• Tidak ada hasil yang ditemukan

Skema Umum Proses Kultivasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Skema Umum Proses Kultivasi"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

KULTIVASI

(2)

Organisme Waktu Penggandaan sel

Bakteri dan khamir Kapang dan Alga Rumput

Ayam Babi

Sapi muda

Manusia (muda)

20-120 menit 2-6 jam

(3)

Skema Umum Proses Kultivasi

Bioreaktor Pengembangan Inokulum

Kultur Stok

Labu

Kocok BioreaktorI nokulum

Sterilisasi Media

Formulasi Media

Bahan Baku Media

Cairan Fermentasi

Biomassa

Pemisahan Sel

Supernatan Bebas Sel

Ekstraksi Produk

Pemurnian Produk

Pengemasan produk

(4)
(5)

„

Metode kultivasi berdasarkan cara operasi bioreaktor :

„

-

nir sinambung/ curah

(batch)

-

sinambung

(continuous)

-

semi sinambung

(fed- batch)

METODE KULTIVASI

(6)

C

O

N

T

O

H

B

IO

R

E

A

K

T

O

(7)

Pelaksanaan kultivasi :

„ Bioreaktor steril diisi dengan media segar steril lalu

diinokulasi dengan inokulum Î KULTIVASI (merupakan

sistem tertutup)

„ Pada akhir kultivasi, isi bioreaktor dikeluarkan untuk dilakukan pemanenan produk (proses hilir)

„ Bioreaktor selanjutnya dibersihkan dan disterilisasi untuk digunakan pada kultivasi berikutnya

(8)

Kultur Curah

:

1. Kultur curah merupakan cara yang paling sederhana, sehingga menjadi titik awal untuk studi kinetika kultivasi

2. Resiko kontaminasi rendah

3. Konsentrasi produk akhir lebih tinggi

4. Tidak perlu mikroba dengan kestabilan tinggi krn waktu kultivasinya pendek

5. Dapat untuk fase fermentasi yang berbeda pada bioreaktor yang sama (Contoh : pertumbuhan sel pd fase eksponensial &

pembentukan produk pd fase stasioner = metabolit sekunder 6. Pada industri farmasi, semua bahan-bahan yang digunakan

harus diketahui dengan tepat, sehingga lebih praktis dengan proses curah

7. Dari aspek rekayasa bioproses, kultur curah lebih fleksibel dalam perencanaan produksi, terutama untuk memproduksi beragam produk dengan pasar kecil

(9)

Kurva Pertumbuhan

Bila sel ditumbuhkan pada kultur curah, maka sel akan tumbuh dengan melalui : fase lag, fase eksponensial (fase log), fase stasioner dan akhirnya fase kematian

Lag Eksponensial Stasioner Kematian

Waktu

Log Jml

Sel/ml

Ln X (g/l)

‘Viable cell count’ dg lisis sel Lisis sel, diikuti

(10)

„ Fase Eksponensial :

„ Keterangan :

X = konsentrasi biomassa di dalam bioreaktor (g/l bobot kering)

µ = laju pertumbuhan spesifik (jam-1)

t = waktu (jam)

(11)

Plot antara ln[Sel] vs waktu

Î akan menghasilkan hubungan garis lurus pada fase eksponensial (ingat pembelahan biner)

(12)

„ Mengapa populasi sel meningkat dengan cara eksponensial ?

„ Perhatikan sel tunggal di dalam bioreaktorÎ Sel ini membelah diri tiap jam (pembelahan biner).

„ Populasi sel pada tiap waktu generasi dapat digambarkan sbb.

Bila 1 sel membelah menjadi 2 sel Î 2 Î 4 Î 8 …. dst 1 Î 21 Î 22 Î 23 Î 24 ………….. Î2n = N (jumlah sel)

(13)

Laju pertumbuhan spesifik(µ) :

- Menggambarkan kecepatan reproduksi sel.

