• Tidak ada hasil yang ditemukan

proyeksi peta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "proyeksi peta"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

ACARA I I. Judul

Pengenalan Sistem Proyeksi Peta Kartografis II. Tujuan

1. Melatih mahasiswa untuk memahami pengertian proyeksi peta secara umum. 2. Melatih mahasiswa untuk mengenali dan memahami beberapa sistem proyeksi

peta khususnya proyeksi peta kartografis dengan cara membuat ilustrasi dari sistem proyeksi tersebut.

3. Melatih mahasiswa untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan masing-masing sistem proyeksi.

III. Alat dan Bahan 1. Kertas HVS

2. Alat tulis (pulpen, pensil, penggaris, dan penghapus) IV. Tinjauan Pustaka

Globe merupakan gambaran permukaan bumi dengan cara memperkecil skala peta. Akan tetapi globe tidak bisa dibawa kemana-mana, sehingga membutuhkan cara untuk merubah bentuk bulat ke bidang datar. Caranya adalah menggunakan proyeksi. Proyeksi peta adalah cara-cara untuk memindahkan atau cara menyajikan garis-garis meridian dan paralel pada bidang lengkung bola bumi atau globe (bidang 3D) ke bidang datar (bidang 2D) yang berupa peta dengan kesalahan yang seminimal mungkin, baik itu kesalahan jarak, bentuk, luas (area), dan sudut (arah) (Sukwardjono dan Sukoco, 1997).

Proyeksi selalu mengalami distorsi. Untuk memperkecil atau meminimalisir distorsi (penyimpangan/kesalahan) maka dipergunakannya bidang-bidang yang jika didatarkan tidak mengalami distorsi, misalnya menggunakan bidang kerucut dan silinder. Supaya kesalahan dapat diperkecil/diminimalisir maka proses pemindahan harus memperhatikan syarat-syarat berikut ini :

(2)

 Jarak antara satu titik dengan titik lain di permukaan bumi yang diubah tetap.  Luas permukaan yang diubah harus tetap.

 Bentuk-bentuk di permukaan bumi tidak mengalami perubahan , harus persis seperti pada peta di globe bumi.

(Hidayati, 2012)

Berdasarkan hal di atas klasifikasi macam-macam proyeksi peta, secara garis besar dapat digolongkan menurut pertimbangan berikut :

A. Pertimbangan Ekstrinsik 1. Bidang proyeksi 2. Persinggungan 3. Posisi

B. Pertimbangan Intrinsik

1. Sifat-sifat yang dipertahankan 2. Genesa

3. Bentuk dan area yang akan dipertahankan (Sukwardjono dan Sukoco, 1997)

Ditinjau dari macam bidang proyeksi yang digunakan, yaitu:

a. Proyeksi Zenithal/ Azimuthal yaitu proyeksi yang menggunakan bidang datar sebagai bidang proyeksinya. Proyeksi ini menyinggung bola bumi dan berpusat pada satu titik. Proyeksi ini memiliki cirri-ciri / karakteristik antara lain, garis-garis meridian sebagai garis lurus yang berpusat di kutub, garis paralel digambarkan sebagai garis yang melingkar pada bidang proyeksi, sudut pada meridian sama dengan sudut pada peta, dan seluruh permukaan bumi yang diproyeksikan berbentuk lingkaran.

b. Proyeksi silinder adalah suatu proyeksi pada bola bumi yang bidang proyeksinya silinder dan menyinggung bola bumi/globe. Jika bidang silinder menyinggung equator maka garis paralelnya horizontal sedangkan meridiannya vertical. Cocok untuk daerah equator.

