• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kedai Kopi Pada Mahasiswa (Studi Etnografi Mengenai Kedai Kopi Menjadi Forum Interaksi Bagi Mahasiswa di Padang Bulan, Kecamatan Medan Selayang Kota Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kedai Kopi Pada Mahasiswa (Studi Etnografi Mengenai Kedai Kopi Menjadi Forum Interaksi Bagi Mahasiswa di Padang Bulan, Kecamatan Medan Selayang Kota Medan)"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

B A B I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kedai Kopi kini mulai beragam bentuknya. Selain kedai kopi tradisional

yang menjual kopi hitam, kini ada pula kedai kopi modern yang tidak hanya

menjual kopi tapi juga berbagai macam makanan dan minuman lain. Begitu pula

dengan tempatnya, kedai kopi modern memiliki tempat yang lebih luas, bersih,

dan lebih tertata dengan apik dibanding kedai kopi tradisional. Beberapa kedai

kopi modern memakai meja kaca dan sofa yang sangat nyaman untuk

memanjakan para pelanggannya. Ditambah lagi fasilitas-fasilitas lain seperti wifi

dan tv kabel turut membuat kedai kopi ini menjadi semakin eksklusif. Keadaan

tersebut sangat bertolak belakang dengan meja panjang serta kursi plastik di kedai

kopi tradisional.

Mulai dari tua, muda, miskin, kaya, mahasiswa, pengusaha, laki- laki,

perempuan, semua duduk di warung kopi. Selain untuk ngopi, warung kopi juga

merupakan tempat bagi masyarakat untuk saling bertukar informasi. Mereka

bertukar cerita mulai dari masalah perkuliahan, politik, hingga masalah pribadi.

Orang-orang datang ke warung kopi sebenarnya bertujuan untuk menemukan

lawan bicara sehingga tidak akan ditemukan warung kopi yang sepi dari

percakapan. Selain itu warung kopi juga mampu membentuk suatu masyarakat

yang demokratis karena di warung kopi orang saling berbeda pendapat adalah

(2)

warung kopi karena warung kopi dianggap sebagai tempat pertemuan dan tempat

rehat sejenak dari kesibukan mereka sehari- hari. Bahkan sekarang tak jarang para

mahasiswa melakukan percakapan masalah perkuliahan di warung kopi. Maka tak

heran kalau orang-orang bisa duduk berjam-jam lamanya di warung kopi.

Kebiasaan masyarakat Medan yang sering berada di kedai kopi

menimbulkan opini negatif dari kebanyakan orang yang ada di kota Medan ini

khususnya di Padang Bulan, Masyarakat mempertanyakan “apakah yang

dilakukan mereka disaat berada di kedai kopi?” pertanyaan itu penting untuk di

jawab. Dalam hal ini penulis yang juga sering menghabiskan waktu di kedai kopi

melihat bahwa kegiatan di kedai kopi merupakan sebuah dinamika yang

menjelaskan bahwa di sana telah terbentuk berbagai opini publik, salah satunya

kegiatan kedai kopi terhadap masyarakat di kota Medan khususnya di Padang

Bulan.

Lokasi kedai kopi yang dijadikan tempat peneliti berada di Jalan Ngumban

Surbakti Kecamatan Medan Selayang Kotamadya Medan Provinsi Sumatera

Utara. Lokasi ini tidak jauh dari kota Medan, karena daerah ini merupakan

kawasan pemukiman yang padat akan masyarakat yang majemuk. Jika berangkat

dari kampus USU menuju kedai kopi ini hanya membutuhkan waktu 15 menit dari

Jalan Jamin Ginting Padang Bulan menuju Jalan ke arah Simpang Pos. Dari

Simpang Pos menuju Jalan Ngumban Surbakti hanya sekitar 3 menit.

Kedai kopi merujuk kepada sebuah organisasi1

1

http://id.wikipedia.org/wiki/Organisasi

yang secara pokok

menyediakan kopi atau minuman panas lainnya. Dari suatu pengamatan langsung,

(3)

kedai kopi dapat memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk berkumpul,

berbicara, bermain, menghibur satu sama lain, atau membuang waktu, baik secara

individu atau dalam kelompok kecil. Bahkan kedai kopi menjadi tempat tidur

yang nyaman bagi pengunjungnya. Ngopi adalah ungkapan terhadap orang yang

ingin menikmati kopi atau minuman lainnya atau sekedar duduk-duduk diwarung

kopi dan mengobrol sesama pengunjung kedai kopi.

Melihat kejadian yang ada di kedai kopi kini muncul menjadi sebuah

identitas yang melekat bagi para penikmatnya, tidak hanya tingkat kenikmatan

semata, gaya hidup dan gaya yang khas, tetapi kini fungsinya semakin

mendapatkan hati masyarakat. Selain terjangkau harganya, nilai yang nyata di

kedai kopi juga menjadi hiburan yang tak tergantikan dari kehidupan masyarakat.

