i DAFTAR ISI
Halaman I. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ………. 1.2. Tujuan dan Sasaran……….……… 1.3. Luaran……….. 1.4. Hasil yang Diharapkan ………..………. 1.4. Perkiraan Manfaat dan Dampak ……….
1 3 4 4 4 II. PROSEDUR …...………...……… 5
2.1. Ruang Lingkup Pengkajian ……… 5
III. HASIL DAN PEMBAHASAN ……… 15
3.1. Penetapan Liaison Officer (LO) pada setiap Kabupaten
Pendampingan SL-PTT …………..………... 3.2. Koordinasi dengan Pemda dan BPTP ………... 3.3. Sebaran Lokasi SL-PTT ... ...……….. 3.4. Pelaksanaan Demplot ... 15 16 16 20 DAFTAR PUSTAKA ..……… 22
ii DAFTAR TABEL
Halaman 1 Rencana Pelaksanaan Pelatihan PTT... 13 2 Personal Liaison Officer BPTP Riau ... 15 3 Kegiatan SL-PTT padi yang didukung oleh Bantuan Langsung Benih
Unggul (BLBU) di Provinsi Riau Tahun 2012 ... 17 4 Kegiatan SLPTT jagung dan kedelai yang didukung oleh Bantuan
Langsung Benih Unggul (BLBU) di Provinsi Riau Tahun 2012 ... 18 5 Lokasi Pendampingan SL-PTT oleh berupa display varietas padi
BPTP Riau ...
19
6 Lokasi Pendampingan SL-PTT oleh berupa display varietas jagung dan kedelai BPTP Riau ...
iii DAFTAR GAMBAR
Halaman 1 Simpul Koordinasi ………... 5 2 Varietas inpara 3 dan inpari 10 umur 30 hari di Kab. Kuantan
Singingi ………..… 21 3 Display padi saat kemarau ... 21
4 Sistem Jajar Legowo 4 : 1 ……….…..… 21
1 I. PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Upaya peningkatan produksi padi dan jagung difokuskan pada penerapan Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) yang telah dimulai pada tahun 2008 dan telah berhasil menjadi salah satu pemicu dalam peningkatan produksi padi, jagung dan kedelai. Rata peningkatan produksi padi 2008 – 2011 sebesar 2,78% sementara jagung sebesar 2,00% (Anonim, 2012a) sedangkan untuk kedelai produksinya baru mencapai 41,22% dari rata-rata kebutuhan kedelai setiap tahunnya (Anonim, 2012b). Pada tahun 2012 kegiatan akan dilanjutkan pada lahan seluas 3.500.000 Ha untuk padi non hibrida, padi hibrida, dan padi gogo, serta areal jagung seluas 200.000 Ha. Sedangkan untuk kedelai luas tanam 1.312.000 Ha.
Fokus kegiatan pendampingan produktivitas tanaman pangan tahun 2012 dilaksanakan melalui pendekatan kegiatan SL-PTT yang berfungsi sebagai pusat belajar pengambilan keputusan para petani/kelompoktani, sekaligus tempat tukar menukar informasi dan pengalaman lapangan, pembinaan menajemen kelompok serta sebagai percontohan bagi kawasan lainnya.
Untuk menunjang peningkatan produksi padi, jagung dan kedelai secara berkelanjutan maka SL-PTT diharapkan menjadi ajang bagi petani dalam mengaplikasikan berbagai teknologi usahatani melalui penggunaan input yang efisien menurut spesifik lokasi. Khusus pelaksanaan SL-PTT padi selain mengikuti pola sudah diterapkan selama ini berupa 1 Ha (LL) mendapat dukungan faktor produksi lengkap, maka dalam rangka meningkatkan kualitas SL-PTT tahun 2012 sebagian areal SL-PTT akan mendapat dukungan faktor produksi lengkap pada lokasi-lokasi yang memiliki potensi untuk peningkatan produktivitas dan atau peningkatan Indeks Pertanaman (IP).
Produksi padi Provinsi Riau sebanyak 490.087 ton GKG setara 283.790 ton/tahun beras, sedangkan kebutuhan beras 555.740 ton/tahun pada tahun 2010. Jadi, Riau masih kekurangan 271.950 ton/tahun. Selain itu, produksi komoditas tanaman pangan lainnya seperti jagung dan kedelai masih belum mampu
2 memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri, bahkan impor padi, kedelai dan jagung setiap tahunnya tercatat sekitar 1,1 juta ton (BPS,2009). Dari kondisi tersebut mengisyaratkan bahwa pengadaan pangan masih belum optimal. Untuk mengatasi persoalan pengembangan usahatani tanaman pangan ketersediaan benih unggul merupakan faktor utama dalam pengembangan dan peningkatan kualitas komoditas tersebut.
Masih kuatnya ketergantungan pangan dari daerah lain bahkan dari luar negeri mendorong pemerintah daerah untuk menggalakkan pembangunan sektor pangan. Pembangunan pertanian di Provinsi Riau khususnya bidang tanaman pangan mulai memasuki fase penting dalam kontribusinya terhadap ketersediaan pangan daerah seiring dengan digulirkannya Operasi Pangan Riau Makmur (OPRM) 2009-2013.