(3)

c. Proyeksi kerucut adalah proyeksi yang diperoleh dengan cara memproyeksikan bola bumi pada kerucut yang memotong dan menyinggung pada bola bumi, sehingga setelah dibuka akan terbentuk bidang proyeksi seperti segitiga dan terdapat satu titik puncaknya. Pada proyeksi kerucut umumnya garis paralelnya melingkar dan meridian berupa garis lurus yang radial/ merupakan jari-jari. Karakteristik dari proyeksi silinder meliputi, garis meridian merupakan garis lurus yang berkonvergensi di kutub, garis paralel merupakan meridian lingkaran yang konsentris dengan titik puncaknya di salah satu kutub bumi sehingga tidak bisa memproyeksikan kedua kutub bumi (hanya salah satu), dan cocok untuk menggambarkan proyeksi pada daerah lintang tengah ( sudut kemiringan 450 ).

Ditinjau dari persinggungannya, meliputi :

a. Tangential : bola bumi (globe) bersinggungan dengan bidang proyeksi. b. Secantial : globe berpotongan dengan bidang proyeksi

c. Polysuperficial : terdiri dari banyak bidang proyeksi. Ditinjau dari posisi sumbu proyeksinya, meliputi:

Gambar 2. Kontak antara Globe dengan Bidang proyeksi

(4)

a. Proyeksi Normal terjadi jika salah satu garis proyeksi berimpit dengan sumbu bumi . b. Proyeksi Transversal terjadi jika salah satu garis proyeksi tegak lurus dengan sumbu bumi

atau menyinggung equator.

c. Proyeksi Oblique terjadi jika salah satu garis proyeksi membentuk sudut terhadap sumbu bumi dan arah penyinaran miring.

Ditinjau dari arah penyinaran, meliputi :

a. Gnomonis yaitu proyeksi yang arah sinarnya berasal dari pusat bumi.

b. Stereografis yaitu proyeksi yang arah sinarnya berasal dari kutub yang berlawanan dengan titik singgung proyeksi.

c. Orthografis yaitu proyeksi yang arah sinarnya berasal dari titik jauh tak terhingga. Ditinjau dari sifat yang dipertahankan, meliputi:

a. Proyeksi Equivalent adalah proyeksi yang mempertahankan luas pada bidang proyeksi supaya sama dengan bumi setelah dikalikan dengan skala.

b. Proyeksi Equidistant adalah proyeksi yang mempertahankan jarak pada bidang proyeksi dengan jarak yang ada pada bumu setelah dikalikan dengan skala. Biasanya equidistant hanya terdapat pada garis tertentu, misalnya garis paralel dan meridian.

c. Proyeksi Konformal adalah proyeksi yang mempertahankan bentuk yang ada pada bidang proyeksi dengan bentuk yang ada pada bumi. Mempertahankan bentuk sama halnya dengan mempertahankan sudut, yaitu sudut yang ada pada bidang proyeksi harus sama dengan sudut yang berada pada bumi.

Ditinjau dari genesanya, meliputi :

a. Geometris adalah proyeksi yang dilakukan secara prespektif dengan prinsin penyinaran.

b. Non perspektif adalah proyeksi yang dilakukan dengan cara pemindahan titik-titik pada permukaan bola bumi dengan perhitungan matematis.

c. Semi geometris adalah proyeksi yang dilakukan dengan cara mencampurkan antara proyeksi geometris dengan proyeksi non prespektif. Yaitu sebagian dari proyeksi geometris dan sebagian lagi dari proyeksi non perspektif.

(5)

(Iswari,2011)

Kombinasi antara bidang proyeksi yang digunakan, kontak antara bidang proyeksi dengan globe dan posisi bidang proyeksi terhadap globe akan menghasilkan sistem proyeksi tertentu. Sebagai contoh, suatu sistem proyeksi disebut sebagai normal tangen cylindrical projection. berdasarkan namanya dapat diketahui bahwa bidang proyeksinya adalah silinder, bidang proyeksi menyinggung globe dan posisi silinder adalah tegak sehingga sumbu silinder berimpit dengan sumbu globe ( Susilo, 2010).

