DI KOTA MEDAN
(Studi Kasus : Kecamatan Medan Selayang, Kotamadya Medan)
SKRIPSI
MUHAMMAD KHALIQI 100304029
AGRIBISNIS
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PREFERENSI KONSUMEN TERHADAP KEDAI KOPI
DI KOTA MEDAN
(Studi Kasus : Kecamatan Medan Selayang, Kotamadya Medan)
SKRIPSI
MUHAMMAD KHALIQI 100304029
AGRIBISNIS
Diajukan Kepada Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
Disetujui oleh : Komisi Pembimbing
Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing
(Dr. Ir, Salmiah, M. S) (Sri Fajar Ayu, S. P, M. M, D.BA
NIP. 195702171986032001 NIP. 197008272008122001
)
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Mempengaruhi Preferensi Konsumen Terhadap Kedai Kopi di Kota Medan. Penelitian ini dibimbing oleh Ibu Dr. Ir. Salmiah, M.S dan Ibu Sri Fajar Ayu,S.P, M. M, D. BA.
Tujuan penelitian ini adalah untuk Mengkaji karakteristik konsumen dalam memilih kedai kopi, Mengkaji motivasi konsumen untuk datang ke kedai kopi, Menganalisis faktor yang mempengaruhi preferensi konsumen terhadap kedai kopi di Kota Medan dan Mengkaji kriteria kedai kopi yang ideal menurut konsumen.
Metode analisis yang digunakan adalah dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis faktor dengan menggunakn software SPSS. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2014.
Hasil penelitian berdasarkan analisis faktor didapat lima faktor yang memiliki pengaruh terbesar terhadap preferensi konsumen terhadap kedai kopi yaitu pendapatan, informasi, kenyamanan, fasilitas dan teman.
iv
RIWAYAT HIDUP
MUHAMMAD KHALIQI lahir di Banda Aceh pada tanggal 23 Juni 1993 anak dari Bapak Armanto dan Ibu Wiwik Widayanti, S. Pd. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara.
Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut :
1. Tahun 1999 masuk Sekolah Dasar Swasta Al-Azhar Medan tamat tahun 2004. 2. Tahun 2004 masuk Sekolah Menengah Pertama Swasta Al-Azhar Medan tamat
tahun 2006.
3. Tahun 2006 masuk Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Medan tamat tahun 2009. 4. Tahun 2010 menempuh pendidikan di Program Studi Agribisnis, Fakultas
Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan melalui jalur UMB-PTN (Ujian Masuk Bersama Perguruan Tinggi Negeri).
5. Bulan Juli-Agustus 2013 mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Rampah Estate, Kecamatan Sei Bamban, Kabupaten Serdang Bedagai,
Provinsi Sumatera Utara.
6. Bulan April 2014 melakukan penelitian skripsi di Kota Medan.
7. Ketua Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (IMASEP), Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara Periode 2013-2014
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya serta nikmat kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun judul ini adalah Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Preferensi Konsumen Terhadap Kedai Kopi di Kota Medan. Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Penulis pada kesempatan ini mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Dr. Ir. Salmiah, M. S selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Ibu Sri Fajar Ayu, SP, M.M, D.BA sebagai Anggota Komisi Pembimbing yang telah banyak membimbing dan memberikan masukan sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
2. Seluruh dosen dan Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian USU yang selama ini telah membekali ilmu pengetahuan kepada penulis.
3. Seluruh pegawai di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara khususnya pegawai Program Studi Agribisnis yang telah membantu seluruh proses administrasi.
4. Institusi/ Dinas dan responden yang terkait dengan penelitian penulis.
vi
Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Anak-anak BADMAN dan KUMPET-KEMPET yang selalu memberikan motivasi kepada penulis serta teman-teman angkatan 2010 di Program Studi Agribisnis yang lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
ABSTRAK ... i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi Masalah... 5
1.3 Tujuan Penelitian ... 5
1.4 Kegunaan Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka ... 7
2.2 Landasan Teori ... 9
2.2.1. Perilaku Konsumen ... 9
2.2.2. Proses Pengambilan Keputusan ... 10
2.2.3. Strategi Pemasaran ... 12
2.3 Penelitian Terdahulu ... 15
2.4 Kerangkan Pemikiran ... 16
2.5 Hipotesis Penelitian ... 17
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 18
3.2 Metode Penentuan Sampel ... 18
3.3 Jenis dan Sumber Data ... 19
3.4 Metode Pengumpulan Data ... 19
3.5 Metode Analisis Data... 20
3.6 Definisi dan Batasan Operasional ... 24
3.5.1 Definisi Operasional ... 24
3.5.2 Batasan Operasional ... 25
BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN 4.1 Deskripsi Daerah Penelitian ... 26
4.1.1. Medan Selayang ... 27
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Konsumen Kedai Kopi di Kota Medan... 28
5.1.1 Jenis Kelamin ... 28
5.1.2 Umur ... 29
5.1.3 Pekerjaan ... 31
viii
di Kota Medan ... 33 5.2.1 Pola Konsumsi Konsumen Kedai Kopi di Kota Medan ... 33 5.2.2 Motivasi Konsumen Datang ke Kedai Kopi di Kota Medan ... 36 5.3 Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Preferensi Konsumen dalam Memilih Kedai Kopi di Kota Medan ... 38
5.3.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Preferensi Konsumen dalam Memilih Kedai Kopi ... 39 5.4 Kriteria Kedai Kopi yang Ideal Menurut Konsumen di Kota Medan 46 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ... 52
6.2 Saran ... 53
Tabel Judul Hal 1 Konsumsi Kopi di Indonesia Tahun 2010-2016 2 2 Perkembangan Luas Lahan Areal dan Produksi Kopi di
Sumatera Utara 2007-2011
2
3 Karakteristik Konsumen Kedai Kopi Berasarkan Jenis Kelamin
28
4 Karakteristik Konsumen Berdasarkan Umur 30 5 Karakteristik Konsumen Kedai Kopi di Kota Medan
Berdasarkan Pekerjaan
31
6 Karakteristik Konsumen Kedai Kopi di Kota Medan Berdasarkan Pendapatan Konsumen
32
7 Pola Konsumsi Konsumen Kedai Kopi di Kota Medan 33 8 Frekuensi Konsumen Datang ke Kedai Kopi di Kota Medan 35 9 Motivasi Konsumen Datang ke Kedai Kopi di Kota Medan 36 10 Nilai Communality 11 variabel (berdasarkan urutan terbesar) 39 11 Fasilitas Kedai Kopi yang Ideal Menurut Konsumen 47 12 Lokasi Kedai Kopi yang Ideal Menurut Konsumen 48 13 Promosi yang Ideal Menurut Konsumen 49 14 Citarasa Produk Kopi dari Sebuah Kedai Kopi yang Ideal
Menurut Konsumen
50
15 Media Iklan yang Efektif Digunakan Kedai Kopi Menurut Konsumen
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul Hal
1 Tipe-tipe Perilaku Konsumen 8 2 Tahapam-tahapan Proses Pengambilan Keputusan Pembelian 10
Lampiran Judul
iii
ABSTRAK
MUHAMMAD KHALIQI (100304029) dengan judul Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Preferensi Konsumen Terhadap Kedai Kopi di Kota Medan. Penelitian ini dibimbing oleh Ibu Dr. Ir. Salmiah, M.S dan Ibu Sri Fajar Ayu,S.P, M. M, D. BA.
Tujuan penelitian ini adalah untuk Mengkaji karakteristik konsumen dalam memilih kedai kopi, Mengkaji motivasi konsumen untuk datang ke kedai kopi, Menganalisis faktor yang mempengaruhi preferensi konsumen terhadap kedai kopi di Kota Medan dan Mengkaji kriteria kedai kopi yang ideal menurut konsumen.
Metode analisis yang digunakan adalah dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis faktor dengan menggunakn software SPSS. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2014.
Hasil penelitian berdasarkan analisis faktor didapat lima faktor yang memiliki pengaruh terbesar terhadap preferensi konsumen terhadap kedai kopi yaitu pendapatan, informasi, kenyamanan, fasilitas dan teman.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar BelakangKopi merupakan komoditas perkebunan yang memegang peranan penting dalam
perekonomian Indonesia. Komoditas ini diperkirakan menjadi sumber pendapatan
utama tidak kurang dari 1,84 juta keluarga yang sebagian besar mendiami
kawasan pedesaan di wilayah-wilayah terpencil. Selain itu, komoditas ini juga
berperan penting dalam penyediaan lapangan kerja di sektor industri hilir dan
perdagangan. Kopi merupakan komoditas ekspor penting bagi Indonesia yang
mampu menyumbang devisa yang cukup besar. Pada tahun 2010 luas areal kebun
kopi mencapai 1.162.810 ha dengan produksi 686,92 ton dan volume ekspor
433.595 ton atau setara dengan US$ 814.311.000 (Deptan, 2011).
Dengan melihat prospek dari segi agribisnis kopi di Indonesia hal ini memberikan
sebuah peluang usaha bagi setiap produsen. Peluang usaha ini bukan hanya di
sektor hulu namun juga di sektor hilir dari usahatani kopi. Demi mengikuti
keinginan konsumen, produsen kopi juga terus berinovasi dan memberikan
banyak pilihan kepada konsumen terhadap produk akhir kopi.
