• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR GURU KIMIA SMA DI PONTIANAK BERDASARKAN KURIKULUM 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR GURU KIMIA SMA DI PONTIANAK BERDASARKAN KURIKULUM 2013"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR GURU

KIMIA SMA DI PONTIANAK BERDASARKAN

KURIKULUM 2013

Dea Alita, Eny Enawaty, Husna Amalya Melati Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Untan

Email : thea1403@yahoo.co.id

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana keterampilan dasar mengajar guru kimia berdasarkan kurikulum 2013 (studi kasus di SMA Negeri 6 dan 8 Pontianak). Bentuk penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan studi kasus. Subjek penelitian diambil dari kelas X dan XI IPA dari dua SMA Negeri yang ada di Kota Pontianak sehingga sampel berjumlah tiga orang guru. Data penelitian diperoleh melalui observasi di kelas, komunikasi langsung (wawancara) dan dokumen rencana pelaksanaan pembelajaran. Alat pengumpul data berupa lembar observasi tertutup, pedoman wawancara, dan catatan lapangan. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh informasi bahwa keterampilan dasar mengajar guru kimia SMA Negeri 6 dan 8 Pontianak dalam penerapan kurikulum 2013 berturut-turut sebesar 12,4% dan 16,4%.

Kata kunci : keterampilan dasar mengajar, kurikulum 2013

Abstract: The aim of this research is to determine how the basic skills teaching of chemistry teacher based curriculum in 2013 (a case study in SMA 6 and 8 Pontianak). Form of this research is quantitative descriptive case studies. Research subjects were taken from the ten and eleven grade of IPA from two existing SMA in Pontianak so that they are three teachers who had participated in this research. The data of this research was collected by observation, interview and document of lesson plan. Enclosed observation sheet, interview guides, and field notes use to collect data. Based on the analysis of data were obtained information that basic skill teaching of chemistry teacher from SMA 6 and 8 Pontianak in curriculum implementation of 2013 respectively are 12,4% and 16,4%.

(2)

urikulum yang dikembangkan pemerintah saat ini yaitu kurikulum 2013. Implementasi kurikulum 2013 berbasis kompetensi sekaligus berbasis karakter dapat membentuk pribadi siswa. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan karakter dalam kurikulum 2013 yaitu untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan yang mengarah pada pembentukan budi pekerti dan akhlak siswa sesuai dengan standar kompetensi lulusan pada setiap satuan pendidikan (Mulyasa, 2014:7). Dengan demikian, kurikulum 2013 diharapkan dapat menghasilkan insan yang produktif dan berkarakter sehingga meningkatkan kualitas pendidikan.

Kualitas pendidikan dapat dikaitkan dengan kualitas pendidik. Maksud kualitas pendidik yaitu guru harus profesional (memenuhi kualifikasi akademik dan berkompeten). Hal ini telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan BAB VI Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan bagian Kesatu Pasal 28 (1), bahwa pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Tidak hanya sekedar memiliki kualifikasi akademik, tetapi juga harus mampu menjalankan kewajiban itu. Agar dapat menjalankan kewajiban tersebut dapat dengan cara mengembangkan profesionalisme dalam mengajar.

Profesionalisme mengajar guru dapat dikembangkan melalui kegiatan-kegiatan pada pertemuan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). Kegiatan MGMP ini bertujuan memperluas wawasan guru mengenai strategi pembelajaran, meningkatkan keterampilan dalam pembelajaran yang lebih profesional dan meningkatkan mutu proses pendidikan dan pembelajaran yang tercermin dari peningkatan hasil belajar siswa (Depdiknas, 2008:4). Upaya yang dilakukan untuk mewujudkan peran MGMP dalam pengembangan profesionalisme guru yaitu melalui berbagai pelatihan instruktur dan guru inti, peningkatan sarana dan prasarana, dan peningkatan mutu manajemen MGMP (Sudrajat, 2010). Adanya upaya tersebut mendukung kinerja guru dengan cara mengkaji pembelajaran bersama guru lain dalam kelompok kerja. Hal yang dikaji yaitu tentang proses pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif dan berkelanjutan untuk meningkatkan hasil belajar siswa (Suparlan, 2010). Dengan demikian, MGMP ini juga ikut berperan dalam mendukung pengembangan profesionalisme dan kinerja guru.

Kinerja guru dapat ditingkatkan jika guru dapat berperan dengan baik dalam proses pembelajaran. Peran yang dimaksud dalam Kurikulum 2013 yaitu dapat mengaplikasikan strategi pembelajaran yang dapat mengoptimalkan panca indera siswa sehingga potensi berkembang secara otentik dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik sesuai dengan harapan (Marinasari, 2013). Strategi pembelajaran yang diterapkan harus aktif dan menyenangkan, sehingga diharapkan dapat mewujudkan keberhasilan peran guru berupa interaksi aktif yang maksimal.

