BAB I BAB I
PENDAHULUAN PENDAHULUAN
Dewasa
Dewasa ini, ini, perkembangan perkembangan obat-obatan obat-obatan didunia didunia medis medis mengalamimengalami perkembangan pesat,
perkembangan pesat, seiring seiring dengan dengan kemajuan tekemajuan teknologi untuk knologi untuk memahami memahami penyakitpenyakit hingga ke tingkat molekular. Kemajuan ini juga merupakan tantangan bagi tenaga hingga ke tingkat molekular. Kemajuan ini juga merupakan tantangan bagi tenaga medis sendiri untuk memahami farmakodinamik dan farmakokinetik obat yang akan medis sendiri untuk memahami farmakodinamik dan farmakokinetik obat yang akan diberikan, untuk tidak menimbulkan efek samping terhadap pengobatan yang diberikan, untuk tidak menimbulkan efek samping terhadap pengobatan yang diberikan (Tisdale JE, 2005).
diberikan (Tisdale JE, 2005).
Demam karena obat adalah suatu kondisi dimana terjadi demam yang
Demam karena obat adalah suatu kondisi dimana terjadi demam yang
bersamaan
bersamaan dengan dengan pemberian pemberian obat obat dan dan hilang hilang setelah setelah penghentian penghentian obat obat yangyang
dicurigai sebagai penyebab demam (Roush MK, Nelson KM., 1993). Demam
dicurigai sebagai penyebab demam (Roush MK, Nelson KM., 1993). Demam
karena obat banyak salah diagnosis karena dicurigai sebagai infeksi dan baru
karena obat banyak salah diagnosis karena dicurigai sebagai infeksi dan baru
dipertimbangkan saat sebab demam yang lain disingkirkan, angka kejadiannya
dipertimbangkan saat sebab demam yang lain disingkirkan, angka kejadiannya
sendiri diperkirakan hanya berkisar 5-15% dari kejadian efek samping obat, namun
sendiri diperkirakan hanya berkisar 5-15% dari kejadian efek samping obat, namun
diagnosa ini merupakan fenomena gunung es dimana sedikitnya pengetahuan
diagnosa ini merupakan fenomena gunung es dimana sedikitnya pengetahuan
mengenai diagnosis ini, sehingga tidak diketahui angka sebenarnya (Tisdale JE,
mengenai diagnosis ini, sehingga tidak diketahui angka sebenarnya (Tisdale JE,
2005).
2005).
Pada individu yang menerima obat untuk pertama kalinya, timbulnya
Pada individu yang menerima obat untuk pertama kalinya, timbulnya
demam sangat bervariasi dan terdapat perbedaan varian demam yang muncul
demam sangat bervariasi dan terdapat perbedaan varian demam yang muncul
diantara masing-masing golongan obat, tetapi paling sering muncul setelah 7-10
diantara masing-masing golongan obat, tetapi paling sering muncul setelah 7-10
hari setelah pemberian obat dan menghilang seiring penghentian obat yang
hari setelah pemberian obat dan menghilang seiring penghentian obat yang
dicurigai sebagai penyebab demam (Roush MK,
Pengetahuan demam karena obat sebagai diagnosis dapat dikenali saat Pengetahuan demam karena obat sebagai diagnosis dapat dikenali saat pertama
pertama kalinya kalinya munculnya munculnya demam demam begitu begitu penting, penting, karena karena dapat dapat mengurangimengurangi intervensi diagnostik dan pengobatan yang tidak tepat dan dapat mencegah intervensi diagnostik dan pengobatan yang tidak tepat dan dapat mencegah timbulnya efek samping dari obat yang ditambahkan itu sendiri. Setelah dapat timbulnya efek samping dari obat yang ditambahkan itu sendiri. Setelah dapat didiagnosis, tentu masih menyisakan tantangan terhadap kepentingan untuk didiagnosis, tentu masih menyisakan tantangan terhadap kepentingan untuk pemberian obat yang dicurigai tersebut selanjutnya sebagian bagian dari terapi yang pemberian obat yang dicurigai tersebut selanjutnya sebagian bagian dari terapi yang telah direncanakan sebelumnya. Sehingga dokter akan dihadapkan pada pilihan telah direncanakan sebelumnya. Sehingga dokter akan dihadapkan pada pilihan yang sulit untuk manajemen pasien berikutnya setelah demam karena obat teratasi. yang sulit untuk manajemen pasien berikutnya setelah demam karena obat teratasi. Karenanya, dibuat referat ini sebagai pengetahuan mengenai demam karena obat Karenanya, dibuat referat ini sebagai pengetahuan mengenai demam karena obat dan dapat menjadi landasan klinik berikutnya dalam memberikan obat kepada dan dapat menjadi landasan klinik berikutnya dalam memberikan obat kepada pasien.
