Bab X
Aspek Lingkungan
Dan Sosial
RPI2JM bidang Cipta Karya Kota Palopo membutuhkan kajian pendukung dalam hal lingkungan dan sosial untuk meminimalisir pengaruh negatif pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya Kota Palopo terhadap lingkungan permukiman baik di perkotaan. Kajian aspek lingkungan dan sosial meliputi acuan peraturan perundang-undangan, kondisi eksisting lingkungan dan sosial.
10.1 Aspek Lingkungan
Kajian lingkungan dibutuhkan untuk memastikan bahwa dalam penyusunan RPI2JM bidang Cipta Karya oleh pemerintah kabupaten/kota telah mengakomodasi prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Adapun amanat perlindungan dan pengelolaan lingkungan adalah sebagai berikut:
1. UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
“Instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup terdiri atas antara lain Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), dan Upaya Pengelolaan Lingkungan-Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL) dan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPLH)”
2. UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
“Dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang baik perlu penerapan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan secara konsisten di segala bidang”
3. Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014:
“Dalam bidang lingkungan hidup, sasaran yang hendak dicapai adalah perbaikan mutu lingkungan hidup dan pengelolaan sumber daya alam di perkotaan dan pedesaan, penahanan laju kerusakan lingkungan dengan peningkatan daya dukung dan daya tampung lingkungan; peningkatan kapasitas adaptasi dan mitigasi perubahan iklim”
4. Permen LH No. 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan Hidup Strategis:
Dalam penyusunan kebijakan, rencana dan/atau program, KLHS digunakan untuk menyiapkan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana dan/atau program agar dampak dan/atau risiko lingkungan yang tidak diharapkan dapat diminimalkan.
5. Permen LH No. 16 Tahun 2012 tentang Penyusunan Dokumen Lingkungan. Sebagai persyaratan untuk mengajukan ijin lingkungan maka perlu disusun dokumen Amdal, UKL dan UPL, atau Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan Hidup atau disebut dengan dengan SPPL bagi kegiatan yang tidak membutuhkan Amdal atau UKL dan UPL.
10.1.1 Kajian Lingkungan Hidup Strategis ( KLHS )
KLHS adalah sebuah bentuk tindakan strategik dalam menuntun, mengarahkan, dan menjamin tidak terjadinya efek negatif terhadap lingkungan dan keberlanjutan dipertimbangkan secara inheren dalam kebijakan, rencana dan program [KRP]. Posisinya berada pada relung pengambilan keputusan. Oleh
karena tidak ada mekanisme baku dalam siklus dan bentuk pengambilan keputusan dalam perencanaan tata ruang, maka manfaat KLHS bersifat khusus bagi masing-masing hirarki rencana tata ruang wilayah [RTRW]. KLHS bisa menentukan substansi RTRW, bisa memperkaya proses penyusunan dan evaluasi keputusan, bisa dimanfaatkan sebagai instrumen metodologis pelengkap (komplementer) atau tambahan (suplementer) dari penjabaran RTRW, atau kombinasi daribeberapa atau semua fungsi-fungsi diatas.
Penerapan KLHS dalam penataan ruang juga bermanfaat untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) dan atau instrumen pengelolaan lingkungan lainnya.
Dibanding ketika pertama kali diperkenalkan pada dekade 1970an, kini tujuan KLHS telah banyak diperkaya. Tujuan KLHS yang banyak dirujuk oleh berbagai pustaka umumnya seputar hal berikut (modifikasi terhadap UNEP 2002: 496; Partidário 2007: 12):
1. Memberi kontribusi terhadap proses pengambilan keputusan agar keputusan yang diambil berorientasi pada keberlanjutan dan lingkungan hidup, melalui:
a. identifikasi efek atau pengaruh lingkungan yang akan timbul b. mempertimbangkan alternatif-alternatif yang ada, termasuk opsi
praktek-praktek pengelolaan lingkungan hidup yang baik c. antisipasi dan pencegahan terhadap dampak lingkungan pada
sumber persoalan
d. peringatan dini atas dampak kumulatif dan resiko global yang akan muncul
e. aplikasi prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan.
Resultante dari berbagai kontribusi KLHS tersebut adalah meningkatnya mutu kebijakan, rencana dan program (KRP) yang dihasilkan.
2. Memperkuat dan memfasilitasi AMDAL, melalui:
a. identifikasi sejak dini lingkup dan dampak potensial serta kebutuhan informasi
b. identifikasi isu-isu dan pandangan-pandangan strategis yang berkaitan dengan justifikasi proyek atau rencana usaha/kegiatan c. penghematan tenaga dan waktu yang dicurahkan untuk kajian. 3. Mendorong pendekatan atau cara baru untuk pengambilan keputusan,
melalui:
a. integrasi pertimbangan lingkungan dan penerapan prinsip-prinsip keberlanjutan
dalam proses pengambilan keputusan
b. dialog dan diskusi dengan para pihak yang berkepentingan dan penyelenggaraan konsultasi publik
c. akuntabilitas dan transparansi dalam merancang, memformulasikan dan memutuskan kebijakan, rencana dan program.
Pada butir 2 (Definisi KLHS) telah diutarakan bahwa disamping telah berkembang luas KLHS berbasis AMDAL (EIA based SEA), kini berkembang pula KLHS untuk Penilaian Keberlanjutan Lingkungan (atau Environmental
Appraisal), dan Kajian Terpadu untuk Penilaian Keberlanjutan (atau Sustainability Appraisal). Karena ketiga kajian tersebut mempunyai orientasi
tujuan yang relatif berbeda-beda maka masing-masing berturut-turut dikenal sebagai KLHS yang bersifat instrumental, transformatif dan subtantif (Sadler 2005:20, dan Partidario 2000) (lihat tabel berikut).
Tabel 10.1
Tiga Macam Sifat dan Tujuan KLHS
Sifat KLHS Tujuan (Generik) KLHS
Instrumental
Mengidentifikasi pengaruh atau konsekuensi dari kebijakan, rencana,
atau program terhadap lingkungan hidup sebagai upaya untuk mendukung proses pengambilan keputusan
Mengintegrasikan pertimbangan lingkungan kedalam program
Transformatif
Memperbaiki mutu dan proses formulasi kebijakan, rencana, dan
program
Memfasilitasi proses pengambilan keputusan agar dapat
Substantif
Meminimalisasi potensi dampak penting negatif yang akan timbul
sebagai akibat dari usulan kebijakan, rencana, atau program (tingkat keberlanjutan lemah)
Melakukan langkah-langkah perlindungan lingkungan yang tangguh
(tingkat keberlanjutan moderat)
Memelihara potensi sumber daya alam dan daya dukung air, udara,
tanah dan ekosistem (tingkat keberlanjutan moderat sampai tinggi)
Sumber : Permen LH No. 9 Tahun 2011
Untuk mengaplikasikan KLHS yang bersifat transformatif atau substantif tidak cukup hanya mengandalkan pada penguasaan prosedur dan metode KLHS, diperlukan juga kehadiran good governance yang diindikasikan oleh adanya keterbukaan, transparansi, dan tersedianya aneka pilihan kebijakan, rencana, atau program. Oleh karena itu, untuk konteks Indonesia, tahun-tahun pertama aplikasi KLHS agaknya akan banyak didominasi oleh KLHS yang bersifat instrumental, walau tidak tertutup kemungkinan akan berkembang pula KLHS yang bersifat transformatif atau substantif.
