SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas
Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Untuk Menyusun Skripsi S-1 Jurusan Akuntansi
Oleh:
Rangga Adhek Saputra
0713010233/FE/EA
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
PAK DJO DI SURABAYA)
Yang diajukan
RANGGA ADHEK SAPUTRA 0713010233/FE/EA
Telah disetujui untuk ujian lisan oleh:
Pembimbing Utama
DRA. EC DWI SUHARTINI, MAks NIP. 196 812 150 319 942 001
Tanggal:...
Mengetahui
Wadek 1 Fakultas Ekonomi UPN “ Veteran “ Jawa Timur
berkesempatan menimba ilmu hingga jenjang Perguruan Tinggi. Berkat
anugrahNya pula memungkinkan saya untuk menyelesaikan skripsi dengan judul
“ MAKNA PENERAPAN PENCATATAN KEUANGAN BAGI PELAKU USAHA KECIL MENENGAH (UKM) ; (STUDI KASUS PADA DEPOT PAK DJO DI SURABAYA) ”
Sebagaimana diketahui bahwa penulisan skripsi ini merupakan salah satu
syarat untuk dapat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (SE). Walaupun dalam
penulisan skripsi ini penulis telah mencurahkan segenap kemampuan yang
dimiliki, tetapi penulis yakin tanpa adanya saran dan bantuan maupun dorongan
dari beberapa pihak maka skripsi ini tidak akan mungkin dapat tersusun
sebagaimana mestinya.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebanyak-banyaknya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP. selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak. Dr. H. Dhani Ichsanuddin Nur, SE,MM. selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak. Drs. Ec. R.A. Suwaidi, MS. selaku Wakil Dekan I Fakultas
Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
6. Ibu Indrawati Yuhertiana. selaku Dosen Wali yang telah memberi bantuan
dan nasihat.
7. Bapak Ir. Mutasim Billah, MS. selaku Wakil Dekan 1 Fakultas Teknologi
Industri yang telah memberi banyak bantuan dan nasihat.
8. Kedua orang tua yang telah memberikan doa, kasih sayang, dukungan dan
bantuannya secara moril maupun materiil yang telah diberikan selama ini
sehingga mampu menghantarkan penulis menyelesaikan studinya.
9. Para Dosen yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada
penulis selama menjadi mahasiswa di Universitas Pembangunan Nasional
”Veteran” Jawa Timur.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan didalam penulisan
skripsi ini, oleh karenanya penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran bagi
perbaikan di masa mendatang. Besar harapan penulis, semoga skripsi ini
memberikan manfaat bagi pembaca.
Surabaya, 12 Juni 2012
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
ABSTRAKSI ... xi
BAB I : PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Fokus Penelitian ... 6
1.3. Permasalahan ... 6
1.4. Tujuan Penelitian ... 8
1.5. Manfaat Penelitian ... 9
1.5.1. Manfaat Praktis ... 9
1.5.2. Manfaat Teoritis ... 9
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ... 11
2.1. Penelitian Terdahulu ... 11
2.2. Landasan Teori ... 17
2.2.1. Pengertian Akuntansi ... 17
2.2.2. Asumsi Konsep Dasar ... 20
2.2.2.1. Asumsi Dasar ... 20
iv
2.2.6. Industri Kecil ... 25
2.2.6.1. Pengertian Industri Kecil ... 25
2.2.6.2. Perlakuan Akuntansi untuk Perusahaan Industri Kecil .. 27
2.2.7. Kewirausahaan (Spirit of Entrepreneurship) ... 31
2.2.8. Sistem Informasi Akuntansi ... 33
2.2.8.1. Pengertian Sistem ... 33
2.2.8.2. Pengertian Informasi ... 33
2.2.8.3. Sifat – Sifat Informasi ... 34
2.2.8.4. Akuntansi Sebagai Sistem Informasi ... 35
2.2.9. Siklus Pengolahan Data ... 36
2.2.10. Akuntabilitas Usaha ... 37
2.2.11. Usaha Kecil dan Menengah ... 39
2.2.11.1. Kriteria Usaha Kecil dan Menengah ... 39
2.2.11.2. Kelemahan Usaha Kecil dan Menengah ... 40
2.2.11.3. Keunggulan Usaha Kecil dan Menengah ... 42
2.2.11.4. Peluang Usaha Kecil dan Menengah ... 43
2.3. Makna Pencatatan Keuangan Bagi Usaha Kecil dan Menengah .... 44
BAB III : METODE PENELITIAN ... 47
3.1. Jenis Penelitian ... 47
3.6. Teknis Analisa ... 58
3.7. Pengujian Kredibilitabilitas Data ... 60
BAB IV : HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN ... 63
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ... 63
4.2. Profil UKM Depot Pak Djo ... 64
4.3. Deskripsi Hasil Penelitian ... 66
4.3.1. Pemahaman Pencatatan Keuangan ... 66
4.3.1.1. Pemahaman atas Pencatatan Keuangan di Depot Pak Djo 66 4.3.1.2. Bentuk Pemahaman atas Pencatatan Keuangan di Depot Pak Djo ... ... 68
4.3.1.3. Awal Pemahaman Pencatatan Keuangan di Depot Pak Djo ... 71
4.3.2. Penerapan Bentuk Pencatatan Keuangan Pada Depot Pak Djo 74 4.3.2.1. Penanggung Jawab Pemrosesan Pencatatan Keuangan Pada Depot Pak Djo ... 75
4.3.2.2. Proses Pencatatan Keuangan di Depot Pak Djo ... 77
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ... 82
5.1. Kesimpulan ... 82
viii
Gambar 2.1 Siklus Pengolahan Data Secara Komputer ... 36
Gambar 2.2 Siklus Pengolahan Data Dengan Manual ... 37
Gambar 3.1 Menekankan Pada Pola Pikir ... 48
HAL
Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian ... 85
Lampiran 2.1 Foto Tampak depan Depot Pak Djo ... ... 86
Lampiran 2.2. Foto Pintu masuk Depot Pak Djo ... 86
Lampiran 2.3. Foto Area ruangan ... 86
Lampiran 2.4. Foto Tempat duduk bagi pengunjung ... 86
Lampiran 2.5. Foto Area pembuatan bahan baku dan dapur ... .. 86
Lampiran 2.6. Foto Bahan Baku Ayam yang diperoleh dari suplier dalam Bentuk sudah bersih dan dipotong – potong ... .. 86
Lampiran 2.7. Foto Proses Ayam yang telah direbus dan dibumbui yang siap untuk digoreng ... 86
Lampiran 2.8. Foto Finishing ... 87
Lampiran 2.9. Foto Bahan baku Gudeg yang siap diproses ... 87
Lampiran 2.10. Foto Finishing ... 87
Lampiran 2.11. Foto Aktivitas pegawai ... 87
Lampiran 2.12. Foto Hasil jadi menu Ayam Goreng dan Gudeg yang siap disajikan ... 87
Lampiran 3.1. Foto Laporan Pencatatan Keuangan Harian ... 88
Lampiran 3.2. Foto Laporan Pencatatan Keuangan Bulanan ... 88
x
Pak Djo ...
Lampiran 4.4. Foto Wawancara peneliti dengan mbak Ika pegawai Depot Pak 89
Djo ...
Lampiran 4.5. Foto Wawancara peneliti dengan mbak Icha anak dari bapak
Soepardjiyono dan ibu Endang pemilik Depot Pak Djo ... 89
Oleh:
Rangga Adhek Saputra ABSTRAK
Perkembangan perekonomian di Indonesia yang berdasarkan pada konsep pengembangan perekonomian rakyat banyak didapat dari sektor Usaha Kecil Menengah (UKM). Informasi akuntansi mempunyai pengaruh sangat penting dalam pencapaian keberhasilan usaha, termasuk bagi usaha kecil, kebanyakan pengusaha kecil di Indonesia tidak memiliki pengetahuan akuntansi dan diantara mereka juga belum memahami pentingnya pencatatan keuangan dan pembukuan bagi kelangsungan usaha. Pengusaha kecil memandang bahwa proses akuntansi tidak terlalu penting untuk diterapkan. Oleh karena itu, penelitian ini mengungkapkan makna penerapan pencatatan keuangan bagi pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM).
Penelitian ini menggunakan motode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Penelitian ini diperlukan interaksi antara peneliti dengan obyek penelitian yang sifatnya interaktif untuk memahami realita obyek penelitian. Teknik pertama yang digunakan oleh peneliti adalah wawancara mendalam terhadap informan. Teknik kedua yang digunakan adalah observasi terhadap tindakan di dalam penerapan system akuntansi. Teknik ketiga yang digunakan yaitu dokumentasi untuk mendapatkan bukti-bukti penelitian yang dapat dipertanggung jawabkan. Analisis data, yang dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode waktu tertentu.
Dari hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa pemilik UKM masih kurang dalam pemahaman pencatatan keuangan dan model pencatatannya masih sederhana hanya sebatas pada pencatatan cash flow saja.
