IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. SEJARAH SINGKAT DAN PERKEMBANGAN PERUSAHAAN
PT. X merupakan produsen tepung terigu pertama dan terbesar di Indonesia yang berdiri secara notarial pada tanggal 7 Agustus 1970. Perusahaan ini didirikan oleh Soedono Salim, Djuhar Sutanto, Ibrahim Risjad dan Sudwikatmono. Setelah masa konstruksi selama setahun, pada tanggal 29 November 1971, pabrik X yang berada di kawasan Cilincing Jakarta Utara mulai beroperasi secara komersial. Pada awal pendirian PT. X hanya melakukan proses penggilingan gandum menjadi tepung terigu dan menyediakan sarana penyimpanan bagi Badan Urusan Logistik (BULOG) yang pada saat itu bertindak sebagai importir gandum dan distributor tepung terigu.
Kapasitas penggilingan awal PT. X dengan dua fasilitas penggilingan yang dimiliki yaitu mill A dan mill B adalah 650 ton gandum per hari. Pada tahun pertama total produksi yang dihasilkan pabrik di Jakarta mencapai 200.000 ton tepung terigu. Seiring dengan meningkatnya permintaan tepung terigu dalam negeri, maka PT. X mendirikan pabrik tepung terigu kedua di kawasan Tanjung Perak, Surabaya dan mulai beroperasi pada tanggal 10 Juli 1972. Secara bertahap PT. X wilayah Jakarta mengoperasikan fasilitas penggilingan baru, yaitu pada tahun 1973 dioperasikan mill C. Kemudian pada tahun 1975, dioperasikan mill D dan E, pada tahun 1978 mengoperasikan mill F dan G, tahun 1983 mengoperasikan mill H, I dan J, kemudian tahun 1992 mengoperasikan mill K dan L dan terakhir pada tahun 1996 mengoperasikan mill M, N dan O.
Selain dua pabrik tepung tersebut, PT. X juga memiliki tiga divisi penunjang lainnya yang mempunyai peran sebagai penunjang produksi PT. X yang memproduksi tepung terigu. Ketiga divisi tersebut adalah divisi pasta, maritim, dan divisi kemasan. Divisi pasta dan divisi maritim berada pada satu area dengan divisi tepung di Tanjung priok, sedangkan divisi kemasan atau tekstil berlokasi di Citeureup, Bogor, Jawa Barat.
Divisi kemasan atau tekstil didirikan pada tanggal 10 Januari 1977 yang bertugas untuk memproduksi kantong terigu yang kuat dan higienis untuk memenuhi kebutuhan kemasan dua buah pabrik tepung terigu di Jakarta dan
Surabaya. Divisi kemasan ini memiliki kapasitas produksi kantong blacu (cotton bag) dan Polypropylene bag (PP bag) sebesar lebih dari 4.5 juta kantong per tahun.
Divisi maritim dibentuk pada tanggal 12 September 1977 dan memiliki peran penting dalam menjamin kelancaran proses pengadaan dan pengangkutan gandum atau biji-bijian lainnya yang diimpor dari mancanegara. Divisi maritim juga bertugas mengawasi dan mengatur seluruh dermaga yang dimiliki oleh PT. X. PT. X Jakarta memiliki dua buah dermaga dimana salah satunya baru selesai pada tahun 1997, sedangkan PT. X Surabaya hanya memiliki satu unit dermaga.
Pada tanggal 18 Desember 1991, dibentuk divisi pasta di pabrik Jakarta. Pendirian pabrik pasta ini dilakukan untuk meningkatkan daya saing serta menciptakan keanekaragaman makanan. Divisi ini berfungsi sebagai produsen pasta dimana 95% hasilnya akan diekspor ke pasar luar negeri dan 5% akan dipasarkan di pasar domestik. Pasta terbuat dari tepung terigu jenis Durum dan Semolina. Produksi maksimal yang bisa dihasilkan dari pabrik pasta ini adalah sekitar 60.000 metrikton pasta setiap tahun.
Pada tanggal 28 Juli 1992 PT. X diakuisisi oleh PT. Indocement Tunggal Prakarsa sehingga sejak saat itu PT. X berubah nama dan menjadi divisi makanan dari perusahaan semen tersebut. Akusisi kedua dilakukan pada tanggal 30 Juni 1995 oleh PT. Indofood Sukses Makmur sehingga perusahaan berganti nama kembali, hal ini diakibatkan adanya restrukturisasi pada PT. Indocement Tunggal Prakarsa.
