• Tidak ada hasil yang ditemukan

Balai Penelitian Ternak, P.O. Box 221, Bogor 16002

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Balai Penelitian Ternak, P.O. Box 221, Bogor 16002"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

SeminarNasional Peternakan dan Veteriner 1999

PRIORITAS WILAYAH PENYEBARAN

DAN PENGEMBANGAN TERNAK DI PROPINSI JAWA TENGAH

Kata kunci : Wilayali pertumbuhan, ternak

SumANTo,E.JuARINi, BROTOWmowo,danASHARI

Balai Penelitian Ternak, P.O. Box 221, Bogor 16002 ABSTRAK

Penelitian untuk menentukan prioritas wilayah penyebaran dan pengembangan peternakan di Jawa Tengah dapat didekati dengan menggunakan analisis Location Quotient (LQ) yang menggunakan parameter penduduk, kesesuaian ekologis lalian dan populasi ternak. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada talum 1997 dengan menggumakan data sekunder. Hasilnya secara umum diketahui bahwa wilayali pusat pertumbuhan untuk ternak sapi perch dan babi tidak menyebar bila dibandingkan dengan wilayah pertumbuhan ternak lainnya. Kabupaten Klaten, Boyolali dan Semarang merupakan wilayah pertumbulian untuk sapi peralt , sedangkan kabupaten Sukoharjo, Batang, Tegal, Kudus, Karanganyar, Klaten, Semarang dan Peti adalah pusat-pusat pertumbuhan bagi ternak babi. Pusat-pusat pertumbuhan bagi ternak potong ditemukan di berbagai tempat, misalnya di Klaten, Sragen dan Sukolierjo. Untuk ternak kerbau diketalnii di kabupaten Tegal, Demak dan Pemalang. Ternak domba di kabupaten Temanggung, Demak, Wonosobo dan di Brebes. Ternak kambing di kabupaten Pemalang, Demak dan Purbalingga. Sedangkan bagi ternak unggas : itik dapat ditemui di kabupaten Brebes, Pemalang dan Kleten. Ternak Ayam burns hampir merata di tiap kabupaten dan ayam ras ditemui di kabupaten Kudus, Sukoliarjo dan Purbalingga . Pada saat ekonomi dalain keadaan krisis, peternakan ayam ras banyak yang gulung tikar usahanya . Perpaduan antara nilai LQ den kepadatan ekonomi ternak dapat mengliasilkan peruntukan ternak di daerah yang bersangkutan. Ternak sapi perah masih dapat dikembangkan di kabupaten Klaten dan Semarang. Sapi potong dapat disebarkan di kabupaten Sukoliarjo, Kudus, Jepara dan Kebumen. Kerbau dapat disebarkan diberbagai kabupaten misalnya : Tegal, Demak dan Pemalang; domba di beberapa kabupaten, misalnya Demak, Brebes dan Kudus: kambing di beberapa kabupaten, misalnya Pemalang, Demak, Purbalingga dan Kudus. Babi masih dapat disebarkan di kabupaten Sukoharjo, Batang, Tegal, Kudus. Sedangkan untuk ternak unggas secara umum merupakan wilayah pemantapan/pembinaan usaha.

PENDAHULUAN

Propinsi Jewa Tengah salah satu wilayah propinsi yang padat penduduknya, menempati urutan ketiga secara nasional (STATISTIK NASIONAL, 1997). Posisi Jaleng berada pada tempat yang strategis yang menipakan wilayah penyangga untuk pangan secara nasional dan juga merupakan kota lalu lintas transportasi anis baring di Pulau Jawa. Dari indeks Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional, peranan Jewa Tengah masih cukup baik dan dari sektor pertanian telah menytuubang sekitar 10,12%. Kekuatan Jewa Tengah sebagai penyangga pangan dikhawatirkan semakin berkurang, karena salah satu input dasar lahan semakin talum telah berkurang luasnya. Sebab utama adalah penibahan aliih fungsi lahan pertanian yang cepat yang dipenuitukkan sebagai kawasan pemukiman penduduk. Penibahan ini akan memberi visi pembangunan pertanian hanis dirancang kembali di masa mendatang. Penjabaran keterkaitan pembangunan pertanian secara