V. Cara Kerja

Keterangan :

: Input : Proses : Output VI. Hasil Praktikum

Tabel Karakteristik Sistem Proyeksi (Terlampir) VII. Pembahasan Materi tentang proyeksi peta Materi proyeksi peta Pemahaman proyeksi peta Pengilustrasian jenis sistem proyeksi Penjelasan karakteristik jenis proyeksi peta Tebel Karakteristik proyeksi peta

(6)

Garis khayal meridian dan paralel di bumi, perlu ditransformasikan dalam bidang datar yaitu dari spherical graticule ke dalam plane graticule supaya kenampakan bumi dapat digunakan untuk tujuan tertentu, maka perlunya suatu cara untuk memindahkan gratikul pertimbangan-pertimbangan tertentu, baik intrinsik maupun ekstrinsik. Tidak ada satupun sistem proyeksi yang sempurna. Masing-masing jenis proyeksi mempunyai kelebihan dan kekurangannya bergantung pada tujuan proyeksi peta yang digunakan. Pembuatan proyeksi perlu diperhatikan maksud dan tujuan yang akan dicapai sehingga akan tepat dalam memilih jenis proyeksi yang akan digunakan sesuai dengan lokasi daerahnya dan bertujuan untuk memperkecil distorsi pada lokasi tersebut. Pertimbangan-pertimbangan untuk memilih macam proyeksi tergantung pada syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh peta berhubungan dengan penggunaan atau pemanfaatan peta.

Pertimbangan yang digunakan pada praktikum ini terkait dengan pertimbangan ekstrinsik, meliputi bidang proyeksinya, titik persinggungan dan posisi sumbu proyeksi terhadap sumbu bumi. pertimbangan tersebut sebagai konsep dasar untuk dijadikan tumpuan untuk jenis-jenis proyeksi peta yang lain. Enam proyeksi yang digunakan adalah silinder tangensial normal, silinder secansial normal, kerucut tangensial normal, kerucut secansial normal, azimuthal tangensial normal, dan azimuthal secansial normal. Semua jenis kerucut tersebut normal, berarti posisi sumbu proyeksi terhadap sumbu bumi sejajar atau berimpit.

Proyeksi silinder memiliki ciri- ciri berbentuk silinder yang melingkupi bumi sebelum diproyeksikan,dan setelah diproyeksikan akan membentuk suatu persegi panjang, dengan paralel horizontal dan meridian vertikal. Berdasarkan titik singgungnya dibagi menjadi dua, yaitu tagensial (menyinggung) dan secansial (memotong). Di antara keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan yang berbeda pula. Silinder tangensial normal, memiliki bidang proyeksi silinder, dengan titik persinggungan tangensial atau menyinggung (menyentuh bidang proyeksi) dan posisi sumbu normal. Kelebihan proyeksi ini cocok digunakan di daerah ekuator karena distorsi paling kecil terletak pada ekuator 00 . Hal itu bisa

didapat dari titik persinggungan bola bumi yang menyinggung bidang silinder tepat di ekuator, sehingga faktor skalanya adala 1, yaitu tidak terdapat distorsi atau distorsinya sangat kecil pada daerah tersebut. Kelemahannya adalah daerah yang semakin jauh dari ekuator, distorsinya semakin besar terutama pada kutub bumi. Silinder secansial normal adalah silinder yang memiliki bidang proyeksi silinder, titik persinggungannya secansial/memotong, dan posisi sumbu sejajar. Kelebihan proyeksi ini adalah daerah di bola bumi yang berpotongan

(7)

dengan bidang proyeksi di dua titik pada bidang proyeksi. Bagian yang berpotongan tersebut memilki faktor skala 1, yaitu tidak terdapat distorsi atau distorsinya sangat kecil. Sedangkan daerah yang berada di luar dan di dalam titik-titik perpotongan tersebut memiliki faktor skala kurang dan lebih dari 1. Karena daerah yang berpotongan itu dua titik maka daerah yang tergambar pada perpotongan tersebut memiliki daerah cakupan luas dengan distorsi yang kecil. Silinder ini cocok untuk daerah ekuator ke atas (lintang utara) dan ke bawah (lintang selatan), yaitu pada daerah berlintang tengah (perpotongan dua titik denga bidang proyeksi terelatk di lintang tengah). Selain itu titik perpotongan tersebut dapat dibuat sendiri dengan menggunakan sudut bumi untuk tujuan mendapatkan daerah proyeksi yang dipilih sesuai dengan distorsi minimal. Kekurangan proyeksi ini tidak dapat menggambarkan daerah kutub, di ekuator distrosinya besar, karena pada bagian ekuator terletak di luar titik perpotongan dengan faktor skala kurang dari 1.