Pada saat ini konsumen kopi menganggap kopi bukan sekedar minuman
pelengkap namun dianggap sebagai minuman pokok bagi konsumen yang
kecanduan terhadap minuman ini. Beberapa penikmat kopi juga menganggap kopi
2
hari saja namun di setiap waktu. Tren ini bukan hanya ada dikalangan konsumen
dewasa namun juga dikalangan remaja.
Tabel 1. Konsumsi Kopi di Indonesia Tahun 2010-2016 No. Tahun Jumlah Penduduk
(jiwa)
Tingkat konsumsi kopi di Indonesia yang terus meningkat membuat seluruh sub
sektor agribisnis terus berusaha untuk memenuhi seluruh permintaan konsumen
tersebut terhadap kopi. Terutama di sektor hulu perkembangan luas lahan
meningkat setiap tahunnya. Peningkatan luas lahan ini juga diikuti Provinsi
Sumatera Utara sebagai salah satu produsen kopi di Indonesia. Perkembangan luas
areal ini selaras dengan peningkatan produksi kopi dari Provinsi Sumatera Utara.
Tabel 2. Perkembangan Luas Areal dan Produksi Kopi di Sumatera Utara 2007-2011.
Tahun Arabika Robusta
2007 53.869,36 42.222,57 25.110,74 8.592,92
2008 56.390,81 45.351,99 23.993,36 8.573,32
2009 57.141,89 45.482,81 22.403,10 8.238,61
2010 57.721,06 42.755,11 20.988,50 7.844,94
2011 59.144,67 48.354,26 20.976,39 8.393,18
Dengan meningkatnya industri di sektor hulu harus diimbangi dengan
perkembangan sektor hilir komoditi kopi. Peningkatan sektor hilir ini
bermunculan untuk mengakomodir seluruh produksi kopi yang terus meningkat
setiap tahunnya agar ada tempat untuk mengelolah kopi jadi produk akhir. Sektor
hilir dari komoditi kopi ini bisa berupa industri kopi kemasan dan industri kedai
kopi.
Menurut AEKI (2013), industri kedai kopi menengah merupakan industri kopi
yang tergolong pada industri pengolahan kopi yang menghasilkan kopi bubuk atau
produk kopi olahan lainnya seperti minuman kopi yang produknya dipasarkan di
wilayah kecamatan atau kabupaten tempat produk tersebut dihasilkan.
Kemunculan berbagai kedai kopi yang ada membuat konsumen memiliki pilihan
yang banyak terhadap kedai kopi yang ada. Sehingga akan ada sebuah
ketertarikan konsumen untuk memilih (preferensi) terhadap sebuah kedai kopi.
Dalam menganalisis preferensi konsumen, perlu diperhatikan determinan yang
menjadi dasar perilaku konsumen itu sendiri. Determinan ini dikelompokan
menjadi tiga bagian yaitu pengaruh lingkungan, perbedaan individu serta proses
psikologis konsumen (Kotler, 1997).
Kota Medan sebagai salah satu kota metropolitan dengan jumlah penduduk yang
terus meningkat, Kota Medan menjadi tempat yang sangat potensial untuk
4
peningkatan jumlah kedai yang memasarkan produk akhir kopi tumbuh secara
pesat untuk memenuhi kebutuhan konsumen di Kota Medan.
Pertumbuhan penduduk Kota Medan yang begitu pesat dan meningkatnya jumlah
penikmat kopi di Kota Medan membuat sebuah peluang bisnis yang sangat baik
untuk membuka kedai-kedai kopi. Sehingga di Medan sangat mudah didapat
kedai-kedai kopi yang menyediakan berbagai hal jenis olahan kopi seperti Kopi
Tubruk, Cappucino, Latte, Espresso, kopi luwak dan Breve. Kelima produk ini
merupakan produk olahan akhir dari kopi yang cukup diminati konsumen yang
dijual secara kemasan maupun melalui kedai-kedai kopi yang ada di Medan.
Kondisi ini membuat konsumen memiliki banyak pilihan dalam memilih kedai
kopi.
Namun pada dasarnya tidak semua kedai kopi yang ada di Kota Medan dapat
keuntungan yang besar. Ada beberapa kedai kopi yang ada di Kota Medan tutup
karena kalah bersaing dengan kedai kopi yang menawarkan fasilitas lebih
dibandingkan dengan kedai kopi tersebut. Hal ini dikarenakan produsen kedai
kopi tersebut tidak mengetahui bagaimana karakteristik konsumen dalam memilih
kedai kopi, faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi preferensi konsumen dalam
memilih kedai kopi, apa saja yang menjadi kriteria yang ideal untuk membuka
kedai kopi yang disukai oleh konsumen dan apa motivasi konsumen untuk datang
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas maka dalam penelitian ini
akan diteliti lebih lanjut hal-hal yang berkaitan dengan :
1. Bagaimana karakteristik konsumen dalam memilih kedai kopi di Kota Medan?
2. Apa yang menjadi motivasi konsumen untuk datang ke kedai kopi di Kota
Medan ?
3. Faktor apa saja yang mempengaruhi preferensi konsumen terhadap kedai kopi
di Kota Medan?
4. Bagaimana kriteria kedai kopi yang ideal menurut konsumen di Kota Medan?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah dipaparkan diatas maka tujuan dari
penelitian ini adalah :
1. Mengkaji karakteristik konsumen dalam memilih kedai kopi.
2. Mengkaji motivasi konsumen untuk datang ke kedai kopi
3. Menganalisis faktor yang mempengaruhi preferensi konsumen terhadap kedai
kopi di Kota Medan.
4. Mengkaji kriteria kedai kopi yang ideal menurut konsumen.
1.4. Manfaat penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan informasi bagi :
1. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemilik kedai untuk mengetahui preferensi
konsumen terhadap kedai kopi dan kriteria kedai kopi yang ideal.
6
3. Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi peneliti dan dapat menambah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA
PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1. Tinjauan Pustaka
Perilaku konsumen adalah proses dan aktivitas ketika seseorang berhubungan
dengan pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan, serta pengevalusian produk
dan jasa demi memenuhi kebutuhan dan keinginan. Namun ada pula yang
mengartikan Perilaku konsumen sebagai hal-hal yang mendasari untuk membuat
keputusan pembelian sebagai contoh untuk barang berharga jual rendah maka
proses pengambilan keputusan dilakukan dengan mudah sedangkan untuk barang
berharga jual tinggi maka proses pengambilan keputusan akan dilakukan dengan
pertimbangan yang matang.
Perilaku konsumen menyangkut suatu proses keputusan sebelum pembelian serta
tindakan dalam memperoleh memperoleh, memakai dan mengkonsumsi suatu
produk. Mengetahui perilaku konsumen meliputi perilaku yang dapat diamati
seperti jumlah yang dibelanjakan, kapan, dengan siapa, oleh siapa dan bagaimana
barang yang sudah dibeli dikonsumsi (Hawkins dkk, 1992).
Pengambilan keputusan konsumen berbeda dengan menurut jenis keputusan
pembelian. Asseal membedakan menjadi empat tipe perilaku pembelian
konsumen berdasarkan tingkat keterlibatan pembelidan tingkat perbedaan merek,
8
Gambar 1. Tipe-tipe perilaku konsumen
1. Perilaku membeli yang rumit ( Complex Buying Behavior)
Perilaku membeli yang rumit ini membutuhkan keterlibatan tinggi dalam
pembelian. Perilaku ini menyingkapkan adanya perbedaan-perbedaan yang jelas
di antara merek-merek yang ada. Perilaku ini terjadi ketika membeli
barang-barang yang mahal, tidak sering dibeli, beresiko dan dapat menunjukan jati diri
dari sang pembeli. Contoh produk ini seperti mobil, pakaian, televisi dan jam
tangan.
2. Perilaku membeli untuk mengurangi ketidakcocokan (Dissonance Reducing
Buying Behavior)
Perilaku membeli mempunyai keterlibatan yang tinggi dan konsumen menyadari
hanya sedikit perbedaan antara berbagai merek. Perilaku membeli ini terjadi untuk
pembelian produk mahal, tidak sering dilakukan dan membeli secara relatif cepat
karena perbedaan antara merek tidak terlihat. Contoh produk ini seperti karpet,
3. Perilaku membeli karena kebiasaan (Habitual Buying Behavior)
Dalam hal ini, konsumen membeli suatu produk berdasarkan kebiasaan, bukan
berdasarkan kesetiaan terhadap merek. Konsumen membeli produk tersebut terus
menerus karena konsumen telah mengenal produk yang sedang dikonsumsi.
Setelah membeli konsumen tidak pernah mengevaluasi mengapa mereka membeli
produk tersebut. Hal ini dikarenakan konsumen tidak terlibat langsung terhadap
produk. Perilaku ini biasa pada konsumen gula, garam, kopi dan beras.
