• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Hasil Belajar

Menurut Dimyati dan Mudjiono, hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran. Menurut Oemar Hamalik hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Menurut Purwanto (1989:3), menyatakan bahwa hasil belajar adalah suatu yang digunakan untuk menilai hasil pelajaran yang telah diberikan kepada siswa dalam waktu tertentu. Menurut Surahmad (1997:88) berpendapat hasil belajar adalah hasil dimana guru melihat bentuk akhir dari pengalaman interaktif edukatif yang diperlihatkan adalah menempatkan tingkah laku.

Hasil Belajar merupakan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar (Chatarina, dkk, 2004:4). Perolehan aspek-aspek perilaku tergantung pada apa yang dipelajari oleh pembelajar. Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik (Sudjana 1999:3). Pada dasarnya kemampuan kognitif merupakan hasil belajar. Secara keseluruhan hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah Ia menerima pengalaman belajarnya dan digunakan oleh guru untuk menjadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan.

Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor. Perinciannya adalah sebagai berikut:

(2)

1. Ranah Kognitif

Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian. 2. Ranah Afektif

Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.

3. Ranah Psikomotor

Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi neuromuscular (menghubungkan, mengamati).

Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan daripada afektif dan psikomotor karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi. Howard Kingsley membagi 3 macam hasil belajar 1) Keterampilan dan kebiasaan; 2) Pengetahuan dan pengertian; 3) Sikap dan cita-cita

Pendapat dari Horward Kingsley ini menunjukkan hasil perubahan dari semua proses belajar. Hasil belajar ini akan melekat terus pada diri siswa karena sudah menjadi bagian dalam kehidupan siswa tersebut.

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disintesiskan bahwa hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang. Serta akan tersimpan dalam jangka waktu lama atau bahkan tidak akan hilang selama-lamanya karena hasil belajar turut serta dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi sehingga akan merubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik.

(3)

2.2 Hakekat Pembelajaran Matematika

Menurut Hilgrad dan Bower, 1966 dalam (Jogiyanto,2006:12) pembelajaran dapat didefinisikan suatu proses dimana suatu kegiatan berasal atau berubah lewat reaksi dari suatu yang dihadapi dengan keadaan bahwa karakteristik-karakteristik dari perubahan aktivitas tersebut tidak dapat dijelaskan dengan dasar kecenderungan-kecenderungan reaksi asli, kematangan atau perubahan-perubahan sementara dari organisme. Pembelajaran juga merupakan suatu kegiatan seni untuk mendorong orang untuk melakukan sesuatu. Menurut Martinis Yamin (2005:3) mengajar berarti partisipasi dengan siswa dalam membentuk pengetahuan, membuat makna, mencari kejelasan, bersikap kritis dan mengadakan justifikasi. Dengan demikian mengajar adalah suatu bentuk belajar sendiri.

Menurut Hilgrad dan Bower, 1966 dalam (Jogiyanto,2006:10) Pembelajaran yang baik mempunyai sasaran yang seharusnya berfokus pada hal-hal sebagai berikut:

1) Meningkatkan kualitas berpikir yaitu berpikir dengan efisien, konstruktif, mampu melakukan judmen (judment) dan keaktifan.

2) Meningkatan attitude of mind, yaitu menekankan pada keingintahuan, aspirasi-aspirasi dan penemuan-penemuan.

3) Meningkatkan kualitas personal yaitu karakter, sensitivitas, integritas dan tanggungjawab.

4) Meningkatkan kemampuan untuk menerapkan konsep dan pengetahuan-pengetahuan di situasi yang spesifik.

Langkah-langkah pembelajaran

Menurut Piaget, pembelajaran terdiri dari empat langkah sebagai berikut: 1) Menentukan topik yang dapat dipelajari oleh anak sendiri

(4)

3) Mengetahui adanya kesempatan bagi guru untuk mengemukakan pertanyaan yang menunjang proses pemecahan masalah.

