• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III KERANGKA TEORITIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III KERANGKA TEORITIS"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

KERANGKA TEORITIS

3.1. Tinjauan Umum Sistem Pengukuran Kinerja

Kinerja dari suatu perusahaan adalah hasil dari proses kerja yang dibuat secara terus menerus oleh perusahaan dimana perusahaan perlu mengukurnya secara periodik. Pengukuran tersebut dilakukan untuk mengetahui, apakah pencapaian target perusahaan telah sesuai dengan rencana yang ditetapkan semula.

3.1.1. Pengertian Sistem Pengukuran Kinerja

Mulyadi (1993:419) dalam bukunya “Akuntansi Manajemen: Konsep, Manfaat dan Rekayasa” memberikan definisi mengenai pengukuran kinerja, sebagai berikut:

Penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria yang ditetapkan sebelumnya.

3.1.2. Tujuan Dan Manfaat Sistem Pengukuran Kinerja

Menurut Mulyadi (1993:420), tujuan pokok pengukuran kinerja secara umum adalah:

Untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam

mematuhi standar perilaku yang ditetapkan sebelumnya, agar memberikan tindakan dan hasil yang diinginkan.

(2)

Dari beberapa keterangan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem pengukuran kinerja bukan hanya menyajikan hasil evaluasi, tetapi juga memberikan informasi (feedback) bagi manajemen untuk melakukan perbaikan (improvement) dan memberikan pedoman bagi perusahaan untuk mencapai tujuannya.

3.2. Pengukuran Kinerja Berdasarkan Balanced Scorecard

Balanced Scorecard menggunakan 4 perspektif dalam pengukuran kinerja yaitu Finansial, Pelangan, Proses Internal, dan Pembelajaran dan Pertumbuhan, dimana keempat perspektif tersebut telah mencakup tolak ukur keuangan dan non-keuangan, yang dalam penerapannya harus ditempatkan dalam kerangka yang terintegrasi dan seimbang, guna mengevaluasi dan memperbaiki kinerja perusahaan secara komprehensif.

3.2.1. Pengertian Balanced Scorecard

Pencetus pertama mengenai Balanced Scorecard Robert S. Kaplan dan David P. Norton (1996:8) mendefinisikan Balanced Scorecard dalam bukunya “Translating Strategy Into Action:The Balanced Scorecard” , sebagai berikut:

“The Balanced Scorecard complements financial measures of past

performance with measures of the drivers of future performance. The objectives and measures of the scorecard are derived from an organizational vision and strategy. The objectives and measures view organizational performance from four perspectives: financial perspective, customer perspective, internal business process perspective and learning and growth perspective.”

(3)

Berdasarkan definisi diatas sistem pengukuran kinerja Balanced Scorecard, melalui empat persepektif-nya, harus selaras dengan visi dan strategi perusahaan. Tolok ukur dirancang untuk menarik para pelaku, ke arah keseluruhan visi dan strategi yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Berikut ini adalah model Balanced Scorecard Kaplan dan Norton:

FINANCIAL

VISION AND STRATEGY

LEARNING AND GROWTH CUSTOMERS

PROCESS

INTERNAL PROCESS

Gambar 3.1.

Model Balanced Scorecard, Sumber: Kaplan dan Norton (1996:9): “Translating Strategy Into Action: The Balanced Scorecard”

Amin Widjaja Tunggal (2001:4) dalam bukunya “Memahami Konsep Balanced Scorecard” mendefinisikan 4 perspektif yang ada didalamnya, yaitu:

1. Perspektif Keuangan (Financial Perspective)

Mengukur kemampulabaan dan nilai pasar di antara perusahaan-perusahaan lain, sebagai indikator seberapa baik perusahaan memuaskan pemilik dan pemegang saham.

(4)

Mengukur mutu, pelayanan, dan rendahnya biaya dibandingkan dengan perusahaan lain, sebagai indikator seberapa baik perusahaan memuaskan pelanggannya.

3. Perspektif Proses Bisnis Internal (Internal Business Process Perspective)

Mengukur efisiensi dan efektivitas perusahaan dalam memproduksi barang dan jasa.

4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan (Learning And Growth Perspective) Mengukur kemampuan perusahaan untuk mengembangkan dan memanfaatkan sumber daya manusia sehingga tujuan strategik perusahaan dapat tercapai untuk waktu sekarang dan masa yang akan datang.