Interaksi maksimal dapat terjadi antara guru dengan semua siswa dan antara siswa dengan siswa. Keberhasilan interaksi pembelajaran selain dipengaruhi guru dan siswa juga dipengaruhi komponen metode, fasilitas

(3)

pembelajaran dan tujuan (Sardiman, 2011:173). Guru harus mendesain komponen-komponen tersebut agar tercipta proses dan tujuan pembelajaran yang lebih optimal. Sehingga seorang guru perlu memiliki dan menerapkan keterampilan baik saat di kelas maupun di luar kelas. Keterampilan yang dimaksud yaitu keterampilan dasar mengajar (KDM).

Terdapat delapan keterampilan dasar mengajar yang berperan menentukan kualitas pembelajaran. Jenis keterampilan dasar mengajar yang diutamakan yaitu: (1) keterampilan bertanya, (2) keterampilan menggunakan variasi, (3) keterampilan menjelaskan, (4) keterampilan membuka dan menutup pelajaran, (5) keterampilan mengelola kelas, (6) keterampilan memberi penguatan, (7) keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan, (8) keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil (Hasibuan dan Moedjiono, 2010:58-88). Saat proses pembelajaran hendaknya guru mampu menerapkan keterampilan itu dengan baik.

Keterampilan dasar mengajar sangat penting bagi guru. Keterampilan mengajar diperlukan agar dapat melaksanakan dan mengimplementasikan berbagai strategi pembelajaran dalam pengelolaan proses pembelajaran sehingga pembelajaran berjalan efektif dan efisien (Sanjaya, 2011:133). Selain itu, keterampilan mengajar juga dapat diterapkan dalam mengimplementasikan kurikulum 2013. Proses pembelajaran yang berdasarkan kurikulum 2013 memiliki tahap pembelajaran pendekatan saintifik. Langkah pembelajaran pendekatan saintifik yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan data, mengasosiasi dan mengkomunikasikan (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013). Dengan demikian, adanya keterampilan dasar mengajar akan membantu menciptakan pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa dan menunjang keberhasilan proses pembelajaran.

Keterampilan dasar mengajar yang diterapkan dengan baik akan diikuti proses dan hasil belajar yang baik pula. Guru berperan penting menentukan tujuan proses pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan siswa. Oleh karena itu, guru dituntut menguasai keterampilan yang berkaitan dengan proses pembelajaran (Sutikno, 2013:45). Tujuan utama proses pembelajaran setelah siswa melalui kegiatan belajar berupa hasil belajar. Dengan demikian, adanya penguasaan dan penerapan sejumlah keterampilan guru dalam proses pembelajaran akan didapatkan hasil belajar sesuai yang diharapkan.

Guru-guru kimia di SMA Negeri telah memenuhi kualifikasi akademik sesuai dengan latar belakang pendidikan. Selain itu, baik guru yang latar belakangnya dari pendidikan ataupun bukan dari pendidikan juga telah mengikuti program sertifikasi karena pemerintah lebih memprioritaskan guru-guru di sekolah negeri. Keadaan ini tentu saja dapat dikaitkan dengan keterampilan mengajar yang diperoleh guru selama melalui masa pendidikan untuk dapat diterapkan dalam proses pembelajaran. Adanya kenyataan tersebut, perlu dilakukannya suatu pengamatan terhadap cara mengajar guru saat pembelajaran apakah telah melaksanakan keterampilan mengajar dengan baik.

Pengamatan terhadap cara mengajar guru perlu untuk dilakukan. Pengamatan yang dilakukan bertujuan apakah dengan profesionalisme yang dimiliki tersebut, guru sudah dapat menjalankan peran secara profesional dan

(4)

juga dapat membimbing siswa dalam pembelajaran sesuai diharapkan. Pengamatan yang dimaksud dalam hal bagaimana keterampilan dasar mengajar yang guru terapkan selama proses pembelajaran khususnya terhadap guru kimia.

Berdasarkan tujuan pengamatan terhadap cara mengajar dan hasil UN Kimia di SMA Negeri, dilakukan pengamatan cara mengajar terhadap salah satu guru yaitu guru kimia kelas X SMA Negeri 8 Pontianak. Adapun pengamatan yang dilakukan terhadap guru kimia SMA Negeri 8 tanggal 15 Mei 2013 yaitu apersepsi tentang materi minggu lalu, motivasi tidak diberikan tapi tujuan pembelajaran disampaikan serta mekanisme belajar yang akan dilakukan, pemberian contoh saat penjelasan materi dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari, penekanan terhadap bagian informasi penting saat penjelasan ditulis dalam subbagian diikuti dengan contohnya kemudian penjelasan lagi, tidak ada alat bantu mengajar, penguatan (pujian) kepada siswa setelah menjawab dan mengerjakan soal telah diberikan sehingga siswa antusias dan berani menjelaskan hasil diskusi kemudian meminta tanggapan dari kelompok lain, kegiatan penutup dengan postest, do’a dan salam.