4) Menilai pelaksanaan tiap kegiatan, memperhatikan keberhasilan dan melakukan revisi

Langkah-langkah pembelajaran berdasarkan teori kondisioning operan sebagai berikut :

1) Mempelajari keadaan kelas, guru mencari dan menemukan perilaku siswa yang positif atau negatif. Perilaku positif akan diperkuat, Sedangkan perilaku negatif akan diperlemah atau dikurangi

2) Membuat daftar penguat positif, guru mencari perilaku yang lebih disukai oleh siswa. Perilaku yang kena hukuman, dan kegiatan luar sekolah yang dapat dijadikan penguat.

3) Memilih dan menentukan urutan tingkah laku yang dipelajari serta jenis penguatnya.

4) Membuat program pembelajaran Program pembelajaran ini berisi urutan perilaku yang dikehendaki, penguatan, waktu, mempelajari perilaku dan evaluasi.

5) Pembelajaran matematika

Istilah pembelajaran menekankan pada siswa belajar dan pengajaran menekankan pada guru mengajar. Dalam proses pembelajaran di kelas supaya lebih hidup dan aktivitas belajar siswa yang diutamakan maka lebih tepat digunakan istilah bukan pengajaran.

Pembelajaran Matematika adalah suatu proses tidak hanya mendapat informasi dari guru tetapi banyak kegiatan maupun tindakan dilakukan terutama bila diinginkan hasil belajar yang lebih baik pada diri peserta didik. Belajar pada intinya tertumpu pada kegiatan memberi kemungkinan kepada peserta didik agar terjadi proses belajar yang efektif atau dapat mencapai hasil yang sesuai tujuan.

(5)

Tabel 2.1

SK dan KD Kelas IV, Semester 1

Standar Kompetensi Komptensi Dasar Bilangan

1. Memahami dan menggunakan sifat-sifat operasi hitung bilangan dalam pemecahan masalah

1.1 Mengidentifikasi sifat-sifat operasi hitung 1.2 Mengurutkan bilangan

1.3 Melakukan operasi perkalian dan pembagian 1.4 Melakukan operasi hitung campuran 1.5 Melakukan penaksiran dan pembulatan 1.6 Memecahkan masalah yang melibatkan uang

Bilangan

2. Memahami dan menggunakan faktor dan kelipatan dalam pemecahan masalah

2.1 Mendeskripsikan konsep faktor dan kelipatan 2.2 Menentukan kelipatan dan faktor suatu

bilangan.

2.3 Menentukan kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dan faktor persekutuan terbesar (FPB) 2.4 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan

KKP dan FPB

GEOMETRI DAN

PENGUKURAN

3. Menggunakan pengukuran sudut, panjang, dan berat dalam pemecahan masalah

3.1 Menentukan besar sudut dengan satuan tidak baku dan satuan derajat

3.2 Menentukan hubungan antar satuan waktu, antar satuan panjang, dan antar satuan berat 3.3 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan

satuan waktu, panjang, dan berat

3.4 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan satuan kuantitas

GEOMETRI DAN

PENGUKURAN

4. Menggunakan konsep keliling dan luas bangun datar sederhana dalam pemecahan masalah

4.1 Menentukan keliling dan luas jajar genjang dan segitiga

4.2 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan keliling dan luas jajar genjang dan segitiga

Mengajarkan matematika tidaklah mudah, oleh karena itu tidak dibedakan antara matematika dan matematika sekolah. Maka dari itu perlu adanya desain khusus untuk mningkatkan kualitas belajar mengajar khususnya pada mata pelajaran matematika.

