• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kedai Kopi ( Studi Etnografis Aktifitas dan Peran Perumnas Simalingkar Kota Medan )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Kedai Kopi ( Studi Etnografis Aktifitas dan Peran Perumnas Simalingkar Kota Medan )"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

“ KEDAI KOPI ”

( Studi Etnografis Aktifitas dan Peran Kedai Kopi di Perumnas Simalingkar, Kecamatan Medan Tuntungan kota Medan )

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial

Dalam Bidang Ilmu Antropologi

Disusun Oleh : M . FAHRIZAL

070905031

DEPARTEMEN ANTROPOLOGI SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI INI TELAH DISETUJUI

OLEH

Nama : M . Fahrizal Nim : 070905031 Departemen : Antropologi

Judul : KEDAI KOPI ( Studi Etnografis Aktifitas dan Peran Perumnas Simalingkar Kota Medan )

Medan, 18 Desember 2013

Pembimbing Skripsi Ketua Departemen

(Prof.Dr. Chalida Fachruddin) (Dr. Fikarwin Zuska) NIP. 196101251988032001 NIP. 196212201989031005

Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PERNYATAAN ORIGINALITAS

KEDAI KOPI

( Studi Etnografis Aktifitas dan Peran Kedai kopi Di Perumnas Simalingkar Kota Medan )

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi , dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang di tulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang secara tertulis di acu dalam naskah ini dan di sebut dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti lain atau tidak seperti yang saya nyatakan di sini , saya bersedia di proses secara hukum dan siap meninggalkan gelar kesarjanaan saya.

Medan , April 2014

Penulis

(4)

ABSTRAKSI

M . Fahrizal , 2014 . Judul Skripsi : “ KEDAI KOPI “ ( Studi Etnografis Aktifitas dan Peran Kedai Kopi di Perumnas Simalingkar kota Medan ) Terdiri dari 5 Bab , 90 Halaman , 8 Foto Penelitian , 7 Bagan , 1 Tabel , Dan Daftar Pustaka .

Penelitian ini mengkaji tentang aktifitas dan peran Kedai Kopi di Perumnas Simalingkar khususnya jalan kopi Kecamatan Medan Tuntungan . Kedai Kopi merupakan sebuah usaha yang menjual minuman dan makanan yang berskala kecil dan harganya yang terjangkau . Kedai Kopi bukan hanya sekedar menjual , tetapi di kedai kopi terjadi interaksi sosial antara penjual dengan pembeli dan pembeli sesama pembeli .

Tujuan dari Penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memperoleh apa saja yang sebenarnya yang terjadi di kedai kopi khususnya di perumnas Simallingkar , apalagi kesan negatif dari masyarakat terhadap aktifitas yang ada di kedai kopi yang begitu melekat . Padahal tidak semua yang di tuduhkan terhadap kedai kopi itu benar , masih banyak aktifitas yang positif dan bermanfaat yang terjadi di kedai kopi .

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif yang bersifat deskriptif . Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi partisipasi dan terlibat langsung di dalam lapangan .

Kesimpulan penelitian ini adalah menggambarkan aktifitas dan peran yang terjadi di kedai kopi . Kedai kopi merupakan sarana interaksi sosial , pusat informasi dan sarana hiburan .

(5)

UCAPAN TERIMA KASIH

Pertama – tama saya mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT

yang telah melimpahkan rahmad dan ridhoNya . Sehingga saya dapat

menyelesaikan skripsi ini . Sebagai manusia biasa tentunya tidak terlepas dari

banyak kekurangan dan kelemahan , sehingga penulisan skripsi ini masih belum

bisa di katakana sempurna , baik dalam penuturan kata ilmiah yang lazim maupun

dalam penyajian data . Adapun penulisan skripsi ini adalah sebagai tugas akhir

dari seorang mahasiswa dalam mencapai gelar sarjana khususnya dalam bidang

ilmu Antropologi , dan untuk penelitian ini berjudul “KEDAI KOPI” (Studi Etnografis Aktifitas dan Peran Kedai Kopi Di Perumnas Simalingkar Kota

Medan) .

Oleh Karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima

kasih yang sebesar – besarnya kepada Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si , selaku

Dekan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik , tempat dimana penulis

menempah diri menuju pribadi yang semakin mapan . Bapak Dr. Fikarwin Zuska ,

selaku ketua departemen Antropologi Sosial . Ibu Prof. Chalida Fachruddin ,

selaku dosen pembimbing yang bersedia memberikan waktu , dan pengetahuan

kepada penulis selama perkuliahan dan proses bimbingan . Ibu Dra. Nita Savitri,

M.Hum , selaku dosen wali yang bersedia memberikan nasihat , kritik dan saran

kepada penulis sepanjang masa perkuliahan .

Kepada Kak Nur dan Kak Sofie yang telah membantu penulis dalam

kelengkapan administrasi selama perkuliahan . Seluruh informan penulis yang

(6)

untuk menyelesaikan skripsi ini . Penghargaan sebesar – besarnya penulis berikan

kepada orang tua Ayahanda Anwar Abbas dan Ibunda Amnah Wati semoga Allah

SWT memberikan cinta kasihNya kepada keduanya , dan saudara – saudari

penulis M . Faisal Azhari , S.T , M.Didi Fadli , dan Intan Hasanah , Amd yang

terus mengkritik dan memberikan motivasi . Dan Kepada sahabat – sahabat

Penulis yang dari kecil hingga sekarang masih terus saling memberikan motivasi

dan dukungannya untuk mengerjakan skripsi ini antaranya Hendra Gunadi S.Sos ,

Hari Wismadana , S.E , Yogi Prananda Amd , Achmad Fauzi S.Sos , Agus

Riyanto S.T . Dan kepada kawan – kawan seperjuangan yang banyak kesan –

kesan mendalam Dimas Adiwiyanto , Taufan , Bayu , Fahrul , Tara , Diki , Hari ,

Eki , Bang Lani , Elis , Labirin Company dan Lainnya .

Dan teman – teman masa SMA dulu yang masih saja kumpul – kumpul ,

Hendra , Fadli , Taufik , Hari , Juned , Ruhut , Afrianto , Fandi , Rozi , Dedi ,

Ihsan , Mira . Serta Kerabat Antropologi yang seluruhnya khususnya angkatan

2007 , Tino , Zizah , Bita , Tata , Fino , Rendi , Fikri , Alfi , Tia , Laung , Indri ,

Aank , Rina , Inggrid , Nunug , Davi , Pardin dan lainnya yang sama – sama

duduk dan merasakan hangat dan pilu kampus Fisip Usu ini . Dan juga kepada

Bedul , penulis ucapkan banyak terima kasih karena telah banyak membantu

dalam penyelesaikan skripsi ini . Kak Anis , Bang Siwa , Bang Abu , Kak Econg

juga penulis mengucapkan terima kasih dimana kakak – kakak dan abang – abang

juga banyak membantu dari hal – hal yang kecil hingga yang besar .

Sebagai manusia , penulis menyadari bahwa di dalam penulisan skripsi ini

(7)

segala kritikan – kritikan ataupun saran –saran yang sifatnya membangun demi

kesempurnaan skripsi ini .

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan nilai

tambah bagi pembaca semua , khususnya bagi penulis sendiri . Semoga Allah

SWT memberikan rahmatNya buat kita semua . Amin . Demikianlah yang bisa

penulis sampaikan dan semoga skripsi ini kelak bisa berguna untuk berbagai

pihak . Terima Kasih .

Medan , April 2014

Penulis

(8)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

M . Fahrizal lahir di Medan pada tanggal

22 Februari 1988 . Anak ketiga dari

empat bersaudara dari pasangan

ayahanda Anwar Abbas dan Ibunda

Amnah Wati. Pendidikan formal Sekolah

Dasar Negeri ( SDN) 068003 Jalan Kayu

Manis Perumnas Simalingkar kota

Medan pada tahun 1994 , tamat SD pada

tahun 2000 . Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 31 Medan , tamat pada

tahun 2003 . Sekolah Menengah Atas Swasta ( SMA) Dharma Pancasila Medan ,

tamat pada tahun 2006 . Paket Kuliah Perkantoran Satu Tahun di TRICOM di

Jalan Iskandar Muda kota Medan . Pada Tahun 2007 mengikuti pendidikan (S1)

di Departemen Antropologi Sosial , Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara . Pengalaman Organisasi dan beragam aktifitas yang

dilakukan adalah : pada tahun 2006 – 2009 anggota Remaja Masji Al – Muhajirin

, anggota JPRMI Medan Tuntungan . Pada Tahun 2011 – 2014 anggota AMPI

(9)

KATA PENGANTAR

Pertama – tama saya mengucapkan puji dan syukur atas kehadirat Allah

SWT , karena atas Berkat , Rahmat , Kuasa , Anugrah dan Kehendak-Nya , saya

bisa menyelesaikan skripsi ini yang berjudul : “ KEDAI KOPI “ ( Studi Etnografis Aktifitas dan Peran Kedai Kopi di Perumnas Simalingkar Kota Medan ) . Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar sarjana ilmu sosial dalam bidang ilmu Antropologi , Universitas Sumatera Utara . Skripsi

ini membahas secara menyeluruh mengenai Aktifitas dan Peran Kedai Kopi .

Pembahasan tersebut diuraikan dari bab I sampai dengan bab V . Penguraian yang

saya lakukan pada skripsi ini adalah sebagai berikut .

Bab pertama menguraikan garis besar penulisan skripsi secara menyeluruh

, antara lain dikemukakan latar belakang masalah , perumusan masalah penelitian

sehingga dapat di ketahui apa yang dikemukakan di dalam penulisan skripsi ini .

Selanjutnya , akan diuraikan juga tujuan dan manfaat penelitian , tinjauan pustaka

, metode penelitian , dan alat pengumpulan data , juga kesimpulan dan saran .

