• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN RETRAKSI BEKUAN.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN RETRAKSI BEKUAN.docx"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN HEMATOLOGI PEMERIKSAAN RETRAKSI BEKUAN

NAMA : Lusiana Lakusa

NIM : 16 3145 353 021

KELOMPOK : III

KELAS : A

PRODI D4 ANALIS KESEHATAN STIkes MEGA REZKY MAKASSAR

(2)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Hemostasis adalah mekanisme tubuh untuk menghentikan pendarahan dan mencegah perdarahan spontan. Selain itu, dapat mengusahakan darah tetap mengalir di dalam pembuluh darah (menghentikan perdarahan dan mencegah terjadinya pembekuan darah atau thrombus) (Dhani, 2010)

Faktor yang berperan pada hemostasis : Pembuluh darah, Trombosit. Faktor-faktor pembekuan darah. Trombosit (juga disebut Platelet atau keping darah) adalah sel-sel berbentuk oval kecil yang dibuat di sumsum tulang. Trombosit membantu dalam proses pembekuan. Ketika pembuluh darah pecah, trombosit berkumpul di daerah dan membantu menutup kebocoran. Trombosit bertahan hidup hanya sekitar 9 hari dalam aliran darah dan secara konstan akan digantikan oleh sel-sel baru (Sridianti, 2013)

Protein penting yang disebut faktor pembekuan sangat penting untuk proses pembekuan.

Kendati trombosit sendiri bisa menutup kebocoran pembuluh darah kecil dan untuk sementaramenghentikan atau memperlambat pendarahan, dengan adanya faktor pembekuan darah menghasilkan penggumpalan yang kuat dan stabil. Trombosit dan faktor pembekuan bekerja sama untuk membentuk benjolan padat (disebut bekuan darah) untuk menutup kebocoran, lukaluka, atau goresan dan untuk mencegah pendarahan di dalam dan pada permukaan tubuh kita.Ketika pembuluh darah besar yang terputus (atau dipotong), tubuh mungkin tidak dapat memperbaiki dirinya melalui pembekuan saja. Dalam kasus ini, perban atau jahitan digunakan untuk membantu mengontrol perdarahan. Jika jumlah trombosit terlalu rendah, perdarahan yang berlebihan dapat terjadi. Namun, jika jumlah trombosit terlalu tinggi, dapat terbentuk pembekuan darah (trombosis), yang dapat menghambat pembuluh darah dan mengakibatkan peristiwa seperti stroke, infark miokard, emboli paru atau penyumbatan pembuluh darah ke bagian lain dari tubuh , seperti ujung-ujung lengan atau kaki. Suatu kelainan atau penyakit dari trombosit disebut thrombocytopathy (Sridianti, 2013).

Hemostasis terdiri dari enam komponen utama, yaitu: trombosit, endotel vaskuler, procoagulant plasma protein faktors, natural anticoagulant proteins, protein fibrinolitik dan protein antifibrinolitik. Semua komponen ini harus tersedia dalam jumlah cukup, dengan fungsi yang baik serta tempat yang tepat untuk dapat menjalankan faal hemostasis dengan baik. Interaksi komponen ini dapat memacu terjadinya thrombosis disebut sebagai sifat prothrombotik dan dapat juga menghambat proses thrombosis yang berlebihan, disebut sebagai sifat antithrombotik. Faal hemostasis dapat berjalan normal jika terdapat keseimbangan antara faktor prothrombotik dan faktor antithrombotik.(Rafsan,2012)

Hemostasis normal dapat dibagi menjadi dua tahap: yaitu hemostasis primer dan hemostasis sekunder. Pada hemostasis primer yang berperan adalah komponen vaskuler dan komponen trombosit. Disini terbentuk sumbat trombosit (trombosit plug) yang berfungsi segera menutup kerusakan dinding pembuluh darah. Sedangkan pada hemostasis sekunder yang berperan adalah protein pembekuan darah, juga dibantu oleh

(3)

trombosit. Disini terjadi deposisi fibrin pada sumbat trombosit sehingga sumbat ini menjadi lebih kuat yang disebut sebagai stable fibrin plug. Proses koagulasi pada hemostasis sekunder merupakan suatu rangkaian reaksi dimana terjadi pengaktifan suatu prekursor protein (zymogen) menjadi bentuk aktif. Bentuk aktif ini sebagian besar merupakan serine protease yang memecah protein pada asam amino tertentu sehingga protein pembeku tersebut menjadi aktif. Sebagai hasil akhir adalah pemecahan fibrinogen menjadi fibrin yang akhirnya membentuk cross linked fibrin.