BAB II BAB II TINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi 2.1. Definisi Demam karena obat adalah
Demam karena obat adalah suatu diagnosa ekslusi suatu diagnosa ekslusi yang ditandai dengan yang ditandai dengan
respons demam yang bertepatan dengan pemberian obat tanpa adanya kondisi
respons demam yang bertepatan dengan pemberian obat tanpa adanya kondisi
lainnya yang dapat bertanggung jawab untuk terjadinya demam pada kondisi
lainnya yang dapat bertanggung jawab untuk terjadinya demam pada kondisi
tersebut.seperti infeksi, keganasan dan lainnya (Tisdale JE, 2005). Jika tidak, itu
tersebut.seperti infeksi, keganasan dan lainnya (Tisdale JE, 2005). Jika tidak, itu
dianggap sebagai demam obat saat pasien mengalami reaksi alergi (dengan atau
dianggap sebagai demam obat saat pasien mengalami reaksi alergi (dengan atau
tanpa ruam kulit) yang dikombinasikan dengan salah satu dari kondisi berikut: (i)
tanpa ruam kulit) yang dikombinasikan dengan salah satu dari kondisi berikut: (i)
untuk pasien dengan infeksi. suhu tubuh berkurang saat antibiotik digunakan tapi
untuk pasien dengan infeksi. suhu tubuh berkurang saat antibiotik digunakan tapi
naik lagi dalam melanjutkan pengobatan selanjutnya; (ii) Setelah pengobatan
naik lagi dalam melanjutkan pengobatan selanjutnya; (ii) Setelah pengobatan
antibiotik, suhu
antibiotik, suhu tubuh tubuh menjadi lebih menjadi lebih tinggi tinggi dan tidak dan tidak bisa dijelaskan bisa dijelaskan penyebab penyebab nyanya
baik
baik infeksi infeksi dan dan alasan alasan lain lain yang yang lainnya lainnya berada berada dalam dalam kondisi kondisi normal; normal; dan dan (iii)(iii)
pasien
pasien dengan dengan penyakit penyakit non-demam non-demam lalu lalu menderita menderita demam demam setelah setelah peningkatanpeningkatan
dosis obat yang diberikan yang tidak bisa dijelaskan oleh infeksi sekunder (Fang Y.,
dosis obat yang diberikan yang tidak bisa dijelaskan oleh infeksi sekunder (Fang Y.,
Xiao H., Tiang S., Liang L., Sha W.,
Xiao H., Tiang S., Liang L., Sha W., and Fang Y, 2014).and Fang Y, 2014).
Ciri utama yang membedakan demam karena obat dengan penyebab
Ciri utama yang membedakan demam karena obat dengan penyebab
demam
demam lainnya adalah lainnya adalah bahwa bahwa demam ini demam ini menghilang menghilang setelah obat setelah obat yang yang dicurigaidicurigai
sebagai penyebab demam dihentikan pemberiannya (Hanson, 1991). Karenanya
sebagai penyebab demam dihentikan pemberiannya (Hanson, 1991). Karenanya
penting bagi
penting bagi dokter untuk dokter untuk memiliki memiliki pengetahuan dan pengetahuan dan sifat sifat skeptis tskeptis terhadap diagnosaerhadap diagnosa
ini dan memiliki kecurigaan terhadap obat obat yang diberikan yang menjadi
penyebab
penyebab demam, demam, sehingga sehingga dapat dapat menghindari menghindari pemeriksaan pemeriksaan penunjang penunjang yang yang tidaktidak
tepat dan pembiayaan yang lebih besar.
tepat dan pembiayaan yang lebih besar.
Berikut adalah daftar obat obatan yang dapat mengakibatkan demam
Berikut adalah daftar obat obatan yang dapat mengakibatkan demam
karena obat yang dijelaskan pada tabel 1.
karena obat yang dijelaskan pada tabel 1.
Tabel 1. Obat-obatan yang dicurigai sebagai penyebab demam (Patel A., Gallagher J, Tabel 1. Obat-obatan yang dicurigai sebagai penyebab demam (Patel A., Gallagher J,
2010) 2010) Kategori Obar Kategori Obar Antibiotik Antibiotik Penisilin Penisilin Cefalosforin Cefalosforin
Acyclovir, Amphotericin B, aureomycin, Acyclovir, Amphotericin B, aureomycin, declomycin, erythromycin, furadantin, isoniazid, declomycin, erythromycin, furadantin, isoniazid, minocycline, nitrofurantoin, novobiocin, rifampin,7 minocycline, nitrofurantoin, novobiocin, rifampin,7 streptomycin, terramycin, tetracycline, streptomycin, terramycin, tetracycline, trimethoprim-sulfamethoxazole, vancomycin
trimethoprim-sulfamethoxazole, vancomycin Ampicillin,
Ampicillin, carbenicillin, carbenicillin, cloxacillin, cloxacillin, mezlocillin,mezlocillin, nafcillin, oxacillin, penicillin, piperacillin, nafcillin, oxacillin, penicillin, piperacillin, staphcillin, ticarcillin
staphcillin, ticarcillin
Cefazolin, cefotaxime, ceftazidime, cephalexin, Cefazolin, cefotaxime, ceftazidime, cephalexin, cephalothin
cephalothin Anti
Anti Neoplasma Neoplasma 6-Mercaptupurine, 6-Mercaptupurine, bleomycin, bleomycin, chlorambucil,chlorambucil, cisplatin, cytosine arabinoside, daunorubicin, cisplatin, cytosine arabinoside, daunorubicin, hydroxyurea, interferon, L-asparaginase, hydroxyurea, interferon, L-asparaginase, procarbazine, streptozocin, vincristine
procarbazine, streptozocin, vincristine Agen
Agen Kardiovaskular Kardiovaskular Clofibrate, Clofibrate, diltiazem, diltiazem, dobutamine,, dobutamine,, furosemide,furosemide, heparin, hydrochlorothiazide, methyldopa, heparin, hydrochlorothiazide, methyldopa, oxprenolol, procainamide, quinidine and quinine, oxprenolol, procainamide, quinidine and quinine, triameterene
triameterene Immunosupresan
Immunosupresan Azathioprine, everolimus, Azathioprine, everolimus, mycophenolate mycophenolate mofetil,mofetil, sirolimus
sirolimus NSAIDs
NSAIDs Ibuprofen, Ibuprofen, naproxen, naproxen, tolmetintolmetin Agen simpatomimetik
Agen simpatomimetik dan halusinogen
dan halusinogen
Amphetamine, lysergic acid, 3,4-methylene Amphetamine, lysergic acid, 3,4-methylene dioxymethamphetamine
dioxymethamphetamine Antikonvulsan
Antikonvulsan Carbamazepine, Carbamazepine, phenytoinphenytoin Antideprresan
Antideprresan Doxepine Doxepine , , nomifensinenomifensine Other
Other Allopurinol, Allopurinol, cimetidine, cimetidine, folate, folate, iodide,iodide, mebendazole, metoclopramide, piperazine adipate, mebendazole, metoclopramide, piperazine adipate, propylthiouracil,
propylthiouracil, prostaglandin prostaglandin E, E, ritodrine,ritodrine, sulfasalazine, theophylline, thyroxine
sulfasalazine, theophylline, thyroxine NSAIDs :
2.2. Epidemiologi 2.2. Epidemiologi
Obat-obatan diperkirakan menyebabkan 10-15% efek samping pada pasien
Obat-obatan diperkirakan menyebabkan 10-15% efek samping pada pasien
rawat inap di Amerika Serikat (Tisdale JE, 2005). Namun, demam karena obat
rawat inap di Amerika Serikat (Tisdale JE, 2005). Namun, demam karena obat
sebagai satu-satunya manifestasi atau fitur klinis yang paling menonjol dari reaksi
sebagai satu-satunya manifestasi atau fitur klinis yang paling menonjol dari reaksi
yang terjadi diperkirakan 3-5% kasus (Hanson, 1991).