1.1. Latar Belakang
Pembangunan dibidang perekonomian merupakan salah satu unsur penting
bagi suatu negara. Hal ini dikarenakan keberhasilan dalam membangun ekonomi
akan membawa dampak pembangunan dibidang-bidang lainnya, karena
keberhasilan pembangunan bidang ekonomi akan nampak dalam kesejahteraan
masyarakatnya. Salah satu cara untuk meningkatan kesejahteraan masyarakat
adalah dengan melakukan wirausaha, karena dengan wirausaha akan membuat
masyarakat menjadi mandiri dan dengan wirausaha akan membuka peluang untuk
dirinya sendiri dan menarik keuntungan dari peluang yang diciptakan tersebut.
Selain itu wirausaha dapat berguna untuk menciptakan lapangan kerja bagi orang
lain yang berada disekitar usaha tersebut (Negara, 2008). Hakikat setiap usaha
didirikan yaitu untuk mencapai tujuan tertentu, dimana tujuan masing-masing
usaha secara umum dapat dikatakan sama, hanya prioritasnya yang berbeda.
Tujuan paling utama bagi sebuah usaha adalah mendapatkan keuntungan
seoptimal mungkin, begitu juga bagi para pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM),
mereka memiliki tujuan tertentu selain mendapatkan keuntungan dari usahanya
tersebut yaitu dapat mengurangi tingkat penggangguran tenaga kerja di Indonesia.
Pemerintah menyelenggarakan program untuk melatih kewirausahaan
masyarakat. Usaha Kecil Menengah (UKM) merupakan bagian penting dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat khusunya di negara-negara yang jumlah
penduduknya padat seperti Indonesia. UKM menyediakan kesempatan kerja dan
pendapatan yang cukup besar bagi masyarakat sehingga dapat mengurangi salah
satu permasalahan yang dihadapi Indonesia yaitu pengangguran.
Pada saat ini bisnis kuliner merupakan bisnis yang sangat ramai digeluti
oleh masyarakat, hal ini terlihat dengan semakin banyaknya rumah makan,
pujasera dan depot yang berada di sekitar masyarakat. Kuliner adalah suatu jenis
usaha dimana para wirausahawan tersebut menyediakan serta menawarkan
berbagai jenis menu makanan, baik makanan yang berbentuk cepat saji, di masak
terlebih dulu, makanan ringan, atau juga minuman yang butuh waktu untuk
pemrosesan dan minuman botol. Hal ini juga ditunjang dengan pesatnya para
kompetitor yang melihat peluang dalam usaha kecil menengah (UKM) dan juga
kebutuhan akan pemenuhan asupan gizi dan vitamin dalam tubuh. Perkembangan
perekonomian di Indonesia yang berdasarkan pada konsep pengembangan
ekonomi kerakyatan banyak didapat dari sektor Usaha Menengah Kecil (UKM).
Sektor ini mempunyai peranan penting baik untuk perekonomian nasional
maupun daerah. Di Indonesia, usaha kecil mampu menyerap 88% tenaga kerja,
memberikan kontribusi terhadap domestik bruto sebesar 44% dan mempunyai
potensi sebagai salah satu sumber penting pertumbuhan ekspor non-migas
(Indonesia Small Business Research Center,2003 dalam pinasti, 2007).
Informasi akuntansi mempunyai pengaruh yang sangat penting bagi
menjadi modal dasar bagi UKM untuk pengambilan keputusan-keputusan dalam
pengelolahan usaha kecil, antara lain keputusan pengembangan pasar,
pengembangan harga, dan lain-lain, dalam hubungannya dengan pemerintahan
dan kreditur (bank). Apabila tidak adanya sebuah sistem akuntansi yang baik dan
benar, maka sebuah rencana tidak akan bisa disusun dengan sempurna, banyak
usaha yang dibangun tidak didasari oleh suatu sistem pencatatan keuangan yang
baik dan benar menurut standar akuntansi. Umumnya mereka membangun usaha
manakala ada kesempatan, disatu pihak hal ini tidak bisa dipersalahkan, tetapi
dilain pihak usaha yang tidak direncanakan dengan cermat tidak akan bertahan
lama. Perusahan tidak tahu seberapa besar kekuatan dan kelemahan-kelemahan
apa saja yang ada pada perusahaan, manakala perusahaan telah semakin
berkembang, maka laporan keuangan itu akan semakin kompleks, manakala
perusahaan semakin mengembangkan usaha maka mereka butuh yang namanya
dana besar dan itu harus dilakukan peminjaman dan kepada pihak bank, seringkali
pinjaman itu ditolak hanya karena prusahaan tersebut tidak menerapkan
pencatatan keuangan dengan baik dan benar, sangat disayangkan apabila hal itu
terjadi dikalangan sekitar kita (Krisdiartiwi, 2008;141).
Semakin banyaknya usaha kuliner saat ini dan meningkatnya kompetitor
maka persaingan diantaranya makin berkembang juga, dimana pada depot Pak
Djo berbagai jenis makanan dibedakan melalui menu makanan tersebut yang
ditawarkan diantaranya adalah nasi ayam goreng lalapan Pak Djo, nasi gudeg
jogja, nasi sambal goreng krecek, nasi kari ayam, bubur ayam, nasi krawu, nasi
lain kuliner dapat dikategorikan sebagai suatu organisasi dimana sumber daya
(input), seperti bahan baku makanan dan tenaga kerja diproses untuk
menghasilkan barang dagang bagi pelanggan ( Warren & Reeve ; 2005 ).
Definisi dari pencatatan adalah pengumpulan data secara teratur tentang
peredaran bruto dan atau penghasilan bruto sebagai dasar untuk menghitung
jumlah pajak yang terutang termasuk penghasilan yang bukan objek pajak dan
atau yang dikenakan pajak yang bersifat final. Sedangkan definisi dari pembukuan
adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk
mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban,
modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan
barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca
dan laporan laba rugi pada setiap tahun pajak berakhir. Pembukuan biasanya
dilakukan oleh seorang ahli pembukuan. Pembukuan berbeda dengan akuntansi.
Proses akuntansi biasanya dilakukan oleh seorang akuntan. Akuntan membuat
laporan dari transaksi keuangan tercatat yang ditulis oleh ahli pembukuan
(http://id.wikipedia.org/wiki/Pembukuan).
Pada umumnya pemilik UKM beranggapan bahwa pencatatan keuangan tidaklah perlu. Membutuhkan kecermatan, waktu dan juga biaya dengan jumlah
tertentu membuat beberapa pemilik UKM enggan untuk melakukan aktifitas
pencatatan keuangan. Mengandalkan ingatan untuk mengingat segala sesuatu
Kelemahan UKM dalam pembukuan terkadang membuat UKM menghadapi
kendala dalam pendanaan oleh bank ( Martani, 2007). Keterbatasan SDM usaha
kecil baik dari segi pendidikan formal maupun pengetahuan dan keterampilannya
sangat berpengaruh terhadap manajemen pengelolahan usahanya, sehingga usaha
tersebut sulit untuk berkembang dengan optimal ( Hapsah, 2004 : 42 ). Ada pula beberapa kendala yg dialami usaha depot Pak Djo saat ini yaitu, sang pemilik
melakukan kegiatan yang benar-benar dilakukan sendiri dalam hal perbelanjaan
dan penataan dos-dos apabila terjadinya pemesanan yang sangat tinggi, terkadang sang pemilik masih juga membantu untuk melayani pelanggan. Lemahnya modal
membuat usaha ini sulit untuk mengembangkan usahanya karena tidak
terpenuhinya standart pelaporan pencatatan keuangan untuk pinjaman modal ke
bank, dan dari status kependudukan yang ada bahwa pada usaha ini tidak
mendukung untuk memperoleh kepercayaan pada lembaga perkreditan atau bank
yang dikarenakan status tempat tersebut masih kontrak, serta belum mengantongi
surat ujin usaha pada bidang UKM ini dari departemen perdagangan yang
dikarenakan lemahnya modal pemilik.
Faktor accountability mutlak diperlukan jika usaha tersebut menginginkan
lebih maju karena untuk pengajuan kredit kepada bank atau lembaga perkreditan
lain yang memerlukan laporan keuangan yang dapat dipertanggung jawabkan
(accountability). Secara teoritis, perbankan di mana pun dalam memberikan
modal usaha bagi UKM memiliki standar penilaian yang sering diistilahkan dalam
5C yakni caracter (kepribadian pengusaha), capacity (kemampuan nasabah dalam
kredit yang diberikan) dan condition (pengaruh kebijakan pemerintah dalam
bidang ekonomi yang dinilai oleh pihak bank). Standar penilaian ini merupakan
aturan baku yang berlaku umum bagi setiap konsumen pemakai fasilitas kredit
bank, termasuk UKM (www.korwilpdip.org/17UKM300404.htm).
Dari permasalahan diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian terhadap :
Makna Penerapan Pencatatan Keuangan Bagi Pelaku Usaha Kecil Menengah
(UKM) ; (Studi Kasus pada Depot Pak Djo di Surabaya).