(2)

terpadu perlu dilasanakan lebih konkrit di daerah. Saat ini sebagai penyangga pangan Nasional dan Daerah, maka di Jawa Tengah telah muncul wilayah-wilayah pusat pertumbuhan di berbagai sektor pertanian. Khusus di sektor peternakan, wilayah-wilayah populasi ternak yang cukup banyak berkembang di Jawa Tengah, misalnya : sapi perah di Boyolali, sapi potong di Blora, Kambing di Wonogiri, Itik di Brebes dan Tegal. Sementara ini kedudukan informasi peternakan dan penunjangnya masih banyak hanya sebagai data statistik dan belum banyak diolah sebagai bahwn dasar untuk penentuan prioritas-proritas wilayah pembangunan peternakan. Dengan mengguntkan salah satu cara analisis (nusalnya LQ, Location Quotient), maka informasi tersebut dapat lebih bermakna banyak dalam menunjang strategi perkembangannya dimasa mendatang. Dengan mengetahui peta kemampuan wilayah-wilayah pertumbuhan ternak di masing-masing kabupaten, maka dasar penataan dan pengembangnya akan senilkin jelas di Propinsi Jawa Tengah.

Pendekatan analisis

Salah satu metoda untuk menganalisis pusat pusat pertumbuhan daerah adalah dengan menggunakan cara perhitungan LQ (Location Quotient) yang biasanya diukur dari ratio pendapatan daerahnya (TARMIDI, 1996). Metoda pendekatan tersebut telah dikembangkan dan dipergunakan di bidang peternakan dengan membandingkan dasar populasi ternaknya, tetapi hasiln)a masih diakui banyak mengandung kelemahannya. Rumus dasar pendekatan kali ini adalah sanla, namun terdapat penyesuaian cara perhitungan untuk LQ. Dari rumus dasar LQ

likembangkan untuk bidang peternakan menjadi

f)1lllalla

1 LQ > 1 berarti bahwa lokasi tersebut nlerupakan kawasan produksi teniak yang dapat mensuplay untuk luar daerah.

2 . LQ = 1 berarti bahwa lokasi yang bersangkutan, tingkat produksinya hanya dapat untuk memenuhi keperluan daerah sendiri.

3 . LQ < 1 berarti bahwa lokasi yang bersangkutan masih perlu mendatangkan produksi dari luar daerah.

Dengan melihat hasil nilai LQ untuk masing-masing ternak, maka akan tamplk status wilayah pertumbuhannya.

544

t .Q=

SeminarNaafonalPeternakan donYeteriner 1999

AxBxCxN AMxBMxCMxn

Nilai LQ nlempunyai makna sebagai berikut

- Populasi Ternak X (ST) di Kabupaten tertentu.

Ft "i, luas kesesuaian ekologis lahannya di Kabupaten tertentu. Sumber

data diperoleh dari hasil analisis potensi wilayah penyebaran dan pcngembangan peternakan yang dilakukan oleh Puslitbangnak(1998) . = Kepadatan Penduduk Di kabupaten tertentu

N - Total populasi seluruh ternak (ST) di Propinsi Jateng. A N,1 Total Populasi Ternak X (ST) di Propinsi Jateng BM 'Noluas kesesuaian lahannya di Kabupaten tertentu CM =- Kepadatan Penduduk Di Propinsi Jateng

(3)

Kepadatan penduduk

SeminarNasionalPeternakan dan Veteriner 1999

Ukuran kepadatan penduduk dapat dikelonipokan menjadi 3 bxgian, yaitu kelonipok jarang penduduk (< 50 jiwVkm2), sedang (50-300 jiwa/km2) dan padat (>300 jiwa/kn12) . Sebaran kepadatan penduduk di Propinsi Jateng dapat dilihat pada Lampiran 1 . Wilayali sangat padat penduduk umuninya terdapat di kota madya. Di propinsi Jateng terjadi di kodya Surakarta mencapai 12.120 jiwa /km2. Setelah itu dapat ditemui di kodya Tegal, Magelang, Pekalongan dxn Semarang. Kepadatan penduduk tergolong sedang hanya ditemui di kabupaten Banyumas, sedangkan kabupaten lainnya tergolong wilayali padat penduduk.