“Matematika adalah (1) studi pola dan hubungan (study of patterns and relationships) dengan demikian masing-masing topik itu akan saling berjalinan satu dengan yang lain yang membentuknya, (2). Cara berpikir (way

(6)

of thinking) yaitu memberikan strategi untuk mengatur, menganalisis dan mensintesa data atau semua yang ditemui dalam masalah sehari-hari, (3). Suatu seni (an art) yaitu ditandai dengan adanya urutan dan konsistensi internal, dan (4) sebagai bahasa (a language) dipergunakan secara hati-hati dan didefinisikan dalam term dan symbol yang akan meningkatkan kemampuan untuk berkomunikasi akan sains, keadaan kehidupan riil, dan matematika itu sendiri, serta (5) sebagai alat (a tool) yang dipergunakan oleh setiap orang dalam menghadapi kehidupan sehari-hari. Sedangkan mengenai pengertian matematika sekolah.” (Reyt.,et al, 1998 :4 )

“Matematika sekolah adalah bagian atau unsur dari matematika yang dipilih antara lain dengan pertimbangan atau berorentasi pada pendidikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa matematika sekolah adalah matematika yang telah dipilah-pilah dan disesuaikan dengan tahap perkembangan intelektual siswa, serta digunakan sebagai salah satu sarana untuk mengembangkan kemampuan berpikir bagi para siswa.” (Soedjadi 1999: 1).

Berdasarkan paparan tersebut di atas jelas terlihat bahwa konsep pembelajaran matematika harus diberikan sesuai dengan tingkat itelektual siswa. Hal ini didasarkan pada pemberian konsep harus tahap demi tahap guna untuk menyesuaikan taraf kemampuan intelektual siswa. Maka dari itu guru dituntut untuk menciptakan suasana pembelajaran yang sesuai dengan acuan yang berlaku sehingga proses pembelajaran khususnya pembelajaran matematika dijadikan suatu mata pelajaran yang tidak dianggap sulit oleh siswa. Dengan kata lain guru harus membangun konsep yang dapat menggugah siswa agar bisa menguatkan metode penerapan pembelajaran guna untuk menciptakan bahwa pelajaran matematika adalah pelajaran yang menyenangkan dan tidak sulit untuk dipelajari.

“Dalam belajar aktif siswa harus melakukan sesuatu yang lebih dari sekedar mendengarkan, untuk bisa terlibat aktif para siswa itu harus terlibat dalam tugas yang perlu pemikiran tingkat tinggi seperti tugas analisis, sintesis, dan evaluasi. Oleh karena itu dalam rangka mewujudkan CBSA guru harus

(7)

berusaha mencari metode mengajar yang dapat menyebabkan siswa aktif belajar. Pembelajaran matematika hendaknya menganut kebenaran konsistensi yang didasarkan kepada kebenaran-kebnaran terdahulu yang telah diterima, atau setiap struktur dalam matematika tidak boleh terdapat kontradiksi. (Bonwell dan Eison, 1991:1).

Dengan melihat paparan tersebut di atas maka penulis dapat memberikan penjelasan yaitu untuk menciftakan suasana pembelajaran yang aktif, maka siswa dalam proses pembelajaran tidak hanya mendengarkan, tetapi harus terjun dalam aktivitas pembelajaran yang disampaikan. Maka dari itu proses pembelajaran harus didesain sedemikian rupa agar supaya proses pembelajaran dapat diterima dengan cepat oleh siswa.

Adapun tujuan pembelajaran matematika disebutkan bahwa tujuan yang hendak dicapai dari pembelajaran matematika sekolah adalah: Menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung (menggunakan bilangan) sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari, menumbuhkan kemampuan siswa yang dapat dialihgunakan melalui kegiatan matematika, dan memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.

.

2.3. Model Pembelajaran Think Pair and Share (TPS)

2.3.1 Pengertian Model pembelajaran TPS

Model pembelajaran TPS termasuk model pembelajaran kooperatif, dengan pengertian selama pembelajaran melalui tahapan siswa menerima penjelasan dan guru secara klasikal dan mereka berpasangan dengan teman minimal 2 orang (teman satu meja) atau lebih.

Menurut Aunds (1997:111) pembelajaran yang menggunakan model kooperatif mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: peserta didik bekerja dalam kelompok secara kooperatif, kelompok dibentuk dari peserta didik yang memiliki kemampuan heterogen, penghargaan lebih berorientasi pada kelompok dan pada individu.