Ada dua faktor utama yang menyebabkan kehadiran KLHS dibutuhkan saat ini di berbagai belahan dunia: pertama, KLHS mengatasi kelemahan dan keterbatasan AMDAL, dan kedua, KLHS merupakan instrument yang lebih efektif untuk mendorong pembangunan berkelanjutan (Briffetta et al 2003).
Adapun manfaat yang dapat dipetik dari KLHS adalah (OECD 2006; Fischer 1999; UNEP 2002):
1. Merupakan instrumen proaktif dan sarana pendukung pengambilan keputusan,
2. Mengidentifikasi dan mempertimbangkan peluang-peluang baru melalui pengkajian secara sistematis dan cermat atas opsi-opsi pembangunan yang tersedia,
3. Mempertimbangkan aspek lingkungan hidup secara lebih sistematis pada jenjang pengambilan keputusan yang lebih tinggi,
4. Mencegah kesalahan investasi dengan mengingatkan para pengambil keputusan akan adanya peluang pembangunan yang tidak berkelanjutan sejak tahap awal proses pengambilan keputusan,
5. Tata pengaturan (governance) yang lebih baik berkat terbangunnya keterlibatan para pihak (stakeholders) dalam proses pengambilan keputusan melalui proses konsultasi dan partisipasi,
6. Melindungi asset-asset sumber daya alam dan lingkungan hidup guna menjamin berlangsungnya pembangunan berkelanjutan, dan
7. Memfasilitasi kerjasama lintas batas untuk mencegah konflik, berbagi pemanfaatan sumber daya alam, dan menangani masalah kumulatif dampak lingkungan.
KLHS adalah sebuah bentuk tindakan stratejik dalam menuntun, mengarahkan, dan menjamin tidak terjadinya efek negatif terhadap lingkungan dan keberlanjutan dipertimbangkan secara inheren dalam kebijakan, rencana dan program (KRP). Posisinya berada pada relung pengambilan keputusan. Oleh karena tidak ada mekanisme baku dalam siklus dan bentuk pengambilan keputusan dalam RPI2JM Cipta Karya, maka manfaat KLHS bersifat khusus bagi masing-masing sektor dalam bidang Keciptakaryaan. KLHS bisa menentukan substansi RPI2JM, bisa memperkaya proses penyusunan dan evaluasi keputusan, bisa dimanfaatkan sebagai instrumen metodologis pelengkap (komplementer) atau tambahan (suplementer) dari penjabaran RPI2JM, atau kombinasi dari beberapa atau semua fungsi-fungsi diatas.
Penerapan KLHS dalam RPI2JM Cipta Karya juga bermanfaat untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) dan atau instrumen pengelolaan lingkungan lainnya menciptakan tata pengaturan yang lebih baik melalui pembangunan keterlibatan para pemangku kepentingan yang strategis dan partisipatif, kerjasama lintas batas wilayah administrasi, serta memperkuat pendekatan kesatuan ekosistem dalam satuan wilayah (kerap juga disebut “bio-region” dan/atau “bio-geo-region”).
Sifat pengaruh KLHS dapat dibedakan dalam tiga kategori, yaitu KLHS yang bersifat instrumental, transformatif, dan substantif.Tipologi ini membantu membedakan pengaruh yang diharapkan dari tiap jenis KLHS terhadap berbagai ragam sektor keciptakaryaan, termasuk bentuk aplikasinya, baik dari sudut langkah-langkah prosedural maupun teknik dan metodologinya.
Pendekatan KLHS dalam bidang Cipta Karya dibawah ini intinya sama seperti yang sudah dijelaskan pada Pendekatan KLHS sebelumnya. Namun dipandang perlu untuk menyampaikan keterkaitan KLHS dalam RPI2JM Cipta Karya. Pendekatan KLHS ini didasarkan pada kerangka bekerja dan metodologi berpikirnya. Berdasarkan literatur terkait, sampai saat ini ada 4 (empat) model pendekatan KLHS, yaitu :
1. KLHS dengan Kerangka Dasar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup/AMDAL (EIA -Mainframe)
KLHS dilaksanakan menyerupai AMDAL yaitu mendasarkan telaah pada efek dan dampak yang ditimbulkan program Cipta Karya terhadap lingkungan hidup. Perbedaannya adalah pada ruang lingkup dan tekanan analisis telaahannya pada tiap sektor.
2. KLHS sebagai Kajian Penilaian Keberlanjutan Lingkungan Hidup (Environmental Appraisal)
KLHS ditempatkan sebagai environmental appraisal untuk memastikan KRP Bidang Cipta Karya menjamin pelestarian fungsi lingkungan hidup, sehingga bisa diterapkan sebagai sebuah telaah khusus yang berpijak dari sudut pandang aspek lingkungan hidup.
3. KLHS sebagai Kajian Terpadu/Penilaian Keberlanjutan (Integrated Assessment Sustainability Appraisal)
KLHS diterapkan sebagai bagian dari uji KRP untuk menjamin keberlanjutan secara holistik, sehingga sudut pandangnya merupakan paduan kepentingan aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup. Dalam prakteknya, KLHS kemudian lebih ditempatkan sebagai bagian dari kajian yang lebih luas yang menilai atau menganalisis dampak sosial, ekonomi dan lingkungan hidup secara terpadu.
4. KLHS sebagai pendekatan Pengelolaan Berkelanjutan Sumber daya
Alam (Sustainable Natural Resource Management) atau Pengelolaan Berkelanjutan Sumberdaya (Sustainable Resource Management)
KLHS diaplikasikan dalam kerangka pembangunan berkelanjutan, dan a) dilaksanakan sebagai bagian yang tidak terlepas dari hirarki sistem perencanaan penggunaan lahan dan sumberdaya alam, atau b) sebagai bagian dari strategi spesifik pengelolaan sumberdaya alam. Model a) menekankan pertimbanganpertimbangan kondisi sumberdaya alam sebagai dasar dari substansi Cipta Karya, sementara model b) menekankan penegasan fungsi RPI2JM Cipta Karya sebagai acuan aturan pemanfaatan dan perlindungan cadangan sumberdaya alam. Dalam melaksanakan program kegiatan semua pihak terkait (pemerintah, swasta dan masyarakat) wajib memahami, menyepakati dan melaksanakan dengan baik dan konsisten kerangka aspek lingkungan dan sosial dalam menghindari serta meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan maupun sosial yang diakibatkan oleh kegiatan fisik maupun non fisik proyek,yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan kualitas hidup masyarakat.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 51/1993,hasil studi mengenai “dampak penting” suatu usaha atau kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan,sedangkan dampak penting adalah suatu perubahan lingkungan yang sangat mendasar yang diakibatkan oleh suatu usaha atau kegiatan.
