• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kepuasan Kerja Guru 1. Definisi Kepuasan Kerja

Kepuasan kerja merupakan sebuah fenomena yang kompleks (Rao, 2003). Robbins dan Judge (2013) menyatakan bahwa kepuasan kerja merupakan perasaan positif tentang suatu pekerjaan yang merupakan hasil evaluasi dari beberapa karakteristik pekerjaan seperti pekerjaan itu sendiri, bayaran, supervise, teman kerja, dan promosi. Kumar (2007) juga mengatakan bahwa kepuasan kerja merupakan reaksi emosi individu terhadap pekerjaannya yang merupakan sikap seseorang terhadap pekerjaannya.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja adalah sikap postif individu terhadap pekerjaannya yang merupakan hasil dari evaluasi terhadap karakteristik pekerjaan itu sendiri.

2. Definisi Kepuasan Kerja Guru

Kepuasan kerja merupakan fenomena yang komplek yang melibatkan aspek pribadi, institusi, dan sosial (Rao, 2003). Kepuasan kerja guru adalah sikap seorang guru terhadap pekerjaannya sebagai suatu hal yang menyenangkan atau tidak menyenangkan berdasarkan kesesuaian antara apa yang diberikan dan apa yang didapatkan. Kepuasan kerja guru juga merupakan bagaimana guru memandang pekerjaanya sebagai suatu hal yang menguntungkan atau merugikan. Kepuasan kerja guru merupakan hasil dari

(2)

berbagai sikap seseorang terhadap pekerjaannya terhadap faktor-faktor yang berhubungan dengan pekerjaannya dan terhadap kehidupan kerja pada umumnya (Kumar, 2007)

Sedangkan menurut Lester (dalam Knox, 2011) kepuasan kerja guru merupakan persepsi guru dan nilai dari karakteristik lingkungan pekerjaan seperti kompensasi, otonomi, rekan kerja, dan produktivitas. Lester juga menambahkan kepuasan kerja guru sebagai sejauhmana penerimaan dan nilai-nilai seorang guru terhadap banyaknya faktor seperti evaluasi, hubungan rekan kerja, tanggungjawab, dan penghargaan. Jika guru mencapai kepuasan kerja mereka akan melakukan pekerjaan dengan baik sesuai dengan tujuan dari pendidikan tersebut (Rao, 2003).

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja guru adalah penilaian seseorang guru terhadap aspek-aspek yang terdapat didalam suatu pekerjaan, yaitu aspek pengawasan, rekan kerja, kondisi pekerjaan, imbalan, tanggung jawab, pekerjaan itu sendiri, kenaikan jabatan, keamanan, dan penghargaan.

3. Teori yang Mendasari Kepuasan Kerja

Berikut ini merupakan dasar teori dalam pembuatan Teacher Job Satisfaction Questionnaire yang dikembangkan oleh Lester (1987), yaitu : a. Teori Herzberg

Teori Herzberg (1987) dikenal dengan teori dua faktor. Teori dua faktor juga disebut sebagai teori motivasi hygiene berkaitan dengan motivasi dan job satisfaction. Herzberg (1987) mengemukakan job satisfaction disebabkan

(3)

oleh hadirnya serangkaian faktor yang disebut sebagai motivator, sedangkan job dissatisfaction disebabkan oleh ketidakhadiran rangkaian yang berbeda dari motivator yang disebut sebagai hygiene faktor.

1. Faktor motivasi (Motivation factor)

Faktor pemuas yang disebut juga motivator yang merupakan fakor pendorong seseorang untuk berprestasi yang bersumber dari dalam diri seseorang tersebut (kondisi intrinsik). Faktor-faktor yang termasuk kedalam faktor motivasi adalah faktor keberhasilhan menyelesaikan tugas (achievement), pengakuan orang lain (recognition), tanggungjawab (responsibility), peluang untuk maju (advancement), kepuasan kerja itu sendiri (the work it self), kemungkinan pengembangan karir (the possibility of

growth). Herzberg berpendapat bahwa, hadirnya faktor-faktor ini akan

memberikan kepuasan, namun jika ada yang tidak terpenuhi bukan berarti mengakibatkan ketidakpuasan kerja.