Dengan demikian visi dan dan strategi yang eksplisit, mendasari semua dari keempat perspektif di atas. Dan untuk setiap perspektif, diformalisasikan ke dalam tujuan strategik (strategic aims), tolok ukur (strategic measures), target (specific

goals) dan rencana tindakan (actions plans/initiatives).

3.2.2. Balanced Scorecard Sebagai Sebuah Sistem Manajemen

Dalam Balanced Scorecard diperkenalkan empat proses manajemen yang baru. Proses ini mengkombinasikan strategi jangka panjang dengan kegiatan jangka pendek. Kaplan dan Norton menunjukkan bagaimana Balanced Scorecard dapat bergerak diluar suatu pengukuran kinerja, menjadi suatu kerangka kerja yang teratur untuk sistem manajemen strategik. Organisasi yang berfokus pada strategi,

(5)

menggunakan Balanced Scorecard untuk menempatkan strategi pada proses manajemennya.

Mark S. Young (1997:222) dalam “Readings In Management Accounting”, dalam artikel Kaplan dan Norton yang berjudul “Using Balanced Scorecard as a Strategic Management System” , menjelaskan empat proses manajemen yaitu:

1. Menerjemahkan Visi dan Strategi (Translating The Vision and Strategy)

Proses ini membantu manajer dalam mensosialisasikan visi dan strategi perusahaan sehingga mempunyai arti bagi yang menjalankan mulai dari tingkat atas sampai tingkat bawah.

2. Komunikasi dan Hubungan (Communication and Linking)

Proses ini memberikan keleluasaan bagi manajer untuk melakukan komunikasi strategi mereka baik keatas maupun kebawah dalam organisasi dan

menghubungkan strategi tersebut pada setiap departemen maupun pribadi. 3. Rencana Bisnis (Business Planning)

Pada proses ini manajer membuat perencanaan dengan menetapkan target yang akan dicapai dalam jangka waktu tertentu dan menerapkan tindakan strategis untuk mencapainya.

4. Umpan Balik dan Pembelajaran (Feedback and Learning)

Proses ini memberikan perusahaan suatu kapasitas dengan apa yang disebut pembelajaran strategis dengan mengevaluasi strateginya secara berkesinambungan.

(6)

Translating The Vision and Strategy . clarifying the vision . gaining consen- sus. Communication and Linking . communicating and educating . setting goals . lingking reward to performance measures Feedback and Learning . articulating the shared vision . supplying strategic feedback . facilitating strategy review and learning Balanced Scorecard Business Planning . setting tagets . aligning strategic initiatives . allocating resources . establishing miles- stone Gambar 3.2.

Balanced Scorecard Sebagai Suatu Kerangka Kerja Tindakan Strategik, Sumber: Mark S.Young (1997:223): “Readings In Management Accounting”

3.2.3 Perbedaan Balanced Scorecard Dengan Perspektif Tradisional Perbedaan antara sistem pengukuran kinerja menurut Balanced Scorecard dan perspektif tradisional adalah:

1. Pengukuran kinerja dalam perspektif tradisional hanya melaporkan apa yang terjadi pada periode masa lalu atau saat ini, tanpa menunjukkan bagaimana para manajer dapat memperbaiki kinerja pada periode yang akan datang. Sedangkan Balanced Scorecard berusaha untuk mengatasi kekurangan tersebut dengan menghubungkan strategi masa yang akan datang dengan sejumlah tindakan sebagai alat pendorong keberhasilan perusahaan pada masa kini dan masa yang akan datang.

(7)

2. Perspektif tradisonal cenderung menekankan pada ukuran keuangan sebagai indikator utama mengukur kinerja, sedangkan pada Balanced Scorecard menambah aspek keuangan dengan tiga aspek non keuangan tambahan, yaitu: pelanggan, proses bisnis internal, serta pertumbuhan dan pembelajaran.

3. Aspek non keuangan dalam Balanced Scorecard lebih mudah dikuantifikasi dan dipahami.

3.2.4. Hubungan Sebab Dan Akibat Dalam Balanced Scorecard

Untuk melihat lebih jelasnya, berikut adalah kerangka yang dapat menggambarkan hubungan sebab akibat keempat perspektif dalam Balanced Scorecard :

ON TIME DELIVERY

PROCESS QUALITY PROCESS CYCLE TIME

EMPLOYEE SKILL CUSTOMER LOYALTY

ROCE

Financial

Customer

Internal Business Process

Learning and Growth

Gambar 3.3.

