<30) 2 (<30) 0 (<30) Perhitungan : N = < 30 x 10 N = <30 x 10 CFU/ml
N = 300 CFU/ml (EAPC : Estimated Aerobic Plate Count)
PDA BAM Ch.3 (2001) : kurang dari satu kali pengenceran terendah (10° )
Jumlah Mikroorganisme jika
Upper Limit
1/10 1/100 1/1000 TNTC (>300) TNTC (>300) 425 (>300) TNTC (>300) TNTC (>300) 450 (>300)• Jika semua pengenceran jumlah koloni diatas 300 upper limit dan kurang dari 100 CFU/cm² (luas cawan) : > 100 x luas area cawan x pengenceran
tertinggi ATAU n1 : 2 cawan d : 1/1000 N = {(425+450)/(1 x 2) + (0,1 x 1) x (1/1000)} = (875/0,002) CFU/ml = 43.750 CFU/ml = 44.000 CFU/ml (EAPC)
Spreader
Ada tiga tipe spreader.
• Tipe pertama
adalah rantaian koloni, tidak dapat
dipisahkan
secara
tepat,
disebabkan
oleh
disintegrasi gumpalan bakteri ketika inokulum
ditebarkan dalam medium plating.
• Tipe kedua
adalah perkembangan koloni yang
meluas dalam film air antara agar dan dasar Petri.
• Tipe ketiga
bentuk dalam film air pada tipe
Spreader
• Kedua tipe ini berkembang karena akumulasi
kelembapan pada tiap sebaran asli, dan
• spreader ini dapat mewakili pertumbuhan
koloni individu, jika pengenceran terdistribusi
secara merata dalam medium.
Contoh :
- Jumlah suspensi sel dengan pengenceran 10¯⁴ dalam kotak sedang, masing masing sebanyak 9,12,8,9, dan 10 sel
Jadi jumlah sel/ml dalam kotak sedang :
Sel/ml : rata-rata jumlah sel / volume kotak sedang X faktor pengenceran
Rata-rata jumlah sel = (9 + 12+ 8 + 9 + 10)/5 = 9,6 Volume kotak sedang : 4 x 10¯⁶
Faktor Pengenceran : 10¯⁴ Sel/ml = 9,6 / ( (4 x 10¯⁶ ) x (10¯⁴)) = 9,6/ (0,000004) x (0,0001) = 9,6/ 0,0000000004 = 24.000.000.000 = 2,4 x 10¹°
Most probable number (MPN)
• Merupakan satu metode uji pengenceran bertingkat (serial dilution) untuk mengukur konsentrasi mikroorganisme
• Mengunakan medium cair pada tabung reaksi, dengan pemasangan tabung Durhan terbalik.
• Perhitungannya berdasarkan tabung reaksi yang positif (timbul kekeruhan atau gas pada tabung Durham)
• Untuk setiap pengenceran pada umumnya mengguakan 3 atau 5 seri tabung (SNI 01-2332.1 (2007:7)
• Pengencerannya harus lebih tinggi sedapat mungkin di dalam tabung hanya ada satu mikrooganisme
Kmbinasi yang positif Index MPN tiap 100 ml 0 - 0 – 0 0 – 1 – 0 0 – 0 – 0 0 – 2 – 0 3 3 3 -1 – 0 – 0 1 – 0 – 1 1 - 1 – 0 1 – 1 – 1 1 – 2 – 0 4 7 7 11 11 2 – 0 – 0 2 – 0 – 1 2 – 1 – 0 2 – 1 – 1 2 – 2 – 0 2 – 2 – 1 2 – 3 – 0 9 14 15 20 21 28 -3 – 0 - 0 3 - 0 - 1 3 – 0 - 2 3 – 1 - 0 3 – 1 – 1 3 – 1 - 2 23 39 64 73 75 120 3 – 2 - 0 3 – 2 - 1 3 - 2 – 2 3 – 3 - 0 3 – 3 – 2 3 – 3 – 3 93 150 210 240 1000 2400