Untuk ukuran “dampak penting” menurut keputusan kepala Bapedal RI Nomor Kep.056/1994 adalah sebagai berikut :
Jumlah Manusia yang Akan Terkena Dampak.
Dampak lingkungan suatu kegiatan menjadi penting bila manusia diwilayah studi safeguard yang terkena dampak lingkungan tetapi tidak menikmati manfaat dari kegiatan, jumlahnya sama atau lebih besar dari jumlah manusia yang menikmati manfaat dari kegiatan di wilayah studi.
Luas Wilayah Persebaran Dampak.
Dampak lingkungan suatu kegiatan bersifat penting bila rencana usaha atau kegiatan mengakibatkan adanya wilayah yang mengalami perubahan mendasar dari segi intensitas dampak, atau tidak berbaliknya dampak, atau komulatif dampak
Lamanya Dampak Berlangsung.
Dampak lingkungan bersifat penting bila rencana usaha atau kegiatan mengakibatkan timbulnya perubahan mendasar dari segi intensitas dampak atau tidak berbaliknya, atau segi komulatif dampak,yang berlangsung hanya pada satu atau lebih tahapan kegiatan (perencanaan, konstruksi, Operasi dan pasca operasi)
Intensitas Dampak.
Intensitas dampak mengandung pengertian yang timbul bersifat hebat, drastic, serta berlangsung diareal yang bersifat luas,dalam kurun waktu yang relative singkat. Dengan demikian dampak lingkungan yang tergolong penting antara lain; bila rencana usaha atau kegiatan akan menyebabkan perubahan pada sifat-sifat fisik atau hayati lingkungan yang melampaui baku mutu lingkungan menurut perundang-undangan yang berlaku.
Banyaknya Komponen Lingkungan Lain yang Terkena Dampak.
Dampak tergolong penting bila rencana usaha atau kegiatan menimbulkan dampak sekunder dan dampak lanjutan lainnya yang jumlah komponennya lebih atau sama dengan komponen lingkungan yang terkena dampak primer.
Sifat Komulatif Dampak.
Dampak tergolong penting bila dampak lingkungan berlangsung berulang kali dan terus menerus,sehingga pada kurun waktu tertentu,atau beragamnya terus menerus sehingga pada kurun waktu tertentu,atau beragamnya dampak lingkungan bertumpuk dalam satu ruang tertentu sehingga tidak dapat diassimilasikan oleh lingkungan alam atau sosial yang menerimanya.
Berbalik atau Tidak Berbaliknya Dampak.
Dampak bersifat penting apabila perubahan yang akan dialami oleh suatu komponen lingkungan tidak dapat dipulihkan kembali walaupun dengan intervensi manusia.
10.1.2 Amdal, UKL-UPL, dan SPPLH
Merujuk pada definisi KLHS dan makna strategik yang telah diutarakan, maka terdapat relung aplikasi yang berbeda antara KLHS dan AMDAL sebagaimana dipaparkan pada gambar berikut. Bila AMDAL diaplikasikan di tingkat proyek, maka KLHS - dengan berbagai variannya - diaplikasikan di sepanjang kontinum kebijakan, rencana dan program.
Pada arah kebijakan dapat diaplikasikan KLHS kebijakan. Sementara pada arah rencana dan program secara berturut-turut dapat diaplikasikan KLHS Regional (termasuk disini kebijakan keruangan), KLHS Program, atau KLHS Sektor (misalnya Sektor Cipta Karya). Perbedaan relung aktivitas KLHS dan AMDAL ini membawa implikasi adanya perbedaan mendasar antara kedua instrumen ini sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikutnya.
Gambar 10.1 :
Relung KLHS pada Arah Kebijakan, Rencana dan Program (Partidario 2000:656, dengan modifikasi pada beberapa istilah)
Tabel 10.2.
Perbedaan AMDAL dan KLHS (UNEP 2002)
Atribut AMDAL KLHS
Posisi Tahap studi kelayakan dari Proyek Tahap Kebijakan, Rencana & Program
Sifat Wajib Sukarela
Keputusan Kelayakan rencana kegiatan/usaha
dari segi lingkungan hidup
Keputusan yang berbasis pada prinsip pembangunan berkelanjutan
Wilayah garapan Site based project Kebijakan, regional/tata ruang,
program, atau sektor Kumulatif
dampak Kumulatif dampak dianalisis terbatas
Peringatan dini akan fenomena kumulatif dampak
Alternatif Terbatasnya jumlah alternatif
kegiatan proyek yang ditelaah
Mempertimbangkan banyak alternatif pilihan
Kedalaman
kajian Sempit, dalam, dan rinci
Lebar, tidak terlampau dalam, lebih sebagai kerangka kerja
Artikulasi
Kegiatan proyek sudah terformulasi dengan jelas dari awal hingga akhir
Proses muti-tahap, saling tumpang-tindih komponen, alur kebijakan-rencana-program masih berjalan dan iteratif
Fokus
Fokus pada kajian dampak penting negatif dan pengelolaan dampak lingkungan
Fokus pada agenda keberlanjutan, bergerak pada sumber persoalan dampak lingkungan
Sumber : Permen LH No. 9 Tahun 2011
Kerangka dampak penting sesungguhnya merupakan salah satu alat untuk tujuan pengelolaan lingkungan hidup yang berperan untuk memasukkan pertimbangan-pertimbangan lingkungan ke dalam proses perencanaan pembangunan. Menurut PP/51/1993, pasal 6 menegaskan bahwa dampak penting merupakan bagian kegiatan studi kelayakan rencana usaha atau kegiatan. Ini berarti alternatif yang berkembang dalam studi kelayakan juga perlu dipertimbangkan dampaknya terhadap lingkungan hidup sebelum dipilih alternatif yang layak secara teknis, ekonomis dan lingkungan (termasuk sosial), dengan demikian hasil kajian dampak penting akan berperan untuk meningkatkan kegunaan proyek dengan mengurangi dampak negatif dan memperbesar dampak positif.