Peningkatan luas tanam harus didukung dengan teknologi sehingga target produksi dapat dicapai. Pada umumnya teknologi yang diterapkan petani dalam budidaya tanaman pangan seperti ; padi, jagung dan kedelai di Provinsi Riau belum cukup maju. Hingga saat ini adopsi varietas komoditi tanaman pangan masih didominasi oleh beberapa varietas saja yang pada umumnya varietas lokal. Padahal diversitas varietas paling tidak mempunyai dua keuntungan yaitu: (a) memberikan pilihan yang lebih banyak kepada petani terhadap varietas yang sesuai dengan keinginannya, dan (b) menurunkan tekanan seleksi karena tidak ada varietas yang terlalu dominan sehingga percepatan perubahan biotipe serangga atau strain patogen dapat diperlambat.
Menyadari masih terbatasnya pengetahuan dan keterampilan petani akibat kurangnya akses terhadap inovasi teknologi di Provinsi Riau maka sangat dibutuhkan pendampingan oleh para petugas terutama peneliti dan penyuluh pertanian. Pendampingan dimaksudkan agar proses belajar petani dalam mengidentifikasi permasalahan dan pencarian solusi atas permasalahan yang timbul di lapangan benar-benar terarah, efektif waktu pencapaiannya , dan efisien sumber-sumber ekonomi yang digunakan.
Pada tahun 2012 kegiatan pendampingan SLPTT (padi, jagung dan kedelai) BPTP Riau adalah ; (1) display varietas unggul baru (VUB) padi 1- 2 ha, jagung dan kedelai masing-masing 0,5 ha setiap Lokasi yang didampingi.; (2)
3 perbanyakan dan distribusi bahan materi diseminasi (3) mengadakan pelatihan bagi petugas pendamping dan petani ; ( 4) melaksanakan PRA pada 11 kabupaten/ kota pendampingan SLPTT. Target peningkatan hasil melalui pendekatan SL-PTT adalah peningkatan produktifitas padi 3,3 ton/ha GKG menjadi 5,5 ton/ha GKG; kedelai dari 1,2 ton /ha menjadi 1,7 ton/ha dan jagung dari 3 ton /ha pipilan kering menjadi 5 ton/ha pipilan kering.
1.2.Tujuan dan Sasaran
Tujuan pendampingan SL-PTT di Provinsi Riau adalah :
(1) Menyediakan acuan bagi pelaksanaan SL-PTT padi, jagung dan kedelai untuk mendukung kegiatan peningkatan produksi tahun 2012 di provinsi dan kabupaten/kota
(2) Meningkatkan koordinasi dan keterpaduan pelaksanaan peningkatan produksi melalui kegiatan SL-PTT padi, jagung dan kedelai antara pusat, provinsi dan kabupaten/kota
(3) Mempercepat penerapan komponen teknologi PTT padi, jagung dan kedelai oleh petani sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam mengelola usahataninya untuk mendukung peningkatan produksi nasional
(4) Mendapatkan 1-2 VUB padi sawah yang prospektif maupun di Provinsi Riau.
Sasaran yang ingin dicapai adalah
(1) Tersedianya acuan bagi pelaksanaan SL-PTT padi, jagung dan kedelai untuk mendukung kegiatan peningkatan produksi tahun 2012 di provinsi dan kabupaten/kota
(2) Terkoordinasi dan terpadunya pelaksanaan peningkatan produksi melalui kegiatan SL-PTT padi, jagung dan kedelai antara pusat, provinsi dan kabupaten/kota
(3) Teradopsinya berbagai alternatif pilihan komponen teknologi PTT padi, jagung dan kedelai oleh petani sehingga dapat meningkatkan pengetahuan
4 dan keterampilan dalam mengelola usahataninya untuk mendukung peningkatan produksi nasional
(4) Didapatkan 1-2 VUB padi sawah yang prospektif maupun di Provinsi Riau.
1.3. Luaran
(1) Acuan pelaksanaan pelaksanaan SL-PTT padi, jagung dan kedelai percepatan alih teknologi berupa materi pelatihan, petunjuk teknis, leaflet dan poster.
(2) Meningkatnya adopsi inovasi teknologi pada lokasi SL-PTT melalui apresiasi, demplot, pelatihan, dan bimbingan penerapan SL-PTT.
(3) Satu hingga dua VUB padi sawah yang prospektif maupun adaptif di Provinsi Riau
1.4. Hasil yang Diharapkan
Hasil yang diharapkan dari kegiatan pendampingan ini adalah:
(1) SL-PTT terimplementasi sesuai petunjuk dan kaidah PTT peningkatan produksi padi, jagung dan kedelai.
(2) Produktivitas dan kesejahteraan petani meningkat.