Pada tahun 1999 untuk pertama kalinya tepung terigu produksi PT. X memasuki pasar luar negeri. Selain terigu, PT. X menghasilkan produk sampingan berupa sisa hasil olahan penggilingan gandum ataupun hasil gagal dari proses produksi. Hasil samping (by product) tersebut berupa bran, pollard, pellet, dan tepung industri. Bran, pollard, dan pellet digunakan sebagai pakan ternak, sedangkan tepung industri pada umumnya dimanfaatkan untuk perekat pada industri kayu lapis dan juga sebagai makanan ikan dan udang. Produk sampingan ini dapat menghasilkan sebanyak 110 metrikton hasil produksi tiap jam.
Pada Desember 2001, PT. X telah membuka kantor pemasaran regional di Singapura. Pembukaan kantor pemasaran ini dalam rangka perwujudan misi PT.
X sebagai pelaku pasar tepung terigu di tingkat ASEAN pada tahun 2012. Sertifikasi yang telah didapatkan PT. X diantaranya ISO 20000, ISO 14000, HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point), ISM (International Safety Management) Code, IMO (International Maritim Organization), dan SMC (Safety Management Certificate) permanen.
B. TUJUAN PENDIRIAN PERUSAHAAN
Tujuan utama pendirian pabrik tepung terigu PT. X adalah untuk mencukupi kebutuhan konsumen terhadap terigu dengan kuantitas dan kualitis baik serta ketersediannya terjaga, menjadikan terigu sebagai bahan diversifikasi pangan di masyarakat sehingga ketergantungan terhadap beras menurun dan dapat menghilangkan predikat sebagai negara pengimpor beras terbesar di dunia.
Visi perusahaan adalah industri pangan berbasis produk pertanian dan jasa terkait yang bertaraf dunia. Misi perusahaan itu sendiri yaitu :
1. Memproduksi, mendistribusi, dan menjual pangan, bahan pangan serta pakan yang bermutu dan bernilai tambah yang berbasis produk pertanian, guna meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran pelanggan, mitra usaha, masyarakat dan pemegang saham,
2. Menyediakan atau menjual produk jasa terkait,
3. Memperkuat daya saing dengan cara menerapkan teknologi yang tepat, melakukan diversifikasi produk dan jasa, serta mengembangkan sumber daya manusia seutuhnya
C. STRUKTUR ORGANISASI PERUSAHAAN
Dilihat dari keseluruhan hirarki, puncak pimpinan berada di tangan direktur utama dikarenakan PT. X merupakan salah satu divisi dari PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Secara fungsional, PT. X dibagi menjadi empat fungsi yang dipimpin oleh seorang Senior Vice President, yaitu Commercial Function, Human Resources Function, Manufacturing Function, dan Finance Function. Setiap fungsi tersebut terbagi menjadi divisi-divisi yang dipimpin oleh seorang Vice President, dan tiap divisi tersebut dibagi kembali menjadi departemen-departemen yang dipimpin oleh manager, kemudian tiap departemen dibagi kembali menjadi
subdepartemen-subdepartemen yang dipimpin oleh assistant manager, dan setiap subdepartemen dibagi kembali menjadi seksi-seksi yang dipimpin oleh section head (kepala seksi).
Pada penelitian ini, keenam seksi atau tim yang dipilih secara struktural berada pada Manufacturing Function dengan divisi dan departemen yang berbeda. Divisi OP untuk Departemen JS dan Divisi TS untuk Departemen MT. Dua seksi yang berada pada Departemen JS merupakan bagian dari Sub Departemen PSH, sedangkan empat seksi berada pada Departemen MT merupakan bagian dari Sub Departemen WS. Untuk lebih jelasnya struktur organisasi kedua departemen yang dijadikan objek penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 3.
D. MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA 1. Penilaian Prestasi Kerja
Penilaian prestasi kerja pada PT. X dilakukan terhadap karyawan oleh dua level pekerjaan di atas level pekerjaan karyawan tersebut, misalnya seorang operator akan dinilai oleh foreman dan section head yang menjadi atasannya, sedangkan foreman akan dinilai oleh section head dan asisten manajer yang menjadi atasannya, begitu seterusnya sampai penilaian seorang manajer oleh dua pekerjaan di atasnya yaitu vice president dan senior vice president. Sistem Penilaian pada PT. X dikenal dengan istilah Sistem Penilaian Prestasi Kerja (PPK) yang berorientasi pada hasil kerja dan upaya pencapaiannya.
Periode penilaian prestasi kerja karyawan PT. X dibagi menjadi dua macam, yaitu bagi level pekerjaan satu, dua, dan tiga dengan periode penilaian dalam satu tahun dibagi dalam empat kuarter (periode) yang masing-masingnya mencakup tiga bulan. Penilaian prestasi kerja level pekerjaan empat dan lima, periode penilaiannya dalam satu tahun dibagi dalam dua semester. Penilaian prestasi kerja dengan menggunakan target kerja dan dilakukan oleh bagian performance administration PT. X. Beberapa faktor atau indikator yang digunakan dalam penilaian prestasi kerja adalah :
a. Work Triger
Work Triger terdiri dari tiga aspek yaitu kehadiran, kedisiplinan, dan kecekatan.
• Kehadiran yang mencakup sakit, izin, permisi, terlambat, cuti, dispensasi, mangkir, skorsing selanjutnya akan diperhitungkan total kerja yang hilang dengan bobot kehadiran sehingga diperoleh nilai kehadiran.
• Kedisiplinan yang mempertimbangkan jenis pelanggaran yang pernah dilakukan dengan teguran lisan, teguran tertulis, surat peringatan, skorsing dan selanjutnya akan diperhitungkan total pelanggaran dipengaruhi oleh bobot sehingga didapat nilai kedisiplinan.
• Kecekatan dikategorikan menjadi kategori high, moderate, dan low. Dengan diperhitungkan bobot terhadap kecekatan akan diperoleh nilai kecekatan pekerja dalam bekerja.
b. Work Process
Work process mempertimbangkan aspek kompetensi tiap karyawan dan bobot yang diberikan kepada setiap level akan berbeda tergantung tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Kompetensi dari pekerja akan dikelompokkan menjadi empat ketegori yaitu exceed expectation, meet expectation, need improvement, dan unsatisfied performance.
c. Work Result
Work result merupakan faktor penilaian prestasi kerja yang akan memberikan poin penilaian yang berbeda setiap karyawan karena penilaian pada indikator work result ini dilihat dari target kerja yang harus dicapai, dimana target kerja setiap orang tidak selalu sama. Bobot setiap indikator pada penilaian prestasi kerja pekerja pun tidak selalu sama, sesuai dengan levelnya dan kompetensi serta pencapaian target kerja.
2. Pelatihan dan Pengembangan
Secara umum, tanggung jawab untuk pelatihan dan pengembangan karyawan adalah tugas bersama antara karyawan yang bersangkutan dengan atasannya. Pelatihan pada PT. X dapat dibedakan menjadi dua macam pelatihan (training), yaitu training development program dan in house training. Training development program secara umum diberikan oleh perusahaan
kepada karyawan yang dirasakan berpotensi, sehingga diperlukan pelatihan untuk mengasah potensi tersebut, sedangkan in house training diberikan oleh pihak People and Organizational Development untuk seluruh karyawan yang terkait agar mampu mengembangkan kemampuan yang seharusnya dimiliki oleh karyawan yang bersangkutan.
Beberapa materi pelatihan pada in house training yang ditujukan untuk mengembangkan pekerja dilihat dari berbagai aspek, seperti di bawah ini: a. Managerial Program yang bertujuan mengembangkan pekerja dari aspek
managerial, exposure, dan commercial program.
b. Technical Program yang bertujuan mengembangkan pekerja dari aspek teknis mencakup manufacturing program dan security dan safety.
c. System Orientation yang bersifat pengarahan dan pemberitahuan mengenai sistem baru yang berkembang yang berkaitan dengan perusahan.