Kerangka penyusunan kajian dampak penting lingkungan dan sosial atau kerangka acuan pendugaan lingkungan dan sosialsecara sistematis adalah sebagai berikut :
a. Penyusunan Kajian Informasi Lingkungan (PIL)
b. Penerbitan SPPL ( Surat PernyataanPengelolaan Lingkungan )
c. Penyusunan UKL/UPL (Upaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan)
d. Melakukan penyusunan dokumen AMDAL yang terdiri dari : - KA-ANDAL ( Kerangka Acuan Andal )
- ANDAL (Analisa Dampak Lingkungan ) - RKL (Rencana Pengelolaan Lingkungan ) - RPL ( Rencana Pemantauan Lingkungan )
Sumber pembiayaan untuk kajian dampak penting ini bersumber dari Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota melalui dana APBD dan juga bersumber dari dana pusat dan masyarakat serta kalangan swasta.
Pendugaan dampak lingkungan merupakan langkah yang tersulit dalam proses analisis dampak lingkungan karena teknik atau metode pelaksanaannya tergantung pada kemajuan dan panguasaan ilmu, komponen lingkungan merupakan indikator dari kualitas lingkungan, maka dampak pada komponen lingkungan merupakan dampak pada indikator lingkungan. Untuk mengetahui atau menetapkan suatu dampak diperlukan tiga tahapan sebagai berikut :
1. Tahap pertama :
melakukan identifikasi dampak yang terjadi pada komponen lingkungan, berbagai metode telah dikembangkan untukmemudahkan identifikasi atau penyaringan komponen mana yang akan terkena dampak dan mana yang tidak.
2. Tahap kedua :
melakukan pengukuran atau perhitungan dampak yang akan terjadi pada komponen lingkungan tersebut.
3. Tahap ketiga :
penggabungan beberapa komponenn lingkungan yang sangat berkaitan dan kemudian dianalisa.
Untuk mengetahui seberapa besar dampak yang terjadi akibat aktifitas suatu kegiatan atau proyek maka perlu ditentukan metode pendugaan dampak yang akan digunakan, ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam melakukan pendugaan dampak, yaitu :
1. Metode Ad Hoc :
Merupakan metode yang sangat sedikit memberikan pedoman cara melakukan pendugaan bagi anggota timnya. Tiap sub-tim atau tiap anggota tim dapat lebih bebas menggunakan keahliannya dalam melakukan pendugaan, komponen lingkungan yang digunakan biasanya bukan komponen yang detail.
2. Metode Overlays
Merupakan metode proyek yang menggunakan sejumlah peta ditempat proyek yang dibangun dan daerah sekitarnya yang tiap peta menggambarkan komponen-komponen lingkungan yang lengkap, yang meliputi aspek fisik-kimia, biologi, sosial-ekonomi dan sosial budaya. Penggabungan dalam bentuk penampalan akan menunjukan kumpulan susunan dari keadaan lingkuangan daerah tersebut.
3. Metode Checklists
Merupakan metode dasar yang banyak digunakan untuk mengembangkan metode-metode lain. Pada prinsipnya metode ini sangat sederhana dan berbentuk sebagai daftar komponen-komponen lingkungan yang kemudian digunakan untuk menentukan komponen mana yang akan terkena dampak.
4. Metode Matrices
Merupakan bentuk metode checklists dua dimensi yang menggunakan satu jalur untuk daftar komponen lingkungan sedangkan lajurnya untuk daftar aktifitas dari proyek.Dengan bentuk matriks tersebut maka dapat ditetapkan interaksi antara aktifitas proyek dengan komponen lingkungan
5. Metode Network atau Flowchart
Merupakan metode yang disusun berdasarkan suatu daftar aktifitas proyek yang saling berhubungan dan komponen-komponen lingkungan yang terkena dampak.Dari kedua daftar tersebut disusun lagi hingga dapat menunjukkan aliran dampak yang dimulai dari suatu aktifitas proyek.
Proses pemilihan alternatif dilakukan setelah pendugaan dampak lingkungan dari tiap alternatif yang ada telah selesai. Pemilihan alternatif dilakukan secara berulang-ulang dengan melihat dan mempelajari isi laporan AMDAL. Adapun proses pemilihannya adalah sebagai berikut :
a. Studi perbandingan tiap alternatif : setiap alternative dengan dampaknya disusun dan disajikan sehingga dengan mudah dapat dilakukan perbandingan dampaknya pada berbagai aspek lingkungan.
b. Aktifitas proyek tanpa alternatif harus juga dimasukkan ke dalam gabungan tersebut, kemudian dijelaskan apa sebabnya atau alasannya. c. Menyajikan hubungan antara dampak lingkungan dengan tiap alternatife
aktivitas mengenai : - Masalah teknis
- Analisis sosial ekonomis - Analisis sosial budaya
d. Menyusun prioritas alternatif dengan menjelaskan teknik penyusunannya dengan pertimbangan-pertimbangan dari semua pihak.
Penyajian pemiliah alternatif didasarkan pada sistematika yang telah ditetapkan oleh peraturan atau pedoman pemerintah dan dapat dilengkapi dengan pertimbangan-pertimbangan ilmiah. Adapun susunan pemilihan alternatif adalah sebagai berikut :
a. Menyusun daftar aktivitas alternatif yang alasannya dapat diterima b. Aktivitas alternatif khusus yang untuk dibahas :
- Aktivitas alternatif yang berbentuk tidak dijalankan - Pelaksanaan dari alternatif yang dijadwalkan kembali - Alternatif yang rencana aktivitasnya mengalami perubahan
- Alternatif pengganti - Alternatif sumber energi
c. Analisis alternatif yang perlu disajikan ialah : - Manfaat
- Biaya - Resiko
d. Pertimbangan mengenai pemilihan alternative.
Kegiatan pembangunan dan pengadaan prasarana wilayah umumnya berfungsi untuk melayani kepentingan masyarakat. Potensi konflik yang timbul sangat berkaitan dengan tingkat kepadatan penduduk karena umumnya membutuhkan lahan yang luas dan seringkali mengubah tata guna lahan.