1.5. Perkiraan Manfaat dan Dampak
Pemahaman petani tentang SL-PTT meningkat, produktivitas padi juga meningkat sehingga kekurangan beras menurun dari 53% menjadi 45% khususnya di Provinsi Riau.
5 II. PROSEDUR
2.1. Ruang Lingkup Pengkajian
Penetapan Liaison Officer (LO) pada seiap Kabupaten Pendampingan SL-PTT
Untuk mendampingi kegiatan SL-PTT, BPTP telah membentuk Liaison Officer (LO) di masing-masing kabupaten. Selain mendampingi kegiatan SLPTT di wilayah Kabupaten, Liaison Officer (LO), juga bertindak sebagai nara sumber pada pelatihan PL3 dan kegiatan yang berkaitan dengan penerapan inovasi teknologi diwilayah kerjanya.
BPTP (KA. BPTP) TIPK Koordinator Umum LO Indragiri Hilir LO Bengkalis LO Rokan Hulu LO Rokan Hilir LO Siak PL PL PL PL PL PL Staf BPTP Peneliti/penyuluh Staf non BPTP Penyuluh POPT Relawansarjana DINAS TANAMAN PANGAN PROVINSI RIAU, BAKORLUH DINAS KABUPATEN, BAPELUH LO Kampar LO Indragiri Hulu LO Pelalawan LO Kuantan Singingi PL PL PL LO Dumai PL PL LO Kep.Meranti
6 Koordinasi dengan PEMDA Kabupaten
Di Provinsi Riau, SLPTT dilaksanakan di 11 kabupaten yaitu: Kampar Indragiri Hilir, Indragiri Hulu, Bengkalis, Rokan Hulu, Pelalawan, Rokan Hilir, Siak, dan Kuantan Singingi, Kepulauan Meranti dan Dumai. Komoditas yang dikelola dalam SLPTT yang benihnya dari Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) adalah padi, jagung hibrida, dan kedelai.
Penentuan Calon Lokasi dan Calon Petani
Penetapan lokasi di tingkat Kabupaten berdasarkan atas potensi, kemampuan dan sasaran pengembangan produksi padi, jagung, dan kedelai di masing-masing kabupaten pelaksana. Lokasi pelaksanaan SL-PTT padi, jagung dan kedelai, prioritas luasan area memenuhi syarat, daerah mempunyai potensi masih dapat ditingkatkan produktivitasnya dan petaninya responsif terhadap teknologi.
Penentuan calon petani/kelompoktani dipilih yaitu petani yang aktif yang memiliki lahan ataupun penggarap/penyewa dan mau menerima teknologi baru serta bersedia mengikuti seluruh rangkaian kegiatan SL-PTT. Selain itu kelompoktani/petani bertempat tinggal dalam satu wilayah yang berdekatan dan diusulkan oleh Kepala Desa dan atau penyuluh.
Menggali Potensi dan Permasalahan di Kabupaten
Potensi dan permasalahan yang dihadapi dalam usahatani padi diperoleh dari dinas pertanian di setiap kabupaten melalui diskusi dengan kepala dinas atau kepala bidang pada saat koordinasi. Selain itu, potensi dan permasalahan di kabupaten dipelajari melalui pustaka atau laporan-laporan dinas.
Awal penerapan PTT padi sawah adalah melalui Pemahaman Masalah dan Peluang (PMP) sumber daya setempat dengan tujuan:
1. Mengumpulkan informasi dan menganalisis masalah, kendala, dan peluang usahatani padi sawah
7 3. Mengidentifikasi teknologi yang sesuai dengan kebutuhan petani di
wilayah setempat Tahapan Pelaksanaan
1. Tentukan prioritas masalah secara bersama oleh anggota kelompok tani. Kumpulkan, kelompokkan, dan carikan alternatif pemecahan permasalahan setiap petani oleh semua peserta PMP.
2. Analisis kebutuhan dan peluang introduksi teknologi atas dasar permasalahan tersebut.
Pelaksanakan Demplot
Demplot varietas unggul baru (VUB) dilaksanakan di sebelas kabupaten pada areal SL-PTT seluas masing-masing 1- 2 ha untuk padi dan 0,5 untuk jagung dan kedelai
Bantuan benih
(1) Bantuan benih yang diberikan kepada petani pelaksana SL-PTT areal 1 (satu) Ha yaitu benih padi 25 kg/Ha. Bantuan benih berasal dari BLBU, Cadangan Benih Nasional (CBN) dan atau sumber lainnya
(2) Spesifikasi Teknis
a. Benih padi, jagung dan kedelai harus mempunyai spesifikasi teknis, sebagai berikut :
Benih padi
- Benih unggul bersertifikat
- Varietas unggul yang dapat beradaptasi dengan baik di lokasi SL-PTT dengan potensi hasil minimal 6 ton/ha, tahan/toleran terhadap organisme pengganggu tanaman (OPT) utama (wereng coklat, dan hawar daun bakteri)
- Masa berlaku label belum habis (minimal 30 hari saat diterima kelompoktani/petani) dengan daya tumbuh minimal 80%, kadar air maksimal 13%, kotoran benih maksimal 2%.