Hubungan Keempat Perspektif Dalam Balanced Scorecard.

(8)

3.2.5. Kerangka Kerja Balanced Scorecard

Amin Wijaja Tunggal (2001:20) dalam bukunya: “Pengukuran Kinerja Dengan Balanced Scorecard” memberikan proses penjabaran strategi yang merupakan kerangka kerja dalam menyusun Balanced Scorecard adalah sebagai berikut

VISION AND STRATEGY

FINANCIAL CUSTOMER PROCESS INFRASTRUCTURE

S OBJECTIVES MEASURES TARGETS INITIATIVE Gambar 3.4.

Proses Penjabaran Strategi, Sumber: Amin Widjaja Tunggal (2001:20): “Pengukuran Kinerja Dengan Balanced Scorecard”

Berikut ini adalah penjelasan dari gambar diatas: 1. Visi dan Strategy (Vision and Strategy)

Visi merupakan cita-cita, keinginan, dambaan, harapan (what we believe) dan misi merupakan apa yang harus dikerjakan atau dituntaskan (what must we do

(9)

or what must we accomplish), sedangkan strategi adalah sarana yang

digunakan untuk mencapainya. 2. Perspektif (Perspectives)

Visi dan strategi secara keseluruhan diterjemahkan ke dalam beberapa perspektif. Perspektif yang sering digunakan adalah perspektif keuangan, pelanggan, proses bisnis internal dan infrastruktur (pembelajaran dan pertumbuhan).

3. Tujuan (Objectives/Strategic Objectives)

Dalam setiap perspektif dibuat tujuan strategik yang khusus yang terkait satu sama lainnya. Tujuan strategik khusus ini mengarahkan organisasi dalam setiap perspektifnya untuk mencapai visi dan strateginya secara keseluruhan. 4. Tolok Ukur (Measures)

Bagian dari Balanced Scorecard yang memungkinkan manajemen untuk mengikuti usaha perusahaan secara sistematis, untuk mengeksploitasi faktor-faktor keberhasilan yang dipertimbangkan paling kritikal, dalam pencapaian tujuan.

5. Target (Targets)

Balanced Scorecard sangat efektif jika digunakan untuk membawa suatu organisasi menuju ke suatu perubahan. Oleh sebab itu maka sebaiknya dibuat target atau hasil (outcomes) yang ingin dicapai perusahaan dari setiap tolok ukurnya, satu atau beberapa tahun ke depan, yang jika tercapai akan mengubah perusahaan ke arah yang lebih baik.

(10)

6. Inisiatif (Initiatives)

Kesenjangan (gap) antara target yang ditetapkan dan hasil kinerja yang diukur pada saat sekarang, dibuat prioritas atau langkah-langkah yang harus dilakukan untuk memperkecil kesenjangan tersebut.

3.2.6. Perspektif Dalam Balanced Scorecard

Balanced Scorecard menjabarkan visi dan strategi ke dalam empat perspektif. Berikut ini adalah penjelasan dari keempat perpektif tersebut:

3.2.6.1 Perspektif Keuangan

Balanced Scorecard mempertahankan perspektif keuangan karena pengukuran keuangan, berguna untuk menyimpulkan konsekuensi tindakan ekonomi yang telah diambil. Pengukuran keuangan menunjukkan apakah strategi, implementasi, dan eksekusi memberikan kontribusi pada perbaikan laba. Perbaikan dapat berupa return

on investment, gross operating income dan sebagainya. Oleh karena itu tujuan dan

tolok ukur keuangan harus dapat memainkan dua peranan. Pertama, tujuan dan tolok ukur mendefinisikan kinerja keuangan yang diharapkan dari strategi. Kedua, sebagai target akhir bagi semua tujuan dan tolok ukur perspektif lainnya dalam Balanced Scorecard.

Tujuan keuangan dapat berbeda-beda pada setiap tahapan dari siklus hidup bisnis. Kaplan dan Norton (1996:48) mendefinisikan tiga tahap dari siklus hidup bisnis, yaitu: tahap pertumbuhan (growth), tahap bertahan (sustain) dan tahap penuaian (harvest).