Adanya fakta bahwa nilai UN Kimia kategori sedang pada SMA Negeri 8 Pontianak yang sudah menerapkan kurikulum 2013, ternyata saat mengajar guru kimia telah menerapkan keterampilan mengajar dengan baik dan bersemangat. Akibatnya dapat menciptakan suasana kelas yang menyenangkan dan interaktif dengan melibatkan siswa sehingga membuat siswa tampak bersemangat mengikuti pembelajaran dan mempermudah pemahaman materi yang diberikan. Selain itu, SMA Negeri lainnya yang juga telah menerapkan kurikulum 2013 yaitu SMA Negeri 6 Pontianak. Berdasarkan fakta di lapangan dan kurikulum yang telah diterapkan maka dilakukan penelitian mengenai Analisis Keterampilan Dasar Mengajar Guru Kimia Berdasarkan Kurikulum 2013 melalui studi kasus di sekolah tersebut.

METODE

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif melalui studi kasus. Penelitian studi kasus adalah penelitian yang memusatkan diri secara intensif terhadap satu objek tertentu dengan mempelajarinya sebagai suatu kasus (Nawawi, 2012:77). Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 6 dan 8 Pontianak.

Menurut Arikunto (2010:172) subjek penelitian adalah sumber data yang dituju untuk diteliti oleh peneliti. Kelas yang dijadikan subjek penelitian yaitu kelas X dan kelas XI IPA. Kelas X IPA dari kedua SMA tersebut sudah menggunakan kurikulum 2013. Pemilihan kelas XI IPA bertujuan sebagai pembanding terhadap kelas X IPA meskipun kelas XI IPA masih menggunakan kurikulum KTSP. Tetapi saat pelaksanaannya tidak semua kelas XI IPA dapat dijadikan subjek penelitian khususnya di SMA Negeri 6 Pontianak. Hal ini dikarenakan adanya beberapa kendala teknis di lapangan sehingga hanya kelas X IPA yang dapat diperoleh datanya. Dengan demikian, sampel guru yang

(5)

diteliti terdiri dari guru kimia kelas X IPA SMA Negeri 6 dan kelas X IPA serta kelas XI IPA SMA Negeri 8 Pontianak.

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi langsung berupa daftar cek dan catatan kegiatan guru selama pembelajaran di kelas, komunikasi langsung (wawancara) semi terstruktur berupa pedoman wawancara siswa dan guru, dan dokumenter berupa dokumen rencana pelaksanaan pembelajaran. Observasi dilakukan untuk menganalisis pelaksanaan pembelajaran oleh guru. Hasil pengamatan pelaksanaan pembelajaran dianalisis menggunakan daftar cek untuk setiap kegiatan guru dalam menerapkan keterampilan dasar mengajar yang ingin diamati. Daftar cek yang diperoleh dianalisis lebih lanjut untuk mengetahui apakah guru kimia telah menerapkan pendekatan saintifik kurikulum 2013 saat mengajar. Analisis data daftar cek dengan menghitung persentase tiap tahap pendekatan saintifik dan persentase pendekatan saintifik keterampilan dasar mengajar tiap sekolah. Data RPP dan wawancara yang telah diperoleh selanjutnya digunakan sebagai penguat dan cek silang kebenaran dari pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru.

Prosedur dalam penelitian ini terdiri dari 3 tahap, yaitu: 1) tahap persiapan, 2) tahap pelaksanaan, 3) tahap akhir.

Tahap persiapan

Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap persiapan, antara lain: (1) Menyiapkan instrumen penelitian berupa lembar pengamatan (observasi) untuk pelaksanaan pembelajaran dan pedoman wawancara; (2) Melakukan validasi lembar pengamatan dan pedoman wawancara; (3) Merevisi instrumen penelitian yaitu lembar pengamatan dan pedoman wawancara berdasarkan hasil validasi; (4) Memvalidasi kembali instrumen penelitian hingga dinyatakan valid.

Tahap pelaksanaan

(1) Observasi Observasi pelaksanaan pembelajaran oleh guru dikelas dilakukan oleh dua orang observer, yaitu peneliti dan seorang mahasiswa FKIP; (2) Melakukan pengarahan singkat pada observer lain mengenai mekanisme pelaksanaan observasi; (3) Mengikuti kegiatan proses pembelajaran di kelas sebagai observer; (4) Mengisi lembar pengamatan sesuai dengan kegiatan yang ditampakkan selama pembelajaran kimia berlangsung; (5) Melakukan wawancara terhadap seorang siswa kelas X dan XI IPA, guru kimia kelas X dan XI IPA.