Penguraian dalam bab ini , dimaksudkan agar dapat memberikan gambaran secara

keseluruhan mengenai materi penulisan yang di maksud dalam penelitian skripsi .

Bab kedua menggambarkan secara umum mengenai gambaran umum

tentang kedai kopi di Perumnas Simalingkar kota Medan . Awal mula Kedai kopi,

kondisi kedai kopi , lokasi kedai kopi , penjual , jam kerja , menu di kedai kopi ,

(10)

Bab ketiga menjelaskan secara khusus dan lebih mendalam tentang

aktifitas dan peran kedai kopi seperti obrolan – obrolan dan hubungan pembeli

sesama pembeli .

Bab keempat menjelaskan tentang bagaimana kedai kopi menjalankan

perannya sebagai ruang public , gaya hidup ( lifestyle) , pusat informasi , sarana

hiburan dan kritik wacana kritis .

Bab kelima merupakan suatu kesimpulan dan saran mengenai kedai kopi (

studi etnografis aktifitas dan peran kedai kopi di perumnas Simalingkar kota

Medan ) .

Sebagai penutup dari penulisan skripsi ini , di lampirkan pula daftar

kepustakaan sebagai penunjang dalam penulisan . Saya telah mencurahkan segala

kemampuan , tenaga , pikiran , dan juga waktu dalam penulisan skripsi ini .

Namun saya menyadari skripsi ini belum bisa di katakana telah sempurna .

Dengan segala kerendahan hati , saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun dari para pembaca . Harapan dari saya agar skripsi ini dapat berguna

bagi seluruh pembacanya .

Medan , April 2014

Penulis

(11)
(12)

2.8. Pembeli Kedai Kopi ……….. 34

B A B III AKTIVITAS DI KEDAI KOPI ……… 36

3.1. Enak Tak Enak Yang Penting ”Ngopi” ………. 36

3.2. Obrolan Tentang Politik ………... 38

3.3. Obrolan Tentang Ekonomi ……… 46

3.4. Obrolan Tentang Masalah Pribadi ………. 50

3.5. Obrolan Tentang Pertandingan Sepak Bola ………….. 51

3.6. Permainan Kartu ………... 55

3.6.1. Dam Batu .………. 56

3.6.2. Tujuh Luit ………. 59

3.6.3. Truf ……… 61

3.6.4. Catur ……….. 63

3.7. Tidur ……….. 67

B A B IV PERAN KEDAI KOPI ………... 69

4.1. Kedai Kopi Sebagai Ruang Publik ……… 69

4.2. Kedai Kopi Sebagai Lifestyle ……… 75

4.3. Kedai Kopi Sebagai Pusat Informasi ………. 78

4.4. Kedai Kopi Sebagai Sarana Hiburan ………. 80

4.5. Sebagai Kritik Wacana Kritis ……… 82

B A B V KESIMPULAN DAN SARAN ……….. 84

5.1. Kesimpulan ……… 84

5.2. Saran – Saran ………. 86

5.2.1. Kepada Masyarakat ………. 86

5.2.2. Kepada Penjual Kedai Kopi ……… 87

5.2.3. Kepada Pemerintah ………. 87

(13)

ABSTRAKSI

M . Fahrizal , 2014 . Judul Skripsi : “ KEDAI KOPI “ ( Studi Etnografis Aktifitas dan Peran Kedai Kopi di Perumnas Simalingkar kota Medan ) Terdiri dari 5 Bab , 90 Halaman , 8 Foto Penelitian , 7 Bagan , 1 Tabel , Dan Daftar Pustaka .

Penelitian ini mengkaji tentang aktifitas dan peran Kedai Kopi di Perumnas Simalingkar khususnya jalan kopi Kecamatan Medan Tuntungan . Kedai Kopi merupakan sebuah usaha yang menjual minuman dan makanan yang berskala kecil dan harganya yang terjangkau . Kedai Kopi bukan hanya sekedar menjual , tetapi di kedai kopi terjadi interaksi sosial antara penjual dengan pembeli dan pembeli sesama pembeli .

Tujuan dari Penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memperoleh apa saja yang sebenarnya yang terjadi di kedai kopi khususnya di perumnas Simallingkar , apalagi kesan negatif dari masyarakat terhadap aktifitas yang ada di kedai kopi yang begitu melekat . Padahal tidak semua yang di tuduhkan terhadap kedai kopi itu benar , masih banyak aktifitas yang positif dan bermanfaat yang terjadi di kedai kopi .

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif yang bersifat deskriptif . Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi partisipasi dan terlibat langsung di dalam lapangan .

Kesimpulan penelitian ini adalah menggambarkan aktifitas dan peran yang terjadi di kedai kopi . Kedai kopi merupakan sarana interaksi sosial , pusat informasi dan sarana hiburan .

(14)

B A B I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kedai kopi bagi masyarakat di Medan khususnya di Perumnas

Simalingkar merupakan tempat dimana masyarakat berkumpul untuk sekedar

melepas lelah, tempat mengawali hari sebelum melaksanakan aktivitas rutin,atau

menghabiskan waktu yang dianggap bermanfaat dibandingkan melakukan

kegiatan seperti tidur , jalan-jalan tanpa tujuan dan sebagainya.

Kebiasaan masyarakat Medan yang sering berada di kedai kopi

menimbulkan opini negatif dari kebanyakan orang yang ada di kota Medan ini

khususnya di Simalingkar , masyarakat mempertanyakan “ apakah yang dilakukan

mereka disaat berada di kedai kopi ? ” pertanyaan itu penting untuk di jawab .

Dalam hal ini penulis yang juga sering menghabiskan waktu di kedai kopi melihat

bahwa aktifitas di kedai kopi merupakan sebuah dinamika yang menjelaskan

bahwa disana telah terbentuk berbagai opini publik , salah satunya aktifitas kedai

kopi terhadap masyarakat di kota Medan khususnya Simalingkar .

Kedai kopi merujuk kepada sebuah organisasi1 yang secara pokok

menyediakan kopi atau minuman panas lainnya. Dari suatu pengamatan langsung,

kedai kopi banyak memberikan layanan sebagai pusat-pusat interaksi sosial ,

kedai kopi dapat memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk berkumpul,

berbicara, bermain, menghibur satu sama lain, atau membuang waktu, baik secara

(15)

yang nyaman bagi pengunjungnya. Ngopi adalah ungkapan terhadap orang yang

ingin menikmati kopi atau minuman lainnya atau sekedar duduk-duduk diwarung

kopi dan mengobrol sesama pengunjung kedai kopi .

Melihat kejadian yang ada di kedai kopi kini muncul menjadi sebuah

identitas yang melekat bagi para penikmatnya, tidak hanya tingkat kenikmatan

semata, gaya hidup dan gaya yang khas , tetapi kini fungsinya semakin

mendapatkan hati masyarakat. Selain terjangkau harganya, nilai yang nyata di

kedai kopi juga menjadi hiburan yang tak tergantikan dari kehidupan masyarakat.

Bukan hanya di Simalingkar saja kedai kopi dijadikan sebagai wadah atau

tempat yang nyaman selain rumah untuk berkomunikasi , bersenang-senang ,

santai ataupun beristirahat sejenak . Di lain daerah di kota Medan juga memiliki

penilaian tersendiri terhadap kedai kopi bahkan di daerah Indonesia lainnya .

Kedai kopi menjadi tanda yang mengukuhkan keberadaan baru bagi

masyarakat, melalui bertemunya beragam orang , suku , agama , lembaga, status

sosial dan bahkan identitas yang multikultur. Dalam pandangan yang lebih luas,

kedai kopi juga bagian dari subkultur yang mempertemukan berbagai budaya dan

identitas baru. Tetapi ngopi “juga bukan sekadar soal keakraban, didalamnya

kerap terjadi pertukaran informasi , wacana, dan pengembangan wawasan,

bahkan hiburan sekalipun .

Pada awalnya ngopi “ hanyalah aktifitas mengisi waktu luang dan tempat

untuk istirahat dari kepenatan ”. Namun perkembangannya kini kedai kopi

menjadi sebuah tempat yang penting untuk menghabiskan waktu luang maupun

waktu beraktifitas sehari - hari . Dari berbagai suku yang berbeda kedai kopi

(16)

, hiburan walaupun muncul konflik – konflik kecil didalamnya . Tetapi dalam

beberapa hal, kedai kopi juga didirikan dengan latar belakang yang berbeda .

Lebih jauh lagi, aktifitas kedai kopi ini, membentuk kultur dan kebiasaan baru

dalam berbagai sektor kehidupan, misalnya ekonomi dan sosial.

Bagi sebagian pecinta kopi, menikmati secangkir kopi mungkin hal yang

biasa dilakukan di waktu senggang dan bisa dilakukan dimana saja. Namun bagi

kalangan tertentu menikmati kopi bukan hanya bagaimana merasakan sensasi

manis dan pahit, tetapi bagaimana muatan yang menyertai aktifitas itulah yang

akan berdampak lebih luas. Misalnya para eksekutif muda akan menikmati

secangkir kopi dengan menjalankan aktifitas dengan relasi bisnisnya. Begitu juga

dengan mahasiswa, menikmati secangkir kopi hanya bermakna jika dilakukan di

kedai kopi yang diselingi dengan diskusi kecil. Dan orang tua sekalipun

menjadikan kedai kopi salah satu daya tarik yang tidak lepas dari kehidupan

sehari – hari bahkan kedai kopi menjadi rumah kedua bagi mereka .

