• Tidak ada hasil yang ditemukan

JIMVET. 01(3): (2017) ISSN :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "JIMVET. 01(3): (2017) ISSN :"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

465

EFEKTIFITAS SALEP GETAH JARAK PAGAR (Jatropha curcas L) PADA FASE EPITELISASI PENYEMBUHAN LUKA SAYAT KULIT MENCIT (Mus musculus)

DENGAN PEWARNAAN MASSON TRICHROME

The Effectivity Excretion of Jatropha Salve (Jatropha curcasL) to Ephitelization Phase of Mice (Mus musculus) Cutaneus Wound Healing With Masson Trichrome Stain

Dona Ayu Murti1, M. Nur Salim2, Mustafa Sabri3

1Program Studi Pendidikan Dokter Hewan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh 2Laboratorium Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala

3Laboratorium Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala

E-mail: donaayumurti@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas salep getah jarak pagar (Jatropha curcas L.) pada fase epitelisasi penyembuhan luka sayat kulit mencit (Mus musculus). Hewan coba yang digunakan adalah mencit jantan sebanyak 9 ekor, berat 25-40 gram dan berumur 2-3 bulan, dibagi ke dalam 3 kelompok perlakuan, masing-masing perlakuan terdiri dari 3 ekor mencit. Luka sayat dilakukan di daerah punggung sepanjang 2 cm. Perawatan luka dilakukan dua kali sehari selama 8 hari yaitu P1 diberi Vaselin kuning, P2 diberi salep getah jarak pagar, dan P3 diberikan Gentamicin. Parameter yang diukur adalah peningkatan jumlah sel fibroblas, skor kolagen dan neovaskular pada setiap kelompok perlakuan. Data kuantitatif diuji menggunakan Analisa Sidik Ragam (ANOVA) dan dilanjutkan dengan uji Duncan, sedangkan data kualitatif disajikan secara deskriptif dengan menampilkan hasil pengamatan di bawah mikroskop. Hasil uji statistik terhadap jumlah sel fibroblast dan skor kolagen pada kelompok salep getah jarak pagar 10% menunjukan hasil yang berbeda nyata (P<0.05) dengan kelompok kontrol negatif dan kelompok perlakuan lain. Hasil pengamatan histopatologis menunjukkan bahwa getah jarak pagar dalam sediaan salep mampu meningkatkan jumlah sel fibroblas, meningkatkan pembentukan kolagen, dan memicu proses angiogenesis atau neovaskularisasi pada daerah luka. Berdasarkan hasil diatas dapat disimpulkan bahwa pemberian salep getah jarak pagar 10% terbukti mampu mempercepat proses penyembuhan luka sayat kulit mencit pada fase epitelisasi.

Kata Kunci : salep getah jarak,epitelisasi, kolagen , fibroblas, luka sayat.

ABSTRACT

This study aims to determine the effectivity excretion of jatropha salve (jatropha curcas l) to ephitelization phase of mice (mus musculus) cutaneus wound healing.This experiment used 9 male mices, weighting 25-40 grams and age 2-3 months old, were divided into three treatment groups, each treatment consisting of three mices. The cut was made on back area along 2 cm. Wound therapy was carried out twice a day for 8 days. Group P1 was administered and given by Vaseline yellow, P2 was given sap ointment of jatropha, and P3 was given Gentamicin. The parameters measured are the increase in the number of fibroblast cell, collagen material and neovascular in each treatment group. All quantitative data were measured using ANOVA and continued with Duncan Test, the qualitative data were presented descriptively by showing the results of observation under a microscope. The statistical test on the fibroblast cells and collagen material score parameter excretion of Jatropha salve 10% group significantly different (P<0.05) compared to the negative control group and another group. Histopatologycal observations indicated the excretion of Jatropha sap ointment 10 % can increase the number of fibroblast cells, increase collagen material and angiogenesis process or neovascular number. Based on the result can be concluded the excretion of Jatropha salve 10% (Jatropha curcas, Linn) can accelerate the ephitelization phase of Mice (Mus musculus) cutaneous wound healing.

Keywords : Excretion of jatropha salve, ephitelization , fibroblast, collagen, cutaneus wound.

