• Tidak ada hasil yang ditemukan

ESTIMASI NILAI SERAPAN KARBON TEGAKAN PINUS (Pinus merkusii) DI DESA BULUSIRUA KECAMATAN BONTO CANI KABUPATEN BONE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ESTIMASI NILAI SERAPAN KARBON TEGAKAN PINUS (Pinus merkusii) DI DESA BULUSIRUA KECAMATAN BONTO CANI KABUPATEN BONE"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

ESTIMASI NILAI SERAPAN KARBON TEGAKAN PINUS (Pinus merkusii)

DI DESA BULUSIRUA KECAMATAN BONTO CANI KABUPATEN BONE

MUH. AGUNG WIRATMAN 105950049614

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

MAKASSAR

(2)

ESTIMASI NILAI SERAPAN KARBON TEGAKAN PINUS (Pinus merkusii)

DI DESA BULUSIRUA KECAMATAN BONTO CANI KABUPATEN BONE

SKRIPSI

MUH. AGUNG WIRATMAN

NIM : 105950049614

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kehutanan

Strata Satu (S-1)

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

MAKASSAR

(3)

HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Muh. Agung Wiratman

Nim : 105950049614

Judul : Estimasi Nilai Serapan Karbon Hutan Pinus (Pinus merkusii) Di Desa Bulusirua Kecamatan Bontocani Kabupaten Bone

Makassar, ……Oktober 2019

Telah diperiksa dan disetujui;

Pembimbing I Pembibing II

Dr.Irma Sribianti,S.Hut.,M.P Andi Azis Abdullah,S.Hut.,M.P. NIDN : 0007017105 NIDN : 0930106701

Diketahui oleh:

Dekan Fakultas Pertanian Ketua Program Studi Kehutanan

H.Burhanuddin,S.Pi.,M.P Dr.Ir.Hikmah,S.Hut.,M.Si.,IPM

(4)

HALAMAN KOMISI PENGUJI

Judul : Estimasi Nilai Serapan Karbon Hutan Pinus (Pinus merkusii) Di Desa Bulusirua Kecamatan Bontocani Kabupaten Bone

Nama : Muh. Agung Wiratman

Nim : 105950048514

Susunan Tim Penguji

Nama Tanda tangan

Dr. Irma Sribianti, S.Hut.,M.P,.IPM Pembimbing I

(...)

Andi Aziz Abdullah, S.Hut.,M.P. Pembimbing II

(...)

Dr. Ir. Hajawa, M.P Penguji I

(...)

Dr. Ir. Sultan, S.Hut., M.P.,IPM Penguji II

(5)

ABSTRAK

MUH. AGUNG WIRATMAN 1059 500 49614. Estimasi Nilai Serapan Karbon

Tegakan Pinus (Pinus merkusii) di Desa Bulusirua Kecamatan Bonto Cani Kabupaten Bone. Di bimbing oleh Irma Sribianti dan Andi Azis Abdullah.

Karbon adalah unsur kimia yang memiliki nomor atom 6 (C6)

(BadanStandardisasi Nasional (ICS), 2011) . Tumbuhan akan mengurangi karbondioksida di atmosfer (CO2) diserap melalui proses fotosintesis dan tumbuhan akan menyimpannya dalam jaringan tumbuhan. Sampai waktunya karbon tersebuttersikluskan kembali ke atmosfer, karbon tersebut akan menempati salah satu dari sejumlah kantong karbon. Semua komponen penyusun vegetasi baik pohon,semak, liana dan epifit merupakan bagian dari biomassa atas permukaan. Dibawah permukaan tanah, akar tumbuhan juga merupakan penyimpan karbon selain tanah itu sendiri. Pada tanah gambut, jumlah simpanan karbon mungkin lebih besar dibandingkan dengan simpanan karbon yang ada di atas permukaan.

Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan dimulai pada bulan Mei sampai September 2019. Tahap persiapan yang dilakukan adalah pemilihan lokasi penelitian yaitu di Desa Bulusirua Kecamatan Bonto Cani Kabupaten Bone.

Berdasarkan hasil penelitian pada tegakan Pinus merkusii maka dapat di simpulkan bahwa biomassa total 25.285,94 Ton, cadangan karbon 12.537,03 Ton, serapan karbon dioksida 896,98 Ton dengan luas hutan lindung 42 ha di Desa Bulusirua Kecamatan Bonto Cani Kabupaten Bone.

(6)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi :

ESTIMASI NILAI SERAPAN KARBON TEGAKAN PINUS (Pinus merkusii) DI DESA BULUSIRUA KECAMATAN BONTO CANI KABUPATEN BONE.

Adalah hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Makassar, Oktober 2019

(7)

@Hak Cipta Milik Unismuh Makassar, Tahun 2019 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencamtumkan atau menyebutkan sumber

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah.