yang terjadi diperkirakan 3-5% kasus (Hanson, 1991). Namun insidensi dari demam Namun insidensi dari demam
karena obat sebenarnya tidak diketahui karena sedikitnya pelaporan dan sering tidak
karena obat sebenarnya tidak diketahui karena sedikitnya pelaporan dan sering tidak
didiagnosis. Ada perbedaan pendapat dalam literatur tentang yang populasi yang
didiagnosis. Ada perbedaan pendapat dalam literatur tentang yang populasi yang
paling
paling rentan rentan terhadap terhadap demam demam karena karena obat,.obat,. Beberapa publikasi telah menemukanBeberapa publikasi telah menemukan
bahwa
bahwa wanita wanita dan dan populasi populasi yang yang lebih lebih tua tua berisiko berisiko terhadap terhadap kejadian kejadian demamdemam
karena obat, terutama pada obat selain antibiotik (Roush MK, Nelson KM., 1993).
karena obat, terutama pada obat selain antibiotik (Roush MK, Nelson KM., 1993).
Namun,
Namun, pasien pasien yang yang lebih lebih muda muda mungkin mungkin pada pada peningkatan peningkatan risiko risiko untuk untuk risikorisiko
terjadinya demam karena obat pada penggunaan antibiotik (Tisdale J
terjadinya demam karena obat pada penggunaan antibiotik (Tisdale JE, 2005).E, 2005).
2.3. Patofisiologi 2.3. Patofisiologi
Pusat termoregulasi berada di daerah preoptic dari hipotalamus anterior Pusat termoregulasi berada di daerah preoptic dari hipotalamus anterior bertanggung
bertanggung jawab jawab untuk untuk mempertahankan mempertahankan set set titik titik suhu suhu pada pada manusia. manusia. SelamaSelama demam,
demam, ada ada pergeseran ke pergeseran ke atas titik atas titik set termoregset termoregulasi. Selain ulasi. Selain itu, berbitu, berbagai agai pirogenpirogen eksogen memicu aktivitas leukosit dan sel fagositik untuk menghasilkan pirogen eksogen memicu aktivitas leukosit dan sel fagositik untuk menghasilkan pirogen endogen, terutama interleukin-1.Interleukin-1 mengakibatkan neuron di hipotalamus endogen, terutama interleukin-1.Interleukin-1 mengakibatkan neuron di hipotalamus anterior
anterior terkesitasi terkesitasi dan dan menyebabkan menyebabkan peningkatan peningkatan produksi produksi prostaglandin,prostaglandin, adenosin monofosfat siklik, dan monoamina di sistem saraf. Semua itu adenosin monofosfat siklik, dan monoamina di sistem saraf. Semua itu
mengakibatkan
mengakibatkan naiknya naiknya titik titik set set termoregulasi. Tubtermoregulasi. Tubuh uh memberikan memberikan respon respon dengandengan meminimalkan kehilangan panas dan meningkatkan produksi panas hingga titik set meminimalkan kehilangan panas dan meningkatkan produksi panas hingga titik set termoregulasi tercapai (Saper CB, Breder CD, 1994).
termoregulasi tercapai (Saper CB, Breder CD, 1994).
Patofisiologi sebab terjadinya demam karena obat secara garis besar Patofisiologi sebab terjadinya demam karena obat secara garis besar disebabkan oleh lima mekanisme utama yaitu
disebabkan oleh lima mekanisme utama yaitu dapat timbul akibat efek obat padadapat timbul akibat efek obat pada
termoregulasi,
termoregulasi, reaksi terkreaksi terkait pait pemberian emberian obat, obat, akibat akibat farmakologis farmakologis obat, obat, reaksireaksi
idiosinkrasi, dan reaksi hipersensitivitas (Johson DH., Cunha BA, 1996),
idiosinkrasi, dan reaksi hipersensitivitas (Johson DH., Cunha BA, 1996),
a.
a. Perubahan pada mekanisme termoregulasiPerubahan pada mekanisme termoregulasi
Variasi dari obat narkotika bisa
Variasi dari obat narkotika bisa mengganggu mekanisme termoregulasimengganggu mekanisme termoregulasi
dengan meningkatkan produksi panas atau membatasi pembuangan panas.
dengan meningkatkan produksi panas atau membatasi pembuangan panas.
Levotiroksin adalah contoh obat yang meningkatkan metabolisme, oleh karena itu
Levotiroksin adalah contoh obat yang meningkatkan metabolisme, oleh karena itu
langsung meningkatkan produksi panas (Nimmo SM, Kennedy BW, Tullet WM,
langsung meningkatkan produksi panas (Nimmo SM, Kennedy BW, Tullet WM,
1993). Agen simpatomimetik seperti kokain, 3,4-methylene dioxymethamphetamine
1993). Agen simpatomimetik seperti kokain, 3,4-methylene dioxymethamphetamine
(MDMA) berpengaruh langsung pada hipotalamus yang kemudian menyebabkan
(MDMA) berpengaruh langsung pada hipotalamus yang kemudian menyebabkan
demam.diakibatkan dari peningkatan pengeluaran serotonin (Patel A., Gallagher J,
demam.diakibatkan dari peningkatan pengeluaran serotonin (Patel A., Gallagher J,
2010).