1.2. Fokus Penelitian
Sebagian besar permasalahan yang dihadapi oleh UKM diantaranya
adalah sulitnya mendapatkan pembiayaan dari perbankan, dikarenakan
keterbatasan kelengkapan administrasi berupa laporan keuangan dan diketahui
bahwa sebagian besar UKM tidak membuat laporan keuangan sesuai dengan SAK
ETAP, namun sebatas membuat pencatatan keuangan secara sederhana. Dengan
demikian fokus penelitian ini adalah terkait dengan aktifitas pencatatan keuangan
pada Depot Pak Djo.
1.3. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka Main Research
Question berikut ini dibuat suatu perumusan masalah :
1. Bagaimana pemahaman atas pencatatan keuangan pada Depot Pak Djo?
Untuk lebih detail memecahkan permasalahan penelitian diatas, peneliti
menampilkan dalam beberapa pertanyaan pendukung seperti yang terlihat dalam tabel 1.1
Main Research Question.
Tabel.1.1. Main Research Question
Tabel 1.1: Pertanyaan Pendukung Permasalahan
Main Research Question
Mini Research Question
Sumber Data Metode Justifikasi Temuan
1. Apakah Depot Pak Djo sebatas apa yang dicatat dan usaha sehari – hari
2.
Sumber : Penelitian Pendahuluan oleh Peneliti
1.4. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka
1. Untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana pemahaman pencatatan
keuangan pada Depot Pak Djo.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana penerapan pencatatan
keuangan pada Depot Pak Djo.
1.5. Manfaat Penelitian 1.5.1. Manfaat Praktis
Pencatatan keuangan telah dilakukan dengan baik, maka akan bermanfaat
untuk keberlangsungan usaha yang dikelola dengan harapan mendatangkan
keuntungan sehingga dapat meningkatkan laba usaha tersebut, agar sang pemilik
usaha bisa menerapkan dengan baik dan benar. Dan pemilik mampu menerapkan
kontribusi atau solusi yang didapat dari penelitian ini sesuai ilmu akuntansi garis
besarnya dalam penyusunan laporan keungan, yaitu berawal dari bukti transaksi,
jurnal, laba rugi dan neraca. Dengan kata lain peneliti berharap pengelola dapat
mengelola unit usaha menjadi lebih baik sehingga usaha yang dikelola akan
mengalami kemajuan yang signifikan.
1.5.2. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan ilmu
akuntansi terutama pada aspek pencatatan di usaha kecil. Tentunya pengetahuan
dan kontribusi yang didapat dari sang peneliti, yaitu sesuai dengan siklus
akuntansi dengan garis besarnya yang berawal dari bukti-bukti transaksi, lalu
aruskas, ekuitas, dan catatan keuangan. Dan pemilik sendiri mampu meningkatkan
semangat kewirausahaan di masyarakat.
Gambar 1.1 ( Mind Mapping )
Jenis Transaksi dan Bentuk Laporan Keuangan :
Jenis Transaksi di Depot Pak Djo yaitu pembelian dan penjualan.
Bentuk laporan pencatatan keuangan menjadi satu dicatat di nota transaksi kemudian dicatat dibuku
Kendala Pencatatan Keuangan :
2.1. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian telah dilakukan juga oleh peneliti terdahulu.
Penelitian tersebut meneliti tentang perusahaan dagang khususnya Usaha
Menengah Kecil (UKM) dari berbagai macam sudut pandang. Dalam menunjang
penelitian ini, maka didukung oleh penelitian terdahulu yang relevan dengan
penelitian ini :
1. Margani Pinasti (2007)
“Pengaruh Penyelenggaraan dan Penggunaan Informasi Akuntansi
terhadap Persepsi Pengusaha Kecil atas Informasi Akuntansi: Suatu
Riset Eksperimen”.
a. Permasalahan dalam penelitian ini adalah :
Apakah penyelenggaraan dan penggunaan akuntansi berpengaruh
terhadap persepsi pengusaha kecil atas informasi akuntansi ?
b. Kesimpulan :
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyelenggaraan dan
penggunaan informasi akuntansi terbukti secara empiris dalam riset
eksperimen ini mempunyai pengaruh terhadap persepsi pengusaha
2. Mohammad Jafar Hafsah (2004)
Penelitian tentang UKM juga dilakukan oleh Mohammad Jafar Hafsah
(2004) denganjudul “Upaya Pengembangan Usaha Kecil dan
Menengah”sebagai berikut, pada umumnya permasalahan yang
dihadapi oleh Usaha Kecil Menengah (UKM), antara lain meliputi :
faktor internal dan faktor eksternal. Permasalahan yang termasuk dalam
faktor internal antara lain kurangnya permodalan, sumber daya manusia
yang terbatas, lemahnya jaringan usaha dan kemampuan penetrasi
pasar. Sedangkan permasalahan yang termasuk dalam faktor eksternal
antara lain iklim usaha belum sepenuhnya kondusif, terbatasnya sarana
dan prasarana usaha, implikasi otonomi daerah, implikasi perdagangan
bebas, sifat produk dengan lifetime pendek, dan terbatasnya akses
pasar.Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) pada
hakekatnya merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah dan
masyarakat. Dengan mencermati permasalahan yang dihadapi oleh
UKM, maka kedepan perlu diupayakan hal – hal sebagai berikut :
penciptaan iklim usaha yang kondusif, bantuan permodalan,
perlindungan usaha, pengembangan kemitraan, pelatihan, membentuk
lembaga khusus, memantapkan asosiasi, mengembangkan promosi, dan
mengembangkan kerjasama yang setara.
“Pengaruh Persepsi Manajer atas Informasi Akuntansi Keuangan
terhadap Keberhasilan Perusahaan Kecil”.
a. Permasalahan dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah faktor – faktor seperti proses belajar, motivasi, dan
kepribadian mempunyai pengaruh yang positif terhadap persepsi
manajer atas informasi keuangan ?
2. Apakah ada pengaruh yang positif antara persepsi manajer atas
informasi akuntansi keuangan terhadap keberhasilan perusahaan
kecil?
3. Sejauh mana pengaruh antara persepsi manajer atas informasi akuntansi
keuangan terhadap keberhasilan perusahaan kecil ?
b. Kesimpulan :
1. Proses belajar, motivasi, dan kepribadian terbukti secara
bersama-sama mempunyai pengaruh positif terhadap persepsi manajer
perusahaan kecil atas informasi akuntansi keuangan.
2. Persepsi manajer perusahaan kecil atas informasi akuntansi
keuangan mempunyai pengaruh yang positif terhadap keberhasilan
3. Persepsi manajer perusahaan kecil atas informasi akuntansi
keuangan mempunyai hubungan yang nyata dengan keberhasilan
perusahaan kecil.
4. Herri, Irda ( 2005 )
“Sifat Kewirausahaan dan Prestasi Usaha Kecil dan Menengah
Sumatera Barat (Suatu Kajian Empiris)”.
a. Permasalahan dalam penelitian ini adalah :
1. Adakah pengaruh karakteristik entrepreneurial dan perusahaan
terhadap prestasi UKM Sumatera Barat ?
2. Adakah UKM yang prestasi tinggi memiliki karakteristik
entrepreneurial UKM yang berbeda dibanding UKM yang
berprestasi rendah ?
b. Kesimpulan :
1. Modal dasar pendirian UKM umumnya berasal dari tabungan, hal
ini bisa menunjukkan bahwa terbatasnya modal usaha UKM
dalam membuka usaha. Oleh itu untuk mendorong lahirnya
pengusaha atau entrepreneur maka tidak hanya diperlukan
ransangan peningkatan jiwa kewirausahaan tetapi juga skim
2. Walaupun tidak ditemui adanya pengaruh keluasan daerah
pemasaran dengan prestasi UKM. Namun terlihat adanya
kecenderungan bahwa UKM yang memasarkan produknya pada
lingkup pasar yang lebih luas seperti ke luar propinsi dan ekspor
memiliki prestasi yang relatif lebih tinggi disbanding dengan
UKM yang hanya memasarkan produknya pada daerah sekitar.
3. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa sifat kewirausahaan
(entrepreneurial) memberikan kontribusi terhadap variasi prestasi UKM terutamanya sifat inovatif dan suka menanggung resiko.
Penelitian juga mendapatkan bahwa karakteristik UKM seperti
jumlah tenaga kerja dan daerah pemasaran cenderung
memberikan kontribusi terhadap perbedaan prestasi. UKM
dengan daerah pemasaran yang luas termasuk ekspor memiliki
prestasi lebih tinggi dibanding UKM yang hanya memasarkan
produknya pada daerah sekitar mereka.Penelitian yang dilakukan
sekarang ini berbeda dengan penelitian terdahulu, yaitu terletak
pada waktu, sampel dan metode penelitian. Sedangkan
persamaannya adalah sama – sama meneliti tentang UKM dan
informasi akuntansi. Oleh karena itu, penelitian sekarang bukan
replikasi dari penelitian terdahulu.
“Kajian Model Empiris Perilaku Berwirausaha UKM DIY dan Jawa
Tengah”
a. Permasalahan dalam penelitian ini adalah :
1) Secara umum, apakah model yang dirancang sesuai dengan data
di lapangan ?