Bukan hanya di Padang Bulan saja kedai kopi dijadikan sebagai wadah atau

tempat yang nyaman selain rumah untuk berkomunikasi, bersenang-senang, santai

ataupun beristirahat sejenak. Di lain daerah di kota Medan juga memiliki

penilaian tersendiri terhadap kedai kopi bahkan di daerah Indonesia lainnya.

Kedai kopi menjadi tanda yang mengukuhkan keberadaan baru bagi

masyarakat, melalui bertemunya beragam orang, suku, agama, lembaga, status

sosial dan bahkan identitas yang multikultur. Dalam pandangan yang lebih luas,

kedai kopi juga bagian dari subkultur yang mempertemukan berbagai budaya dan

identitas baru. Tetapi ngopi juga bukan sekadar soal keakraban, di dalamnya kerap

terjadi pertukaran informasi, wacana, dan pengembangan wawasan, bahkan

hiburan sekalipun.

Pada awalnya ngopi “hanyalah aktifitas mengisi waktu luang dan tempat

(4)

sebuah tempat yang penting untuk menghabiskan waktu luang maupun waktu

beraktifitas sehari - hari. Dari berbagai suku yang berbeda kedai kopi memiliki

peran yang benar - benar memberikan ruang untuk berkreasi, berdiskusi, hiburan

walaupun muncul konflik - konflik kecil di dalamnya. Tetapi dalam beberapa hal,

kedai kopi juga didirikan dengan latar belakang yang berbeda. Lebih jauh lagi,

aktifitas kedai kopi ini, membentuk kultur dan kebiasaan baru dalam berbagai

sektor kehidupan, misalnya ekonomi dan sosial.

Bagi sebagian pecinta kopi, menikmati secangkir kopi mungkin hal yang

biasa dilakukan di waktu senggang dan bisa dilakukan dimana saja. Namun bagi

kalangan tertentu menikmati kopi bukan hanya bagaimana merasakan sensasi

manis dan pahit, tetapi bagaimana muatan yang menyertai aktifitas itulah yang

akan berdampak lebih luas. Misalnya para eksekutif muda akan menikmati

secangkir kopi dengan menjalankan aktifitas dengan relasi bisnisnya. Begitu juga

dengan mahasiswa, menikmati secangkir kopi hanya bermakna jika dilakukan di

kedai kopi yang diselingi dengan diskusi kecil. Dan orang tua sekalipun

menjadikan kedai kopi salah satu daya tarik yang tidak lepas dari kehidupan

sehari - hari bahkan kedai kopi menjadi rumah kedua bagi mereka .

Penikmat kopi juga beragam, mulai dari buruh bangunan hingga para

pejabat. Tidak ada sekat dalam hal siapa peminat kopi. Ini membuktikan bahwa

kedai kopi mempunyai potensi kultural yang dapat menggiring masyarakat ke

arah pembauran sosial. Ini tidak lepas dari salah satu manfaat kedai kopi yaitu

sebagai tempat menemukan ide dan gagasan. Bahkan, bagi para penikmat kopi,

kedai kopi adalah sumber informasi dan inspirasi.

(5)

tempat kerja akan terasa berbeda ketika mereka menikmati kopi di kedai kopi.

Entah karena racikannya atau suasananya, kita tidak tahu. Tetapi kemungkinan,

faktor kejadian ini adalah bagaimana situasi dan kondisi dalam menikmati kopi

mempengaruhi rasa dalam ngopi itu sendiri. Dan yang aneh lagi adalah

masing-masing kedai kopi memiliki kekhasan rasa tersendiri yang tidak bisa ditemukan di

tempat lain.

Berangkat dari realitas itulah, kebiasaan ngopi bagi masyarakat Indonesia

bukanlah menjadi sebuah realitas yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Akan

tetapi, lebih dari itu ngopi menjadi sebuah gaya hidup (life style) masyarakat.

Kebiasaan masyarakat yang seiring waktu telah berubah menjadi kebutuhan

masyarakat inilah yang nantinya bisa menjadi sebuah subkultur tersendiri di

masyarakat Indonesia.

Apalagi interaksi sosial yang terjadi di kedai kopi membuat suasana

menjadi hidup dan malahan membuat betah meskipun terjadi konflik kecil yang

mewarnai kegiatan yang ada di kedai kopi. Dari obrolan kecil hingga obrolan

yang memanas kerap terjadi di kedai kopi . Permainan kartu dan catur menjadi

hiburan tersendiri bagi penikmat kedai kopi untuk mengisi kekosongan. Bahkan

tidak jarang orang yang baru pulang kampus menyempatkan waktunya terlebih

dahulu di kedai kopi hanya sekedar minum kopi dan ngobrol sesama pengunjung.