Penikmat kopi juga beragam, mulai dari buruh bangunan hingga para

pejabat. Tidak ada sekat dalam hal siapa peminat kopi. Ini membuktikan bahwa

kedai kopi mempunyai potensi kultural yang dapat menggiring masyarakat ke

arah pembauran sosial. Ini tidak lepas dari salah satu manfaat kedai kopi yaitu

sebagai tempat menemukan ide dan gagasan. Bahkan, bagi para penikmat kopi,

kedai kopi adalah sumber informasi dan inspirasi.

Bagi pecinta kopi, menikmati kopi dengan racikan sendiri di rumah atau di

tempat kerja akan terasa berbeda ketika mereka menikmati kopi di kedai kopi.

(17)

mempengaruhi rasa dalam ngopi itu sendiri. Dan yang aneh lagi adalah

masing-masing kedai kopi memiliki kekhasan rasa tersendiri yang tidak bisa ditemukan di

tempat lain.

Berangkat dari realitas itulah, kebiasaan ngopi bagi masyarakat Indonesia

bukanlah menjadi sebuah realitas yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Akan

tetapi, lebih dari itu ngopi menjadi sebuah gaya hidup (life style) masyarakat.

Kebiasaan masyarakat yang seiring waktu telah berubah menjadi kebutuhan

masyarakat inilah yang nantinya bisa menjadi sebuah subkultur tersendiri di

masyarakat Indonesia.

Apalagi interaksi sosial yang terjadi di kedai kopi membuat suasana

menjadi hidup dan malahan membuat betah meskipun terjadi konflik kecil yang

mewarnai aktifitas yang ada di kedai kopi . Dari obrolan kecil hingga obrolan

yang memanas kerap terjadi di kedai kopi . Permainan kartu dan catur menjadi

hiburan tersendiri bagi penikmat kedai kopi untuk mengisi kekosongan . Bahkan

tidak jarang orang yang baru pulang kerja menyempatkan waktu nya terlebih

dahulu di kedai kopi hanya sekedar minum kopi dan ngobrol sesama pengunjung .

Hal yang tak kalah menariknya yaitu keberadaan kedai kopi secara tidak

langsung mempunyai efek terhadap kegiatan masyarakat di suatu tempat ,

misalnya dalam hal etos kerja . Memang bila di kaji lebih jauh , tinggi rendahnya

etos kerja masyarakat ditentukan oleh pribadi demi pribadi dari masyarakat

tersebut . Namun jika kita mau jujur , keberadaaan kedai kopi bagi sebahagian

masyarakat akan berakibat turunnya etos kerja .

Selain sisi negatifnya , kedai kopi juga mempunyai sisi positif . Banyak

(18)

obrolan politik , obrolan ekonomi , dan sosial dijadikan bahan obrolan dan

perdebatan di kedai kopi .

Kedai kopi pada dasarnya adalah tempat dimana penjual minuman kopi

dan pembeli minuman kopi ataupun sesama pembeli minuman kopi bertemu ,

bubuk kopi dan gula telah diseduh dan dihidangkan di meja , maka kedai kopi

memperlihatkan peranan dan fungsinya , bukan hanya sekedar mendapatkan

segelas kopi yang harganya tiga ribu sampai enam ribu rupiah per gelas . Tetapi

juga sebagai suatu media interaksi antara sesama pengunjung kedai kopi ataupun

dengan penjual minuman kopi .

Di pasar atau di toko , penjual dan pembeli ataupun sesama pembeli saling

bertemu . Tapi pertemuan dan interaksi berlangsung dalam waktu relatif singkat .

Setelah semua selesai belanja dipesan dan dibayar , maka berakhirlah interaksi

mereka . Tidak lah demikian halnya dengan di kedai kopi , yang antara pembeli

dan penjual dan antara sesama pembeli terlibat komunikasi yang relatif panjang ,

dan bahkan ada kemungkinan perbincangan tersebut terulang lagi untuk esok

harinya .

Adanya tenggang waktu yang cukup lama antara penjual dan pembeli dan

antara pembeli dan pembeli membuat kedai kopi mempunyai keunikan tersendiri .

Kedai kopi dengan segala kesederhanaannya telah memperlihatkan peranan dan

fungsinya sebagai sarana interkasi sosial yang sangat potensial .

Fungsi sosial kedai kopi sebagai pusat kegiatan ekonomi dapat dilihat

dalam perubahan – perubahan yang terjadi dibidang produksi , konsumsi , dan

(19)

lingkup yang sederhana , dalam hal ini dapat dilihat pada perubahan – perubahan

sosial budaya sebagai akibat dari pembaruan dan pembauran .

Dengan demikian terlihat bahwa kedai kopi bukan hanya tempat berjual

beli semata , namun juga mempunyai fungsi lain bagi masyarakat yang

bersangkutan . Alasan – alasan itu lah menjadi daya tarik kedai kopi yang begitu

mempesona bagi penikmatnya . Dari siang hingga malam kedai kopi membuat

cerita yang tidak pernah habis untuk di perbincangkan .

1.2. Tinjauan Pustaka

Kedai kopi adalah tempat yang menyediakan kopi dan berbagai jenis

minuman lainnya , selain itu kedai kopi juga menyediakan berbagai jenis makanan

ringan sebagai teman minum kopi . Kedai kopi juga merupakan tempat di mana

berkumpulnya orang-orang yang sekedar bersantai atau pun melakukan aktifitas

diskus kecil , obrolan ringan dan bersenang – senang dengan hiburan yang ada .

Selain itu ada juga yang memanfaatkan kedai kopi sebagai tempat beristirahat

yang nyaman selain dirumah sendiri , biasa nya di siang hari .

Pada dasarnya kedai kopi identik dengan kalangan-kalangan paruh baya2

2

,

hal ini didasari karena pelanggan-pelanggan yang sering berada di kedai kopi

merupakan orang-orang yang sudah paruh baya , namun seiring perkembangan

zaman kedai kopi tidak hanya di minati oleh kalangan-kalangan tertentu saja tapi

sudah mencakup berbagai elemen , mulai dari orang tua , anak muda , bahkan

anak-anak pun sering berada di kedai kopi dengan didampingi orang tuanya .

(20)

Kedai kopi erat hubungannya dengan ruang publik . Fungsi kedai kopi

tersebut yang memungkinkannya menjadi ruang yang dapat dinikmati, ditempati

oleh siapa saja. Fungsi tersebut menghadirkan kedai kopi menjadi ruang yang

bebas bagi setiap orang.

Istilah ruang publik (public space) pernah dilontarkan Lynch3

Ruang publik diartikan sebagai ruang bagi diskusi kritis yang terbuka bagi

semua orang. Pada ruang publik ini, warga privat (private person) berkumpul

untuk membentuk sebuah publik dimana nalar publik ini akan diarahkan untuk

mengawasi kekuasaan pemerintah dan kekuasaan negara. Ruang publik

mengasumsikan adanya kebebasan berbicara dan berkumpul, pers bebas, dan hak

secara bebas berpartisipasi dalam perdebatan politik dan pengambilan keputusan.

Lebih lanjut, ruang publik dalam hal ini terdiri dari media informasi seperti surat

kabar dan jurnal. Juga termasuk dalam ruang publik adalah tempat minum dan

kedai kopi, balai pertemuan, serta ruang publik lain dimana diskusi sosio-politik

berlangsung3.

dengan

menyebutkan bahwa ruang publik adalah nodes dan landmark yang menjadi alat

navigasi didalam kota . Gagasan tentang ruang publik kemudian berkembang

secara khusus seiring dengan munculnya kekuatan civil society. Dalam hal ini

filsuf Jerman, Jurgen Habermas, dipandang sebagai penggagas munculnya ide

ruang publik. Jurgen Habermas memperkenalkan gagasan ruang publik pertama

kali melalui bukunya yang berjudul The Structural Transformation of the Public

Sphere: an Inquire Into a Category of Bourjuis Society yang diterbitkan sekitar

(21)

Ruang publik ditandai oleh tiga hal yaitu responsif, demokratis, dan

bermakna. Responsif dalam arti ruang publik adalah ruang yang dapat digunakan

untuk berbagai kegiatan dan kepentingan luas. Demokratis, artinya ruang publik

dapat digunakan oleh masyarakat umum dari berbagai latar belakang sosial,

ekonomi, dan budaya serta aksesibel bagi berbagai kondisi fisik manusia.

Bermakna memiliki arti kalau ruang publik harus memiliki tautan antara manusia,

ruang, dan dunia luas dengan konteks sosial4

Animo pengunjung kedai kopi tidak mutlak muncul oleh rasa dan aroma

kopi yang disajikan, tetapi lebih kepada keinginan untuk berinteraksi. Buktinya,

sebagian besar kedai kopi yang ada di Indonesia bahkan di Medan hanya

menyediakan minuman kopi berbahan baku kopi robusta. Padahal, bagi para

“penikmat” kopi sejati, mereka pasti akan mencari kedai kopi atau cafe yang

menyediakan kopi arabica, karena aroma yang tajam dan rasanya yang khas.

Tetapi bagi pengunjung setia kedai kopi , tetap mempertahankan atau menjadikan

kedai kopi salah satu aktivitas sehari – hari yang juga memiliki peran penting

dalam kehidupan sehari – hari .

.

Kejadian ini mempertegas makna ngopi dalam tradisi masyarakat di

Indonesia. Aktifitas minum kopi adalah media interaksi antar masyarakat dari

berbagai stratifikasi sosial. Fungsi kedai kopi mulai bergeser, dari tempat minum

menjadi ranah publik milik semua elemen masyarakat baik sebagai tempat

melepas lelah, tempat bercengkrama bahkan termasuk sebagai ruang hiburan.

Secangkir kopi menjadi semacam e-mail dan password untuk izin menikmati

suasana dan aktifitas orang yang ada di kedai kopi . Maksudnya bahwa dengan

4

(22)

memesan secangkir kopi sudah bisa berlama – lama dan berbaur dengan

pengunjung lainnya .