4. Perilaku membeli dengan keragaman ( Variety Seeking Buying Behavior)
Perilaku ini memiliki keterlibatan yang rendah namun terdapat perbedaan merek
yang jelas. Konsumen berperilaku dengan tujuan mencari keragaman bukan
kepuasan. Jadi merek disini bukan menjadi suatu yang mutlak. Sebagai
market-leader, pemasar dapat melakukan strategi seperti menjaga agar jangan sampai kehabisan stok dan promosi-promosi yang dapat meningkatkan konsumen.
Perilaku ini terjadi pada konsumen yang membeli produk yang beraneka ragam
dan harga murah sehingga konsumen sering berganti-ganti membelinya
(Simamora, 2001).
2.2. Landasan Teori 2.2.1. Perilaku Konsumen
Mowen (1990) mengatakan bahwa perilaku konsumen adalah studi unit-unit dan
proses pembuatan keputusan yang terlibat dalam menerima, menggunakan dan
penentuan barang, jasa, dan ide. Definisi tersebut menggunakan istilah unit-unit
pembuat keputusan, karena keputusan bisa dibuat oleh individu atau kelompok.
10
dengan penerimaan, konsumsi, dan diakhiri dengan penentuan (disposition).
Tahap penerimaan menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan
konsumen terhadap produk, tahap konsumsi menganalisa bagaimana konsumen
senyatanya menggunakan produk yang diperoleh. Tahap penentuan menunjukkan
apa yang dilakukan konsumen setelah selesai menggunakan produk tersebut.
2.2.2. Proses Pengambilan Keputusan
Keputusan yang dibuat oleh konsumen sangat erat kaitannya dengan tingkat
keterlibatan konsumen. Memahami tingkat keterlibatan konsumen terhadap
produk berarti perusahaan mengidentifikasi hal-hal yang menyebabkan seseorang
terlibat atau tidak dalam memilih suatu produk (Susilowaty, 2001).
Lima tahapan proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh konsumen
yaitu, pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, proses
pembelian dan hasil penilaian konsumen terhadap produk yang telah dibeli.
Gambar 2. Tahapan-tahapan Proses Pengambilan Keputusan Pembelian
Proses pembelian selalu dimulai dengan pengenalan kebutuhan, yaitu persepsi
atas perbedaan antara keadaan yang diinginkan dan situasi aktual yang memadai
mengenali kebutuhannya akan terlibat dalam pencarian informasi adalah tahap
kedua dari proses pengambilan keputusan, didefinisikan sebagai aktivitas
termotivasi dari pengetahuan yang tersimpan dalam ingatan atau perolehan
informasi dari lingkungan.
Evaluasi alternatif didefinisikan sebagai proses dimana alternatif pilihan
dievaluasi dan dipilih untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Tindakan
pembelian merupakan tahap besar terakhir dari proses keputusan pembelian,
dimana membeli, dan bagaimana membayar. Pembelian merupakan fungsi dari
dua determinan, yaitu niat dan pengaruh lingkungan dan atau perbedaan individu.
Setelah pembelian terjadi, konsumen akan mengevaluasi hasil pembelian yang
dilakukannya. Hasil evaluasi pasca pembelian dapat berupa kepuasan atau
ketidakpuasan. Jika konsumen merasa puas, maka keyakinan dan sikap yang
terbentuk akan berpengaruh positif terhadap pembelian selanjutnya.
Perilaku konsumen berusaha memahami bagaimana konsumen mencari, membeli,
menggunakan, mengevaluasi dan menghabiskan produk dan jasa. Setiap
konsumen melakukan berbagai macam keputusan tentang pencarian, pembelian,
penggunaan beragam produk dan merek pada setiap periode tertentu. Berbagai
macam keputusan mengenai aktivias kehidupan seringkali harus dilakukan oleh
setiap konsumen pada setiap hari. Konsumen melakukan keputusan setiap hari
atau setiap periode tanpa menyadari bahwa mereka mempelajari bagaimana
12
mempengaruhi dan terlibat dalam pengambilan keputusan tersebut (Sumarwan,
2004).
Dalam pengambilan keputusan tersebut, menurut Engel et al perilaku konsumen
dipengaruhi oleh faktor-faktor :
1. Pengaruh lingkungan, yang meiluti lingkungan sosial, kelas sosial dan
keluarga.
2. Perbedaan individu yang meliputi sumberdaya konsumen, motivasi,
keterlibatan, pengaruh sikap, gaya hidup dan kepribadian.
3. Proses psikologis yang meliputi pembelajaran, perubahan sikap dan perilaku
konsumen (Engel, 1994).
2.2.3. Strategi Pemasaran
Strategi pemasaran adalah suatu rencana yang terintegrasi untuk mencapai tujuan
perusahaan dengan mengembangkan keunggulan bersaing yang akan digunakan
untuk oleh perusahaan untuk melayani konsumen sasaran perusahaan.
Pendekatan strategi pemasaran yang digunakan untuk kedai kopi adalah dengan
menggunakan bauran pemasaran yang terdiri dari produk, tempat, harga dan
promosi (Kotler, 2000).
Produk (Product)
Produk dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang ditawarkan dan memenuhi
keinginan dan kebutuhan konsumen. Strategi produk merupakan kombinasi dari
Beberapa hal yang mendasari sebuah produk adalah citarasa, aroma, kemasan dan
merek dari produk tersebut.
Harga (Price)
Harga sebagai jumlah uang yang ditagihkan untuk suatu produk dan jasa. Harga
juga diartikan sebagai jumlah niali yang dipertukarkan konsumen untuk memiliki
atau menggunakan jasa dan produk.
Dalam menentukan harga produk terdapat enam tahap yang harus dilakukan yaitu:
a. Memilih tujuan penentuan harga
b. Menentukan permintaan
c. Memperkirakan biaya
d. Menganalisa harga pasar
e. Memilih metode penetapan harga
f. Memilih harga akhir
Harga merupakan satu-satunya unsur bauran pemasaran yang menghasilkan
pendaoatan. Meskipun faktor non harga menjadi penting akhir-akhir ini, harga
tetap merupakan elemen terpenting yang menentukan pasar dan keuntungan
14
Tempat (Place)
Ketersediaan produk di pasar merupakan hal yang penting diperhatikan oleh
produsen. Dengan ketersediaan produk di pasar, tepat waktu, tempada dan guna
akan meningkatkan tingkat kepuasan konsumen. Oleh karena itu kesuksesan
pemasaran harus diawali dengan kemampuan untuk memilih dan menggunakan
saluran distribusi yang tepat. Pemilihan saluran distribusi dapat didasarkan pada
ciri produk yang akan dijual, ciri pasar dan ciri produsen
Berdasarkan ciri produk, tempat distribusi akan semakin panjang jika nilai unit
produk rendah, cakupannya luas dan bersifat musiman. Berdasarkan ciri pasar,
suatu produk akan memiliki saluran distribusi yang panjang bila produk sering
dibeli konsumen. Agar pemasaran menjadi efektif, pemilihan saluran pemasaran
dimulai dari tingkat yang paling tinggi, yaitu saluran yang langsung berhubungan
dengan konsumen (Parkinson dan Pamilia, 2004).
Promosi (Promotion)
Promosi merupakan kunci dari kampanye penjualan. Promosi terdiri dari
kumpulan kiat intensif yang beragam, kebanyakan berjangka waktu pendek,
dirancang untuk mendorong pembelian suatu produk atau jasa secara lebih cepat
dan lebih besar oleh konsumen. Bauran pemasaran memiliki empat alat
komunikasi utama yang terdiri dari iklan, promosi dan hubungan masyarakat.
Keberhasilan suatu promosi yang dilakukan dinilai dari preferensi masyarakat
kegiatan yang sangat menentukan dalam mengingkatkan nilai penjualan dan
pertumbuhan produknya (Kotler, 2000).
2.3. Penelitian terdahulu
Mogesta (2000) meniliti faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen
dalam proses keputusan pembelian kopi instan (kasus di Kotamadya Bogor),
dengan menggunakan analisis faktor. Analisis faktor merupakan bagian dari
analisis multivariate. Berdasarkan hasil tersebut diperoleh lima komponen utama
yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam membeli kopi instan. Komponen
utama variabel pengaruh teman, pengaruh keluarga dan pengaruh penjual. Pada
komponen utama kedua terdapat empat variabel yang tersusun atas variabel tidak
menyisakan serbuk kasar, kemudahan diperoleh, praktis dan manfaat. Komponen
utama ketiga adalah kemasan, merek, dan rasa, sedangkan komponen utama
keempat adalah sumber informasi, promosi penjualan dan iklan. Alasan membeli
dan harga adalah variabel penciri dari komponen utama kelima.
Sitorus (2007) meniliti faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi konsumen
kopi terhadap kopi sachet. Rasa dan aroma merupakan faktor pertimbangan utama
bagi konsumen. Hal ini menuntut produsen untuk terus berinovasi dalam rasa dan
kemasan. Selain itu citra dan merek menjadikan preferensi konsumen dalam
memilih kopi sachet. Sehingga merek yang efektif akan memberikan karakter
16
2.4. Kerangka pemikiran
Kopi merupakan salah satu komoditas prioritas pengembangan di Indonesia. Hal
ini dikarenakan setiap tahunnya terjadi peningkatan jumlah konsumsi kopi di
Indonesia terutama di kota-kota besar seperti Medan. Meningkatnya konsumsi
kopi ini selaras dengan bertumbuhnya kedai-kedai kopi yang ada di Kota Medan
guna untuk memenuhi permintaan konsumen.