PENDAHULUAN

Luka adalah kerusakan anatomi, keadaan pemisahan jaringan karena kekerasan atau trauma (Marzoeki, 1993). Menurut Pavletic (1992), keparahan luka tergantung dari besarnya trauma yang diterima oleh jaringan. Ditinjau dari penyebabnya dibedakan atas dua yaitu luka iris dan luka bakar. Luka iris merupakan luka yang disebabkan oleh benda tajam. Luka ini memiliki sifat : tepi-tepi luka licin, tidak terdapat hubungan antara jaringan dan tidak ada jaringan nekrosa (Marzoeki, 1993). Luka iris dapat ditemukan pada luka insisi akibat pembedahan, kesembuhannya lebih cepat dengan sedikit jaringan nekrosis pada tepi-tepi luka, keadaan yang berlawanan ditemukan pada luka menggunakan gunting, elektroscalpel atau laser (Fossum, 1997).

(2)

466

Menurut pendapat Thomas dan Fossum (1997) mempercepat kesembuhan luka dapat dilakukan dengan cara mempertemukan kedua sisi luka, pemberian obat-obatan seperti salep antibiotik, atau dibalut dengan teknik tertentu seperti menggunakan hidrogel. Selain beberapa cara di atas kesembuhan luka dapat dilakukan dengan menggunakan obat tradisional. Pengobatan dengan cara tradisional sebagai alternatif untuk mendapatkan kesembuhan akhir-akhir ini banyak digunakan. Salah satunya adalah pengobatan dengan menggunakan getah jarak pagar.

Dalam dunia kesehatan, diketahui getah jarak pagar mengandung flavonoid yang dapat berfungsi sebagai antifungi, antiseptik, dan antiradang. Disamping itu, juga berfungsi dalam proses regenerasi atau perbaikan sel (Hogiono & Dogi, 1994). Getah yang keluar dari batang jarak pagar juga dapat digunakan untuk menghentikan pendarahan dan mengobati luka. (Heller, 1996). Berdasarkan pendapat Igbinosa (2009), saponin dapat memacu pertumbuhan kolagen dalam proses penyembuhan luka. Selain itu saponin juga memiliki efek menghilangkan rasa sakit dan merangsang pembentukan sel-sel baru.

Getah jarak pagar yang bersifat sebagai antibakteri juga dimanfaatkan sebagai obat luka. Dilaporkan tanaman jarak pagar sangat efektif digunakan sebagai obat penyembuh luka topikal. Penyembuhan luka menggunakan salep getah jarak pagar 10% dan 20% memiliki potensi mempercepat penyembuhan luka bakar derajat II pada kulit mencit (Sajali, 2013). Disamping itu, getah jarak pagar, diyakini masyarakat Indonesia dapat mempercepat penyembuhan luka, termasuk luka iris serta mencegah infeksi (Ratnayani, 2008).

MATERI DAN METODE PENELITIAN

Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah kandang mencit, sekat kandang, kawat, timbangan digital, scalpel, stopwatch, jangka sorong, saringan, lumpang, kamera digital, mikrotom (Leica RM2235), tissue prossesor, staining jar, mikroskop cahaya (Olympus BX41) yang dilengkapi dengan alat mikrofotografi (DP12), gelas objek, kaca penutup, wadah penyimpanan organ, inkubator 37oC.

Bahan yang digunakan adalah mencit jantan dengan umur sekitar 2-3 bulan dan berat badan sekitar 25-40 gram sebanyak 9 ekor, getah jarak pagar, vaselin, pelet, sabun, obat anestesi lokal Emla, alkohol 70%, dan salep gentamicin 0,1%, eter, Buffered Neutral Formalin (BNF) 10%, NaCl fisiologis 0,9 %, parafin, bahan untuk perwarnaan seperti alkohol bertingkat (70, 80 %, 90 %, dan 95 %), silol, bahan untuk pewarnaan Masson’s trichrome , akuades, dan bahan perekat Entellan®.

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan 3 kelompok perlakuan, masing-masing perlakuan terdiri atas 3 ekor mencit. Perlakuan I sebagai kontrol, luka sayat dioleskan vaselin (P1); perlakuan II dioleskan salep getah jarak pagar 10% (P2); dan perlakuan III dioleskan gentamicin 0,1% (P3). Setiap kelompok sampel dilakukan perawatan luka terbuka dengan intensitas yang sama yaitu sehari dua kali pada waktu pagi hari pukul 08.00 WIB dan sore hari pukul 18.00 WIB selama 8 hari.