Pengelompokan atau kategorisasi proyek mengikuti ketentuan yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 tahun 2012 tentang jenis rencana usaha dan/atau kegiatan Wajib AMDAL dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 10 Tahun 2008 Tentang Penetapan Jenis Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Bidang Pekerjaan Umum yang Wajib Dilengkapi dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup, yaitu:
1. Proyek wajib AMDAL
2. Proyek tidak wajib AMDAL tapi wajib UKL-UPL 3. Proyek tidak wajib UKL-UPL tapi SPPLH
Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya Kota Palopo dan batasan kapasitasnya yang wajib dilengkapi dokumen AMDAL adalah sebagai berikut:
Tabel 10.3. Penapisan Rencana Kegiatan Wajib AMDAL
No Jenis Kegiatan Skala/Besaran
A Persampahan :
a. Pembangunan TPA Sampah Domestik dengan sistem Control landfill/sanitary landfill:
- luas kawasan TPA, atau - Kapasitas Total
> 10 ha > 100.000 ton b. Pembangunan Instalasi Pengolahan Sampah terpadu:
- Kapasitas > 500 ton/hari
B Pembangunan Perumahan/Permukiman:
a. Kota sedang dan kecil, luas > 100 ha
b. keperluan settlement transmigrasi > 2.000 ha
C Air Limbah Domestik :
a. Pembangunan IPLT, termasuk fasilitas penunjang:
- Luas, atau - Kapasitasnya
> 2 ha > 11 m3/hari
b. Pembangunan IPAL limbah domestik, termasuk fasilitas
penunjangnya: - Luas, atau - Kapasitasnya
> 3 ha > 2,4 ton/hari
c. Pembangunan sistem perpipaan air limbah:
- Luas layanan, atau - Debit air limbah
> 500 ha
> 16.000 m3/hari
D Pembangunan Saluran Drainase (Primer dan/atau sekunder) di
permukiman
- Kota sedang, panjang: > 10 km
E Jaringan Air Bersih Di Kota Besar/Metropolitan
a. Pembangunan jaringan distribusi
- Luas layanan > 500 ha
b. Pembangunan jaringan transmisi
- panjang > 10 km
Sumber : Permen LH No. 5 / 2012
Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya Kota Palopo yang kapasitasnya masih di bawah batas wajib dilengkapi dokumen AMDAL menjadikannya tidak wajib dilengkapi dokumen AMDAL tetapi wajib dilengkapi dengan dokumen UKL-UPL. Jenis kegiatan bidang Cipta karya dan batasan kapasitasnya yang wajib dilengkapi dokumen UKL-UPL tercermin dalam tabel 10.4.
Tabel 10.4.
Penapisan Rencana Kegiatan Tidak Wajib AMDAL tapi Wajib UKL-UPL
Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya
1. Persampahan
a. Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dengan sistem controlled landfill atau sanitary landfill termasuk instansi penunjang: • Luas kawasan, atau < 10 Ha
• Kapasitas total < 10.000 ton b. TPA daerah pasang surut
• Luas landfill, atau < 5 Ha • Kapasitas total < 5.000 ton c. Pembangunan Transfer Station
• Kapasitas < 1.000 ton/hari
d. Pembangunan Instalasi/Pengolahan Sampah Terpadu • Kapasitas < 500 ton
e. Pembangunan Incenerator • Kapasitas < 500 ton/hari
f. Pembangunan Instansi Pembuatan Kompos • Kapasitas > 50 s.d. < 100 ton/ha
2. Air Limbah Domestik Permukiman
a. Pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) termasuk fasilitas penunjang
• Luas < 2 ha
• Atau kapasitas < 11 m3/hari
b. Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) • Luas < 3 ha
• Atau bahan organik < 2,4 ton/hari
c. Pembangunan sistem perpipaan air limbah (sewerage/offsite sanitation system) diperkotaan/permukiman
• Luas < 500 ha
• Atau debit air limbah < 16.000 m3/hari
3. Drainase Permukaan Perkotaan
a. Pembangunan saluran primer dan sekunder • Panjang < 5 km
b. Pembangunan kolam retensi/polder di area/kawasan
pemukiman
• Luas kolam retensi/polder (1 – 5) ha
4. Air Minum
a. Pembangunan jaringan distribusi: • luas layanan : 100 ha s.d. < 500 ha b. Pembangunan jaringan pipa transmisi
• Metropolitan/besar, Panjang: 5 s.d <10 km • Sedang/kecil, Panjang: 8 s.d. M 10 km • Pedesaan, Panjang : -
c. Pengambilan air baku dari sungai, danau sumber air permukaan lainnya (debit)
• Sungai danau : 50 lps s.d. < 250 lps • Mata air : 2,5 lps s.d. < 250 lps
d. Pembangunan Instalasi Pengolahan air lengkap • Debit : > 50 lps s.d. < 100 lps
e. Pengambilan air tanah dalam (debit) untuk kebutuhan:
• Pelayanan masyarakat oleh penyelenggara SPAM : 2,5 lps - < 50 lps
• Kegiatan lain dengan tujuan komersil: 1,0 lps - < 50 lps
5. Pembangunan Gedung
a. Pembangunan bangunan gedung di atas/bawah tanah:
• Fungsi usaha meliputi bangunan gedung perkantoran, perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan bangunan gedung tempat penyimpanan: 5000 m2 s.d. 10.000 m2
mushola, bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura, bangunan vihara, dan bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d. 10.000 m2
• Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan gedung pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, keudayaan, laboratorium, dan bangunangedung pelayanan umum : 5000 m2 s.d. 10.000 m2
• Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasi pertahanan dan keamanan dan bangunan sejenis yang ditetapkan oleh menteriSemua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk Amdal maka wajib dilengkapi UKL dan UPL
b. Pembangunan bangunan gedung di bawah tanah yang melintasi prasarana dan atau sarana umum:
• Fungsi usaha meliputi gedung perkantoran, perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan bangunan gedung tempat penyimpanan: 5000 m2 s.d. 10.000 m2
• Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid termasuk mushola, bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura, bangunan vihara, dan bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d. 10.000 m2
• Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan gedung pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, keudayaan, laboratorium, dan bangunangedung pelayanan umum : 5000 m2 s.d. 10.000 m2
• Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasi pertahanan dan keamanan dan bangunan sejenis yang ditetapkan oleh menteri Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk Amdal maka wajib dilengkapi UKL dan UPL
c. Pembangunan bangunan gedung di bawah atau di atas air: • Fungsi usaha meliputi bangunan gedung perkantoran,
perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan bangunan gedung tempat penyimpanan: 5000 m2 s.d. 10.000 m2
• Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid termasuk mushola, bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura, bangunan vihara, dan bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d. 10.000 m2
• Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan gedung pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, kebudayaan, laboratorium, dan bangunangedung pelayanan umum : 5000 m2 s.d. 10.000 m2
• Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasi pertahanan dan keamanan dan bangunan sejenis yang ditetapkan oleh menteri Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk Amdal maka wajib dilengkapi UKL dan UPL
6. Pengembangan kawasan permukiman baru
Kawasan Permukiman Sederhana untuk masyarakat
berpenghasilan rendah (MBR), misalnya PNS, TNI/POLRI, buruh/pekerja;
• Jumlah hunian: < 500 unit rumah; • Luas kawasan: < 10 ha
7. Peningkatan Kualitas Permukiman
a. Penanganan kawasan kumuh di perkotaan dengan
pendekatan pemenuhan kebutuhan dasar (basic need) pelayanan infrastruktur, tanpa pemindahan penduduk;
• Luas kawasan: < 10 ha
b. Pembangunan kawasan tertinggal, terpencil, kawasan
• Luas kawasan: < 10 ha
c. Pengembangan kawasan perdesaan untuk meningkatkan ekonomi lokal (penanganan kawasan agropolitan, kawasan terpilih pusat pertumbuhan desa KTP2D, desa pusat pertumbuhan DPP)
• Luas kawasan: < 10 ha
8. Penanganan Kawasan Kumuh Perkotaan
Penanganan menyeluruh terhadap kawasan kumuh berat di perkotaan metropolitan yang dilakukan dengan pendekatan peremajaan kota (urban renewal), disertai dengan pemindahan penduduk, dan dapat dikombinasikan dengan penyediaan bangunan rumah susun
• Luas kawasan: < 5 ha Sumber : Permen PUNo. 8 / 2010
10.2 Aspek Sosial
Aspek sosial terkait dengan pengaruh pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya Kota Palopo kepada masyarakat pada taraf perencanaan, pembangunan, maupun pasca pembangunan/pengelolaan. Pada taraf perencanaan, pembangunan infrastruktur permukiman seharusnya menyentuh aspek-aspek sosial yang terkait dan sesuai dengan isu-isu yang marak saat ini, seperti pengentasan kemiskinan serta pengarusutamaan gender. Sedangkan pada saat pembangunan kemungkinan masyarakat terkena dampak sehingga diperlukan proses konsultasi, pemindahan penduduk dan pemberian kompensasi, maupun permukiman kembali. Kemudian pada pasca pembangunan atau pengelolaan perlu diidentifikasi apakah keberadaan infrastruktur bidang Cipta Karya tersebut membawa manfaat atau peningkatan taraf hidup bagi kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitarnya.