Benih jagung hibrida
8 - Varietas unggul yang dapat beradaptasi dengan baik di lokasi
SL-PTT dengan potensi hasil minimal 10 ton/ha,tahan /toleran terhadap OPT utama (bulai dan hawar daun)
- Masa berlaku label belum habis (minimal 30 hari saat diterima kelompoktani/petani) dengan daya tumbuh minimal 80%, kadar air maksimal 13%, kotoran benih maksimal 2%.
Benih kedelai
- Benih unggul bersertifikat
- Varietas unggul yang dapat beradaptasi dengan baik di lokasi SL-PTT
- Masa berlaku label belum habis (minimal 30 hari saat diterima kelompoktani/petani) dengan daya tumbuh minimal 80%, dan homogen
Melakukan Bimbingan Penerapan PTT
Bimbingan penerapan PTT dilakukan oleh peneliti bersama-sama dengan penyuluh pendamping lapangan (PL). Proses pembimbingan diawali dengan penyampaian materi PTT sehingga petani memahami prinsip dasar PTT dan selanjutnya memahami komponen teknologi yang akan diperagakan untuk memecahkan permasalahan usahatani petani.
Prinsip Utama Penerapan PTT Padi Sawah:
1. Terpadu : Sumber daya tanaman, tanah, dan air dikelola dengan baik secara terpadu.
2. Sinergis : Pemanfaatan teknologi terbaik, memperhatikan keterkaitan antar-komponen teknologi yang saling mendukung.
3. Spesifik Lokasi : Memperhatikan kesesuaian teknologi dengan lingkungan fisik, sosial-budaya, dan ekonomi petani setempat.
4. Partisipatif : Petani berperan aktif memilih dan menguji teknologi yang sesuai dengan kondisi setempat, dan meningkatkan kemampuan melalui proses pembelajaran di Laboratorium Lapangan.
Komponen Penciri Teknologi PTT
1. Varietas unggul baru spesifik lokasi 2. Benih bermutu dan berlabel
9 3. Pemberian bahan organik
4. Pengaturan populasi tanaman optimum
5. Pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah 6. Pengendalian OPT dengan pendekatan PHT
Untuk menerapkan komponen teknologi dasar dan pilihan PTT, bergantung kondisi daerah setempat, komponen teknologi pilihan dapat digunakan sebagai komponen teknologi dasar, dan sebaliknya.
Dasar :
1) Varietas unggul baru 2) Benih bermutu dan berlabel
3) Pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah 4) Pengendalian hama penyakit dengan pendekatan PHT
5) Pemberian bahan organik Pilihan
1) Pengolahan tanah sesuai musim dan pola tanam 2) Penanaman bibit muda (<21 hari)
3) Tanam bibit 1-3 batang per rumpun 4) Sistem tanam jajar legowo
5) Pengairan berselang
6) Penyiangan dengan landak atau gasrok 7) Panen tepat waktu, gabah segera dirontok
Komponen Teknologi Dasar 1. Varietas unggul baru (VUB)
VUB berdaya hasil tinggi, tahan terhadap hama penyakit dan deraan lingkungan setempat atau memiliki sifat khusus tertentu.
Pilihlah varietas berdasarkan ketahanan terhadap organisme pengganggu tanaman (OPT), rasa nasi, dan permintaan pasar
Gunakan varietas anjuran yang memberikan peluang lebih besar untuk mencapai hasil yang lebih tinggi
Hindari penanaman varietas yang sama secara terus-menerus di satu lokasi untuk mengurangi serangan hama dan penyakit.
10 2. Benih bermutu dan berlabel
Benih bermutu adalah benih dengan tingkat kemurnian dan daya tumbuh yang tinggi, dan berlabel.
Ujilah mutu benih padi inbrida dengan teknik pengapungan Ujilah mutu benih padi hibrida dengan uji daya kecambah
3. Pupuklah tanaman bredasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah Berikan pupuk berbeda antar-lokasi, musim tanam, dan varietas yang
digunakan.
Gunakan pupuk spesifik lokasi untuk meningkatkan hasil dan menghemat pupuk.
Acuan rekomendasi pemupukan N, P, dan K didasarkan pada salah satu teknik berikut:
BWD (bagan warna daun) untuk N dan PUTS (perangkat uji tanah sawah) untuk P dan K
Uji petak omisi (minus 1 unsur) untuk N, P dan K
BWD untuk N dan peta status hara P dan K skala 1:50000 PuPS (pemupukan padi sawah) spesifik lokasi
Permentan No 40/2007 tentang pemupukan spesifik lokasi
4. Pengendalian hama penyakit dengan pendekatan PHT
Identifikasi jenis dan populasi hama serta infestasi penyakit oleh petani dan atau pengamat OPT di lapangan.
Tentukan tingkat kerusakan tanaman menurut kerugian ekonomi atau ambang tindakan. Ambang tindakan identik dengan ambang ekonomi, yang sering digunakan sebagai dasar teknik pengendalian.