Prosedur Penelitian

Pengambilan getah jarak pagar

Pengambilan bahan getah dari pohon jarak pagar dilakukan secara purposif. Bahan penelitian ini adalah getah jarak pagar yang diperoleh dari tanaman jarak pagar yang berasal dari daerah sekitar kampus Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Getah diambil dengan mematahkan tangkai daun, lalu getah yang keluar ditampung ke dalam tabung reaksi dan diaduk dengan pengaduk hingga homogen.

(3)

467

Pembuatan salep getah jarak pagar

Getah jarak pagar 100 ml dicampur dengan vaselin kuning 900 mg (salep konsentrasi 10%). Dengan penambahan secara kontinyu sampai mengental dan diaduk hingga homogen. Salep dimasukkan kedalam wadah yang tertutup rapat dan steril (Anief, 2000).

Pembuatan luka sayat

Sebelum perlakuan, daerah punggung mencit dibasahi dengan menggunakan sabun, bulunya dicukur dengan diameter sekitar 4 cm. Pada kulit mencit area pembuatan luka sayat dianastesi lokal dengan Emla. Luka sayat dilakukan dengan mengunakan scalpel pada punggung mencit sepanjang 2 cm secara bergantian tiap ekor mencit (Sukri, 2015).

Pengambilan sampel

Pengambilan kulit dilakukan setelah mencit sebelumnya di euthanasi dengan menggunakan larutan eter dosis berlebih secara perinhalasi. Daerah punggung yang akan diambil kulitnya dibersihkan dari bulu mulai tumbuh kembali, kulit digunting dengan ketebalan ± 3 mm sampai dengan sub cutan dan sepanjang 1-1,5 cm2. Kulit yang diperoleh kemudian di fiksasi dengan larutan

Buffer Neutral Formalin atau BNF 10% dibiarkan pada suhu kamar selama ± 48 jam (Prasetyo,

2010).

Pembuatan preparat histopatologi

Sampel yang telah difiksasi dalam larutan BNF 10% dimasukkan ke dalam tissue basket serta diberi label. Sampel jaringan didehidrasi dengan alkohol bertingkat (70, 80%, 90%, dan 95%) dan alkohol absolut (I,II) masing-masing selama 2 jam. Selanjutnya clearing, yaitu dengan memasukkan sampel ke dalam silol (I, II dan III) masing-masing selama 1 jam.

Setelah itu dilanjutkan dengan infiltrasi di dalam parafin I, II, III pada suhu 60oC masing-masing selama 1 jam. Kemudian sampel ditanam (embeding) dalam parafin dan blocking jaringan. Blok jaringan disayat menggunakan mikrotom dengan ketebalan 5 µm dan diletakkan di gelas objek yang telah dilapisi bahan perekat. Selanjutnya jaringan pada kaca objek dipanaskan di dalam inkubator suhu 56-58° C sampai parafin mencair.

Pewarnaan dengan metode Masson’s Trichrome

Preparat difiksasi dengan formalin 10%, kemudian dilakukan deparafinisasi dengan aquades, dimasukkan ke dalam larutan boin’s selama 1 jam pada suhu 56°C, didinginkan dan dicuci dengan air mengalir sampai warna kuningnya menghilang, kemudian dibilas dengan aquades. Kemudian preparat dimasukkan ke dalam larutan weigert’s iron hematoxylin selama 10 menit lalu dicuci dengan air mengalir selama 10 menit, kemudian dibilas dengan aquades.

Preparat kemudian direndam ke dalam larutan biebrich scarlet-acid fuchsin selama 2 menit, kemudian dibilas kembali dengan aquades, kemudian dimasukkan ke dalam larutan asam phosphomolybdic-phosphotungstic selama 10 menit lalu larutan aniline blue selama 5 menit, kemudian dibilas dengan aquades, kemudian dimasukkan ke dalam larutan asam glasial asetat selama 3 menit. Kemudian didehidrasi dengan alkohol 95%, 100%, kemudian dibersihkan dengan xylol sebanyak dua kali. Kemudian dilakukan mounting, preparat diberi entelan dan ditutup object glass.

