• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PDCA,PDSA,FISH BONE.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II PDCA,PDSA,FISH BONE.docx"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

PENDAHULUAN

1.1

1.1 Latar BelakangLatar Belakang

Dalam beberapa tahun terakhir, keselamatan pasien menjadi perhatian khusus dalam Dalam beberapa tahun terakhir, keselamatan pasien menjadi perhatian khusus dalam konteks pelayanan kesehatan di rumah sakit. Penerapan keselamatan pasien merupakan konteks pelayanan kesehatan di rumah sakit. Penerapan keselamatan pasien merupakan salah satu amanat dari UU Perumahsakitan tahun 2009. Akreditasi rumah sakit di salah satu amanat dari UU Perumahsakitan tahun 2009. Akreditasi rumah sakit di Indonesia telah memasukkan penerapan keselamatan pasien di seluruh lini baik sistem, Indonesia telah memasukkan penerapan keselamatan pasien di seluruh lini baik sistem, manajemen, dan sumber daya manusia sebagai penilaian penting dalam penentuan standar manajemen, dan sumber daya manusia sebagai penilaian penting dalam penentuan standar mutu di rumah sakit. Selain pelayanan kesehatan di rumah sakit, masyarakat di Indonesia mutu di rumah sakit. Selain pelayanan kesehatan di rumah sakit, masyarakat di Indonesia  juga

 juga memperoleh memperoleh pelayanan pelayanan kesehatan kesehatan primer primer di di pusat pusat kesehatan kesehatan masyarakat, masyarakat, praktikpraktik  pribadi

 pribadi dandan  setting setting  pelayanan  pelayanan kesehatan kesehatan primer primer yang yang lain. lain. Sesuai Sesuai dengan dengan PeraturanPeraturan Presiden No 12/2013 dan Permenkes No 71/2013, fasilitas kesehatan tingkat pertama Presiden No 12/2013 dan Permenkes No 71/2013, fasilitas kesehatan tingkat pertama mencakup administrasi pelayanan, pelayanan promotif preventif, mencakup administrasi pelayanan, pelayanan promotif preventif, pemeriksaan- pengobatan-konsult

 pengobatan-konsultasi asi medis, medis, tindakan tindakan medis medis non-spesialistnon-spesialistik ik (operatif (operatif maupun maupun non- non-operatif), pelayanan obat dan bahan habis pakai, transfusi darah sesuai kebutuhan medis, operatif), pelayanan obat dan bahan habis pakai, transfusi darah sesuai kebutuhan medis,  pemeriksaan

 pemeriksaan penunjang penunjang diagnostik diagnostik laboratorium, laboratorium, pelayanan pelayanan tingkat tingkat pratama, pratama, rawat rawat inapinap  pertama

 pertama sesuai sesuai indikasi indikasi dan dan pertolongan pertolongan persalinan. persalinan. Keselamatan Keselamatan pasien pasien selama selama ini ini lebihlebih  banyak

 banyak diterapkan diterapkan di di rumah rumah sakit sakit dan dan belum belum menjadi menjadi perhatian perhatian dan dan kebijakan kebijakan didi  pelayanan kesehatan p

 pelayanan kesehatan primer.rimer.

Mengingat semakin pentingnya profesional kesehatan untuk menerapkan Mengingat semakin pentingnya profesional kesehatan untuk menerapkan prinsip- prinsip keselamatan

 prinsip keselamatan pasien dan konpasien dan konsep ke dalam psep ke dalam praktek sehari-haraktek sehari-hari, topik ini meri, topik ini menyajikannyajikan kasus-kasus tentang keselamatan pasien. Pada tahun 2002, negara-negara anggota WHO kasus-kasus tentang keselamatan pasien. Pada tahun 2002, negara-negara anggota WHO menyepakati resolusi Majelis Kesehatan Dunia mengenai keselamatan pasien atas menyepakati resolusi Majelis Kesehatan Dunia mengenai keselamatan pasien atas kebutuhan untuk mengurangi kerugian dan penderitaan pasien dan keluarga mereka. Hal kebutuhan untuk mengurangi kerugian dan penderitaan pasien dan keluarga mereka. Hal ini didukung bukti bahwa manfaat ekonomi dapat dimaksimalkan dengan peningkatan ini didukung bukti bahwa manfaat ekonomi dapat dimaksimalkan dengan peningkatan keselamatan pasien. Studi menunjukkan bahwa tambahan rawat inap, biaya proses keselamatan pasien. Studi menunjukkan bahwa tambahan rawat inap, biaya proses  pengadilan,