Ibarat akun “jejaring sosial” twitter, kedai kopi membolehkan siapapun

mem-follow (bergabung) orang yang menjadi idola dan narasumbernya. Siapapun,

apalagi jika sudah kenal, boleh nimbrung mendengar dan mengomentari

pembicaraan si narasumber selama cangkirnya masih berisi kopi. Siapapun tidak

dilarang untuk membayar harga kopi orang yang di-follow atau mem-follownya5

Kedai kopi pada akhirnya menjadi ruang publik multifungsi. Tempat

minum kopi yang sejatinya berfungsi sebagai rumah aspirasi. Berbagai rumor,

fakta dan data bergulir dari sana, bagai bola salju, menggelinding menjadi

konsumsi publik. Di tempat ini pula rumor, fakta dan data itu, pada akhirnya

kembali dalam bentuk umpan balik disertai komentar miring. Umpan balik

berharga itu sangat memungkinkan diserap menjadi bahan dasar untuk menyusun

sebuah kebijakan publik.

.

Dalam setiap prosesnya ruang publik membutuhkan pelaku sebagai alat

menjalankan ruang publik tersebut. Kedai kopi membutuhkan pelaku atau orang

orang yang berada di kedai tersebut hingga terbentuk suatu ruang publik. Pelaku

tersebut adalah masyarakat.

Masyarakat6 merupakan salah satu satuan sistem sosial, atau kesatuan

hidup manusia. Istilah inggrisnya adalah society , sedangkan masyarakat itu sendiri

berasal dari bahasa Arab, Syakara yang berarti ikut serta atau partisipasi, kata Arab

(23)

Ada beberapa pengertian masyarakat :

a. Menurut (Selo Sumarjan 1974) masyarakat adalah orang-orang yang hidup

bersama yang menghasilkan kebudayaan

b. Menurut (Koentjaraningrat 1994) masyarakat adalah kesatuan hidup manusia

yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat

kontinyu dan terikat oleh suatu rasa identitas yang sama.

c. Menurut (Ralph Linton 1968) masyarakat adalah setiap kelompok manusia

yang hidup dan bekerja sama dalam waktu yang relatif lama dan mampu

membuat keteraturan dalam kehidupan bersama dan mereka menganggap

sebagai satu kesatuan sosial.

Ada beberapa komponen masyarakat diantaranya :

a. Populasi dengan aspek-aspek genetik dan demografik

b. Kebudayaan sebagai produk dari aktivitas cipta rasa, karsa dan karya manusia.

Isi kebudayaan meliputi beberapa sistem nilai, yaitu sistem peralatan

(teknologi), ekonomi, organisasi, ilmu pengetahuan, kesenian, dan kepercayaan

sistem bahasa.

Masyarakat tidak begitu saja muncul seperti sekarang ini, tetapi adanya

perkembangan yang dimulai dari masa lampau sampai saat sekarang ini dan

terdapat masyarakat yang mewakili masa tersebut. Masyarakat ini kemudian

berkembang mengikuti perkembangan jaman sehingga kemajuan yang dimiliki

(24)

masyarakat yang berkembang tidak seperti mengikuti perubahan jaman melainkan

berubah sesuai dengan konsep mereka tentang perubahan itu sendiri.

Dalam mempertahankan kehidupannnya masyarakat beradaptasi dengan

lingkungannya. Adapun adaptasi tersebut dibedakan sebagai berikut :

a. Adaptasi genetik; setiap lingkungan hidup biasanya merangsang penghuninya

untuk membentuk struktur tubuh yang spesifik, yang bersifat turun temurun

dan permanen

b. Adaptasi somatis yang merupakan penyesuaian secara struktural atau

fungsional yang sifatnya sementara (tidak turun temurun). Bila dibandingkan

dengan makhluk lainnya, maka manusia mempunyai daya adaptasi yang relatif

lebih besar.

Masyarakat sering dikelompokkan berdasarkan cara utamanya dalam

bermata pencaharian. Pakar ilmu sosial mengidentifikasikan ada: masyarakat

pemburu, masyarakat pastoral nomadis, masyarakat bercocoktanam, dan

masyarakat agrikultural intensif, yang juga disebut masyarakat peradaban.

Sebagian pakar menganggap masyarakat industri dan pasca-industri sebagai

kelompok masyarakat yang terpisah dari masyarakat agrikultural tradisional.

Masyarakat dapat pula dikategorikan berdasarkan struktur politiknya:

berdasarkan urutan kompleksitas dan besar, terdapat masyarakat band, suku, dan

masyarakat negara.Kata society berasal dari bahasa latin, societas, yang berarti

(25)

Secara implisit, kata society mengandung makna bahwa setiap anggotanya

mempunyai perhatian dan kepentingan yang sama dalam mencapai tujuan

bersama.

Masyarakat sebagai elemen penting dalam aktivitas di kedai kopi dengan

menggunakan interaksi sebagai momen untuk membentuk suatu ruang publik.

Interaksi sosial dapat diartikan sebagai hubungan-hubungan sosial yang dinamis,

dimana hubungan tersebut dapat berupa hubungan antara individu yang satu

dengan individu lainnya, antara kelompok yang satu dengan kelompok lainnya,

maupun antara kelompok dengan individu. Dalam interaksi terdapat simbol yang

diartikan sebagai sesuatu yang bernilai atau maknanya diberikan kepadanya oleh

mereka yang menggunakannya7

1. Pengaruh alam terhadap masyarakat kota kecil

2. Mata pencahariannya sangat beragam sesuai dengan keahlian dan

keterampilannya.

3. Corak kehidupan sosialnya bersifat gessel schaft (patembayan), lebih

individual dan kompetitif.

4. Keadaan penduduk dari status sosialnya sangat heterogen

5. Stratifikasi dan diferensiasi sosial sangat mencolok. Dasar stratifikasi

adalah pendidikan, kekuasaan, kekayaan, prestasi, dll.

7

http://khairulazharsaragih.blogspot.com/2012/08/interaksi-sosial.html

8

(26)

6. Interaksi sosial kurang akrab dan kurang peduli terhadap lingkungannya.

Dasar hubungannya adalah kepentingan.

7. Keterikatan terhadap tradisi sangat kecil

8. Masyarakat kota umumnya berpendidikan lebih tinggi, rasional,

menghargai waktu, kerja keras, dan kebebasan

9. Jumlah warga kota lebih banyak, padat, dan heterogen

10. Pembagian dan spesialisasi kerja lebih banyak dan nyata

11. Kehidupan sosial ekonomi, politik dan budaya amat dinamis, sehingga

perkembangannya sangat cepat

12. Masyarkatnya terbuka, demokratis, kritis, dan mudah menerima

unsur-unsur

pembaharuan.

13. Pranata sosialnya bersifat formal sesuai dengan undang-undang dan

peraturan yang berlaku

14. Memiliki sarana – prasarana dan fasilitas kehidupan yang sangat banyak.

Karateristik masyarakat kota:

1. Anonimitas

Kebanyakan warga kota menghabiskan waktunya di tengah-tengah kumpulan

manusia yang anonim.Heterogenitas kehidupan kota dengan keaneka ragaman

manusianya yang berlatar belakang kelompok ras, etnik, kepercayaan,

(27)

2. Jarak Sosial

Secara fisik orang-orang dalam keramaian, akan tetapi mereka hidup

berjauhan.

3. Keteraturan

Keteraturan kehidupan kota lebih banyak diatur oleh aturan-aturan legal

rasional. (contoh: rambu-rambu lalu lintas, jadwal kereta api, acara televisi,

jam kerja, dll)

4. Keramaian (Crowding)

Keramaian berkaitan dengan kepadatan dan tingginya tingkat aktivitas

penduduk kota. Sehingga mereka suatu saat berkerumun pada pusat keramaian

tertentu yang bersifat sementara (tidak permanen).

5. Kepribadian Kota

Sorokh, Zimmerman, dan Louis Wirth menyimpulkan bahwa kehidupan kota

menciptakan kepribadian kota, materealistis, berorientasi, kepentingan,

berdikari (self sufficient), impersonal, tergesa-gesa, interaksi social dangkal,

manipualtif, insekuritas (perasaan tidak aman) dan disorganisasi pribadi.

Dalam menganalisa proses proses interaksi antara individu dalam

masyarakat, harus membedakan dua hal yaitu : (1) kontak, dan (2) komunikasi.

Kontak antara individu juga tidak hanya mungkin pada jarak dekat, misalnya

berhadapan muka,namun juga bisa menggunakan alat kebudayaan seperti

tulisan,buku ,surat kabar ataupun telepon. Sedangkan komunikasi muncul setelah

(28)

Komunikasi adalah proses dimana pesan pesan dioperasikan dari sumber

kepada penerima. Dengan kata lain komunikasi adalah pemindahan ide ide dari

sumber dengan harapan akan merubah tingkah laku maupun ide penerima. Saluran

komunikasi adalah alat dengan pesan pesan dari sumber dapat sampai kepada

penerima (Hanafi, 1986 : 27).

Komunikasi juga merupakan dasar interaksi. Setiap kelompok harus

menerima dan menggunakan informasi dan proses terjadi melalui komunikasi.

Eksistensi kelompok tergantung pada komunikasi, pertukaran informasi dan

meneruskan komunikasi (Walgito,2006 : 77) .

Komunikasi dan interaksi membentuk nilai dasar sebuah kelompok.

Dimana nilai tersebut menjadi acuan tuntunan dari kelompok tersebut.

Mengemukakan bahwa nilai budaya merupakan sesuatu yang abstrak, yang

dijadikan pedoman serta prinsip – prinsip umum dalam bertindak dan bertingkah

laku. Keterikatan orang atau kelompok terhadap nilai relatif sangat kuat dan

bahkan bersifat emosional. Oleh sebab itu, nilai dapat dilihat sebagai tujuan

kehidupan manusia itu sendiri.