Hal yang tak kalah menariknya yaitu keberadaan kedai kopi secara tidak

langsung mempunyai efek terhadap kegiatan masyarakat di suatu tempat,

misalnya dalam hal etos kerja. Memang bila dikaji lebih jauh, tinggi rendahnya

etos kerja masyarakat ditentukan oleh pribadi demi pribadi dari masyarakat

(6)

masyarakat akan berakibat turunnya etos kerja. Selain sisi negatifnya, kedai kopi

juga mempunyai sisi positif. Banyak contoh yang bisa diurutkan sebagai sisi

positif kedai kopi. Program pemerintah, obrolan politik, obrolan ekonomi, dan

sosial dijadikan bahan obrolan dan perdebatan di kedai kopi.

Kedai kopi pada dasarnya adalah tempat dimana penjual minuman kopi

dan pembeli minuman kopi ataupun sesama pembeli minuman kopi bertemu,

bubuk kopi dan gula telah diseduh dan dihidangkan di meja, maka kedai kopi

memperlihatkan peranan dan fungsinya, bukan hanya sekedar mendapatkan

segelas kopi yang harganya tiga ribu sampai enam ribu rupiah per gelas. Tetapi

juga sebagai suatu media interaksi antara sesama pengunjung kedai kopi ataupun

dengan penjual minuman kopi.

Di pasar atau di toko, penjual dan pembeli ataupun sesama pembeli saling

bertemu. Tapi pertemuan dan interaksi berlangsung dalam waktu relatif singkat.

Setelah semua selesai belanja dipesan dan dibayar, maka berakhirlah interaksi

mereka . Tidak lah demikian halnya dengan di kedai kopi, yang antara pembeli

dan penjual dan antara sesama pembeli terlibat komunikasi yang relatif panjang,

dan bahkan ada kemungkinan perbincangan tersebut terulang lagi untuk esok

harinya .

Adanya tenggang waktu yang cukup lama antara penjual dan pembeli dan

antara pembeli dan pembeli membuat kedai kopi mempunyai keunikan tersendiri.

Kedai kopi dengan segala kesederhanaannya telah memperlihatkan peranan dan

fungsinya sebagai sarana interkasi sosial yang sangat potensial. Fungsi sosial

kedai kopi sebagai pusat kegiatan ekonomi dapat dilihat dalam perubahan -

(7)

dapat juga dikatakan sebagai pusat kebudayaan dalam lingkup yang sederhana,

dalam hal ini dapat dilihat pada perubahan - perubahan sosial budaya sebagai

akibat dari pembaruan dan pembauran.

Dengan demikian terlihat bahwa kedai kopi bukan hanya tempat berjual

beli semata, namun juga mempunyai fungsi lain bagi masyarakat yang

bersangkutan. Keberadaan warung kopi yang terus berkembang telah menjadi

tempat berkumpulnya masyarakat dalam melakukan rutinitas keseharianya dengan

latar belakang pengguna yang beragam. Bagi kaum muda khususnya pelajar dan

mahasiswa, warung kopi telah dimanfaatkan untuk mengerjakan tugas, diskusi

kelompok, dan rapat organisasi. Artinya ada makna dan nilai serta tanda tersendiri

bagi mereka yang datang ke Warung kopi, karena secara sederhana aktivitas

mengkonsumsi kopi dapat di lakukan di manapun, bahkan di rumah sebagai

contoh sederhananya, namun sampai mengapa masyarakat pada umumnya dan

terkhusus bagi para mahasiswa lebih memilih untuk mengkonsumsi kopi di

Warung kopi. Hal ini yang membuat mengapa peneliti ingin melakukan penelitian

terkait dengan pergeseran makna kedai kopi yang di ubah oleh para mahasiswa

untuk menjadi forum interaksi bagi mereka.

1.2. Tinjauan Pustaka

Kedai kopi adalah tempat yang menyediakan kopi dan berbagai jenis

minuman lainnya, selain itu kedai kopi juga menyediakan berbagai jenis makanan

ringan sebagai teman minum kopi. Kedai kopi juga merupakan tempat di mana

berkumpulnya orang-orang yang sekedar bersantai atau pun melakukan aktifitas

(8)

Selain itu ada juga yang memanfaatkan kedai kopi sebagai tempat beristirahat

yang nyaman selain dirumah sendiri, biasa nya di siang hari.