2010).
Epinefrin
Epinefrin meningkatkan meningkatkan suhu suhu tubuh tubuh melalui melalui vasokonstriksi vasokonstriksi perifer.perifer.
Obat-obatan tertentu yang memiliki aktivitas antikolinergik seperti atropine,
Obat-obatan tertentu yang memiliki aktivitas antikolinergik seperti atropine,
antihistamin, antidepresan trisiklik, fenotiazin, dan obat penenang (butyrophenone)
antihistamin, antidepresan trisiklik, fenotiazin, dan obat penenang (butyrophenone)
semua mengurangi kehilangan panas melalui mengendalikan sekresi kelenjar
semua mengurangi kehilangan panas melalui mengendalikan sekresi kelenjar
keringat, yang mungkin dapat mengurangi hilangnya panas. Penghambat monoamine
keringat, yang mungkin dapat mengurangi hilangnya panas. Penghambat monoamine
oxidase dapat menyebabkan hipertermia dengan meningkatkan metabolisme melalui
oxidase dapat menyebabkan hipertermia dengan meningkatkan metabolisme melalui
peningkatan
produksi
produksi panas. panas. Simetidin Simetidin , , anti anti histaminehistamine 22 reseptor reseptor di di hipotalamus hipotalamus telahtelah
dilaporkan menyebabkan demam obat melalui mekanisme ini (Nimmo SM, Kennedy
dilaporkan menyebabkan demam obat melalui mekanisme ini (Nimmo SM, Kennedy
BW, Tullet WM, 1993)
BW, Tullet WM, 1993)
b.
b. Reaksi akibat pemberian obatReaksi akibat pemberian obat
Proses pemberian
Proses pemberian obat dapat langsung menghasilkan reaksi demamobat dapat langsung menghasilkan reaksi demam
dikarenakan adanya kontaminasi atau karena efek intrinsik dari obat itu sendiri.
dikarenakan adanya kontaminasi atau karena efek intrinsik dari obat itu sendiri.
Pirogen
Pirogen yang yang muncul muncul yang yang tercampur tercampur dalam dalam proses proses manufaktur manufaktur dapat dapat mencemarimencemari
beberapa
beberapa antibiotik, antibiotik, agen agen kemoterapi, kemoterapi, dan dan streptokinasestreptokinase. . .. Vancomycin pada satuVancomycin pada satu
waktu
waktu dicurigai dicurigai sebagai psebagai penyebab enyebab demam demam karena okarena obat karena bat karena mengandung mengandung pirogenpirogen
eksogen yang dikenal sebagai
eksogen yang dikenal sebagai mud missisipymud missisipy. . Obat-obatan Obat-obatan seperti seperti amfoterisin amfoterisin BB
dan bleomycin sulfat memiliki aktivitas pirogenik intrinsik yang menyebabkan
dan bleomycin sulfat memiliki aktivitas pirogenik intrinsik yang menyebabkan
peningkatan
peningkatan suhu suhu akibat akibat adanya adanya pelepasanpelepasan pirogen pirogen endogen endogen (interleukin-1) (interleukin-1) daridari
granulosit (Hanson., 1991).
granulosit (Hanson., 1991).
Demam yang berhubungan dengan cara pemberian obat juga dapat terjadi
Demam yang berhubungan dengan cara pemberian obat juga dapat terjadi
dengan injeksi, sebagai akibat dari flebitis dari
dengan injeksi, sebagai akibat dari flebitis dari injeksi dan larutan injeksi dan larutan infus dengan beratinfus dengan berat
molekul
molekul tinggi tinggi seperti sefalosporin seperti sefalosporin dan dan vankomisin.. Vaksin vankomisin.. Vaksin dan dan ekstrak alergiekstrak alergi
menyebabkan demam melalui mekanisme yang sama karena mengandung bakteri
menyebabkan demam melalui mekanisme yang sama karena mengandung bakteri
atau virus
atau virus pyrogen (Roush MK, Nelson pyrogen (Roush MK, Nelson KM., 1993).KM., 1993).
c.
c. Demam terkait farmakologis aksi obatDemam terkait farmakologis aksi obat
Terkadang efek farmakologis obat itu sendiri penyebab demam obat.
Terkadang efek farmakologis obat itu sendiri penyebab demam obat. ReaksiReaksi
Jarisch-Herxheimer adalah contoh klasik yang terlihat selama terapi antibiotik untuk
Jarisch-Herxheimer adalah contoh klasik yang terlihat selama terapi antibiotik untuk
penyakit spirochetal
KM., 1993). Hipotesisnya adalah bahwa pelepasan endotoksin dari organisme
KM., 1993). Hipotesisnya adalah bahwa pelepasan endotoksin dari organisme
terbunuh atau mati menyebabkan reaksi demam. Endotoksin, juga dikenal sebagai
terbunuh atau mati menyebabkan reaksi demam. Endotoksin, juga dikenal sebagai
lipopolisakarida, merupakan bagian integral dari dinding sel bakteri gram negatif dan
lipopolisakarida, merupakan bagian integral dari dinding sel bakteri gram negatif dan
dilepaskan ketika neutrofil mencerna organisme. Contoh lain termasuk demam yang
dilepaskan ketika neutrofil mencerna organisme. Contoh lain termasuk demam yang
disebabkan oleh agen antineoplastic. Agen ini dapat menimbulkan demam ketika
disebabkan oleh agen antineoplastic. Agen ini dapat menimbulkan demam ketika
sel-sel neoplastik rusak akibat obat melepaskan pyrogen endogen yang bekerja pada
sel-sel neoplastik rusak akibat obat melepaskan pyrogen endogen yang bekerja pada
hipotalamus dan menyebabkan demam (Patel A., Gallagher J, 2010).