 pengadilan, pengobatan pengobatan infeksi, infeksi, kehilangan kehilangan pendapatan, pendapatan, cacat, cacat, dan dan biaya biaya pengobatanpengobatan menelan biaya di beberapa negara antara US$ 6 miliar dan US$ 29 milyar per tahun [3, menelan biaya di beberapa negara antara US$ 6 miliar dan US$ 29 milyar per tahun [3, 4]. Beberapa negara telah menerbitkan studi menyoroti banyak bukti yang menunjukkan 4]. Beberapa negara telah menerbitkan studi menyoroti banyak bukti yang menunjukkan  bahwa

 bahwa sejumlah sejumlah besar besar pasien pasien yang yang dirugikan dirugikan karena karena pelayanan pelayanan kesehatan kesehatan mereka, mereka, baikbaik mengakibatkan cedera permanen, meningkatkan lama tinggal di fasilitas kesehatan, atau mengakibatkan cedera permanen, meningkatkan lama tinggal di fasilitas kesehatan, atau  bahkan kematian. Kami telah

 bahkan kematian. Kami telah belajar selama dekbelajar selama dekade terakhir bahwa ade terakhir bahwa insidens terjadi insidens terjadi bukanbukan karena tenaga medis sengaja mencederai pasien, sebaliknya hal itu terjadi karena karena tenaga medis sengaja mencederai pasien, sebaliknya hal itu terjadi karena kompleksitas sistem pelayanan kesehatan saat ini, terutama di negara-negara maju, kompleksitas sistem pelayanan kesehatan saat ini, terutama di negara-negara maju, dimana pengobatan berhasil dan tidak untuk setiap pasien tergantung berbagai faktor dan dimana pengobatan berhasil dan tidak untuk setiap pasien tergantung berbagai faktor dan  bukan

 bukan hanya hanya kompetensi kompetensi penyedia penyedia pelayanan pelayanan kesehatan kesehatan individu. individu. Ketika Ketika begitu begitu banyakbanyak  jenis

 jenis penyedia penyedia layanan layanan kesehatan kesehatan (dokter, (dokter, perawat, perawat, apoteker apoteker dan dan pekerja pekerja kesehatan)kesehatan) terlibat, sangat sulit untuk memastikan pelayanan yang aman kecuali sistem pelayanan terlibat, sangat sulit untuk memastikan pelayanan yang aman kecuali sistem pelayanan dirancang untuk memfasilitasi informasi yang tepat waktu dan lengkap serta pemahaman dirancang untuk memfasilitasi informasi yang tepat waktu dan lengkap serta pemahaman oleh semua profesional kesehatan. Demikian pula, di negara berkembang, kombinasi oleh semua profesional kesehatan. Demikian pula, di negara berkembang, kombinasi  berbagai

 berbagai faktor faktor yang yang tidak tidak menguntungkan menguntungkan seperti seperti kurangnya kurangnya staf staf medis, medis, struktur struktur yangyang tidak memadai dan kepadatan penduduk, kurangnya komoditas pelayanan kesehatan dan tidak memadai dan kepadatan penduduk, kurangnya komoditas pelayanan kesehatan dan kekurangan peralatan dasar, buruknya kebersihan

kekurangan peralatan dasar, buruknya kebersihan 1.2

(2)

 b. Langkah-langkah Metode PDCA c. Langkah-langkah Fish Bone 1.3 Tujuan

a. Mengetahui metode PDCA  b. Mengetahui metode PDSA

(3)

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Metode PDCA

Konsep siklus PDCA pertama kali diperkenalkan oleh Walter Shewhart pada tahun

1930 yang disebut dengan “Shewhart cycle“.PDCA, singkatan bahasa Inggrisdari ‘ Plan,  Do, Check, Act ‘ (‘Rencanakan, Kerjakan, Cek, Tindak lanjuti’), adalah suatu

 proses pemecahan masalah empat langkah interatif yang umum digunakan dalam pengendalian kualitas. Selanjutnya konsep ini dikembangkan oleh Dr. Walter

Edwards Deming yang kemudian dikenal dengan ” The Deming Wheel ”(Tjitro, 2009)

Metode ini dipopulerkan oleh W. Edwards Deming, yang sering dianggap sebagai  bapak pengendalian kualitas modern sehingga sering juga disebut dengansiklus Deming.

Deming sendiri selalu merujuk metode ini sebagaisiklus Shewhart, dari nama Walter A. Shewhart, yang sering dianggap sebagai bapak pengendalian kualitas statistis. Siklus PDCA berguna sebagai pola kerja dalam perbaikan suatu proses atau system sehaingga mutu pelayanan kesehatan.