2) Secara khusus, apakah dalam model empiris variabel sikap
berwirausaha, norma subjektif, efikasi diri mempunyai peran
terhadap perilaku berwirausaha melalui intensi berwirausaha serta
peran efikasi diri secara langsung terhadap perilaku
berwirausaha?
b. Kesimpulan :
1) Secara umum penelitian ini bertujuan menguji kelayakan
rancangan model peran sikap berwirausaha, norma subjektif,
efikasi diri terhadap perilaku berwirausaha melalui intense
berwirausaha.
2) Secara khusus penelitian ini bertujuan memperoleh hasil analisis
peran antar variabel yaitu besaran peran sikap berwirausaha,
besaran peran efikasi diri terhadap perilaku berwirausaha dan
besaran peran intensi berwirausaha terhadap perilaku
berwirausaha.
3) Penelitian yang sekarang ini berbeda dengan penelitian terdahulu,
yaitu terletak pada waktu, sampel dan metode penelitian.
Sedangkan persamaannya adalah sama-sama meneliti tentang
UKM dan informasi akuntansi. Oleh karena itu, penelitian
sekarang bukan replikasi dari peneliti terdahulu.
6. TK Fredia (2011)
“ Makna Penerapan Pencatatan Keuangan Bagi Pelaku Usaha Kecil
Menengah (UKM) Pada UD.Indah Furniture di Tuban ”.
a. Permasalahan pada penelitian ini adalah :
1. Bagaimana pemahaman pencatatan keuangan bagi usaha kecil
menengah ?
2. Bagaimana penerapan pencatatan bagi usaha kecil menengah ?
b. Kesimpulan :
1. Pemahaman yang dimiliki oleh pemilik UKM hanya sebatas
kemampuan alamiah, dalam arti alamiah dari bekal-bekal. Karena
sedikit banyak ada dasar ilmiah atau dasar ilmiah dari istrinya
yang dari pendidikan ekonomi juga. Meskipun sifatnya
pembukuan sederhana, namun dengan tuntutan atau kondisi
mengkombinasikan antara dasar - dasar ilmiah yang di dapat
dengan praktek perjalanan roda perusahaan sehingga mampu
membuat model cash flow keuangan yang seperti dilakukan
pemilik UKM.
2. Bahwa bentuk atau model pencatatan keuangannya adalah
pencatatan yang sederhana, namun hal itu sudah memberikan
informasi keuangan yang sangat berguna bagi pelaku UKM
tersebut. Terbukti pemilik UKM bisa melakukan perencanaan
biaya produksi dalam membeli atau belanja bahan-bahan finishing
atau bahan-bahan setengah jadi dan masih bisa dikatakan “eksis”
atau masih bisa bertahan sampai dengan sekarang.
2.2 Landasan Teori
2.2.1. Pengertian Akuntansi
Akuntansi telah banyak didefinisikan oleh beberapa lembaga terkait dan
beberapa para ahli, menurut Suwardjono (2006 : 9 ) definisi tersebut antara lain :
1. Paul Grady dalam ARS No.7, AICPA, 1965, mendefinisikan :
Akuntansi merupakan suatu body of knowledgeserta fungsi organisasi
yang secara sistematik, orisinal dan autentik, mencatat,
mengklasifikasikan, memproses, mengikhtisarkan, menganalisis,
menginterprestasikan seluruh transaksi dan kejadian serta karakter
keuangan yang terjadi dalam operasi entitas akuntansi dalam rangka
menyediakan informasi yang berarti yang dibutuhkan manajemen
2. Accounting Principles Board (APB) dalam Statements APB No.4
disebutkan :
Akuntansi adalah sebuah kegiatan jasa ( service activity ) fungsinya
adalah untuk memberikan informasi kuantitatif, terutama yang bersifat
finansial, tentang entitas-entitas ekonomi yang dianggap berguna dalam
pengambilan keputusan ekonomi.
Menurut Suwaldiman (2005:12) produk akuntansi adalah informasi
keuangan yang menjembatani kepentingan pihak pemakai laporan keuangan
dengan aktifitas suatu unit usaha. Keindahan sebagai hasil produk seni sama
sekali tidak terdapat dalam akuntansi. Laporan keuangan yang disajikan secara
rapi bukanlah suatu seni, akan tetapi agar pemakai laporan tersebut lebih mudah
untuk membaca dan memahami. Akuntansi tidak menitikberatkan keindahan,
tetapi yang lebih penting adalah kelayakan dan keandalan informasi keuangan
yang dihasilkannya.Menurut Belkaoni (1987:7) akuntansi senantiasa dipandang
sebagai suatu sistem informasi. Akuntansi dianggap sebagai suatu proses yang
menjalin sumber informasi atau pemancar / transmitter (biasanya adalah akuntan),
saluran komunikasi, dan seperangkat penerima / receivers (pemakai eksternal).
Keunggulan citra akuntansi sebagai suatu sistem informasi adalah sistem
akuntansi alternatif tidak perlu lagi dinilai dalam hal kemampuannya untuk
menghasilkan “laba yang sebenarnya” atau keandalannya untuk menyajikan
sejarah.Selama para pemakai yang berbeda mendapatkan bahwa informasi itu
Menurut (Warren and Reeve, 2008) secara umum akuntansi dapat di
definisikan sebagai sistem Informasi yang menghasilkan laporan kepada
pihak-pihak yang yang berkepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi
perusahaan. Contoh dari kegiatan ini seperti menghitung kegiatan jam kerja,
pengeluaran yang dilakukan, dan tagihan yang telah jatuh tempo. Pihak-pihak
yang yang berkepentingan akan penggunaan dari akuntansi ini adalah kreditor,
orang-orang yang bergantung pada hasil informasi tersebut, dan pemerintah.
Sistem informasi ini sangat penting dikarenakan melalui akuntansi inilah
dikomunikasikan informasi-informasi penting kepada pihak yang berkepentingan,
demikian pula para analis keuangan yang bekerja di bank dimana melalui laporan
akuntansi tersebut mereka dapat merekomendasikan untuk memberikan pinjaman
modal terhadap pemohon pinjaman. Terakhir, sistem akuntansi juga mencatat data
ekonomi mengenai kegiatan perusahaan dan hal-hal yang terjadi pada perusahaan,
yang hasilnnya dilaporkan kepada pihak-pihak yang berkepentingan sesuai
dengan kebutuhan informasi mereka.
2.2.2. Asumsi Konsep Dasar 2.2.2.1. Asumsi Dasar
Ada beberapa asumsi dasar yang mendasari struktur akuntansi. Asumsi –
1) Kesatuan Usaha Khusus
Di dalam konsep ini, perusahaan dipandang sebagai suatu unit usaha
yang berdiri sendiri, terpisah dari pemiliknya. Atau dengan kata lain
perusahaan dianggap sebagai “unit akuntansi” yang terpisah dari
pemiliknya atau dari kesatuan usaha yang lain. Dengan anggapan
seperti ini maka transaksi – transaksi perusahaan dipisahkan dari
transaksi – transaksi pemilik dan oleh karenanya maka semua
pencatatan dan laporan dibuat untuk perusahaan tadi.
2) Kontinuitas Usaha
Konsep ini menganggap bahwa suatu perusahaan itu akan hidup terus,
dalam arti diharapkan tidak akan terjadi likuidasi di masa yang akan
datang. Penekanan dari konsep ini adalah terhadap anggapan bahwa
akan tersedia cukup waktu bagi suatu perusahaan untuk menyelesaikan
usaha, kontrak – kontrak dan perjanjian – perjanjian. Oleh karena itu
dibuat berbagai metode penilaian dan pengalokasian dalam akuntansi
yang didasarkan pada konsep ini.Sebagai contoh adalah prosedur
amortisasi dan depresiasi. Jadi bila tidak terdapat bukti yang cukup jelas
bahwa suatu perusahaan itu akan berhenti usahanya maka kesatuan
usaha itu harus dipandang akan hidup terus.
3) Penggunaan Unit Moneter dalam Pencatatan
Beberapa transaksi yang terjadi dalam suatu perusahaan dapat dicatat
semua transaksi itu bisa menggunakan ukuran unit fisik yang sama,
sehingga akan menimbulkan kesulitan – kesulitan di dalam pencatatan
dan penyusunan laporan keuangan. Untuk mengatasi masalah ini maka
semua transaksi – transaksi yang terjadi akan dinyatakan di dalam
catatan dalam bentuk unit moneter pada saat terjadinya transaksi itu.
Unit moneter yang digunakan adalah mata uang dari negara di mana
perusahaan itu berdiri.
4) Periode Waktu
IAI (2002) menyatakan bahwa asumsi dasar dalam pencapaian tujuan
laporan keuangan adalah dasar akrual dan kelangsungan usaha.Dasar
akrual adalah pencatatan transaksi pada saat terjadinya dan dilaporkan
dalam laporan keuangan pada periode yang bersangkutan, bukan pada
saat kas diterima atau dikeluarkan.