(11)

Tahap pertumbuhan (growth) merupakan tahap awal dari siklus bisnis, dimana perusahaan memiliki produk atau jasa yang potensial untuk berkembang.Tujuan keuangan pada tahap ini lebih menekankan pada tingkat pertumbuhan pendapatan atau penjualan dalam pangsa pasar, kelompok pelanggan dan wilayah yang ditargetkan.

Tahap kedua adalah tahap bertahan (sustain). Pada tahap ini perusahaan tetap melakukan investasi dan reinvestasi, tetapi perusahaan dapat lebih menekankan terhadap tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi yang ditanamkan. Tujuan keuangan pada tahap ini biasanya berkaitan dengan profitabilitas yang dicerminkan dalam laba akuntansi, dan menghubungkannya dengan laba yang diperoleh dari modal yang diinvestasikan, seperti: return on investment dan economic value added. Dan tahap yang terakhir adalah tahap penuaian (harvest) yang merupakan tahap kedewasaan perusahaan dalam siklus bisnisnya, dimana perusahaan ingin menikmati hasil atas investasi yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya.

Kaplan dan Norton (1996:51) menyatakan bahwa pada setiap siklus bisnis, ada tiga tema keuangan yang dapat mendorong penetapan strategi bisnis:

1. Pertumbuhan dan Bauran Pendapatan

Tujuan pertumbuhan dan bauran pendapatan mengacu kepada berbagai usaha untuk memperluas penawaran produk dan jasa, menjangkau pelanggan dan pasar baru, mengubah bauran produk dan jasa kearah penciptaan nilai tambah yang lebih tinggi.

(12)

Tujuan penghematan biaya dan peningkatan produktivitas mengacu kepada usaha untuk menurunkan biaya langsung produk dan jasa, mengurangi biaya tidak langsung dan pemanfaatan bersama berbagai sumber daya bisnis unit.

3. Pemanfaatan Aktiva/Strategi Investasi

Dengan strategi ini manajemen berusaha untuk mengurangi tingkat modal kerja yang dibutuhkan, untuk mendukung volume dan bauran usaha yang ada, mengarahkan usaha untuk memanfaatkan sumber daya yang menganggur, menggunakan sumber daya yang tersedia seefisien mungkin, atau menjual aktivanya yang tidak memberikan pengembalian cukup.

3.2.6.2. Perspektif Pelanggan

Pada perspektif pelanggan dalam Balanced Scorecard, perusahaan terlebih dahulu menentukan segmentasi pasar dan pelanggan yang dipilih oleh perusahaan untuk bersaing. Bagian ini mewakili sumber pendapatan perusahaan yang merupakan salah satu komponen dari sasaran keuangan perusahaan. Secara umum potensial pelanggan tidak sama, mereka memiliki pandangan dan nilai yang berbeda-beda terhadap atribut produk atau jasa. Di lain pihak perusahaan memiliki keterbatasan untuk memuaskan seluruh potensial pelanggannya. Untuk itu suatu perusahaan perlu membuat segmentasi pasar yang paling mungkin untuk dilayani dengan cara terbaik, berdasarkan kemampuan dan sumber daya yang tersedia.

(13)

Kaplan dan Norton membagi dua kelompok pengukuran pelanggan. Pertama, adalah apa yang disebut dengan kelompok pengukuran pelanggan utama (customer

core measurement group) yang terdiri dari:

1. Pangsa Pasar

Menggambarkan proporsi usaha dalam suatu pasar tertentu dimana suatu unit usaha menjual.

2. Retensi Pelanggan

Mengukur tingkat suatu unit usaha mempertahankan dan memelihara hubungan yang berkelanjutan dengan pelanggannya.

3. Akusisi Pelanggan

Mengukur tingkat suatu unit usaha menarik atau memenangkan pelanggan dan usaha baru.

4. Kepuasan Pelanggan

Mengukur seberapa jauh tingkat kepuasan pelanggan terhadap pelayanan yang telah diberikan oleh perusahaan.

5. Profitabilitas Pelanggan

Mengukur tingkat laba bersih atas keuntungan yang diperoleh perusahaan dari suatu target atau segmen pasar tertentu.

(14)

Berikut ini model dari pengukuran pelanggan utama : Customer Aquisition Customer Profitability Customer Retention Customer Satisfaction. Market Share Gambar 3.5.

