B A B I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kedai kopi bagi masyarakat di Medan khususnya di Perumnas
Simalingkar merupakan tempat dimana masyarakat berkumpul untuk sekedar
melepas lelah, tempat mengawali hari sebelum melaksanakan aktivitas rutin,atau
menghabiskan waktu yang dianggap bermanfaat dibandingkan melakukan
kegiatan seperti tidur , jalan-jalan tanpa tujuan dan sebagainya.
Kebiasaan masyarakat Medan yang sering berada di kedai kopi
menimbulkan opini negatif dari kebanyakan orang yang ada di kota Medan ini
khususnya di Simalingkar , masyarakat mempertanyakan “ apakah yang dilakukan
mereka disaat berada di kedai kopi ? ” pertanyaan itu penting untuk di jawab .
Dalam hal ini penulis yang juga sering menghabiskan waktu di kedai kopi melihat
bahwa aktifitas di kedai kopi merupakan sebuah dinamika yang menjelaskan
bahwa disana telah terbentuk berbagai opini publik , salah satunya aktifitas kedai
kopi terhadap masyarakat di kota Medan khususnya Simalingkar .
Kedai kopi merujuk kepada sebuah organisasi1
1
http://id.wikipedia.org/wiki/Organisasi
yang secara pokok
menyediakan kopi atau minuman panas lainnya. Dari suatu pengamatan langsung,
kedai kopi banyak memberikan layanan sebagai pusat-pusat interaksi sosial ,
kedai kopi dapat memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk berkumpul,
berbicara, bermain, menghibur satu sama lain, atau membuang waktu, baik secara
yang nyaman bagi pengunjungnya. Ngopi adalah ungkapan terhadap orang yang
ingin menikmati kopi atau minuman lainnya atau sekedar duduk-duduk diwarung
kopi dan mengobrol sesama pengunjung kedai kopi .
Melihat kejadian yang ada di kedai kopi kini muncul menjadi sebuah
identitas yang melekat bagi para penikmatnya, tidak hanya tingkat kenikmatan
semata, gaya hidup dan gaya yang khas , tetapi kini fungsinya semakin
mendapatkan hati masyarakat. Selain terjangkau harganya, nilai yang nyata di
kedai kopi juga menjadi hiburan yang tak tergantikan dari kehidupan masyarakat.
Bukan hanya di Simalingkar saja kedai kopi dijadikan sebagai wadah atau
tempat yang nyaman selain rumah untuk berkomunikasi , bersenang-senang ,
santai ataupun beristirahat sejenak . Di lain daerah di kota Medan juga memiliki
penilaian tersendiri terhadap kedai kopi bahkan di daerah Indonesia lainnya .
Kedai kopi menjadi tanda yang mengukuhkan keberadaan baru bagi
masyarakat, melalui bertemunya beragam orang , suku , agama , lembaga, status
sosial dan bahkan identitas yang multikultur. Dalam pandangan yang lebih luas,
kedai kopi juga bagian dari subkultur yang mempertemukan berbagai budaya dan
identitas baru. Tetapi ngopi “juga bukan sekadar soal keakraban, didalamnya
kerap terjadi pertukaran informasi , wacana, dan pengembangan wawasan,
bahkan hiburan sekalipun .
Pada awalnya ngopi “ hanyalah aktifitas mengisi waktu luang dan tempat
untuk istirahat dari kepenatan ”. Namun perkembangannya kini kedai kopi
menjadi sebuah tempat yang penting untuk menghabiskan waktu luang maupun
waktu beraktifitas sehari - hari . Dari berbagai suku yang berbeda kedai kopi
, hiburan walaupun muncul konflik – konflik kecil didalamnya . Tetapi dalam
beberapa hal, kedai kopi juga didirikan dengan latar belakang yang berbeda .
Lebih jauh lagi, aktifitas kedai kopi ini, membentuk kultur dan kebiasaan baru
dalam berbagai sektor kehidupan, misalnya ekonomi dan sosial.