2.2.2.2. Konsep Dasar
Konsep (prinsip) dasar yang mendasari penyusuan standar akuntansi
menurut Baridwan ( 2004:10 ) adalah :
1) Prinsip Biaya Historis
Prinsip ini menghendaki digunakannya harga perolehan dalam mencatat
2) Prinsip Pengakuan Pendapatan
Pendapatan adalah aliran masuk harta – harta (aktiva) yang timbul dari
penyerahan barang atau jasa yang dilakukan oleh suatu unit usaha
selama suatu periode tertentu.
3) Prinsip Mempertemukan
Yangdimaksud dengan prinsip mempertemukan adalah
mempertemukan biaya dengan pendapatan yang timbul karena biaya
tersebut.Prinsip ini berguna untuk menentukan besarnya penghasilan
bersih setiap periode.Karena biaya itu harus dipertemukan dengan
pendapatannya maka pembebanan biaya sangat tergantung pada saat
pengakuan pendapatan. Apabila pengakuan suatu pendapatan ditunda,
maka pembebanan biayanya juga akan ditunda sampai saat diakuinya
pendapatan.
4) Prinsip Konsistensi
Agar laporan keuangan dapat dibandingkan dengan tahun – tahun
sebelumnya, maka metode dan prosedur – prosedur yang digunakan
dalam proses akuntansi harus diterapkan secara konsisten dari tahun ke
tahun, sehingga bila terdapat perbedaan antara suatu pos dalam dua
periode, dapat segera diketahui bahwa perbedaan itu bukan selisih
Konsistensi tidak dimaksudkan sebagai larangan penggantian metode,
jadi masih dimungkinkan untuk mengadakan perubahan metode yang
dipakai.Tetapi jika ada penggantian metode, maka akibat (selisih) yang
cukup berarti (material) terhadap laba perusahaan harus dijelaskan
dalam laporan keuangan, tergantung dari sikap dan perlakuan terhadap
perubahan metode atau prinisp tersebut.
5) Prinsip Pengungkapan Lengkap
Yang dimaksud dengan prinsip pengungkapan lengkap (full
disclousure) adalah menyajikan informasi yang lengkap dalam laporan
keuangan.Karena informasi yang disajikan itu merupakan ringkasan
dari transaksi – transaksi dalam satu periode dan juga saldo – saldo dari
rekening – rekening tertentu, tidaklah mungkin untuk memasukkan
semua informasi – informasi yang ada ke dalam laporan keuangan.
Biasanya keterangan tambahan atas informasi dalam laporan keuangan
dibuat dalam bentuk (a) catatan kaki (footnotes), (b) dalam laporan
keuangan, biasanya dituliskan dalam kurung di bawah elemen yang
bersangkutan, atau dengan memakai rekening – rekening tertentu dan
(c) sebagai lampiran – lampiran.
Pemahaman menurut Sadiman (masbied.com) adalah suatu kemampuan
seseorang dalam mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan, atau menyatakan
sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterimanya.
Menurut Zulaiha (2006: 19) pemahaman merupakan terjemahan dari
istilah understanding yang diartikan sebagai penyerapan arti suatu materi yang dipelajari.Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, paham berarti mengerti dengan
tepat dan benar.Suharsimi (masbied.com) menyatakan bahwa pemahaman
(comprehension) adalah bagaimana seorang mempertahankan, membedakan,
menduga (estimates), menerangkan, memperluas, menyimpulkan,
menggeneralisasikan, memberikan contoh, menuliskan kembali, dan
memperkirakan.
Berdasarkan hasil kutipan diatas maka bisa disimpulkan bahwa, pengertian
dari suatu pemahaman merupakan dasar pemikiran dari seseorang untuk mengerti
dan mampu menjabarkan dengan caranya tersendiri tentang pengetahuan yang
pernah diterimanya.
2.2.4. Pengertian Penerapan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dalam
(http://internetsebagaisumberbelajar.blogspot.com/2010/07/pengertian-penerapan.html), pengertian penerapan adalah perbuatan menerapkan. Sedangkan
menurut beberapa ahli berpendapat bahwa, penerapan adalah suatu perbuatan
mempraktekkan suatu teori, metode, dan hal lain untuk mencapai tujuan tertentu
yang telah terencana dan tersusun sebelumnya. Arti kata penerapan adalah bisa
berarti pemakaian suatu cara atau metode atau suatu teori atau sistem. Sedangkan
definisi penerapan menurut kamus istilah Manajemen (1994;155) yang telah
dikutip pada
(http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/535/jbptunikompp-gdl-nanangalfi-26731-6-unikom_n-i.pdf ) adalah sebagai berikut “ Penerapan adalah
pemanfaatan keterampilan dan pengetahuan baru di bidang manajemen ”. Dengan
demikian penerapan adalah tindakan pelaksanaan atau pemanfaatan keterampilan
pengetahuan baru di bidang manajemen untuk suatu kegunaan dan tujuan khusus.
Dan pengaruh penerapan adalah daya yang timbul yang dapat mengubah atau
tindakan pelakasanaan di bidang manajemen untuk suatu tujuan khusus.
2.2.5. Pengertian Proses
Menurut(kakilimasubang.wordpress.com), proses adalah serangkaian
langkah sistematis, atau tahapan yang jelas dan dapat ditempuh berulangkali,
untuk mencapai hasil yang diinginkan.Jika ditempuh, setiap tahapan itu secara
konsisten mengarah pada hasil yang diinginkan. Dan pada
(http://www.businessdictionary.com/definition/process.html), proses adalah
urutan saling tergantung dan terkait prosedur yangpada setiap tahap,
mengkonsumsi satu atau lebih sumber daya (karyawan waktu, energi , mesin ,
uang) untuk mengkonversi input (data, bahan, bagian, dll) ke output . Output ini
kemudian melayani sebagai masukan untuk tahap berikutnya sampai diketahui
2.2.6. Industri Kecil
2.2.6.1. Pengertian Industri Kecil
Menurut (Mintzberg, 1992), yaitu merupakan organisasi yang memiliki
entreprenual organization dengan ciri antara lain: struktur organisasi sangat
sedehana, mempunyai karakteristik khas, tanpa kolaborasi, tanpa staf yang
berlebihan, pembagian kerja yang kendur, memiliki hierarki manajemen yang
kecil, sedikit aktivitas, yang diformalkan, sangat sedikit yang menggunakan
proses perencanaan, jarang mengadakan pelatihan untuk karyawan, pengusaha
sering sulit membedakan anatar asset pribadi dan perusahaan, sistem akuntansi
kurang baik dan bahkan sering tidak memilikinya, dan pengusaha mempunyai
sifat dalam menghadapi investasi hampir sama dengan perorangan, pendapat ini
didukung oleh (Huib Poot et al. dalam Sirat ,2002), yaitu :
Small scale industry plays an important rolr in the process of industrialization from a number of different perspective. It employs the majority
of the workers in the industrial labor force and trough its labor intensive nature, also has a great potential of new employment creation. Moreover, small scale
industry is regionally highly dispersed, playing important role in the runal sector. Many small scale industries have strong ties wits the agricultural sector and are in highly dependennton domestic resources
Pernyataan di atas secara implisit menunjukkan karakteristik, struktur
industri, intensitas faktor produksi, tenaga kerja, produktivitas, maupun kebijakan
dan strategi industri kecil. Perusahaan industri kecil, pada umumnya menjalankan
usaha yang kecil, modal sendiri dan terbatas, kurang menguasai teknologi, tenaga
kerja yang dipekerjakan dengan sebagian besar terdiri dari kalangan anggota
keluarga pada usia 40 tahun mencapai puncaknya. Fase 40 sampai 50 tahun dan
50 tahun sampai 65 tahun adalah fase puncak karir. Pada usia ini konflik pada
pekerjaan relatif kecil. (Menurut Gibson, 1997), seseorang yang sudah berumur
50- 60 tahun sangat menyukai pekerjaannya.
2.2.6.2. Perlakuan Akuntansi untuk Perusahaan Industri Kecil
Perlakuan akuntansi untuk perusahaan industri kecildimana perlakuannya
harus sesuai dengan peraturan yang berlaku di Indonesia. Perlakuan yang
disebutkan adalah penyajian yang sesuai dengan SAKETAP yang berlaku,
dimana menurut SAK ETAP dalam penyajiannya setiap pelaporan keuangan
entitas sebagai berikut :
Neraca
Neraca menyajikan aset, kewajiban, dan ekuitas suatu entitas pada suatu
tanggal tertentu – akhir periode pelaporan. Neraca minimal mencakup
pos-pos berikut:
a. Kas dan setara kas
b. Piutang usaha dan piutang usaha dan piutang lainnya.
c. Persediaan
d. Properti investasi
e. Aset tetap
f. Aset tidak berwujud
h. Aset dan kewajiban pajak
i. Kewajiban diestimasi
j. Ekuitas
Entitas menyajikan pos, judul, dan sub jumlah lainnya dalam neraca jika
penyajian seperti itu relevan dalam rangka pemahaman terhadap posisi keuangan
entitas.SAK ETAP tidak menentukan format atau urutan terhadap pos-pos yang
disajikan.
Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi memasukan semua pos penghasilan dan beban
yang diakui daalam suatu periode kecuali SAK ETAP mensyaratkan
lain. SAK ETAP mengatur perlakuan berbeda terhadap dampak
koreksi atas kesalahan dan perubahan kebijakan akuntansi yang
disajikan sebagai penyesuaian terhadap periode yang lalu, dan bukan
sebagai bagian dari laba atau rug dalam periode terjadinya
perubahan.
Laporan laba rugi minimal mencakup pos-pos sebagai berikut :
Pendapatan
Beban keuangan
Bagian laba atau rugi dari investasi yang menggunakan metode
ekuitas
Beban pajak
Entitas harus menyajikan Pos, judul dan sub-jumlah lainnya pada laporan
laba rugi jika penyajian tersebut relevan untuk memahami kinerja keuangan
entitas..Entitas tidak boleh menyajikan atau mengungkapkan pos pendapatan dan
beban sebagai “pos luar biasa”, baik dalam laporan laba rugi maupun dalam
catatan atas laporan keuangan.
A. Laporan perubahan ekuitas yang juga menunjukkan :
Seluruh perubahan dalam ekuitas, atau
Perubahan ekuitas selain perubahan yang timbul dari transaksi
dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik.
Penyajian perubahan dalam ekuitas entitas selama suatu periode, baik
dalam laporan perubahan ekuitas dan laporan laba rugi dan saldo laba (jika
memenuhi kondisi tertentu). Laporan perubahan ekuitas menyajikan laba atau rugi
entitas suatu periode, pos pendapatan dan beban yang diakui secara langsung
dalam ekuitas untuk periode tersebut, dan (tergantung pada format laporan
perubahan ekuitas yang dipilih oleh entitas) jumlah investasi oleh, dan dividen
dan distribusi lain ke, pemilik ekuitas selama periode tersebut. Informasi yang
disajikan di laporan perubahan ekuitas.
Entitas menyajikan laporan perubahan ekuitas yang menunjukkan :
Laba atau rugi untuk periode.
Pendapatan dan beban yang diakui langsung dalam ekuitas.
Untuk setiap komponen ekuitas, pengaruh perubahan kebijakan
Untuk setiap komponen ekuitas, suatu rekonsiliasi antara jumlah
tercatat awal dan akhir periode, diungkapkan secara terpisah
perubahan yang berasal dari laba atau rugi, pendapatan dan beban
yang diakui langsung dalam ekuitas, jumlah investasi dividen, dan
distribusi lainnya ke pemilik ekuitas dan perubahan kepemilikan
dalam entitas anak yang tidak mengakibatkan kehilangan
pengendalian.
B. Laporan arus kas
Laporan arus kas menyajikan informasi perubahan historis atas kas dan
setara kas entitas, yang menunjukkan secara terpisah perubahan yang
terjadi selama satu periode dari aktivitas operasi, investasi, dan
pendanaan.
Informasi yang disajikan dalam laporan arus kas :
Aktivitas operasi
Aktivitas investasi
Aktivitas pendanaan
C. Catatan atas laporan keuangan yang berisi ringkasan kebijakan
akuntansi yang signifikan dan informasi penjelasan lainnya.
Catatan atas laporan keuangan berisi informasi sebagai tambahan
informasi yang disajikan dalam laporan keuangan. Catatan atas laporan keuangan
memberikan penjelasan naratif atau rincian jumlah yang disajikan dalam laporan
keuangan dan informasi pos-pos yang tidak memenuhi kriteria pengakuan dalam
Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan
dan kebijakan akuntansi tertentu.
Mengungkapkan informasi yang diisyaratkan dalam SAK ETAP
tetapi tidak disajikan dalam laporan keuangan; dan
Memberikan informasi tembahan yang tidak disajikan dalam laporan
keuangan, tetapi relevan untuk memahami laporan keuangan.
2.2.7. Kewirausahaan (Spirit of Entrepreneurship)
Menurut (Kotler, 1997) pasar berubah luar biasa sesuai dengan kebutuhan
dan keinginan konsumen.Setiap perusahaan harus selalu berorientasi ke pasar agar
tidak mati.Perusahaan yang mati adalah perusahaan yang tidak memberi apa yang
siap dibeli orang.Oleh karena itu perusahaan dapat meningkatkan pendapatan bila
memiliki visi yang berorientasi kebutuhuan masyarakat sehingga merupakan
peluang menghasilkan nilai yang dapat dipasarkan (marketable value) yaitu
barang dan jasa yang mau dibeli orang.
Tantangan yang dihadapi setiap organisai adalah perubahan yang tidak
pernah berakhir.Perubahan merupaka fenomena kehidupan yang mengharuskn
setiap organisasi bahkan setiap manusia untuk mempunyai kemampuan dan daya
penyesuaian yang tinggi terhadap segal bentuk kemungkinan terjadinya perubahan
akibat munculnya produk dan jasa sebagai pemenuhan manusia.Seperti yang
dikatakan oleh Kao (2001) Nothing living can be static.(Kao, 2001) berpendapat
perusahaan kecil dalam mengembangkan usahanya perlu menggunakan strategi
terdapat strategi objektif dan fundamental agar perusahaan dapat terus memenuhi
kebutuhan dan keinganan konsumen.
Seorang pengusaha dalam melaksanakan kegiatannya haruslah memiliki
semangat kewirausahaan yang berkaitan dengan mental manusia yaitu optimis,
percaya diri, determinan, dan fleksibel.Ada beberapa pengertian semangat
kewirausahaanmenurut pakar yangmerupakan sifat atau ciri wirausaha
(entrepreneur) yaitu percaya diri, berorientasi terhadap tugas, berani mengambil
resiko (uang, waktu, dan kesehatan jiwa), mempunyai sikap kepemimpinan
(leadership), mempunyai keaslian, berorientasi ke depan.Sedangkan (Gibson et al,
1997) menyatakan wirausaha adalah sebagai pencipta dan pimpinan dari sebuah
usaha. (Meredith et al. 2000) menyatakan wirausaha adalah Individu yang mampu
melihat dan menemukan peluang dan percaya atas kemampuan untuk
merencanakan, mengambil resiko serta melakukan tindakan untuk mencapai
tujuan.Sedangkan Kao (2001) menyatakan individu yang dapat
mengkombinasikan resiko, inovasi, keahlian dan seni sehingga menciptakan
bentuk organisasi baru, sebagai team dalam emnciptakan produk dan jasa baru,
metode produksi baru, pasar-pasar baru, bahan bauku baru ataupun bisnis baru
sehingga ia merupakan orang bertanggung jawab terhadap perubahan dan inovasi
bagi perusahaannya.Semangat wirausaha yang harus dimiliki adalah dapat
menyesuaikan perusahaan terhadap situasi yang terus berubah-ubah karena
berorientasi ke depan, bermotivasi tinggi, percaya diri, dan dapat fleksibel
terhadap situasi dan kondisi serta memiliki perencanaan dalam menjalankan
2.2.8. Sistem Informasi Akuntansi 2.2.8.1.Pengertian Sistem
Menurut Bodnar dan Hopwood ( 2006:3 ), “ sistem merupakan
sekumpulan sumber daya yang saling terkait untuk mencapai suatu tujuan ”.
Sedangkan menurut Romney dan Steinbart ( 2004:2 ), “ sistem adalah rangkaian
dari dua atau lebih komponen-komponen yang saling berhubungan, yang
berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan.Dari kedua definisi tersebut diatas maka
dapat disimpulkan bahwa sistem adalah sekelompok komponen-komponen yang
saling terkait dan saling berinteraksi untuk mencapai tujuan.
2.2.8.2. Pengertian Informasi
Informasi pada dasarnya tidak sama dengan data, menurut (Cushing
1981:11), bahwa “data dapat terdiri dari sekumpulan karakter yang diterima
sebagai input terhadap suatu sistem informasi dan disimpan serta diolah. Informasi diartikan sebagai output pengelolah data yang diorganisir dan berguna
bagi orang yang menerimanya”, sedangkan menurut (Wikkinson, 1993:3) “data
adalah fakta, angka, bahkan symbol mentah, secara bersama-sama mereka
dari data yang telah ditransformasi dan dibuat lebih bernilai melalui pemrosesan.
Idealnya informasi adalah pengetahuan yang berarti dan berguna untuk mencapai
sasaran”.
Peran informasi merupakan kumpulan dari data yang telah dioalah
sehingga bermanfaat bagi penerimanya, biasanya data belum dapat digunakan
sebagai dasar dalam proses pengambilan keputusan oleh pihak manajemen,
sehingga agar dapat berguna bagi pemakainya, data harus diproses sehingga dapat
menghasilkan output yang berupa informasi.
2.2.8.3. Sifat-Sifat Informasi
Menurut (Wilkinson, 1993:121) sifat-sifat informasi yang penting meliputi
hal-hal sebagai berikut :
1. Relevansi
Hubungan antara inforasi dan situasi keputusan, serta dengan sasaran
perusahaan.
2. Kuantifiabilitas
Sejauh mana informasi dapat dikuantifikasikan (dinyatakan dalam
bentuk numeric).
3. Akurasi
Keandalan dan kepresisisan informasi.
4. Kepadatan
Sejauh mana informasi diringkas atau dipadatkan.
Keyakinan informasi.
6. Cakupan
Rentang yang dicakup oleh informasi.
2.2.8.4. Akuntansi Sebagai Sistem Informasi
Sebagai sistem informasi, akuntansi diperlukan oleh berbagai pihak, baik
dalam lingkungan intern maupun dari luar organisasi yang menyelenggarakan
akuntansi tersebut. Secara garis besar (Weygandt, dkk, 2007:6) pihak - pihak
tersebut adalah :
a. Pengguna Internal, yaitu manajer yang merencanakan mengorganisasikan dan
mengelola suatu bisnis, antara lain: manajer pemasaran, supervisor
produksi, direktur keuangan, dan pejabat perusahaan.
b. Pengguna Eksternal, yaitu :
1. Investor, menggunakan informasi guna membuat keputusan untuk
membeli, menahan, atau menjual sahamnya.
2. Kreditor, seperti pemasok dan banker menggunakan informasi
akuntansi guna mengevaluasi risiko pemberian kredit atau pinjaman.
3. Badan Perpajakan Amerika Serikat, seperti Internal Revenue Service
(IRS), ingin mengetahui apakah perusahaan telah mematuhi
undang-undang perpajakan.
4. Badan-badan pembuat peraturan, seperti Securities and Exchange
Commission (badan pengawas pasar modal Amerika Serikat) dan Federal Trade Commission, ingin mengetahui apakah perusahaan
5. Pelanggan, akan tertarik dengan apakah sebuah perusahaan tetap
terus menghargai jaminan dan dukungan produk atas lini-lini
produknya.
6. Serikat Pekerja, ingin mengetahui apakah para pemilik dapat
membayar kenaikan upah dan tunjangan.
7. Perencana ekonomi menggunakan informasi akuntansi untuk
meramalkan aktivitas perekonomian.
2.2.9. Siklus Pengolahan Data
Untuk mengubah data menjadi informasi, dilakukan proses pengolahan
data. Dalam akuntansi, proses ini disebut siklus akuntansi. Dalam sistem
informasi akuntansi, proses pengolahan ini dilakukan dengan beberapa tahapan
tertentu, yaitu sistem informasi akuntansi yang diproses secara manual dan sistem
informasi akuntansi yang diproses dengan komputer.
Gambar 2.1: Siklus Pengolahan data dengan komputer
Input Pengolahan Output
Bukti Transaksi
Jurnal
Buku Besar
Laporan Keuangan Buku
Sumber : Zaki Baridwan, 1994, Sistem Informasi Akuntansi, BPFE, Yogyakarta, Edisi Kedua, Hal. 5.
Gambar 2.2: Siklus Pengolahan data secara manual
Sumber : Mulyadi, 2001, Sistem Informasi Akuntansi, Salemba Empat, Jakarta,
Edisi Kedua, hal. 4.
2.2.10. Akuntanbilitas Usaha
Akuntanbilitas secara harfiah dalam bahasa inggris biasanya disebut
dengan accountability yang berarti sebagai “yang dapat dipertanggung jawabkan”,
atau dalam kata sifat disebut sebagai accountable. Lalu bedanya dengan
responsibility yang juga diartikan sebagai “tanggung jawab”. Pengertian
accountability dan responsibility seringkali diartikan sama, padahal maknanya
jelas sangat berbeda. Beberapa ahli menjelaskan bahwa dalam kaitannya dengan
birokrasi, responsibility merupakan otoritas yang diberikan oleh atasan untuk
menjelaskan suatu kebijakan. Sedangkan accountability merupakan kewajiban
untuk menjelaskan bagaimana realisasi otoritas yang diperolehnya tersebut. Bukti
Transaksi Jurnal Buku
Besar
Laporan Keuangan Buku
Berkaitan dengan istilah akuntabilitas, (Sirajudin H Saleh dan Aslam
Iqbal, dalam Nugraha 2008) menyatakan bahwa akuntabilitas merupakan sisi-sisi
sikap watak kehidupan manusia yang meliputi internal dan eksternal seseorang,
dari sisi internal seseorang akuntabilitas merupakan pertanggung jawaban orang
tersebut kepada Tuhan Nya, sedangkan akuntabilitas eksternal seseorang adalah
akuntabilitas orang tersebut terhadap lingkungannya baik lingkungan formal
(atasan-bawahan) maupun lingkungan masyarakat. Tidak dapat dipungkiri,
pencatatan keuangan memegang peranan penting bagi dunia usaha yang dinamis
karena laporan keuangan yang dapat dipertanggung jawabkan (accountability)
mutlak diperlukan. Usaha yang pada awalnya tergolong kecil tidak menutup
kemungkinan akan menjadi besar disaat mendatang, salah satu cara yang
ditempuh adalah pengajuan kredit bank namun seringkali proposal yang diajukan
tidak memenuhi persyaratan dari pihak bank.
Proposal merupakan dokumen yang sangat penting bagi bank. Banyak
kasus, UKM masih susah mendapatkan pinjaman kredit bukankarena pihak UKM
tersebut tidak memiliki jaminan atas kredit yang mereka ajukan, tetapi karena
proposal yang mereka ajukan tidak sesuai dengan keinginan pihak bank. Masalah
lain yang sering terjadi adalah bank sudah mendapat pinjaman atas kredit yang
diajukan, tetapi bank masih menangguhkan kredit pinjaman tersebut karena
proposal yang diajukan UKM tidak meyakinkan, dan juga birokrasi pada pihak
bank terkadang terlalu berbelit-belit dalam menyikapi pinjaman dari para pelaku
UKM, hal tersebut disebabkan karen pihak bank bukanlah penjual jaminan, tetapi
2.2.11. Usaha Kecil Menengah (UKM)
2.2.11.1. Kriteria Usaha Kecil dan Menengah
Menurut KADIN dan Asosiasi serta Himpunan Pengusaha Kecil, juga
kriteria dari bank Indonesia dalam Subanar , maka yang termasuk kategori
usaha-kecil adalah :
a. Usaha Perdagangan
Keagenan, Pengecer, Ekspor/Impor, dan lain-lain dengan Modal aktif
Perusahaan (MAP) tidak melebihi Rp 150.000.000/tahun dan Capital
Turn-Over (CTO) atau Perputaran Modal tidak melebihi Rp
600.000,00.
b. Usaha Pertanian
Pertanian Pangan maupun Perkebunan, Perikanan Darat/laut,
Peternakan dan Usaha lain yang termasuk lingkup pengawasan
Departemen Pertanian. Ketentuan Batas MAP dan CTO seperti butir (a)
di atas.
c. Usaha Industri
Industry Logam/Kimia, Makanan/Minuman, Pertambangan,
Bahan-Galian, serta Aneka Industri Kecil Lainnya, dengan Batas MAP =
Rp250.000.000,00 serta batas CTO = Rp 1.000.000.000,00.
Menjual tenaga/Pelayanan bagi pihak ketiga, konsultan, Perencana,
Perbengkelan, Transportasi serta Restoran dan lainnya dengan batas
MAP dan CTO seperti butir a. di atas.
e. Usaha Jasa Konstruksi
Kontaktor bangunan, Jalan, Kelistrikan, Jembatan, Pengaliran dan
usaha-usaha lain yan berkaitan dengan Teknis Kontruksi Bangunan, dengan Batas MAP
dan CTO seperti butir c. di atas.
2.2.11.2 Kelemahan Usaha Kecil dan Menengah
Subanar ( 2001 : 8) menyatakan beberapa kelemahan Usaha Kecil dan
Menengah antara lain :
1. Umumnya pengelola small-business merasa tidak memerlukan ataupun
tidak pernah melakukan studi kelayakan, penelitian pasar, analisis
perputaran uang tunai/kas, serta berbagai penelitian lain yang
diperlukan suatu aktivitas bisnis.
2. Tidak memiliki perencanan sistem jangka panjang, sistem akuntansi
yang memadai, anggaran kebutuhan modal, struktur organisasi dan
pendelegasian wewenang, serta alat-alat kegiatan manajerial lainnya
(perencanaan, pelaksanaan serta pengendalian usaha) yang umunya
diperlukan oleh suatu perusahaan bisnis yang profit-oriented.
3. Kekuarangan informasi bisnis, hanya mengacu pada instuisi dan ambisi
4. Kurangnya petunjuk pelaksanaan teknis operasional kegiatan dan
pengawasan mutu hasil kerja dan produk, serta sering tidak konsisten
dengan ketentuan-order/pesanan, yang mengakibatkan klaim atau
produk yang ditolak.
5. Tingginya labour Turn-Over (PHK).
6. Terlalu banyak biaya-biaya yang di luar pengendalian serta utang yang
tidak bermanfaat, juga tidak dipatuhinya ketentuan-ketentuan
pembukuan standar.