- Semakin tinggi nilainya, maka semakin cepat sel tumbuh. - Pada saat sel tidak tumbuh, maka laju spesifik pertumbuhan

= 0

Model Pertumb Eksponensial

(14)

¾ Hasil integrasi :

Persamaan di atas menggambarkan hubungan eksponensial

(15)

„ Penentuan Laju Pertumbuhan Spesifik :

Plot antara ln X vs t akan menghasilkan garus lurus

(16)

Hubungan antara Waktu Penggandaan (doubling time = tD) dengan laju spesifik pertumbuhan (μ)

„td menggambarkan waktu yang diperlukan untuk menggandakan populasi sel Î menggambarkan laju pertumbuhan sel

„Selama fase eksponensial tD relatif konstan

„Hubungan antara tD dengan laju pertumbuhan spesifik

Î bila konsentrasi biomassa menjadi dua kali dari X0 menjadi X1 selama waktu penggandaan tD (= t 1- t0) :

td = 0,693

(17)

Aplikasi Kultur Curah

:

Digunakan untuk memproduksi biomassa, metabolit primer dan metabolit sekunder

Untuk produksi biomassa Î digunakan kondisi kultivasi yang mendukung pertumbuhan biomassa, sehingga mencapai

maksimal

Untuk prodiksi metabolit primer Î kondisi kultivasi harus dapat memperpanjang fase eksponensial yang dibarengi dengan

sintesis produk

(18)

KULTUR SINAMBUNG

„ Media segar secara kontinyu ditambahkan ke dalam bioreaktor, dan pada saat yang bersamaan cairan kultivasi dikeluarkan (Sistem Terbuka)

„ Sel mikroba secara kontinyu berpropagasi menggunakan media segar yang masuk, dan pada saat yang bersamaan produk, produk samping metabolisme dan sel dikeluarkan dari bioreaktor Î volume tetap

„ Bioreaktor kultur sinambung membutuhkan lebih sedikit pembersihan dibandingkan sistem curah.

„ Dapat menggunakan Sel mikroba imobil untuk

memaksimumkan waktu tinggalnya (retensi), sehingga meningkatkan produktivitasnya.

Imobilisasi sel : penempatan mikroba pada ruang/daerah tertentu, sehingga dapat mempertahankan kestabilannya & dapat digunakan berulang-ulang (contoh :

(19)
(20)

Kultur Sinambung

Kelebihan :

1. Produktivitas lebih tinggi, penyebab :

- lebih sedikit waktu persiapan bioreaktor per satuan produk yang dihasilkan

- laju pertumbuhan & konsentrasi sel dapat dikontrol

Î dengan mengatur laju dilusi

- pemasokan oksigen dan pembuangan panas dapat diatur Dengan demikian hanya butuh pabrik lebih kecil (pengurangan biaya modal untuk fasilitas baru)

2. Dapat dijalankan pada waktu yang lama

3. Cocok untuk proses yang resiko kontaminasinya rendah (contohnya penanganan limbah cair) & produk yang

berasosiasi dengan pertumbuhan

(21)

Kultur Sinambung

Dengan mengontrol laju dilusi Î dimungkinkan untuk

mempertahankan laju pertumbuhan spesifik yang optimal untuk pembentukan produk

Kelemahan :

‰ Aliran umpan yang lama Î resiko kontaminasi besar (operasi harus hati-hati & desain peralatan lebih baik)

‰ Peralatan untuk operasi dan pengendalian proses harus bisa tetap bekerja baik untuk waktu yang lama

‰ Memerlukan mikroba dengan kestabilan genetik tinggi, karena akan digunakan pada waktu yang lama

Î Terjadinya degenerasi galur mikroba yang digunakan akibat mutasi spontan menyebabkan penurunan produk yang

dihasilkan

(22)

NERACA MASSA PADA KULTUR SINAMBUNG

Biomassa :