Sejalan dengan itu Koentjaraningrat memperjelas bahwa (dalam Sartini

2009:30) nilai budaya terdiri dari konsepsi – konsepsi yang hidup dalam alam

fikiran sebahagian besar warga masyarakat mengenai hal – hal yang mereka

anggap amat mulia. Sistem nilai yang ada dalam suatu masyarakat dijadikan

orientasi dan rujukan dalam bertindak. Oleh karena itu, nilai budaya yang dimiliki

seseorang mempengaruhinya dalam menentukan alternatif, cara, alat, dan tujuan

(29)

Hal inilah yang peneliti lihat bahwa kedai kopi disinyalir sebagai

fenomena kultural yang hidup dimasyarakat. Fenomena ini sesuai dengan paham

budaya yang dikemukakan oleh Spredley (1997) Kebudayaan yang merupakan

pengetahuan yang diperoleh dan digunakan manusia untuk menginterpretasikan

pengalaman dalam menghadapi dunianya. Di kedai kopi merupakan tempat bagi

mereka yang berkecimpung disitu sebagai ekspresi dalam menginterpretasi dunia.

1. 3. Rumusan Masalah

Perumusan masalah memerlukan adanya pembatasan masalah, agar

penelitian ini tidak menjadi rancu atau pun menjadi luas kepada hal-hal yang tidak

terkait dengan masalah yang sedang di teliti . Adanya pembatasan masalah ,

diharapkan agar dalam penelitian ini akan menjadi lebih fokus. Dari penjelasan

dilatarbelakang dan kajian pustaka diatas, maka yang menjadi rumusan masalah

dalam penelitian ini yaitu :

- Apa saja yang terjadi di dalam aktifitas yang ada di kedai kopi ?

- Bagaimana hubungan interaksi penjual dan pembeli ?

- Bagaimana hubungan interaksi antara sesama pengunjung kedai kopi ?

1.4. Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1.4.1. Tujuan Penelitian

Penetapan tujuan penelitian merupakan sesuatu yang penting, dimana

tujuan tersebut menjadi pijakan awal penelitian tersebut dilakukan.Penelitian ini

bertujuan :

(30)

- Untuk mengetahui cara dan metode penjual saat menghadapi pembeli

- Untuk mengetahui apa yang sebenarnya di lakukan masyarakat di kedai

kopi sehingga menjadi kebiasaan sehari-hari.

1.4.2. Manfaat Penelitian

Sebagai bentuk penelitian, besar harapan penulis agar nantinya hasil dari

penelitian dapa memberikan sumbangan nyata yang berarti bagi khalayak umum

dan khususnya bagi masyarakat kota Medan dan sekitarnya . Secara akademis

penelitian ini diharapkan :

- Dapat menjadi acuan dan referensi tambahan bagi penulis dan pembaca.

- Dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian berikutnya.

- Dapat menjadi bahan bacaan yang fungsional bagi penulis maupun pembaca .

Bagi pembaca diharapkan dari hasil penelitian ini dapat menjadi bahan

penambahan informasi mengenai aktifitas yang ada di kedai kopi bagi masyarakat

kota Medan khususnya di Simalingkar dan bagi penulis untuk mendapatkan

pengetahuan lebih mengenai teori yang dipelajari serta fakta yang terjadi di

lapangan, serta menerapkan ilmu yang sudah diperoleh dalam realita kehidupan.

1.5. Metode Penelitian

Bentuk penelitian ini adalah studi etnografi dengan menggunakan

pendekatan kualitatif yang dapat diartikan sebagai pendekatan yang menghasilkan

data , dan tingkah laku yang dapat di amati (Nawawi, 1994:2003). Metode

(31)

peneliti menggambarkan secara terperinci tentang aktivitas yang ada di kedai

kopi.

1.5.1. Karakteristik Penelitian

Metode penelitian yang digunakan peneliti adalah pendekatan kualitatif ,

yaitu bertujuan untuk dapat melakukan penggalian informasi secara lebih dalam

dan mendapatkan gambaran yeng lebih detail dan komperhensif mengenai

aktivitas yang ada di kedai kopi yang ada di kota Medan khususnya Simalingkar.

Dengan melihat secara langsung dan menulis catatan kecil yang terjadi di kedai

kopi dan berbaur dengan pengunjung lainnya .

1.5.2. Teknik Pengumpulan Data

Data kualitatif akan menjadi data utama untuk hasil penelitian .

Pengumpulan data dalam penelitian ini dapat dibagi atas 2 (dua) kelompok yaitu

data primer dan data sekunder . Data primer merupakan data yang diperoleh dari

lapangan melalui observasi dan wawancara mendalam.Sedangkan data sekunder

merupakan data yang diperoleh dari penelitian kepustakaan,yaitu cara penelitian

dalam perolehan data melalui studi pustaka sebagai sumber data sekunder yang

bersifat teoritis,dalam hal ini berupa buku-buku , literatur , jurnal tesis , laporan

penelitian , skripsi , serta bahan-bahan relevan lainnya.

Informan penelitian adalah orang yang memberikan informasi sesuai apa

yang dibutuhkan oleh peneliti . Informan dalam penelitian ini merupakan penjual

(32)

karena semuanya memiliki peran yang penting untuk memberikan informasi yang

aktual dan lengkap .

Dalam penelitian ini , pengumpulan data primer dilakukan dengan beberapa

teknik yaitu :

- Observasi Pastisipasi

Informasi dan data pada penelitian ini salah satunya didapat dari

pengamatan terlibat (observasi partisipasi) . Tujuannya untuk melihat dan

merasakan secara langsung konsep-konsep yang terkandung dalam pikiran

informan , Danandjaja mengatakan untuk mendapatkan data yang sensitif dan

sangat pribadi (Danandjaja, 1994 : 105) . Dalam observasi partisipasi ini peneliti

ikut dalam kehidupan sehari-hari informan , bahkan secara kondisional dilapangan

ikut dalam kegiatan yang dijalaninya . Sebagaimana Vrendenbregt mengatakan

dalam pengamatan ini ada interaksi antara peneliti dengan informannya (dalam

Danandjaja, 1994 : 105 ).

- Wawancara

Wawancara berguna untuk memperoleh data dari para informan. Hasil

wawancara tersebut nantinya akan digunakan sebagai informasi untuk melengkapi

data. Metode wawancara yang digunakan adalah wawancara yang bersifat bebas

dan mendalam (depth interview).

Wawancara yang bebas dan bersifat mendalam adalah proses memperoleh

keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka

antara peneliti dna informan,dimana peneliti dan informan terlibat percakapan

(33)

Untuk melengkapi dan memperkuat data yang sudah ada , peneliti juga

menggunakan metode wawancara yang bersifat bebas yaitu wawancara yang

dilakukan peneliti kepada informan tanpa ada persiapan terlebih dahulu .

Wawancara tersebut dilakukan apabila peneliti secara kebetulan bertemu dengan

informan.

1.5.3. Analisis Data

Data – data yang diperoleh melalui kegiatan pengumpulan data dianalisa

secara kualitatif . Keseluruhan data yang di peroleh dari observasi dan wawancara

tersebut di olah setelah dianalisis pada tiap – tiap data yang dikumpulkan .

Kemudian menguraikan pada bagian – bagian permasalahan dengan membuat sub

– sub judul pada bab – bab dalam penulisan penelitian . Analisa data yang

dilakukan sesuai dengan kajian Antropologis dengan melihat permasalahan yang

ada . Analisa data dilakukan mulai pada saat meneliti atau selama proses

(34)

BAB II

GAMBARAN UMUM KEDAI KOPI

2.1. Awal Mula Kedai Kopi

Awalnya kedai kopi yang ada dijalan kopi IV Perumnas Simalingkar

Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan ini berdiri karena pemilik kedai

kopi belum memiliki pekerjaan yang tetap . Pemiliki yang bernama Bapak Prapta

yang biasa dipanggil sama masyarakat setempat , memiliki lahan tanah yang besar

dan kelebihan itu membuat Bapak Prapta mempunyai ide untuk membuka kedai

kopi . Apalagi di lingkungan di daerah tersebut belum memiliki tempat umum

untuk bersantai dan bercengkrama sesama penduduk setempat . Oleh karena itu

lah bapak Prapta membuka kedai kopi yang berukuran sekitar 18 – 15 meter yang

ada didepan rumahnya. Walaupun dengan bahan – bahan yang sederhana seperti

kayu atau papan , bambu , dan jerami . Tetapi dengan keinginan yang tinggi bapak

Prapta dan dibantu sama anak-anaknya maka jadi lah sebuah wadah atau tempat

untuk bersantai untuk meminum kopi dan sejenisnya di tempat umun serta dapat

bercengkrama sesama penduduk setempat. Apalagi pada waktu itu masyarakatnya

belum saling kenal . sehingga dengan adanya kedai kopi tersebut dapat dijadikan

sebagai tempat berkumpul atau menikmati waktu luang yang ada.

Kedai kopi Bapak Prapta pada saat itu menjadi primadona bagi masyarakat

sekitar , bagaimana tidak kedai kopi yang tempatnya nyaman , jauh dari kota ,

aman dan fasilitas yang memadai seperti televisi , alat permainan (catur dan kartu)

(35)

satu tanpa membedakan strata sosial penikmat kedai kopi ini . Dari muda hingga

tua , dari berbagai suku , agama tidak menjadi halangan untuk berkumpul ,

berbincang , dan bermain kartu bersama . Hal ini lah mengapa sampai saat ini

kedai kopi Bapak Prapta yang menjadi satu-satunya kedai kopi yang ada di jalan

kopi ini masih bertahan sampai sekarang walaupun penjualnya kini telah berbeda.