Pengecatan Masson’s trichrome merupakan pengecatan khusus untuk serat elastis dan retikulin (serat jaringan ikat yang ada dalam organ), serat retikulin adalah serat kolagen yang kaya akan selubung glikoprotein, serat kolagen akan nampak berwarna biru pada pewarnaan ini (Cotran, 1999).

(4)

468

Parameter Penelitian

Parameter yang diamati adalah sel fibroblas, kolagen dan neovaskularisasi yang terjadi pada daerah luka. Parameter skoring histopatologi untuk kepadatan kolagen dilakukan berdasarkan perhitungan 1 lapangan pandang, pada objek pembesaran 400 x.

0 = Tidak ditemukan adanya serabut kolagen pada daerah luka

+1 = Kepadatan serabut kolagen pada daerah luka rendah (kurang 10 % per lapangan pandang) +2 = Kepadatan serabut kolagen pada daerah luka sedang ( 10 s/d 50 % per lapangan pandang) +3 = Kepadatan serabut kolagen pada daerah luka rapat (50 s/d 90 % per lapangan pandang)

+4 = Kepadatan serabut kolagen pada daerah luka sangat rapat ( 90 s/d 100 % per lapangan pandang) (Rizka, 2013).

Analisis Penelitian

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan analisis varian (ANAVA) rancangan acak lengkap pola searah. Jika hasil ANAVA menunjukkan adanya pengaruh perlakuan, maka analisis dilanjutkan menggunakan uji Duncan. Data yang diperoleh dari gambaran histopatologis sampel luka sayat mencit (Mus musculus) dianalisis secara deskriptif dengan membandingkan ketiga kelompok perlakuan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sel Fibroblas

Rata-rata jumlah sel fibroblas pada semua kelompok perlakuan pemberian vaselin kuning (KI), pemberian salep getah jarak 10% (KII), dan pemberian gentamicin 0,1 % (KIII) berturut-turut yaitu 96,67 ± 1,53a, 334,33 ± 72,07b, dan 185,67 ± 25,54c.

Tabel 1. Rata-rata (±SD) jumlah sel fibroblas pada hari ke-8 pasca perlakuan pada fase proliferasi;

KI kelompok pemberian vaselin kuning; KII kelompok pemberian salep getah jarak pagar 10%; KIII kelompok pemberian gentamicin.

Kelompok perlakuan Rata-rata jumlah sel fibroblas

KI 96,67 ± 1,53a

KII 334,33 ± 72,07b

KIII 185,67 ± 25,54c

Berdasarkan uji statistik menunjukkan bahwa perlakuan pemberian vaselin kuning, salep getah jarak pagar 10% dan gentamicin 0,1 % berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap jumlah sel fibroblas untuk ketiga kelompok perlakuan. Berdasarkan hasil uji lanjutan Duncan, pada kelompok KI ,KII dan KIII nilai P<0,05 yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan pada masing-masing jumlah sel fibroblas antara ketiga kelompok perlakuan, pada kelompok K1 didapatkan rata-rata jumlah sel fibroblas 96,67 ± 1,53a, pada KII jumlah rata-rata sel fibroblas 334,33 ± 72,07b, dan pada KIII rata-rata jumlah fibroblas 185,67 ± 25,54c.

Neovaskular

Neovaskular merupakan percabangan pembuluh darah baru pada jaringan luka yang memberikan asupan nutrisi pada proses regenerasi sel (Singer dan Clark, 1999). Keberadaan neovaskularisasi menjadi salah satu indikator yang mempercepat proses penyembuhan luka. Hasil pengamatan dari ketiga kelompok perlakuan pada penelitian ini ditemukan keberadaan neovaskular pada pemberian vaselin kuning (KI) hanya sedikit, pada pemberian gentamicin 0,1 % (KIII) mulai banyak ditemukan neovaskuler, sedangkan pada pemberian salep getah jarak 10% (KII) ditemukan neovaskular terlihat mulai banyak dan menyebar.