E. PROSES PRODUKSI
PT. X merupakan perusahaan agroindustri yang menggunakan gandum sebagai bahan baku utama. Kualitas biji gandum ditentukan oleh kandungan proteinnya yang dipengaruhi oleh faktor negara asalnya, terutama iklim, kelembaban, kondisi tanah, serta perawatan dan perlakuan saat panen. Biji gandum yang digunakan diimpor dari beberapa negara diantaranya Amerika Serikat, Kanada, Australia, India, dan juga beberapa negara Timur Tengah dan Amerika Selatan. Penampang biji gandum seperti pada Gambar 3.
Secara umum proses pengolahan gandum menjadi tepung terigu melalui beberapa tahapan proses, antara lain proses pembongkaran gandum dari kapal ke wheat silo, pengiriman gandum dari wheat silo ke mill, sistem pembersihan gandum, proses pengkondisian gandum, proses penggilingan, dan proses pengemasan, penyimpanan produk dan produk sampingan hingga pengiriman ke konsumen. Lebih singkatnya proses pengolahan gandum seperti Gambar 4.
Berbagai macam produk tepung terigu yang dihasilkan untuk konsumsi lokal memiliki beberapa merk dagang dengan kandungan protein yang berbeda. Hal ini tergantung gristing (pencampuran) gandum yang digunakan pada saat pengolahan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Produk Tepung Lokal
Protein Merk Dagang
High Protein
Cakra Kembar Emas Cakra Kembar Fsa Medium Protein Pena Kembar Tajmahal Kastil Segitiga Biru Piramida Low Protein Kunci Mas Kunci Biru Lencana Merah Sumber : PT. X
Selain produk tepung terigu, bagian gandum yang tidak terekstraksi menjadi tepung akan dikemas menjadi pakan ternak atau diolah menjadi bahan baku pembuatan pellet ataupun menjadi bahan untuk industri lem. Produk samping (by product) yang dihasilkan adalah:
1. Bran
Bran merupakan bagian kulit gandum yang bertekstur kasar dan memiliki serat tinggi, sehingga digunakan sebagai campuran bahan pembuat roti berserat (whole wheat bread). Selain itu, digunakan untuk bahan pakan ternak.
2. Pollard
Pollard adalah bagian gandum yang terletak lebih dekat dengan endosperm sehingga mutu proteinnya lebih baik dibandingkan bran. Kadar seratnya tinggi dan ukuran granulasinya lebih kecil dari pada bran. Produk ini digunakan oleh pabrik (pakan ternak) dan peternak sapi perah.
3. Germ
Germ adalah tempat tunas baru muncul, banyak mengandung lemak sehingga harus dipisahkan dari tepung karena dapat menurunkan kualitas tepung. Germ ini digunakan sebagai bahan kosmetik dan kapsul.
4. Pellet
Pellet merupakan pakan ternak yang terbuat dari campuran pollard dan bran. Bran dan pollard diproses menjadi pellet agar memudahkan penyimpanan dan menghindari kehilangan pada saat penanganan dan transportasi bahan serta stabilitas harga. Campuran pollard dan bran melalui suatu proses pengepresan dengan steam sehingga dihasilkan pellet berbentuk silinder dengan diameter 6 mm dan panjang 1-1.5 cm. Sebagian besar pellet diekspor menggunakan kapal dalam bentuk curah, sedangkan untuk pasaran domestik digunakan truk dan dikemas dalam karung. Proses pembuatan pellet dikenal dengan istilah pelletizing dan hasil pellet dimasukkan ke dalam pellet silo, lebih lengkapnya proses pelletizing seperti Gambar 5.
5. Industrial Flour (Tepung Industri)
Tepung ini dihasilkan pada reduction process pada bagian roller dan proses sweeping (sapuan tepung yang jatuh ke lantai) yang memiliki kandungan protein hampir sama dengan tepung terigu. Perbedaannya adalah warna tepung industri yang kecoklat-coklatan karena kadar abunya cukup tinggi. Biasanya digunakan untuk lem pada industri kayu lapis dan bahan campuran pada pembuatan pakan ikan.