Kedai kopi ini memiliki nilai historis bagi kalangan masyarakat yang ada

di Simalingkar . Dari peristiwa penggerebekan kasus perjudian kecil dan besar

hingga tempat memakai narkoba , kedai kopi ini dianggap kebanyakan masyarakat

sekitar lebih banyak kegiatan negatifnya daripada kegiatan positifnya. Situasi ini

membuat Bapak Prapta mengalami pasang surut dalam menjalani usahanya

tersebut. Padahal banyak juga kegiatan yang positif dan bermanfaaat , interaksi

sosial antara pemuda dan bapak-bapak terjalin harmonis. Pengetahuan semakin

bertambah dengan adanya dialog – dialog kecil dari masalah sosial , ekonomi dan

politik .

Dengan bertambahnya umur Bapak Prapta yang semakin tua dan bisnis

usaha kedai kopi tidak lagi menjadi daya tarik yang dianggap dulu menjadi

tambahan pendapatan ekonomi untuk kebutuhan sehari – hari kini menjadi rendah.

Apalagi anak – anak Bapak Prapta ini telah beranjak dewasa membuat

keputusannya untuk menekuni bisnis kedai kopi ini semakin bulat untuk berhenti

dan menutup kedai kopi ini. Karena memiliki tanah yang luas , Bapak Prapta lebih

memilih untuk bercocok tanam dan memelihara hewan ternak untuk menghabisi

masa tuanya. Dan kedai kopi ini sebahagian tanahnya dijadikan rumah untuk

tempat tinggal , dan kini hanya memiliki sepertiga bangunan kedai kopi dulu , kini

(36)

luasnya kini berkurang , tetapi tetap mempertahankan bangunan tradisional yang

dulu pernah menjadi kedai kopi saat pemiliknya menjalankan usahanya ini.

Dengan rentang waktu yang lumayan lama , sekitar 5 tahun kedai kopi ini

kosong dan tidak berfungsi dengan semestinya . Karena banyak permintaan dan

pertanyaan dari masyarakat setempat khususnya bapak – bapak dan anak muda ,

pada tahun 2005 kedai kopi ini diaktifkan lagi oleh pemiliknya dengan

menyewakan kepada orang lain untuk menjalani usaha kedai kopi lagi. Dengan

kondisi lama dan hanya memperbaiki meja dan bangku panjang , tetap

mempertahankan suasana yang sederhana dan nyaman . Sampai saat ini , kedai

kopi masih beroperasi yang kini penjualnya berbeda yaitu pasangan suami istri ,

Mas Agus dan Kak Girik yang biasa dipanggil oleh masyarakat setempat . Yang

dahulunya kedai kopi lebih banyak berfungsi tempat bermain judi dan narkoba

sehingga citra negatif masih melekat . Kini masyarakatnya lebih baik sehingga

citra negatif itu hilang dengan berjalannya waktu karena kedai kopi kini menjadi

tempat yang nyaman buat siapa saja karena aktifitasnya lebih banyak kegiatan

yang bermanfaat seperti berdiskusi , minum kopi bersama-sama dan beristirahat .

Apabila kedai kopi ramai maka ada kegiatan bermain kartu dengan kesenangan

semata , bukan bermain judi seperti dulu yang pernah terjadi.

Kedai kopi ini menjadi primadona bagi penikmatnya , disaat kedai kopi ini

tutup sehari saja maka pelanggan akan merasa kehilangan . Karena kedai kopi ini

merupakan tempat yang begitu penting bagi penikmatnya untuk menghabiskan

waktu . Bagi penikmatnya kedai kopi sudah menjadi rumah kedua bagi mereka .

(37)

dan banyak alasan lainnya yang tidak dapat di ungkapkan dengan kata – kata

karena sudah merasa menjadi bagian yang penting bagi penikmat kedai kopi tidak

terkecuali penulis . Kedai kopi yang dulu di kenal dengan sebutan kedai kopi

Prapta kini berubah menjadi kedai kopi Girik , bagi pelanggan lama yang tidak

lagi bertempat tinggal di Simalingkar tetap saja menyebutnya kedai kopi Prapta .

2.2. Kondisi Kedai Kopi

Kedai kopi di Indonesia sebelumnya identik dengan kedai kecil sederhana,

dengan menu khas kopi tubruk dengan sajian pendamping gorengan atau roti

bakar. Kedai kopi di Indonesia juga memiliki kekhasan yaitu menjadi tempat

kaum lelaki atau bapak-bapak untuk minum-minum, berkumpul, berbincang, dan

bersenda gurau.

Kedai kecil sederhana ini menghadirkan beragam cerita dibaliknya. Tidak

hanya tentang meminum kopi dan melepas lelah tapi juga tentang interaksi dan

berbagi informasi. Tidak heran jika selalu saja kedai kopi memiliki pengunjung

yang setia.

Siang yang terik dan malam yang dingin tidak menjadi alasan untuk kedai

kopi ini sepi. Karena didalam kedai akan terasa hangat. Hangat kedai kopi

tersebut tergambar dari hangat kopi yang disajikan serta obrolan yang berjalan.

Senda gurau , perkataan tajam yang tidak jarang menuding dengan sangat

kritis menjadi pemandangan yang biasa. Kedai kopi selalu menjadi wadah untuk

semua ekspresi, semua bentuk gaya hidup dan semua bentuk topik pembicaraan.

Semua dapat dibahas dalam satu meja,walaupun hadir konflik – konflik kecil

(38)

Perkataan tajam yang tersaji di kedai kopi tidak kalah dengan debat - debat

yang terjadi pada wakil rakyat. Tidak jarang tuding menuding itu saling

menunjuk, memukul meja tanda tidak setuju dengan ungkapan lawan bicaranya.

Hal ini berjalan alot sampai memaki dan lain sebagainya. Namun debat tajam itu

tidak pernah sampai membuat keributan seperti pukul pukulan. Hal ini sama sama

disadari bahwa ini hanya obrolan kedai kopi, obrolan yang pada dasarnya selingan

sebagai ekspresi rasa kecewa, senang dan lain sebagainya.

Masyarakat yang menjadikan kedai kopi tradisional ini umumnya adalah

masyarakat-masyarakat kebanyakan di Indonesia rata-rata lelaki paruh baya dan

anak muda melengkapi bangku-bangku yang ada di kedai kopi . Dari supir angkot,

tukang becak , buruh bangunan, hingga PNS serta tokoh masyarakat dan profesi

yang lainnya membuat kedai kopi tidak akan mati di makan usia. Aktifitas yang

mereka lakukan di kedai kopi tersebut biasanya menghabiskan waktu dengan

minum kopi, berbincang-bincang, bermain kartu dan kumpul-kumpul. Hal

menarik disini, wanita/ibu-ibu jarang terlibat dalam kumpul-kumpul di sini, dan

kedai kopi memang identik dengan tempat “hang out”nya para bapak-bapak dan

kaum lelaki.

Simalingkar dengan kompleksitas masyarakat yang tinggal tidak dapat

dipisahkan dengan tumbuh kembangnya kedai kopi disetiap sudut daerahnya.

Terdapat puluhan kedai kopi disekitar perumahan yang didirikan, baik itu

dipinggir jalan, didepan gang, disudut sempit, dipinggir lapangan, dipinggir

sungai dan lain sebagainya.

(39)

tempat nongkrong, tempat meluapkan masalah dan berbagi dengan yang lainnya.

bahkan tidak jarang kedai kopi menjadi pengikat komunikasi antara dua tetangga

yang jarang saling bertegur sapa.

Kemajemukan etnis dari Jawa , Karo , Batak , Aceh , dan Padang yang ada

di Simalingkar ini tidak menghambat berkembangnya kedai kopi. Sebaliknya

dengan majemuknya etnis di Simalingkar justru membuat harmonis dalam kedai

kopi, dimana obrolan yang terjadi melewati batasan etnis sehingga terlihat kondisi

yang setara dan tidak ada etnis dominan. Semua duduk bersama semua berbicara

dengan topik yang sama meski dengan sudut pandang yang berbeda yang justru

memperlihatkan dinamika dari obrolan di kedai kopi.

(40)

2.3. Lokasi Kedai Kopi

Lokasi kedai kopi yang dijadikan tempat peneliti berada di Jalan Kopi IV

Perumnas Simalingkar Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan

Kotamadya Medan Provinsi Sumatera Utara . Lokasi ini tidak jauh dari kota

Medan , karena daerah ini merupakan kawasan pemukiman yang padat akan

masyarakat yang majemuk . Jika berangkat dari kampus USU menuju kedai kopi

ini hanya membutuhkan waktu 15 menit dari jalan Jamin Ginting Padang Bulan

menuju jalan ke arah Berastagi , ada persimpangan yang biasanya disebut

masyarakat setempat yaitu simpang Simalingkar . Dari simpang Simalingkar

menuju jalan kopi hanya sekitar 3 menit . Dibawah ini adalah lokasi penelitian

(41)

2.4. Penjual

Kedai Kopi Girik salah satu dari sekian ribu kedai kopi yang ada di kota

Medan. Girik adalah salah satunya yang merupakan penjual dikedai kopi yang

ada di Simalingkar . Girik dan suaminya memiliki ide untuk membuka kedai kopi

dan di dukung dengan tempat dimana mereka akan berjualan merupakan tempat

(keda kopi) yang memiliki pelanggan setia dan sangat ditunggu – tunggu oleh

pelanggannya . Apalagi kedai kopi ini sudah lama tidak beroperasi setelah pemilik

lama menutup kedai kopi dengan alasan ingin menghabisi masa tua dengan

banyak beristrirahat di rumah .Dan banyak permintaan dari masyarakat khususnya

pelanggan kedai kopi yang merasa kedai kopi menjadi rumah kedua bagi mereka .