Kesesuaian ekologis lahan untuk ternak

Kesesuaian ekologis lahan untuk ternak adalah mengganibarkan kondisi talian yang dapat digunakan sebagai usaha bidang peternakan, kluisusnya untuk ternak ninunansia. Hasil analisis tersebut secara detail telah dikaji oleli Tim APWBALAi PENELITIAN TERNAK (1998a) dan sebaran

persentase luasnya di masing-masing kabupaten dapat dilihat pada Lampiran 2 . Luxs kesesuaian lahan untuk kelompok sapi perah (termasuk untuk kambing perah, sapi potong kereman) dapat mencapai 81,4% dari luas wilayah di Propinsi Jawa Tengah. Sedangkan untuk kelonipok sapi potong (tennasuk untuk ternak kanibing, domba clan babi) luas kesesuaian laliannya mencapai 66,6% dan untuk ternak kerbau sebesar 50,9%. Perlu diketahui bahwa persentase luas kesesuaian lahan untuk kerbau lebih kecil bila dibandingkan dengan persentase Was kesesuaian untuk sapi potong, karena persyaratan untuk ternak kerbau agak lebili ketat (kemiringan lahan tidak lebih dari 15%). Luas kesesuaian lalian uniuk kelompok unggas dapat dikatakan mencapai 100%, karena umunmya ternak unggas dapat hidup pada semua kondisi lalian yang ada .

Penyebaran ternak

Menurut populasi ternak (ST)

Menurut data populasi ternak taluin 1996 di Propinsi Jxwa Tengah bahwa ternak sapi perah mencapai sekitar 93.614 ekor, sapi potong 1 .253.032 ekor, kerbau 256.424 ekor, doniba 1 .716.604 ekor, kambing 2.830.833 ekor, babi 132.594 ekor, Ayani kampung 33.579 .664 ekor, Ayani ras 28.771 .189 clan itik 3.755.995. ekor. Selain itu banyak terdapat ternak kelinci (188.517 ekor), namun berkembangan kegunaannya bagi niasyarakat adalah cendening untuk ternak piaraan/hobi.

Penyebaran populasi ternak (ST) di wilayah Propinsi Jateng sangat beragani variasinya. Secara garis besar penyebaran jenis ternak di masing-masing kabupaten (unrtan lima besar kabupaten) dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Dari Tabel 1 menunjukkan bahwa populasi ternak sapi perah terkonsentrasi di Boyolali, Sapi potong di Blora, Kerbau di Penialang, Doniba di Tenianggung, Kambing di Wonogiri, Babi di Semarang, Ayani Kampung di Penialang, Itik di Brebes dan Ayain Ras di Kendal . Populasi ternak tertentu masili banyak jumlah terdapat di kodya, misalnya sapi perah dan ayam ras di kodya Semarang. Nanuin berdasarkan kepadatan ekononii ternak, konsentrasi penyebaran ternak sedikit mengalami penibahan dan akan diuraikan seperti dibawali ini.

(4)

No. Jenis ternak

546

SeminarNasional Peternakan dan Veteriner 1999

Tabel 1. Unitan lima besar kabupaten menurnt populasi sebaran ternak di Propinsi Jateng Talmn 1996

Sapi Perah Sapi Potong Kerbau Domba Kambing

Nama Boyolali Blora Pemalang Temanggung Wonogiri

Kabupaten Semarang Wonogiri Pati Wonosobo Grobogan

Klaten Grobogan Tegal Brebes Pemalang

Banyumas Rembang Pekalongan Banjarnegara Banyumas

Salatiga Pati Brebes Karanganyar Boyolali

Babi Ayam Buras Itik Ayam Ras

Nama Semarang Pemalang Brebes Kendal

Kabupaten Karanganyar Semarang Pemalang Purbalingga

Sukoharjo Brebes Klaten Magelang

Klaten Grobogan Kendal Karanganyar

Pati Wonogiri Cilacap Sukoharjo

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa kepadatan ekonomi ternak sapi perah terlronsentrasi di Boyolali, Sapi potong di Blora. Kerbau di Pekalongan, Domba di Temanggung, Kambing di Wonogiri, Babi di Semarang, Ayam Kampung di Semarang, Itik di Brebes dan Ayam Ras di Kendal.