hipotalamus dan menyebabkan demam (Patel A., Gallagher J, 2010).
d.
d. Reaksi IdiosinkrasiReaksi Idiosinkrasi
Pada
Pada pasien pasien tertentu, tertentu, reaksi reaksi idiosinkrasi idiosinkrasi dapat dapat berkembang berkembang karenakarena
predisposisi
predisposisi genetic genetic yang yang diturunkan. diturunkan. Contoh Contoh yang yang paling paling menonjol menonjol dari ini dari ini adalahadalah
malignancy hyperthermia
malignancy hyperthermia, yang merupakan gangguan yang ditandai dengan ditandai, yang merupakan gangguan yang ditandai dengan ditandai
hipertermia (suhu> 106 ° F atau lebih dari 41°c), kekakuan otot, takikardia, aritmia,
hipertermia (suhu> 106 ° F atau lebih dari 41°c), kekakuan otot, takikardia, aritmia,
dan hipotensi pada pasien yang menjalani pengobatan dengan agen anestesi inhalasi.
dan hipotensi pada pasien yang menjalani pengobatan dengan agen anestesi inhalasi.,,
A
A
gen yang paling sering terlibat termasuk halotan (sendiri atau dalam kombinasi
gen yang paling sering terlibat termasuk halotan (sendiri atau dalam kombinasi
dengan suksinilkolin), isoflurane, dan enfluran. Mekanisme ini diduga disebabkan
dengan suksinilkolin), isoflurane, dan enfluran. Mekanisme ini diduga disebabkan
oleh genetik yang mengakibatkan rilis abnormal ion kalsium ke dalam myoplasma
oleh genetik yang mengakibatkan rilis abnormal ion kalsium ke dalam myoplasma
otot, yang menyebabkan reaksi katabolik yang menghasilkan sejumlah besar panas
otot, yang menyebabkan reaksi katabolik yang menghasilkan sejumlah besar panas
(Johson DH., Cunha BA, 1996).
(Johson DH., Cunha BA, 1996).
Sindrom neuroleptik maligna atau
Sindrom neuroleptik maligna atau neuroleptic malignant syndromeneuroleptic malignant syndrome (NMS) (NMS)
lebih
lebih umum ditemui oleh dokter dan ditandai oleh hipertermia, kekakuan otot,umum ditemui oleh dokter dan ditandai oleh hipertermia, kekakuan otot,
kesadaran berfluktuasi, dan gangguan otonom. Hal ini paling sering dikaitkan dengan
kesadaran berfluktuasi, dan gangguan otonom. Hal ini paling sering dikaitkan dengan
antagonis dopamine
antagonis dopamine 22 reseptor seperti fenotiazin, haloperidol, dan thiothixene (Roush reseptor seperti fenotiazin, haloperidol, dan thiothixene (Roush
MK, Nelson KM., 1993).. Beberapa obat dapat menyebabkan reaksi hemolitik pada
pasien dengan
pasien dengan defisiensi defisiensi dehidrogenase glukosa-6-fosfat, dehidrogenase glukosa-6-fosfat, yang dapat yang dapat disertai disertai dengandengan
demam.
demam. 7373 . . Banyak Banyak obat, obat, seperti seperti sulfonamid, sulfonamid, agen agen antimalarialantimalarial ((misalnya,misalnya,
primakuin),
primakuin), nitrofurantoin, nitrofurantoin, quinidine, quinidine, dan dan kloramfenikol, kloramfenikol, telah telah dikaitkan dikaitkan dengandengan
reaksi ini. Mekanisme ini menimbulkan demam akibat pelepasan pyrogen endogen
reaksi ini. Mekanisme ini menimbulkan demam akibat pelepasan pyrogen endogen
oleh
oleh sel-sel darah sel-sel darah merah merah yang yang pecah selanjutnypecah selanjutnya menyebabkan a menyebabkan peninggian peninggian suhusuhu
tubuh (Roush MK, Nelson KM., 1993).
tubuh (Roush MK, Nelson KM., 1993).
e.
e. Reaksi hipersensitivitasReaksi hipersensitivitas
Mekanisme yang paling umum untuk demam karena obat
Mekanisme yang paling umum untuk demam karena obat adalah reaksiadalah reaksi
hipersensitivitas, yang paling mungkin dimediasi oleh respon humoral. Obat atau
hipersensitivitas, yang paling mungkin dimediasi oleh respon humoral. Obat atau
produk
produk degradasi degradasi dapat dapat bertindak bertindak baik baik sebagai sebagai antigen antigen lengkap lengkap atau atau hapten.hapten.
Kompleks antigen-antibodi yang beredar akan memacu reaksi komplemen yang
Kompleks antigen-antibodi yang beredar akan memacu reaksi komplemen yang
dapat merangsang pelepasan pirogen dari granulosit, mengakibatkan demam. Reaksi
dapat merangsang pelepasan pirogen dari granulosit, mengakibatkan demam. Reaksi
hipersensitivitas lain yang mendasari demam karena obat adalah melalui- respon
hipersensitivitas lain yang mendasari demam karena obat adalah melalui- respon
imun limfosit sel T
imun limfosit sel T atau kekebalan seluler. Mekanisme demam diperantaraiatau kekebalan seluler. Mekanisme demam diperantarai
imunitas seluler tampaknya karena produksi limfokin yang memicu makrofag untuk
imunitas seluler tampaknya karena produksi limfokin yang memicu makrofag untuk
memproduksi dan melepaskan pirogen endogen menghasilkan
memproduksi dan melepaskan pirogen endogen menghasilkan demam.demam. WaktuWaktu
timbulnya demam obat akibat hipersensitivitas bisa menjadi petunjuk diagnostik
timbulnya demam obat akibat hipersensitivitas bisa menjadi petunjuk diagnostik
penting.
penting. Suhu Suhu yang yang tinggi tinggi dapat mudapat muncul bebncul beberapa hari erapa hari atau atau minggu minggu setelahsetelah
memulai
memulai terapi terapi obat. obat. Variabilitas dalam Variabilitas dalam timbulnya timbulnya demam demam karena karena obat obat ini ini menjadimenjadi
tantangan dalam diagnosis, terutama pada pasien yang minum beberapa obat baru
tantangan dalam diagnosis, terutama pada pasien yang minum beberapa obat baru
secara bersamaan (Nimmo SM, Kennedy BW, Tullet WM, 1993).