B. TUJUAN

Untuk menguji fungsi trombosit dengan mengukur besarnya bekuan atau jumlah serum yang dioeras (masa lisis)

(4)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Tes retraksi bekuan merupakan salah satu pemeriksaaan hematologi yang digunakan untuk menguji fungsi trombosit. Pemeriksaan retraksi bekuan dapat dilakukan pada suhu ruang jika berada pada daerah tropik, apabila suhu ruang kurang dari 25° C sebaiknya menggunakan bejana inkubator bersuhu 37° C. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan retraksi bekuan yang dilakukan pada pada suhu inkubasi 37° C dan pada suhu ruang 28° C. Jenis penelitian adalah penelitian analitik. Sampel diambil dengan cara melakukan sampling darah vena sebanyak 16 mahasiswa dari total populasi 84 mahasiswa semester V D III Analis Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang. Data yang terkumpul dilakukan uji normalitas menggunakan uji Saphiro Wilk, hasil data berdistribusi normal selanjutnya dilakukan uji statistik Independent Samples t – Test. Hasil pemeriksaan menunjukkan rata–rata retraksi bekuan pada suhu inkubasi 37° C adalah 44,0000% sedangkan pada suhu inkubasi 28° C didapatkan rata – rata 24,3125%, terjadi penurunan sebesar 19,6875%. Hal ini menunjukkan hasil pemeriksaan retraksi bekuan menggunakan suhu inkubasi 37° C lebih tinggi dibandingkan suhu ruang 28° C. Hasil uji statistik Independent Samples t – Test menunjukkan nilai kemaknaan p 0,000 dengan tingkat kemaknaan yaitu 0,000 < 0,05. Dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan retraksi bekuan antara sampel yang diperiksa pada suhu inkubasi 37° C dan pada suhu ruang 28° C.

Pemeriksaan hematologi merupakan salah satu pemeriksaan laboratorium klinik yang digunakan sebagai penunjang diagnose. Pemeriksaan hematologi terdiri dari beberapa pemeriksaan, antara lain pemeriksaan rutin dan pemeriksaan khusus. Pemeriksaaan khusus meliputi pemeriksaan faal hemostasis, pemeriksaan daya tahan osmotik, pemeriksaan pembekuan darah, salah satunya yaitu pemeriksaan retraksi bekuan (Zulaicha, 2010).

Hemostasis yang normal sangat penting untuk menjaga sirkulasi darah agar tidak terjadi perdarahan dan juga menjamin aliran darah berjalan dengan lancar. Berkurangnya faktor koagulan dapat menyebabkan ketidakseimbangan hemostasis dan manifestasi darah (Fuziati, A, 2013).

Pemeriksaan retraksi bekuan digunakan untuk menguji fungsi trombosit. Setelah darah membeku, bekuan darah mengerut dan pada proses pengerutan itu sejumlah serum diperas keluar dari bekuan sehingga bekuan menjadi kenyal. Tes retraksi bekuan dapat dilakukan pada suhu ruang jika berada pada daerah tropik, tetapi bila suhu ruang kurang dari 25° C sebaiknya

(5)

memakai inkubator bejana atau bejana air bersuhu 37° C untuk menjalankan pemeriksaan (Gandasoebrata, 2007).

Jumlah serum yang keluar otomatis dari bekuan dijadikan sebagai ukuran retraksi bekuan yang terjadi. Dalam keadaan normal jumlah serum itu 40-60 % dari jumlah darah, jika kurang dari 40% berarti abnormal.