Tabel Z. Unitan lima besar kabupaten menunrt kepadatan ekonomi ternak di Propinsi Jateng Tahun 1996

No. Jenis ternak

Sapi Perah Sapi Potong Kerbau Domba Kambing

Nama Boyolali Blora Pekalongan Temanggung Wonogiri

Kabupaten Semarang Rembang Pemmalang Wonosobo Purworejo Klaten Wonogiri Pati Banjarnegara Banjarnegara Wonosobo Grobogan Batang Karanganyar Batang Banyumas Boyolali Magelang Semarang Purbalingga

Babi Ayam Buras Itik Ayam Ras

Nama Semarang Semarang Brebes Kendal

Kabupaten Karanganyar Pemalang Pemalang Purbalingga Sukoharjo Purbalingga Klaten Karanganyar Batang Blora Purbalingga Sukoharjo Klaten Boyolali Pekalongan Semarang Kantong-kantong pertumbuhan ternak menurut LQ

Hasil perhitungan LQ (Location Quotient) untuk masing-masing ternak dapat dilihat pada Lampiran 5. Pusat-pusat produksi ternak di Propinsi Jateng (LQ>I) dapat dilihat pada Tabel 3.

(5)

SennnarNasionalPeternakan don Veteriner 1999

Dari Tabel 3 dapat dikatakan bahwa pusat penyebaran pertuntbultan ternak cukup merata di propinsi Jateng, kecuali untuk ternak Sapi perah dan babi. Ternak sapi perah hanya terkonsentrasi di tiga kabupaten, yaitu : Boyolali, Klaten dan Semarang. Pertumbuhan penyebaran ternak babi terdapat di Sukoharjo, Karang Anyar, Klaten, Semarang, Batang, Tegal, Kudus dan Pati. Sedikitnya lokasi pusat-pusat pertumbuhan untuk ternak sapi perah tersebut diatas tampaknya disebabkan oleh kondisi lahan yang sesuai, adanya dukungan peternak dan pemasaran hasil. Sedangkan khusus untuk ternak babi penyebarannya banyak dipengaruhi faktor sosial masyarakat, misalnya adanya dominansi jumlah penduduk yang beragama islam atau non islam.

Kepentingan dari hasil analisis LQ yang dikaitkan dalam upaya pengembangan ternak di kawasan pertuntbultan adalah dapat tnemudahkan memilih kawasan mana yang ntasilt dapat untuk dikembangkan lebih lanjut. Untuk maksud tersebut perlu diatnati kawasan yang akan dikembangan tersebut termasuk pada kepadatan ekonomi ternaknya masih jarang (tanda *), sedang (tanda #) atau sudah padat (tidak bertanda). Strategi penetnpatan ternak untuk pengembangan diprioritaskan pada kawasan-kawasan yang masih jarang ternak, lalu inenyttsul pada kawasan sedang. Pada kawasan yang sudah padat ternaknya tidak dianjurkan untuk dikembangkan lagi dan hanya perlu pemantapan pembinaannya. Bagi kawasan yang bukan pusat pertumbuhan ternak (LQ < 1), maka kawasan tersebut dapat dijadikan sebagai lokasi penyebaran ternak dengan nientpertimbangkan syarat-syarat tertentu, misalnya minat masyarakat, kecocokan lahan dan sosial .

Tabel 3. Pusat wilayah produksi ternak berdasarkan perhitungan LQ di Propinsi Jateng Talttin 1996

No. Jenis tenink

Sapi Perah Sapi Poton Kerbau Domba Kambing

Natna Boyolali Klaten # Tegal * Temanggung # Pemalang

Kabtipaten Klaten # Sragen # Demak * Demak * Demak *

Semarang # Sukoltarjo* Pemalang * Wonosobo #. Purbalingga

Grobogan # Kudus * Brebes * Kudus *

Rembang Klaten # Kudus * Banjarnegara

Magelang Pekalongan * Banjarnegara * Kebtunen

Kudus * Batang * Karanganyar # Tegal

Boyolali Sukoltarjo * Pemalang * Klaten #

Blora Brebes * Semarang # Wonogiri #

Semarang # Pati # Batang * Purworejo

Pati # Magelang Sukaliario * Brebes

Jepara * Jepara * Sragen # Wonosobo #

Karanganyar # Purbalingga * Klaten # Cilacap

Temanggung # Kendal * Kendal * Kendal

Wonogiri # Cilacap * Magelang Grobogan #

Wonosobo # Boyolah Sragen #

Kebumen * Catatan :