(5)

469

Kolagen

Rata-rata jumlah skor kolagen pada semua kelompok perlakuan pemberian vaselin kuning (KI), pemberian salep getah jarak pagar 10% (KII) dan pemberian gentamicin 0,1% (KIII) berturut-turut adalah, 1,67 ± 0,58a, 3,67 ± 0,58b dan 2,33 ± 0,58a yang terlihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rata-rata (±SD) jumlah skor kolagen; KI kelompok pemberian vaselin kuning; KII

kelompok pemberian salep getah jarak pagar 10%; KIII kelompok pemberian gentamicin 0,1%.

Kelompok perlakuan Rata-rata Skor Kolagen

KI 1,67 ± 0,58a

KII 3,67 ± 0,58b

KIII 2,33 ± 0,58a

Berdasarkan uji statistik menunjukkan bahwa pemberian vaselin, salep getah jarak pagar 10% dan gentamicin 0,1 % berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap jumlah skor kolagen pada semua kelompok perlakuan.

Berdasarkan hasil uji lanjutan Duncan, pada kelompok KI ,KII dan KIII nilai P<0,05 yang artinya terdapat perbedaan jumlah skor kolagen antara KII dan kelompok perlakuan KI dan KII, dengan rata-rata skor kolagen berturut-turut yaitu, KI 1,67 ± 0,58a, KII 3,67 ± 0,58b dan KIII 2,33 ± 0,58a. KII memiliki jumlah skor kolagen paling banyak di antara ketiga kelompok perlakuan, berbeda dengan KI dan KIII yang memiliki jumlah rata-rata skor kolagen lebih sedikit.

Pembahasan

Pada permukaan kulit re-epitelisasi akan terjadi melalui pergerakan sel-sel epitel dari tepi jaringan bebas menuju jaringan yang rusak. (Putriyanda 2006).

Penyembuhan luka sangat dipengaruhi oleh epitelisasi, karena semakin cepat re-epitelisasi terjadi maka semakin cepat pula luka tertutup sehingga semakin cepat proses penyembuhan luka.

Kecepatan proses penyembuhan luka dapat dipengaruhi dari zat-zat yang terdapat dalam obat yang diberikan terhadap luka, hal ini dapat terjadi apabila dalam obat tersebut terkandung zat yang mempunyai kemampuan untuk meningkatkan penyembuhan luka dengan cara merangsang lebih cepat pertumbuhan sel-sel baru pada kulit. (Prasetyo, 2010).

Dalam getah jarak pagar terkandung beberapa zat yang dapat membantu mempercepat proses penyembuhan luka, yaitu flavonoid, saponin dan alkaloid atau jathropin.

Manfaat flavonoid salah satunya untuk membentengi tubuh dari serangan kuman, saponin diketahui mempunyai efek sebagai anti mikroba dan angiogenesis, sedangkan alkaloid memiliki fungsi yang bersifat analgetik. (Perdana, 2013).

Penelitian ini menilai pengaruh pemberian salep getah tanaman jarak pagar (Jatropha

curcas L) secara topikal terhadap tingkat kesembuhan luka sayat dilihat dari perkembangan fase

epitelisasinya, yaitu pengamatan terhadap jumlah sel fibroblast, pembentukan kolagen, dan neovaskular.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, perlakuan pemberian vaselin kuning (KI), pemberian salep getah jarak pagar 10% (KII) dan pemberian Gentamicin 0,1 % (KIII), di hari ke-8 neovaskularisasi paling banyak ditemukan pada perlakuan pemberian salep getah jarak 10% (KII). Dapat dilihat pada (Gambar 3). Hal ini disebabkan salep getah jarak pagar memiliki kandungan senyawa flavonoid dan saponin.

Menurut Prihanti (2008) flavonoid diketahui dapat berfungsi sebagai vasodilatator yang dapat memperlancar aliran darah dan mempercepat pembentukan kapiler darah baru. Flavanoid membantu dalam proses vasodilatasi pembuluh darah dan pembentukan pembuluh darah baru untuk mempercepat proses penyembuhan luka.

(6)

470

Selain itu, dalam getah jarak pagar juga mengandung saponin yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba (bakteriostatik) atau membunuh mikroba (bakteriosit). Saponin bekerja dengan cara merangsang pembentukan sel-sel baru, atau disebut growth factor. Sehingga menyebabkan penggandaan dan pertumbuhan sel endotel pembuluh darah, sel otot polos pembuluh darah dan fibroblas, sehingga menimbulkan pertumbuhan seluler yang akhirnya memperbaiki dinding pembuluh darah yang rusak (Wardani dan Igbinosa, 2009).