Bagi sebagian pecinta kopi, menikmati secangkir kopi mungkin hal yang
biasa dilakukan di waktu senggang dan bisa dilakukan dimana saja. Namun bagi
kalangan tertentu menikmati kopi bukan hanya bagaimana merasakan sensasi
manis dan pahit, tetapi bagaimana muatan yang menyertai aktifitas itulah yang
akan berdampak lebih luas. Misalnya para eksekutif muda akan menikmati
secangkir kopi dengan menjalankan aktifitas dengan relasi bisnisnya. Begitu juga
dengan mahasiswa, menikmati secangkir kopi hanya bermakna jika dilakukan di
kedai kopi yang diselingi dengan diskusi kecil. Dan orang tua sekalipun
menjadikan kedai kopi salah satu daya tarik yang tidak lepas dari kehidupan
sehari – hari bahkan kedai kopi menjadi rumah kedua bagi mereka .
Penikmat kopi juga beragam, mulai dari buruh bangunan hingga para
pejabat. Tidak ada sekat dalam hal siapa peminat kopi. Ini membuktikan bahwa
kedai kopi mempunyai potensi kultural yang dapat menggiring masyarakat ke
arah pembauran sosial. Ini tidak lepas dari salah satu manfaat kedai kopi yaitu
sebagai tempat menemukan ide dan gagasan. Bahkan, bagi para penikmat kopi,
kedai kopi adalah sumber informasi dan inspirasi.
Bagi pecinta kopi, menikmati kopi dengan racikan sendiri di rumah atau di
tempat kerja akan terasa berbeda ketika mereka menikmati kopi di kedai kopi.
Entah karena racikannya atau suasananya, kita tidak tahu. Tetapi kemungkinan,
mempengaruhi rasa dalam ngopi itu sendiri. Dan yang aneh lagi adalah
masing-masing kedai kopi memiliki kekhasan rasa tersendiri yang tidak bisa ditemukan di
tempat lain.
Berangkat dari realitas itulah, kebiasaan ngopi bagi masyarakat Indonesia
bukanlah menjadi sebuah realitas yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Akan
tetapi, lebih dari itu ngopi menjadi sebuah gaya hidup (life style) masyarakat.
Kebiasaan masyarakat yang seiring waktu telah berubah menjadi kebutuhan
masyarakat inilah yang nantinya bisa menjadi sebuah subkultur tersendiri di
masyarakat Indonesia.
Apalagi interaksi sosial yang terjadi di kedai kopi membuat suasana
menjadi hidup dan malahan membuat betah meskipun terjadi konflik kecil yang
mewarnai aktifitas yang ada di kedai kopi . Dari obrolan kecil hingga obrolan
yang memanas kerap terjadi di kedai kopi . Permainan kartu dan catur menjadi
hiburan tersendiri bagi penikmat kedai kopi untuk mengisi kekosongan . Bahkan
tidak jarang orang yang baru pulang kerja menyempatkan waktu nya terlebih
dahulu di kedai kopi hanya sekedar minum kopi dan ngobrol sesama pengunjung .
Hal yang tak kalah menariknya yaitu keberadaan kedai kopi secara tidak
langsung mempunyai efek terhadap kegiatan masyarakat di suatu tempat ,
misalnya dalam hal etos kerja . Memang bila di kaji lebih jauh , tinggi rendahnya
etos kerja masyarakat ditentukan oleh pribadi demi pribadi dari masyarakat
tersebut . Namun jika kita mau jujur , keberadaaan kedai kopi bagi sebahagian
masyarakat akan berakibat turunnya etos kerja .
Selain sisi negatifnya , kedai kopi juga mempunyai sisi positif . Banyak
obrolan politik , obrolan ekonomi , dan sosial dijadikan bahan obrolan dan
perdebatan di kedai kopi .
Kedai kopi pada dasarnya adalah tempat dimana penjual minuman kopi
dan pembeli minuman kopi ataupun sesama pembeli minuman kopi bertemu ,
bubuk kopi dan gula telah diseduh dan dihidangkan di meja , maka kedai kopi
memperlihatkan peranan dan fungsinya , bukan hanya sekedar mendapatkan
segelas kopi yang harganya tiga ribu sampai enam ribu rupiah per gelas . Tetapi
juga sebagai suatu media interaksi antara sesama pengunjung kedai kopi ataupun
dengan penjual minuman kopi .