Perspektif Pelangan–Pengukuran Utama

Sumber: Kaplan dan Norton (1996:68): “Translating Strategy Into Action: The Balanced Scorecard”

Kelompok pengukuran yang kedua dalam perspektif pelanggan dinamakan diluar kelompok utama (beyond the core), yang mengukur proposisi nilai pelanggan (customer value proposition). Proposisi nilai pelanggan, menyatakan atribut yang diberikan perusahaan kepada produk atau jasanya, untuk menciptakan loyalitas dan kepuasan dalam segmen pasar sasaran. Atribut-atribut yang membentuk proposisi nilai adalah:

1. Atribut Produk/Jasa

Kategori ini meliputi fungsi dari produk atau jasa, harga, kualitas, dan waktu penyampaiannya.

(15)

2. Hubungan Pelanggan

Kategori ini menyangkut perasaan pelanggan terhadap proses pembelian Perasaan konsumen ini dapat dipengaruhi oleh tingkat responsibilitas dan

komitmen perusahaan dengan pelanggan. 3. Citra dan Reputasi

Kategori ini menggambarkan faktor-faktor intangible yang menyebabkan pelanggan tertarik berhubungan dengan perusahaan. Berikut ini adalah model generik dari proposisi nilai pelanggan:

Value Product/Service Attribute Image Relationship

Time Price

Quality Fuctionality

Gambar 3.6.

Proposisi Nilai Pelanggan, Sumber: Kaplan dan Norton (1996:74): “Translating Strategy Into Action:The Balance Scorecard”

3.2.6.3. Perspektif Proses Bisnis Internal

Dalam perspektif ini, perusahaan mengidentifikasikan proses yang paling kritikal dalam proses bisnis internalnya. Perusahaan mengembangkan tujuan dan tolok ukur untuk perspektif ini, sesudah menentukan tujuan dan tolok ukur perspektif keuangan dan pelanggan, kemudian perusahaan memfokuskan proses bisnis internal yang akan memberikan nilai untuk kedua perspektif tersebut. Menurut pendekatan Balanced Scorecard, perspektif ini terbentuk dalam suatu model value chain dimana

(16)

perusahaan dapat menciptakan sejumlah proses yang unik untuk memberikan nilai bagi konsumen. Berikut ini adalah model value chain:

Innovation Process Operation Process Postsale Service Process

Build The Products/ Services Deliver The Products/ Services Customer Need Satisfied Service The Customer Create The Service Offering Identify The Market Customer Need Identified Gambar 3.7.

Perspektif Proses Bisnis Internal–Model Value Chain

Sumber: Kaplan dan Norton (1996:96): ”Translating Strategy Into Action:The Balanced Scorecard”

Dalam model value chain dibagi menjadi tiga proses utama yaitu: 1. Proses Inovasi

Proses inovasi adalah mengidentifikasikan karakteristik segmen pasar yang ingin dipuaskan melalui produk atau jasa perusahaan di masa depan, dengan mengadakan riset pasar untuk menentukan ukuran dari pasar, preferensi pelanggan dan target harga. Tolok Ukur dalam proses inovasi, antara lain: persentase penjualan dari produk baru, waktu yang diperlukan untuk penciptaan produk generasi berikutnya, perkenalan produk baru dibandingkan dengan pesaing atau rencana.

2. Proses Operasi

Proses operasi dimulai dengan diterimanya pesanan pelanggan dan diakhiri dengan penyampaian produk atau jasa kepada pelanggan secara efisien, konsisten dan tepat waktu.

(17)

3. Pelayanan Purna Jual

Pada tahapan terakhir dalam value chain perusahaan berupaya memberikan manfaat tambahan kepada para pelanggan yang telah membeli produk - produknya. Layanan purna jual mencakup garansi dan berbagai aktivitas perbaikan, penggantian produk yang rusak dan dikembalikan, serta proses pembayaran: seperti administrasi kredit.

3.2.6.4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan

Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan merupakan perspektif terakhir dalam Balanced Scorecard dan merupakan pendorong perusahaan untuk terus belajar dan berkembang. Apabila pada ketiga perspektif sebelumnya mengidentifikasikan pada bagian apa perusahaan harus unggul untuk mencapai kinerja yang maksimal, maka pada perspektif ini yang diukur adalah infrastruktur yang memungkinkan perusahaan dapat mencapai sasaran pada ketiga perspektif sebelumnya. Perspektif ini juga mengingatkan perusahaan tentang pentingnya investasi sumber daya manusia, sistem informasi dan proses organisasi bagi keunggulan perusahaan, dalam arti menekankan pentingnya berinvestasi dalam intellectual capital.