7. Pembagian kerja tidak proposional, sering terjadi pengelola memiliki
pekerjaan yang melimpah atau karyawan yang bekerja di luar batas jam
kerja standar.
8. Kesulitan modal kerja atau tidak mengetahui secara tepat berapa
kebutuhan modal kerja, sebagi akibat tidak adanya perencanaan kas.
9. Persediaan yang terlalu banyak, khususnya jenis barang yang salah
(kurang laku).
10. Lain-lain yang menyangkut mist-manajemen dan ketidak
pedulianpengelola terhadap prinsip-prinsip manajerial.
11. Risiko dan utang-utang kepada pihak ketiga ditanggung oleh kekayaan
pribadi pemilik.
12. Perkembangan usaha tergantung pada pengusaha yang setiap waktu
dapat berhalangan karena sakit atau meninggal.
14. Perencanaan dan program pengendalian tidak ada atau belum pernah
merumuskannya.
2.2.11.3. Keunggulan Usaha Kecil dan Menengah
Subanar ( 2001: 6 ) menyatakan beberapa keunggulan usaha kecil antara
lain :
1. Pemilik merangkap Manajer Perusahaan yang bekerja sendiri dan
memiliki gaya manajemen sendiri (merangkap semua fungsi manajerial
seperti marketing, finance dan administrasi).
2. Perusahaan Keluarga, di mana pengelolanya mungkin tidak memiliki
keahlian Manajerial yang handal.
3. Sebagian besar membuat lapangan pekerjaan baru, inovasi, sumber
daya baru serta barang dan jasa-jasa baru.
4. Risiko usaha menjadi beban pemilik.
5. Pertumbuhan yang lambat, tidak teratur, terkadang cepat dan premature
(premature high-growth).
6. Fleksibel terhadap bentuk fluktuasi jangka pendek, namun tidak
memiliki Rencana Jangka Panjang (Corporate-Plan).
7. Independen dalam penentuan harga produksi atas barang atau
jasa-jasanya.
9. Pajak relative ringan, karena yang dikenakan pajak adalah
pribadi/pengusaha, bukan perusahaannya.
10. Kontak-kontak dengan pihak luar bersifat pribadi.
11. Mudah dalam proses pendiriannya.
12. Mudah dibubarkan setiap saat jika dikehendaki.
13. Pemilik mengelola secara mandiri dan bebas waktu.
14. Pemilik menerima seluruh laba.
15. Umunya mempunyai kecenderungan mampu untuk survive.
16. Merupakan type usaha yang paling cocok untu mengelola produk, jasa
atau proyek perintisan, yang sama sekali baru atau belum pernah ada
yang mencobanya, sehingga memiliki sedikit pesaing.
17. Terbukanya peluang dengan adanya berbagai kemudahan dalam
peraturan dan kebijakan pemerintah yang mendukung berkembangnya
usaha kecil di Indonesia.
18. Diservifikasi usaha terbuka luas sepanjang waktu dan pasar konsumen
senantiasa tergali melalui kreativitas pengelola.
19. Relative tidak membutuhkan investasi yang terlalu besar, tenaga kerja
yang tidak berpendidikan tinggi, serta sarana produksi lainnya yang
tidak terlalu mahal.
20. Meskipun tidak terlihat nyata, masing-masing usaha kecil dengan
usaha kecil yang lain saling ketergantungan secara moril dan
2.2.11.4. Peluang Usaha Kecil dan Menengah
(Marbun, 1986:44) menyatakan bahwa peluang usaha kecil yang masih
bisa diraih antara lain :
1. Belajar ilmu manajemen sederhana.
2. Meminta jasa konsultan manajemen.
3. Meminta jasa keluarga / kenalan yang pintar.
4. Kembali ke bangku belajar.
2.3. MaknaPencatatan Keuangan Bagi Usaha Kecil dan Menengah
Pencatatan keuangan bagi pelaku usaha kecil dan menengah mempunyai
suatu manfaat yang hanya bisa dirasakan oleh pelaku UKM itu sendiri,
dikarenakan hasil bentuk pencatatan keuangan itu tidak (belum) terstandart sesuai
aturan yang ada, sehingga belum mampu mencari atau mendapatkan
kredit/kucuran dana modal dari pihak bank atau pinjaman dari pemodal yang lain.
Hal ini sesuai dengan latar belakang akuntansi yang diawali dengan periode
pertama bahwa akuntansi adalah bentuk pencatatan yg terjadi di dalam dunia
bisnis, seperti yg dikutip dari “ Fahmibaharun’s Blog “ yang dimana menjelaskan
tentang latar belakang sejarah akuntansi. Pada periode pertama akuntansi
hanyalah bentuk record-keeping yang sangat sederhana, maksudnya hanyalah
bentuk pencatatan dari apa saja yang terjadi dalam dunia bisnis saat itu. Pada
masa lahirnya double-entry bookeeping. Pada periode terakhir banyak sekali
perkembangan pemikiran akuntansi yang bukan lagi sekedar masalah debit kiri –
debit kanan, tetapi sudah masuk ke dalam kehidupan masyarakat. Perkembangan
teknologi yang luar biasa juga berdampak pada perubahan ilmu akuntansi modern
(Basuki, 2000 : 173).
Pengguna akuntansi juga bervariasi, dari yang sekedar memahami
akuntansi sebagai : 1) alat hitung menghitung ; 2) sumber informasi dalam
pengambilan keputusan ; 3) sampai ke pemikiran bagaimana akuntansi diterapkan
sejalan dengan (atau sebagai bentuk pengalaman) ajaran agama. Bila dihubungkan
dengan kelompok usaha kecil dan menengah tampaknya pemahaman terhadap
akuntansi masih berada pada tataran pertama dan kedua yaitu sebagai alat
hitung-menghitung dan sebagai sumber informasi untuk pengambilan keputusan (Basuki,
2000:174). Dan di dalam kutipan “ Teori Akuntansi Ahmed Belkaoui “
mengatakan bahwa Panitia Bidang Peristilahan The AICPA semula
mendefinisikan akuntansi sebagai berikut :
Akuntansi adalah seni pencatatan, pengklasifikasian dan pengikhtisaran
menurut suatu cara yang signifikan dan dinyatakan dalam suatu uang,
transaksi dan kejadian, yang sebagian darinya setidak-tidaknya
berkarakter finansiil, serta penginterpretasian hasilnya.
Terakhir sekali akuntansi didefinisikan berkaitan dengan konsep informasi,
Akuntansi adalah suatu aktivitas jasa. Berfungsi memberikan informasi
kuantitatif, terutama bersifat finansiil tentang pengambilan keputusan
ekonomi dan dalam pengambilan pilihan yang beralasan diantara cara
bertindak alternatif.
Jadi dengan demikian bisa disimpulkan bahwa walaupun pencatatan
keuangan tersebut belum menjadi suatu laporan keuangan yang standart namun
pencatatan keuangan tersebut sudah mampu memberikan keterangan dan
pengertian sendiri bagi sang pemilik usaha dalam penyediaan bahan, pendapatan,
pengeluaran, oprasional usaha, dll.
3.1. Jenis Penelitian
Untuk mengetahui bagaimana pencatatan keuangan pada usaha kecil
menengah UKM (dengan studi kasus Depot Pak Djo) dan juga apakah pengusaha
UKM tersebut memahami akuntansi, dengan unsur-unsur pokok yang harus
ditemukan sesuai dengan butir – butir rumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, maka digunakan metode penelitian kualitatif.
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus.
Penelitian ini bertujuan mengungkapkan makna penerapan keuangan bagi pelaku
usaha kecil menengah (UKM), dengan pendekatan ini peneliti berada dalam posisi
tidak bisa mengontrol obyek penelitian. Penelitian memerlukan interaksi antara
peneliti dengan obyek penelitian yang bersifat interaktif untuk memahami realitas
obyek.
Menurut (Sugiyono, 2008:8) metode penelitian kualitatif sering disebut
metode naturalistik karena penelitiannya dilakukan dengan kondisi yang alamiah
(natural setting).
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian sendiri sebagai alat untuk
mencapai suatu kesimpulan. Seperti yang telah dijelaskan diatas, kekuatan
pendekatan ini bukan pada “objektivitas” hasil studi diperoleh, namun lebih ke
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan temuan yang
tidak dapat dicapai dengan menggunakan prosedur statistik atau dengan cara
kuantifikasi lainnya (Yuhertiana dalam Strauss dan Corbin,2003).
Adapun Karateristik penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif
adalah (Yuhertiana,2009) :
a. Menekankan pada pola berpikir induktif
Pada dasarnya penelitian kualitatif berfokus untuk mengamati secara
subyektif berbagai tema dari sebuah realita sosial, menghubungkan
berbagi tema yang muncul sehingga akan menjadi sebuah penyataan
teori.
Hal ini berbeda dengan penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk
melakukan generalisasi, setiap hipotesis hendaknya dapat diuji kebenarannya
secara deduktif sesuai atau tidak dengan kenyataan di lapangan.
Gambar 3.1: Menekankan Pada Pola pikir
Penalaran Deduksi Penalaran Induksi
TEORI TEORI