PDCA merupakan rangkaian kegiatan yang terdiri dari perencanaan kerja,  pelaksanaan kerja,pengawan kerja dan perbaikan kerja yang dilakukan terus menerus dan  berkesinambungan mutu pelayanan. Siklus PDCA digunakan dalam pelayanan kesehatan untuk penyelesaian masalah dalam rangka peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Secara sederhana siklus PDCA dapat digambarkan sebagai berikut :

UNSUR PDCA LANGKAH-LANGKAH

PLAN

1. Identifikasi masalah

2. Identifikasi penyebab masalah

3. Menentukan faktor penyebab yang dominant. 4. Menentukan rencana perbaikan dan target

yang akan dicapai.

DO

(4)

CHEK 

ACTION

7. mencegah timbulnya persoalan yang sama (menetapkan standarisasi).

8. Menyelesaikan problem lain yang masih belum terselesaikan (menetapkan rencana berikutnya).

Siklus PDCA terdiri dari empat tahapan, yaitu: 1. Perencanaan ( Plan )

Tahapan pertama adalah membuat suatu perencanaan. Perencanaan merupakan suatu upaya menjabarkan cara penyelesaian masalah yang ditetapkan ke dalam unsur-unsur rencana yang lengkap serta saling terkait dan terpadu sehingga dapat dipakaisebagai  pedoman dalam melaksanaan cara penyelesaian masalah. Hasil akhir yang dicapai dari  perencanaan adalah tersusunnya rencana kerja penyelesaian masalah mutu yang akan diselenggarakan. Rencana kerja penyelesaian masalah mutu yang baik mengandung setidak-tidaknya tujuh unsur rencana yaitu:

a. Judul rencana kerja (topic),

 b. Pernyataan tentang macam dan besarnya masalah mutu yang dihadapi ( problem  statement ),

c. Rumusan tujuan umum dan tujuan khusus, lengkap dengan target yang ingin dicapai ( goal, objective, and target ),

d. Kegiatan yang akan dilakukan (activities), e. Metode penilaian dan kriteria penilaian f. Waktu pelaksanaan

g. Organisasi dan susunan personalia pelaksana (organization and personnels)

h. Biaya yang diperlukan (budget),

(5)

2. Pelaksanaan ( Do )

Tahapan kedua yang dilakukan ialah melaksanakan rencana yang telah disusun. Jika pelaksanaan rencana tersebut membutuhkan keterlibatan staf lain di luar anggota tim, perlu terlebih dahulu diselenggarakan orientasi, sehingga staf pelaksana tersebut dapat memahami dengan lengkap rencana yang akan dilaksanakan.

Pada tahap ini diperlukan suatu kerjasama dari para anggota dan pimpinan manajerial. Untuk dapat mencapai kerjasama yang baik, diperlukan keterampilan pokok manajerial, yaitu :

a. Keterampilan komunikasi (communication) untuk menimbulkan pengertian staf terhadap cara pentelesaian mutu yang akan dilaksanakan

 b. Keterampilan motivasi (motivation) untuk mendorong staf bersedia menyelesaikan cara penyelesaian masalah mutu yang telah direncanakan

c. Keterampilan kepemimpinan (leadershif ) untuk mengkordinasikan kegiatan cara  penyelesaian masalah mutu yang dilaksanakan

d. Keterampilan pengarahan (directing ) untuk mengarahkan kegiatan yang dilaksanakan.

3. Pemeriksaan ( Check  )

Tahapan ketiga yang dilakukan ialah secara berkala memeriksa kemajuan dan hasil yang dicapai dan pelaksanaan rencana yang telah ditetapkan. Tujuan dari pemeriksaan untuk mengetahui :

a. Sampai seberapa jauh pelaksanaan cara penyelesaian masalahnya telah sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.

 b. Bagian mana kegiatan yang berjalan baik dan bagaian mana yang belum berjalan dengan baik.

c. Apakah sumberdaya yang dibutuhkan masih cukup tersedia

(6)

Untuk dapat memeriksa pelaksanaan cara penyelesaian masalah, ada dua alat  bantu yang sering dipergunakan yakni,

a. Lembaran pemeriksaan (check list )

Lembar pemeriksaan adalah suatu formulir yang digunakan untuk mencatat secara periodik setiap penyimpangan yang terjadi. Langkah pembuatan lembar  pemeriksan adalah:

1) Tetapkan jenis penyimpangan yang diamati 2) Tetapkan jangka waktu pengamatan

3) Lakukan perhitungan penyimpangan  b. Peta kontrol (control diagram)