Pertumbuhan kedai-kedai kopi dikota Medan membuat para konsumen memiliki
banyak pilihan kedai kopi mana yang menurut konsumen sebagai kedai kopi yang
ideal dan sesuai dengan keinginan. Kedai-kedai kopi yang ada selalu berinovasi
dari segi produk, tempat maupun harga yang merupakan bauran dalam pemasaran.
Dari bauran pemasaran ini akan mempengaruhi perilaku konsumen dalam
memilih kedai kopi yang ada di Kota Medan. Perilaku konsumen ini dipengaruhi
oleh lingkungan, perbedaan individu dan proses psikologis konsumen.
Perilaku konsumen ini menentukan kriteria konsumen dan motivasi dalam
memilih kedai kopi yang ada di Kota Medan. Dari kriteria konsumen ini akan di
dapat faktor-faktor apasaja yang mempengaruhi konsumen dalam memilih kedai
kopi di Kota Medan. Produsen kedai kopi akan memiliki suatu landasan dalam
membuka kedai kopi dari pendapat konsumen dalam menentukan sebuah kedai
kopi yang ideal. Sehingga produsen tidak mengalami kerugian karena tidak
mengetahui kritera konsumen dan faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen
Secara skematis, kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut ;
Keterangan :
= Menyatakan pengaruh. = Adanya Hubungan.
Gambar 3. Kerangka Pemikiran
2.5. Hipotesis Penelitian.
Adapun hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut :
Ada pengaruh dari faktor-faktor preferensi konsumen dalam memilih kedai kopi
18
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian
Penentuan daerah penelitian menggunakan metode pursposive sampling. Metode
purposive sampling adalah penentuan lokasi dilakukan secara sengaja dengan mempertimbangkan tujuan dari penelitian. Kemudian dipilih pengambilan sampel
keputusan (Judgement Sampling) karena dipercaya memiliki posisi terbaik dalam
memberikan informasi yang dibutuhkan. Penelitian ini dilakukan di Kota Medan
khususnya di Kecamatan Medan Selayang dengan pertimbangan karena
Kecamatan Medan Selayang merupakan kecamatan yang memiliki perumahan
yang padat dan dekat dengan aktifitas konsumen. Selain itu dikarenakan
permasalahan izin dipilih 2 kedai kopi yang telah memberikan izin yaitu Kedai
Kopi Ulee Kareeng dan Kedai Kopi Coffe Cangkir.
3.2 Metode Pengambilan Sampel
Metode pengambilan sampel dilakukan dengan metode Accidental Sampling
yaitu menentukan sampel berdasarkan orang yang ditemui secara kebetulan atau
siapapun yang sedang mengkonsumsi kopi di kedai kopi. Dilakukannya
Jumlah sampel dalam penelitian ini ditetapkan sebanyak 90 responden dengan
alasan untuk penelitian yang menggunakan analaisis data dengan statistik regresi
ukuran sampel paling kecil adalah 30 responden. (Wirartha, 2006)
3.3 Jenis dan Sumber Data
Jenis data dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis yaitu kualitatif dan kuantitatif.
Data kualitatif adalah data yang menggambarkan suatu keadaan dari variabel
tertentu yang kemudian dirubah dalam bentuk skoring. Data kualitatis Seperti data
dari faktor – faktor yang mempengaruhi preferensi konsumen terhadap kedai kopi.
Data kuantitatif adalah data yang berupa angka dan menunjukkan suatu jumlah.
Data kuantitatif seperti data tingkat konsumsi kopi dan produksi kopi di Provinsi
Sumatera Utara.
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data primer dengan melakukan
survei kepada konsumen dan data sekunder yang di dapat dari Asosiasi Eksportir
Kopi Indonesia dan Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dilakukan dengan metode survey atau wawancara
secara langsung kepada konsumen yang sedang menikmati kopi di kedai kopi
yang ada di Kota Medan.
Metode survei adalah pengumpulan data primer dengan melakukan tanya jawab
20
Pertanyaan yang terstruktur adalah pertanyaan yang dibuat dengan sedemikian
rupa sehingga responden dibatasi dalam memberi jawaban kepada beberapa
alternative saja atau kepada satu jawaban saja. Responden yang diambil adalah
responden yang dianggap memenuhi kebutuhan untuk mencapai tujuan penelitian.
Penyebaran kuisioner ini dilakukan setiap hari . Waktu penyebaran kuesioner
dilakukan pada pukul (12.00-21.00 WIB). Waktu ini dipilih dengan pertimbangan
pada waktu itu adalah waktu yang biasanya konsumen mengkonsumsi kopi di
kedai kopi sehingga diharapkan dapat memberikan kesimpulan yang dapat
mewakili populasi konsumen kopi yang ada di Kota Medan.
3.5 Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini dilakukan dua analisis yaitu analisis deskriptif dan analisis
faktor.
Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status kelompok
manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu system pemikiran maupun suatu
peristiwa pada masa sekarang. Tujuannya adalah untuk membuat deskripsi,
gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat, mengenai fakta-fakta
serta hubungan dari fenomena yang diteliti. (Nazir, 1998)
Analisis deskriptif pada penelitian ini digunakan untuk mengkaji bagaimana
karakteristik konsumen dalam memilih kedai kopi, mengkaji motivasi konsumen
Analisis Faktor
Kerlinger (1990) mengungkapkan bahwa faktor adalah gagasan atau konsep suatu
hipotesis yang sungguh-sungguh ada yang mendasari suatu tes, skala, aitem dan
pengukuran-pengukuran dalam banyak hal. Jadi analisis faktor bermanfaat untuk
mengurangi pengukuran-pengukuran dan tes-tes yang beragam supaya menjadi
sederhana.
1) Confirmatory Factor Analysis
Model yang diasumsikan untuk menggambarkan, menjelaskan atau menghitung
data empirik. Konstruksi dari model ini berdasar pada informasi yang apriori
mengenai sifat dari struktur data atau isi dari teori (Joreskog & Sorbon, 1989
dalam Crowley & Fan, 1997).
2) Exploratory Factor Analysis
Model yang diaplikasikan untuk mengeksplorasi data yang ada mengenai jumlah
karakteristiknya, sifat-sifat yang menarik dan hubungan-hubungan yang mungkin
ada. Exploratory Factor Analysis ini berguna untuk tujuan menggenerasikan
struktur, model-model teoritis dan mengetes hipotesis (Gorsuch, 1983 dalam
Crowley & Fan, 1997). Pada penelitian ini yang digunakan adalah analisis faktor
eksploratori (exploratory factor analysis). Menurut Panter,dkk (1997) aplikasi
dari exploratory factor analysis adalah mengidentifikasi makna, konstrak atau
dimensi yang dievaluasi oleh kovarians yang diobservasi yang meliputi sifat yang
diobservasi, respon, tanda dan symton. Model ini secara umum dijelaskan sebagai
perilaku yang diobservasi yang dapat digambarkan dalam bentuk konstrak tertentu
22
secara eksak antara indeks perilaku spesifik yang diobservasi tertentu yang
bervariasi atau operasionalisasi dan konstruks tertentu yang berhubungan.
Model-model dari analisa faktor mempunyai peranan penting didalam
memformulasikan model konsep didalam kepribadian dan untuk menguji secara
empiris berbagai instrumen yang mengukur kepribadian (Panter,dkk, 1997).
Analisis faktor digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang menjadi
pertimbangan utama konsumen dalam menentukan kedai kopi. Analisis faktor
digunakan karena data hasil penilitian berupa data yang berskala ordinal. Analisis
faktor digunakan untuk menjawab permasalahan 3 pada penelitian ini meskipun
terdapat subjektiftivitas pada jawaban responden.
Variabel asal yang diteliti meliputi variabel -variabel yang dipertimbangkan
dalam menentukan kedai kopi. Variabel -variabel ini adalah :
1. Variabel asal yang menginterpretasikan perbedaan individu antara lain
pendapatan (X1) dan pengetahuan/ informasi (X2)
2. Variabel asal yang mengiterpretasikan pengaruh lingkungan adalah teman
(X3)
3. Variabel yang menginterpretasikan atribut kedai kopi antara lain promosi(X4),
harga(X5), citarasa(X6), lokasi (X7), fasilitas (X8), kebersihan(X9), iklan (X10)
dan pelayanan (X11)
Variabel -variabel tersebut ditentukan berdasarkaan teori perilaku konsumen yang
individu, pengaruh lingkungan dan atribut kedai kopi. Selain itu, variabel
-variabel tersebut ditentukan berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya
mengenai perilaku konsumen.