Di pasar atau di toko , penjual dan pembeli ataupun sesama pembeli saling
bertemu . Tapi pertemuan dan interaksi berlangsung dalam waktu relatif singkat .
Setelah semua selesai belanja dipesan dan dibayar , maka berakhirlah interaksi
mereka . Tidak lah demikian halnya dengan di kedai kopi , yang antara pembeli
dan penjual dan antara sesama pembeli terlibat komunikasi yang relatif panjang ,
dan bahkan ada kemungkinan perbincangan tersebut terulang lagi untuk esok
harinya .
Adanya tenggang waktu yang cukup lama antara penjual dan pembeli dan
antara pembeli dan pembeli membuat kedai kopi mempunyai keunikan tersendiri .
Kedai kopi dengan segala kesederhanaannya telah memperlihatkan peranan dan
fungsinya sebagai sarana interkasi sosial yang sangat potensial .
Fungsi sosial kedai kopi sebagai pusat kegiatan ekonomi dapat dilihat
dalam perubahan – perubahan yang terjadi dibidang produksi , konsumsi , dan
lingkup yang sederhana , dalam hal ini dapat dilihat pada perubahan – perubahan
sosial budaya sebagai akibat dari pembaruan dan pembauran .
Dengan demikian terlihat bahwa kedai kopi bukan hanya tempat berjual
beli semata , namun juga mempunyai fungsi lain bagi masyarakat yang
bersangkutan . Alasan – alasan itu lah menjadi daya tarik kedai kopi yang begitu
mempesona bagi penikmatnya . Dari siang hingga malam kedai kopi membuat
cerita yang tidak pernah habis untuk di perbincangkan .
1.2. Tinjauan Pustaka
Kedai kopi adalah tempat yang menyediakan kopi dan berbagai jenis
minuman lainnya , selain itu kedai kopi juga menyediakan berbagai jenis makanan
ringan sebagai teman minum kopi . Kedai kopi juga merupakan tempat di mana
berkumpulnya orang-orang yang sekedar bersantai atau pun melakukan aktifitas
diskus kecil , obrolan ringan dan bersenang – senang dengan hiburan yang ada .
Selain itu ada juga yang memanfaatkan kedai kopi sebagai tempat beristirahat
yang nyaman selain dirumah sendiri , biasa nya di siang hari .
Pada dasarnya kedai kopi identik dengan kalangan-kalangan paruh baya2
2
,
hal ini didasari karena pelanggan-pelanggan yang sering berada di kedai kopi
merupakan orang-orang yang sudah paruh baya , namun seiring perkembangan
zaman kedai kopi tidak hanya di minati oleh kalangan-kalangan tertentu saja tapi
sudah mencakup berbagai elemen , mulai dari orang tua , anak muda , bahkan
anak-anak pun sering berada di kedai kopi dengan didampingi orang tuanya .
Kedai kopi erat hubungannya dengan ruang publik . Fungsi kedai kopi
tersebut yang memungkinkannya menjadi ruang yang dapat dinikmati, ditempati
oleh siapa saja. Fungsi tersebut menghadirkan kedai kopi menjadi ruang yang
bebas bagi setiap orang.
Istilah ruang publik (public space) pernah dilontarkan Lynch3
Ruang publik diartikan sebagai ruang bagi diskusi kritis yang terbuka bagi
semua orang. Pada ruang publik ini, warga privat (private person) berkumpul
untuk membentuk sebuah publik dimana nalar publik ini akan diarahkan untuk
mengawasi kekuasaan pemerintah dan kekuasaan negara. Ruang publik
mengasumsikan adanya kebebasan berbicara dan berkumpul, pers bebas, dan hak
secara bebas berpartisipasi dalam perdebatan politik dan pengambilan keputusan.