Peta kontrol adalahsuatu peta / grafik yang mengambarkan besarnya  penyimpangan yang terjadi dalam kurun waktu tertentu. Peta kontrok dibuat  bedasarkan lembar pemeriksaan. Langkah-langkah yang dilakukan dalam pembuatan  peta kontrol adalah :

1) Tetapkan garis penyimpangan minimum dan maksimum 2) Tentukan prosentase penyimpangan

3) Buat grafik penyimpangan 4)  Nilai grafik

4. Perbaikan ( Action)

Tahapan keempat yang dilakukan adalah melaksanaan perbaikan rencana kerja. Lakukanlah penyempurnaan rencana kerja atau bila perlu mempertimbangkan  pemilihan dengan cara penyelesaian masalah lain. Untuk selanjutnya rencana kerja yang telah diperbaiki tersebut dilaksanakan kembali. Jangan lupa untuk memantau kemajuan serta hasil yang dicapai. Untuk kemudian tergantung dari kemajuan serta hasil tersebut, laksanakan tindakan yang sesuai.

(7)

2.2 Metode PDSA

PDSA, atau  Plan-Do-Study-Act , merupakan siklus (berulang-ulang), empat tahap Model pemecahan masalah yang digunakan untuk meningkatkan proses atau melakukan  perubahan.

Siklus PDSA merupakan rangkaian langkah-langkah sistematis untuk memperoleh  pengetahuan dan pembelajaran yang berharga untuk perbaikan terus-menerus dari produk atau proses. Juga dikenal sebagai Deming Wheel, atau Deming Cycle, konsep dan aplikasi yang pertama kali diperkenalkan ke Dr. Deming oleh mentornya, Walter Shewhart dari Bell Laboratories yang terkenal di New York (Deming, 2015)

A. Tahap 1: Plan

Tugas utamanya adalah membuat tujuan yang berdsarkan pelayanan kepada atau keinginan pasien.

1. Membentuk Team

Membentuk sebuah tim yang memiliki pengetahuan tentang masalah atau memiliki kesempatan untuk melakukan upaya perbaikan. Pertimbangkan kekuatan masing-masing anggota tim yang terlibat dengan membawa dan mencari staf yang  berpikiran maju.Setelah merekrut anggota tim, kemudian mengidentifikasi peran dan

tanggung jawab, menyusun jadwal, dan membuat jadwal pertemuan. 2. Draft sebuah Pernyataan Tujuan

Jelaskan apa yang ingin Anda capai dalam Pernyataan tujuan.Cobalah untuk menjawab tiga pertanyaan mendasar:

a. Apa yang coba kita capai?

 b.Bagaimana kita akan tahu bahwa perubahan merupakan perbaikan? c.Perubahan apa yang bisa kita buat untuk menghasilkan perbaikan 3. Jelaskan Konteks dan Proses yang ada saat ini

Brainstorming (pengungkapan pendapat).Periksa proses yang ada saat ini. Mulailah dengan meminta tim ini pertanyaan dasar:

a) Apa yang kita lakukan sekarang?  b) Bagaimana kita melakukannya?

c) Apa langkah-langkah utama dalam proses? d) Siapa yang terlibat?

e) Apa yang mereka lakukan? f) Apa dilakukan dengan baik?

(8)

Untuk bisa menjawab dua pertanyaan terakhir perlu melakukan analisis SWOT (PDSA template: Analisa SWOT).

BERMANFAAT

(Dampak Positive)

BERBAHAYA

(Dampak Negative) Internal Kekuatan Mungkin termasuk:

1. Karakteristik organisasi yang akan membantu

mencapai hasil yang sukses atau mencapai tujuan

2. Sumber daya, kemampuan yang akan berkontribusi mencapai kesuksesan

Kelemahan Mungkin termasuk: 1. Karakteristik organisasi

yang mungkin menghambat kesuksesan hasil /

 pencapaian tujuan Absences of strengths

2. “Flip sides” dari kekuatan

3. Hal yang harus dihindari ketika melaksanakan  program

4. Faktor-faktor dimasa lalu yang berkontribusi terhadap kegagalan

5. Ada organisasi lain mungkin lebih baik dari Anda

External Peluangmungkin termasuk: 1. Faktor lingkungan yang

mungkin mempengaruhi /  berkontribusi terhadap

kesuksesan hasil

2. Tidak dipenuhinya/ tidak dilayani oleh program lain (kebutuhan pelanggan yang  belum terpenuhi)

3. Perubahan mendatang untuk status quo

(peraturan, social, politik, dll)

4. Perubahan dimungkinkan oleh kekuatan unik /

menghilangkan kelemahan

Ancaman mungkin termasuk: 1. Faktor lingkungan yang

mungkin mencegah kesuksesan hasil

2. Perubahan mendatang masih status quo (peraturan, sosial,  politik, dll)

3. Faktor: Politik, Ekonomi, Sosial Budaya, Teknologi

(9)