F. PEMBERDAYAAN TIM DALAM PERUSAHAAN
Pemberdayaan tim pada PT. X telah dijalankan, walaupun pemberdayaan itu sendiri tidak dijadikan faktor utama dalam pengembangan karyawan PT. X. Pengembangan pada PT. X dilakukan melalui kegiatan penilaian prestasi kerja serta pelatihan dan pengembangan. Kerja tim merupakan budaya kerja di PT. X, dalam penilaian prestasi kerja, kinerja tim merupakan salah satu parameter penilaian yang akan digabungkan dengan penilaian secara individu karyawan. Jadi, karyawan yang sangat menonjol kemampuannya secara individu, namun tidak dapat bekerja dalam tim. Hal ini akan berpengaruh terhadap pengurangan total penilaian karyawan tersebut.
Pemberdayaan tim yang dilakukan tidak diatur oleh pihak Human Resource dari PT. X, namun kebijakan dari para pimpinan tim itu sendiri, agar timnya lebih unggul dengan menerapkan pemberdayaan. Salah satu contohnya, para ketua tim telah membebaskan para anggotanya untuk mengambil keputusan yang berkaitan dengan kapasitas kerja tim sehingga timnya menjadi lebih baik. Selain itu, semua tim bebas berinovasi dan berkreatif untuk meningkatkan kualitas kerja dalam tim tersebut.
1. Tim dalam Perusahaan
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa tim yang berada pada PT. X terdiri dari berbagai macam. Mulai dari tim manajemen hingga tim-tim di dalam unit kerja yang terbagi dalam PT. X. Dikarenakan tim yang menjadi objek penelitian adalah jenis tim permanen menurut unit kerja dengan jumlah enam seksi, sehingga pembahasan lebih lanjut mengenai tanggung jawab enam seksi tersebut dibagi menurut departemen yang menaunginya sebagai berikut :
a. Departemen MT (Sub Departemen WS)
Secara umum departemen ini bertanggung jawab terhadap semua mesin, peralatan dan utilitas yang terdapat pada PT. X. Departemen ini menunjang jalannya proses produksi yang ada. Jam kerja seksi yang berada pada Sub Departemen WS adalah dari Senin hingga Sabtu tanpa shift kerja. 1. Seksi RM
Tim atau seksi ini bertanggung jawab terhadap semua roll yang digunakan oleh produksi. Tim ini memperbaiki roll yang rusak, menjadwalkan perawatan roll-roll tersebut, dan melakukan lubrikasi terhadap roll tersebut.
2. Seksi MRG
Tim atau seksi ini bertanggung jawab untuk membuat komponen-komponen mesin yang dapat dikerjakan sendiri tanpa harus membeli ke pihak luar (seperti sekrup), memperbaiki mesin-mesin produksi dan perawatan alat transportasi yang digunakan oleh produksi seperti forklift dan crane.
3. Seksi FF
Tim atau seksi ini bertanggung jawab terhadap fabrikasi alat-alat penunjang produksi selain mesin yang mengalami kerusakan dan fitting (penempatan) alat-alat tersebut. Seperti pembuatan saluran pipa yang berada diproduksi, mengelas, dan memastikan alat-alat penunjang tersebut pada tempatnya.
4. Seksi ES
Tim atau seksi ini bertanggung jawab terhadap semua motor yang terdapat pada alat-alat produksi, selain itu fungsi umum seperti memperbaiki lampu, dan merawat alat pendingin serta cooling unit lainnya.
b. Departemen JS (Sub Departemen PSH)
Secara umum departemen ini bertanggung jawab terhadap penanganan gandum (biji-bijian) dan pellet dari proses menerima dari kapal (untuk gandum) atau pelletizing (untuk pellet), menyimpannya dalam silo
dan mengeluarkannya. Tugas lainnya adalah bongkar muat biji-bijian, pellet dan tepung yang menggunakan kapal.
1. Seksi PS
Tim atau seksi ini bertanggung jawab untuk menerima pellet dari pelletizing, kemudian disimpan dalam silo untuk dirawat kualitasnya dan terakhir dikeluarkan dan dikirim ke pelanggan baik lokal atau ekspor. Tugas lainnya adalah memastikan bahwa silo-silo untuk menyimpan pellet dalam kondisi sesuai standar seperti bebas hama dan pendinginan yang cukup. Seksi ini bekerja dalam tiga shift, sehingga masing-masing shift memiliki ketua seksi masing-masing.
2. Seksi PH
Tim atau seksi ini bertanggung jawab untuk melayani transfer palet ke konsumen, dengan mengemas pellet ke dalam karung. Seksi ini tidak bekerja dalam shift.