Lebih lanjut, ruang publik dalam hal ini terdiri dari media informasi seperti surat
kabar dan jurnal. Juga termasuk dalam ruang publik adalah tempat minum dan
kedai kopi, balai pertemuan, serta ruang publik lain dimana diskusi sosio-politik
berlangsung3.
dengan
menyebutkan bahwa ruang publik adalah nodes dan landmark yang menjadi alat
navigasi didalam kota . Gagasan tentang ruang publik kemudian berkembang
secara khusus seiring dengan munculnya kekuatan civil society. Dalam hal ini
filsuf Jerman, Jurgen Habermas, dipandang sebagai penggagas munculnya ide
ruang publik. Jurgen Habermas memperkenalkan gagasan ruang publik pertama
kali melalui bukunya yang berjudul The Structural Transformation of the Public
Sphere: an Inquire Into a Category of Bourjuis Society yang diterbitkan sekitar
tahun 1989.
3
Ruang publik ditandai oleh tiga hal yaitu responsif, demokratis, dan
bermakna. Responsif dalam arti ruang publik adalah ruang yang dapat digunakan
untuk berbagai kegiatan dan kepentingan luas. Demokratis, artinya ruang publik
dapat digunakan oleh masyarakat umum dari berbagai latar belakang sosial,
ekonomi, dan budaya serta aksesibel bagi berbagai kondisi fisik manusia.
Bermakna memiliki arti kalau ruang publik harus memiliki tautan antara manusia,
ruang, dan dunia luas dengan konteks sosial4
Animo pengunjung kedai kopi tidak mutlak muncul oleh rasa dan aroma
kopi yang disajikan, tetapi lebih kepada keinginan untuk berinteraksi. Buktinya,
sebagian besar kedai kopi yang ada di Indonesia bahkan di Medan hanya
menyediakan minuman kopi berbahan baku kopi robusta. Padahal, bagi para
“penikmat” kopi sejati, mereka pasti akan mencari kedai kopi atau cafe yang
menyediakan kopi arabica, karena aroma yang tajam dan rasanya yang khas.
Tetapi bagi pengunjung setia kedai kopi , tetap mempertahankan atau menjadikan
kedai kopi salah satu aktivitas sehari – hari yang juga memiliki peran penting
dalam kehidupan sehari – hari .
.
Kejadian ini mempertegas makna ngopi dalam tradisi masyarakat di
Indonesia. Aktifitas minum kopi adalah media interaksi antar masyarakat dari
berbagai stratifikasi sosial. Fungsi kedai kopi mulai bergeser, dari tempat minum
menjadi ranah publik milik semua elemen masyarakat baik sebagai tempat
melepas lelah, tempat bercengkrama bahkan termasuk sebagai ruang hiburan.
Secangkir kopi menjadi semacam e-mail dan password untuk izin menikmati
suasana dan aktifitas orang yang ada di kedai kopi . Maksudnya bahwa dengan
4
memesan secangkir kopi sudah bisa berlama – lama dan berbaur dengan
pengunjung lainnya .
Ibarat akun “jejaring sosial” twitter, kedai kopi membolehkan siapapun
mem-follow (bergabung) orang yang menjadi idola dan narasumbernya. Siapapun,
apalagi jika sudah kenal, boleh nimbrung mendengar dan mengomentari
pembicaraan si narasumber selama cangkirnya masih berisi kopi. Siapapun tidak
dilarang untuk membayar harga kopi orang yang di-follow atau mem-follownya5
Kedai kopi pada akhirnya menjadi ruang publik multifungsi. Tempat
minum kopi yang sejatinya berfungsi sebagai rumah aspirasi. Berbagai rumor,
fakta dan data bergulir dari sana, bagai bola salju, menggelinding menjadi
konsumsi publik. Di tempat ini pula rumor, fakta dan data itu, pada akhirnya
kembali dalam bentuk umpan balik disertai komentar miring. Umpan balik
berharga itu sangat memungkinkan diserap menjadi bahan dasar untuk menyusun
sebuah kebijakan publik.
.
Dalam setiap prosesnya ruang publik membutuhkan pelaku sebagai alat
menjalankan ruang publik tersebut. Kedai kopi membutuhkan pelaku atau orang
orang yang berada di kedai tersebut hingga terbentuk suatu ruang publik. Pelaku
tersebut adalah masyarakat.
