• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS SISTEM KOMUNIKASI FIBER OPTIK SINGLE MODE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS SISTEM KOMUNIKASI FIBER OPTIK SINGLE MODE"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS SISTEM KOMUNIKASI FIBER OPTIK

SINGLE MODE

Waluyo

Pengajar Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Malang Email: [email protected]

ABSTRAK

Salah satu media transmisi yang digunakan dalam sistem multimedia adalah fiber atau serat optik. Sistem komunikasi serat optik memanfaatkan gelombang cahaya (ligthwave) sebagai pembawa (carrier), untuk itu diperlukan komponen optik yang mampu mengubah sinyal elektrik menjadi sinyal optik dan sebaliknya. Komponen optik yang dimaksud adalah sumber cahaya dan detektor cahaya.

Sumber cahaya yang banyak digunakan untuk komunikasi serat optik adalah Ligth Emitting Diode (LED) dan Injection Laser Diode (ILD). Sedang serat optik yang lazim digunakan adalah jenis single-mode. Untuk detektor cahaya yang banyak dipakai adalah dioda-foto p-i-n dan dioda-foto avalanche. Komponen-komponen optik tersebut dapat dikombinasikan satu dengan yang lain untuk mendapatkan bandwidth, bit rate, dan jarak jangkau yang diharapkan.

Berdasarkan hasil perhitungan, komponen optik LED-PIN memiliki jarak jangkau maksimum 33,3 km, pada jarak transmisi 5 km mampu menghasilkan bandwidth 43,95 MHz dan bit rate 61,53 Mbps. Sedangkan komponen optik LED-APD memiliki jarak jangkau maksimum 13,3 km, pada jarak transmisi 5 km mampu menghasilkan bandwidth 43,91 MHz dan bit rate 61,48 Mbps. Untuk komponen optik ILD-PIN memiliki jarak jangkau maksimum 51,3 km dan pada jarak transmisi 5 km mampu menghasilkan bandwidth 529,95 MHz dan bit rate 830,13 Mbps. Kombinasi komponen optik ILD-APD memiliki jarak jangkau maksimum 31,3 km, pada jarak transmisi 5 km mampu menghasilkan bandwidth 525,69 MHz dan bit rate 735,96 Mbps. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa kombinasi komponen optik ILD-PIN memiliki jarak jangkau maksimum paling jauh dan mampu menghasilkan bandwidth dan bit rate terbesar.

Kata kunci : Fiber optik single mode, komponen optik, bandwidth, bit rate

Pendahuluan

Fiber optik sebagai media transmisi untuk mendukung layanan informasi dan system multimedia. Hal ini disebabkan fiber optik mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan media transmisi yang lain, antara lain :

1. Mempunyai bandwidth yang lebar, mencapai beberapa orde gigahertz. 2. Memiliki

3. Informasi yang ditransmisikan sulit disadap.

Disamping mempunyai keunggulan, serat optik juga memiliki keterbatasan seperti : adanya rugi-rugi, terjadi pelebaran pulsa optik (dispersi), sulit melakukan penyambungan. Rugi-rugi yang timbul akan menyebabkan penurunan daya, sedangkan pelebaran pulsa optik dapat menimbulkan interferensi antar simbol (Intersymbol Interference, ISI), kesalahan bit (bit

errror) pada deteksi sinyal informasi yang diterima,

serta membatasi bit rate (laju bit) dan bandwidth. Untuk mengantisipasi dan meminimalkan kerugian yang ditimbulkan oleh keterbatasan serat optik, maka sebelum menggunakan serat optik sebagai media transmisi, sebaiknya dibuat suatu perencanaan yang baik terlebih dahulu, terutama dalam memilih komponen optik, sehingga pada akhirnya akan diperoleh informasi sesuai dengan yang diharapkan.

Perkembangan teknologi fiber optic di tunjukkan pada gambar 1

(2)

Gambar 1 Perkembangan Teknologi Fiber Optik

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang ada, maka rumusan masalah ditekankan pada :

1. Bagaimana memilih komponen optik yang menunjang sistem komunikasi serat optik single-mode point-to-point kanal tunggal 2. Bagaimana pengaruh komponen optik terhadap kinerja sistem komunikasi serat optik

single-mode point-to-point kanal tunggal, ditinjau

dari :

a. bandwidth dan bit rate untuk jarak tertentu

b. jarak jangkauan maksimum

Tujuan

Mengkaji dan menganalisa kinerja sistem komunikasi serat optik single-mode point-to-point kanal tunggal. Hasil kajian tersebut dapat diharapkan digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam perencanaan sistem komunikasi serat optik .

KONFIGURASI SISTEM KOMUNIKASI SERAT

OPTIK

Suatu sistem komunikasi pada umumnya terdiri atas transmitter, media transmisi, dan

receiver. Pada sistem komunikasi serat optik,

komponen utama transmitter adalah sumber cahaya, media transmisi yang digunakan adalah serat optik, dan komponen utama receiver adalah

photodiode. Secara garis besar konfigurasi sistem

komunikasi serat optik ditunjukkan oleh gambar 2

Gambar 2 Konfigurasi Sistem Komunikasi Serat Optik *)

*(Keiser, 1991 : 5)

Jenis-jenis Serat Optik

Ada beberapa cara untuk mengklasifikasikan serat optik, yaitu berdasarkan profil indeks bias inti dan jumlah mode yang ditransmisikan.

Profil indeks bias inti menggambarkan indeks bias inti serat optik. Berdasarkan profil indeks bias inti, serat optik dibedakan menjadi : 1. Serat step-index

Serat optik ini mempunyai indeks bias inti yang seragam (uniform) dan mempunyai profil indeks bias yang menurun secara mendadak pada batas antara inti dan selubung. Hubungan antara indeks bias inti (n1) dan indeks bias selubung

(n2) dinyatakan dalam persamaan berikut (Keiser,

1991) : 1 2 1

n

n

n

S

dimana : S= perbedaan indeks bias relatif

pada serat step-index 2. Serat graded-index

Serat optik ini mempunyai indeks bias inti yang berubah-ubah sebanding dengan bertambahnya jari-jari inti dan mempunyai profil indeks bias yang menurun bertahap secara parabolik pada batas inti dan selubung. Hubungan antara indeks bias inti (n1) dan indeks bias selubung (n2) dinyatakan dalam persamaan berikut (Keiser, 1991) :

2 1 2 2 2 1

2n

n

n

g (2-7)

dimana : g= perbedaan indeks bias relatif pada

serat graded-index Berdasarkan jumlah mode yang ditransmisikan, serat optik step-index dan

graded-index dibagi menjadi dua, yaitu :

a) Serat single-mode, yaitu serat optik yang hanya mampu merambatkan satu jenis mode gelombang cahaya.

b) Serat multi-mode, yaitu serat optik yang mampu merambatkan lebih dari satu mode gelombang cahaya.

Dari uraian di atas, maka serat optik diklasifikasikan menjadi 3 jenis seperti terlihat pada gambar 3. Rangkaian Pengendali Sumber Cahaya Detektor Cahaya Pemulih Sinyal Penguat

Keluaran siny al elektrik Serat

Optik Sinyal Optik

Sinyal masukan elektrik

(3)

Gambar 3 Jenis-jenis Serat Optik

Dispersi Intramodal

Dispersi intramodal adalah pelebaran pulsa yang terjadi pada masing-masing pulsa (mode) yang ditransmisikan, akibat dari kecepatan grup (group velocity) sebagai fungsi panjang gelombang. Dua penyebab utama dispersi intramodal adalah dispersi bahan (material

dispersion) dan dispersi pandu gelombang

(waveguide dispersion) (Keiser, 1991). a) Dispersi Bahan

Indeks bias bahan serat optik berubah terhadap perubahan panjang gelombang. Berdasarkan hubungan antara kecepatan gelombang (v) dan indeks bias (n) yang dapat ditulis dengan :

n

c

v

maka kecepatan gelombang juga berubah terhadap perubahan panjang gelombang. Sifat perubahan kecepatan yang disebabkan oleh sifat bahan disebut dispersi bahan (Sri Widodo, 1995 : 11). Dispersi bahan mempunyai persamaan sebagai berikut (Freeman, 1993) :

m = . D . M

dengan :

m = dispersi bahan ( ns )

= lebar spektrum sumber cahaya (nm )

D = panjang serat optik ( km ) M = koefisien dispersi bahan(ps/(nm .km ))

b) Dispersi Pandu Gelombang Dispersi pandu gelombang terjadi akibat dari karakteristik perambatan pulsa sebagai fungsi perbandingan antara jari-jari inti serat optik dan struktur pandu gelombang. Dispersi pandu gelombang mempunyai persamaan sebagai berikut (Lee, 1986) :

.

.

W W

D

c

D

dengan :

W = dispersi pandu gelombang ( ns )

D = panjang serat optik ( km ) c = cepat rambat cahaya ( 3 . 108 m/s )

= panjang gelombang yang ditransmisikan ( nm )

DW = koefisien dispersi pandu

gelombang

4

(

1

2

ln

)

v

v

D

W (2-17) v = frekuensi ternormalisasi =

2

a

.

n

1

2

s

=lebar spektrum sumber cahaya ( nm )

Dispersi Intermodal

Sumber cahaya memancarkan pulsa cahaya yang berisi sejumlah pulsa identik (mode). Pulsa identik tersebut memiliki panjang gelombang yang berbeda-beda, yang terentang dalam spektrum panjang gelombang. Perbedaan panjang gelombang menunjukkan adanya perbedaan kecepatan, sehingga waktu yang dibutuhkan oleh masing-masing pulsa untuk mencapai ujung serat optik akan berbeda. Bila pulsa-pulsa tersebut dijumlahkan, maka akan dihasilkan pulsa yang melebar. Pelebaran pulsa optik ini disebut dengan dispersi intermodal ( im.

Dispersi intermodal tidak terjadi pada serat

singlemode.

c) Total Dispersi

Pada setiap panjang gelombang, total dispersi adalah kombinasi rms (root mean square) dari ketiga dispersi tersebut di atas, yaitu : dispersi bahan, dispersi pandu gelombang, dan dispersi intermodal. Total dispersi diberikan dengan persamaan (Roddy Coolen, 1990 : 762) im m w f Dengan : f = total dispersi (ns) Profil Indeks Penampang serat dan lintasan sinar Ukuran Khas

Serat M ultimode Graded - index

r = a r = 0 r n1 n2 (Selubung) m 125 (Inti) m 50

Serat M ultimode Step - index

2a n1 n2 (Selubung) m 400 -125 (Inti) m 200 -50

Serat M onomode Step - index

2a n1 n2 (Selubung) m 125 (Inti) m 12 -8

(4)

Kinerja Sistem Komunikasi Serat Optik a) Link Bandwidth Budget

Respon dari suatu komponen atau sistem dapat dikarakteristikan dalam domain waktu dengan istilah rise-time atau dalam domain frekuensi dengan istilah bandwidth. Pola rise-time lebih sering digunakan dalam analisis dibandingkan dengan pola bandwidth.

Rise-time dari suatu sistem

adalah waktu yang diperlukan output untuk meningkatkan respon dari 10% menjadi 90% ketika input diubah secara tiba-tiba (Killen, 1991). Total

rise-time pada sistem komunikasi serat optik

meliputi rise-time sumber cahaya, rise-time serat optik, rise-time detektor cahaya. Rise-time sumber cahaya dan rise-time detektor cahaya umumnya telah diketahui dari perencanaan sistem, sedangkan

rise-time serat optik merupakan konstribusi dispersi

yang terjadi pada serat optik tersebut. Total

rise-time dari komponen-komponen sistem komunikasi

serat optik dinyatakan dengan persamaan (Hoss, 1990) : 2 2 2 sis

1

,

1

r s f dengan :

sis = total rise-time sistem (ns)

r = rise-time detektor cahaya

(ns)

s = rise-time sumber cahaya

(ns)

f = total dispersi serat optik

(ns)

Hubungan antara total rise-time sistem dengan bandwidth sistem diberikan dengan persamaan (Palais, 1988) : sis sis dB 3

2

1

BW

f

Hubungan antara total rise-time sistem dengan bit rate sistem (BRsis) tergantung

dari format sinyal digital.

1.Format pengkodean Return-to-Zero (RZ)

sis sis

35

,

0

BR

2.Format pengkodean Non Return- to-Zero (NRZ) sis sis

7

,

0

BR

b) Link Power Budget

Analisis daya dimaksudkan untuk mengetahui jarak maksimum antara dua titik terminal pada sistem komunikasi serat optik (sumber cahaya dan detektor cahaya). Jarak jangkau maksimum sumber optik dapat dihitung

dengan mempertimbangkan kemungkinan rugi-rugi yang timbul dalam pentransmisian sinyal. Secara lengkap analisis daya tersebut adalah (Hoss, 1990 : 265) : f s s c c p t

l

l

N

l

N

P

M

MDP

P

D

(2-23) dengan :

D = jarak jangkau maksimum

(km) Pt = daya keluaran (dBm)

MDP= daya optik minimum yang terdeteksi (dBm) M = rugi-rugi batas (dB) Pp = kompensasi daya (dB) Nc = jumlah konektor lc = rugi-rugi konektor (dB) Ns = jumlah sambungan ls = rugi-rugi sambungan (dB)

lf = rugi-rugi dalam serat optik

(dB)

Bila jarak pentransmisian sinyal cukup jauh, maka rugi-rugi yang timbul akan semakin besar. Rugi-rugi yang besar akan menyebabkan kebutuhan daya pancar meningkat. Namun terkadang kebutuhan daya pancar tersebut tidak dapat terpenuhi karena keterbatasan sumber cahaya. Untuk itu digunakan penguat optik atau repeater.

c) Rugi-rugi Total

Penjumlahan rugi-rugi yang terjadi sepanjang link transmisi serat optik diberikan oleh (Hoss, 1990) : L = Lpt + Lpr + NcLc + NsLs + DLf dengan : Nc = jumlah konektor Lc = rugi-rugi konektor (dB) Ns = jumlah sambungan Ls = rugi-rugi sambungan (dB)

D = panjang serat optik (km) Lf = rugi-rugi dalam serat optik

(dB)

Untuk analisis system komunikasi serat optik, komponen data yang digunakan sebagai berikut :

Spesifikasi sumber cahaya (Hoss, 1990 : 90)

1). Jenis: Ligth Emitting Diode (LED) Bahan : GaInAsP

(5)

Lebar spektrum ( ) :150 nm Daya keluaran (Pt ) :-15 dBm

Waktu jangkit ( s) : 10 ns

2.Jenis : Injection Laser Diode (ILD)

Bahan : GaInAsP

Panjang gelombang ( ) :1,3 m Lebar spektrum ( ) :5 nm Daya keluaran (Pt) :-6 dBm

Waktu jangkit ( s) :0,7 ns

Spesifikasi serat optik (Hoss, 1990 : 106)

Jenis : Single-mode

Indeks bias inti (n1) : 1,465

Indeks bias selubung (n2): 1,46

Jari-jari inti (a) : 4,5 m Rugi-rugi (lf) :0,5 dB/km

Koefisien dispersi bahan (M):3,5 ps/nm/km

Spesifikasi detektor cahaya (Hoss,1990 : 75)

1.Jenis :Positiv Intrinsic Negativ (PIN) Bahan : InGaAS

MDP : -42 dBm

Waktu jangkit ( r) : 0,3 ns

2.Jenis :Avalanche Photodiode (APD) Bahan : InGaAS

MDP : -32 dBm

Waktu jangkit ( r) : 0,5 ns

Spesifikasi konektor (Hoss, 1990 : 120)

Jenis : Biconic

Rugi-rugi konektor (Lc):1,3 dB

Spesifikasi umum

Jarak transmisi : 5 km Jumlah sambungan (Ns) : 5 buah

Rugi-rugi sambungan (ls): 0.15 dB

Rugi-rugi batas (Mb) : 6 dB

Kompensasi daya (Pp ) : 1 dB

Contoh perhitungan waktu jangkit, bandwidth, bit

rate dan jarak jangkau maksimum dari sistem

komunikasi serat optik menggunakan kombinasi komponen LED-PIN.

1. Perhitungan dispersi bahan

m = . D . M

= 150 nm . 5 km . 3,5 ps/nm.km = 2625 ps

= 2,625 ns

2. Perhitungan dispersi pandu gelombang s = 1 2 1

n

n

n

=

465

,

1

46

,

1

465

,

1

= 3, 412969283 . 10-3 v =

2

a

.

n

1

2

s

(6)

= 3

10

.

412969283

,

3

.

2

465

,

1

.

m

5

,

4

m

3

,

1

141592654

,

3

.

2

= 2,632496741 Dw = 2

ln

1

4

v

v

= 2

632496741

,

2

632496741

,

2

ln

1

4

= 0,018509143 w =

n

1

n

2

D

w

.

c

D

=

nm

150

.

018509143

,

0

46

,

1

465

,

1

m

3

,

1

.

10

.

3

km

5

8 = 1,779725288.10-10 s = 0,177972529 ns

3. Perhitungan total dispersi serat optic

f = 2 2 2 im m w = 2 2

625

,

2

177972529

,

0

= 2,631026268 ns

4. Perhitungan waktu jangkit sistem

sis = 2 2 2

1

,

1

r s f = 2 2 2

631026268

,

2

10

3

,

0

1

,

1

= 11,37914241 ns

5. Perhitungan bandwidth sistem

BWsis= sis

2

1

=

2

.

11

,

37914241

ns

1

= 43,940042 MHz

6. Perhitungan bit rate sistem

BRsis= sis

7

,

0

=

11

,

37914241

ns

7

,

0

= 61,516059 Mbps SD= f s s c c p t

l

l

N

l

N

P

M

MDP

P

=

km

/

dB

5

,

0

dB

15

,

0

.

5

dB

3

,

1

.

2

dB

1

dB

6

dBm

42

dBm

15

=

km

5

,

0

65

,

16

= 33,3 km

(7)

Analisis Sistem

Hasil perhitungan simulasi software untuk beberapa komponen fiber optic sebagai berikut :

Gambar 4 Hasil perhitungan beberapa Komponen Optik

Dari data pada tampilan preview di atas dapat diketahui bahwa sistem komunikasi serat optik single-mode

point-to-point kanal tunggal menggunakan kombinasi

komponen optik ILD-PIN memiliki bandwidth dan

bit-rate paling tinggi dibandingkan dengan sistem

komunikasi serat optik single-mode point-to-point kanal tunggal menggunakan kombinasi komponen optik LED-PIN, LED-APD, dan ILD-APD. Hal ini karena ILD mempunyai daya keluaran yang lebih besar dan waktu jangkit yang lebih kecil dibandingkan LED, serta PIN yang mempunyai waktu jangkit lebih kecil dibandingkan APD.

Gambar 5. Tampilan Preview Untuk Komponen Optik LED-PIN

Gambar 6.Tampilan Preview Untuk Komponen Optik LED-APD

Gambar 7 Tampilan Preview Untuk Komponen Optik ILD-PIN

(8)

Gambar 8 Tampilan Preview Untuk Komponen Optik ILD-APD

Kesimpulan

1) Sistem komunikasi serat optik menggunakan komponen optik LED-PIN memiliki jarak jangkau maksimum 33,3 km dan pada jarak transmisi 5 km mampu menghasilkan bandwidth 43,95 MHz dan bit rate 61,53 Mbps. Kombinasi komponen optik LED-APD memiliki jarak jangkau maksimum 13,3 km dan pada jarak transmisi 5 km mampu menghasilkan bandwidth 43,91 MHz dan bit rate 61,48 Mbps.

2) Komponen optik ILD-PIN memiliki jarak jangkau maksimum 51,3 km dan pada jarak transmisi 5 km mampu menghasilkan bandwidth 529,95 MHz dan bit rate 830,13 Mbps. Kombinasi komponen optik ILD-APD memiliki jarak jangkau maksimum 31,3 km dan pada jarak transmisi 5 km mampu menghasilkan bandwidth 525,69 MHz dan bit rate 735,96 Mbps.

3) Dari data tersebut dapat diketahui bahwa komponen optik ILD-PIN memiliki jarak

jangkau maksimum paling jauh dan mampu menghasilkan bandwidth dan bit

rate terbesar.

4) Pertambahan jarak transmisi akan menyebabkan peningkatan nilai dispersi serat optik. Hal ini akan membuat waktu jangkit sistem bertambah sehingga mengakibatkan penurunan bandwidth dan bit rate sistem.

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. tanpa tahun. Pengantar

Teknologi Serat Optik, PT. Rentang

Gunaputra.

Freeman, George L. 1991.

Telecommunication

Transmission Handbook, Third

Edition. New York : John Wiley & Sons, Inc.

Hoss, Robert J. 1990. Fiber Optic

Communication Design Handbook.

Englewood Cliffs : Prentice-Hall International, Inc.

Keiser, Gerd. 1991. Optical Fiber

Communication. New York :

McGraw-Hill Book Company. Killen, Harold B. 1991. Fiber Optic

Communication, Second Edition.

Englewood Cliffs : Prentice-Hall International, Inc.

Ming-Kang Liu, Max. 1996. Principles

and Applications of Optical Communication. New York :

IRWIN McGraw-Hill Book Company.

Palais, Joseph C. 1988. Fiber Optic

Communication, Second Edition.

Englewood Cliffs : Prentice-Hall International, Inc.

Roddy, Dennis. & Coolen, John. 1991. Komunikasi Elektronika, Edisi Kedua. Jakarta : Erlangga. Sri Widodo, Thomas. 1995.

Optoelektronika, Komunikasi Serat

Optik. Yogyakarta : Andy Offset.

Zanger, Henry. & Zanger, Cynthia. 1991. Fiber Optic Communication

and Other Applications. Mac.millan

Gambar

Gambar 1 Perkembangan Teknologi Fiber                      Optik
Gambar 3 Jenis-jenis Serat Optik
Gambar 7 Tampilan Preview  Untuk                  Komponen Optik ILD-PIN
Gambar 8 Tampilan Preview Untuk                      Komponen Optik ILD-APD

Referensi

Dokumen terkait

• SONET, STS level mengacu pada kecepatan bit stream ketika bit ini diubah menjadi susunan pulsa optik di fiber yang disebut dengan Optical Carrier (OC). • Dapat

Pada langkah-langkah kegiatan yang dilakukan pada kelas kontrol, peneliti melihat hanya sedikit siswa yang mengaktifkan dirinya dalam proses pembelajaran, hal ini

Walaupun secara fisik kegiatan administrasi akademik dan kemahasiswaan sangat banyak, namun kegiatan administrasi ini umumnya adalah kegiatan rutin yang berulang

a. Memberikan pos test, untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa sebelum menggunakan media lingkungan. Melaksanakan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan RPP yang sudah

Beberapa ketentuan dalam Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 15 Tahun 2012 tentang Tata Cara Penyelesaian Sengketa Pemilihan Umum Anggota Dewan

setiap orang atau badan usaha yang dengan sengaja melakukan kegiatan pelaksanaan konstruksi pada sumber air tanpa izin dari pihak yang berwenang

Keinginan ini diwujudkan dalam hal terbukanya kesempatan yang luas bagi warga untuk bekerja di perusahaan, dapat membantu pembangunan infrastruktur di desa, membuka