Tahap akhir

(1) Mengolah data dari hasil pengamatan (observasi) dan hasil wawancara; (2) Menganalisis data; (3) Mendeskripsikan hasil analisis data ke dalam pembahasan; (4) Membuat kesimpulan dari riset yang dilakukan; (5) Menyusun laporan penelitian.

(6)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di dua SMA Negeri di Kota Pontianak tahun Ajaran 2013/2014 dengan jumlah subjek penelitian sebanyak tiga orang guru kimia. Satu orang guru kelas X IPA di SMA Negeri 6 Pontianak dan dua orang guru di SMA Negeri 8 Pontianak yaitu guru kelas X IPA dan kelas XI IPA. Penelitian dilakukan dengan observasi langsung terhadap pembelajaran yang dilakukan oleh guru kimia.

Kegiatan observasi keterampilan dasar mengajar dilakukan sebanyak dua kali pertemuan terhadap masing-masing guru kimia. Observasi di SMA Negeri 6 Pontianak dilakukan di kelas yang sama yaitu kelas X IPA 2 sedangkan observasi di SMA Negeri 8 Pontianak dilakukan di kelas yang beda yaitu kelas X IPA 4 dan kelas XI IPA 1.

A. Analisa keterampilan dasar mengajar guru di SMA Negeri 6 Pontianak Berdasarkan observasi pembelajaran materi konsep mol (perhitungan mol), rekapitulasi keterampilan dasar mengajar (KDM) dengan pendekatan saintifik yang dilakukan guru kimia kelas X IPA dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini.

Tabel 1

Rekapitulasi Keterampilan Dasar Mengajar dengan Pendekatan Saintifik Guru Kimia di SMA Negeri 6 Pontianak

Jenis Keterampil-an Dasar Mengajar Pendekatan Saintifik Meng-amati Mena-nya Mengum-pulkan Data Meng- asosi-asi Mengkomu-nikasikan 1 2 3 4 5 6 7 8 Keterangan:

1: Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran 2: Keterampilan Menjelaskan

3: Keterampilan Mengadakan Variasi 4: Keterampilan Bertanya

5: Keterampilan Mengelola Kelas

6: Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan 7: Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil 8: Keterampilan Memberi Penguatan

B. Analisa keterampilan dasar mengajar guru di SMA Negeri 8 Pontianak Guru kimia yang diteliti di SMA Negeri 8 mengajar di kelas X IPA dan kelas XI IPA sehingga guru yang diteliti dua orang. Adapun hasil

(7)

rekapitulasi keterampilan dasar mengajar (KDM) dengan pendekatan saintifik yang dilakukan guru di kelas X IPA 4 materi redoks dan konsep mol sedangkan di kelas XI IPA 1 pada materi larutan penyangga (buffer) dan hidrolisis garam dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini.

Tabel 2

Rekapitulasi Keterampilan Dasar Mengajar dengan Pendekatan Saintifik Guru Kimia di SMA Negeri 8 Pontianak

Jenis Keterampil-an Dasar Mengajar

Kelas Pendekatan Saintifik Meng-amati Mena-nya Mengum-pulkan data Meng- asosi-asi Meng- komuni-kasikan 1 X XI 2 X XI 3 X XI 4 X XI 5 X XI 6 X XI 7 X XI 8 X XI

C. Analisa Rekapitulasi Persentase Keterampilan Dasar Mengajar Guru Kimia Berdasarkan Kurikulum 2013

Persentase tahap pendekatan saintifik yang dilaksanakan guru kimia SMA Negeri 6 dan 8 Pontianak, dapat dilihat dalam gambar berikut:

Diagram Rekapitulasi Rata-rata Persentase Tiap Tahap Pendekatan Saintifik SMA Negeri 6 dan 8 Pontianak

15,9 8,5 13,8 15,2 18,4 12,9 11,9 15,3 18,9 29,2 0 5 10 15 20 25 30 35 1 2 3 4 5 6 SMA Negeri 6 Pontianak SMA Negeri 8 Pontianak

Tahap Pendekatan Saintifik

R at a-ra ta T ah ap P en de ka ta n S ai nt if ik ( % )

(8)

Keterangan

1: Tahap Mengamati 2: Tahap Menanya

3: Tahap Mengumpulkan data 4: Tahap Mengasosiasi

5: Tahap Mengkomunikasikan

Rata-rata persentase keterampilan dasar mengajar guru kimia di SMA Negeri 6 dan 8 Pontianak berdasarkan kurikulum 2013, dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini.

Tabel 3

Rata-rata Persentase KDM Guru Kimia di SMA Negeri 6 dan 8 Pontianak Berdasarkan Kurikulum 2013

Sekolah Rata-rata KDM Berdasarkan Kurikulum 2013(%)

SMA Negeri 6 14,4

SMA Negeri 8 17,7

Pembahasan

Guru kimia di SMA Negeri 6 dan 8 Pontianak telah melaksanakan tahap pendekatan saintifik yang dilakukan melalui penerapan keterampilan dasar mengajar pada proses pembelajaran. Guru SMA Negeri 8 kelas XI juga telah melaksanakan tahap pendekatan saintifik meskipun masih menggunakan kurikulum KTSP bukan kurikulum 2013. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun kurikulum yang digunakan belum 2013, tetapi setidaknya guru sudah mengarah kepada langkah santifik kurikulum 2013 saat mengajar dengan adanya komponen keterampilan dasar mengajar yang dilaksanakan.

Kegiatan dalam komponen keterampilan membuka pelajaran jika dikaitkan dengan pendekatan saintifik kurikulum 2013 dapat dikatakan bahwa guru menerapkan tahap mengamati, menanya dan mengkomunikasikan. Guru SMA Negeri 6 menerapkan tahap menanya dan mengkomunikasikan untuk menarik perhatian siswa dan apersepsi dengan bertanya kepada siswa dan meminta siswa menjawab pertanyaan. Guru baik kelas X maupun kelas XI SMA Negeri 8 menerapkan tahap menanya untuk menarik perhatian siswa dan apersepsi dengan bertanya kepada siswa dan meminta siswa menjawab pertanyaan. Guru menerapkan tahap mengamati agar siswa mengamati kaitan antara materi yang guru berikan. Tahap mengamati melalui pemberikan acuan oleh guru kelas X dengan menginformasikan tentang metode pembelajaran sedangkan guru kelas XI mengemukakan tujuan pembelajaran.

Kegiatan dalam komponen keterampilan menutup pelajaran jika dikaitkan dengan pendekatan saintifik kurikulum 2013 dapat dikatakan bahwa guru menerapkan tahap mengamati, mengumpulkan data, mengasosiasi dan mengkomunikasikan. Guru SMA Negeri 6 menerapkan tahap mengumpulkan data dan mengasosisasi saat siswa diminta mengerjakan soal sedangkan mengkomunikasikan saat siswa menampilkan atau menjelaskan hasil pekerjaan. Guru tidak menerapkan tahap mengamati atau asosiasi saat merangkum inti pelajaran dengan menunjukkan atau meminta siswa memperhatikan keterkaitan antara keadaan STP dengan rumus mencari mol

(9)

tapi hanya langsung mengingatkan kembali materi dengan penjelasan. Guru kelas X SMA Negeri 8 menerapkan tahap mengkomunikasikan dalam menyimpulkan dan mengevaluasi dengan memberikan tugas kelompok. Kesimpulan dilakukan dengan meminta siswa memberi pendapat berdasarkan arahan guru dalam bentuk pertanyaan. Guru kelas XI SMA Negeri 8 menerapkan tahap mengamati agar siswa mencatat rangkuman inti pelajaran yang dituliskan di papan tulis. Guru juga menerapkan tahap mengkomunikasikan dalam mengevaluasi dengan memberikan tugas kelompok yang akan di presentasikan.

Kegiatan dalam komponen keterampilan menjelaskan jika dikaitkan dengan pendekatan saintifik kurikulum 2013 dapat dikatakan bahwa guru menerapkan tahap mengamati dan menanya. Guru SMA Negeri 6 menerapkan tahap mengamati untuk memberi penekanan pada penjelasan materi tertentu dengan memberi tanda (kotak) pada rumus dan memberi lingkaran. Guru SMA Negeri 6 dan SMA Negeri 8 baik kelas X maupun kelas XI menerapkan tahap menanya dengan memberi kesempatan siswa bertanya. Guru tidak menerapkan tahap mengamati dengan memberikan contoh yang mudah ditemui dalam kehidupan sehari-hari tapi hanya menjelaskan rumus dilanjutkan dengan memberi soal. Guru kelas X SMA Negeri 8 menerapkan tahap mengamati agar siswa memperhatikan penjelasan dengan memberi penekanan pada penjelasan materi tertentu melalui tanda (kotak/garis bawah/lingkaran) pada rumus atau tulisan di papan tulis dan menuliskan nomor judul submateri. Guru kelas XI memberikan penekanan melalui tanda (garis bawah/kotak/lingkaran) pada tulisan di papan tulis atau rumus pada slide, menuliskan nomor judul submateri dan poin penting sub materi serta penekanan lisan terhadap materi.

Kegiatan dalam komponen keterampilan mengadakan variasi jika dikaitkan dengan pendekatan saintifik kurikulum 2013 dapat dikatakan bahwa guru menerapkan tahap mengamati dan menanya. Guru SMA Negeri 6 menerapkan tahap mengamati dengan menggunakan suara yang lebih tinggi saat menekankan perbedaan Ar dan Mr dan menyebutkan ulang rumus di papan tulis; melakukan kesenyapan sejenak saat memberi siswa kesempatan mencatat materi di papan tulis setelah guru menjelaskan; menggunakan media papan tulis saat menuliskan rumus sehingga siswa akan mengamati materi yang ada di papan tulis. Guru SMA Negeri 6 dan SMA Negeri 8 baik kelas X maupun kelas XI menerapkan tahap menanya dengan bertanya kepada siswa dan meminta siswa menjawab pertanyaan ataupun meminta siswa yang bertanya dan siswa lainnya yang menjawab sehingga terjadi interaksi. Guru kelas X SMA Negeri 8 menerapkan tahap mengamati agar siswa memperhatikan dengan menggunakan suara yang lebih tinggi saat menekankan arti L (bilangan Avogadro) dan jawaban koreksian yang tepat; menggunakan media papan tulis saat menuliskan rumus sehingga siswa akan mengamati materi yang ada di papan tulis. Guru kelas XI menerapkan tahap mengamati agar siswa memperhatikan dengan menggunakan suara yang lebih tinggi saat mengingatkan ciri senyawa asam; mengadakan kontak pandang saat menjelaskan materi; menggunakan media (papan tulis, poster dan powerpoint) saat menjelaskan materi dan presentasi.

(10)

Kegiatan dalam komponen keterampilan bertanya jika dikaitkan dengan pendekatan saintifik kurikulum 2013 dapat dikatakan bahwa guru menerapkan tahap mengamati, menanya dan mengkomunikasikan. Guru SMA Negeri 6 dan SMA Negeri 8 baik kelas X maupun kelas XI menerapkan tahap menanya untuk mendorong siswa memberikan jawaban (pendapat) dengan mudah dan lebih jelas (berkembang) dengan memberi kesempatan kepada siswa lain memberi pendapat atas pertanyaan yang muncul. Guru SMA Negeri 6 menerapkan tahap mengkomunikasikan untuk mendorong siswa menjadi narasumber yang baik dan dapat mempertahankan pendapatnya dengan pemberian kesempatan berpikir ataupun berdiskusi dengan teman dekat; memberikan pertanyaan yang lebih sederhana; dan meminta contoh sehingga siswa dapat memberikan penjelasan jawaban yang lebih baik atau jelas. Meminta kesepakatan mendorong siswa lainnya juga ikut berpartisipasi memberi pendapatnya. Guru SMA Negeri 8 baik kelas X maupun kelas XI menerapkan tahap mengamati untuk memberi acuan dan membantu siswa menjawab pertanyaan. Guru menerapkan tahap mengkomunikasikan untuk mendorong siswa menjadi narasumber yang baik dan dapat mempertahankan pendapatnya dengan pemberian kesempatan berpikir ataupun berdiskusi dengan teman dekat; memberikan pertanyaan yang lebih sederhana atau mengulangi penjelasan atau menggunakan bahasa pertanyaan lebih sederhana; dan meminta mengungkapkan kembali jawaban, alasan jawaban sehingga siswa dapat memberikan penjelasan jawaban yang lebih baik atau jelas. Meminta kesepakatan mendorong siswa lainnya juga ikut berpartisipasi memberi pendapatnya. Selain itu, guru kelas XI menerapkan tahap mengkomunikasikan untuk memperjelas jawaban siswa dengan meminta contoh atas jawaban sedangkan guru kelas X tidak tetapi hanya meminta alasan jawaban yang diberikan.

Kegiatan dalam komponen keterampilan mengelola kelas jika dikaitkan dengan pendekatan saintifik kurikulum 2013 dapat dikatakan bahwa guru menerapkan tahap mengumpulkan data. Guru SMA Negeri 6 menerapkan tahap mengumpulkan data untuk memusatkan perhatian kelompok agar siswa mengembangkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui pemberian tugas kelompok yang harus diselesaikan. Guru tidak menerapkan tahap mengumpulkan data dengan membimbing siswa agar dapat mengembangkan kemampuan penguasaan pengetahuan dan keterampilan melalui usaha membagi perhatian tapi hanya dengan menegur tanpa ada membimbing.Guru SMA Negeri 8 baik kelas X maupun kelas XI menerapkan tahap mengumpulkan data untuk memusatkan perhatian kelompok agar siswa mengembangkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui pemberian tugas presentasi dan kelompok yang harus diselesaikan. Guru juga menerapkan tahap mengumpulkan data dengan membimbing siswa agar dapat mengembangkan kemampuan penguasaan pengetahuan dan keterampilan melalui usaha membagi perhatian dengan memberi komentar saat memperhatikan atau membimbing siswa.