Masyarakat6
5
(https://www.facebook.com/notes/adib-tamami/humanisme-ala-warung-kopi/349414665069197)
merupakan salah satu satuan sistem sosial, atau kesatuan
hidup manusia. Istilah inggrisnya adalah society , sedangkan masyarakat itu sendiri
berasal dari bahasa Arab, Syakara yang berarti ikut serta atau partisipasi, kata Arab
masyarakat berarti saling bergaul yang istilah ilmiahnya berinteraksi.
6
Ada beberapa pengertian masyarakat :
a. Menurut (Selo Sumarjan 1974) masyarakat adalah orang-orang yang hidup
bersama yang menghasilkan kebudayaan
b. Menurut (Koentjaraningrat 1994) masyarakat adalah kesatuan hidup manusia
yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat
kontinyu dan terikat oleh suatu rasa identitas yang sama.
c. Menurut (Ralph Linton 1968) masyarakat adalah setiap kelompok manusia
yang hidup dan bekerja sama dalam waktu yang relatif lama dan mampu
membuat keteraturan dalam kehidupan bersama dan mereka menganggap
sebagai satu kesatuan sosial.
Ada beberapa komponen masyarakat diantaranya :
a. Populasi dengan aspek-aspek genetik dan demografik
b. Kebudayaan sebagai produk dari aktivitas cipta rasa, karsa dan karya manusia.
Isi kebudayaan meliputi beberapa sistem nilai, yaitu sistem peralatan
(teknologi), ekonomi, organisasi, ilmu pengetahuan, kesenian, dan kepercayaan
sistem bahasa.
Masyarakat tidak begitu saja muncul seperti sekarang ini, tetapi adanya
perkembangan yang dimulai dari masa lampau sampai saat sekarang ini dan
terdapat masyarakat yang mewakili masa tersebut. Masyarakat ini kemudian
berkembang mengikuti perkembangan jaman sehingga kemajuan yang dimiliki
masyarakat yang berkembang tidak seperti mengikuti perubahan jaman melainkan
berubah sesuai dengan konsep mereka tentang perubahan itu sendiri.
Dalam mempertahankan kehidupannnya masyarakat beradaptasi dengan
lingkungannya. Adapun adaptasi tersebut dibedakan sebagai berikut :
a. Adaptasi genetik; setiap lingkungan hidup biasanya merangsang penghuninya
untuk membentuk struktur tubuh yang spesifik, yang bersifat turun temurun
dan permanen
b. Adaptasi somatis yang merupakan penyesuaian secara struktural atau
fungsional yang sifatnya sementara (tidak turun temurun). Bila dibandingkan
dengan makhluk lainnya, maka manusia mempunyai daya adaptasi yang relatif
lebih besar.
Masyarakat sering dikelompokkan berdasarkan cara utamanya dalam
bermata pencaharian. Pakar ilmu sosial mengidentifikasikan ada: masyarakat
pemburu, masyarakat pastoral nomadis, masyarakat bercocoktanam, dan
masyarakat agrikultural intensif, yang juga disebut masyarakat peradaban.
Sebagian pakar menganggap masyarakat industri dan pasca-industri sebagai
kelompok masyarakat yang terpisah dari masyarakat agrikultural tradisional.
Masyarakat dapat pula dikategorikan berdasarkan struktur politiknya:
berdasarkan urutan kompleksitas dan besar, terdapat masyarakat band, suku, dan
masyarakat negara.Kata society berasal dari bahasa latin, societas, yang berarti
hubungan persahabatan dengan yang lain. Societas diturunkan dari kata socius
Secara implisit, kata society mengandung makna bahwa setiap anggotanya
mempunyai perhatian dan kepentingan yang sama dalam mencapai tujuan
bersama.
Masyarakat sebagai elemen penting dalam aktivitas di kedai kopi dengan
menggunakan interaksi sebagai momen untuk membentuk suatu ruang publik.
Interaksi sosial dapat diartikan sebagai hubungan-hubungan sosial yang dinamis,
dimana hubungan tersebut dapat berupa hubungan antara individu yang satu
dengan individu lainnya, antara kelompok yang satu dengan kelompok lainnya,
maupun antara kelompok dengan individu. Dalam interaksi terdapat simbol yang
diartikan sebagai sesuatu yang bernilai atau maknanya diberikan kepadanya oleh
mereka yang menggunakannya7
1. Pengaruh alam terhadap masyarakat kota kecil
2. Mata pencahariannya sangat beragam sesuai dengan keahlian dan
keterampilannya.