Proyeksi kerucut memiliki ciri-ciri berbentuk kerucut yang melingkupi ¾ bumi sebelum diproyeksikan, dan akan terbentuk segitiga setelah diproyeksikan. Proyeksi kerucut mempunyai paralel lengkung dan konsentris sedangkan mridiannya berbentuk garis lurus yang memusat ke arah kutub. Berdasarkan titik singgungnya proyeksi ini dibagi menjadi kerucut tangensial dan secansial dimana di antara keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan yang berbeda. Proyeksi kerucut tengensial normal adalah kerucut yang memiliki bidang proyeksi kerucut, titik persinggungannya tagensial, dan posisi sumbunya sejajar dengan sumbu bumi. Kelebihan proyeksi ini adalah cocok untuk pemetaan lintang tengah, karena distorsi paling kecil terletak di lintang tengah yaitu terdapat persinggungan tangensial antara bola bumi dengan bidang proyeksi pada titik 450 . Titik yang bersinggungan tersebut

disebut dengan paralel standar, yang memiliki faktor skala 1 yaitu tidak terdapat distorsi atau distrosinya sangat kecil. Kekurangannya adalah daerah kutub dan ekuator memiliki distorsi yang besar, karena semakin mejauh dari titik tersebut semakin besar distorsinya. Kerucut secansial normal adalah kerucut yang bidang proyeksinya berbentuk kerucut, titik singgung secansial atau perpotongan, dan posisi sumbunya sejajar dengan sumbu bumi. Kelebihan proyeksi ini adalah daerah pada titik perpotongan tersebut memiliki faktor skala 1 yaitu tidak ada distorsi atau ditorsi sangat kecil, daerah yang tecakup dengan distorsi minimal semakin luas, akan tetapi ukuran semua daerah menjadi lebih sempit hal itu disebabkan karena terdapat dua titik atau dua paralel standar mengalami perpotongan yang terletak di atas 450 dan di

(8)

bawah 450 . Kekurangan adalah daerah yang semakin jauh dari titik persinggungan maka

distorsinya semakin besar.

Proyeksi azimuthal/ datar memiliki ciri-ciri berbentuk datar sebelum dan setelah diproyeksikan. Daerah yang diproyeksikan memiliki garis paralel melengkung dan konsentris dan garis meridiannya berbentuk garis lurus yang memusat ke kutub. Sehingga proyeksi ini cocok untu pemetaan daerah kutub. Berdasarkan titik persinggungannya dibagi menjadi proyeksi azimuthal tangensial dan secansial. Proyeksi azimuthal tangensial normal adalah proyeksi yang memiliki bidang proyeksi datar, titik persinggungan tangensial, dan posisi sumbu sejajar dengan sumbu bumi. Kelebihan proyeski ini adalac cocok digunakan untuk pemetaan daerah kutub, karena di daerah tersebut memiliki distorsi paling kecil, yaitu pada persinggungan antara bola bumu dengan bidang proyeks pada satu titik yang memiliki faktor skala 1. Kekeurangannya adalah daerah yang semakin jauh dari kutub berarti distorsinya semakin besar. Proyeksi azimuthal secansial normal adalah proyeksi yang memiliki bidang proyeksi datar, dengan beberapa titik perptotongan/ secansial dan posisi sumbunya sejajar dengan sumbu bumi. kelebihan proyeksi ini adalah cocok untuk pemetaan daerah yang berpotongan karena daerah perpotongan distorsinya paling kecil. Sedangkan daerah yang tidak berpotongan dengan bidang proyeksi maka distorsinya besar, distorsi besar terdapat pada kutub dan di ekuator karena di kutub memiliki faktor skala kurang dari 1, yaitu terletak di luar bidang perpotongan sedangkan di ekuator memiliki faktor skala lebih dari satu yaitu terletak di bawah bidang proyeksi.