Taktik dan teknik pengendalian – Usahakan tanaman selalu sehat – Gunakan pengendalian hayati – Gunakan varietas tahan
– Kendalikan secara fisik dan mekanis – Gunakan senyawa semi-kimia (feromon) – Gunakan pestisida kimia
11 Hama utama: tikus sawah, wereng coklat, penggerek batang padi, dan
keong mas.
Penyakit utama: tungro dan hawar daun bakteri
5. Berikan pupuk organik
Pupuk organik terdiri atas bahan organik sisa tanaman, kotoran hewan, pupuk hijau dan kompos (humus), yang telah mengalami proses pelapukan, berbentuk padat atau cair.
Persyaratan teknis pupuk organik mengacu kepada Permentan No 02/2006, kecuali diproduksi untuk keperluan sendiri
Komponen Teknologi Pilihan
1. Lakukan pengolahan tanah sesuai musim dan pola tanam.
Benamkan tunggul jerami, gulma, dan bahan organik yang telah dikomposkan ke dalam tanah, bersamaan dengan pengolahan tanah pertama, tanah dipertahankan pada kondisi jenuh air untuk mempercepat proses pelapukan
Perbaiki dan pelihara galengan (pematang sawah)
Usahakan permukaan lahan rata, dapat dilihat dari ada tidaknya genangan air atau bagian yang kekeringan setelah proses pengolahan tanah
Kalau tanah tidak diolah sempurna dan lahan tidak rata, pertumbuhan tanaman tidak seragam dan gulma cepat berkembang
2. Tanamlah bibit muda (< 21 hari)
Keuntungan tanam pindah menggunakan bibit muda (< 21 hari): tanaman tidak mengalami stres akibat pencabutan bibit di persemaian, pengangkutan, dan penanaman kembali di sawah, dibandingkan dengan bibit yang lebih tua.
3. Tanam bibit 1-3 batang per rumpun
Tanam bibit 1-3 batang per rumpun, lebih dari itu akan meningkatkan persaingan antar-bibit dalam rumpun yang sama
Sulam segera rumpun yang hilang karena tanaman mati atau rusak diserang hama, paling lambat 14 hari setelah tanam
12 4. Sistem tanam jajar legowo
Tanam jajar legowo 2:1 atau legowo 3:1 dan 4:1 meningkatkan populasi tanaman
Rumpun tanaman yang optimal menghasilkan lebih banyak malai per satuan luas dan berpeluang memberikan hasil lebih tinggi
Pertumbuhan tanaman yang sehat dan seragam mempercepat penutupan permukaan tanah, sehingga dapat menekan pertumbuhan gulma dan meningkatkan ketahanan tanaman terhadap hama dan penyakit
5. Pengairan berselang
Pengairan dengan teknik berselang dan gilir giring menghemat pemakaian air hingga 30%.
Teknik pengairan berselang: atur air di areal pertanaman pada kondisi tergenang dan kering secara bergantian dalam periode tertentu.
Praktekkan teknik pengairan berselang sejak tanam sampai satu minggu sebelum tanaman berbunga. Airi lahan jika kedalaman muka air tanah telah mencapai + 15 cm dari permukaan tanah, dapat diketahui dengan bantuan alat sederhana dari paralon berlubang yang dibenamkan ke tanah.
6. Lakukan penyiangan dengan landak atau gasrok
Lakukan penyiangan gulma menjelang 21 hari setelah tanam. Penyiangan berikutnya tergantung kepadatan gulma.
Manfaat:
o ramah lingkungan o hemat tenaga kerja
o meningkatkan jumlah udara di dalam tanah o merangsang pertumbuhan akar
7. Panen tepat waktu, gabah segera dirontok
Panen tanaman jika sebagian besar (90-95 persen) gabah telah bernas dan berwarna kuning
13 Terlambat panen, terjadi kehilangan hasil karena gabah rontok di lapang,
dan jumlah gabah patah pada proses penggilingan meningkat
Lakukan perontokan gabah 1-2 hari setelah panen, gunakan alat perontok Jemur gabah segera untuk mendapatkan beras dengan mutu yang lebih
baik dan harga yang tinggi
Pelatihan Pemandu Lapang
Dalam pelaksanaan SL-PTT diperlukan pelatihan secara berjenjang, mulai dari Pemandu Lapang I (PL I) di tingkat Pusat sebagai training of master trainer (TOMT), PL II di tingkat Provinsi sebagai training of trainfer (TOT), hingga pemandu lapang (PLIII) yang terdiri atas Penyuluh Pertanian, POPT, dan PBT di tingkat kabupaten/kota dan selanjutnya SLPTT yang dilaksanakan oleh PLIII di tingkat Kelompok Tani (Tabel 1).