3. Corak kehidupan sosialnya bersifat gessel schaft (patembayan), lebih
individual dan kompetitif.
4. Keadaan penduduk dari status sosialnya sangat heterogen
5. Stratifikasi dan diferensiasi sosial sangat mencolok. Dasar stratifikasi
adalah pendidikan, kekuasaan, kekayaan, prestasi, dll.
7
http://khairulazharsaragih.blogspot.com/2012/08/interaksi-sosial.html
8
6. Interaksi sosial kurang akrab dan kurang peduli terhadap lingkungannya.
Dasar hubungannya adalah kepentingan.
7. Keterikatan terhadap tradisi sangat kecil
8. Masyarakat kota umumnya berpendidikan lebih tinggi, rasional,
menghargai waktu, kerja keras, dan kebebasan
9. Jumlah warga kota lebih banyak, padat, dan heterogen
10. Pembagian dan spesialisasi kerja lebih banyak dan nyata
11. Kehidupan sosial ekonomi, politik dan budaya amat dinamis, sehingga
perkembangannya sangat cepat
12. Masyarkatnya terbuka, demokratis, kritis, dan mudah menerima
unsur-unsur
pembaharuan.
13. Pranata sosialnya bersifat formal sesuai dengan undang-undang dan
peraturan yang berlaku
14. Memiliki sarana – prasarana dan fasilitas kehidupan yang sangat banyak.
Karateristik masyarakat kota:
1. Anonimitas
Kebanyakan warga kota menghabiskan waktunya di tengah-tengah kumpulan
manusia yang anonim.Heterogenitas kehidupan kota dengan keaneka ragaman
manusianya yang berlatar belakang kelompok ras, etnik, kepercayaan,
2. Jarak Sosial
Secara fisik orang-orang dalam keramaian, akan tetapi mereka hidup
berjauhan.
3. Keteraturan
Keteraturan kehidupan kota lebih banyak diatur oleh aturan-aturan legal
rasional. (contoh: rambu-rambu lalu lintas, jadwal kereta api, acara televisi,
jam kerja, dll)
4. Keramaian (Crowding)
Keramaian berkaitan dengan kepadatan dan tingginya tingkat aktivitas
penduduk kota. Sehingga mereka suatu saat berkerumun pada pusat keramaian
tertentu yang bersifat sementara (tidak permanen).
5. Kepribadian Kota
Sorokh, Zimmerman, dan Louis Wirth menyimpulkan bahwa kehidupan kota
menciptakan kepribadian kota, materealistis, berorientasi, kepentingan,
berdikari (self sufficient), impersonal, tergesa-gesa, interaksi social dangkal,
manipualtif, insekuritas (perasaan tidak aman) dan disorganisasi pribadi.
Dalam menganalisa proses proses interaksi antara individu dalam
masyarakat, harus membedakan dua hal yaitu : (1) kontak, dan (2) komunikasi.
Kontak antara individu juga tidak hanya mungkin pada jarak dekat, misalnya
berhadapan muka,namun juga bisa menggunakan alat kebudayaan seperti
tulisan,buku ,surat kabar ataupun telepon. Sedangkan komunikasi muncul setelah
Komunikasi adalah proses dimana pesan pesan dioperasikan dari sumber
kepada penerima. Dengan kata lain komunikasi adalah pemindahan ide ide dari
sumber dengan harapan akan merubah tingkah laku maupun ide penerima. Saluran
komunikasi adalah alat dengan pesan pesan dari sumber dapat sampai kepada
penerima (Hanafi, 1986 : 27).
Komunikasi juga merupakan dasar interaksi. Setiap kelompok harus
menerima dan menggunakan informasi dan proses terjadi melalui komunikasi.
Eksistensi kelompok tergantung pada komunikasi, pertukaran informasi dan
meneruskan komunikasi (Walgito,2006 : 77) .