Berdasarkan ketiga proyeksi dengan karakteristik pertimbangannya, maka dapat disimpulkan bahwa pembuatan proyeksi dilakukan dengan tujuan tertentu untuk emnghasilkan daerah proyeksi dengan distorsi sangat kecil. Selain itu, karakteristik tersebut sebagai konsep dasar untuk menentukan variasvariasi proyeksi di dunia.

VIII. Kesimpulan

1. Proyeksi peta adalah cara-cara untuk memindahkan atau cara menyajikan garis-garis meridian dan paralel pada bidang lengkung bola bumi atau globe (bidang 3D) ke bidang datar (bidang 2D) yang berupa peta dengan kesalahan (distorsi) yang seminimal mungkin.

(9)

2. Sistem proyeksi peta dibagi menjadi dua pertimbangan , yaitu pertimbangan ekstrinsik dan intrinsik. Pertimbangan ekstrinsik dibagi menjadi proyeksi peta berdasar bidang proyeksi, persinggungannya, posisi sumbunya, dan arah penyinarannya. Pertimbangan intrinsik meliput sifat yang dipertahankan, genesanya, dan bentuk arah yang akan dipetakan.

3. Sistem proyeksi peta mempunyai kelebihan dan kekurangannya karena setiap pembuatan sistem proyeksi memiliki tujuan tertentu, dan tidak ada sistem proyeksi di dunia yang sempurna. Misalnya sistem proyeksi silinder tangential, mempunyai kelebihan dapat memetakan daerah ekuator dengan baik sedangkan kekurangannya semakin menjauhi ekuator semakin besar distrosinya.

DAFTAR PUSTAKA

Hidayati, Iswari Nur. 2011. Petunjuk Praktikum Kartografi Dasar. Yogyakarta : Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada.

Hidayati, Iswari Nur. 2012. Catatan Kuliah Proyeksi Peta. Yogyakarta : Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada.

Sukwardjono dan Sukoco. 1997. Kartografi Dasar. Yogyakarta: Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada.

Susilo, Bowo. 2010. Petunjuk Praktikum Proyeksi Peta. Yogyakarta: Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada.

Gambar

Gambar 2. Kontak antara Globe dengan Bidang proyeksi
Tabel Karakteristik Sistem Proyeksi (Terlampir) VII. Pembahasan Materi tentang proyeksi peta Materi   proyeksipeta Pemahaman proyeksipeta Pengilustrasian jenissistem proyeksiPenjelasankarakteristik jenisproyeksi petaTebel Karakteristikproyeksi peta

Referensi

Dokumen terkait

Hasil uji lanjut BNJ pengaruh penggunaan madu sebagai wet batter terhadap nilai sensori rasa udang windu disajikan pada Tabel 8. Rasa dengan nilai tertinggi terdapat

Mengingat Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Puji dan syukur kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya maka Penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA DEPOSITTO BANK

tindakan, teknik yang digunakan dalam penelitian ini konseling terapi Islam dengan menambah teknik flooding, dan subjek dalam penelitian ini satu orang yang

Urutan proses object diagram adalah pada Sistem Informasi Geografis Pemetaan Rumah Makan di Kabupaten Tanah Laut memiliki banyak mengelola di antaranya mengelola admin,

sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Bhandari dkk menunjukkan bahwa ANC lebih tinggi pada bayi baru lahir yang mengalami sepsis dibandingkan yang tidak mengalami

Menurut saya kedisiplinan waktu bisa diatasi dengan cara mengatur waktu dengan baik. Bagi mereka yang harus mengantar orang tuanya pergi ke pasar atau yang

HOS Cokroaminoto (Ciledug Raya) No. Gatot Subroto No. Raya Serpong KM. MH Thamrin No. KS Tubun No. Raya Jombang No. Raya PLP Curug No. Letnan Soetopo Kav. Hasyim Ashari No. Alam