Akumulasi = Sel masuk – Sel keluar + Pertumbuhan – Sel mati

(

μ

D

)

X

Dalam keadaan setimbang (staedy state),

Dcrit ≈ μmax

D mendekati Dcrit ⇒ tidak stabil D > μmax ⇒ wash out

(23)

Substrat :

Akumulasi = nutrisi masuk – nutrisi keluar – konsumsi untuk tumbuh

– konsumsi untuk pemeliharaan – konsumsi untuk

sintesis produk

(24)

Kultur Sinambung :

Start-Up

‰ Kultivasi sinambung diawali dengan kultivasi curah

‰ Setelah kultur mencapai fase eksponensial, lalu umpan dimasukkan

‰ Bila komposisi media saat start-up sama dengan umpan, perubahan dari curah ke sinambung menyebabkan

konsentrasi sel atau produk berosilasi (A) Î penyebab : kultur mikroba mengalami hambatan oleh substrat)

Î dicegah dengan komposisi media saat start-up 1/2 umpan

(B)

‰ Penambahan umpan dilakukan kira-kira setelah kons sel ½ kons sel saat “steady-state” (biomassa, substrat & produk tidak berubah dan laju metabolisme sel kontan)

A B

Waktu Waktu

Kons Sel

Kons

(25)

Kultur Sinambung :

‰ Model hubungan laju pertumbuhan sel dgn konsentrasi substrat pada kultivasi sinambung Î Model MONOD

µ = S µmaks KS + S

Keterangan :

µ = laju pertumbuhan spesifik (jam-1)

µmaks = laju pertumbuhan spesifik maksimum (jam-1)

S = konsentrasi substrat pembatas (g/l)

KS = kons substrat (g/l) pada saat ½ laju pertumbuhan spesifik maksimum Î menggambarkan efisiensi mikroba dalam

(26)

Model yang menghubungkan X, S dan D

Persamaan Saat Tidak Setimbang (Non-Steady State) Biomassa

(27)

D

Persamaan dalam Keadaan Setimbang (Steady State)

Substrat

(28)

D kritis

D kritis

D terendah saat mana wash out terjadi

(29)

Aplikasi Kultur Sinambung :

‰ Digunakan untuk penelitian fisiologi dan biokimia mikroba,

dikarenakan kondisinya mantap, laju pertumbuhan dapat diatur oleh laju alir dan laju pertumbuhan dibatasi oleh konsentrasi substrat

pembatas Î dapat digunakan untuk penelitian pengaruh substrat

pembatas thd kinerja mikroba, untuk perbaikan sistem curah/ semi sinambung

‰ Untuk isolasi dan seleksi mikroba penghasil enzim menggunakan

media diperkaya

‰ Untuk produksi biomassa, contoh I CI (I mperial Chemical I ndustries,

kapasitas bioreaktor 3000 m3, substrat metanol)

‰ Untuk produksi bir menggunakan bioreaktor menara (tower

(30)

KULTUR SEMI SINAMBUNG (FED-BATCH)

„ Media segar ditambahkan ke dalam bioreaktor tanpa pengeluaran

isi bioreaktor.

„ Pada kultur fed batch, media segar ditambahkan ke dalam

bioreaktor tanpa pengeluaran isi bioreaktor secara kontinyu.

„ Harus disediakan ruang dalam bioreaktor untuk penambahan

media

„ Pada saat isi bioreaktor penuh, bioreaktor dikosongkan, baik

sebagian atau seluruhnya dan proses dimulai kembali.