Berdasarkan hasil uji statistik terlihat KII memiliki rata-rata jumlah sel fibroblas yang lebih banyak dibandingkan dengan KI dan KIII, seperti yang terlihat pada (Tabel 1) dan dapat dilihat gambaran mikroskopisnya pada (Gambar 2). Aktivitas flavonoid dalam meningkatan jumlah fibroblas sesuai dengan penelitian Sumartiningsih (2009), yang menyimpulkan bahwa terjadinya peningkatan jumlah fibroblas disebabkan oleh senyawa flavonoid.

Selama masa akhir inflamasi makrofag akan muncul hingga masa pertumbuhan kolagen sesuai dengan pernyataan Titisanti (2005) bahwa flavonoid memiliki kemampuan imunomodulator yang mengaktivasi makrofag, makrofag akan muncul setelah memasuki masa akhir inflamasi hingga pertumbuhan kolagen.

Peningkatan makrofag sejalan dengan penebalan epitelisasi dan jaringan ikat, hal ini sesuai dengan pernyataan Vegad (1995). Bahwa peningkatan fibroblast, jaringan ikat dan epitelisasi dipengaruhi oleh peningkatan sel makrofag pada luka, karena sel makrofag menghasilkan faktor- faktor pertumbuhan, seperti (PDGF), (FGF), (EGF), dan (TGF-β).Faktor- faktor ini mempengaruhi proliferasi fibroblast dan pembuluh darah.

Hal yang sama juga dijelaskan oleh Nopitasari (2006) bahwa flavonoid dapat meningkatkan aktivitas IL-2 dan proliferasi limfosit. Proliferasi limfosit akan mempengaruhi sel CD4+, yang kemudian menyebabkan sel Th1 teraktivasi. Sel Th1 yang teraktivasi akan mempengaruhi SMAF (Spesific Makrofag Activating Factor), yaitu molekul-molekul multipel termasuk IFN-γ yang dapat mengaktifkan makrofag. Makrofag yang aktif berfungsi untuk melakukan fagositosis, memproduksi sitokin, perbaikan jaringan (fibroblast stimulating factor, fibronectin, kolagenase), dan memproduksi hormon pertumbuhan (growth factor). Growth factor kemudian bertanggung jawab atas terjadinya inflamasi dan proses mitogen fibroblas yang penting dalam proses penyembuhan luka.

Dari skor kolagen berdasarkan hasil penelitian (Tabel 2), dapat dilihat bahwa perlakuan KII (salep getah jarak pagar 10%) memiliki rata-rata paling tinggi apabila dibandingkan dengan KI (vaselin kuning) dan KIII (gentamicin 0,1 %). Kolagen berasal dari sel-sel fibroblast, oleh karena itu percepatan pertumbuhan kolagen disebabkan oleh pertumbuhan jumlah sel fibroblas yang relatif lebih banyak pada perlakuan KII (salep getah jarak pagar 10%). Dapat dilihat gambaran mikroskopis pada (Gambar 3). Pertumbuhan sel fibroblast pada KII dipengaruhi oleh kandungan flavonoid dan saponin yang terdapat dalam salep getah jarak pagar.

Kandungan saponin dalam getah jarak dapat memacu pertumbuhan kolagen selama proses penyembuhan (Igbinosa, 2009). Kolagen yaitu sebuah protein struktur yang berperan dalam proses penyembuhan. Saponin, pada getah jarak bekerja dengan cara merangsang pembentukan sel-sel baru, sehingga menyebabkan penggandaan dan pertumbuhan sel endotel pembuluh darah, sel otot polos pembuluh darah dan fibroblas.

Pemulihan luka dimulai dalam waktu 24 jam setelah jejas melalui emigrasi fibroblas dan induksi proliferasi fibroblas dan sel endotel. Dalam tiga sampai lima hari, muncul jenis jaringan khusus yang mencirikan terjadinya penyembuhan, yang disebut jaringan granulasi. Gambaran makroskopisnya adalah berwarna merah muda, lembut, dan bergranula, seperti yang terlihat di bawah keropeng pada luka kulit. Gambaran mikroskopis ditandai dengan proliferasi fibroblas dan kapiler baru yang halus dan berdinding tipis di dalam matriks ekstraselular yang longgar. (Guyton dan Hall, 2007).