Pada dasarnya kedai kopi identik dengan kalangan - kalangan paruh baya2

Istilah ruang publik (public space) pernah dilontarkan Lynch

,

hal ini didasari karena pelanggan - pelanggan yang sering berada di kedai kopi

merupakan orang-orang yang sudah paruh baya, namun seiring perkembangan

zaman kedai kopi tidak hanya di minati oleh kalangan-kalangan tertentu saja tapi

sudah mencakup berbagai elemen, mulai dari orang tua, anak muda, bahkan

anak-anak pun sering berada di kedai kopi dengan didampingi orang tuanya.

Kedai kopi erat hubungannya dengan ruang publik. Fungsi kedai kopi

tersebut yang memungkinkannya menjadi ruang yang dapat dinikmati, ditempati

oleh siapa saja. Fungsi tersebut menghadirkan kedai kopi menjadi ruang yang

bebas bagi setiap orang.

3

dengan

menyebutkan bahwa ruang publik adalah nodes dan landmark yang menjadi alat

navigasi didalam kota. Gagasan tentang ruang publik kemudian berkembang

secara khusus seiring dengan munculnya kekuatan civil society. Dalam hal ini

filsuf Jerman, Jurgen Habermas, dipandang sebagai penggagas munculnya ide

ruang publik. Jurgen Habermas memperkenalkan gagasan ruang publik pertama

kali melalui bukunya yang berjudul The Structural Transformation of the Public

Sphere: an Inquire Into a Category of Bourjuis Society yang diterbitkan sekitar

tahun 1989.

Ruang publik diartikan sebagai ruang bagi diskusi kritis yang terbuka bagi

semua orang. Pada ruang publik ini, warga privat (private person) berkumpul

(9)

untuk membentuk sebuah publik dimana nalar publik ini akan diarahkan untuk

mengawasi kekuasaan pemerintah dan kekuasaan negara. Ruang publik

mengasumsikan adanya kebebasan berbicara dan berkumpul, pers bebas, dan hak

secara bebas berpartisipasi dalam perdebatan politik dan pengambilan keputusan.

Lebih lanjut, ruang publik dalam hal ini terdiri dari media informasi seperti surat

kabar dan jurnal. Juga termasuk dalam ruang publik adalah tempat minum dan

kedai kopi, balai pertemuan, serta ruang publik lain dimana diskusi sosio-politik

berlangsung3

Ruang publik ditandai oleh tiga hal yaitu responsif, demokratis, dan

bermakna. Responsif dalam arti ruang publik adalah ruang yang dapat digunakan

untuk berbagai kegiatan dan kepentingan luas. Demokratis, artinya ruang publik

dapat digunakan oleh masyarakat umum dari berbagai latar belakang sosial,

ekonomi, dan budaya serta aksesibel bagi berbagai kondisi fisik manusia.

Bermakna memiliki arti kalau ruang publik harus memiliki tautan antara manusia,

ruang, dan dunia luas dengan konteks sosial .

4

Animo pengunjung kedai kopi tidak mutlak muncul oleh rasa dan aroma

kopi yang disajikan, tetapi lebih kepada keinginan untuk berinteraksi. Buktinya,

sebagian besar kedai kopi yang ada di Indonesia bahkan di Medan hanya

menyediakan minuman kopi berbahan baku kopi robusta. Padahal, bagi

para“penikmat” kopi sejati, mereka pasti akan mencari kedai kopi atau cafe yang

menyediakan kopi arabica, karena aroma yang tajam dan rasanya yang khas.

Tetapi bagi pengunjung setia kedai kopi, tetap mempertahankan atau menjadikan

kedai kopi salah satu aktivitas sehari - hari yang juga memiliki peran penting .

3

(10)

dalam kehidupan sehari - hari. Kejadian ini mempertegas makna ngopi dalam

tradisi masyarakat di Indonesia. Aktifitas minum kopi adalah media interaksi antar

masyarakat dari berbagai stratifikasi sosial. Fungsi kedai kopi mulai bergeser, dari

tempat minum menjadi ranah publik milik semua elemen masyarakat baik sebagai

tempat melepas lelah, tempat bercengkrama bahkan termasuk sebagai ruang

hiburan. Secangkir kopi menjadi semacam e-mail dan password untuk izin

menikmati suasana dan aktifitas orang yang ada di kedai kopi. Maksudnya bahwa

dengan memesan secangkir kopi sudah bisa berlama - lama dan berbaur dengan

pengunjung lainnya.

Ibarat akun “jejaring sosial twitter”, kedai kopi membolehkan siapapun

mem-follow (bergabung) orang yang menjadi idola dan narasumbernya. Siapapun,

apalagi jika sudah kenal, boleh nimbrung mendengar dan mengomentari

pembicaraan si narasumber selama cangkirnya masih berisi kopi. Siapapun tidak

dilarang untuk membayar harga kopi orang yang di-follow atau mem-follownya 5

Dalam setiap prosesnya ruang publik membutuhkan pelaku sebagai alat

menjalankan ruang publik tersebut. Kedai kopi membutuhkan pelaku atau orang .

Kedai kopi pada akhirnya menjadi ruang publik multifungsi. Tempat

minum kopi yang sejatinya berfungsi sebagai rumah aspirasi. Berbagai rumor,

fakta dan data bergulir dari sana, bagai bola salju, menggelinding menjadi

konsumsi publik. Di tempat ini pula rumor, fakta dan data itu, pada akhirnya

kembali dalam bentuk umpan balik disertai komentar miring. Umpan balik

berharga itu sangat memungkinkan diserap menjadi bahan dasar untuk menyusun

sebuah kebijakan publik.

5

(11)

ang yang berada di kedai tersebut hingga terbentuk suatu ruang publik. Pelaku

tersebut adalah masyarakat. Masyarakat6

f. Menurut (Selo Soemardjan 1974) masyarakat adalah orang-orang yang

hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan

merupakan salah satu satuan sistem

sosial, atau kesatuan hidup manusia. Istilah inggrisnya adalah society , sedangkan

masyarakat itu sendiri berasal dari bahasa Arab, Syakara yang berarti ikut serta

atau partisipasi, kata Arab masyarakat berarti saling bergaul yang istilah

ilmiahnya berinteraksi.

Ada beberapa pengertian masyarakat :

g. Menurut (Koentjaraningrat 1994) masyarakat adalah kesatuan hidup

manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang

bersifat kontinyu dan terikat oleh suatu rasa identitas yang sama.

h. Menurut (Ralph Linton 1968) masyarakat adalah setiap kelompok manusia

yang hidup dan bekerja sama dalam waktu yang relatif lama dan mampu

membuat keteraturan dalam kehidupan bersama dan mereka menganggap

sebagai satu kesatuan sosial.

Ada beberapa komponen masyarakat diantaranya :

a. Populasi dengan aspek-aspek genetik dan demografik

b. Kebudayaan sebagai produk dari aktivitas cipta rasa, karsa dan karya

manusia.

Isi kebudayaan meliputi beberapa sistem nilai, yaitu sistem peralatan

(teknologi), ekonomi, organisasi, ilmu pengetahuan, kesenian, dan kepercayaan

(12)

sistem bahasa. Masyarakat tidak begitu saja muncul seperti sekarang ini, tetapi

adanya perkembangan yang dimulai dari masa lampau sampai saat sekarang ini

dan terdapat masyarakat yang mewakili masa tersebut. Masyarakat ini

kemudian berkembang mengikuti perkembangan jaman sehingga kemajuan

yang dimiliki masyarakat sejalan dengan perubahan yan terjadi secara global,

tetapi ada pula masyarakat yang berkembang tidak seperti mengikuti perubahan

jaman melainkan berubah sesuai dengan konsep mereka tentang perubahan itu

sendiri. Dalam mempertahankan kehidupannnya masyarakat beradaptasi

dengan lingkungannya.

Adapun adaptasi tersebut dibedakan sebagai berikut :

a. Adaptasi genetik; setiap lingkungan hidup biasanya merangsang penghuninya

untuk membentuk struktur tubuh yang spesifik, yang bersifat turun temurun

dan permanen

b. Adaptasi somatis yang merupakan penyesuaian secara struktural atau

fungsional yang sifatnya sementara (tidak turun temurun). Bila dibandingkan

dengan makhluk lainnya, maka manusia mempunyai daya adaptasi yang relatif

lebih besar.

Masyarakat sering dikelompokkan berdasarkan cara utamanya dalam bermata

pencaharian. Pakar ilmu sosial mengidentifikasikan ada: masyarakat pemburu,

masyarakat pastoral nomadis, masyarakat bercocoktanam, dan masyarakat

agrikultural intensif, yang juga disebut masyarakat peradaban. Sebagian pakar

menganggap masyarakat industri dan pasca-industri sebagai kelompok masyarakat

(13)

Masyarakat dapat pula dikategorikan berdasarkan struktur politiknya:

berdasarkan urutan kompleksitas dan besar, terdapat masyarakat band, suku, dan

masyarakat negara. Kata society berasal dari bahasa latin, societas, yang berarti

hubungan persahabatan dengan yang lain. Societas diturunkan dari kata socius

yang berarti teman, sehingga arti society berhubungan erat dengan kata sosial.

Secara implisit, kata society mengandung makna bahwa setiap anggotanya

mempunyai perhatian dan kepentingan yang sama dalam mencapai tujuan

bersama.

Masyarakat sebagai elemen penting dalam aktivitas di kedai kopi dengan

menggunakan interaksi sebagai momen untuk membentuk suatu ruang publik.

Interaksi sosial dapat diartikan sebagai hubungan-hubungan sosial yang dinamis,

dimana hubungan tersebut dapat berupa hubungan antara individu yang satu

dengan individu lainnya, antara kelompok yang satu dengan kelompok lainnya,

maupun antara kelompok dengan individu. Dalam interaksi terdapat simbol yang

diartikan sebagai sesuatu yang bernilai atau maknanya diberikan kepadanya oleh

mereka yang menggunakannya7

Ciri-ciri dan Karateristik Masyarakat Kota .

8

1. Pengaruh alam terhadap masyarakat kota kecil

:

Ciri-ciri masyarakat kota:

2. Mata pencahariannya sangat beragam sesuai dengan keahlian dan

keterampilannya.

3. Corak kehidupan sosialnya bersifat gessel schaft (patembayan), lebih

individual dan kompetitif.

7

(14)

4. Keadaan penduduk dari status sosialnya sangat heterogen

5. Stratifikasi dan diferensiasi sosial sangat mencolok. Dasar stratifikasi

adalah pendidikan, kekuasaan, kekayaan, prestasi, dll.

6. Interaksi sosial kurang akrab dan kurang peduli terhadap lingkungannya.

Dasar hubungannya adalah kepentingan.

7. Keterikatan terhadap tradisi sangat kecil

8. Masyarakat kota umumnya berpendidikan lebih tinggi, rasional,

menghargai waktu, kerja keras, dan kebebasan

9. Jumlah warga kota lebih banyak, padat, dan heterogen

10.Pembagian dan spesialisasi kerja lebih banyak dan nyata

11.Kehidupan sosial ekonomi, politik dan budaya amat dinamis, sehingga

perkembangannya sangat cepat

12.Masyarkatnya terbuka, demokratis, kritis, dan mudah menerima

unsur-unsur

pembaharuan.

13.Pranata sosialnya bersifat formal sesuai dengan undang-undang dan

peraturan yang berlaku

14.Memiliki sarana – prasarana dan fasilitas kehidupan yang sangat banyak.

Karateristik masyarakat kota:

3. Anonimitas

Kebanyakan warga kota menghabiskan waktunya di tengah-tengah kumpulan

manusia yang anonim.Heterogenitas kehidupan kota dengan keaneka ragaman

(15)

pekerjaan, kelas sosial yang berbeda-beda mempertajam suasana anonim.

4. Jarak Sosial

Secara fisik orang-orang dalam keramaian, akan tetapi mereka hidup

berjauhan.

5. Keteraturan

Keteraturan kehidupan kota lebih banyak diatur oleh aturan-aturan legal

rasional. (contoh: rambu-rambu lalu lintas, jadwal kereta api, acara televisi,

jam kerja, dll)

6. Keramaian (Crowding)

Keramaian berkaitan dengan kepadatan dan tingginya tingkat aktivitas

penduduk kota. Sehingga mereka suatu saat berkerumun pada pusat keramaian

tertentu yang bersifat sementara (tidak permanen).

7. Kepribadian Kota

Sorokh, Zimmerman, dan Louis Wirth menyimpulkan bahwa kehidupan kota

menciptakan kepribadian kota, materealistis, berorientasi, kepentingan,

berdikari (self sufficient), impersonal, tergesa-gesa, interaksi social dangkal,

manipualtif, insekuritas (perasaan tidak aman) dan disorganisasi pribadi.

Dalam menganalisa proses proses interaksi antara individu dalam

masyarakat, harus membedakan dua hal yaitu kontak dan komunikasi. Kontak

antara individu juga tidak hanya mungkin pada jarak dekat, misalnya berhadapan

muka,namun juga bisa menggunakan alat kebudayaan seperti tulisan, buku ,surat

kabar ataupun telepon. Sedangkan komunikasi muncul setelah kontak terjadi

(Koentjaraningrat, 2002:162).

(16)

kepada penerima. Dengan kata lain komunikasi adalah pemindahan ide ide dari

sumber dengan harapan akan merubah tingkah laku maupun ide penerima. Saluran

komunikasi adalah alat dengan pesan pesan dari sumber dapat sampai kepada

penerima (Hanafi, 1986 : 27).

Komunikasi juga merupakan dasar interaksi. Setiap kelompok harus

menerima dan menggunakan informasi dan proses terjadi melalui komunikasi.

Eksistensi kelompok tergantung pada komunikasi, pertukaran informasi dan

meneruskan komunikasi (Walgito, 2006:7). Komunikasi dan interaksi membentuk

nilai dasar sebuah kelompok. Dimana nilai tersebut menjadi acuan tuntunan dari

kelompok tersebut. Mengemukakan bahwa nilai budaya merupakan sesuatu yang

abstrak, yang dijadikan pedoman serta prinsip - prinsip umum dalam bertindak

dan bertingkah laku. Keterikatan orang atau kelompok terhadap nilai relatif sangat

kuat dan bahkan bersifat emosional. Oleh sebab itu, nilai dapat dilihat sebagai

tujuan kehidupan manusia itu sendiri.

Sejalan dengan itu Koentjaraningrat memperjelas bahwa (dalam Sartini

2009:30) nilai budaya terdiri dari konsepsi - konsepsi yang hidup dalam alam

fikiran sebahagian besar warga masyarakat mengenai hal - hal yang mereka

anggap amat mulia. Sistem nilai yang ada dalam suatu masyarakat dijadikan

orientasi dan rujukan dalam bertindak. Oleh karena itu, nilai budaya yang dimiliki

seseorang mempengaruhinya dalam menentukan alternatif, cara, alat, dan tujuan

pembuatan yang tersedia.

Hal inilah yang peneliti lihat bahwa kedai kopi disinyalir sebagai

fenomena kultural yang hidup dimasyarakat. Fenomena ini sesuai dengan paham

(17)

pengetahuan yang diperoleh dan digunakan manusia untuk menginterpretasikan

pengalaman dalam menghadapi dunianya. Di kedai kopi merupakan tempat bagi

mereka yang berkecimpung disitu sebagai ekspresi dalam menginterpretasi dunia.

1. 3. Rumusan Masalah

Perumusan masalah memerlukan adanya pembatasan masalah, agar penelitian ini

tidak menjadi rancu atau pun menjadi luas kepada hal-hal yang tidak terkait

dengan masalah yang sedang di teliti. Adanya pembatasan masalah diharapkan

agar dalam penelitian ini akan menjadi lebih fokus. Dari penjelasan

dilatarbelakang dan kajian pustaka diatas, maka yang menjadi rumusan masalah

dalam penelitian ini yaitu :

- Apa saja faktor pendorong dan faktor penarik kedai kopi dijadikan

sebagai sarana berkumpul dan berinteraksi bagi mahasiswa?

- Hal – hal apa saja yang didiskusikan para mahasiswa di kedai kopi?

1.4.Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1.4.1 Tujuan Penelitian

Penetapan tujuan penelitian merupakan sesuatu yang penting, dimana

tujuan tersebut menjadi pijakan awal penelitian tersebut dilakukan. Penelitian ini

bertujuan :

- Untuk mengetahui apa yang menjadi faktor pendorong dan faktor

penarik kedai kopi dijadikan saraa berkumpul dan berinteraksi bagi

mahasiswa.

(18)

kopi.

1.4.2. Manfaat Penelitian

Sebagai bentuk penelitian, besar harapan penulis agar nantinya hasil dari

penelitian dapat memberikan sumbangan nyata yang berarti bagi khalayak umum

dan khususnya bagi masyarakat kota Medan dan sekitarnya . Secara akademis

penelitian ini diharapkan :

- Dapat menjadi acuan dan referensi tambahan bagi penulis dan pembaca.

- Dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian berikutnya.

- Dapat menjadi bahan bacaan yang fungsional bagi penulis maupun pembaca .

Bagi pembaca diharapkan dari hasil penelitian ini dapat menjadi bahan

penambahan informasi mengenai aktifitas yang ada di kedai kopi bagi masyarakat

kota Medan khususnya di Padang Bulan dan bagi penulis untuk mendapatkan

pengetahuan lebih mengenai teori yang dipelajari serta fakta yang terjadi di

lapangan, serta menerapkan ilmu yang sudah diperoleh dalam realita kehidupan.

1.5. Metode Penelitian

Bentuk penelitian ini adalah studi etnografi dengan menggunakan

pendekatan kualitatif yang dapat diartikan sebagai pendekatan yang menghasilkan

data, dan tingkah laku yang dapat di amati (Nawawi, 1994:2003). Metode

penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang mengharuskan

peneliti menggambarkan secara terperinci tentang kegiatan yang ada di kedai

(19)

1.5.1. Karakteristik Penelitian

Metode penelitian yang digunakan peneliti adalah pendekatan kualitatif,

yaitu bertujuan untuk dapat melakukan penggalian informasi secara lebih dalam

dan mendapatkan gambaran yeng lebih detail dan komperhensif mengenai

aktivitas yang ada di kedai kopi yang ada di kota Medan khususnya di Padang

Bulan. Dengan melihat secara langsung dan menulis catatan kecil yang terjadi di

kedai kopi dan berbaur dengan pengunjung lainnya .

1.5.2. Teknik Pengumpulan Data

Data kualitatif akan menjadi data utama untuk hasil penelitian.

Pengumpulan data dalam penelitian ini dapat dibagi atas 2 (dua) kelompok yaitu

data primer dan data sekunder . Data primer merupakan data yang diperoleh dari

lapangan melalui observasi dan wawancara mendalam. Sedangkan data sekunder

merupakan data yang diperoleh dari penelitian kepustakaan,yaitu cara penelitian

dalam perolehan data melalui studi pustaka sebagai sumber data sekunder yang

bersifat teoritis, dalam hal ini berupa buku-buku, literatur, jurnal tesis, laporan

penelitian, skripsi, serta bahan-bahan relevan lainnya.

Informan penelitian adalah orang yang memberikan informasi sesuai apa

yang dibutuhkan oleh peneliti. Informan dalam penelitian ini merupakan penjual

dan pengunjung kedai kopi. Jumlah informan dua puluh orang mahasiswa dan tiga

orang pemilik kedai kopi. Dua puluh orang itu penulis pilih berdasarkan kriteria

yang ditetapkan sebelumnya, Adapun kriteria itu meliputi intensitas kunjungan.

Selain intensitas, kunjungan mahasiswa dikedai kopi dijadikan wadah interaksi

(20)

yang aktual dan lengkap.

Dalam penelitian ini, pengumpulan data primer dilakukan dengan

beberapa teknik yaitu :

- Observasi Pastisipasi

Informasi dan data pada penelitian ini salah satunya didapat dari

pengamatan terlibat (observasi partisipasi). Tujuannya untuk melihat dan

merasakan secara langsung konsep - konsep yang terkandung dalam pikiran

informan, Danandjaja mengatakan untuk mendapatkan data yang sensitif dan

sangat pribadi (Danandjaja, 1994 : 105). Dalam observasi partisipasi ini peneliti

ikut dalam kehidupan sehari - hari informan, bahkan secara kondisional di

lapangan ikut dalam kegiatan yang dijalaninya. Sebagaimana Vrendenbregt

mengatakan dalam pengamatan ini ada interaksi antara peneliti dengan

informannya (Danandjaja, 1994 : 105).

- Wawancara

Wawancara berguna untuk memperoleh data dari para informan. Hasil

wawancara tersebut nantinya akan digunakan sebagai informasi untuk melengkapi

data. Metode wawancara yang digunakan adalah wawancara yang bersifat bebas

dan mendalam (indepth interview). Wawancara yang bebas dan bersifat

mendalam adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan

cara tanya jawab sambil bertatap muka antara peneliti dna informan, dimana

peneliti dan informan terlibat percakapan yang cukup lama. Pelaksanaan

wawancara tidak hanya dilakukan sekali ataupun dua kali saja, melainkan

berulang kali dengan intesitas pertemuan yang tinggi.

(21)

menggunakan metode wawancara yang bersifat bebas yaitu wawancara yang

dilakukan peneliti kepada informan tanpa ada persiapan terlebih dahulu.

Wawancara tersebut dilakukan apabila peneliti secara kebetulan bertemu dengan

informan.

1.5.3. Analisis Data

Data - data yang diperoleh melalui kegiatan pengumpulan data dianalisa

secara kualitatif. Keseluruhan data yang di peroleh dari observasi dan wawancara

tersebut di olah setelah dianalisis pada tiap - tiap data yang dikumpulkan.

Kemudian menguraikan pada bagian - bagian permasalahan dengan membuat sub

judul pada tiap bab dalam penulisan penelitian. Analisa data yang dilakukan

sesuai dengan kajian Antropologis dengan melihat permasalahan yang ada.

Analisa data dilakukan mulai pada saat meneliti atau selama proses pengumpulan

Referensi

Dokumen terkait

[r]

c) Hasil analisis kestabilan lereng redisain section G-G’ memberikan nilai FK sebesar 1,31 dan PK sebesar 0%. Hal ini menunjukkan lereng ini sudah dalam kondisi stabil. d) Secara

Dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan peneliti adalah. teknik analisis deskriptif kualitatif, dengan menggunakan strategi

Penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif sangat mementingkan proses daripada produk, dan bermaksud mencari makna dengan menganalisis data secara

DAFTAR HADIR PEJABAT S.TRUKTURAL DAN NONSTRUKTURAL IAIN PURWOKERTO PEMBINAAN KEAGAMAAN CIVITAS AKADEMIKA, TENAGA KEPENDIDIKAN DAN MASYARAKAT.. DI LINGKUNGAN IAIN

Berdasarkan pengertian tersebut, pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses atau upaya sadar untuk menjadikan manusia ke arah yang lebih baik. Dalam suatu

Asuransi kesehatan sudah sesuai dengan ketentuan memungkinkan saya lebih tenang dalam bekerja 58. Asuransi jiwa yang

Metode diartikan sebagai suatu cara atau prosedur yang dipakai untuk mencapai tujuan tertentu, dalam kaitannya dengan pembelajaran, metode didefinisikan sebagai