Dasar peraturan perundang-undangan yang menyatakan perlunya memperhatikan aspek sosial adalah sebagai berikut:
1. UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
Dalam rangka pembangunan berkeadilan, pembangunan sosial juga dilakukan dengan memberi perhatian yang lebih besar pada kelompok masyarakat yang kurang beruntung, termasuk masyarakat miskin dan masyarakat yang tinggal diwilayah terpencil, tertinggal, dan wilayah bencana.
Penguatan kelembagaan dan jaringan pengarusutamaan gender dan anak ditingkat nasional dan daerah, termasuk ketersediaan data dan statistik gender.
2. UU No. 2/2012 tentang Pengadaan UU No. 2/2012 tentang Pengadaan Lahan bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum
Pasal 3: Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum bertujuan menyediakan tanah bagi pelaksanaan pembangunan guna meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran bangsa, negara, dan masyarakat dengan tetap menjamin kepentingan hukum Pihak yang Berhak.
3. Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014:
Perbaikan kesejahteraan rakyat dapat diwujudkan melalui sejumlah program pembangunan untuk penanggulangan kemiskinan dan penciptaan kesempatan kerja, termasuk peningkatan program di bidang pendidikan, kesehatan, dan percepatan pembangunan infrastruktur dasar.
Untuk mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender, peningkatan akses dan partisipasi perempuan dalam pembangunan harus dilanjutkan.
4. Peraturan Presiden No. 15/2010 tentang Percepatan penanggulangan Kemiskinan
Pasal 1: Program penanggulangan kemiskinan adalah kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dunia usaha, serta masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil, serta program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi.
5. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional
Menginstruksikan kepada Menteri untuk melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional yang berperspektif gender sesuai dengan bidang tugas dan fungsi, serta kewenangan masing-masing.
10.2.1 Aspek Sosial pada Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya Aspek sosial pada proses perencanaan pembangunan bidang cipta karya di Kota Palopo dilihat pada keterlibatan masyarakat dan stakeholders lainnya dalam dimensi perencanaan pembangunan bidang Cipta Karya yang dapat berupa hak dan kewajiban yang dijamin serta perannya dalam Undang-Undang yang menjelaskan bahwa:
a. Mengetahui RPI2JM dan berperan serta dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan pasca pelaksanaannya;
b. mengetahui secara terbuka rencana RPI2JM;
c. menikmati manfaat ruang dan atau pertambahan nilai ruang sebagai akibat dari RPI2JM; dan
d. memperoleh penggantian yang layak atas kondisi yang dialaminya sebagai akibat pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai RPI2JM.
e. Mengajukan keberatan kepada pejabat yang berwenang terhadap pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana RPI2JM; dan
f. Mengajukan gugatan ganti kerugian kepada pemerintah dan/atau pemegang izin apabila kegiatan pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana RPI2JM yang menimbulkan kerugian.
Kewajiban yang harus dilaksanakan masyarakat dalam RPI2JM Bidang Cipta Karya:
a. berperan serta dalam memelihara kualitas program RPI2JM;
b. berlaku tertib dalam keikutsertaannya dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan pasca pelaksanaan RPI2JM yang telah ditetapkan. c. Memanfaatkan komponen sektor kegiatan Keciptakaryaan sesuai
dengan izin pelaksanaan dari pejabat yang berwenang;
d. Mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan pelaksanaan RPI2JM; dan
e. Memberikan akses terhadap kawasan yang ditetapkan oleh RPI2JM oleh ketentuan peraturan perundangundangan dinyatakan sebagai milik umum.
Pembiayaan pengelolaan lingkungan yang diakibatkan oleh aktivitas suatu kegiatan proyek yang menyebabkan terjadinya dampak merupakan kewajiban dari setiap pemrakarsa proyek untuk membiayai aktivitas pengelolaan lingkungan.
Permasalahan yang sering timbul adalah apabila suatu industri kecil yang memiliki keuntungan yang sangat kecil sehingga tidak mampu untuk membiayai pengelolaan lingkungan. Hal ini tentu harus menjadi perhatian pemerintah dalam hal ini pembiayaan pengelolaan lingkungan tersebut. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut, maka penetapan siapa yang bertanggungjawab atas suatu aktifitas pengelolaan lingkungan dan siapa yang membiayainya haruslah ditunjang oleh suatu peraturan atau pedoman dari pemerintah. Dalam penyusunan Review RPI2JM ini disimpulkan pembiayaan pengelolaan adalah bersumber dari anggaran pemerintah Kota Palopo dalam bentuk usulan APBD, pemerintah Provinsi Sulsel (APBD) dan anggaran pemerintah pusat (APBN).
Berdasarkan peraturan peraturan perundangan terkait aspek sosial dalam perencanaan pembangunan bidang Cipta Karya di Kota Palopo tetap memperhatikan isu-isu strategis seperti pengentasan kemiskinan serta pengarusutamaan gender sebagai dasar dalam merencanakan program kegiatan pembangunan bidang cipta karya.