Data hasil penelitian mengenai variabel tersebut diuji menggunakan alat
pengujian berdasarkan korelasi antar variabel , yaitu Kaiser-Mayer-Olkin Measure
of Sampling Adequency (KMO-MSA) dan Barlett Test. Pengujian ini dilakukan karena analisis faktor berupaya mengelompokkan sejumlah variabel . Oleh karena
itu, seharusnya ada korelasi yang cukup kuat diantara variabel sehingga akan
terjadi pengelompokan. Jika sebuah variabel berkorelasi lemah dengan variabel
lainnya maka akan dikeluarkan dari analisis faktor.
Hipotesis untuk signifikansi Barlett Test adalah :
Ho = Variabel-variabel asal belum memadai untuk menganalisis faktor-faktor
yang mempengaruhi preferensi konsumen terhadap kedai kopi.
H1= Variabel-variabel asal sudah memadai untuk menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi preferensi konsumen terhadap kedai kopi.
Kriteria dengan melihat probabilitas (signifikansi) :
a. Angka sig> 0,05 berarti variabel -variabel asal kurang signifikan untuk
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi konsumen
24
b. Angka sig< 0,05 berarti variabel -variabel asal cukup signifikan untuk
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi konsumen
terhadap kedai kopi (H0 ditolak)
Angka MSA berkisar dari 0 sampai 1 dengan kriteria :
a. MSA = 1 berarti pengaruh suatu variabel asal terhadap proses keputusan
memilih kedai kopi dapat diprediksi tanpa kesalahan oleh variabel asal
lainnya
b. MSA > 0,5 berarti pengaruh suatu variabel asal terhadap proses keputusan
memilih kedai kopi masih dapat diprediksi oleh variabel asal lainnya dan
variabel asal tersebut tidak dapat dianalisis lebih lanjut.
c. MSA <0,5 berarti pengaruh suatu variabel asal terhadap proses keputusan
memilih kedai kopi tidak dapat diprediksi oleh variabel asal lainnya dan
pengaruh variabel asal tersebut tidak dapat dianalisis lebih lanjut.
3.6 Definisi dan Batasan Operasional. 3.6.1. Definisi Operasioanal
Definisi operasional dalam penelitian ini dibuat dengan tujuan agar tidak terjadi
kekeliruan dan kesalahpahaman atas penafsiaran dan pengertian dari beberapa
istilah dalam penelitian ini.
1. Konsumen adalah individu yang membeli dan mengkonsumsi kopi.
2. Preferensi adalah perilaku pemilihan konsumen terhadap kedai kopi.
3. Produk adalah barang atau jasa yang dibuat dan ditambah gunanya atau
produksi tersebut. Dalam penelitian ini produk merupakan kopi yang disajikan
di kedai kopi.
4. Harga adalah berapa besar uang yang harus dikorbankan atau di bayarkan
konsumen untuk mendapatkan segelas kopi.
5. Lokasi adalah suatu daerah dimana usaha kedai kopi dijalankan.
6. Promosi adalah sebuah cara atau alat yang digunakan untuk menaikkan nama
kedai kopi.
7. Motivasi adalah dorongan dalam diri konsumen untuk datang ke kedai kopi
yang diinginkan.
3.6.2. Batasan Operasional
1. Penelitian dilakukan di kedai kopi yang ada di Kota Medan yang telah
memberikan izin untuk melakukan penelitian.
2. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai dengan bulan Mei 2014.
3. Sampel penelitian adalah konsumen yang sedang membeli atau mengkonsumsi
kopi di kedai kopi yang telah memberikan berikan izin untuk melakukan
26
BAB IV
DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN
4.1. Deskriptif Wilayah Penelitian
Kota Medan memiliki luas 26.510 hektare (265,10 km²) atau 3,6% dari
keseluruhan wilayah Sumatera Utara. Dengan demikian, dibandingkan dengan
kota/kabupaten lainya, Medan memiliki luas wilayah yang relatif kecil dengan
jumlah penduduk yang relatif besar. Secara geografis kota Medan terletak pada 3°
30' – 3° 43' Lintang Utara dan 98° 35' - 98° 44' Bujur Timur. Untuk itu topografi
kota Medan cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5 - 37,5
meter di atas permukaan laut.
Berdasarkan Sensus Penduduk 2012 , penduduk Medan berjumlah 2.122.804
jiwa. Penduduk Medan terdiri atas 1.047.875 laki-laki dan 1.074.929 perempuan.
Di siang hari, jumlah ini bisa meningkat hingga sekitar 2,5 juta jiwa dengan
dihitungnya jumlah
dari kelompok umur 0-19 dan 20-39 tahun (masing-masing 41% dan 37,8% dari
total penduduk).
Dilihat dari struktur umur penduduk, Medan dihuni lebih kurang 1.377.751 jiwa
berusia produktif, (15-59 tahun). Selanjutnya dilihat dari tingkat pendidikan,
rata-rata lama sekolah penduduk telah mencapai 10,5 tahun. Dengan demikian, secara
relatif tersedia tenaga kerja yang cukup, yang dapat bekerja pada berbagai jenis
4.1.1. Medan Selayang.
Kecamatan Medan Selayang merupakan kecamatan di Kota Medan yang
mempunyai luas wilayah sekitar 7,78 Km2 dengan ketinggian wilayah 30 meter
diatas permukaan laut. Secara geografis, di sebelah utara Kecamatan Medan
Selayang berbatasan langsung dengan Kecamatan Medan Sunggal, sebelah selatan
berbatasan langsung dengan Kecamatan Medan Tuntungan, sebelah timur
berbatasan langsung dengan Kecamatan Medan Polonia dan sebelah barat
berbatasan langsung dengan Kecamatan Medan Baru.
Pada tahun 2012, jumlah penduduk Kecamatan Medan Selayang sebanyak
100.455 jiwa penduduk dimana jumlah penduduk terbanyak terdapat di Kelurahan
Tanjung Sari dengan jumlah 33.063 jiwa penduduk dan jumlah penduduk paling
sedikit terdapat di Kelurahan Beringin yaitu dengan jumlah 8.506 jiwa penduduk.
Kecamatan Medan Selayang merupakan kecamatan yang memiliki banyak
perumahan penduduk baik perumahan mewah maupun sederhana. Selain itu di
Kecamatan Medan Selayang termasuk kedalam daerah industri terdapat 70
restoran dan 286 rumah makan yang terdapat di Kecamatan Medan Selayang
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Karakteristik Konsumen Kedai Kopi di Kota Medan
Dari 90 kuesioner yang diolah dapat dilihat karakteristik konsumen kedai kopi di
Kota Medan. Karakteristik konsumen yang dianalisis meliputi jenis kelamin, usia,
pekerjaan dan penghasilan konsumen kedai kopi di Kota Medan. Karakteristik
konsumen kedai kopi ini akan mendasari apa motivasi konsumen untuk datang ke
kedai kopi.
5.1.1. Jenis Kelamin
Dari hasil penelitian dengan memberikan kuesioner kepada 90 konsumen kedai
kopi, jumlah konsumen kedai kopi di dominasi oleh laki-laki. Lebih dari separuh
konsumen berjenis kelamin laki-laki. Jumlah konsumen kedai kopi laki-laki di
Kota Medan sebesar 67 konsumen atau 74,4% sedangkan jumlah konsumen kedai
kopi perempuan di Kota Medan sebesar 23 konsumen atau 25,5 %.
Tabel 3. Karakteristik Konsumen Kedai Kopi Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah Persentase
Laki-laki 67 74,4
Perempuan 23 25,5
Total 90 100
Konsumen yang berjenis kelamin laki-laki lebih sering datang ke kedai kopi. Hal
ini dikarenakan konsumen laki-laki datang ke kedai kopi untuk mengistirahatkan
diri dari kegiatan seharian. Selain itu konsumen datang ke kedai kopi dikarenakan
untuk mengembalikan fokus dari konsumen karena di dalam kopi mengandung
Penelitian yang cukup luas telah dilakukan tentang kandungan kafein pada kopi.
Kafein merupakan zat pahit dan secara bawaan tidak disukai namun memberikan
suatu efek yang baik bagi seorang konsumen. Efek positif dari kandungan kafein
pada kopi adalah untuk merubah emosi sesorang menjadi lebih bersemangat dan
memberikan efek ketergantungan terhadap rasa dari kopi tersebut. (Gibney et al,
2009)
Selain itu, efek dari kafein juga mampu meningkatkan optimisme dan percaya diri
konsumen, serta menghilangkan kejenuhan dan keletihan dari kegiatan sehari-hari
konsumen. Kafein juga memberikan efek meningkatkan kapasitas fisik dan mental
dan juga mampu memberikan efek melejitkan potensi yang tersembunyi dalam
diri. Bukti ilmiah tentang efek kandungan kafein ini sangat banyak salah satunya
Universitas Harvard pada tahun 1996, hasilnya adalah konsumen hanya
membutuhkan sedikitnya 100 g atau sebesar 120 ml kopi per hari untuk
mendapatkan efek dari kafein yang terdapat pada kopi tersebut.(Weinberg dan
Bealer, 2002)
5.1.2. Umur
Pengelompokan usia antara 18 tahun sampai 45 tahun yang dibagi atas 6
kelompok usia. Pengelompokan ini didasarkan kemampuan konsumen untuk
menerangkan suatu kedai kopi yang diinginkan dan dari segi ekonomi. Dimana
usia 17 tahun dan dibawahnya merupakan usia dimana dalam pengambilan
30
Usia 18-25 tahun merupakan usia masa perubahan, dimana pada kelompok usia
ini cenderung memiliki peghasilan yang masih rendah dan kebanyakan kelompok
ini masih diberikan oleh orang tuanya. Usia 26 – 30 tahun merupakan kelompok
usia dimana merupakan masa pembentukan rumah tangga, 31- 35 tahun
kelompok usia ini merupakan kelompok usia dimana terfokus terhadap
peningkatan karir. Pada usia 36 – 40 tahun merupakan kelompok usia pematangan
diri dan pematangan karir. Usia 41 dan seterusnya merupakan kelompok usia
dewasa dan sudah matang dalam masalah finansial.