Girik merupakan etnis karo dan suaminya etnis jawa saling bahu membahu

membuka kedai kopi dari tahun 2005 hingga sekarang , dari hasil penjualan itu

Girik dan suaminya dapat menafkahi kedua anaknya yang kini telah mendapatkan

pendidikan formal dengan jenjang sekolah menengah atas (SMA) dan sekolah

dasar (SD) .

Dengan membuka kedai kopi ini , Girik di hadapi beberapa kendala salah

satunya mahalnya harga – harga di pasar membuat ia harus menyiasatinya agar

tetap bertahan membuka kedai kopi . Dengan keahlian dalam berdagang yang

kurang , Girik dan suami mempunyai strategi dalam melayani dan memanjakan

pelanggan atau konsumen di kedai kopinya. Dengan cara menetapkan harga yang

dapat dijangkau oleh pelanggannya , karena pelanggannya tidak semua memiliki

kantong yang tebal.

Di kedai kopi ini , khususnya pelanggan tetap dapat keringanan dalam

(42)

tidak membawa uang ke kedai . Hal ini dapat di maklumi oleh penjual karena

didalam dunia perdagangan , apalagi ini hanya cakupan dagang yang kecil . Di

kedai kopi mana pun bagi pelanggan tetap dapat diberikan keringanan berupa

hutang . Kadang terjadi konflik kecil antara penjual dan pembeli lantaran salah

paham dalam hutang – piutang ini . Karena di setiap ada hutang , penjual

mencatatnya di buku atau catatan kecil daftar hutang pelanggan . Disaat

pembayaran hutang pelanggan kadang lupa dan penjual ingat lantaran ada catatan

hutang yang dicatatnya . Maka terjadi cekcok kecil , tetapi tetap saja pelanggan

membayarnya . Dengan catatan hutang itu lah , pembeli menjadi tahu berapa

hutang yang harus di bayarnya .

2.5. Jam Kerja

Jam kerja kedai kopi Girik ini biasanya di buka dari jam 12 siang hingga

jam 12 malam . Apabila ramai pembeli , maka penjual bisa menutup kedai hingga

larut malam . Hal ini tergantung bagaimana situasi dan kondisi kedai tersebut ,

apalagi pada saat – saat tertentu seperti malam minggu atau hari libur

keesokannya , ataupun musim bola seperti piala dunia bisa tutup jam 4 hingga jam

5 pagi . Jadi penjual bisa mengatasinya dengan bertukar waktu kerja , karena

kebanyakan penjualnya suami istri jadi bisa bergantian bekerja . Jam kerja yang

diberlakukan penjualnya pada saat – saat tertentu dari jam 12 siang sampai 7

malam dan selanjutnya jam 7 sampai tutup . Biasanya waktu siang hari sang istri

yang menjaga kedai dan pada malam hari nya lah hingga tutup sang suami yang

(43)

2.6. Menu

Untuk meracik kopi, mereka tidak menggunakan seorang barista atau ahli

minuman, terkadang hanya kopi hitam yang diseduh dengan air panas dan gula,

terkadang juga disajikan dengan susu. Banyak macam pilihan di kedai kopi

tradisional seperti ini. Menu-menu pilihan lain seperti cappuccino atau ekspresso

“instant” dalam sachet bahkan tidak terlalu diminati disini. Ada pula menu

tambahan seperti teh manis panas/dingin dan teh tong9 yang biasa disebut

pembeli di kedai kopi ini , dan minuman berenergi . Menu pendamping yang biasa

ada untuk menemani minum kopi di sini biasanya adalah mie goring/kuah ala

kadarnya , gorengan, roti bungkus , dan cemilan sederhana lainnya. Ada juga

menu pilihan seperti telur bebek dadar , telur bebek mata sapi , telur bebek/ayam

kampung setengah matang yang dapat menambah stamina ketika selesai

berakifitas biasanya di pesan pelanggan yang bekerja terlalu lelah ataupun habis

berolahraga . Walaupun menunya sederhana ,tidak banyak diberi tambahan

bumbu-bumbu yang modern seperti di café-café , tetap menjadikan kedai kopi ini

menjadi tujuan favorit pelanggan tetap yang dapat dikatakan setiap hari

berkunjung di kedai kopi ini.

2.6.1. Desain Kemasan Saji

Dalam menyajikan kopinya, biasanya mereka menggunakan gelas kecil

dan piring kecil (pisin) untuk alasnya, dan terkadang juga menggunakan tutup

gelas dari bahan stainless atau melamin. Kemasan yang sederhana tidak menjadi

halangan buat para pembeli untuk berkecimpung di dalam kedai kopi ini. Yang

9

(44)

terpenting bagi pembeli adalah bersih dan higienis cara penyajiannya itu saja

cukup untuk tetap berlama – lama duduk di dalam kedai kopi ini . Minuman panas

dengan segelas kecil tidak lupa dengan sendok kecil sebagai alat mengaduk

minuman agar menjadi manis dan tergantung selera pembeli . Dan sebagai minum

penutup diberikan segelas air putih untuk menetralisir rasa manis yang kadang

tertinggal dilidah . Hal ini adalah bagaimana cara Penjual tetap memanjakan

pembeli dan memberikan kesan yang baik terhadap konsumennya.

Gambar 3. Kemasan Saji Minuman di Kedai Kopi

2.6.2. Harga

(45)

harga sangat terjangkau ini siapa saja bisa duduk dan menikmati kenyamanan

yang ada dikedai kopi ini . Dengan hanya membawa uang Rp.10.000,- saja , sudah

bisa makan dan minum . Inilah kelebihan yang dimiliki kedai kopi ini , dengan

semboyan “ boleh murah asal tidak murah – murahan “ tetap prioritas utama yang

disajikan oleh penjual agar kedai kopi yang dikelolanya tetap ramai oleh

pengunjung dan ini lah salah satu strategi penjual untuk mempertahankan kedai

kopi ini terus beroperasi sampai saat ini.

Tabel Harga Menu di Kedai Kopi

Menu Harga

Teh Manis Panas Gelas Kecil Rp.1.000,-

Teh Manis Panas/Dingin ( Tambah

Susu )

Rp.2.000.- / Rp.3.000,- ( Rp.3.000,- /

Rp.4.000,- )

Kopi Tubruk Panas / Tambah Susu Rp.3.000,- / Rp.4.000,-

Minuman Sachet + Susu

Panas/Dingin

Rp.4.000,- / Rp.5.000,-

Indomie Kuah/Goreng Rp.6.000,-

TST ( Teh Susu Telur ) Rp.5.000,-

Telur Setengah Matang ( Ayam

Kampung / Bebek )

(46)

2.7. Fasilitas

Pada umumnya fasilitas kedai kopi tradisional di Indonesia sangat

sederhana, hanya terdiri bangku dan meja yang terbuat dari papan ala kadarnya,

dengan atap terpal atau asbes, dan sekelilingnya ditutup dengan kain bekas

spanduk atau spanduk bekas promosi produk tertentu yang terkadang tidak ada

hubungannya dengan produk kopi, dan dilengkapi dengan pencahayaan ala

kadarnya/remang-remang.

Di kedai kopi ini seperti terlihat gambar dibawah ini merupakan keadaan

kedai kopi yang ada di jalan kopi . Dengan fasilitas televisi 21 inchi , meja yang

beralas spanduk – spanduk sisa dan bangku panjang yang tampak usang . Penjual

juga memberikan fasilitas tambahan seperti kartu remi , kartu domino , papan

catur dan kamar mandi seadanya . Tanpa memandang kelas sosial di kalangan

masyarakat Simalingkar , kedai kopi ini tetap menjadi tujuan favorit buat

pelanggan tetapnya walaupun dengan fasilitas seadanya.

Bagi pelanggan kedai kopi ini , fasilitas tidak lah menjadi pilihan utama

mereka . Yang diinginkan pelanggan adalah tempat buat nongkrong di dekat

rumah mereka ada yaitu kedai kopi ini . Apalagi kedai kopi ini sempat tutup

beberapa tahun lalu , jadi mereka tidak ingin tutup seperti sebelumnya . Dengan

fasilitas yang ada sekarang mereka tetap mensyukuri apa yang ada di kedai kopi

ini . Inilah menjadi nilai tambah bagi penjual dan pembelinya karena sama – sama

saling membutuhkan , penjual membutuhkan tambahan ekonomi dan pembeli

membutuhkan ruang publik dan tempat nongkrong yang dianggap asyik dan

(47)

Gambar 4 . Fasilitas yang Ada di Kedai Kopi

2.8. Pembeli Kedai Kopi

Kedai kopi tidak akan berfungsi semestinya jika tidak ada pembelinya .

Karena didalam suatu perjual-belian harus ada penjual dan pembeli . Pembeli

dalam kategori kedai kopi adalah penikmat kedai kopi yang secara terus –

menerus berkunjung ke kedai kopi . Dari sekian banyak masyarakat yang ada di

perumnas simalingkar khususnya jalan kopi merupakan pengunjung tetap kedai

kopi yang ada di jalan kopi ini . Mereka adalah orang –orang yang berbeda

profesi, agama , etnis dan lain sebagainya . Tapi tetap saja tidak menjadi halangan

karena fungsi kedai kopi merupakan ruang publik yang siapa saja bisa duduk ,

(48)

Dari sekian banyak pengunjung kedai kopi , nama – nama yang akan

disebutkan merupakan pelanggan tetap yang bisa menjadi informan dalam

memberikan informasi .

(49)

BAB III

AKTIFITAS DI KEDAI KOPI

3.1. Enak Tak Enak Yang Penting ”Ngopi”

Obrolan selalu memberi kesan yang bersahaja. Hal ini tidak muluk -

muluk, karena obrolan adalah sebuah media yang akan membuka sebuah interaksi

antar individu. Dengan obrolan dua orang yang tidak pernah bertemu dapat saling

bertegur sapa, dengan obrolan dua orang yang tengah bertikai dapat saling

mengungkapkan ekspresi masing masing.