Pada awal penyembuhan, fibroblas mempunyai kemampuan kontraktil dan disebut miofibroblas, yang mengakibatkan tepi luka akan tertarik dan kemudian mendekat, sehingga kedua tepi luka akan melekat. Dengan berlangsungnya penyembuhan, maka fibroblas bertambah. Sel

(7)

471

fibroblas ini menghasilkan kolagen, sehingga jaringan granulasi yang kemudian akan mengumpulkan matriks jaringan ikat secara progresif, akhirnya akan menghasilkan fibrosis padat (pembentukan jaringan baru). Sintesa kolagen yang progresif akan menyebabkan pembentukan jaringan penghubung (connective tissue) menjadi lebih cepat dan optimal pula. Jaringan penghubung tersebut akan memantapkan proses kesembuhan luka menjadi lebih sempurna (Tulus, 1998).

KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa pemberian salep getah jarak pagar 10% terbukti mampu meningkatkan jumlah sel-sel fibroblast, mempercepat proses angiogenesis atau neovaskularisasi, dan meningkatkan pembentukan kolagen pada daerah luka sehingga dapat mempercepat proses penyembuhan luka sayat kulit mencit pada fase epitelisasi.

DAFTAR PUSTAKA

Anief,M. 2000. Ilmu Meracik Obat : Teori dan Praktik. Edisi 9. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Cotran, R.S, V. Kumar, and T. Collins.1999. Pathology Basic of Disesase. 6th ed. WB Saunders Company, Philadelphia.

Fossum, T.W. 1997. Small Animal Surgery. 1st ed. Mosby Year Book, St. Louis, Missouri.

Guyton A.C dan Hall J. E. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. (Diterjemahkan oleh : Irawati, dkk). Edisi 9. EGC, Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta.

Heller, J. 1996. Physic Nut Jatropha curcas L. http://www.ipgri.cgiar.org. Diakses 12 April 2016. Hogiono dan Dogi. 1994. Peningkatan Nilai Tambah Tanaman Hortikultura yang Berpotensi

Sebagai Bahan Dasar Sintesis Obat-Obatan Steroid. Tesis. Universitas Airlangga, Surabaya.

Igbinosa, O.O. 2009. Antimicrobial activity and phytochemical screening of steam bark extracts from Jatropha curcas Linn. African Journal of Pharmacy and Pharmacology. 3 (2):58-62.

Marzoeki, D. 1993. Ilmu Bedah Luka dan Perawatannya. Edisi 1. Airlangga University Press, Surabaya.

Nopitasari, R. R. D. A. 2006. Pengaruh Pemberian Ekstrak Buah Phaleria Papuana terhadap Aktivitas Fagositosis Makrofag Mencit balb/c. Karya Ilmiah. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang.

Pavletic, M.M. 1992. Veterinary Emergency and Critical Care Medicine.Mosby Year Book. Toronto, New York.

Perdana K.P.B. 2013. Perbandingan Efektifitas Pemberian Getah Jarak Cina (Jatropha curcas Linn) Dengan Povidone Iodine 10 % Secara Topikal Terhadap Penyembuhan Luka Insisi Pada Punggung Tikus Putih Jantan (Rattus norvegicus) Galur Wistar. Skripsi. Universitas Malahayati, Bandar Lampung.

Prasetyo, Bayu F. 2010 . Aktivitas Sediaan Gel Ekstrak Batang Pohon Pisang Ambon (Musa

paradisiaca var sapientum) dalam Proses Penyembuhan Luka pada Mencit (Mus musculus albinus). Institut Pertanian Bogor, Bogor. Jurnal Veteriner IPB.11 (2) : 70-73.

Prihanti, A.M.H. 2008. Pengaruh Pemberian Perasan Daun Dewa (Gynura segetum lour). terhadap Bleeding Time dan Clotting Time pada Tikus Wistar Jantan. Skripsi. Universitas Jember Press, Jember.