Tabel 2. Mekanisme Demam karena obat dan obatnya Tabel 2. Mekanisme Demam karena obat dan obatnya
Mekanisme Obar Mekanisme Obar Perubahan pada Perubahan pada mekanisme mekanisme termoregulasi termoregulasi
Antikolinergik (misalnya antihistamin, atropin,
Antikolinergik (misalnya antihistamin, atropin,
antidepresan trisiklik),
antidepresan trisiklik), cimetidin, levothyroxine,cimetidin, levothyroxine,
inhibitor monoamine oxidase, fenotiazin, agen
inhibitor monoamine oxidase, fenotiazin, agen
simpatomimetik (misalnya amfetamin, kokain,
simpatomimetik (misalnya amfetamin, kokain,
epinefrin, 3,4-metilen
epinefrin, 3,4-metilendioxymethamphetamine)dioxymethamphetamine)
Reaksi akibat pemberian Reaksi akibat pemberian obat
obat
Amfoterisin B, bleomycin, sefalosporin, paraldehida
Amfoterisin B, bleomycin, sefalosporin, paraldehida
dan
dan pentazocine pentazocine (injeksi intramuskular),(injeksi intramuskular), VaksinVaksin dandan
A
AlergilergiEkstrak,Ekstrak, VankomisinVankomisin
Demam terkait
Demam terkait
farmakologis aksi obat farmakologis aksi obat
Antineoplastik
Antineoplastik agen (misalnya, 6-mercaptopurine,agen (misalnya, 6-mercaptopurine,
Bleomycin, Klorambucil, Cisplatin, Sitosin
Bleomycin, Klorambucil, Cisplatin, Sitosin
arabinosida, L-asparaginase, streptozocin,
arabinosida, L-asparaginase, streptozocin,
vincristine), heparin, penisilin, Warfarin
vincristine), heparin, penisilin, Warfarin
Reaksi
Reaksi Idiosinkresi Idiosinkresi agen agen anestesi anestesi (misalnya, (misalnya, enfluran, enfluran, halotan halotan atauatau bersama
bersama dengan dengan suksinilkolin, suksinilkolin, isoflurane),isoflurane), kloramfenikol, dopamin-2 reseptor antagonis kloramfenikol, dopamin-2 reseptor antagonis (misalnya, haloperidol, fenotiazin, thiothixene), (misalnya, haloperidol, fenotiazin, thiothixene), metildopa, nitrofurantoin ,primakuin fosfat, metildopa, nitrofurantoin ,primakuin fosfat, quinidine, kina, sulfonamida
quinidine, kina, sulfonamida Reaksi Hipersensitivitas
Reaksi Hipersensitivitas Allopurinol, agen antimikroba, carbamazepine,Allopurinol, agen antimikroba, carbamazepine,
heparin,
heparin, metildopa, metildopa, fenitoin, fenitoin, procainamide,procainamide,
quinidine, kina,
quinidine, kina, sulfonamide, Allopurinol, agensulfonamide, Allopurinol, agen
antimikroba, carbamazepine, heparin, metildopa,
antimikroba, carbamazepine, heparin, metildopa,
fenitoin, procainamide, quinidine, kina, sulfonamida
fenitoin, procainamide, quinidine, kina, sulfonamida
2.4. Pendekatan Diagnostik Demam karena Obat 2.4. Pendekatan Diagnostik Demam karena Obat
Diagnosa demam karena obat, adalah diagnosa ekslusi, sehingga dokter harus
Diagnosa demam karena obat, adalah diagnosa ekslusi, sehingga dokter harus
berfikir
berfikir untuk untuk mengeksklusi mengeksklusi sebab sebab lainya lainya seperti seperti infeksi. infeksi. Pengamatan Pengamatan dokterdokter
terhadap kejadian demam harus jeli, apakah seiring dengan pemberian obat.
terhadap kejadian demam harus jeli, apakah seiring dengan pemberian obat. DemamDemam
bisa
bisa menjadi menjadi ciri ciri khas khas dari dari banyak banyak proses proses penyakit penyakit selain selain infeksi, infeksi, termasuktermasuk
keganasan, penyakit tromboemboli, kecelakaan serebrovaskular, penyakit pembuluh
darah kolagen, asam urat akut, operasi, dan trauma (Johson DH., Cunha BA, 1996).
darah kolagen, asam urat akut, operasi, dan trauma (Johson DH., Cunha BA, 1996).
Pada kasus munculnya demam, terutama dalam situasi ketika seorang pasien
Pada kasus munculnya demam, terutama dalam situasi ketika seorang pasien
dinyatakan secara klinis baik, maka demam karena obat harus dipertimbangkan
dinyatakan secara klinis baik, maka demam karena obat harus dipertimbangkan
dalam diferensial diagnosis.
dalam diferensial diagnosis. Diagnosis pasti dapat dibuat hanya ketika demamDiagnosis pasti dapat dibuat hanya ketika demam
menghilang
menghilang setelah menghsetelah menghentikan entikan agen yagen yang ang dicurigai. Ada dicurigai. Ada variasi waktu variasi waktu yangyang
signifikan di antara kelas obat yang berbeda dalam memunculkan kejadian demam
signifikan di antara kelas obat yang berbeda dalam memunculkan kejadian demam
karena obat.