Dari 90 konsumen yang diwanwancari dihasilkan data karakteristik konsumen
kedai kopi berdasarkan umur sebagai berikut :
Tabel 4. Karakteristik Konsumen Berdasarkan Umur.
Umur Jumlah Persentase
Konsumen kedai kopi di Kota Medan lebih dari setengah konsumen berusia 18-
25 tahun. Hal ini dikarenakan waktu luang dan lokasi kedai kopi yang berada
dekat dengan aktifitas dari kelompok umur ini. Dimana biasanya keberadaan
kedai kopi terletak disekitaran kampus dan kantor sehingga konsumen pada
kelompok ini dapat dengan mudah untuk mengakses kedai kopi ini. Kelompok
usia ini biasanya ke kedai kopi dengan alasan untuk mengerjakan tugas ataupun
Kelompok usia 26-30 tahun hanya ada sekitar 8 konsumen atau sebesar 8,8% ,
kelompok usia 31-35 tahun berjumlah 5 konsumen atau sebesar 5,5%, kelompok
usia 36-40 tahun berjumlah 4 konsumen atau sebesar 4,4%, kelompok usia 41-45
tahun berjumlah 1 konsumen atau sebesar 1,1% dan kelompok usia > 45 tahun
berjumlah 3 konsumen atau sebesar 3,3%. Kelima kelompok umur tersebut
memilih ke kedai kopi kebanyaka dengan alasan untuk mengerjakan tugas kantor
atau melakukan pertemuan bisnis sehingga konsumen membutuhkan tempat yang
luas dan nyaman. Selain itu, konsumen pada kelompok umur ini datang ke kedai
kopi juga dengan alasan untuk menghilangkan kejenuhan dari aktifitas seharian.
5.1.3. Pekerjaan
Dari 90 konsumen yang diwanwancari dihasilkan data karakteristik konsumen
kedai kopi berdasarkan pekerjaan sebagai berikut :
Tabel 5. Karakteristik Konsumen Kedai Kopi di Kota Medan Berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan Jumlah Persantase
Mahasiswa 54 60
Dari hasil wawancara kepada 90 konsumen kedai kopi di Kota Medan didapat
hasil sebesar 54 konsumen sebagai mahasiswa atau sebesar 60%. Dimana
sebanyak 54 konsumen mahasiswa ini memiliki beberapa alasan mengapa mereka
datang ke kedai kopi di waktu tertentu. Beberapa alasan seperti mengerjakan tugas
dan hanya sekedar berkumpul dengan teman. Sehingga pada kelompok konsumen
32
wifi dan memberikan kenyamanan untuk mengerjakan beberapa aktifitas di dalam kedai kopi tersebut.
Sebesar 7 konsumen kedai kopi di Kota Medan memiliki pekerjaan sebagai PNS.
Sebesar 18 konsumen atau 20 % konsumen memiliki pekerjaan sebagai karyawan
swasta. Sebesar 9 konsumen atau 10% konsumen memiliki pekerjaan sebagai
wiraswasta. Sebesar 2 konsumen atau 2,2% konsumen memiliki pekerjaan sebagai
pegawai BUMN. Biasanya keempat kelompok konsumen ini datang ke kedai kopi
pada waktu sore hari dan malam hari setelah selesai bekerja seharian. Hal ini
dikarenakan alasan dari keempat kelompok konsumen ini datang ke kedai kopi
dikarenakan untuk menghilangkan rasa kejenuhan dari aktifitas seharian.
5.1.4. Pendapatan
Dari 90 konsumen yang diwanwancari dihasilkan data karakteristik konsumen
kedai kopi berdasarkan pendapatan sebagai berikut :
Tabel 6. Karakteristik Konsumen Kedai Kopi di Kota Medan Berdasarkan Pendapatan Konsumen
Pendapatan Jumlah Persentase
< Rp. 500.000 - -
Sebanyak 30 konsumen memiliki pendapatan sebesar Rp. 1.000.000 – Rp.
1.999.999 atau sebesar 33,3%. Kelompok pendapatan ini cendereung dimiliki oleh
Rp. 500.000 – Rp. 999.999. Terdapat 25 konsumen atau sebesar 27,7%.
Kelompok pendapatan ini juga cenderung konsumen mahasiswa yang
pendapatannya masih di berikan oleh orang tua konsumen masing-masing.
Sedangkan konsumen dengan kelompok pendapatan Rp. 2.000.000 – Rp.
2.999.999 terdapat 7 konsumen atau sebesar 7,7%, kelompok pendapatan Rp.
3.000.000 – Rp. 3.999.999 terdapat 8 konsumen atau sebesar 8,8% dan kelompok
konsumen yang berpenghasilan lebih dari Rp. 4.000.000 terdapat 20 konsumen
atau sebesar 22,2%. Kelompok pendapatan ini merupakan kelompok pendapatan
yang sudah termasuk matang dalam finansial, sehingga konsumen yang memiliki
pendapatan lebih tinggi ini akan lebih sering untuk meminum kopi di kedai kopi.
5.2. Pola Konsumsi dan Motivasi Konsumen Untuk Datang ke Kedai Kopi di Kota Medan.
5.2.1. Pola Konsumsi Konsumen Kedai Kopi di Kota Medan
Ada 4 pola konsumsi konsumen kedai kopi di Kota Medan. Pagi hari, siang hari,
sore hari dan malam hari. Keempat waktu mengkonsumsi ini berdasarakan hasil
penelitian sebagai berikut :
Tabel 7. Pola Konsumsi Konsumen Kedai Kopi di Kota Medan
Waktu Mengkonsumsi Jumlah Persantase
Pagi Hari 12 13,3
Siang Hari 5 5,5
Sore Hari 38 42,2
Malam Hari 34 37,7
Total 90 100
Dari hasil penelitian didapat sebanyak 12 konsumen atau sebesar 13,3%
34
datang ke kedai kopi di pagi hari dengan alasan untuk memberikan semangat
sebelum memulai kegiatan, sehingga konsumen mengkonsumsi kopi terlebih
dahulu di kedai kopi.
Terdapat 5 konsumen atau sebesar 5,5% yang memilih untuk datang ke kedai kopi
pada siang hari. Para konsumen yang datang di siang hari ini cenderung untuk
makan siang di kedai kopi tersebut. Hal ini dikarenakan sekarang kedai kopi
bukan hanya menyajikan kopi saja namun juga meyajikan makanan – makanan
berat. Sehingga konsumen datang ke kedai kopi bukan hanya untuk sekedar
meminum kopi saja namun dapat memesan menu makanan yang lebih berat.
Sebanyak 38 konsumen atau sebesar 42,2% konsumen memilih untuk datang ke
kedai kopi pada sore hari. Konsumen yang memilih sore hari memiliki alasan sore
hari merupakan waktu rehat dari aktifitas seharian. Sore hari merupakan waktu
yang sangat ramai di kedai kopi. Tidak hanya konsumen mahasiswa namun juga
para pekerja yang baru selesai bekerja biasanya datang ke kedai kopi. Sehingga
sore hari merupakan salah satu waktu yang ramai di kedai kopi. Sore hari dipilih
oleh konsumen dikarenakan sore hari merupakan waktu istirahat dari segala
aktifitas sehingga pada sore hari banyak konsumen yang datang ke kedai kopi.
Sisanya sebesar 34 konsumen atau sebesar 37,7% konsumen memilih untuk
datang ke kedai kopi pada malam hari. Sama halnya dengan konsumen yang
kedai kopi pada malam hari juga memiliki alasan untuk beristirahat dari kegiatan
seharian selain itu juga untuk berjumpa dengan teman-teman untuk bercerita.
Frekuensi konsumen datang ke kedai kopi di Kota Medan dibagikan menjadi 5
kelompok seperti dibawah ini :
Tabel 8. Frekuensi Konsumen Datang ke Kedai Kopi di Kota Medan
Frekuensi Jumlah Persentase (%)
Seminggu sekali 28 31,1
Seminggu dua kali 17 18,8
Seminggu tiga kali 10 11,1
Setiap hari 22 24,4
Sebulan sekali 13 14,4
Total 90 100
Sebanyak 28 konsumen atau sebesar 31,1% konsumen memilih datang ke kedai
kopi seminggu sekali. Hal ini dikarenakan kesibukan aktifitas konsumen sehingga
hanya memiliki waktu seminggu sekali datang ke kedai kopi. Sama halnya seperti
konsumen yang datang ke kedai kopi seminggu dua kali dan tiga kali, sebanyak
17 konsumen atau sebesar 18,8% datang ke kedai kopi seminggu dua kali.