Kegiatan dalam komponen keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan jika dikaitkan dengan pendekatan saintifik kurikulum 2013 dapat

(11)

dikatakan bahwa guru menerapkan tahap mengumpulkan data, mengasosiasi dan mengkomunikasikan. Guru SMA Negeri 6 dan SMA Negeri 8 baik kelas X maupun kelas XI menerapkan tahap mengumpulkan data agar siswa dapat mencari sumber-sumber yang sesuai dengan tugas kelompok yang diberikan dilakukan guru dengan memberi gambaran umum tentang tugas yang harus diselesaikan. Guru SMA Negeri 6 tidak melakukan tahap mengumpulkan data untuk membantu siswa mengumpulkan informasi (nilai diketahui pada soal) dengan membimbing ke meja-meja kelompok tapi hanya membimbing dari kursi guru. Hanya guru SMA Negeri 8 baik kelas X maupun kelas XI yang menerapkan tahap mengumpulkan data dengan membimbing ke meja-meja kelompok. Guru SMA Negeri 6 menerapkan tahap mengasosiasi agar siswa dapat menghubungkan nilai yang diketahui dalam soal dengan penyelesaian yang sesuai dengan memberi bantuan (bimbingan) saat mengerjakan soal latihan sedangkan guru SMA 8 baik kelas X maupun kelas XI saat mengerjakan soal diskusi kelompok dengan mengarahkan secara singkat. Guru SMA Negeri 6 menerapkan tahap mengkomunikasikan agar siswa dapat mengungkapkan pendapat dan siswa lainnya menanggapi melalui presentasi jawaban soal latihan sedangkan SMA Negeri 8 baik kelas X maupun kelas XI dilakukan dengan peran aktif guru yang ikut melibatkan diri melalui presentasi jawaban diskusi kelompok.

Kegiatan dalam komponen keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil jika dikaitkan dengan pendekatan saintifik kurikulum 2013 dapat dikatakan bahwa guru menerapkan tahap mengumpulkan data, mengasosiasi dan mengkomunikasikan. Guru SMA Negeri 6 dan SMA Negeri 8 baik kelas X maupun kelas XI menerapkan tahap mengumpulkan data untuk memusatkan perhatian siswa dengan menginformasikan tentang cara mengerjakan soal secara garis besar agar mempermudah siswa mengerjakan soal. Guru SMA Negeri 8 baik kelas X maupun kelas XI menerapkan tahap mengasosiasi untuk memperjelas masalah dengan memberi acuan tentang maksud dari pertanyaan dalam presentasi. Guru menerapkan tahap mengkomunikasikan agar siswa mengetahui kesimpulan hasil analisis (pendapat) secara lisan yang sesuai dan kurang sesuai dengan teori melalui analisa pendapat yang dilakukan guru saat presentasi. Tahap mengkomunikasikan untuk meningkatkan kontribusi dan partisipasi siswa agar menyampaikan hasil analisis kelompok, dilakukan guru dengan komentar positif (pujian), tambahan nilai, dan memilih siswa yang akan berpartisipasi sehingga terjadi tukar pendapat. Selain itu, tahap mengkomunikasikan untuk memperjelas masalah dengan menambahkan informasi lanjut dari hasil presentasi yang sudah diberikan siswa.

Kegiatan dalam komponen keterampilan memberi penguatan jika dikaitkan dengan pendekatan saintifik kurikulum 2013 dapat dikatakan bahwa guru telah melaksanakan tahap mengamati, menanya, mengumpulkan data, mengasosiasi dan mengkomunikasikan. Guru SMA Negeri 6 menerapkan tahap mengamati agar siswa mengamati perbedaan antara contoh atom dengan molekul di papan tulis melalui pemberian sindiran halus kemudian mengkomunikasikan dengan meminta siswa menjawab contoh yang termasuk atom ataupun molekul. Guru memberikan sindiran halus saat tidak bisa

(12)

mencari nilai Mr suatu senyawa dan menjawab soal latihan agar siswa mengumpulkan data, mengasosiasi dan mengkomunikasikan untuk menjawab pertanyaan tersebut. Guru SMA Negeri 8 baik kelas X maupun kelas XI menerapkan tahap mengamati agar siswa mengamati kegiatan pembelajaran ataupun presentasi dengan menegur dan memberikan pertanyaan kepada siswa yang ditegur. Selain itu, tahap mengkomunikasikan dilakukan dengan memberikan pertanyaan dan meminta kepada siswa yang ditegur untuk menjawab pertanyaan. Guru SMA Negeri 8 kelas X menegur siswa yang kurang aktif untuk ikut berpartisipasi dalam presentasi sehingga siswa dapat melakukan kegiatan menanya.