„ Dapat mengurangi efek represif sumber karbon akibat

penggunaan kons substrat yang tinggi dan mempertahankan kapasitas aerasi dalam bioreaktor

(31)

Aplikasi Kultur Semi Sinambung (Fed-Batch)

„ Untuk produksi antibiotika penisilin (metabolit sekunder)

Î - kultivasi 2 tahap : fase pertumbuhan sel cepat dan fase

produksi yang diatur dengan mengatur umpan substrat glukosa - Na-fenilasetat (prekursor) toksik thd Penicillium chrysogenum

Î pengumpanan harus diatur

(32)

Kultur Curah Semi Sinambung

Kultur Sinambung

Aliran masuk (Fin)

Aliran keluar (Fout)

Fin = Fout = 0 Fin> 0, Fout = 0 Fin = Fout > 0

Volume kultur Konstan Meningkat Konstan

Pengendalian kons substrat

Tdk mungkin (menurun)

Mungkin (konstan)

Mungkin (konstan)

Konsentrasi Sel Rendah (<5 g/l)

Kons. tertentu (> 100 g/l)

Kons. tertentu

Konsentrasi produk

Meningkat s.d tk rendah

Meningkat s.d tk tinggi

Konstan

Kemudahan bagi pengguna

Mudah Agak mudah Sulit

Bahaya

kontaminasi

Tidak serius Tidak serius Serius

(33)
(34)

Kinetika Curah (Batch)

Produksi Etanol oleh bakteri

Zymomonas mobilis

Waktu (jam)

Biomassa (g/l)

Glukosa (g/l)

Etanol (g/l)

ln biomassa

5 0,05 247 1,5 -2,99573

9 0,15 240 5 -1,89712

14 0,45 225 12 -0,79851

18 1,2 195 22 0,182322

22 2,8 130 47 1,029619

24 3,4 100 63 1,223775

26 3,8 75 74 1,335001

30 4,15 40 90 1,423108

(35)

Fase eksponensial = 5 – 22 jam

kurva pertumbuhan

-4 -3 -2 -1 0 1 2

5 9 14 18 22 24 26 30 35

Waktu (jam )

ln

X

(

g

/L

(36)

Laju Pertumb. Spesifik maks (

μ

maks

) = 0,24 Jam

-1 Penent Laju Pertumb. Spesifik

y = 0,2355x - 4,0992 R2 = 0,9984

-4 -3 -2 -1 0 1 2

0 5 10 15 20 25

Waktu (jam )

L

n

B

io

m

assa (

g

/l

(37)

Waktu

(jam) (X-Xo) (So-S) (P-Po)

5 0 0 0

9 0,1 7 3,5

14 0,4 22 10,5

18 1,15 52 20,5

22 2,75 117 45,5

24 3,25 147 61,5

26 3,75 172 72,5

30 4,1 207 88,5

(38)

Yp/s = 0,38 g etanol/g substrat

Yp/s

y = 0,3827x + 0,8447 R2 = 0,9983

0 10 20 30 40 50

0 50 100 150

(So-S) g/l

(P

-P

o

) g

(39)

Yx/s = 0,03 g etanol/g substrat

Yx/s

y = 0,0273x + 0,4472 R2 = 0,8583

0 1 2 3 4

0 50 100 150

(So-S) g/l

(X

-X

o)

g/

(40)

Yp/x = 12,047 g etanol/g biomassa

Yp/x

y = 12,047x - 2,4313 R2 = 0,8615

-20 0 20 40 60

0 1 2 3 4

(X-Xo) g/l

(P

-P

o)

g/

Referensi

Dokumen terkait

Air dan sisa reaktan sebagai hasil atas RD, kemudian diembunkan oleh kondenser, selanjutnya masuk ke menara distilasi untuk memisahkan produk samping yaitu asam

Siklus Akuntansi Biaya dalam Rekening PERSEDIAAN BAHAN BAKU PRODUK DALAM PROSES PERSEDIAAN PRODUK JADI TENAGA KERJA LANGSUNG BOP.. Biaya bahan baku : biaya yang

Di RATB, satu atau lebih reaktan masuk ke dalam suatu bejana berpengaduk dan bersamaan dengan itu sejumlah yang sama (produk) dikeluarkan dari reaktor.. Pengaduk dirancang