2. Faktor hygiene (Hygiene factor)

Merupakan faktor yang berada di sekitar pelaksanaan pekerjaan; berhubungan dengan job context atau aspek ekstrinsik pekerja. faktor-faktor yang termasuk di sini adalah Working condition (kondisi kerja), interpersonal

relation (hubungan antar pribadi), company policy and administration

(kebijaksanaan perusahaan dan pelaksanaannya0, job security (perasaan aman dalam bekerja), pay (gaji), status (Jabatan), supervision technical (teknik pengawasan).

(4)

Herzberg juga menyatakan bahwa faktor motivasi menyebabkan seseorang untuk bergerak dari kondisi tidak ada kepuasan menuju ke arah kepuasan. Sedangkan hygiene factors dapat menyebabkan seseorang yang berada dalam ketidakpuasan menuju kearah kepuasan.

3. Konsekuensi dari Kepuasan Kerja

Kumar (2007) mengatakan bahwa terdapat beberapa konsekuensi yang diperoleh seorang dari kepuasan kerja, yaitu :

a. Ketidakhadiran (absenteeism)

Terdapat hubungan kepuasan kerja dengan jumlah ketidakhadiran dari seorang pekerja. Ketidakpuasan bekerja akan membuat seorang pekerja tidak ingin untuk bekerja dan hal ini akan menyebabkan pekerja menjauh dari pekerjaanya.

b. Berhenti Kerja (turn over)

Pekerja yang puas dengan pekerjaannya cenderung untuk bertahan dengan pekerjaannya, sedangkan pekerja yang tidak puas dengan pekerjaanya cenderung untuk berhenti dari pekerjaanya dan mencari kepuasan di pekerjaan yang lain.

c. Pemberitaan Negatif (negative publicity)

Pekerja yang tidak puas dengan pekerjaanya cenderung untuk memberitahukan hal yang negatif tentang organisasinya dan pada akhirnya membuat nama tempat organisasinya menjadi jelek. Pemberitaan yang negatif terhadap organisasi, dapat menyebabkan organisasi kesulitan dalam mencari karyawan baru.

(5)

Sementara itu, McShane dan Glinow (2010) mengatakan bahwa terdapat empat konsekuensi dari kepuasan kerja, yaitu :

a. Keluar (exit)

Seorang pekerja yang terus menerus tidak puas terhadap pekerjaanya, pada akhirnya dapat memotivasi pekerja tersebut untuk mencari kesempatan kerja yang lebih baik di tempat lain atau berhenti dari pekerjaan.

b. Suara (voice)

Voice merupakan suatu upaya untuk mengubah situasi yang tidak memuaskan

dengan cara yang konstruktif, seperti merekomendasikan cara bagi manajemen untuk memperbaiki situasi, atau dapat lebih konfrontatif, seperti mengajukan keluhan resmi atau membentuk koalisi untuk menentang keputusan. bahkan yang paling ekstrimnya pekerja dapat melakukan mogok kerja.

c. Kesetiaan (loyalty)

Setia merupakan suatu cara yang digunakan oleh karyawan dalam menghadapi ketidakpuasan dengan cara sabar, mereka sering mengatakan bahwa mereka menderita dalam diam dan berharap atau menunggu masalah mereka diselesaikan oleh orang lain atau diselesaikan oleh mereka sendiri.

d. Mengabaikan (neglect)

Karyawan yang tidak puas terhadap pekerjaannya akan mengurangi usaha kerja, kualitas kerja, sering tidak hadir dan sering terlambat. Hal ini dapat berdampak negatif bagi tempat karyawan tersebut bekerja.

(6)

4. Aspek-Aspek Kepuasan Kerja Guru

Menurut Lester (dalam Knox, 2011), ada sembilan aspek kepuasan kerja guru, yaitu :

a. Pengawasan (supervision)

Pengawasan didefiniskan sebagai hubungan interpersonal antara atasan dengan bawahan dan gaya kepemimpinan berupa task oriented atau person oriented.

b. Rekan Kerja (colleagues)

Merupakan rekan kerja dalam mengajar, kelompok kerja dan aspek-aspek sosial yang ada di dalam lingkungan sekolah. Rekan kerja akan memberi dan menerima dukungan antar sesama guru. Rekan kerja juga dapat memberikan dukungan sosial di saat seseorang membutuhkannya.

c. Kondisi Pekerjaan (work condition)

Merupakan pembentukan kebijakan yang ada disekolah dan kondisi fisik secara keseluruhan lingkungan kerja.

d. Imbalan/gaji (pay)

Pendapatan tahunan yang dapat berfungsi sebagai indikator dan pengakuan atas prestasi atau kegagalan.

e. Tanggungjawab (responsibility)

Merupakan keinginan untuk bertanggung jawab atas pekerjaan, berpartisipasi dalam membuat keputusan di sekolah, dan menolong setiap murid dalam belajar.

(7)

f. Pekerjaan itu sendiri (work it self)

Pekerjaan rutinitas meliputi pekerjaan mengajar itu sendiri atau tugas yang berhubungan dengan pekerjaan. Didalamnya termasuk pemberian otonomi kepada guru. Pemberian kesempatan kepada guru untuk melakukan inovasi dalam mengajar dan menggunakan kemampuan dalam pekerjaan.

g. Kenaikan jabatan (advancement)

Kenaikan jabatan adalah perubahan dalam status atau posisi, yang mana termasuk peningkatan pendapatan dan tanggung jawab.

h. Keamanan (security)

Yaitu keamanan kerja; kebijakan sekolah tentang masa jabatan, senioritas, pemecatan jabatan dan pensiun.

i. Penghargaan (recognition)

Penghargaan adalah perhatian, penghargaan, prestise dan penghargaan dari supervisor, rekan kerja, siswa dan orangtua. Menyalahkan dan kritik dapat menyebabkan dampak negatif terhadap aspek ini.

Aspek-aspek kepuasan kerja guru ini merupakan indikator yang digunakan dalam Teacher Job Satisfaction Questioner (TJSQ). Lester mengembangkan TJSQ didasarkan pada teori Dua-Faktor Herzberg untuk mengukur tingkat kepuasan atau ketidakpuasan terhadap pekerjaan seorang guru.

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja Guru

Kumar (2007) mengatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja, yaitu :

(8)

a. Pengawasan (supervision)

Pengawasan dan gaya kepemimpinan dari seorang pemimpin merupakan faktor yang penting dalam kepuasan kerja. Gaya kepemimpinan yang berfokus pada pegawai seperti bersahabat dengan pekerja, menghargai pekerja, dan hangat kepada pekerja dapat meningkatkan kepuasan kerja. Sedangkan gaya kepemimpinan yang berfokus pada produksi dapat menyebabkan rendahnya kepuasan kerja dan dapat menyebabkan pekerja berhenti bekerja dan tidak datang bekerja.

b. Kelompok Kerja (the work group)

Kelompok kerja merupakan faktor yang sangat mempengaruhi kepuasan kerja karyawan di tempat kerjanya. Karyawan yang diasingkan dari kelompok kerjanya cenderung untuk tidak menyukai pekerjaannya.

c. Isi Pekerjaan (job content)

Job content merupakan faktor-faktor seperti pengkuan, tanggung jawab,

kenaikan jabatan, dan prestasi yang terdapat dalam performa kerja seorang karyawan.

d. Tingkat Pekerjaan (occupational level)

Orang yang memiliki tingkat pengalaman kerja yang tinggi akan memiliki tingkat kepuasan kerja yang tinggi. Tinggiya tingkat dari suatu pekerjaan akan memberikan reputasi dan harga diri yang dianggap bagi pekerja. Tingkat pekerjaan yang tinggi dapat memberikan kepuasan.

(9)

e. Kekhususan (specialization)

Kekhususan kerja pada umumnya dapat mengarahkan kepada efisiensi kerja yang dapat menyebabkan kepuasan kerja, tetapi kekhususan kerja juga dapat menyebabkan kebosanan dan menurunkan kepuasan kerja.

f. Usia (age)

Penelitian menemukan bahwa pekerja yang memiliki usia yang tua lebih puas terhadap pekejeraanya.

g. Ras dan Jenis Kelamin (race and sex)

Kepuasan kerja yang dimiliki warga minoritas dan kulit hitam lebih rendah jika dibandingkan dengan warga mayoritas dan kulit putih di amerika. Menurut harrick (dalam kumar, 2007) mengatakan bahwa pria lebih memiliki tingkat kepuasan kerja dibandingkan wanita , karena wanita memiliki kesempatan untuk bekerja yang lebih sedikit dan pendapatan yang lebih sedikit dibandingkan dengan pria.

h. Tingkat Pendidikan (educational level)

Pekerja yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi cenderung untuk memiliki harapan yang besar terhadap pekerjannya. Jika harapan pekerja tersebut tidak sesuai dengan yang didapatkanya akan membuat pekerja tersebut tidak puas dengan pekerjaanya.

B. Guru

1. Definisi Guru

Rao (2003) mengatakan bahwa guru merupakan sosok yang penting dalam terlaksananya sistem pendidikan yang baik. Guru adalah orang yang memfasilitasi

(10)

proses peralihan ilmu pengetahuan dari sumber belajar ke peserta didik (Chotima, 2008). Berdasrkan Undang-undang nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini melalui jalur formal pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Sedangkan menurut Atmaka (2004) guru adalah orang yang bertanggung jawab memberikan pertolongan kepada anak didik dalam perkembangan baik jasmani maupun rohaninya. Agar tercapai tingkat kedewasaan mampu berdiri sendiri memenuhi tugasnya sebagai mahluk Tuhan, mahluk sosial dan mahluk individu yang mandiri.

Berdasarkan beberapa pengetian tentang guru diatas, dapat disimpulkan bahwa guru adalah pengelola kegiatan proses belajar mengajar dimana dalam hal ini guru bertugas untuk mengarahkan, membimbing, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik dan kegiatan belajar siswa agar dapat mencapai tujuan pembelajaran.

2. Definisi Guru TK

Sujiono (2013) mengatakan bahwa istilah guru dalam pendidikan anak usia dini adalah orang yang memiliki wibawa dan pantas untuk ditiru dan diteladani. Guru juga bertanggung jawab dalam mendidik, mengajar dan membimbing anak. Guru juga merupakan orang yang memiliki kemampuan untuk merancang program pembelajaran dan mampu untuk menanta dan mengelola kelas. Sedangkan berdasarkan UU SISDIKNAS No 20/2003 pasal 1 (1) Bahwa pendidik

(11)

adalah tenaga kependidikan yang berkualitas sebagai guru yang sesuai kekhususannya serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.

Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa guru TK adalah orang yang bertanggung jawab dalam proses pembelajaran dan memiliki kemampuan dalam merancang program pembelajaran, menanta, dan mengelola kelas.

3. Kompetensi Guru TK

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 : Standar Nasional Pendidikan (dalam Sujiono, 2013) agar seorang guru dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. seorang guru harus memiliki beberapa kompetensi. Kompetesi tersebut adalah kompetensi pedagogis, kompetensi kepribadian, kompetensi professional, kompetensi sosial.

a. Kompetensi Pedagogis, mencakup kemampuan untuk dapat :

1) Memahami karakteristik, kebutuhan, dan perkembangan peserta didik 2) Menguasai konsep dan prinsip pendidikan.

3) Menguasai konsep, prinsip, dan prosedur pengembangan kurikulum. 4) Menguasai teori, prinsip, dan strategi pembelajaran.

5) Membuat situasi belajar yang interaktif, inspiratif, mentenangkan, menantang, memotivasi murid untuk aktif, dan meberi ruang yang cukup bagi kegiatan kreativitas dan kemandirian.

6) Menguasai konsep, prinsip, prosedur, dan staretegi bimbingan belajar peserta didik.

(12)

7) Menguasai media pembelajaran termasuk teknologi komunikasi dan informasi.

8) Menguasai prinsip, alat, dan prosedur penilaian proses dan hasil belajar. b. Kompetensi Kepribadian, mencakup kemampuan untuk dapat :

1) Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, mantap, stabil, dewasa, berwibawa, seta arif, dan bijaksana.

2) Berakhlak mulia dan menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat sekitar.

3) Memiliki jiwa, sikap, dan perilaku demokratis

4) Memiliki sikap dan komitmen terhadap profesi serta menjunjung kode etik pendidik.

c. Kompetensi Sosial, mencakup kemampuan untuk dapat : 1) Bersikpa terbuka objektif, dan tidak diskriminatif.

2) Berkomunikasi dan bergaul secara efektif dan santun dengan peserta didik. 3) Berkomunikasi dan bergaul secara kolegial dan santun dengan sesaa tutor dan

tenaga kependudukan

4) Berkomunikasi secara empatik dan santun dengan orang tua/wali peserta didik serta masyarakat sekitar.

5) Beradaptasi dengan kondisi sosial budaya setempat.

6) Bekerja sama secara efektif dengan peserta didik, sesame tutor, dan tenaga kependidikan, dan masyatakat sekitar.

d. Kompetensi Profesional. Mencakup kemampuan untuk : 1) Menguasai substansi aspek-aspek perkembangan anak.

(13)

2) Menguasi konsep dan teori perkembangan anak yang menaungi bidang-bidang pengembangan.

3) Mengintegrasikan berbagai bidang pengembangan.

4) Mengaitkan bidang pengembangan dengan kehidupan sehari-hari.

5) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk pengembangan diri dan profesi.

Jadi, kesimpulannya adalah bahwa seorang guru harus memiliki kompetensi pedagogis, kompetensi kepribadian, kompetensi professional, kompetensi sosial agar dapat melaksanakan kewajibanya sebagai pendidik.

4. Gambaran Kepuasan Kerja Guru Taman Kanak-Kanak (TK) di Kota Medan

Pendidikan merupakan hal sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Pendidikan berperan sebagai alat yang dapat meningkatkan kapasitas kemampuan seorang anak dan menjadi alat bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan (Kumar, 2007). Tanpa pendidikan seorang anak tidak dapat menjadi pribadi yang utuh, tidak bisa menjadi insan sosial, dan tidak dapat menjadi abdi Tuhan yang saleh (Kartono, 2007). Di Indonesia sendiri sistem pendidikan diatur di dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, undang-undang tersebut mengatakan bahwa pendidikan terdiri atas pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi, yang keseluruhannya merupakan kesatuan yang sistematik. Yang artinya pendidikan harus dimulai dari usia dini, karena pendidikan anak usia

(14)

dini merupakan pendidikan yang sangat mendasar dan strategis dalam pembangunan sumberdaya manusia.

Menurut UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah Suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantui pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dapat diselengarakan melalui tiga jalur, pertama yaitu jalur formal seperti Taman Kanak-kanak dan Raudhatul Athfal (RA), kedua yaitu jalur nonformal yang berbentuk Kelompok Bermain (KB) dan Taman Penitipan Anak (TPA), dan yang ketiga yaitu jalur informal yang berbentuk pendidikan keluaga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkunga (Sujiono, 2013).

Usia 0 – 6 tahun merupakan periode emas bagi perkembangan anak untuk memperoleh proses pendidikan. Periode ini adalah tahun-tahun berharga bagi seorang anak untuk mengenali berbagai macam fakta di lingkungannya sebagai stimulans terhadap perkembangan kepribadian, psikomotor, kognitif maupun sosialnya. Melalui PAUD diharapkan dapat mengoptimalkan perkembagan selama masa usia dini dan memiliki dampak terhadap pengembangan kemampuan untuk belajar pada jenjang selanjutnya (Sujiono, 2013).

Pemberian rangsangan yang tepat pada pendidikan anak usia dini sangat diperlukan untuk mengoptimalkan kemampuan anak. Dalam pendidikan anak usia dini guru memiliki peran yang penting dalam pemberian rangsangan yang tepat

(15)

pada anak (Sujiono, 2013). Guru juga merupakan sosok paling berpengaruh dalam terjadi proses belajar yang baik (Rammatulasamma, 2007). Perie & Baker (1997) mengatakan bahwa guru yang memiliki kualitas mengajar yang baik merupakan pusat dari keberhasil suatu sistem pendidikan. Sedangkan menurut Utami (2003) walaupun fasilitas pendidikan lengkap dan canggih, namun bila tidak didukung dengan adanya guru yang berkualitas, maka mustahil akan terjadi proses belajar dan pembelajaran yang maksimal.

Seorang guru TK harus memiliki wibawa dan pantas untuk ditiru dan diteladani. Guru TK juga bertanggung jawab dalam mendidik, mengajar dan membimbing anak. Guru TK juga merupakan orang yang memiliki kemampuan untuk merancang program pembelajaran dan mampu untuk menanta dan mengelola kelas (Sujiono, 2013). Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 : Standar Nasional Pendidikan seorang guru TK harus memiliki beberapa kompetensi untuk membantu seorang guru dalam melaksanakan tugasnya dengan baik. Kompetesi tersebut adalah kompetensi pedagogis, kompetensi kepribadian, kompetensi professional, kompetensi sosial. Menurut Sujiono (2013) Beberapa kompetensi yang telah disampaikan diatas, mutlak harus dimiliki oleh seorang guru TK agar seorang guru TK memiliki kualitas mengajar yang baik dan dapat mengoptimalkan kemampuan anak. Guru merupakan pusat dari suatu sistem pendidikan (Kumar, 20070. Oleh karena itu, untuk menciptakan suatu pendidikan yang berkualitas tinggi perlu untuk memperhatikan kepuasan kerja dari pengajar (Perie, 1997).

(16)

Kepuasan kerja guru merupakan penilaian seorang guru terhadap pekerjaanya. Kepuasan kerja sangat penting dalam setiap pekerjaan karena merupakan elemen penting yang dapat mempengaruhi pekerja dalam melakukan pekerjaannya. (Kumar, 2007). Menurut Robbins dan Judges (2013) kepuasan kerja adalah perasaan positif terhadap pekerjaan berdasarkan hasil evaluasi dari karakteristik pekerjaan tersebut. Sedangkan Menurut Cranny, Smith, and Stone (1992) Kepuasan kerja merupakan reaksi emosional terhadap pekerjaan sebagai suatu hal yang menyenangkan atau tidak menyenangkan berdasarkan kesesuaian antara apa yang diharapkan dengan yang didapatkan. Kepuasan kerja guru dapat dilihat dari sikap seorang guru dalam bekerja atau mengajar. Jika guru merasa puas terhadap pekerjaanya, maka dia akan bekerja dengan baik (Suwar, 2008).

Terdapat beberapa penelitian tentang kepuasan kerja guru. Penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2012) menguji hubungan kepuasan kerja dengan prestasi kerja guru. Hasil penelitiannya membuktikan bahwa kepuasan kerja memiliki hubungan yang positif dengan prestasi kerja guru. Semakin tinggi kepuasan kerja guru akan meningkatkan prestasi kerja guru. Sementara itu, Penelitian dilakukan oleh Perie & Barker (1997) tentang hubungan kepuasan kerja dengan keefektifan guru dalam negajar di kelas dan pengaruh terhadap prestasi siswa. Hasil dari penelitian membuktikan bahwa kepuasan kerja guru memiliki hubungan yang positif dengan keefektifan guru dalam mengajar di kelas dan berpengaruh terhadap prestasi siswa. Guru yang memiliki kepuasan kerja memiliki anak didik yang berprestasi.

(17)

Penelitian yang dilakukan (Sargent & Hannum, 2005) tentang hubungan kepuasan kerja guru dengan kinerja guru, keterlibatan guru, komitmen, dan motivasi. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa kepuasan kerja memiliki hubungan positif dengan kinerja guru, keterlibatan guru, komitmen, dan motivasi. Guru yang memiliki kepuasan kerja akan memiliki kinerja yang baik. Guru yang memiliki kepuasan kerja akan lebih terlibat dalam proses belajar mengajar. Guru yang memiliki kepuasan kerja lebih komitmen terhadap pekerjaannya dan juga memiliki motivasi untuk bekerja. Sedangkan menurut Supriyanti (2015) bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara stres kerja dan kepuasan kerja guru. penelitian (Houchins, Shippen & Cattret, 2004) mengemukakan bahwa kepuasan kerja guru berpengaruh terhadap menigkatkan retensi pada guru. Semakin puas seorang guru terhadap pekerjaannya, maka akan meningkatkan retensi pada guru dan sebaliknya. Kepuasan kerja memiliki pengaruh terhadap kedisipilinan, kualitas kerja, dan prestasi kerja guru (Perie & Baker, 1997). Guru yang memiliki kepuasan kerja akan cenderung disiplin, memiliki kualitas kerja yang baik, dan memilik prestasi. Dari beberapa hal yang telah dipaparkan diatas, maka peneliti ingin melihat bagaimana gambaran kepuasan kerja guru Taman Kanak-Kanak (TK) di Kota Medan.

Referensi

Dokumen terkait

Faktor yuridis meliputi: Keabsahan perjanjian menurut Pasal 1320 KUHPerdata yang disebutkan ada empat syarat sahnya suatu perjanjian, Masih terdapat kelemahan dalam UUPK

Hal ini dikarenakan dalam proses pengelolaan produksi bibit krisan, petani selalu melakukan seleksi terhadap tanaman yang memiliki pertumbuhan dan pembungaan yang

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Manado berdasarkan teori efektivitas telah melaksanakan Sistem dan Prosedur Pengeluaran Kas Uang Persediaan (UP) secara efektif

Kualitas hidup terkait kesehatan pasien KSSLGFG yang diukur dengan instrumen kuesioner EQ5D menunjukkan bahwa skor pada kelompok interdisiplin (6,67 [+0,67]) memang berbeda

Tidak ada satu bagian pun dalam dokumen ini yang dapat disalin, diperbanyak, atau dipindahtangankan dengan cara apapun dan untuk tujuan apapun tanpa izin tertulis sebelumnya

Daripada kajian yang dijalankan, pada suhu pembiakan yang berbeza, terdapat perbezaan signifikan (p<0.001) ke atas masa perkembangan kitar hidup lalat Ch.. Didapati

Penerapan Metode Lean Six Sigma menghasilkan performa kinerja proses produksi pada produk yang tak sesuai pada mesin line 1 sebesar 0,05% dan mesin line 2 sebsesar

Simpulan dari penelitian ini adalah telah dihasilkan sebuah aplikasi penentu jalur terpendek menggunakan Algoritma Dijkstra, yang dapat digunakan di kota