Rata-rata persentase keterampilan dasar mengajar guru kimia di SMA Negeri 6 Pontianak berdasarkan kurikulum 2013 yaitu 14,4% sedangkan SMA Negeri 8 Pontianak yaitu 17,7%. Berdasarkan diagram, rata-rata persentase tahap pendekatan saintifik yang paling tinggi terdapat pada tahap mengkomunikasikan diantara tahap saintifik yang lain baik untuk SMA Negeri 6 maupun 8 Pontianak. Persentase tersebut dapat disebabkan bahwa selama proses pembelajaran yang dilakukan baik guru SMA Negeri 6 maupun 8 lebih banyak meminta siswa untuk menyampaikan pendapatnya baik dalam menanggapi soal maupun pertanyaan dan juga meminta siswa lain menanggapi sehingga pembelajaran berlangsung dengan aktif dan tidak membosankan. SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, dapat disimpulkan bahwa keterampilan dasar mengajar guru kimia SMA Negeri 6 dan 8 Pontianak dalam penerapan kurikulum 2013 berturut-turut sebesar 12,4% dan 16,4%.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dan kelemahan-kelemahan dalam penelitian ini, peneliti memberikan saran sebagai berikut: (1) Saat penelitian, terdapat beberapa kegiatan yang sulit diobservasi dan sangat cepat dilakukan guru sehingga diharapkan agar penelitian lanjutan menggunakan alat bantu penelitian yang lebih baik dalam merekam kegiatan pembelajaran di kelas, misalnya menggunakan handycam. (2) Diharapkan adanya penelitian lanjutan untuk mengkaji pelaksanaan aspek evaluasi kurikulum 2013.

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Depdiknas. 2008. Standar Pengembangan Kelompok Kerja Guru (KKG)

Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). Direktorat Jenderal

Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia.

(13)

Hasibuan dan Moedjiono. 2010. Proses Belajar Mengajar. Malang: Rosda. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Pembelajaran Saintifik

Implementasi Kurikulum 2013. Pontianak.

Marinasari. 2013. Paradigma Tugas Guru dalam Kurikulum 2013. (Online), (http://sumut.kemenag.go.id/file/file/TULISANPENGAJAR/odip137940 4126.pdf, diunduh tanggal 14 Desember 2013)

Mulyasa, E. 2011. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Nawawi, H. 2012. Metode Penelitian Bidang Sosial. Pontianak: Gadjah Mada University Press.

Permendiknas. No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan BAB

VI Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan.

Sanjaya, W. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media

Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo.

Sudrajat, A. 2010. Standar Penyelenggaraan MGMP. (Online),

(http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/10/25/standar-penyelenggaraan-kkg-mgmp/, diunduh tanggal 2 Desember 2013)

Suparlan. 2010. Lesson Study dan Peningkatan Kompetensi Guru. (Online).

(http://suparlan.com/44/2010/01/22/lesson-study-dan-peningkatan-kompetensi-guru/, diunduh tanggal 14 Desember 2013) Sutikno, M.S. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Lombok: Holistica. .

Gambar

Diagram Rekapitulasi Rata-rata Persentase Tiap Tahap Pendekatan Saintifik  SMA Negeri 6 dan 8 Pontianak

Referensi

Dokumen terkait

Burn (dalam Subandi dkk,2002:142-145) melaporkan beberapa manfaat yang diperoleh dari latihan relaksasi antara lain adalah; relaksasi akan membuat individu lebih

Sekolah Dasar di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara sebesar, Prevalensi kecacingan positif pada murid Sekolah Dasar di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara sebesar 22

Pengujian dengan menggunakan bahan calon papan komposit belum dapat dilakukan sampai laporan penelitian ini dibuat, karena perlu terlebih dahulu penyempurnaan alat

x Explores venture capital’s value-added contribution in the development process and commercialization of RETs (Addresses research question 3) Article 5 x Examines factors

Apabila limbah ini dibuang keperairan maka akan tercemar oleh bahan organik dalam jumlah yang besar, sehingga kebutuhan oksigen untuk proses penguraiannya lebih

Karena nilali arus gangguan hubung singkat yang didapat dari hasil perhitungan hubung singkat adalah dalam nilai primer, maka dalam pemeriksaan selektifitas rele

Penelitian terdahulu yang menggunakan metode RULA berjudul evaluasi ergonomi menggunakan metode RULA (rapid upper limb assessment) untuk mengidentifikasi alat bantu

Oleh karena itu diperlukan pengukuran sustainability menggunakan sustainability performance metrics pada SIM PKN yang akan memberikan rekomendasi perangkat lunak