karena obat. Waktu rata-rata antara inisiasi obat dan timbulnya demam adalah 7-10Waktu rata-rata antara inisiasi obat dan timbulnya demam adalah 7-10
hari. Interval terpendek antara inisiasi terapi dan onset demam diamati pada agen
hari. Interval terpendek antara inisiasi terapi dan onset demam diamati pada agen
antineoplasma (rata-rata 0,5-6 hari) dan antimikroba (median 6 hari, rata-rata 7,8
antineoplasma (rata-rata 0,5-6 hari) dan antimikroba (median 6 hari, rata-rata 7,8
hari).
hari). Interval waktu yang lebih lama terlihat dengan obat yang bekerja di sistemInterval waktu yang lebih lama terlihat dengan obat yang bekerja di sistem
saraf pusat (median 16 hari, rerata 18,5 hari) dan obat-obatan kardiovaskuler
saraf pusat (median 16 hari, rerata 18,5 hari) dan obat-obatan kardiovaskuler
(median 10 hari, rerata 44,7 hari) (Hanson., 1991).
(median 10 hari, rerata 44,7 hari) (Hanson., 1991).
Berbagai pola demam terjadi pada penderita demam karena obat.
Berbagai pola demam terjadi pada penderita demam karena obat. Pola yangPola yang
berbeda
berbeda meliputi: meliputi: demam demam terus-menerus;terus-menerus; demam remiten, dimana suhu bervariasidemam remiten, dimana suhu bervariasi
tetapi secara konsisten meningkat dari normal; demam intermiten, demam dimana
tetapi secara konsisten meningkat dari normal; demam intermiten, demam dimana
masih ada periode oleh suhu normal sehari-hari;
masih ada periode oleh suhu normal sehari-hari; dan demamdan demam hectichectic, yang, yang
bermanifestasi sebagai kombinasi pola
bermanifestasi sebagai kombinasi pola demam intermiten dan remiten.Demamdemam intermiten dan remiten.Demam hectichectic
adalah pola yang paling umum, terutama karena penggunaan obat antipiretik dan
adalah pola yang paling umum, terutama karena penggunaan obat antipiretik dan
pengunaan
pengunaan kompres kompres dingin dingin yang yang dapat dapat mengubah mengubah pola pola demam demam dari dari responrespon
alamiahnya (Saper CB, Breder CD, 1994).Petunjuk lain membantu dalam deteksi
alamiahnya (Saper CB, Breder CD, 1994).Petunjuk lain membantu dalam deteksi
obat demam relatif bradikardia, suatu kondisi yang terjadi ketika denyut jantung
obat demam relatif bradikardia, suatu kondisi yang terjadi ketika denyut jantung
yang tidak meningkat seiring dengan pertambahan suhu yang didapatkan 11%.
yang tidak meningkat seiring dengan pertambahan suhu yang didapatkan 11%.
Keterlibatan kelainan kulit dalam demam karena obat diperkirakan terjadi 18-29%
Keterlibatan kelainan kulit dalam demam karena obat diperkirakan terjadi 18-29%
dari penderita demam karena obat,berupa ruam makulopapular generalisata terjadi
pada sebagian
pada sebagian kecil kecil pasien pasien dan dan mungkin mungkin urtikaria urtikaria dengan dengan atau atau tanpa tanpa petechiaepetechiae
(Roush MK, Nelson KM., 1993).
(Roush MK, Nelson KM., 1993).
Temuan laboratorium dapat membantu dalam mendukung diagnosis demam
Temuan laboratorium dapat membantu dalam mendukung diagnosis demam
karena obat, walaupun sangat bervariasi dan tidak dapat diandalkan untuk diagnosis
karena obat, walaupun sangat bervariasi dan tidak dapat diandalkan untuk diagnosis
pasti.
pasti. jumlah jumlah leukosit leukosit dengan dengan diferensial diferensial harus harus dilakukan dilakukan untuk untuk semua semua pasienpasien
dengan hasil yang menunjukkan leukositosis dengan atau tanpa pergeseran kiri.
dengan hasil yang menunjukkan leukositosis dengan atau tanpa pergeseran kiri.
Temuan leukositosis dengan demam harus dievaluasi kembali kemungkinan infeksi.
Temuan leukositosis dengan demam harus dievaluasi kembali kemungkinan infeksi.
Tingkat Eosinofil sering meningkat, dan tingkat sedimentasi eritrosit juga. Terdapat
Tingkat Eosinofil sering meningkat, dan tingkat sedimentasi eritrosit juga. Terdapat
juga
juga peningkatan peningkatan enzim enzim transaminase transaminase hati hati namun namun tidak tidak lebih lebih dari dari 2 2 kali kali batas batas atasatas
normal pada sekitar 90% pasien (Patel A., Gallagher J, 2010).
normal pada sekitar 90% pasien (Patel A., Gallagher J, 2010).
2.6. Pengobatan 2.6. Pengobatan
Pendekatan yang paling masuk akal untuk mengobati demam karena obat
Pendekatan yang paling masuk akal untuk mengobati demam karena obat
adalah menghentikan agen penyebabnya. Menentukan agen yang tepat bisa menjadi
adalah menghentikan agen penyebabnya. Menentukan agen yang tepat bisa menjadi
suatu tantangan, dan tidak ada pendekatan standar. Tergantung pada keparahan dari
suatu tantangan, dan tidak ada pendekatan standar. Tergantung pada keparahan dari
reaksi yang menyertainya, mungkin tepat untuk menghentikan semua obat yang
reaksi yang menyertainya, mungkin tepat untuk menghentikan semua obat yang
dicurigai, yang ditambahkan baru-baru ini atau semua obat yang tidak penting.
dicurigai, yang ditambahkan baru-baru ini atau semua obat yang tidak penting.
Setelah penghentian, resolusi demam terjadi dalam 48-72 jam dan dapat bertahan
Setelah penghentian, resolusi demam terjadi dalam 48-72 jam dan dapat bertahan
selama beberapa hari hingga minggu jika disertai manifestasi lainnya seperti ruam
selama beberapa hari hingga minggu jika disertai manifestasi lainnya seperti ruam
makulopapular, atau waktu eliminasi agen dari tubuh membutuhkan waktu lebih
makulopapular, atau waktu eliminasi agen dari tubuh membutuhkan waktu lebih
lama. Di
lama. Di situasi di mana pengobatan terus diperlukan, maka pengalihan ke obat lainsituasi di mana pengobatan terus diperlukan, maka pengalihan ke obat lain
yang memiliki target yang sama diperlukan untuk menghindari terjadinya demam
yang memiliki target yang sama diperlukan untuk menghindari terjadinya demam
karena obat lebih lanjut. Beberapa obat tidak memiliki pengganti yang memadai
seperti antibiotik yang bekerja di mikroorganisme yang resisten, maka dimungkinkan
seperti antibiotik yang bekerja di mikroorganisme yang resisten, maka dimungkinkan
untuk pemberian premedikasi pasien dengan kortikosteroid, antihistamin, dan atau
untuk pemberian premedikasi pasien dengan kortikosteroid, antihistamin, dan atau
prostaglandin
prostaglandin inhibitor inhibitor sambil sambil tetap tetap waspada waspada untuk untuk tanda-tanda tanda-tanda lebih lebih lanjut lanjut daridari
hipersensitivitas. Pretreatment dengan kortikosteroid umumnya tidak dilakukan
hipersensitivitas. Pretreatment dengan kortikosteroid umumnya tidak dilakukan
kecuali jika diperlukan dalam reaksi kulit (Patel A., Gallagher J, 2010).
BAB III BAB III SIMPULAN SIMPULAN
Demam karena obat memiliki tampilan klinis yang heterogen sehingga
Demam karena obat memiliki tampilan klinis yang heterogen sehingga
menjadi
menjadi tantangan tantangan bagi klinisi bagi klinisi untuk untuk mendiagnosanya. mendiagnosanya. Banyak Banyak literarur berupaliterarur berupa
laporan kasus telah menyebutkan berbagai jenis obat yang terlibat dalam
laporan kasus telah menyebutkan berbagai jenis obat yang terlibat dalam
menyebabkan demam. Ketika demam karena obat dicurigai, dokter sering
menyebabkan demam. Ketika demam karena obat dicurigai, dokter sering
dihadapkan dengan pilihan dan pertimbangan atas risiko dan manfaat menghentikan
dihadapkan dengan pilihan dan pertimbangan atas risiko dan manfaat menghentikan
agen yang dicurigai. Pada pasien yang demam karena obat menjadi sembuh setelah
agen yang dicurigai. Pada pasien yang demam karena obat menjadi sembuh setelah
penghentian
penghentian beberapa beberapa agen agen yang yang tidak tidak mendesak mendesak diperlukan diperlukan (seperti (seperti yangyang
dibutuhkan untuk kondisi kronis yang stabil), agen ini dapat dimulai kembali secara
dibutuhkan untuk kondisi kronis yang stabil), agen ini dapat dimulai kembali secara
individual, dan bila diperlukan dapat menggunakan premedikasi. Sebuah diagnosis
individual, dan bila diperlukan dapat menggunakan premedikasi. Sebuah diagnosis
demam karena obat juga tidak harus mengalihkan perhatian dokter dari
demam karena obat juga tidak harus mengalihkan perhatian dokter dari
probabilitas diagnostik lainnya untu
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR PUSTAKA
Fang Y., Xiao H., Tiang S., Liang L., Sha W., and Fang Y, 2014. clinical features and treatment of drug Fang Y., Xiao H., Tiang S., Liang L., Sha W., and Fang Y, 2014. clinical features and treatment of drug fever cause anti tuberculosis drug.
fever cause anti tuberculosis drug. The Clinical Respiratory Journal.The Clinical Respiratory Journal. Hanson, 1991. Drug Fever : remember to consider it in diagnosis.
Hanson, 1991. Drug Fever : remember to consider it in diagnosis. Postgrad Med,Postgrad Med, Volume 89, pp.Volume 89, pp. 167-73.
167-73.
Johson DH., Cunha BA,
Johson DH., Cunha BA, 1996. Drug Fever.1996. Drug Fever. Infect Dis Clin North Am,Infect Dis Clin North Am, Volume 10, p. 85.Volume 10, p. 85. Lee Chiong, 1995.
Lee Chiong, 1995. disorder of temperature regulation.disorder of temperature regulation. Compr Ther,Compr Ther, Volume 21, p. 697.Volume 21, p. 697. Nimmo SM, Kennedy BW, Tullet WM, 1993. Drug Induced Hyperthermia.
Nimmo SM, Kennedy BW, Tullet WM, 1993. Drug Induced Hyperthermia. Anasthesia, Anasthesia, Volume 48, p.Volume 48, p. 892.
892.
Patel A., Gallagher J, 2010. Drug
Patel A., Gallagher J, 2010. Drug Fever.Fever. Pharmacotherapy,Pharmacotherapy, Volume 30, pp. 57-69.Volume 30, pp. 57-69. Roush MK, Nelson KM.,
Roush MK, Nelson KM., 1993. Understanding drug induce febrile reaction.1993. Understanding drug induce febrile reaction. Am Pharm, Am Pharm, Volume 33, pp.Volume 33, pp. 39-42.
39-42.
Saper CB, Breder CD, 1994. The
Saper CB, Breder CD, 1994. The neurology basis of fever.neurology basis of fever. N Engl J Med,N Engl J Med, Volume 330, p. 1880.Volume 330, p. 1880. Tisdale JE, M. D., 2005. Drug Induce Disease : prevetion, detection and managemen.
Tisdale JE, M. D., 2005. Drug Induce Disease : prevetion, detection and managemen. American American Society of Health System Pharmacist.