1. Kemiskinan
Mayoritas penduduk di Kota Palopo tinggal di Perkotaan. Mereka butuh bantuan pembangunan. Dalam bentuk perbaikan jalan, pembuatan sumber air bersih, pengadaan sumber energi, dan fasilitas umum lain (seperti sekolah, puskesmas, dan lain-lain). Jika tak ada sentuhan pembangunan, maka masyarakat di Kota Palopo akan terus terbelenggu ancaman kemiskinan. Mereka akan sulit melakukan perbaikan hidup. Padahal, Menurut data dari BPS (Badan Pusat Statistik) Kota Palopo, Jumlah penduduk miskin di Kota Palopo saat ini mencapai 5-10% % (dari total penduduk).
2. Pengarusutamaan Gender
Selain itu aspek yang perlu diperhatikan adalah responsivitas kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya Kota Palopo terhadap gender. Saat ini kegiatan responsif gender bidang Cipta Karya meliputi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan, Pengembangan Infrasruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW), Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasia Masyarakat (PAMSIMAS), Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan (PPIP), Sanitasi Berbasis Masyarakat (SANIMAS), Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), dan Studi Evaluasi Kinerja Program Pemberdayaan Masyarakat bidang Cipta Karya. Menindaklanjuti hal tersebut maka diperlukan suatu pemetaan awal untuk mengetahui bentuk responsif gender dari masing-masing kegiatan, manfaat, hingga permasalahan yang timbul sebegai pembelajaran di masa datang di daerah.
10.2.2 Aspek Sosial pada Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya Dalam pelaksanaan usaha dan kegiatan pembangunan di bidang Pekerjaan Umum adalah beberapa kegiatan yang diwajibkan untuk melakanakan kegiatan kajian dampak penting yang sesuai dengan aturan-aturan yang telah ditetapkan dalam rangka untuk menyeimbangkan kegiatan-kegiatan yang
dilakukan dengan menitikberatkan pada keseimbangan antar usaha atau kegiatan dengan lingkungan yang memperoleh manfaat dari usaha atau kegiatan tersebut.
Komponen sosial ekonomi yang dianggap penting khususnya yang berkaitan dengan dampak penting sosial yang perlu untuk diketahui adalah sebagai berikut :
a. Pola perkembangan penduduk (jumlah, perbandingan kelamin dll) pada masa yang lalu sampai sekarang perlu untuk diketahui.
b. Pola perpindahan sangat erat hubungannya dengan perkembangan penduduk, pola perpindahan ke luar dan masuk ke suatu daerah secara umum serta pola perpindahan musiman dan tetap.
c. Pola perkembangan ekonomi masyarakat ini erat hubungannya dengan pola perkembangan penduduk perpindahan keadaan sumber daya alam dan pekerjaan yang tersedia.
d. Penyerapan tenaga kerja : masalah pengangguran merupakan masalah umum, makin banyak proyek yang akan dibangun dapat menyerap tenaga kerja setempat semakin besar yang akan membawa dampak positif.
e. Berkembangnya struktur ekonomi : struktur ekonomi ini dimaksudkan dengan timbulnya aktifitas perekonomian lain akibat adanya suatu kegiatan sehingga merupakan sumber pekerjaan baru yang dapat menyerap tenaga kerja.
f. Peningkatan pendapatan masyarakat : keadaan umum pada masyarakat adalah rendahnya pendapatan masyarakat, peningkatan pendapatan baik secara langsung maupun tidak langsung dari suatu kegiatan akan memberikan dampak yang berarti.
g. Perubahan lapangan kerja : dengan timbulnya lapangan pekerjaan baru baik yang langsung maupun yang tidak langsung karena perkembangan struktur ekonomi perlu diperhatikan.
h. Kesehatan masyarakat : kesehatan masyarakat selain erat hubungannya dengan pendapatan masyarakat, juga erat kaitannya dengan kebiasaan kehidupan masyarakat sehari-hari, misalnya
kebiasaan mandi, cuci dan keperluan lainnya yang masih menggunakan air sungai.
Komponen sosial budaya yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan kegiatan dan program RPI2JM Bid. Cipta Karya di Kota Palopo adalah sebagai berikut :
a. Perusahaan kelembagaan masyarakat b. Tradisi masyarakat
c. Kualitas hidup masyarakat d. Sejarah budaya masyarakat e. Keadaan dan sistem kekuasaan
f. Integrasi dari berbagai kelompok masyarakat g. Kelompok etnis
Komponen lingkungan yang perlu untuk diperhatikan dalam pelaksanaan kegiatan dan program RPI2JM Bidang Cipta Karya di Kota Palopo adalah sebagai berikut :
a. Aspek kebisingan b. Aspek kualitas udara
c. Aspek kuantitas dan kualitas air d. Aspek iklim dan cuaca
e. Aspek tanah
Dalam proses pelaksanaan RPI2JM Bidang Cipta Karya, bentuk peran masyarakat dapat dilakukan melalui pelaksanaan program dan kegiatan yang sesuai dengan rencana yang sudah ditetapkan, meliputi:
a. masukan mengenai kebijakan RPI2JM;
b. kerja sama dengan pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau sesama unsur masyarakat dalam pelaksanaan RPI2JM;
c. kegiatan pelaksanaan RPI2JM yang sesuai dengan kearifan lokal dan rencana tata ruang yang telah ditetapkan;
d. peningkatan efisiensi, efektivitas, dan keserasian dalam pelaksanaan RPI2JM dengan memperhatikan kearifan lokal serta sesuai dengan
e. kegiatan menjaga pelaksanaan RPI2JM dan memelihara dan meningkatkan kelestarian fungsi lingkungan hidup dan sumber daya alam dimana program tersebut dilaksanakan;
f. kegiatan investasi dalam pelaksanaan RPI2JM sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya Kota Palopo secara lokasi, besaran kegiatan, dan durasi berdampak terhadap masyarakat. Untuk meminimalisir terjadinya konflik dengan masyarakat penerima dampak maka perlu dilakukan beberapa langkah antisipasi, seperti konsultasi, pengadaan lahan dan pemberian kompensasi untuk tanah dan bangunan, serta permukiman kembali. 10.2.3 Aspek Sosial pada Pasca Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta
Karya
Output kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya Kota Palopo seharusnya memberi manfaat bagi masyarakat. Manfaat tersebut diharapkan minimal dapat terlihat secara kasat mata dan secara sederhana dapat terukur, seperti kemudahan mencapai lokasi pelayanan infrastruktur, waktu tempuh yang menjadi lebih singkat, hingga pengurangan biaya yang harus dikeluarkan oleh penduduk untuk mendapatkan akses pelayanan tersebut.