1) Cobalah buat Peta SwimLane (Swimlane map)

Peta Swim Lane untuk menggambarkan secara visual proses yang ada. Membuat aliran proses setidaknya sangat berguna untuk menggambarkan proses yang saat ini terjadi. Misal, Jika tim berjalan, mungkin telah menemukan di mana masalah ini terjadi. a) Jalan, ikuti proses

 b) Karakteristik dari masing-masing proses c) Buat peta proses saat ini

d) Siapkan roadmap (peta masadepan) 2) Kumpulkan Lebih Detil

Setelah struktur umum selesai, ini bisa menjadi beberapa pertanyaan yang lebih  bermanfaat:

a) Berapa lama setiap proses? Setiap langkah?

 b) Apakah ada variasi dalam cara proses saat selesai? 1. Gambaran Masalah

Dengan menggunakan Pernyataan Tujuan yang dibuat pada Langkah no. 2, nyatakan tujuan yang diinginkan, gunakan data dan informasi untuk mengukur  bagaimana organisasi memenuhi / tidak memenuhi pencapaian mereka. Sebagai contoh: Jika tujuan adalah untuk memaksimalkan kualitas kehidupan kerja dari staf, mungkin bisa mendapatkan bukti melalui survey yang menjadi stressor di tempat kerja karyawan.

2. Menulis Pernyataan Masalah

Menulis pernyataan masalah jelas dengan meringkas kesepakatan dari tim terhadap masalah. Juga akan berguna untuk memprioritaskan masalah.

3. Identifikasi Penyebab dan Alternatif 4. Menganalisis Penyebab

Untuk masalah seperti dalam pernyataan masalah, maka perlu bekerja untuk mengidentifikasi penyebab masalah dengan menggunakantools  seperti control chart, fishbone, dan work flow process map. Pada akhirnya analisis penyebab harus merangkum analisa penyebab dengan menggambarkan dan membuktikan melaluiroot cause.

3) Periksa Peta Swim Lane, dan bertanya:

a) Apakah proses ini efisien? Berapa biaya (termasuk uang, waktu, atau sumber daya lainnya)?

 b) Apakah kita melakukan langkah-langkah yang tepat dengan cara yang benar? c) Apakah orang lain melakukan proses yang sama dengan cara yang berbeda?

(10)

4) Mengembangkan Alternatif 

Cobalah untuk mengurangi akar penyebab dengan menyelesaikan pernyataan,

“Jika kita __________, maka __________ akan terjadi. ” Pilih. Alternatif (atau  beberapa alternatif) yang dipercaya terbaik yang akan membantu kita memaksimalkan

sumber daya dan pencapaian tujuan. Mengembangkan rencana aksi, termasuk staf/sumber daya dan uang yang diperlukan.

B. Tahap 2: Do

Yaitu Melaksanakan.

Mulai menerapkan rencana aksi. Pastikan untuk mengumpulkan data saat membuat swimlane map, untuk membantu mengevaluasi rencana di Tahap 3: Study. Untuk membantu tim dapat menggunakan checksheet, flowchart, Peta Swim Lane, atau run chart yaitu untuk menggambarkan data / kejadian seperti itu yang terjadi dari waktu ke waktu. Tim juga harus mendokumentasikan masalah, efek tak terduga, dan observasi umum yang dilakukan.

C. Tahap 3: Study

Yaitu menganalisis apa yg terjdi

Dengan menggunakan Pernyataan Tujuan pada Langkah 1: Plan, dan data yang dikumpulkan selama Tahap 2: Do, maka akan menentukan:

a) Apakah rencana Anda menghasilkan perbaikan? Dengan berapa banyak / sedikit?  b) Apakah tindakan bernilai investasi?

c) Apakah Anda melihat tren?

d) Apakah ada efek samping yang tidak diinginkan?

Anda dapat menggunakan sejumlah alat yang berbeda untuk visual review dan mengevaluasi perbaikan, seperti Pareto Chart, Control Chart dan Run Chart.

D. Tahap 4: Act

Yakinkan bahwa perbaikan yang dilakukan akan permanen. Memutuskan apa yang harus dilakukan selanjutnya berdasarkan hasil pengujian. Pikirkan Rencana dan Hasil :

a) Jika tim bertekad bahwa rencana yang dibuat akan berhasil, standarisasi,  permanenkan. Lakukan it uterus menerus menjadi suatu budaya organisasi.

(11)

Siklus PDSA yang sedang berlangsung akan menjadikan organisasi menjadi lebih efisien karena mengadopsi PDSA dalam perencanaan mereka akan:

a) Mengkomunikasikan pencapaian kepada customers internal dan eksternal

 b) Mengambil langkah-langkah untuk mempertahankan manfaat dan yang sudah diraih. c) Membuat rencana jangka panjang untuk perbaikan tambahan

d) Perilaku siklus PDSA berulang bila diperlukan 2.3 Metode Fish Bone

 Fishbone Diagrams adalah konsep analisis sebab akibat untuk mendeskripsikan suatu  permasalahan dan penyebabnya dalam sebuah kerangka tulang ikan. Watson (2004) mendefinisikan diagram  Fishbone sebagai alat yang menggambarkan sebuah cara yang sistematis dalam memandang akibat dan penyebab yang berkontribusi dalam berbagai dampak tersebut. Beberapa keuntungan diagram Fishbone meliputi,

a) Pengguna berpikir sistematis

 b) Membantu untuk mempertimbangkan akar berbagai penyebab dari permasalahan dengan pendekatan struktur

c) Mendorong adanya partisipasi kelompok dan meningkatkan pengetahuan anggota kelompok terhadap proses analisis penyebab masalah, serta (d) mengidentifikasi wilayah dimana data seharusnya dikumpulkan untuk penelitian lebih lanjut (Illie Dan Ciocoiu, 2010).

(12)

A. Tujuan F ishbone

Tujuan utama Fishbone diagram adalah untuk menggambar secara grafis hubungan antara penyampaian akibat dan faktor berpengaruh akibat. Dengan kata lain, diagram ini merupakan alat analisis secara sistematis untuk melihat efek dan  penyebab (Watson, 2004) dengan dasar untuk mengidentifikasi dan mengorganisasi  penyebab-penyebab yang mungkin timbul dari suatu efek spesifik dan kemudian

memisahkan akar penyebabnya. B. Manfaat F ishbone

Dalam Labola (2017), dikatakan bahwa pada dasarnya diagram fishbone

dipergunakan untuk kebutuhan-kebutuhan, seperti (a) membantu mengidentifikasi akar penyebab masalah dari suatu masalah, (b) membantu membangkitkan ide-ide untuk solusi suatu masalah, (c) membantu dalam penyelidikan atau pencarian fakta lebih lanjut, (d) mengidentifikasi tindakan untuk menciptakan hasil yang diinginkan, (e) membuatissue secara lengkap dan rapi, serta (f) menghasilkan pemikiran baru.

Selain kebermanfaatan di atas, ada beberapa manfaat lainnya, seperti (a) membantu menentukan akar penyebab masalah atau karakteristik kualitas menggunakan pendekatan terstruktur, (b) mendorong partisipasi kelompok dan memanfaatkan pengetahuan kelompok proses, serta (c) mengidentifikasi area dimana data harus dikumpulkan untuk studi lebih lanjut ( BSI , 2009).

C. Tahapan Pembuatan F ishbone

Ada enam langkah dalam melakukan analisis, yaitu (a) menyepakati  permasalahan utama yang terjadi dan diungkapkan bahwa masalah tersebut merupakan suatu pernyataan masalah ( problem statement), (b) mengidentifikasi  penyebab masalah yang mungkin, (c) identifikasi kategori penyebab, (d) menemukan

sebab potensial, (e) mengkaji kembali, dan (f) mencapai kesepakatan D. Contoh Studi Kasus dengan F ishbone

a) Latar Belakang

Kemampuan untuk mencegah transmisi infeksi di Rumah Sakit dan upaya  pencegahan infeksi adalah tingkatan pertama dalam pemberian pelayanan yang  bermutu. Dalam pemberian pelayanan yang bermutu, seorang petugas kesehatan harus memiliki kemampuan untuk mencegah infeksi dimana hal ini memiliki keterkaitan yang tinggi dengan pekerjaan karena mencakup setiap aspek  penanganan pasien (Soeroso, 2007).

(13)

Infeksi nosokomial adalah semua kasus infeksi yang terjadi sekurang-kurangnya setelah 3 x 24 jam dirawat di rumah sakit atau pada waktu masuk tidak didapatkan tanda-tanda klinik dari infeksi tersebut. Meskipun kultur tidak mendukung ke arah infeksi nosokomial, tetap dicatat sebagai infeksi nosokomial (Kurniadi, 1993)

Penularan dapat terjadi melalui cara silang (cross infection) dari satu pasien kepada  pasien yang lainnya atau infeksi diri sendiri di mana kuman sudah ada pada pasien

kemudian melalui suatu migrasi (gesekan) pindah tempat dan di tempat yang baru menyebabkan infeksi ( self infection atau auto infection). Tidak hanya pasien rawat yang dapat tertular, tapi juga seluruh personil rumah sakit yang berhubungan dengan pasien,  juga penunggu dan pengunjung pasien. Infeksi ini dapat terbawa ke tengah keluarganya

masing-masing (Zulkarnain, 2009).

Cara penularan melalui tenaga perawat ditempatkan sebagai penyebab yang paling utama infeksi nosokomial. Penularan melalui tangan perawat dapat secara langsung karena tangan yang kurang bersih atau secara tidak langsung melalui peralatan yang invasif. Dengan tindakan mencuci tangan secara benar saja kejadian infeksi nosokomial dapat mencapai 50% apalagi jika tidak mencuci tangan. Peralatan yang kurang steril, air yang terkontaminasi kuman, cairan desinfektan yang mengandung kuman, sering meningkatkan risiko infeksi nosokomial (Utje, 1993).

Berdasarkan pengkajian di ruang Cempaka 3 RSUD dr.Loekmonohadi Kudus pada tanggal 15 Juni 2015 mengenai pengendalian infeksi nosokomial diperoleh data bahwa di dalam ruangan sudah terdapat handscrub. Tetapi di dalam ruangan jumlah handscrub yang tersedia kurang memadai, karena hanya ada 2 handscrub, yaitu di depan kamar G dan di sampingners station.

Penyediaan handscrub di setiap kamar pasien sangat penting untuk mengurangi atau mencegah terjadinya infeksi nosokomial. Jumlah handscrub yang memadai dapat memudahkan petugas dan pengunjung untuk melakukanhand higyene,  sesuai dengan 5 momen cuci tangan, yaitu sebelum ke pasien, sesudah ke pasien, sebelum melakukan tindakan, sesudah melakukan tindakan, dan sesudah terkena cairan tubuh pasien.

Berdasarkan hal tersebut maka mahasiswa tertarik untuk menganalisis masalah

“kurang optimalnya penggunaan handscrub” di ruang cempaka 3 RSUD

dr.Loekmonohadi Kudus untuk mengurangi terjadinya infeksi nosokomial.  b) Analisa Situasi

1. Pengkajian Aspek Spesifik Fungsi Manajemen

Teori Pengendalian infeksi nosokomial Analisis Situasi

Kunci pencegahan infeksi pada fasilitas pelayanan kesehatan adalah mengikuti prinsip pemeliharaan hygene yang baik, kebersihan dan kesterilan dengan lima standar penerapan yaitu:

1. Mencuci tangan untuk menghindari infeksi

Setelah dilakukan observasi selama 2 hari, telah

didapatkan data sebagai  berikut :

(14)

silang. Mencuci tangan merupakan metode yang paling efektif untuk mencegah infeksi nosokomial, efektif mengurangi perpindahan mikroorganisme karena bersentuhan

2. Menggunakan alat pelindung diri untuk menghindari kontak dengan darah atau cairan tubuh lain. Alat pelindung diri meliputi;  pakaian khusus (apron), masker, sarung tangan, topi, pelindung mata dan hidung yang digunakan di rumah sakit dan bertujuan untuk mencegah penularan berbagai jenis mikroorganisme dari pasien ke tenaga kesehatan atau sebaliknya, misalnya melaui sel darah, cairan tubuh, terhirup, tertelan dan lain-lain.

3. Manajemen alat tajam secara benar untuk menghindari resiko penularan penyakit melalui  benda-benda tajam yang tercemar oleh produk darah pasien. Terakit dengan hal ini, tempat sampah khusus untuk alat tajam harus disediakan agar tidak menimbulkan injuri pada tenaga kesehatan maupun pasien.

4. Melakukan dekontaminasi, pencucian dan sterilisasi instrumen dengan prinsip yang  benar. Tindakan ini merupakan tiga proses untuk mengurangi resiko tranmisi infeksi dari instrumen dan alat lain pada klien dan tenaga kesehatan

kedua 15-16 Juni 2015 : a. Tersedianya handscrub

di ruangan kurang memadai, hanya ada 2 handscrub

 b. Di setiap kamar pasien tidak terdapat handscrub c. Kurang optimalnya

 penerapan 5 momen cuci tangan

(15)

2. Diagram Tulang Ikan atau Fish Bone

menjaga keamanan tenaga rumah sakit, pasien,  pengunjung dan masyarakat.