Dalam mengukur perspektif pembelajaran dan pertumbuhan dibagi menjadi dua kelompok. Yang pertama adalah kelompok pengukuran utama (core measurement

(18)

1. Kepuasan Karyawan

Pengukuran kepuasan karyawan mengakui bahwa semangat karyawan dan kepuasan kerja merupakan pra kondisi bagi meningkatnya produktivitas, daya tanggap, mutu, dan layanan pelanggan. Perusahaan yang ingin mencapai tingkat kepuasan pelanggan yang tinggi perlu dilayani oleh karyawan yang terpuaskan oleh perusahaan.

2. Retensi Karyawan

Mempertahankan karyawan lama harus dilakukan, karena karyawan lama lebih mengenal produk dan mengetahui aktivitas perusahaan . Selain itu, tingkat perputaran karyawan yang tinggi akan menganggu kinerja perusahaan dan dapat menimbulkan biaya. Secara umum tolok ukur retensi karyawan adalah dengan persentase keluarnya karyawan yang memegang jabatan kunci.

3. Produktivitas Karyawan

Produktivitas karyawan adalah suatu pengukuran hasil dari dampak keseluruhan dalam usaha terhadap perbaikan keahlian dan moral karyawan, inovasi, perbaikan proses internal dan kepuasan pelanggan. Tujuannya adalah untuk membandingkan keluaran yang dihasilkan karyawan, terhadap jumlah pegawai yang dipakai untuk menghasilkan keluaran. Tolok ukur yang sederhana untuk mengukur ini adalah pendapatan per pekerja.

(19)

Pengukuran kedua merupakan faktor yang mempengaruhi kepuasan , retensi dan produktivitas karyawan (enablers), terdiri dari:

1. Kemampuan Karyawan

Karyawan pada perusahaan dewasa ini lebih dituntut untuk dapat berpikir kritis dan melakukan evaluasi terhadap proses dan lingkungan untuk dapat memberikan usulan perbaikan. Oleh sebab itu, dalam pangukuran salah satunya harus berkaitan secara spesifik dengan kemampuan karyawan, yaitu apakah perusahaan telah mencanangkan peningkatan sumber daya yang dimiliki.

2. Kemampuan Sistem Informasi

Motivasi dan ketrampilan karyawan saja tidak cukup untuk menunjang pencapaian tujuan proses bisnis internal, apabila karyawan tidak memiliki informasi yang memadai. Informasi yang cepat, tepat waktu dan akurat diperlukan agar karyawan menjadi efektif dalam pekerjaannya. Pengukuran yang digunakan pada umumnya adalah rasio liputan informasi strategik, untuk mengukur ketersediaan informasi saat ini dibandingkan dengan antisipasi kebutuhan perusahaan yang akan datang.

3. Motivasi, Kekuasaan dan Keselarasan

Karyawan yang sempurna dengan informasi yang berlimpah tidak akan memberikan kontribusi pada keberhasilan usaha apabila mereka tidak dimotivasi untuk bertindak selaras dengan tujuan perusahaan atau apabila karyawan tidak diberikan kebebasan untuk mengambil keputusan atau bertindak.

(20)

Core Measurement Employee Retention Employee Productivity Results Enablers Employee Satisfaction Staff Competencies Technology Infrastructure Climate For Action Gambar 3.8.

Kerangka Kerja Pengukuran Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan

Sumber: Kaplan dan Norton (1996:129): ”Translating Strategy Into Action:The Balanced Scorecard”

3.3. Pengertian Dasar Manajemen Perbankan

3.3.1. Pengertian Bank

Sebagai institusi yang amat penting perannya dalam masyarakat, Bank merupakan lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah, memberikan pinjaman kepada masyarakat dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang. Pada prinsipnya, sumber dana dari suatu bank berasal dari simpanan masyarakat umum dalam bentuk tabungan, deposito, giro dan simpanan-simpanan lainnya. Dana tersebut oleh bank akan disalurkan kembali kepada masyarakat kedalam berbagai bentuk pinjaman, seperti kredit investasi, kredit modal kerja, kredit konsumsi dan lain-lain.