Terkait aspek sosial pada pasca pelaksanaan pembangunan bidang cipta karya yang menjadi out put kegiatan pembangunan bidang cipta karya adalah kegiatan monitoring / pemantauan. Pemantauan merupakan hal yang sangat penting dalam pengelolaan lingkungan. Amdal tanpa diikuti oleh aktivitas pemantauan tidak akan berarti apapun. Hasil pemantauan merupakan bahan untuk melakukan evaluasi atas kebijakan yang diambil oleh pengambil keputusan berdasarkan laporan Amdal, apakah perlu perbaikan atau tidak.
Di Kota Palopo saat ini dalam pelaksanaan pembangunan proyek atau sub proyek khususnya kegiatan dalam bidang ke Cipta Karyaan sudah mulai digalakkan kegiatan pemantauan terhadap dampak proyek atau kegiatan tersebut. Ketidaklancaran dalam aktivitas pemantauan disebabkan adanya anggapan :
- Belum adanya pemahaman terhadap pentingnya aktivitas pemantauan
- Dalam peraturan yang ada pemerintah belum mncantumkan perlunya aktifitas pemantauan lingkungan
Untuk melaksanakan aktivitas pemantauan terhadap lingkungan dan sosial, maka dapat dibedakan beberapa tipe pemantauan yaitu :
a. Inspeksi
Inspeksi adalah bentuk pemantauan yang paling sederhana, yang merupakan pengawasan secara teratur pada tingkat aktifitas proyek yang diusulkan.
b. Pemantauan Perijinan
Pemantauan secara periodik berdasarkan fase-fase pembangunan. c. Pemantauan Percobaan Lingkungan
Pemantauan dilakukan pada suatu percobaan dengan menggunakan hipotesis dari pendugaan suatu perubahan lingkungan dengan memberikan perlakuan-perlakuan.
d. Pemantauan Kualitas Ambein Lingkungan
Pemantauan ini ditujukan kepada perubahan dari ambein lingkungan yang pengukurannya pada fenomena ekologi khusus yang terkena dampak langsung maupun tidak langsung baik yang disebabkan oleh aktifitas manusia maupun aktifitas proyek.
e. Pemantauan Evaluasi Program
Pemantauan ini dilakukan oleh pemerintah atau suatu tim untuk menilai atau mengukur efisiensi dan efektifitas dari suatu kebijakan atau program.
f. Pemantauan Evaluasi Proyek
Pemantauan ini dilakukan pada proyek-proyek atau kegiatan yang dibiayai oleh dana bantuan internasional.
g. Pemantauan Perjanjian atau Kontrak dalam Bidang Sosial Ekonomi Merupakan pemantauan mengenai perjanjian yang diadakan antara pemerintah dan industri.
Pemantauan yang menyangkut perkembangan dari kegiatan proyek dan dampak yang ditimbulkan pada semua aspek.
i. Pemantauan Dampak Kumulatif
Pemantauan menyangkut suatu daerah yang biasanya cukup luas dimana pembangunan industri atau pertanian dan/atau perubahan sosial budaya berubah dengan cepat.
Berdasarkan uraian terhadap tipe-tipe pemantauan lingkungan tersebut di atas dan disesuaikan dengan keadaan yang ada di Kota Palopo, maka sampai saat ini pemantauan lingkungan yang digunakan dalam membantu kegiatan atau aktifitas proyek khususnya bidang Cipta Karya hanya terbatas pada pemantauan terhadap aktifitas atau kegiatan proyek dan pemantauan terhadap perijinan serta dampak yang timbul akibat aktifitas atau kegiatan proyek tersebut bagi lingkungan sekitar.
Prosedur pemantauan lingkungan merupakan suatu proses mengukur dampak yang telah diduga atau perubahan yang telah diduga. Adapun urutan-urutan prosedur pemantauan lingkungan adalah sebagai berikut :
a. Dengan adanya pendugaan dampak pada suatu komponen lingkungan maka dapat disusun suatu perumusan dari permasalahannya.
b. Berdasarkan perumusan permasalahan kemudian disusun hipotesis-hipotesis.
c. Perlu pemahaman-pemahaman terhadap variasi-variasi yang ada di alam untuk menentukan waktu dan tempat pengukuran indicator-indikator ekologi yang akan menunjukkan adanya perubahan lingkungan.
d. Desain pengambilan contoh disusun sedemikian rupa sehingga memenuhi syarat untuk dianalisis.
Uraian tentang pelaksanaan pasca pembangunan Bidang Cipta Karya sebagai berikut :
a. Uraian tentang kelembagaan (Pemrakarsa kegiatan, Bappedalda) yang akan mengurus dan berkepentingan dalam pelaksanaan pemantauan lingkungan.
b. Uraian tentang kelembagaan yang mengurus dan berkepentingan dalam mendayagunakan hasil pemantauan lingkungan yang secara implisit melakukan juga pengawasan terhadap pelaksanaan pemantauan lingkungan.
c. Melaporkan pelaksanaan pemantauan ke Badan Lingkungan Hidup. Berdasarkan rencana kegiatan pada setiap sektor yang ada (lihat Bab VI), dapat teridentifikasi beberapa rencana kegiatan yang diperkirakan menimbulkan dampak terhadap lingkungan. Pada tabel dibawah ini dijelaskan prakiraan dampak dari rencana kegiatan dan studi yang diperlukan berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2012. Dengan ada ketentuan seperti di atas diharapkan pemrakarsa kegiatan dapat mengikuti peraturan yang ada, yaitu apabila skala rencana kegiatan sesuai dengan ketentuan diatas wajib menyusun AMDAL, apabila berada dibawahnya cukup dengan menyusun UKL/UPL. Adapun rencana kegiatan dan program yang wajib UKL/UPL bidang Cipta Karya di Kota Parepare sesuai Permen PU No. 10 Tahun 2008, sesuai kegiatan dan batasan kapasitasnya yang lebih rendah atau kecil dampaknya antara lain : sektor persampahan (luas < 10 Ha), air limbah domestik/permukiman (luas IPLT < 2 Ha), drainase permukiman perkotaan (panjang < 5 Km), air minum (luas layanan 100 Ha s.d < 500 Ha), pembangunan gedung di atas/bawah tanah, di atas/di atas air (fungsi usaha, fungsi keagamaan, fungsi sosial dan budaya dan fungsi khusus : 500 M2 s.d 10.000 M2), pengembangan kawasan permukiman baru (luas <10 Ha dan jumlah hunian <500 unit rumah), peningkatan kualitas permukiman (luas kawasan <10 Ha), penanganan kawasan kumuh perkotaan (luas kawasan < 5 ha). Jenis kegiatan Bidang Cipta Karya yang kapasitasnya masih di bawah batas wajib dilengkapi dokumen UKL/UPL menjadikannya tidak wajib dilengkapi dokumen UKL/UPL tetapi wajib dilengkapi dengan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPLH).