PENGARUH PERSENTASE BATU PECAH TERHADAP
HARGA SATUAN CAMPURAN BETON DAN
WORKABILITAS (STUDI LABORATORIUM)
Andrian Kurnia NRP : 9821047
Pembimbing : Herianto Wibowo, Ir., M.Sc.
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
BANDUNG
ABSTRAK
Pembangunan sarana dan prasarana di bandung saat ini sedang berkembang , khususnya bangunan perumahan dan gedung yang salah satu unsur pembangunnya adalah beton.. Beton yang ideal adalah beton yang memiliki kuat tekan yang besar, kemudahan pengerjaan yang baik, serta harga yang murah. Sehingga terbangun suatu bangunan yang kuat serta ekonomis.
Pada tugas akhir ini dilakukan uji laboratorium pada mutu beton K-225 , untuk mengetahui tingkat workabilitas serta keekonomisannya apabila persentase kadar batu pecahnya diubah. Uji laboratorium dilakukan di Laboratorium B4T pada tanggal 15 desember 2005 sampai dengan 14 februari 2006. Sedangkan untuk analisis data kuat tekan digunakan uji statistik uji t.
Dari hasil analisis diperoleh bahwa, penambahan kadar batu pecah sebesar 4,5 % dari kadar batu pecah normal menyebabkan kenaikan harga sebesar
Rp 673, untuk nilai slump terjadi penurunan sebesar 20 mm. Sedangkan untuk kuat tekan tidak terjadi perubahan yang signifikan.
DAFTAR ISI
SURAT KETERANGAN TUGAS AKHIR
... iSURAT KETERANGAN SELESAI TUGAS AKHIR
... iiABSTRAK
... iiiPRAKATA
... ivDAFTAR ISI ... vi
DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN
... ixDAFTAR TABEL
... xDAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN
... xiiiBAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian ... 11.2 Maksud Dan Tujuan Penelitian ... 2
1.3 Ruang Lingkup Pembahasan ... 2
1.4 Sistematika Penulisan ... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bahan-Bahan Penyusun Beton ... 42.1.1 Semen Portland……… 5
2.1.2 Agregat Halus……….. 7
2.1.4 Air... 10
2.2 Kuat Tekan Beton ... 10
2.3 Workabilitas ... 12
2.4 Analisis Uji Statistik t... 14
BAB 3 PELAKSANAAN PENELITIAN
3.1 Diagram Alir... 173.2 Pemeriksaan Agregat Halus ... 20
3.2.1 Analisis Saringan... 20
3.2.2 Pemeriksaan Berat Jenis Dan Penyerapan ... 21
3.2.3 Pemeriksaan Berat Isi... 22
3.2.4 Kadar Lumpur Dan Tanah Liat ... 23
3.3 Pemeriksaan Agregat Kasar ... 23
3.3.1 Analisis Saringan... 23
3.3.2 Pemeriksaan Berat Jenis Dan Penyerapan ... 24
3.3.3 Pemeriksaan Berat Isi... 26
3.3.4 Kadar Lumpur Dan Tanah Liat ... 27
3.4 Uji Kekuatan Agregat ... 27
3.5 Perencanaan Campuran ... 29
3.5.1 Langkah-Langkah Perencanaan ... 29
3.5.2 Perencanaan Campuran Beton Dengan Kadar Batu Pecah Normal... 33
3.5.4 Perencanaan Campuran Beton Dengan Kadar Batu Pecah
Minimum ... 41
3.6 Kuat Tekan ... 45
3.7 Slump... 47
BAB 4 PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA
4.1 Analisis Harga ... 484.1.1 Kadar Batu Pecah Normal ... 49
4.1.2 Kadar Batu Pecah Maksimum ... 50
4.1.3 Kadar Batu Pecah Minimum ... 50
4.2 Hubungan Harga Dengan Kadar Batu Pecah ... 51
4.3 Hubungan Kadar Batu Pecah Dengan Nilai Slump... 52
4.4 Hubungan Kadar Batu Pecah Dengan Kuat Tekan ... 53
4.5 Hubungan Nilai Slump Dengan Kuat Tekan... 54
4.6 Analisis Statistik Uji “t” Sampel Ganda... 56
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ... 595.2 Saran ... 60
DAFTAR PUSTAKA ... 62
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Persentase komposisi semen portland ... 7
Tabel 2.2 Syarat mutu kekuatan agregat sesuai SII.0052-80 ... 10
Tabel 3.1 Hasil pemeriksaan analisis saringan agregat halus ... 20
Tabel 3.2 Hasil pemeriksaan berat jenis dan penyerapan agregat halus ... 21
Tabel 3.3 Hasil pemeriksaan berat isi agregat halus ... 22
Tabel 3.4 Kadar tanah liat dan lumpur... 23
Tabel 3.5 Hasil pemeriksaan analisis saringan agregat kasar ... 24
Tabel 3.6 Hasil pemeriksaan berat jenis dan penyerapan agregat kasar ... 25
Tabel 3.7 Hasil pemeriksaan berat isi agregat kasar ... 26
Tabel 3.8 Kadar tanah liat dan lumpur... 27
Tabel 3.9 Uji los angeles ... 28
Tabel 3.10 Proporsi campuran beton... 37
Tabel 3.11 Proporsi campuran beton... 40
Tabel 3.12 Proporsi campuran beton... 44
Tabel 3.13 Hasil uji kuat tekan beton umur beton 7 hari ... 45
Tabel 3.14 Hasil uji kuat tekan beton umur beton 28 hari ... 46
Tabel 3.15 Nilai slump... 47
Tabel 4.1 Daftar harga dan material... 48
Tabel 4.2 Analisis harga /m³ untuk kadar batu pecah normal... 49
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1 Diagram Penyusunan Tugas Akhir ... 18
Gambar 3.2 Diagram Alir Penelitian Di Laboratorium ... 19
Gambar 4.1 Hubungan harga dengan kadar batu pecah... 51
Gambar 4.2 Hubungan kadar batu pecah dengan nilai slump... 52
Gambar 4.3 Hubungan kadar batu pecah dengan kuat tekan... 53
Gambar 4.4 Hubungan nilai slump dengan kuat tekan pada umur beton 7 hari... 54
Gambar 4.5 Hubungan nilai slump dengan kuat tekan pada umur beton 28 hari... 55
Gambar 4.6 Kurva nilai distribusi t dan t’ kuat tekan pada umur 7 hari kadar batu pecah normal dan minimum... 55
Gambar 4.7 Kurva nilai distribusi t dan t’ kuat tekan pada umur 7 hari kadar batu pecah normal dan maksimum... 56
Gambar 4.8 Kurva nilai distribusi t dan t’ kuat tekan pada umur 28 hari kadar batu pecah normal dan minimum... 57
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1 Perkiraan kekuatan tekan beton dengan faktor air semen 0,5 dan
jenis semen dan agregat kasar yang biasa dipakai di indonesia... 62
Lampiran 2 Persyaratan jumlah semen minimum dan faktor air semen maksimum untuk berbagai macam pembetonan dalam lingkungan khusus .... 62
Lampiran 3 Ketentuan untuk beton yang berhubungan dengan air,tanah yang mengandung sulfat ... 64
Lampiran 4 Ketentuan minimum untuk beton bertulang kedap air ... 64
Lampiran 5 Perkiraan kadar air bebas yang dibutuhkan untuk beberapa tingkat kemudahan pengerjaan adukan beton ... 65
Lampiran 6 Hubungan antara kuat tekan dan faktor air semen (silinder). 66
Lampiran 7 Hubungan antara kuat tekan dan faktor air semen (kubus) ... 67
Lampiran 8 Batas gradasi pasir daerah I ... 68
Lampiran 9 Batasgradasi pasir daerah II... 68
Lampiran 10 Batas gradasi pasir daerah III ... 69
Lampiran 11 Batas gradasi pasir daerah IV ... 69
Lampiran 12 Batas gradasi kerikil untuk besar butir maksimum 9,6 mm .. 70
Lampiran 13 Batas gradasi kerikil untuk besar butir maksimum 19 mm ... 70
Lampiran 14 Batas gradasi kerikil untuk besar butir maksimum 38 mm ... 71
Lampiran 16 Persentase jumlah pasir yang dianjurkan untuk daerah susunan
butir NO.1, 2, 3, dan 4... 73
Lampiran 17 Perkiraan berat jenis beton basah yang dimampatkan penuh 73
Lampiran 18 Tabel Distribusi t ... 74
Lampiran 19 Analisis Uji Statistik t Untuk Kadar Batu Pecah Normal Dan Minimum Pada Umur 7 hari ... 75
Lampiran 20 Analisis Uji Statistik t Untuk Kadar Batu Pecah Normal Dan Minimum Pada Umur 28 hari ... 76
Lampiran 21 Analisis Uji Statistik t Untuk Kadar Batu Pecah Normal Dan Maksimum Pada Umur 7 hari ... 78
Lampiran 22 Analisis Uji Statistik t Untuk Kadar Batu Pecah Normal Dan Maksimum Pada Umur 28 hari ... 80
Lampiran 23 Timbangan ... 82
Lampiran 24 Alat timbang sederhana untuk mengukur berat isi batu pecah ... ...82
Lampiran 25 Semen portland... 83
Lampiran 26 Pasir Beton II Galunggung ... 83
Lampiran 27 Batu pecah ... 84
Lampiran 28 Gelas ukur... 84
Lampiran 29 Pengaduk beton / molen ... 85
Lampiran 30 Alat cetak beton... 85
Lampiran 31 Pemadat beton ... 86
Lampiran 32 Alat Slump... 86
Lampiran 1
Perkiraan Kekuatan Tekan (N/mm) Beton Dengan Faktor Air Semen 0.5 Dan Jenis Semen Dan Agregat Kasar Yang Biasa Dipakai Di Indonesia
Kekuatan Tekan (N/mm) Pada Umur (Hari)
Jenis Semen Jenis Agregat Kasar
3 7 28 91
Bentuk Benda Uji Batu tak dipecahkan 17 23 33 40
Batu pecah 19 27 37 45
Silinder Batu tak dipecahkan 20 28 40 48
Semen portland tipe 1 atau semen tahan sulfat tipe II, V
Batu pecah 23 32 45 54
Kubus Batu tak dipecahkan 21 28 38 44
Batu pecah 25 44 44 48
Silinder Batu tak dipecahkan 25 31 46 53
Semen portland tipe III
Batu pecah 30 40 53 60
Kubus
Catatan :
• 1 N/mm² = 1 MN/m² = 1 Mpa
• Kuat tekan silinder = 0.83 kuat tekan kubus (150mm x300mm)(150mmx150mm)
Lampiran 2
PERSYARATAN JUMLAH SEMEN MINIMUM DAN FAKTOR AIR SEMEN MAKSIMUM UNTUK BERBAGAI MACAM PEMBETONAN DALAM
LINGKUNGAN KHUSUS
Jumlah Semen Minimum Per m³ Beton (Kg)
Nilai Faktor Semen Maksimum
275 0.60
Beton didalam ruang bangunan:
a. Keadaan keliling non-korosif b. Keadaan keliling
korosif disebabkan oleh kondensasi atau uap korosif
325 0.60 Beton diluar ruangan
bangunan :
a. Tidak terlindung dari hujan dan terik matahari langsung b. Terlindung dari
hujan dan terik
matahari langsung 275 0.60
325 0.55
Beton yang masuk ke dalam tanah:
a. Mengalami keadaan basah dan kering berganti ganti b. Mendapat pengaruh
sulfat dan alkali dari
tanah Lihat tabel 3
Beton yang kontinu berhubungan:
a. Air tawar b. Air laut
Lampiran 3
KETENTUAN UNTUK BETON YANG BERHUBUNGAN DENGAN AIR, TANAH YANG MENGANDUNG SULFAT
Konsentrasi sulfat dalam bentuk SO3 Dalam tanah
Kandungan semen min kg/m³ Ukuran nominal agregat maksimum
Kadar gang-guan
sulfat Total SO3 (%)
SO3 dalam campuran Air : Tanah = 2 : 1
Sulfat (SO3) dalam air tanah
Tipe semen
40 mm 20 mm 10 mm
Faktor air semen
1 Kuran g dari 0.2
Kurang dari 1.0 Kurang dari 0.3
Tipe I dengan atau tanpa pozolan (15-40%)
80 300 350 0.50
Tipe I dengan atau tanpa pozolan (15-40%)
290 330 380 0.50
Tipe I pozolan (15-40 %) atau semen portland pozolan
270 310 360 0.55 2 0.2-0.5 1.0 – 1.9 0.3 – 1.2
Tipe II atau Tipe V
250 290 340 0.55
Tipe I pozolan (15-40 %) atau semen portland pozolan
340 380 430 0.45 3 0.5 - 1 1.9 – 3.1 1.2 – 2.5
Tipe II atau Tipe V
290 330 380 0.50
4 1.0 -2.0 3.1 - 5.6 2.5 – 5.0 Tipe II atau Tipe V
330 370 420 0.45
5 Lebih dari 2.0
Lebih dari 5.6 Lebih dari 5.0
Tipe II atau Tipe V + lapisan pelindung
330 370 420 0.45
Lampiran 4
KETENTUAN MINIMUM UNTUK BETON BERTULANG KEDAP AIR
Kandungan semen minimum kg/m³
Ukuran nominal maksimum agregat
Jenis beton Kondisi lingkungan berhubungan dengan Faktor air semen maksimum Tipe semen
40 mm 20 mm
Air tawar 0.50 Tipe I - V 280 300
0.45 Tipe I +
pozolan (15 – 40 %) atau semen portland pozolan
340 380 Air payau
0.50 Tipe II atau
tipe V
290 330 Bertulang
atau prategang
Air laut 0.45 Tipe II atau tipe V
Lampiran 5
PERKIRAAN KADAR AIR BEBAS (KG/M³) YANG DIBUTUHKAN UNTUK BEBERAPA TINGKAT KEMUDAHAN PENGERJAAN ADUKAN BETON
S L U M P (mm ) 0 - 10 10 - 30 30 - 60 60 - 100 UKURAN BESAR BUTIR
AGREGAT MAKSIMUM
JENIS AGREGAT
Batu tak dipecahkan 150 180 205 225
10
Batu pecah 180 205 230 250
Batu tak dipecahkan 135 160 180 195
20
Batu pecah 170 190 210 225
Batu tak dipecahkan 115 140 160 175
30
Batu pecah 155 175 190 205
Catatan: 1. Koreksi suhu:
Untuk suhu diatas 20 º C , setiap kenaikan 5º C harus ditambahkan 5 liter per m³ adukan beton.
2. Kondisi permukaan :
Daerah I
0
5
15
30
60
90
100
10
20
34
70
95
100 100
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
0,15
0,3
0,6
1,2
2,4
4,8
10
Ukuran Saringan (mm)
P e rs e n B u tir L o lo s (% )
Lampiran 8. Batas Gradasi Pasir
Daerah II
0
8
35
55
75
90
100
10
30
59
90
100
100 100
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
0,15 0,3 0,6 1,2 2,4 4,8 10
Ukuran Saringan (mm)
P e rs e n B u tir L o lo s (% )
Daerah III
0
12
60
75
85
90
100
10
40
79
100
100
100 100
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
0,15 0,3 0,6 1,2 2,4 4,8 10
Ukuran Saringan (mm)
Pe rs e n Bu tir L o lo ( % )
Lampiran 10 Batas Gradasi Pasir
Daerah IV
0
15
80
90
95
95
100
15
60
100
100
100
100 100
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
0,15 0,3 0,6 1,2 2,4 4,8 10
Ukuran Saringan (mm)
P er s en B u tir Lol os ( % )
GRADASI CAMPURAN
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
0,15 0,3 0,6 1,2 2,4 4,8 9,6 19 38
Ukuran Saringan (mm)
P
e
rs
e
n
L
o
lo
s
(%
)
Lampiran 12 Batas Gradasi Kerikil Untuk Besar Butir Maksimum 9,6 mm
GRADASI CAMPURAN
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
0,15 0,3 0,6 1,2 2,4 4,8 9,6 19 38
Ukuran Saringan (mm)
P
e
rs
e
n
L
o
lo
s
(%
)
GRADASI CAMPURAN
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
0,15 0,3 0,6 1,2 2,4 4,8 9,6 19 38
Ukuran Saringan (mm)
P
e
rs
e
n
L
o
lo
s
(%
)
Lampiran 16. Persentase Jumlah Pasir Yang Dianjurkan Untuk Daerah Susunan Butir No. 1, 2, 3, Dan 4.
Lampiran 18 Tabel Distribusi t
Proporsi dalam satu ekor (one tail test)
0,25 0,10 0,05 0,025 0,01 0,005
Proporsi dalam dua ekor (two tail test)
df 0,5 0,20 0,10 0,05 0,02 0,01
1 1,000 3,078 6,314 12,706 31,812 63,657
2 0,816 1,886 2,920 4,303 6,965 9,925
3 0,765 1,638 2,353 3,182 4,541 5,841
4 0,741 1,533 2,132 2,776 3,747 4,604
5 0,727 1,473 2,015 2,571 3,365 4,032
6 0,718 1,440 1,943 2,447 3,143 3,707
7 0,711 1,415 1,895 2,365 2,998 3,499
8 0,706 1,397 1,860 2,306 2,896 3,355
9 0,703 1,383 1,833 2,262 2,821 3,25
10 0,700 1,372 1,812 2,228 2,764 3,169
11 0,697 1,363 1,796 2,201 2,718 3,106
12 0,695 1,356 1,782 2,179 2,781 3,055
13 0,694 1,350 1,771 2,160 2,650 3,012
14 0,692 1,345 1,761 2,145 2,624 2,977
15 0,691 1,341 1,753 2,131 2,602 2,947
16 0,690 1,337 1,746 2,120 2,583 2,921
17 0,689 1,333 1,740 2,110 2,567 2,898
18 0,688 1,330 1,734 2,101 2,552 2,878
19 0,688 1,328 1,729 2,093 2,539 2,861
20 0,687 1,325 1,725 2,086 2,528 2,845
21 0,686 1,323 1,712 2,080 2,518 2,831
22 0,686 1,321 1,717 2,074 2,508 2,819
23 0,685 1,319 1,714 2,069 2,500 2,807
24 0,685 1,318 1,711 2,064 2,492 2,797
25 0,684 1,316 1,708 2,060 2,485 2,787
26 0,684 1,315 1,706 2,056 2,479 2,779
27 0,684 1,314 1,703 2,052 2,473 2,771
28 0,683 1,313 1,701 2,048 2,467 2,763
29 0,683 1,311 1,699 2,045 2,462 2,756
30 0,683 1,310 1,697 2,042 2,457 2,750
40 0,681 1,303 1,684 2,021 2,423 2,704
60 0,679 1,296 1,671 2,000 2,390 2,660
120 0,677 1,289 1,658 1,980 2,358 2,617
Lampiran 19.
Analisis Statistik uji t untuk kadar batu pecah normal dan minimum pada umur beton 7 hari
Batu pecah normal Batu pecah minimum
B
X XB XB −XB
(
XB −XB)
2251 248 3 9
252 248 4 16 241 248 -7 49
247 3 741 3 = = ∑ = = n X X n A A 248 3 744 3 = = ∑ = = n X X n B B
•Penyusunan hipotesis matematis:
0 :
0 A− B =
H μ μ , artinya perbedaan angka kuat tekan beton K-225 normal dengan kuat tekan beton K-225 dengan kadar batu pecah minimum tidak signifikan.
0 :
1 A− B ≠
H μ μ ,. artinya perbedaan angka kuat tekan beton K-225 normal dengan kuat tekan beton K-225 dengan kadar batu pecah minimum signifikan.
• Standard error dan nilai t sebagai berikut:
2
) (
)
( 2 2
2 − ++Σ − − Σ = B A B B A A n n X X X X p S 275 2 3 3 74 1026 2 = − + + = p S B p A p B X A X n S n S S 2 2 + = − = ∑
744 ∑=0 ∑=74
A
X XA XA −XA
(
XA −XA)
2 268 247 21 441250 247 3 9
223 247 -24 576
= ∑
741 ∑=0
= ∑
540 , 13 3 275 3 275 = + =
−XB A X S
(
)
(
)
B X A X B A B A S X X t − − − − = μ μ(
) ( )
07385 , 0 540 , 13 0 248 247 − = − − = tDari tabel distribusi t pada lampiran 18, didapat:
776 , 2 4 2 3 3 2 05 , 0 = ⎪⎭ ⎪ ⎬ ⎫ = − + = − + = = tabel B
A n t
n df
α
, dengan daerah penerimaan 2 arah.
Ini berarti daerah penerimaan adalah H0 diantara -2,776 dan +2,776.
ditolak H
dan diterima
H0 1
tabel tabel t t t
- < < → ; angka kuat tekan beton K-225
normal dengan kuat tekan beton K-225 dengan kadar batu pecah minimum mengalami perbedaan yang tidak signifikan.
Lampiran 20.
Analisis Statistik uji t untuk kadar batu pecah normal dan minimum pada umur beton 28 hari
Batu pecah normal Batu pecah minimum
A
X XA XA −XA
(
XA −XA)
2 311 326,33 -15,33 235,009 313 326,33 -13,33 177,689 355 326,33 28,66 821,395= ∑
979 ∑=0
= ∑
1234,093
B
X XB XB −XB
(
XB −XB)
2 338 325,67 12,33 152,029 329 325,67 3,33 11,089 310 325,67 -15,66 245,235= ∑
33 , 326 3 979 3 = = ∑ = = n X X n A A 67 , 325 3 977 3 = = ∑ = = n X X n B B
•Penyusunan hipotesis matematis:
0 :
0 A− B =
H μ μ , artinya perbedaan angka kuat tekan beton K-225 normal dengan kuat tekan beton K-225 dengan kadar batu pecah minimum tidak signifikan.
0 :
1 A− B ≠
H μ μ ,. artinya perbedaan angka kuat tekan beton K-225 normal dengan kuat tekan beton K-225 dengan kadar batu pecah minimum signifikan.
• Standard error dan nilai t sebagai berikut:
2
) (
)
( 2 2
2 − ++Σ − − Σ = B A B B A A n n X X X X p S 612 , 410 2 3 3 353 , 408 093 , 1234 2 = − + + = p S B p A p B X A X n S n S S 2 2 + = − 545 , 16 3 612 , 410 3 612 , 410 = + =
Dari tabel distribusi t pada lampiran 18, didapat: 776 , 2 4 2 3 3 2 05 , 0 = ⎪⎭ ⎪ ⎬ ⎫ = − + = − + = = tabel B
A n t
n df
α
, dengan daerah penerimaan 2 arah.
Ini berarti daerah penerimaan adalah H0 diantara -2,776 dan +2,776.
ditolak H
dan diterima
H0 1
tabel tabel t t t
- < < → ; angka kuat tekan beton K-225
normal dengan kuat tekan beton K-225 dengan kadar batu pecah minimum mengalami perbedaan yang tidak signifikan.
Lampiran 21.
Analisis Statistik uji t untuk kadar batu pecah normal dan maksimum pada umur beton 7 hari
Batu pecah normal Batu pecah maksimum
B
X XB XB −XB
(
)
2 BB X
X − 313 266,67 46,33 2146,469 243 266,67 -23,67 560,269 244 266,67 -22,66 513,476
247 3 741 3 = = ∑ = = n X X n A
A 266,67
3 800 3 = = ∑ = = n X X n B B
• Penyusunan hipotesis matematis:
0 :
0 A− B =
H μ μ , artinya perbedaan angka kuat tekan beton K-225 normal dengan kuat tekan beton K-225 dengan kadar batu pecah maksimum tidak signifikan.
= ∑
800 ∑=0 ∑=3220,214
A
X XA XA −XA
(
XA −XA)
2 268 247 21 441250 247 3 9
223 247 -24 576
= ∑
741 ∑=0
= ∑
0 :
1 A− B ≠
H μ μ ,. artinya perbedaan angka kuat tekan beton K-225 normal dengan kuat tekan beton K-225 dengan kadar batu pecah maksimum signifikan.
• Standard error dan nilai t sebagai berikut:
2
) (
)
( 2 2
2 − ++Σ − − Σ = B A B B A A n n X X X X p S 554 , 1061 2 3 3 214 , 3220 1026 2 = − + + = p S B p A p B X A X n S n S S 2 2 + = − 603 , 26 3 554 , 1061 3 554 , 1061 = + =
−XB A X S
(
)
(
)
B X A X B A B A S X X t − − − − = μ μ(
) ( )
73939 , 0 603 . 26 0 67 , 266 247 − = − − = tDari tabel distribusi t pada lampiran 18, didapat:
776 , 2 4 2 3 3 2 05 , 0 = ⎪⎭ ⎪ ⎬ ⎫ = − + = − + = = tabel B
A n t
n df
α
, dengan daerah penerimaan 2 arah.
Ini berarti daerah penerimaan adalah H0 diantara -2,776 dan +2,776.
ditolak H
dan diterima
H0 1
tabel tabel t t t
- < < → ; angka kuat tekan beton K-225
Lampiran 22.
Analisis Statistik uji t untuk kadar batu pecah normal dan maksimum pada umur beton 28 hari
Batu pecah normal Batu pecah maksimum
B
X XB XB −XB
(
XB −XB)
2 331 327 4 16329 327 2 4
321 327 -6 36
33 , 326 3 979 3 = = ∑ = = n X X n A A 327 3 981 3 = = ∑ = = n X X n B B
•Penyusunan hipotesis matematis:
0 :
0 A− B =
H μ μ , artinya perbedaan angka kuat tekan beton K-225 normal dengan kuat tekan beton K-225 dengan kadar batu pecah maksimum tidak signifikan.
0 :
1 A− B ≠
H μ μ ,. artinya perbedaan angka kuat tekan beton K-225 normal dengan kuat tekan beton K-225 dengan kadar batu pecah maksimum signifikan.
• Standard error dan nilai t sebagai berikut:
2
) (
)
( 2 2
2 − ++Σ − − Σ = B A B B A A n n X X X X p S 523 , 322 2 3 3 56 093 , 1234 2 = − + + = p S B p A p B X A X n S n S S 2 2 + = − = ∑
981 ∑=0 ∑=56
A
X XA XA −XA
(
XA −XA)
2 311 326,33 -15,33 235,009 313 326,33 -13,33 177,689 355 326,33 28,66 821,395= ∑
979 ∑=0
= ∑
663 , 14 3 523 , 322 3 523 , 322 = + =
−XB A X S
(
)
(
)
B X A X B A B A S X X t − − − − = μ μ(
) ( )
04569 , 0 663 , 14 0 327 33 , 326 − = − − = tDari tabel distribusi t pada lampiran 18, didapat:
776 , 2 4 2 3 3 2 05 , 0 = ⎪⎭ ⎪ ⎬ ⎫ = − + = − + = = tabel B
A n t
n df
α
, dengan daerah penerimaan 2 arah.
Ini berarti daerah penerimaan adalah H0 diantara -2,776 dan +2,776.
ditolak H
dan diterima
H0 1
tabel tabel t t t
- < < → ; angka kuat tekan beton K-225
Lampiran 23. Timbangan
Lampiran 25. Semen Portland
Lampiran 27. Batu pecah
Lampiran 29. Pengaduk beton/ molen
Lampiran 31. Pemadat beton
Lampiran 33. Situasi pengukuran nilai slump
Lampiran 35. Alat uji kuat tekan beton
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
terhadap beton, dimana diharapkan akan dihasilkan beton dengan campuran yang lebih ekonomis dan kekuatan yang baik.
1.2 Maksud dan Tujuan Penelitian.
Maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari pengaruh persentase batu pecah terhadap harga satuan campuran beton
1.3 Ruang Lingkup Pembahasaan
Dalam Tugas Akhir ini, untuk materi yang dijadikan dasar percobaan pada penulisan dibatasi dengan hal-hal sebagai berikut :
• Campuran beton mempergunakan perbandingan berat sesuai dengan SK SNI T -15-1990-03.
• Mutu beton yang akan diuji adalah K-225, dengan persentase batu pecah Minimum, standar, dan maksimum, sesuai dengan SK SNI T -15-1990-03. • Dengan jumlah benda uji untuk masing-masing persentase batu pecah
adalah 3 buah.
• Uji kuat tekan dilakukan pada umur 7 hari dan 28 hari.
• Benda uji berbentuk kubus dengan ukuran 150 mm x 150 mm x 150 mm. • Agregat halus yang digunakan adalan pasir beton I Galunggung.
• Agregat kasar yang digunakan adalah split dengan ukuran 10 mm sampai dengan 20 mm.
• Semen yang digunakan adalah semen portland type 1 dengan merk tiga roda.
• Penelitian dilakukan di Laboratorium beton B4T.
1.4 Sistematika Penulisan
Agar penulisan tugas akhir ini menjadi lebih sistematis dan terarah, maka penulisan akan dibagi menjadi beberapa bab.
Bab1 Pendahuluan, akan membahas segala aspek yang berhubungan dengan isi Tugas Akhir ini. Meskipun diuraikan secara singkat, diharapkan dengan membaca bab ini pembaca dapat mengerti latar belakang permasalahan, maksud dan tujuan serta ruang lingkup pembahasan dari Tugas akhir ini.
Bab2 Tinjauan Pustaka, Akan membahas teori-teori yang bersangkutan dengan isi dari Tugas Akhir ini.
Bab 3 Pelaksanaan Penelitian, akan menguraikan mengenai pemeriksaan bahan-bahan penyusun beton, perencanaan campuran beton, pembuatan dan perawatan benda uji, pengujian slump, dan uji kuat tekan.
Bab 4 Penyajian Data dan Analisis Hasil Percobaan, pada bab ini akan disajikan analisa hasil penelitian menggunakan metoda “t” dan analisa biaya satuan beton per m³.
Bab 5 Kesimpulan dan Saran, merupakan bab terakhir dari Tugas Akhir ini yang isinya mengenai kesimpulan dan saran .
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Penambahan kadar batu pecah sebesar 4,5 % menyebabkan kenaikan harga sebesar Rp. 673. Hal ini hampir tidak memperbesar kuat tekan beton.
3. Penambahan kadar batu pecah sebesar 4,5 % menyebabkan penurunan nilai slump sebesar 20 mm.
4. Pengurangan kadar batu pecah sebesar 4,5 % menyebabkan penurunan nilai slump sebesar 25 mm.
5. Berdasarkan garfik distribusi t tidak terjadi perubahan yang signifikan terhadap kuat tekan beton.
5.1 Saran
1. Untuk mendapatkan kuat tekan yang baik, serta harga yang lebih murah menggunakan beton dengan mutu K-225. Pada saat merencanakan campuran dengan menggunakan SK SNI T-15-1990-03 pilihlah campuran dengan kadar batu pecah normal.
2. Untuk merencanakan campuran beton dengan mutu K-225, agar memiliki tingkat kemudahan pengerjaan paling baik, rencanakanlah campuran dengan kadar batu pecah normal.
DAFTAR PUSTAKA
1. Daniel (2006), Studi Tingkat Pelayanan Akses Jalan Tol Pasteur Akibat
Dibukanya Jalan Tol Cipularang Menggunakan ushcm 2000, Jurusan
Teknik Sipil Universitas Kristen Maranatha, Bandung
2. Mulyono, Tri. Ir,.M.T (2003), Teknologi Beton, Penerbit Andi, Yogyakarta.
3. Murdock, L J & Brook, K M (1999), Bahan Dan Praktek Beton, Jilid-2, Edisi Keempat, Penerbit Erlangga, Jakarta.
4. Tanama, Yohanes (2006), Studi Literatur Prosedur Pelaksanaan Dan
Perhitungan Biaya Untuk Pekerjaan Floor Hardener, Jurusan Teknik
Sipil Universitas Kristen Maranatha, Bandung
5. Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal (1991), SK