Komunikasi dan interaksi membentuk nilai dasar sebuah kelompok.
Dimana nilai tersebut menjadi acuan tuntunan dari kelompok tersebut.
Mengemukakan bahwa nilai budaya merupakan sesuatu yang abstrak, yang
dijadikan pedoman serta prinsip – prinsip umum dalam bertindak dan bertingkah
laku. Keterikatan orang atau kelompok terhadap nilai relatif sangat kuat dan
bahkan bersifat emosional. Oleh sebab itu, nilai dapat dilihat sebagai tujuan
kehidupan manusia itu sendiri.
Sejalan dengan itu Koentjaraningrat memperjelas bahwa (dalam Sartini
2009:30) nilai budaya terdiri dari konsepsi – konsepsi yang hidup dalam alam
fikiran sebahagian besar warga masyarakat mengenai hal – hal yang mereka
anggap amat mulia. Sistem nilai yang ada dalam suatu masyarakat dijadikan
orientasi dan rujukan dalam bertindak. Oleh karena itu, nilai budaya yang dimiliki
seseorang mempengaruhinya dalam menentukan alternatif, cara, alat, dan tujuan
Hal inilah yang peneliti lihat bahwa kedai kopi disinyalir sebagai
fenomena kultural yang hidup dimasyarakat. Fenomena ini sesuai dengan paham
budaya yang dikemukakan oleh Spredley (1997) Kebudayaan yang merupakan
pengetahuan yang diperoleh dan digunakan manusia untuk menginterpretasikan
pengalaman dalam menghadapi dunianya. Di kedai kopi merupakan tempat bagi
mereka yang berkecimpung disitu sebagai ekspresi dalam menginterpretasi dunia.
1. 3. Rumusan Masalah
Perumusan masalah memerlukan adanya pembatasan masalah, agar
penelitian ini tidak menjadi rancu atau pun menjadi luas kepada hal-hal yang tidak
terkait dengan masalah yang sedang di teliti . Adanya pembatasan masalah ,
diharapkan agar dalam penelitian ini akan menjadi lebih fokus. Dari penjelasan
dilatarbelakang dan kajian pustaka diatas, maka yang menjadi rumusan masalah
dalam penelitian ini yaitu :
- Apa saja yang terjadi di dalam aktifitas yang ada di kedai kopi ?
- Bagaimana hubungan interaksi penjual dan pembeli ?
- Bagaimana hubungan interaksi antara sesama pengunjung kedai kopi ?
1.4. Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1.4.1. Tujuan Penelitian
Penetapan tujuan penelitian merupakan sesuatu yang penting, dimana
tujuan tersebut menjadi pijakan awal penelitian tersebut dilakukan.Penelitian ini
bertujuan :
- Untuk mengetahui cara dan metode penjual saat menghadapi pembeli
- Untuk mengetahui apa yang sebenarnya di lakukan masyarakat di kedai
kopi sehingga menjadi kebiasaan sehari-hari.
1.4.2. Manfaat Penelitian
Sebagai bentuk penelitian, besar harapan penulis agar nantinya hasil dari
penelitian dapa memberikan sumbangan nyata yang berarti bagi khalayak umum
dan khususnya bagi masyarakat kota Medan dan sekitarnya . Secara akademis
penelitian ini diharapkan :
- Dapat menjadi acuan dan referensi tambahan bagi penulis dan pembaca.
- Dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian berikutnya.
- Dapat menjadi bahan bacaan yang fungsional bagi penulis maupun pembaca .
Bagi pembaca diharapkan dari hasil penelitian ini dapat menjadi bahan
penambahan informasi mengenai aktifitas yang ada di kedai kopi bagi masyarakat
kota Medan khususnya di Simalingkar dan bagi penulis untuk mendapatkan
pengetahuan lebih mengenai teori yang dipelajari serta fakta yang terjadi di
lapangan, serta menerapkan ilmu yang sudah diperoleh dalam realita kehidupan.