Posisi Kabupaten menggambarkan umtan besamya nilai L.Q Kepadatan Ekonomi temak : * Jarang, # sedang , lainnya padat

(6)

SeminarNasional Peternakan dan Peteriner 1999

Keterangan : Kepadatan ekonomi ternak : * )arang, # sedang. ( ) kawasan pemantapan pembinaan

54 8 Catatan :

Tabel4.

Posisi Kabupaten menggambarkan urutan besamya nilai LQ Kepadatan Ekonoini ternak : * darang, #,sedang , lainnya padat Prioritas wilayali pengembangan ternak per kabupaten Ekonomi ternak di Jawa Tengali

Berdasarkan LQ dan Kepadatan

No . Jeris ternak

Sapi Perah Sapi Potong Kerbau Domba Kambing

Nama Klaten # Sukoharjo* Tegal * Dennak * Pemalang

Kabupaten Semarang # Kudus * Demak * Brebes * Demak

Boyolali Jepara * Pemalang * Kudus * Purbalingga Kebumen * Kudus * Banjarnegara * Denuak Klaten # Pekalongan * Pemalang * Ktidus Sragen # Batang * Batang * Banjarnegara ' Grobogan # Sukoharjo * Sukaliarjo * Kebumen

Semarang # Brebes * Kendal * Tegal

Pati # Jepara * Temanggung # Purworejo Karanganyar # Purbalingga * Wonosobo # Brebes Temanggung # Kendal * Karanganyar # Cilacap Wonogiri # Cilacap * Semarang # Kendal Wonosobo # Klaten # Sragen # Klaten #

Rembang Pati # Klaten # Wonogiri #

Magelang Magelang Magelang Wonosobo #

Boyolali Boyolali Grobogan #

-Blora Sragen # Temanggtutg No . Babi Jenis Ayam Buras ternak

Itik Ayam Ras

Nama Sukoharjo * Pemalang Brebes Kudus

Kabupaten Karanganyar # Tegal Pemalang Sukoharjo

Klaten # Demak Klaten Purbalingga

Semarang # Kebumen Tegal Tegal

Batang * Purbalingga Kendal Kendal

Tegal * Klaten Demak Cilacap

Kudus * Kudus Pekalongan Karanganyar

Pati # Cilacap Purbalingga Klaten

Brebes Cilacap Magelang

Purworejo Sukoharjo Brebes

Sukoharjo Batang Semarang .

Pekalongan Kebumen Jepara Purworejo Kendal Banjarnegara Banjarnegara Temanggung Semarang Magelang Sragen Wonosobo Batang Kudus Temanggung

(7)

SeminarNasional Peternakan dan Veteriner 1999

Keterangan :Kepadatan ekonomi ternak :' Jarang, # sedang. ( ) kawasan pemantapan pembinaan

Dengan memperhatikan keadaan kepadatan ekonoini ternak yang bersangkutan dimasing-masing kawasan pusat pertumbuhannya, maka prioritas pengembangan ternak pada tingkat kabupaten di Jawa Tengah dapat dilihat pada Tabel 4.

Dari Tabel 4 memberi makna balnva prioritas wilayah pengembangan ternak sapi perah masih dapat dikembangkan di kabupaten Klaten dan Semarang, sedangkan di Boyolali menlpakan wilayah pemantapan pernbinaan oleh Dinas terkait . Untuk ternak lainnya . penentuan prioritas wilayah pengembangannya juga seperti untuk ternak sapi perall . Misalnya ternak sapi potong masih dapat dikembangkan di kabupaten Sukoharjo, Kudus, Jepara dan Kebumen. Sementara itu, kabupaten Blora, yang populasinya tertinggi, menlpakan wilayah untuk penlantapan budidaya sapi potong dan bukan wilayah pengembangan. karena kepadatan ekonominya sudah tinggi .