Selain mengkur jumlah serum yang keluar, dalam pemeriksaan retraksi bekuan juga memperhatikan konsistensi bekuan yang terbentuk. Konsistensi bekuan harus kenyal, apabila retraksi tidak terjadi dengan baik maka konsistensi bekuan menjadi lembek, lapuk dan akan mudah dipecahkan. Tahap pra analitik yang dilakukan pada pemeriksaan ini salah satunya adalah persiapan suhu inkubasi yang digunakan, tentunya tinggi rendahnya suhu ikut mempengaruhi hasil retraksi bekuan, misalnya pada konsistensi bekuan tersebut. Suhu waterbath yang tidak tepat merupakan kesalahan teknis yang umum terjadi. Pengaturan waktu untuk melakukan suatu pemeriksaan perlu diperhitungkan, karena banyaknya pemeriksaan yang dilakukan di dalam laboratorium maupun lapangan (luar laboratorium). Inkubasi pada suhu ruang (25° - 30°C) dilakukan yaitu asumsi suhu ruang agar inkubasi dapat dilakukan tanpa peralatan khusus, sedangkan inkubasi pada suhu 37°C didasarkan pada suhu tubuh (Susilo YV, 2005).

(6)

BAB III METODE KERJA A. ALAT DAN BAHAN

a. Alat 1. Tabung sentrifuge 2. Spoit 3. Turnigquet 4. Penangas air 5. Tumer b. Bahan 1. Darah vena 2. Tissue 3. Kapas alkohol B. PRINSIP KERJA

Darah dalam tabung akan memadat bila berada dalam tabung yang muali membeku, dan bekuan akan mengecil. Serum akan dipers keluar dari bekuan, sehingga akhirnya hanya eritrosit saja yang terperangkap didalam masa fibrin. Hal ini disebut dengan retraksi bekuan, dan trombosit berperan dalam proses ini. Dengan demikian kecepatan proses retraksi bekuan secara kasar dapat menunjukan apakah trombosit adekuat atau tidak. Bekuan yang normal secara perlahan-lahan akan dilepaskan dari dinding tabung reaksi dan kemudian diinkubasi pada suhu 370C.

C. CARA KERJA

Pemeriksaan retraksi bekuan cara I

1. Ambilah darah kira-kira 5 cc darah dan masukan darah itu kedalam tabung sentrifuge bergaris

2. Masukan pula sebatang lidi kedalam tabung tadi. Catatlah volume darah itu 3. Biarlah pada suhu kamar selama 2-3 jam (semalam dalam lemari es)

4. Lepaskan bekuan darah dengan hati-hati dari dinding tabung, miringkan tabung dan angkatlah bekuan dari tabung dengan mengankat lidi itu

5. Catatlah colume serum (bersama sel-sel yang masih ketinggalan dalam tabung ) yang dalam tabung itu dan sebutlah volume itu dengan % dari volume darah semula

(7)

Pemeriksaan retraksi bekuan cara II

1. Lakukan pengambilan darah vena penderita sebanyak 5 cc jangan menampung darah dengan tabung yang berisi antikoagulan

2. Dengan penangas air panaskan tabung yang berisi darah pada 23 c (atau diamkan pada suu kamar)

3. Setelah 1,2,3 dan 4 jam, amati bekuan yang terbentuk. Normalnya, bekuaan ini tetap solid selam 4 jam pertama. Namun pada 1 jam pertama, bekuan mulai mengalami retraksi. Setelah 4 jam bekuan akan, mengalami retraksi sempurna dan masa eritrosit akan terpisah dengan serum yang berwarna kuning

4. Retraksi bekuan normal: akan tampak bekuan merah yang terpisah sempurna dan sebagian permukaannya menempel pada dinding tabung. Sedikit endapan eritrosit mungkin tampak didasar tabung, normalnya:ketebalan tidak melebihi 5mm (laporan retraksi bekuan normal dan abnormal: deskripsikan bekuan yang tampak)

Pengukuran mama lisis

1. Dengan penangas air, panaskan tabung berisi darah pada 37c (diamkan pada suhu kamar) 2. Setelah 12, 24, 48, 72 jam, amati bekuan tersebut, normalnya bekuan tersebut akan lisis setelah 72 jam yaitu bekuan mencair seluruhnya dan semua eritrosit mengumpul didasar tabung

3. Masa lisis bekuan normalnya: bekuan darah akan mencair seluruhnya setelah 48 jam. Namun, lisis bekuan bisa lebih cepat terjadi pada kondisi-kondisi tertentu.