Resiko tinggi INOS Material: - Tersedianya handscrub kurang memadai Methode: - Kurang optimalnya kebiasaan cuci tangan

Man:

- Perawat kurang memperhatikan kebiasaan cuci tangan sebelum dan sesudah ke pasien

- Pengunjung kurang memperhatikan pentingnya cuci tangan

(16)

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

PDCA, singkatan bahasa Inggris dari "Plan, Do, Check, Act" (Rencanakan, Kerjakan, Cek, Tindak lanjuti), adalah suatu proses pemecahan masalah empat langkah

iteratif yang umum digunakan dalam pengendalian kualitas. PDCA dikenal sebagai “siklus Shewhart”, karena pertama kali dikemukakan oleh Walter Shewhart beberapa puluh tahun yang lalu. Namun dalam perkembangannya, metodologi analisis PDCA lebih sering disebut

“siklus Deming”. Hal ini karena Deming adalah orang yang mempopulerkan penggunaannya

dan memperluas penerapannya. Namun, Deming sendiri selalu merujuk metode ini sebagai siklus Shewhart, dari nama Walter A. Shewhart, yang sering dianggap sebagai bapak  pengendalian kualitas statistis. Belakangan, Deming memodifikasi PDCA menjadi PDSA ("Plan, Do, Study, Act") untuk lebih menggambarkan rekomendasinya.Dengan nama apa pun itu disebut, PDCA adalah alat yang bermanfaat untuk melakukan perbaikan secara terus menerus tanpa berhenti.

PDSA, atau  Plan-Do-Study-Act , merupakan siklus (berulang-ulang), empat tahap Model pemecahan masalah yang digunakan untuk meningkatkan proses atau melakukan  perubahan.Siklus PDSA merupakan rangkaian langkah-langkah sistematis untuk memperoleh  pengetahuan dan pembelajaran yang berharga untuk perbaikan terus-menerus dari produk atau proses. Juga dikenal sebagai Deming Wheel, atau Deming Cycle, konsep dan aplikasi yang pertama kali diperkenalkan ke Dr. Deming oleh mentornya, Walter Shewhart dari Bell Laboratories yang terkenal di New York (Deming, 2015)

Diagram  fishbone  adalah diagram sebab akibat yang dimanfaatkan dalam mengidentifikasi potensi masalah kinerja. Tujuan utama dari  fishbone adalah untuk menggambarkan hubungan antara penyampaian akibat dan semua faktor yang berpengaruh  pada akibat ini. Dari studi kasus pada pemanfaatan layanan kesehatan gigi, dapat diketahui efek dan penyebab rendahnya layanan kesehatan gigi oleh orang dewasa. Kemudian, dapat dijabarkan setiap masalah yang terjadi.

3.2 Saran

Dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan oleh karena itu diharapkan pembaca dapat memberikan saran untuk kami sebagai pembuat makalah tentang metode PDCA, PDSA, dan Fish Bone.

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Amiruddin. 2007. Pendekatan Mutu dan Kepuasan Pelanggan dalam Pelayanan Kesehatan,

http://ridwanamiruddin.files.wordpress.com/2007/06/mutu-ugd-rs-swasta-bapelkes-210607.ppt

Gambar

Gambar 1. Konsep diagram  Fishbone (Sumber: Penulis)

Referensi

Dokumen terkait

3) Mulai rencana penyuluhan tertulis dengan menggunakan format yang distandasrdisasi atau ceklis. Dokumentasikan informasi yang diberikan dan respon klien. Rasional :

1) Siswa dibagi ke dalam tim-tim beranggotakan dua hingga delapan orang. Pastikan bahwa tim-tim tersebut mempunyai jumlah anggota yang sama. 2) Guru memberi materi

Dengan menerapkan pengendalian penjualan yang baik maka dapat membantu manajemen perusahaan untuk mengetahui selisih yang terjadi atas pelaksanaan anggaran penjualan, juga

Untuk itu salah satu cara yang dapat dilakukan dalam pembelajaran mata kuliah public relations adalah menerapkan strategi mind map, dimana strategi ini sangat membantu

kemungkinannya untuk mengeliminasi seluruh risiko dari sebuah proyek. Strategi ini menggambarkan bahwa tim proyek telah memutuskan untuk tidak merubah rencana manajemen proyek

Didefinisikan riset operasi adalah riset sebuah tim tepadu yang menerapkan metode ilmiah untuk memecahkan permasalahan yang timbul dalam kegiatan operasi suatu

Informasi dalam pelaporan sumber dan perubahan dana dapat membantu para pengguna laporan keuangan untuk mengevaluasi kinerja organisasi pengelola zakat dalam suatu

Future state map tidaklah lebih dari sekedar pengimplementasian rencana yang menjelaskan jenis tool yang dibutuhkan dalam proses lean untuk mengeliminasi pemborosan