Tabel 1. Rencana Pelaksanaan Pelatihan PTT
Jenis pelatihan/peserta Pelatih Lokasi pelatihan/ lapangan
Periode SL-PTT : Petani dalam
luasan 1 - 2 ha padi jagung, dan kedelai
PL Kecamatan/desa
(hamparan)/LL dan Demplot PTT BPTP
1 – 2 kali
Penguatan Kelembagaan dan Pemberdayaan Petani
Salah satu cara dalam penguatan kelembagaan dan pemberdayaan petani dapat dilakukan dengan cara Metode Participatory Rural Appraisal (PRA) yaitu : 1. Visi atau cita-cita pendekatan PRA adalah perubahan sosial dan
pemberdayaan (penguatan) petani/masyarakat agar ketimpangan sosial dan ekonomi ditiadakan atau dikurangi.
2. Tujuan praktis (jangka pendek) PRA adalah menyelenggarakan kegiatan bersama petani/masyarakat untuk mengupayakan pemenuhan kebutuhan praktis dan peningkatan kesejahteraan petani/ masyarakat, sekaligus sebagai sarana proses belajar.
3. Tujuan strategi (jangka panjang) PRA adalah membawa visi di atas yaitu mencapai pemberdayaan petani/masyarakat dan perubahan sosial melalui
14 pengembangan petani/masyarakat dengan menggunakan pendekatan pembelajaran.
4. Secara umum PRA bertujuan untuk membantu merangsang keikutsertaan petani/ masyarakat dalam berbagai kegiatan, mulai dari tahap penjajagan kebutuhan, perencanaan,pelaksanaan, pemantauan, evaluasi sampai perluasan kegiatan.
5. Dalam analisa PRA adanya kritik terhadap pendekatan pembangunan yang “top-down”.
Prinsip dalam PRA adalah memberdayakan petani/masyarakat dengan belajar bersama. Karena petani/ masyarakat sendirilah yang mengenal kehidupan diri mereka, petani/masyarakat adalah sumber informasi bagi pengembangan penerapan metode PRA.
Beberapa manfaat dari metode PRA adalah bahwa lembaga atau tim peneliti dapat mempelajari dinamika kehidupan petani/masyarakat secara langsung. Berkaitan dengan keperluan pelaksanaan kegiatan lembaga pengembangan, memanfaatkan PRA berarti membantu lembaga untuk mengerti pola dan cara petani/masyarakat dalam membuat rencana dan menentukan prioritas terhadap kegiatan (Anonim, 2012c)
Monitoring dan evaluasi
Monitoring dan evaluasi (Monev) dimaksudkan untuk mengawasi pelaksanakan kegiatan agar tidak keluar dari acuan dan sekaligus memberikan masukan agar pelaksanaan kegiatan berjalan lebih efektif dan efisien. Monev dilaksanakan oleh tim Monev BPTP Riau pada awal, pertengahan, dan akhir tahun kegiatan.
15 III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Penetapan Liaison Officer (LO) pada Setiap Kabupaten Pendampingan SL-PTT
Pengawalan dan pendampingan yang dilakukan oleh peneliti BPTP Riau ditujukan untuk meningkatkan pemahaman dan akselerasi adopsi PTT dengan menetapkan Liaison Officer (LO) di masing-masing kabupaten. Selain pendampingan dan pengawalan kegiatan SLPTT di wilayah Kabupaten, LO juga menjadi narasumber pada pelatihan, penyebaran informasi, melakukan uji adaptasi VUB, demplot dan supervisi penerapan teknologi.
Tabel 2. Personal Liaison Officer BPTP Riau
No. Kabupaten Liaison Officer
(LO)
1 Kampar Ir. Oni Ekalinda
2 Ind. Hulu Dr. Ir. Mardawilis, M.Si. 3 Rokan Hulu Rachmiwati Yusuf, S.Pi. M.Si 4 Ind. Hilir Dr. Rustam, SP., M.Si 5 Rokan Hilir Ir. Yunizar, M.S. 6 Pelelawan Ir. Elfiani, M.Si. 7 Kuantan Singigi Emi Sari Ritonga, S.P. 8 Siak Nurhayati, S.P., M.Si. 9 Bengkalis Ir. Dorlan Sipahutar, M.P. 10 Kepulauan Meranti Marsid Jahari, S.P.
16 BPTP Riau melalui LO melaksanakan pendampingan di sebelas kabupaten lokasi SL-PTT. Bentuk pendampingan yang akan dilaksanakan adalah:
1. Mengkoordinasikan pelaksanaan SL-PTT kepada semua dinas/instansi pendukung di daerah yang diawali dengan pertemuan di provinsi dan kabupaten.
2. Aktif dalam pelaksanaan Pelatihan Pendamping Lapangan. BPTP berperan sebagai narasumber pada kegiatan PL II yang dilaksanakan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Riau di Kota Pekanbaru. Selanjutnya BPTP juga aktif pada pelatihan PL III di Kabupaten.
3. Mendistribusikan benih ke lokasi SL-PTT untuk demplot di lokasi LL sesuai musim tanam setempat.
4. Melakukan pengawalan dan pengamatan pada kegiatan demplot varietas pada LL.
5. Melakukan pengawalan terhadap pelaksanaan teknologi budidaya, pengendalian organisme pengganggu tanaman, pengaturan tata air, penggunaan BWD, pengendalian gulma, panen/pasca panen, dan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan penyuluh dan petani.
6. Menentukan rekomendasi pemupukan spesifik lokasi dengan mempergunakan perangkat lunak PuPS dan Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS).
3.2 Koordinasi dengan PEMDA Kabupaten
Kegiatan diawali dengan koordinasi di tingkat kabupaten. Koordinasi ini dimaksudkan untuk menyamakan persepsi dengan dinas/instansi terkait di kabupaten tentang prosedur pelaksanaan SL-PTT, tugas dan fungsi masing-masing instansi terkait, pemahaman permasalahan pertanian, penentuan calon petani dan calon lokasi (CP/CL), dan rencana pembinaan.
3.3. Sebaran Lokasi SL-PTT
Pendampingan SL-PTT pada tahun 2012 yang dilaksanakan di Provinsi Riau meliputi 11 kabupaten dengan komoditas padi, jagung dan kedelai. Terdapat 1.936 unit SL padi non hibrida, 120 unit SL padi hibrida, 380 unit SL padi lahan
17 kering, 77 unit SL jagung, 380 unit SL kedelai dan 25 unit SL kedelai model. Benih komoditas tersebut bersumber dari BLBU (Tabel 3 dan 4).
Tabel 3. Kegiatan SL-PTT padi yang didukung oleh Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) di Provinsi Riau Tahun 2012
No. Kabupaten
Padi Non Hibrida Padi Hibrida Padi Lahan
Kering Total Padi Luas Sasaran Luas Sasaran Luas Sasaran Luas Sasaran
(ha) (unit) (ha) (unit) (ha) (unit) (ha) (unit) 1 Kampar 4,033 161 400 40 3,000 120 7.433 321 2 Ind. Hulu 2,467 99 - - 500 20 2.967 119 3 Rokan Hulu 4,000 160 - - 4,825 193 8.825 353 4 Ind. Hilir 8,950 358 400 40 - - 9.350 398 5 Rokan Hilir 10,450 418 400 40 - - 10.850 458 6 Pelalawan 4,000 160 - - 675 27 4.675 187 7 Kuasing 4,000 160 - - 500 20 4.500 180 8 Siak 4,500 180 - - - - 4.500 180 9 Bengkalis 4,000 160 - - - - 4.000 160 10 Kep Meranti 2,000 80 - - - - 2.000 80 Jumlah 48,400 1,936 1,200 120 9,500 380 59.100 2.436
18 Tabel 4. Kegiatan SLPTT jagung dan kedelai yang didukung oleh Bantuan
Langsung Benih Unggul (BLBU) di Provinsi Riau Tahun 2012
No. Kabupaten
Jagung Kedelai Kedelai Model Jumlah kedelai
Luas Sasaran Luas Sasaran Luas Sasaran Luas Sasaran
(ha) (unit) (ha) (unit) (ha) (KLP) (ha) (KLP)
1 Kampar 240 16 100 10 - - 100.00 10.00 2 Ind. Hulu 0 0 250 25 - - 250.00 25.00 3 Rokan Hulu 180 12 1700 170 250 25 1,950.00 195.00 4 Ind. Hilir 180 12 250 25 - - 250.00 25.00 5 Rokan Hilir 180 12 1500 150 - - 1,500.00 150.00 6 Pelalawan 225 15 - - - - 7 Kep. Meranti 150 10 - - - - Jumlah 1,155 77 3,800 380 250 25 4,050 405
Pendampingan SLPTT oleh BPTP Riau berupa display varietas padi, jagung dan kedelai dilaksanakan pada 1 – 2 lokasi pada setiap kabupaten. Di setiap unit SLPTT padi yang didampingi BPTP Riau dibuat demplot varietas padi seluas 1 - 2 Ha, varietas jagung dan kedelai ada yang 0,5 dan 2 Ha..
Sampai dengan bulan Juni tahun 2012, telah tersalur sebanyak 740 kg benih padi untuk display VUB padi yang didistribusikan pada setiap lokasi di kabupaten Kampar, Indragiri Hulu, Rokan Hulu, Indragiri Hilir, Pelalawan, Kuantan Singingi, Siak, Rokan Hilir, Bengkalis, Dumai dan Kepulauan Meranti. Varietas yang didistribusikan terdiri dari varietas inpara 1, inpara 2, inpara 3, inpari 3, inpari 4, inpari 10, inpari 12, inpari 13, lambur, mendawak dan situpatenggang.
Untuk display VUB jagung dilaksanakan di Kabupaten Pelalawan dan Kepulauan Meranti yang terdiri dari varietas bima 2, bima 3, bima 4 dan bima 5, serta Kabupaten Kampar yang terdiri dari varietas bima 2 dan bima 5 sebanyak 50 kg.
Untuk display VUB kedelai dilaksanakan di Kabupaten Rokan Hulu, Rokan Hilir, dan Inderagiri Hilir yang terdiri dari varietas anjasmoro, argomulyo dan tanggamus sebanyak 80 kg.
19 Tabel 5. Lokasi Pendampingan SL-PTT berupa display varietas padi BPTP Riau
No. Kab/Kota Luas
(Ha)
Lokasi Jadwal
Tanam
Varietas
1 Kampar 1,0 Desa Ranah Baru, Kec. Kampar September Minggu ke-III Inpari 12 Inpara 1 Inpari 3 Batang Piaman
2 Ind. Hulu 1,0 Desa Sukajadi Kec. Kuala Cinaku
Oktober Minggu ke-II Inpari 3 Inpari 6 Inpara 10 Mendawak Batang Piaman 3 Rokan Hulu 1,0 Desa Rambah Kec. Rambah Samo
April Minggu ke-II Inpari 10 Inpari 3 Danau Gaung Inpara 3 4 Ind. Hilir 1,0 Desa Pekan Arba
Kec. Tembilan September Minggu ke-III Inpara 3 Inpari 3 Inpari 12 Inpara 1 5 Rokan Hilir 1,0
Desa Pematang Sikek Kec. Rimba Melintang Juli Minggu ke-I Inpara 2 Inpara 3 Lambur Mendawak 6 Pelalawan 1,0 Desa Sungai Upih
Kec. Kuala Kampar
Agustus Minggu ke-II Bt. Piaman Inpari 3 Inpari 12 Inpara 1 7 Kuantan Singingi 1,5
Desa Seberang Taluk Kec. Kuantan Tengah
Juni Minggu Ke-II Inpari 12 Inpara 1 Inpara 3 Inpari 10 8 Siak 1,5 Desa Tuah Indrapura
Kec. Bunga Raya
September Minggu ke-I Inpara 3 Inpari 4 Inpari 6 Inpari 10 9 Bengkalis 2,0
Desa Temiang dan Desa Pari satu Api-api
Kec. Bukit Batu
September Minggu ke-IV Inpari 1 Inpari 10 Inpari 6 Inpari 13 10 Kep Meranti 2,0 Desa Sendaur
Kec. Rangsang Barat Oktober Minggu ke-III Inpari 12 Inpari 3 Bt. Piaman Inpari 13 Inpara 1 11 Kota
Dumai 1,5 Kel. Bukit Datuk
Juli Minggu ke-II Inpari 3 Inpari 6 Inpari 10 Inpari 13
20 Tabel 6. Lokasi Pendampingan SL-PTT berupa display varietas jagung dan
kedelai BPTP Riau No. Kab/Kota Luas masing2 (Ha) Lokasi Jadwal Tanam Varietas Jagung Kedelai 1 Kampar 0,5 Desa Sukamaju Kec. Tapung Hilir September Minggu ke_IV Bima 2 Bima 5 - 2 Rokan Hulu 0,5 Desa Sialang Kec. Bangun Purba April - Anjasmoro Argomulyo Tanggamus 3 Rokan Hilir 0,5 DesaPedamaran
Kec. Pekaitan Juni -
Anjasmoro Argomulyo Tanggamus 4 Pelalawan 1,0 Desa Taluk Kec. Kuala Kampar Agustus Bima 2 Bima 3 Bima 4 Bima 5 - 3.4. Pelaksanakan Demplot
Demplot varietas unggul baru (VUB) dilaksanakan di sebelas kabupaten pada areal SL-PTT seluas 1- 2 ha per unit. Paket teknologi demplot meliputi; penggunaan VUB, sistem jajar legowo 4 : 1 dan dipupuk berdasarkan Permentan dan atau hasil uji PUTS, penggunaan bagan warna daun (BWD), pengendalian OPT berdasarkan konsep PHT, penanganan panen dan pasca panen sesuai anjuran. Komoditas pengujian di demplot meliputi ; padi, jagung dan kedelai. Persyaratan demplot antara lain; petani peserta kooperatif dan mau menerapkan teknologi anjuran, letaknya yang strategis sehingga mudah dikunjungi, petani kooperator bersedia menularkan ilmu dan pengetahuannya kepada petani lainnya.
Introduksi teknologi dilakukan dengan pendekatan PTT. Varietas Unggul yang digunakan adalah inpara 1, inpara 2, inpara 3, inpari 3, inpari 4, inpari 10, inpari 12, inpari 13, lambur, mendawak towuti, dan situpatenggang. Varietas dipilih berdasarkan tingkat kesukaan petani terhadap varietas ini.
21 Gambar 2. Varietas inpara 3 dan inpari 10 umur 30 hari di Kab. Kuantan Singingi
Gambar 3. Display padi saat kemarau
Gambar 4. Sistem Jajar Legowo 4 : 1
22 DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012a. Pedoman Teknis Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2012. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian.
Anonim. 2012b. Pedoman Teknis SL-PTT Kedelai Tahun 2012. Direktorat Budidaya Aneka Kacang dan Umbi Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Kementerian Pertanian.
Anonim. 2012c. Pedoman Teknis Pendampingan Perluasan Sawah. Direktorat Perluasan dan Pengelolaan Lahan. Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. Kementerian Pertanian.