1.5. Metode Penelitian
Bentuk penelitian ini adalah studi etnografi dengan menggunakan
pendekatan kualitatif yang dapat diartikan sebagai pendekatan yang menghasilkan
data , dan tingkah laku yang dapat di amati (Nawawi, 1994:2003). Metode
peneliti menggambarkan secara terperinci tentang aktivitas yang ada di kedai
kopi.
1.5.1. Karakteristik Penelitian
Metode penelitian yang digunakan peneliti adalah pendekatan kualitatif ,
yaitu bertujuan untuk dapat melakukan penggalian informasi secara lebih dalam
dan mendapatkan gambaran yeng lebih detail dan komperhensif mengenai
aktivitas yang ada di kedai kopi yang ada di kota Medan khususnya Simalingkar.
Dengan melihat secara langsung dan menulis catatan kecil yang terjadi di kedai
kopi dan berbaur dengan pengunjung lainnya .
1.5.2. Teknik Pengumpulan Data
Data kualitatif akan menjadi data utama untuk hasil penelitian .
Pengumpulan data dalam penelitian ini dapat dibagi atas 2 (dua) kelompok yaitu
data primer dan data sekunder . Data primer merupakan data yang diperoleh dari
lapangan melalui observasi dan wawancara mendalam.Sedangkan data sekunder
merupakan data yang diperoleh dari penelitian kepustakaan,yaitu cara penelitian
dalam perolehan data melalui studi pustaka sebagai sumber data sekunder yang
bersifat teoritis,dalam hal ini berupa buku-buku , literatur , jurnal tesis , laporan
penelitian , skripsi , serta bahan-bahan relevan lainnya.
Informan penelitian adalah orang yang memberikan informasi sesuai apa
yang dibutuhkan oleh peneliti . Informan dalam penelitian ini merupakan penjual
karena semuanya memiliki peran yang penting untuk memberikan informasi yang
aktual dan lengkap .
Dalam penelitian ini , pengumpulan data primer dilakukan dengan beberapa
teknik yaitu :
- Observasi Pastisipasi
Informasi dan data pada penelitian ini salah satunya didapat dari
pengamatan terlibat (observasi partisipasi) . Tujuannya untuk melihat dan
merasakan secara langsung konsep-konsep yang terkandung dalam pikiran
informan , Danandjaja mengatakan untuk mendapatkan data yang sensitif dan
sangat pribadi (Danandjaja, 1994 : 105) . Dalam observasi partisipasi ini peneliti
ikut dalam kehidupan sehari-hari informan , bahkan secara kondisional dilapangan
ikut dalam kegiatan yang dijalaninya . Sebagaimana Vrendenbregt mengatakan
dalam pengamatan ini ada interaksi antara peneliti dengan informannya (dalam
Danandjaja, 1994 : 105 ).
- Wawancara
Wawancara berguna untuk memperoleh data dari para informan. Hasil
wawancara tersebut nantinya akan digunakan sebagai informasi untuk melengkapi
data. Metode wawancara yang digunakan adalah wawancara yang bersifat bebas
dan mendalam (depth interview).
Wawancara yang bebas dan bersifat mendalam adalah proses memperoleh
keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka
antara peneliti dna informan,dimana peneliti dan informan terlibat percakapan
yang cukup lama. Pelaksanaan wawancara tidak hanya dilakukan sekali ataupun
Untuk melengkapi dan memperkuat data yang sudah ada , peneliti juga
menggunakan metode wawancara yang bersifat bebas yaitu wawancara yang
dilakukan peneliti kepada informan tanpa ada persiapan terlebih dahulu .
Wawancara tersebut dilakukan apabila peneliti secara kebetulan bertemu dengan
informan.
1.5.3. Analisis Data
Data – data yang diperoleh melalui kegiatan pengumpulan data dianalisa
secara kualitatif . Keseluruhan data yang di peroleh dari observasi dan wawancara
tersebut di olah setelah dianalisis pada tiap – tiap data yang dikumpulkan .
Kemudian menguraikan pada bagian – bagian permasalahan dengan membuat sub
– sub judul pada bab – bab dalam penulisan penelitian . Analisa data yang
dilakukan sesuai dengan kajian Antropologis dengan melihat permasalahan yang
ada . Analisa data dilakukan mulai pada saat meneliti atau selama proses