(8)

Menurut Eggen dan Kauchak (1993:319) pembelajaran kooperatif sebagai kumpulan strategi mengajar yang digunakan guru agar peserta didik saling membantu dalam mempelajari sesuatu.

Sesuatu yang dianggap sebagai masalah adalah berupa soal yang memerlukan pemahaman untuk menyelesaikannya. Soal berupa latihan yang diberikan oleh guru, dari buku paket manfaat lembar kerja siswa. Model pembelajaran TPS mempunyai tahapan-tahapan sebagai berikut:

a. Guru memulai pelajaran dengan mengorganisasi kelas, apakah peserta didik diminta belajar secara individual atau berpasangan (berkelompok). Selanjutnya guru menjelaskan tentang kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan peserta didik dalam proses pembelajaran, bisa berupa penyelesaian yang dilakukan dengan mengarahkan pendapat siswa, melanjutkan mempelajari suatu topik, mengerjakan tugas ataupun melakukan aktivitas-aktivitas lain yang dapat membantu peserta didik dalam memahami suatu topik.

b. Siswa mulai melaksanakan aktivitas yang telah ditentukan guru pada fase pertama, peserta didik dapat bekerjasama atau individu tergantung pada pengorganisasian kelas pada langkah pertama. Pada fase ini guru dapat memberikan jawaban masalah secara langsung kepada siswa.

c. Beberapa siswa diminta untuk menampilkan dan menjelaskan hasil pekerjaannya kepada teman-temannya sekelas, siswa lain diberi kesempatan untuk menanggapi. Guru dapat pula mengajukan pertanyaan untuk membantu peserta didik memahami topik yang sedang mereka pelajari.

d. Siswa diminta memperhatikan kembali hasil pekerjaannya pada fase kedua dan memperbaiki jika ternyata setelah didiskusikan terdapat kesalahan. Guru dapat juga mengecek kembali pemahaman siswa dengan memberikan soal latihan. Siswa dapat juga mengajukan permasalahan atau pertanyaan jika ada hal-hal yang kurang dipahami dan topik yang sedang dipelajari.

(9)

e. Menilai atau melakukan evaluasi belajar unit materi. Walaupun ini merupakan tahap akhir, tetapi bukan berarti penilaian hanya dilakukan pada akhir pembelajaran, tetapi penilaian dilakukan sebelum, selama dan setelah pelajaran dilaksanakan. Di awal pembelajaran penilaian dapat dilakukan dengan memberikan pra tes, penilaian selama pembelajaran dapat dilakukan melalui observasi selama peserta didik mengikuti proses pembelajaran, wawancara dengan peserta didik, menilai hasil pekerjaan peserta didik.

2.3.2 Tujuan Pembelajaran TPS

Model pembelajaran TPS dikembangkan untuk mencapai setidaknya tiga tujuan pembelajaran yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keberagaman, dan pengembangan sosial. Berdasarkan hasil penelitian Slavin (1994) menunjukkan bahwa teknik-teknik pembelajaran TPS lebih unggul dalam meningkatkan hasil belajar dibandingkan dengan pengalaman-pengalaman belajar individual atau kompetitif. Dari hasil penelitian Lundgren (1994), menunjukkan bahwa pembelajaran TPS memiliki dampak yang amat positif untuk siswa yang rendah hasil belajarnya.

Dalam pembelajaran TPS terdapat beberapa unsur yang harus diperhatikan agar tujuan pembelajaran kooperatif dapat dicapai, yaitu: 1) siswa dalam kelompoknya beranggapan bahwa mereka “sehidup

sepenanggungan”,

2) siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya, seperti milik mereka sendiri,

3) siswa melihat bahwa semua anggota di dalam kelompok memiliki tujuan yang sama,

4) siswa membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya,

5) siswa dikenakan evaluasi dan diberikan penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok,

(10)

6) siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan belajar bersama selama proses belajarnya,

7) siswa diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang dibahas dalam kelompok kooperatif.

8) Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu alternatif penerapan konstruktivisme, karena beberapa pertimbangan sebagai berikut.

9) siswa yang sedang menyelesaikan masalah bersama-sama dengan teman sekelas, akan dapat menumbuhkan refleksi yang membutuhkan kesadaran tentang apa yang sedang dipikirkan dan dikerjakan,

10) menjelaskan kepada temannya biasanya mengarah kepada suatu pemahaman yang lebih jelas dan sering menemukan ketidakkonsistenan pada pikirannya sendiri.

11) ketika suatu kelompok kecil menerangkan solusinya ke seluruh kelas (tidak peduli apakah solusi itu cocok atau tidak) kelompok memperoleh kesempatan berharga untuk mempelajari hasil yang diperoleh.

12) mengetahui bahwa ada teman sekelompok belum bisa menjawab, akan meningkatkan gairah setiap anggota kelompok untuk mencoba menemukan jawabannya.

13) keberhasilan suatu kelompok menemukan suatu jawaban, akan menumbuhkan motivasi untuk menghadapi masalah baru.

TPS merupakan salah satu tipe pembelajaran TPS yang dikembangkan oleh Frank Lyman, dkk dari Universitas Maryland pada tahun 1985. TPS memberikan kepada para siswa waktu untuk berpikir dan merespon serta saling bantu satu sama lain. Sebagai contoh, seorang guru baru saja menyelesaikan suatu sajian pendek atau para siswa telah selesai membaca suatu tugas. Selanjutnya guru meminta kepada para siswa untuk menyadari secara serius mengenai apa yang telah dijelaskan oleh guru atau apa yang telah dibaca.

(11)

1) Berpikir (Think): Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang terkait dengan pelajaran dan siswa diberi waktu untuk memikirkan pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri.

2) Berpasangan (Pair): Guru meminta para siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan mengenai apa yang telah dipikirkan. Interaksi selama periode ini dapat menghasilkan jawaban bersama jika suatu pertanyaan telah diajukan atau penyampaian ide bersama jika suatu isu khusus telah diidentifikasi. Biasanya guru mengizinkan tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan.

3) Berbagi (Share): Pada langkah akhir ini guru meminta pasangan-pasangan tersebut untuk berbagi atau bekerjasama dengan kelas secara keseluruhan mengenai apa yang telah mereka bicarakan. Pada langkah ini akan menjadi efektif jika guru berkeliling kelas dari pasangan satu ke pasangan yang lain, sehingga seperempat atau separo dari pasangan-pasangan tersebut memperoleh kesempatan untuk melapor.

4) Model Pembelajaran kooperatih tipe TPS menggunakan metode diskusi berpasangan yang dilanjutkan dengan diskusi pleno. Dengan model pembelajaran ini siswa dilatih bagaimana mengutarakan pendapat dan siswa juga belajar menghargai pendapat orang lain dengan tetap mengacu pada materi/tujuan pembelajaran.

Satu contoh penerapan model pembelajaran tipe TPS dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1) guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai. 2) siswa diminta untuk berfikir tentang materi/permasalahan yang

disampaikan guru.

3) siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (berkelompok 2-4 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing.

4) guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya.

(12)

5) berawal dari kegiatan tersebut, guru mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diungkapkan para siswa.

6) kesimpulan/penutup.

TPS memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan lain dari pembelajaran ini adalah optimalisasi partisipasi siswa. Dengan metode klasikal yang memungkinkan hanya satu siswa maju dan membagikan hasilnya untuk seluruh kelas, tapi pembelajaran ini memberi kesempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain (Lie, 2002).

Kagan menyatakan manfaat TPS sebagai berikut: para siswa menggunakan waktu yang lebih banyak untuk mengerjakan tugasnya dan untuk mendengarkan satu sama lain, ketika mereka terlibat dalam kegiatan TPS lebih banyak siswa yang mengangkat tangan mereka untuk menjawab setelah berlatih dalam pasangannya. Para siswa mungkin mengingat secara lebih seiring penambahan waktu tunggu dan kualitas jawaban mungkin menjadi lebih baik.