Obrolan sering menjadi sarana berbagi informasi. Dengan obrolan

seseorang akan berbagi informasi tentang apa yang ia butuhkan dan yang lain

mendengarkannya, barangkali ada yang juga yang dapat membantu. Dengan

obrolan pula tidak jarang seseorang akan mendapat pekerjaan atau peluang

peluang pekerjaan.

Tidak jarang obrolan menjadi sebuah alat untuk berseteru antara satu

dengan yang lain. Hal ini terjadi ketika sebuah obrolan berlangsung marathon

dengan tensi tinggi, berdebat dengan kritis yang berakhir pada saling tuding atau

mengancam satu sama lain. Disinilah obrolan dapat menjadi media apa saja untuk

mengekspresikan apa yang seesorang rasakan.

Kedai kopi Girik menjadi salah satu tempat obrolan itu menjadi hidup.

Ketika sebuah obrolan menjadi aktifitas yang pasti dilakukan. Di kedai kopi

obrolan berlangsung dengan berbagai ekspresi sesuai dengan kondisi atau latar

(50)

Obrolan kedai kopi bisa berupa apa saja. Tidak selalu berbentuk atau

mengenai topik yang baku. Semua dapat dibahas, baik itu politik, ekonomi,

masalah pribadi dan lain sebagainya. Obrolan itu tidak memiliki batas dan waktu,

semua mengalir bagai alur yang tidak tersusun. Misalnya dalam sebuah obrolan

dimulai dengan tawa, obrolan ringan tentang kegiatan hari ini hingga

menyinggung masalah Indonesia terkini. Semua berjalan dengan alur yang terus

meningkat, terkadang mereda dengan tawa berganti topik ke masalah olahraga

khususnya sepak bola yang begitu tren di negeri Indonesia dan lain sebagainya.

Apalagi ketika pengunjung datang dan tujuan sebenarnya hanya ingin

memesan kopi . Tanpa sadar ia akan mengikuti arus dan mendengarkan

perbincangan yang ada di kedai kopi , dari tujuan utamanya hanya memesan kopi

menjadi salah satu peserta obrolan yang terdengarkan di kedai kopi hingga kadang

lupa akan waktu . Selain itu pengunjung yang benar –benar tidak tertarik dengan

suasana yang di kedai kopi , ia hanya membaca koran yang tersedia di kedai kopi .

Obrolan kedai kopi akan menjadi panjang dan menarik karena adanya kopi

itu sendiri. Kopi merupakan penghantar para pengunjung untuk mengekspresikan

apa yang ingin ia katakan. Dengan kopi seseorang menjadi lebih terbuka, lebih

jujur dan lebih ekspresif, seseorang yang biasanya lebih pendiam akan perlahan

mengungkapkan apa yang ia pikirkan tentang sebuah topik pembicaraan. Hal ini

karena suasana yang terbawa situasi di kedai kopi yang memang benar – benar

penuh dengan obrolan ringan hingga memanas.

Suasana kedai kopi Girik selalu memaksa seseorang untuk berbicara.

(51)

membuat setiap orang di kedai kopi akan berbicara, baik sedikit, ungkapan setuju

maupun menolak sebuah pendapat. Disinilah muncul sebuah istlah “enak tak

enak yang penting ngopi”. Yang diartikan bahwa enak tidak enak setiap orang

yang berada di kedai kopi wajib memesan kopi dan ikut dalam obrolan kedai kopi.

Ngopi sendiri memiliki makna dibalik istilahnya. Makna tersebut

disepakati bahkan benar benar dipahami para pengunjung maupun pemilik kedai

kopi. Ngopi memiliki makna “ngobrol sambil minum kopi”. Sebuah makna yang

sederhana, dimana setiap tegukan kopi harus diselingi dengan obrolan - obrolan

yang tenutnya tidak kalah hangat dengan kopi yang diminum.

Banyak sekali obrolan - obrolan yang terjadi di kedai kopi, tidak hanya itu

permainan seperti catur , kartu domino , dan kartu remi menjadi tambahan yang

ada di kedai kopi. Obrolan tersebut coba di klasifikasikan dalam beberapa topik

yang paling sering dibahas. Topik - topik tersebut adalah tentang politik, ekonomi,

tentang kehidupan pribadi dan olahraga khususnya sepakbola. Topik topik ini

dideskripsikan selanjutnya.

3.2. Obrolan Tentang Politik

Obrolan tentang politik selalu menarik bagi masyarakat. Hal ini biasa

menjadi bahan obrolan yang menurut mereka seru untuk diceritakan. Bahannya

bisa tentang apa saja yang berkaitan dengan politik seperti pilkada,caleg, sampai

masalah korupsi.

Permasalahan bangsa Indonesia yang kompleks menjadi bahan yang selalu

diobrolakan. Bak sebuah topik utama obrolan tentang kisruh masalah korupsi dan

(52)

film, persoalan bangsa ini seperti memiliki alur yang meruncing seakan rugi

apabila ketinggalan sedikit saja.

Obrolan tentang politik ini bisa terlihat dimana saja, di kantor, diangkot di

kedai kedai atau dimana saja tempat orang berkumpul.begitu pula di kedai kopi.

Obrolan politik juga menjadi bahan utama yang begitu berperan dalam

menjadikan kedai kopi menjadi ramai .

Sore selalu memberi kehangatan ketika mulai menyapa dengan matahari

teduhnya. Kehangatan itu juga terlihat di kedai kopi. Hangat kopi dan gorengan

yang menemani sebuah obrolan sore dan sapaan - sapaan serta tawa - tawa lepas

pengunjung menambah riuh dan semaraknya kedai kopi. Padahal kedai itu hanya

diisi oleh beberapa orang saja.

Tidak sampai lima belas orang yang ada dan beraktifitas di dalamnya

sore itu, namun keadaan yang seru turut dirasakan oleh pengunjung kedai kopi.

Obrolan yang seru itu berkaitan dengan berita korupsi yang dilakukan oleh

anggota dewan. Ada perasaan marah, jengkel , ada pula yang acuh tak acuh dan

lain sebagainya. Semua diluapkan dalam pukulan meja, tudingan dan tunjukan kea

rah televisi tanda tidak suka dengan perbuatan yang ada. Setiap pengunjung juga

sudah merasa maklum dengan kondisi negara ini , hingga perdebatan pun di

mulai.

Saat itu adalah masa masa penetapan Anas Urbaningrum sebagai

tersangka korupsi oleh KPK. Tak heran perasaan jengkel dan sumpah serapah

terlontar ketika menyaksikan tayangan tersebut. Saat itu Pak Sinulingga (54

(53)

yang pernah kau bilang itu , jangan banyak cakap kau, ikan kakap ikan gabus juga kau Nas.

Ekspresi marah ini menuntut janji anas terdahulu yang menyatakan bahwa

ia siap untuk digantung di Monas jika ia terbukti korupsi. Ekspresi menuntut janji

ini terasa riuh sore itu. Berbagai umpatan sanggahan pun mewarnai jalannya

tayangan tersebut. Misalnya yang diungkapkan oleh Pak Supriadi (50 tahun) :

Sabar dulu pak, ini belum selesai bisa jadi ini kongkalikong sama Demokrat biar naek ratingnya pas pemilu nanti.

Dibalas oleh pak Thalim (46 tahun)

Alah, palingan ini isu aja, nanti juga ilang sendiri itu. Tapi kita tunggu aja janjinya si Anas jelebau itu. Gak suka aku liat mukanya itu,muka orang licik, penjahat kelas kakap. Mantap kali KPK ini, gas terus marlae, jangan takut mengungkapkan kebenaran

Ungkapan ini menggambarkan ketidakpuasan mereka dengan hasilnya.

Mereka berharap sesuatu menjadi jelas dan kebenaran dapat segera terwujud.

Obrolan itu terus berjalan seru ditemani kopi dan gorengan yang tak henti

diseruput dan dilahap oleh pengunjung dengan mata yang tak bergerak

memandang layar televisi.

Selepas tayangan tentang Anas, obrolan masih berlangsung di kedai kopi.

Obrolan masih berlangsung dengan berbagai argumen yang mengemuka. Semua

memberikan pendapatnya. Seolah olah ini sidang paripurna, padahal hanya

Gambar

GAMBARAN UMUM  LOKASI PENELITIAN   …..
Gambar 1 . Kondisi Kedai Kopi
Gambar 2 . Lokasi Kedai Kopi
Gambar 3. Kemasan Saji Minuman di Kedai Kopi
+7

Referensi

Dokumen terkait

l Programmes need to be shaped by a good understanding of the operations of market systems and how they affect poor people l Programmes should go through a diagnostic process

Bahwa sebagaimana pelaksanaan ketentuan Pasal 6 Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2009 tentang Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun

Auto Daya Keisindo sering adanya kesalahan input data dan adanya kecurangan dari pihak sales yang memalsukan PO atau SPK yang mengakibatkan pengendalian intern penjualan

Berdasarkan pengertian tersebut, pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses atau upaya sadar untuk menjadikan manusia ke arah yang lebih baik. Dalam suatu

Asuransi kesehatan sudah sesuai dengan ketentuan memungkinkan saya lebih tenang dalam bekerja 58. Asuransi jiwa yang

Metode diartikan sebagai suatu cara atau prosedur yang dipakai untuk mencapai tujuan tertentu, dalam kaitannya dengan pembelajaran, metode didefinisikan sebagai

pada tabel 4.12 untuk analisis data hasil belajar menggunakan skor. peningkatan atau gain skor yang di dapat dari selisih post tes

SYAHRUL YASI N LI MPO, SH.. M.Si,