(21)

Pengertian bank menurut Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang perbankan adalah :

Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Dari definisi bank tersebut, maka sifat usaha bank dibedakan sebagai berikut : a. Sisi Passiva

Yaitu kegiatan melakukan penarikan dana (giro, deposito, tabungan) dari masyarakat dan pihak ketiga lainnya dengan berbagai instrumen hutang. b. Sisi Aktiva

Yaitu kegiatan usaha yang berhubungan dengan penggunaan atau pengalokasian dana (pinjaman modal kerja dan investasi) terutama dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan.

c. Sisi Jasa-jasa

Yaitu kegiatan yang berkaitan dengan pemberian jasa-jasa dalam mekanisme pembayaran (transfer, L/C, Travellers cheque, money changer, bank garansi dan lain-lain) dan jasa non keuangan (pelatihan pegawai, pergudangan, kotak pengaman, jasa-jasa komputer)

Sedangkan pengertian bank menurut Muchdarsyah Sinungan (1992:3) adalah:

Bank adalah suatu badan yang berfungsi sebagai ‘finacial intermediary’ atau perantara keuangan dari dua pihak, yakni ; pihak yang kelebihan dana dan pihak kekurangan dana.

(22)

3.3.2. Pengertian Manajemen Dana Bank 3.3.2.1. Sistem Manajemen Dana Bank.

Kunci dari keberhasilan manajemen bank adalah bagaimana bank tersebut bisa merebut hati masyarakat, sehingga perannya sebagai financial intermediary dapat berjalan dengan baik.

Pengertian funds management dapat dilihat dalam arti sempit maupun luas.

Dalam artis sempit funds management diidentikan dengan liability management. Namun dari skala yang lebih luas, funds management diartikan pada kedua sisi neraca, bukan hanya melihat bagaimana manajemen mobilisasi dana itu sendiri, tetapi juga manajemen penggunaan dana yang dimaksud.

Ruang lingkup kegiatan manajemen dana bank dengan bertitik tolak dari pengertian dan definisi diatas adalah :

1. Segala aktivitas bank dalam rangka penghimpunan dana-dana masyarakat.

2. Aktivitas bank untuk menjaga kepercayaan masyarakat dengan penyediaan uang tunai bagi pemeliharaan kepentingan masyarakat penyimpanan.

3. Penempatan dana dalam bentuk kredit sebagai usaha pelayanan kebutuhan uang masyarakat dan penempatan dana dalam bentuk-bentuk lain, baik bersifat jangka pendek maupun jangka panjang, demi kepentingan profitibilitas.

4. Pengelolaan modal bank agar dapat berfungsi wajar sesuai dengan perannya selaku penggerak aktivitas.

(23)

3.3.2.2. Sumber Dana Bank

Sebagai lembaga keuangan, maka dana merupakan persoalan bank yang paling utama. Tanpa dana, bank tidak dapat berfungsi sama sekali.

Dana yang digunakan untuk modal bank bersumber dari :

a. Modal sendiri (dana pihak I) yaitu dana yang berasal dari para pemegang saham bank. Dalam neraca bank, dana sendiri tertera dalam rekening modal dan cadangan yang tercantum pada sisi passiva (liabilities). Dana sendiri ini terdiri dari modal yang disetor, cadangan-cadangan, laba yang ditahan.

b. Dana pinjaman dari pihak luar (dana pihak II), yaitu pihak yang memberikan pinjaman dana (uang) pada bank. Terdiri dari 4 pihak yaitu pinjaman antar bank /call money, pinjaman dari bank atau lembaga keuangan lain di luar negri, pinjaman dari lembaga keuangan non bank dan pinjaman dari bank sentral (BI). c. Dana dari masyarakat (dana pihak III) yaitu dana yang diperoleh/ dihimpun oleh

bank yang berasal dari masyarakat. Dana ini terdiri dari Giro (demand deposit), Deposito (time deposit), Tabungan (saving deposit.)

Keseluruhan sumber dana bank tersebut tertera dalam pos-pos passiva. Ini berarti dana yang merupakan sumber keuangan bank juga berfungsi sebagai kewajiban bank yang harus dipenuhi, baik kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang.

(24)

3.3.2.3. Alokasi Dana Bank.

Dari berbagai sumber dana yang berhasil dihimpun bank, sudah selayaknya bank mempersiapkan strategi penempatan dana berdasarkan rencana alokasi dengan memperhatikan kebijaksanaan yang telah digariskan. Alokasi ini mempunyai tujuan, yaitu :

a. mencapai tingkat profitabilitas yang cukup.

b. Mempertahankan kepercayaan masyarakat dengan menjaga agar posisi likuiditas tetap aman.

Dengan menggabungkan dua keinginan diatas, maka alokasi dana-dana bank harus diarahkan sedemikian rupa agar pada saat yang diperlukan, semua kepentingan nasabah dapat terpenuhi. Artinya bank harus menjaga agar para nasabah tidak merasa kecewa atas pelayanan dan ketepatan pelayanan bank.

Alokasi dana bank, pada dasarnya dibagi dalam dua bagian penting dari aktiva bank, yaitu :

a. Non-earning assets (aktiva yang tidak menghasilkan) b. Earning assets (aktiva yang menghasilkan)

Non-earning assets terdiri dari :

a. Primary reserve ( berbentuk uang tunai dalam kas dan uang tunai dalam saldo rekening di Bank Indonesia)

(25)

Earning assets terdiri dari : a. Secondary reserve

b. Kredit (pinjaman yang diberikan) c. Investasi dana jangka panjang

Penanaman dana dalam non-earning assets berbentuk primary reserve adalah untuk kepentingan Cash ratio atau penjagaan posisi likuiditas bank, berdasarkan peraturan dari Bank Indonesia selaku bank sentral, sedangkan penempatan dana dalam secondary reserve juga mutlak dilakukan demi tujuan menyangga likuiditas dan sekaligus untuk tujuan profit.

3.3.3. Komponen Struktur Dana Masyarakat 3.3.3.1. Giro (Demand Deposits)

Giro adalah simpanan pihak ketiga pada bank, yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, surat perintah pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahbukuan. Dalam pelaksanaan tata usaha giro dilakukan melalui suatu rekening yang disebut rekening koran. Rekening ini juga digunakan untuk menatausahakan kredit yang juga diberikan melalui rekening koran. Pertambahan dana dari rekening giro akan menambah kemampuan loanable funds sehingga secara berganda akan terjadi lagi penciptaan uang oleh bank melalui rekening koran.

(26)

3.3.3.2. Deposito

Deposito atau simpanan berjangka adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu untuk menurut perjanjian antara pihak ketiga dengan bank yang bersangkutan.

Berdasarkan suatu jangka waktu tertentu dimana dana mengendap, bank akan mempunyai suatu jangka waktu yang cukup lama untuk menggunakan dana deposito dalam rangka keperluan pemberian kredit atau investasi lain jangka pendek yang menghasilkan. Kepastian dana tersebut dapat dipergunakan oleh bank karena terdapat jangka waktu yang meyakinkan bank bahwa dana tersebut tidak akan ditarik kecuali pada saat jatuh tempo.

3.3.3.3. Tabungan

Tabungan adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu, tetapi umumnya dana dapat ditarik secara lebih fleksibel.

Referensi

Dokumen terkait

Bagi penyedia jasa yang berminat, dapat mendaftar dengan persyaratan : memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) yang diterbitkan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota tempat

Jadi, sistem merupakan suatu kumpulan yang terdiri prosedur kerja yang saling berhubungan satu sama lain untuk menyelesaikan suatu

Program proyek akhir arsitektur ini yang berjudul “ Rumah Retret Kristen

Instrumen atau alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, karena untuk memperoleh informasi yang relevan dan mengetahui data yang valid dan reliable..

[r]

Pasal 52 ayat (1) UUJN menyatakan bahwa notaris tidak diperkenankan membuat akta untuk diri sendiri, istri/suami, atau orang yang mempunyai hubungan keluarga baik karena

Menyewa Rumah (Studi Kasus di Kampung Joyodiningratan Kratonan Solo), Surakarta: Skripsi Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2015.. Skripsi karya Rati Widiastuti yang berjudul

Berdasarkan sejarahnya, Hotel Al-Badar berasal dari bahasa Arab yang berarti “Bulan purnama". Salah satu alasan hotel ini bernama Al-Badar dikarenakan nama