Putriyanda, N. 2006. Kajian Patologi Aktifitas Getah Batang Pohon Pisang Tanduk (Musa

paradisiaca forma typica) dalam Proses Persembuhan Luka Kulit pada Mencit (Mus musculus albinus). Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.

Bogor.

Rizka, A. dan V.S. Budipramana. 2013. Kepadatan Kolagen tipe 1 pada luka operasi tikus Wistar yang mengalami anemia karena perdarahan akut. Media Journal Of Emergency. 2(1) :

(8)

472 1.

Sabiston.1995. Buku Ajar Bedah. ( Diterjemahkan oleh : Andrianto). Edisi 1. EGC, Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta.

Sajali, M. 2013. Efikasi Salep Getah Jarak Pagar ( Jatropha Curcas, Linn) Terhadap Penyembuhan Luka Bakar Derajat II Pada Kulit Mencit (Mus musculus). Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh.

Singer, A.J and Clark. R.A.F. 1999. Cutaneus wound Healing. N England Medicine. 341 (10):154-738.

Sukri, Z. 2013. Efikasi Salep Getah Jarak Pagar (Jatropha curcas, Linn) Terhadap Penyembuhan Luka Sayat Pada Kulit Mencit (Mus Musculus). Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.

Sumartiningsih, S. 2009. Pengaruh pemberian binahong (Anradera Cordifolia) terhadap sel radang dan sel fibroblast pada hematoma regio femoris ventralis attus norvegicus strain wistar jantan. Karya Ilmiah. Program Pascasarjana Universitas Airlangga, Surabaya. Thomas, S. 1997. The Management of Extravasation Injury In Neonates.Pharmaceutical

Journal1997.

http://www.worldwidewounds.com/1997/october/Neonates/NeonatePaper.html. Diakses

5 April 2016.

Titisanti, B. 2005. Pengaruh Pemberian Ekstrak Rumput mutiara (Hedyotis corymbosa) Dosis Bertingkat Terhadap Produksi NO Makrofag Mencit Balb/c. Artikel Ilmiah. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang.

Tulus, S.D. 1998. Perbandingan Antara Alantoin (5 Ureidohydantoin) Dengan Betadine® (Povidone Iodine) Untuk Pengobatan Luka Insisi. Research Institute For Veterinary Science, Bogor. Seritagiologi. 4 (4) : 151-156.

Wardani, L.P. 2009. Efek Penyembuhan Luka Bakar Ekstrak Etanol Daun Sirih (Piper betle Linn) pada Kulit Punggung Mencit. Skripsi. Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah, Surakarta.

Vegad, J.L. 1995. A Textbook of Veterinary General Pathology: Healing and Repair. Vikas Publishing House Put, New Delhi.

Referensi

Dokumen terkait

(engan demikian diharapkan dalam kurun waktu pelaksanaan pekerjaan yang tidak terlalu lama ini, semua perijinan sudah diperoleh dan K1 meter sudah bisa terpasang dengan baik..

Seorang ibu hamil datang dan mengatakan bahwa ia sudah merasakan kontraksi 3 jam yang lalu,tindakan pertama yang akan dilakukan adalah melakukan

2. Menurut UU No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman pasal 1 ayat 2 perumahan berada dan merupakan bagian dari permukiman,  perumahan adalah kelompok rumah yang

Ampul dibuat dari bahan gelas tidak berwarna akan tetapi untuk bahan obat yang peka terhadap cahaya, dapat digunakan ampul yang terbuat dari bahan gelas

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 16 sampel yang terpilih terdapat 3 saham perusahaan pembentuk portofolio optimal, yaitu BSDE, BBRI, dan BBCA. Berdasarkan portofolio

Sudah menjadi suatu fenomena yang kita lihat sehari-hari bahwa sumber daya manusia (sdm) perpustakaan bukan dipilihkan dari sdm yang terbaik, malahan sejumlah instansi

Fungsi akuntansi yang utama adalah sebagai media informasi, khususnya informasi keuangan suatu organisasi atau perusahaan, karena dari informasi tersebut dapat

Kersen atau talok (Muntingia calabura L.) adalah sejenis pohon sekaligus buahnya yang kecil dan manis berwarna merah cerah.. Di beberapa daerah, seperti di Jakarta,