Sebanyak 10 konsumen atau sebesar 11,1% memilih datang ke kedai kopi
seminggu 3 kali.
Konsumen yang dianggap sangat sering datang ke kedai kopi atau setiap hari
datang ke kedai kopi sebanyak 22 konsumen atau sebesar 24,4%. Konsumen pada
kelompok ini dapat dikatakan sebagai konsumen yang sudah kecanduan dengan
kopi sehingga setiap hari harus meminum kopi. Hal ini menyebabkan konsumen
36
Dan sisanya sebanyak 13 konsumen memilih sebulan sekali datang ke kedai kopi.
Kelompok ini termasuk kedalam konsumen yang sangat jarang datang ke kedai
kopi. Alasan dari konsumen untuk datang ke kedai kopi biasanya hanya sekedar
berjumpa dengan teman atau mengerjakan tugas. Konsumen pada kelompok ini
cenderung kelompok konsumen yang tidak kecanduan dengan minuman kopi.
5.2.2. Motivasi Konsumen Datang ke Kedai Kopi di Kota Medan
Pada dasarnya ada beberapa hal yang memotivasi konsumen untuk datang ke
kedai kopi. Motivasi atau dorongan ini bisa berasal dari diri sendiri maupun dari
orang lain. Beberapa hal motivasi yang sudah dikelompokkan adalah sebagai
berikut :
Tabel 9. Motivasi Konsumen Datang ke Kedai Kopi
Motivasi Jumlah Persentase
Hanya sekedar minum kopi 12 13,3
Mengerjakan tugas ( Pertemuan bisnis) 15 16,6
Bertemu dengan teman 50 55,5
Menghilangkan rasa kantuk 10 11,1
Lainnya 3 3,3
Total 90 100
Dari hasil wawancara dengan 90 konsumen didapat sebanyak konsumen
konsumen atau sebesar 55,5% datang ke kedai kopi dengan alasan bertemu
dengan teman. Motivasi ini merupakan yang terbesar dengan arti hampir setengah
dari konsumen datang ke kedai kopi untuk bertemu dengan teman. Menikmati
Sebanyak 15 konsumen atau sebesar 16,6% konsumen memilih motivasi datang
ke kedai kopi untuk mengerjakan tugas dan pertemuan bisnis. Tidak dapat
dipungkiri sekarang ini perkembangan kedai kopi yang terus tumbuh dengan
memberikan fasilitas yang baik membuat konsumen bukan hanya sekedar
meminum kopi namun juga cocok untuk tempat mengerjakan tugas. Lokasi yang
strategis dekat dengan aktifitas konsumen membuat alasan mengapa kedai kopi di
pilih menjadi tempat mengerjakan tugas dan melakukan pertemuan bisnis.
Sedangkan sebanyak 12 konsumen atau sebesar 13,3% konsumen memilih datang
ke kedai kopi hanya sekedar untuk meminum kopi. Konsumen yang memilih ini
cenderung konsumen yang sudah kecanduan dengan kopi, sehingga ketika datang
ke kedai kopi hanya sekedar untuk meminum segelas kopi saja. Selanjutnya
sebesar 10 konsumen memilih datang ke kedai kopi denga alasan untuk
menghilangkan kantuk. Untuk kondisi konsumen ini hal ini terjadi pada
konsumen yang memiliki pekerjaan berat sehingga untuk mengembalikan
konsentrasi kerjanya biasanya konsumen memilih ke kedai kopi untuk
memulihkan konsentrasinya lagi
Dan sisanya sebanyak 3 konsumen atau sebesar 3,3% memilih lainnya. Ada
motivasi lain yang mendasari konsumen untuk datang ke kedai kopi seperti untuk
meghilangkan kepenatan dan menghilangkan kejenuhan selama bekerja seharian.
38
5.3. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Preferensi Konsumen dalam Memilih Kedai Kopi di Kota Medan
Faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi konsumen dalam memilih kedai
kopi di analisis menggunakan analisis faktor. Analisis faktor adalah analisis yang
bertujuan mencari faktor-faktor utama yang paling mempengaruhi variabel
dependen dari serangkaian uji yang dilakukan atas serangkaian variabel
independen sebagai faktornya. Dengan menggunakan perhitungan komputer
software SPSS 19. Metode analisis yang akan digunakan pada analisis ini adalah dengan menggunakan metode analisis PCA ( Principal Componenct Analysis)
agar dapat menentukan hubungan antar setiap variabel-variabel independen satu
dengan yang lainnya.
Untuk pengujian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi
konsumen dalam memilih kedai kopi dilakukan dengan analisis faktor. Terdapat
11 variabel yang dipertimbangkan konsumen dalam memilih kedai kopi di Kota
Medan. Kesebelas variable ini terbagi atas 4 kelompok yaitu pengaruh
lingkungan, perbedaan individu, proses psikologis dan bauran pemasaran.
Dari hasil perhitungan komputer dengan menggunakan SPSS diperoleh hasil
output dengan angka K-M-O MSA ( Kaiser-Mayer-Olkin measure of Sampling)
mencapai 0,816 yang lebih besar dari 0,5 dan dengan tingkat signifikansi sebesar
0,000 yang lebih besar dari 0,005 yang artinya seluruh variabel dapat dilakukan
Dalam penelitian ini terjadi hanya satu kali proses pemilihan variable yang layak,
hal ini dikarenakan tidak terdapat variable yang memiliki MSA dibawah 0,5
setelah proses pemilihan variable. Pada tabel Anti Image Matrices pada tabel
tersebut diterangkan tidak ada variable yang memiliki nilai MSA kurang dari 0,5.
Hasil pemilihan ini dari 11 variabel telah memenuhi syarat untuk dilakukan
analisis lebih lanjut.
5.3.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Preferensi Konsumen dalam Memilih Kedai Kopi.
Tabel 10. Nilai Communality 11 Variabel (Berdasarkan Urutan Terbesar) No. Variabel Nilai Respon ( Communality)
1. X1 = Pendapatan 0,766
Nilai communalities menunjukkan jumlah keragaman (varian) dari suatu variable
mula-mula yang bisa dijelaskan oleh faktor yang terbentuk. Semakin tinggi nilai
communalities sebuah variable berarti semakin erat hubungannya dengan faktor yang terbentuk. Tabel 10 merupakan rangkuman hasil penelitian untuk seluruh
variable yang mempengaruhi variabel yang mempengaruhi preferensi konsumen
40
Pendapatan merupakan faktor pertama yang memiliki nilai communality terbesar
yaitu 0,766. Pendapatan adalah bagian yang peka bagi konsumen terutama
konsumen pada kelompok mahasiswa. Dimana pendapatan dari mahasiswa yang
dikelompokkkan pada pendapatan Rp.500.000 – Rp.999.999 membuat konsumen
pada kelompok ini lebih memilih kedai kopi yang sederhana dan murah. Selain itu
kedai kopi tersebut memberikan kenyamanan dan fasilitas yang lengkap untuk
menunjang aktifitas dari konsumen.
Pendapatan merupakan suatu hal yang yang mempengaruhi konsumen dari segi
faktor ekonomi. Dimana pada faktor ekonomi terdapat faktor harga dan faktor
pendapatan konsumen. Faktor pendapatan merupakan suatu hal yang paling besar
mempengaruhi konsumen dalam mengambil keputusan pembelian. Dengan
besarnya pendapatan konsumen sehinggan konsumen mampu untuk menentukan
kepustusan secara objektif terhadap segala kebutuhan primer, sekunder maupun
tersier. (Gilarso,2003)
Variabel informasi merupakan faktor kedua yang teratas dinilai penting dengan
nilai communality 0,722. Informasi merupakan suatu hal yang penting dianggap
konsumen. Informasi tentang keberadaan kedai kopi sangat penting dianggap oleh
konsumen. Informasi tentang kedai kopi ini dapat berasal dari beberapa hal seperti
majalah, internet, teman dan lain-lain.
Sumberdaya informasi memainkan suatu peranan penting dalam sebuah bisnis.
Dimana citra sebuah bisnis ini merupakan daya tarik bagi kedai kopi sehingga
konsumen mengetahui keberadaan sebuah kedai kopi. Media informasi
merupakan suatu hal yang harus dipertimbangkan oleh pemilik bisnis dimana
dengan menggunakan media informasi yang efektif akan memberikan hasil yang
optimal dalam pemberian citra terhadap suatu produk. (Griffin dan Ebbert, 2007)
Kenyamanan mejadi faktor ketiga terbesar yang di perhatikan oleh konsumen
dalam memilih kedai kopi. Variabel kenyamanan dinilai penting dengan nilai
communality sebesar 0,674. Kenyamanan menjadi perhatian konsumen dalam memilih kedai kopi dikarenakan kedai kopi yang ada di Kota Medan bukan hanya
dijadikan sebagai tempat untuk meminum kopi, namun juga dijadikan tempat
sebagai pertemuan bisnis dan tempat mengerjakan tugas, sehingga dibutuhkan
tempat yang nyaman.