(8)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL

1. Tabel Metode 1

NAMA HASIL KETERANGAN

Sulfiana 2,5 Normal

Metode 2

NAMA HASIL KETERANGAN

Hastuti Nasir

Pada 4 jam terakhir darah tersebut membeku dengan

sempurna

Normal

Masa lisis

NAMA WAKTU HASIL KETERANGAN

Hastuti Nasir 12 2 cm Normal 24 2,4 cm 36 2,7 cm 48 1,9 cm 60 3,4 cm 72 3,6 cm

(9)

2. Gamba

B. PEMBAHASAN

Tes retraksi bekuan merupakan salah satu pemeriksaaan hematologi yang digunakan untuk menguji fungsi trombosit. Pemeriksaan retraksi bekuan dapat dilakukan pada suhu ruang jika berada pada daerah tropik, apabila suhu ruang kurang dari 25° C sebaiknya menggunakan bejana inkubator bersuhu 37° C. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan retraksi bekuan yang dilakukan pada pada suhu inkubasi 37° C dan pada suhu ruang 28° C.

Pemeriksaan retraksi bekuan digunakan untuk menguji fungsi trombosit. Setelah darah membeku, bekuan darah mengerut dan pada proses pengerutan itu sejumlah serum diperas keluar dari bekuan sehingga bekuan menjadi kenyal. Tes retraksi bekuan dapat dilakukan pada suhu ruang jika berada pada daerah tropik, tetapi bila suhu ruang kurang dari 25° C sebaiknya memakai inkubator bejana atau bejana air bersuhu 37° C untuk menjalankan pemeriksaan.

Pemeriksaan hematologi merupakan salah satu pemeriksaan laboratorium klinik yang digunakan sebagai penunjang diagnose. Pemeriksaan hematologi terdiri dari beberapa pemeriksaan, antara lain pemeriksaan rutin dan pemeriksaan khusus. Pemeriksaaan khusus meliputi pemeriksaan faal hemostasis, pemeriksaan daya tahan osmotik, pemeriksaan pembekuan darah, salah satunya yaitu pemeriksaan retraksi bekuan.

(10)

Hemostasis normal dapat dibagi menjadi dua tahap: yaitu hemostasis primer dan hemostasis sekunder. Pada hemostasis primer yang berperan adalah komponen vaskuler dan komponen trombosit. Disini terbentuk sumbat trombosit (trombosit plug) yang berfungsi segera menutup kerusakan dinding pembuluh darah. Sedangkan pada hemostasis sekunder yang berperan adalah protein pembekuan darah, juga dibantu oleh trombosit. Disini terjadi deposisi fibrin pada sumbat trombosit sehingga sumbat ini menjadi lebih kuat yang disebut sebagai stable fibrin plug. Proses koagulasi pada hemostasis sekunder merupakan suatu rangkaian reaksi dimana terjadi pengaktifan suatu prekursor protein (zymogen) menjadi bentuk aktif. Bentuk aktif ini sebagian besar merupakan serine protease yang memecah protein pada asam amino tertentu sehingga protein pembeku tersebut menjadi aktif. Sebagai hasil akhir adalah pemecahan fibrinogen menjadi fibrin yang akhirnya membentuk cross linked fibrin.

(11)

BAB V KESIMPULAN Dari hail dan pembahan tersebut dapat disimpulkan bahwa:

Tes retraksi bekuan merupakan salah satu pemeriksaaan hematologi yang digunakan untuk

menguji fungsi trombosit. Pemeriksaan retraksi bekuan digunakan untuk menguji fungsi trombosit.

Setelah darah membeku, bekuan darah mengerut dan pada proses pengerutan itu sejumlah serum diperas keluar dari bekuan sehingga bekuan menjadi kenyal. Tes retraksi bekuan dapat dilakukan pada suhu ruang jika berada pada daerah tropik, tetapi bila suhu ruang kurang dari 25° C sebaiknya memakai inkubator bejana atau bejana air bersuhu 37° C untuk menjalankan pemeriksaan.

Hemostasis normal dapat dibagi menjadi dua tahap: yaitu hemostasis primer dan hemostasis sekunder. Pada hemostasis primer yang berperan adalah komponen vaskuler dan komponen trombosit

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Dwi Istianti, dkk. 2003. Perbedaan retraksi bekuan suhu inkubasi 370c dan SusuRuangan(250-300c).

Referensi

Dokumen terkait