Para guru juga mungkin mempunyai waktu yang lebih banyak untuk berpikir ketika menggunakan TPS. Mereka dapat berkonsentrasi mendengarkan jawaban siswa, mengamati reaksi siswa, dan mengajukan pertanyaan tingkat tinggi.

Pembelajaran kooperatif tipe TPS diharapkan dapat membantu siswa meningkatkan sikap positif dalam pembelajaran. Para siswa secara individu membangun kepercayaan diri terhadap kemampuannya untuk menyelesaikan masalah pembelajaran, sehingga akan mengurangi atau bahkan menghilangkan rasa cemas yang banyak dialami para siswa.

2.3.3 Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Think Pair and Hare

Kelebihan pembelajaran TPS antara lain sebagai berikut: 1) Mendidik siswa untuk berfikir dengan tekun dan teliti.

(13)

2) Mendidik siswa agar mampu menyelesaikan kesulitan yang dihadapi secara mandiri maupun bekerjasama.

3) Mendidik siswa agar percaya diri.

Kelemahan pembelajaran TPS antara lain sebagai berikut: 1) Memerlukan waktu relatif lebih lama.

2) Siswa yang pandai selalu mendominasi pembelajaran, sedangkan yang kurang pandai cenderung pasif.

2.3.4 Langkah-langkah Pembelajaran TPS

Menurut Frank Lyman (1985) model pembelajaran TPS menggunakan metode diskusi berpasangan yang dilanjutkan dengan diskusi pleno. Dengan model pembelajaran ini siswa dilatih bagaimana mengutarakan pendapat dan siswa juga belajar menghargai pendapat orang lain dengan tetap mengacu pada materi/tujuan pembelajaran. Sedangkan langkah-langkah pembelajaran TPS menurut Lungren (dalam Slameto, 2011: 13) adalah 1) TPS (Berpikir-Berpasangan-Berbagi), 2) Guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai, 3) Guru menyampaikan inti materi dan menyampaikan permasalahan atau pertanyaanyang problematic, 4) Siswa diminta untuk berfikir secara individu dan menulis jawabannya, 5) Siswa diminta untuk berpasangan dan saling mengutarakan jawaban masing-masing. Pasangan dapat bergabung dengan pasangan lain untuk memadukan jawaban dan menyiapkan pajangan thd pertanyaan/masalah tersebut, 6) Guru memimpin diskusi pleno. Tiap-tiap kelompok menyampaikan hasil diskusi dan pajangan dan guru memberikan penguatan dan tambahan, 7) Guru memberi kesimpulan penutup.

Berdasarkan langkah-langkah pembelajaran para ahli di atas, maka dapat disimpulkan penulissebagai berikut:

1) Kegiatan Persiapan

(a) Mengidentifikasi kebutuhan belajar siswa. (b) Merumuskan tujuan pembelajaran.

(14)

(c) Menyiapkan masalah materi pelajaran yang akan dipecahkan. Materi yang akan dipecahkan dalam bentuk pernyataan atau pertanyaan. (d) Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan

2) Kegiatan Pelaksanaan

(a) Guru memulai pelajaran dengan mengorganisasi kelas, apakah peserta didik diminta belajar secara individual atau berpasangan (berkelompok). Selanjutnya guru menjelaskan tentang kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan peserta didik dalam proses pembelajaran, bisa berupa penyelesaian yang dilakukan dengan mengarahkan pendapat siswa, melanjutkan mempelajari suatu topik, mengerjakan tugas ataupun melakukan aktivitas-aktivitas lain yang dapat membantu peserta didik dalam memahami suatu topik.

(b) Siswa mulai melaksanakan aktivitas yang telah ditentukan guru pada fase pertama, peserta didik dapat bekerjasama atau individu tergantung pada pengorganisasian kelas pada langkah pertama. Pada fase ini guru dapat memberikan jawaban masalah secara langsung kepada siswa. (c) Beberapa siswa diminta untuk menampilkan dan menjelaskan hasil

pekerjaannya kepada teman-temannya sekelas, siswa lain diberi kesempatan untuk menanggapi. Guru dapat pula mengajukan pertanyaan untuk membantu peserta didik memahami topik yang sedang mereka pelajari.

(d) Siswa diminta memperhatikan kembali hasil pekerjaannya pada fase kedua dan memperbaiki jika ternyata setelah didiskusikan terdapat kesalahan. Guru dapat juga mengecek kembali pemahaman siswa dengan memberikan soal latihan. Siswa dapat juga mengajukan permasalahan atau pertanyaan jika ada hal-hal yang kurang dipahami dan topik yang sedang dipelajari.

(e) Menilai atau melakukan evaluasi belajar unit materi. Walaupun ini merupakan tahap akhir, tetapi bukan berarti penilaian hanya dilakukan pada akhir pembelajaran, tetapi penilaian dilakukan sebelum, selama dan setelah pelajaran dilaksanakan. Di awal pembelajaran penilaian

(15)

dapat dilakukan dengan memberikan pra tes, penilaian selama pembelajaran dapat dilakukan melalui observasi selama peserta didik mengikuti proses pembelajaran, wawancara dengan peserta didik, menilai hasil pekerjaan peserta didik.

3) Kegiatan Penutup

(a) Meminta siswa mempertanggungjawabkan secara kelompok materi yang dihasilkannya.

(b) Melakukan pembahasan secara kelompok untuk mencapai tujuan bersama.

(c) Melakukan tindak lanjut terhadap anggota kelompok dari materi yang belum dikuasai.

(d) Melaksanakan tes evaluasi untuk mengukur keberhasilan siswa dalam pembelajaran.

2.4 Kajian Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang menggunakan model pembelajaran TPS ini pernah dikaji oleh Mastuti, Endah Neni (2009) Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Tps (TPS ) Pada Siswa Kelas VIII D SMP Negeri 2 Gondang Sragen Tahun Pelajaran 2008 / 200. Hasil dari penelitian Pengukuran kemampuan siswa dilakukan sesuai ranah pembelajaran yaitu ranah kognitif (postes) dan ranah afektif (minat siswa) yang diperoleh dari nilai rata-rata siswa dalam tiap siklus. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I (ranah kognitif = 6,3 atau meningkat sebesar 0,4 dari nilai awal; ranah afektif = 25,486 (termasuk kategori kurang berminat). Rata-rata hasil belajar siswa pada siklus II (ranah kognitif = 7,1 atau meningkat sebesar 0,7 dari siklus I; ranah afektif = 35,546 (termasuk kategori cukup berminat) atau meningkat sebesar 10,06 dari siklus I)). Rata-rata hasil belajar pada siklus III (ranah kognitif pada siklus III = 7,9 atau meningkat sebesar 0,8 dari siklus II; ranah afektif = 45,459 (termasuk kategori berminat) atau meningkat sebesar 9,91 dari siklus II. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa model

(16)

pembelajaran kooperatif tipe TPS dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa kelas VIIID SMP Negeri 2 Gondang Sragen Tahun Pelajaran 2008/2009

Sholikhah, Miftakhush (2009) dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Inovatif TTW (Think-Talk- Write) Dengan Menyertakan Hand Out Terhadap Hasil Belajar Struktur Dan Fungsi Jaringan Tumbuhan Pada Siswa Kelas VIII A Semester Genap SMP Muhammadiyah 2 Surakarta Tahun Ajaran 2008/2009. Hasil dari penelitian Sholikhah menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa. Sebelum tindakan rata-rata hasil belajar kognitif siswa sebesar 4,74, rata-rata pada siklus I meningkat menjadi 5,82, dengan nilai afektif 27,10 (kurang berminat). Rata-rata pada siklus II meningkat menjadi 7,29 dengan nilai afektif 34,76 (cukup berminat). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran TTW dengan menyertakan hand out dapat memperbaiki aspek kognitif, hal ini didukung dengan peningkatan hasil belajar biologi sebesar 0,5 point atau 5% pada siswa kelas VIII A SMP Muhammadiyah 2 Surakarta Tahun Ajaran 2008/2009.

2.5 Kerangka Berpikir

Berdasarkan latar belakang masalah, kemampuan memecahan masalah merupakan salah satu tujuan pembelajaran matematika. Di dalam memecahkan masalah, siswa diharapkan mampu memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

Mengajar siswa untuk menyelesaikan masalah-masalah memungkinkan siswa itu menjadi lebih analitik berpikirnya ketika mengambil keputusan dalam kehidupan. Namun, kenyataan yang ada menunjukkan bahwa kemampuan memecahkan masalah siswa masih rendah.

Tahapan pembelajaran menggunakan model Think-Pair-Share yang pertama adalah siswa berpikir (think) secara individu. Kemudian, siswa dibagi ke dalam kelompok yang terdiri dari 4 orang. Dalam kelompok

(17)

tersebut, sepasang-sepasang (pair) siswa berdiskusi tentang permasalahan. Setelah selang waktu, siswa berkelompok kembali (square). Think-Pair-Share memberikan kesempatan yang lebih luas untuk mengetahui strategi pemecahan masalah dari siswa lain. Dengan cara ini, siswa dapat memperkaya pengetahuannya dalam memecahkan suatu masalah. Secara rinci, penjelasan kerangka berfikir tentang penggunaan model pembelajaran TPS dan hasil belajar matematika disajikan dalam gambar 2.1 berikut ini.

Gambar 2.1

Skema Kerangka Berpikir tentang

Hubungan Penggunaan Model Pembelajaran TPS dan Hasil Belajar Matematika tentang Perkalian

2.6 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan pemaparan dan kajian teori di atas, hipotesis dalam penelitian ini adalah: Di duga “penggunaan model pembelajaran TPS dapat meningkatkan hasil belajar matematika perkalian cara susun pada siswa kelas IV SDN Plumbungan Gabus Kabupaten Pati Semester I Tahun 2011/2012”.

Hasil belajar rendah di bawah KKM Hasil Belajar Meningkat PBM Guru menggunakan metode ceramah Perbaikan dg Model TPS Pemantapan Model TPS Hasil Belajar Semakin

Referensi

Dokumen terkait

Adapun tujuan permasalah penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Supervisi dan Beban Kerja berpengaruh Terhadap Disiplin Kerja Pegawai Bappeda Litbang

Berdasarkan data di atas, sebagai seorang dokter di Puskesmas tersebut, langkah-langkah apa saja yang akan saudara lakukan untuk memecahkan maslah kesehatan didaerah saudara

(1) Kepala Sub Bagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan mempunyai tugas mengumpulkan dan mengkoordinasikan bahan penyusunan program kerja, evaluasi dan pelaporan

 Mendiskusikan bagaimana cara memperbaiki kesalahan-kesalahan yang sering dilakukan saat melakukan gerak dasar dalam renang gaya bebas (latihan teknik

Perat Peraturan Pe uran Pemerin merintah N tah Nomor 2 omor 23 T 3 Tahun 2 ahun 2010 te 010 tentang ntang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Pelaksanaan Kegiatan

Pemeriksaan data dilakukan dengan cara trianggulasi data dan trianggulasi metode, dengan model evaluasi yang digunakan adalah evaluasi model Context, Input, Process, Product

Terdapat beberapa permasalahan yang mungkin muncul dalam penjualan on-line berbasis media sosial yaitu: a) Kualitas produk yang tidak pasti. Karena calon pembeli tidak

Bank Aceh sebagai bank milik Pemerintah Aceh dan pemerintah daerah kabupaten/kota di Aceh, tentu menginginkan adanya peningkatan kinerja yang lebih baik lagi, dalam