Ada kalanya orang sangat mementingkan tempat membeli makanan, yaitu
kenyamanan dari segi tempat dan ruangannya. Oleh karena itu, penting bagi kita
untuk memperhatikan kenyamanan agar konsumen tidak beralih ke tempat yang
lain. Untuk memberikan kenyamanan kepada konsumen, produsen dapat
memberikan musik untuk memberikan rasa yang lebih nyaman kepada konsumen.
(Malahayati dan Ramdhan, 2010)
Fasilitas termasuk kedalam faktor keempat yang memiliki nilai terbesar yang
diperhatikan konsumen dalam memilih kedai kopi. Variabel fasilitas dinilai
42
konsumen cenderung untuk menunjang seluruh kegiatan konsumen yang ada di
kedai kopi tersebut. Salah satu fasilitas yang wajib dimiliki oleh konsumen adalah
adanya wifi dan LCD yang biasanya digunakan untuk acara nonton bareng di
kedai kopi tersebut, selain itu ketersediaan listrik juga menjadi salah satu hal yang
diperhatikan konsumen karena listrik berguna untuk kelompok konsumen
mahasiswa dan yang lain untuk menyelesaikan tugas dan melakukan pertemuan
bisnis.
Fasilitas merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari sebuah bisnis.
Fasilitas berguna untuk mencapai kenyamanan yang diinginkan konsumen. Suatu
bisnis dapat bersaing dengan fasilitas tambahan yang dimiliki bisnis tersebut.
Fasilitas tambahan hanya membutuhkan sedikit kreativitas. (Wibowo, 2006)
Teman dianggap sebagai hal yang mempengaruhi konsumen yang kelima hal ini
berdasarkan nilai communality pengaruh dari teman sebesar 0,661. Pengaruh dari
teman merupakan suatu hal yang mempengaruhi konsumen dalam memilih kedai
kopi di Kota Medan dikarenakan kebiasaan dari konsumen kedai kopi yang
biasanya datang ke kedai kopi cenderung dikarenakan ajakan teman atau datang
ke kedai kopi hanya sekedar untuk bertemu dengan teman saja.
Faktor teman termasuk kedalam faktor sosial dimana orang hidup alam
masyarakat dan harus menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Pengaruh dari
mempengaruhi preferensi konsumen. Selain itu pola hidup seseorang juga mampu
mempengaruhi seseorang dalam mengambil keputusannya . (Gilarso,2003)
Variabel keenam yang diperhatikan konsumen dalam memilih kedai kopi adalah
variabel kebersihan. Dimana variabel kebersihan ini memberikan nilai
communality sebesar 0,612. Kebersihan menjadi perhatian keenam konsumen dikarenakan kebersihan sebenarnya tidak menjadi hal yang perlu diperhatikan
oleh konsumen namun kebersihan menjadi suatu hal yang tidak bisa dilupakan
oleh produsen . Hal ini dikarenakan kebersihan akan menimbulkan suatu kesan
kenyamanan yang diberikan oleh produsen kedai kopi tersebut.
Faktor kebersihan merupakan suatu faktor yang tidak kalah pentingnya dengan
faktor yang lainnya. Dimana faktor ini dapat menentukan keberadaan suatu bisnis
terutama bisnis makanan dan minuman. Soal kebersihan dan kenyamanan produk
dapat dicerminkan dengan mendaftarkan produk ke dinas kesehatan maupun ke
MUI dan Balai Pengawasan Obat, Makanan dan Minuman.
Lokasi menjadi variabel yang dianggap penting ketujuh oleh konsumen. Lokasi
dinilai dengan communality sebesar 0,601. Lokasi menjadi suatu hal yang kurang
penting dianggap konsumen dikarenakan keberadaan lokasi dari kedai kopi yang
biasanya cenderung terletak di pusat keramaian dan mudah diakses oleh
44
Lokasi yang strategis yaitu lokasi yang mudah dijangkau oleh alat transportasi dan
ramai, seperti pasar, kampus, terminal, pinggir jalan dan depan sekolah. Untuk
memilih tempat yang strategis juga harus mempertimbangkan beberapa hal seperti
biaya sewa toko, retribusi, pengadaan SDM, promosi dan lain-lain. Menentukan
sebuah lokasi harus memerhatikan biaya yang dikeluarkan untuk sewa toko tentu
saja harga di lokasi yang strategis akan lebih tinggi dari pada tempat yang sepi.
Oleh karena itu, produsen harus bias menentukan jika menyewa di tempat yang
strategis apakah masih bias mendapatkan untung? Jika masih maka produsen
harus memilih lokasi yang strategis. (Malahayati dan Ramdhan, 2010)
Harga menjadi variabel yang diperhitungan oleh konsumen yang kedelapan oleh
konsumen. Hal ini dilihat nilai communality sebesar 0,478. Harga tidak menjadi
suatu hal yang paling di perhatikan konsumen karena harga sebuah secangkir
tidak terlalu mempengaruhi konsumen untuk datang ke kedai kopi. Perilaku
konsumen yang ke kedai kopi cenderung untuk bertemu dengan teman dan hanya
menyelesaikan tugas sehingga tidak terfokus kepada harga produk kopi tersebut
namun terpaku ke pelayanan dan kenyamanan dari sebuah kedai kopi.
Harga merupakan suatu hal yang terpenting dianggap konsumen dalam
mempengaruhi preferensi konsumen. Karena itu penentuan harga sangat penting
bagi sebuah perusahaan untuk dapat bersaing denga perusahaan lainnya. Harga
yang ditetapkan haruslah mampu menutupi seluruh biaya operasional dan
ditambah besar persentase laba. Salah satu prinsip penentuan harga adalah
dengan jumlah yang cukup untuk menutupi biaya operasional yang telah
dikeluarkan ditambah dengan persen laba yang diinginkan. (Fuad et al, 2000)
Promosi, iklan dan citarasa menjadi tiga variabel yang paling kurang diperhatikan
konsumen untuk datang ke kedai kopi. ketiga variabel ini memiliki nilai
communality terkecil. Dimana ketiganya secara berurutan memiliki nilai communality 0,478 , 0,468 dan 0,383. Ketiga variabel ini dianggap kurang penting bagi konsumen kedai kopi dikarenakan kebiasaan konsumen yang mengetahui
sebuah kedai kopi dari teman masing-masing sehingga promosi yang diberikan
oleh sebuah kedai kopi tidak terlalu memberikan effect yang nyata kepada
konsumen untuk datang ke kedai kopi. Sama halnya dengan variabel citarasa
kebanyakan konsumen kedai kopi tidak terlalu memikirkan rasa dari produk kopi
yang disajikan. Hanya beberapa konsumen yang memerhatikan rasa minuman
kopi dari suatu kedai kopi, selainnya hanya menikmati kenyamanan dari kedai
kopi yang mereka kunjungi.
Dalam hal pengembangan sebuah usaha juga diperlukan sebuah strategi promosi
dan iklan. Promosi adalah usaha sebuah perusahaan untuk memperkenalkan
produk dengan memberikan hal yang menarik. Promosi terdapat beberapa macam
meliputi publisitas, promo penjualan periklanan dan penjualan langsung. Promo
penjualan merupakan upaya untuk memperkenalkan produk kepada masyarakat.
Promo penjualan biasanya seperti memberikan bonus pembelian ataupun diskon
46
kepada media yang berupa informasi mengenai sebuah produk dan mengaitkannya
dengan dengan produk yang kita jual ( Salim, 2010).
Faktor citarsa merupakan salah satu hal yang dapat mepengaruhi konsumen.
Dimana konsumen akan datang berbondong-bondong ke sebuah bisnis jika
memiliki citarasa yang khas. Citarasa dari sebuah produk akan memberikan image
dari produk. Produk yang mampu memasuki segmentasi pasar dengan baik akan
mampu mendapatkan keuntungan yang besar dalam menjalankan usahanya
(Ichsanudin, 2006).
5.4. Kriteria Kedai Kopi yang Ideal Menurut Konsumen di Kota Medan. Menentukan kriteria kedai kopi dikota Medan menggunakan analisis deskrptif
dimana analisis deskriptif ini dilandasi oleh hasil wawancara kepada 90 konsumen
yang datang ke sebuah kedai kopi di Kota Medan.
Ada beberapa hal yang dipertimbangkan oleh konsumen kedai kopi di Kota
Medan yaitu fasilitas, lokasi, kebersihan, kenyamanan, citarasa, promosi dan
media iklan yang cocok digunakan oleh industri kedai kopi di Kota Medan
sehingga produsen dapat membuat kedai kopi yang diinginkan oleh konsumen.
Fasilitas sebuah kedai kopi menjadi sebuah daya tarik dari sebuah kedai kopi. Jika
sebuah kedai kopi ingin menarik konsumen dengan jumlah banyak sudah
dipastikan seorang produsen harus mampu memberikan fasilitas-fasilitas yang