DAFTAR PUSTAKA

ASHARI, BROTO WIBOWo, E. JUARINI, SUMANTO, AGus NIJRHADI, SOERIPT(), SLIRATMAN, datl A. RuKANDA.

1999. Nisball Pertumbuhan Daerah Untuk Petemakan. Bahan Pelengkap Pembaliasan Analisis Potensi Wilayall Penyebaran dan Pengembangan Petemakan Untuk Propinsi Bali, NTB, Sutsel dan Sulteng, 10 Februari 1999, Dit.Jen Petemakan, Jakarta .

KANTOR STATISTIK PROPINSI JAWA TENGAH . 1996.Jawa Tengah Dalant Angka 1996.

TARMIDI,D.T. 1996. Analisis Transportasi Wilayah . Kumpulan Materi Pelajaran Diklat Substansif Dinas PU Cipta Karya Bidang Penyusunan Tencana tata Ruang Kabupaten di Lingktmgan Pemerintallan Propinsi Dati I Jawa Barat. Tanggal 13 s/d 26 Oklober 1996, Bandung .

TIM BALAI PENELITIAN TERNAK CIAWL 1998a. Analisis Potensl Wilayah Penyebaran dan Pengembangan

Petemakan . Hasil Laporan. Balai Penelitian Ternak Ciawi, Bogor. No.

Babi Ayam Buras

Jenis ternak

Itik Ayain Ras

Nama Sukoharjo " Pemalang Brebes Kudus

Kabupaten Batang' Tegal Pemalang Sukoharjo

Tegal ' Demak Klaten Purbalingga

Kudus Kebumen Tegal Tegal

Karanganyar # Purbalingga Kendal Kendal

Klaten # Klaten Deniak Cilacap

Semarang # Kudus Pekalongan Karanganyar

Pati # Cilacap Purbalingga Klaten

Brebes Cilacap Magelang

Purworejo Sukoharjo Bretx:s

Sukoharjo Batang Semarang

Pekalongan Kebumen Jepara Pttrworejo Kendal Banjarnegara Banjarnegara Temanggung Semarang Magelang Sragen Wonosobo Batang Kudus Temanggung

(8)

Seminar NastonalPeternakan don Veteriner ]999

Tim BALAI PENELITIAN TERNAK CIAWI. 1998b. Peta Kesesuaian Ekologis Lallan dan Rekolnendasi Pengembangan LJntttk Tenlak di Propinsi Jawa Tengah .

Gambar

Tabel 1. Unitan lima besar kabupaten menurnt populasi sebaran ternak di Propinsi Jateng Talmn 1996
Tabel 3. Pusat wilayah produksi ternak berdasarkan perhitungan LQ di Propinsi Jateng Talttin 1996

Referensi

Dokumen terkait

Penerapan Pasal 299 KUHPidana agar orang yang sengaja mengobati seorang perempuan untuk menggugurkan kandungan dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya empat

1) Program asing yang disukai. Dalam penelitian ini, program yang disukai merupakan siaran televisi yang diproduksi di luar Indonesia. 2) Siaran televisi Indonesia

Ambiguitas adalah kegandaan arti kalimat yang diucapkan oleh si pembicara sehingga meragukan atau sama sekali tidak dipahami oleh si pendengar (bahasa

Pada persamaan (8) berkaitan dengan graf sistem penjadwalan yang sesuai dengan Gambar 5 yaitu, perpindahan kelompok praktikum kelas Sistem In- formasi Akuntansi ke

Tabel diatas mendeskripsikan bahwa responden, pada kelompok sebelum perlakuan menunjukan bahwa responden berpendapat netral cenderung menganggap bahwa Black

Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah

Assyafi’iyyah Gondang, (5) Terdapat pengaruh secara bersama-sama antara hasil belajar Fiqih tentang solat fardhu, solat jamaah, dzikir dan doa terhadap pengamalan

Sesuai dengan rumusan permasalahan, maka penelitian dinamika komunikasi bertujuan memetakan dan menganalisis pengkomunikasian pesan yang dijalankan oleh Klinik IPTEK