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar Unismuh Makassar 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagiamn atau seluruh karya

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN KOMISI PENGUJI ... iv

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 2

1.3. Tujuan Penelitian... 2

1.4. Kegunaan Penelitian ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Pengertian Biomassa dan Karbon ... 4

2.2. Fungsi Hutan Sebagai Penyerap Karbon ... 11

2.3. Emisi Karbon... 12

2.4. Pinus (Pinus merkusii) ... 13

2.5. Hutan Lindung... 14

2.6. Pengukuran Biomassa dan Karbon Tersimpan ... 14

2.7. Kerangka Pikir... 15

III. METODE PENELITIAN ... 16

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 16

(9)

3.3. Metode Penentuan Sampel ... 16

3.4. Teknik Pengambilan Data ... 18

3.5. Perhitungan Biomassa Pohon ... 19

3.6.Perhitungan Karbon... 20

IV. KEADAAN UMUM LOKASI ... 22

4.1. Letak dan Luas Wilayah ... 22

4.2. Keadaan Ekonomi ... 22

4.3. Topografi ... 23

4.4. Jumlah Penduduk ... 23

4.5. Sarana dan Prasarana ... 23

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 24

5.1. Biomassa Tegakan Pinus ... 24

5.2. Cadangan Karbon Tegakan Pinus ... 25

5.3. Pertumbuhan Biomassa ... 27

5.4. Serapan Karbon ... 28

5.5. Serapan Karbon Dioksida (CO2) ... 30

5.6. Biomassa Tegakan Pinus, Cadangan Karbon,Serapan Karbon Tahunan, dan Serapan Karbon Dioksida (CO2) Tegakan Pinus merkusii... 31

VI. PENUTUP ... 32

6.1. Kesimpulan... 32

6.2. Saran ... 32

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Teks halaman

1. Biomassa Pohon Ditentukan Berdasarkan Rumus Allometrik Tegakan Pinus

merkusii ... 19

2. Biomassa Tegakan Pinus merkusii... 24

3. Cadangan Karbon Tegakan Pinus merkusii ... 25

4. Pertumbuhan Biomassa Tegakan Pinus merkusii ... 27

5. Serapan Karbon Tegakan Pinus merkusii ... 28

6. Serapan Karbon Dioksida(CO2) Tegakan Pinus merkusii ... 29

7. Biomassa, Cadangan Karbon, Serapan, dan Serapan Karbon Dioksida pada Keseluruhan Tegakan Pinus merkusii ... 31

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Teks halaman

1. Kerangka Pikir Penelitian ... 16 2. Bentuk Pengambilan Sampel ... 18 3. Grafik Nilai Presentasi Biomassa Perplot Tegakan Pinus merkusii ... 25 4. Grafik Nilai Presentasi Cadangan Karbon Perplot Tegakan Pinus merkusii .... 26 5. Nilai Presentasi Pertumbuhan Biomassa Perplot Tegakan Pinus merkusii...27 6. Nilai Presentasi Serapan Karbon Tegakan Pinus merkusii ... 16 7. Nilai Presentasi Serapan Karbon Dioksida Tegakan Pinus merkusii ... 16

(12)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur Penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan proposal ini. Shalawat dan salam tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW sebagai suatu teladan yang mengangkat manusia dari jurang yang dalam menuju bukit yang penuh cahaya Ilahiyah.

Penulis menyadari bahwa dalam pelaksanaan dan penyusunan penulisan skripsi ini telah banyak hambatan dan rintangan yang penulis lalui, akan tetapi penulis jadikan sebagai seni dan pelajaran serta menjadikan sebagai motovasi dalam melakukan suatu hal yang sangat berharga. Skripsi ini berjudul :

“Estimasi Nilai Serapan Karbon Tegakan Pinus merkusii Di Desa Bulusirua, Kecamatan Bonto cani, Kabupaten Bone”

Penghargaan dan terima kasih penulis berikan kepada Ibunda Dr.Irma Sribianti,S.Hut.,M.P selaku pembimbing I, dan Ayahanda Andi Azis Abdullah,S.Hut.,M.P selaku pembimbing II yang telah membantu penulisan skripsi ini. Serta ucapan terima kasih kepada:

1. Ayahanda H.Burhanuddin, S.Pi.,M.P., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Ibunda Husnah Latifah, S.Hut.,M.Si., selaku Wakil Dekan I Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

(13)

3. Ibunda Dr. Hikmah, S.Hut., M.Si., selaku Ketua Program Studi Kehutanan Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Ibunda Dr.Ir.Hajawa, M.P., selaku Penguji I dan Ayahanda Dr.Ir.Sultan,S.Hut.,M.P.,IPM selaku Penguji II yang tak hentinya memberikan arahan dan masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak dan ibu dosen Program Studi Kehutanan serta staf tata usaha Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan ilmu selama di bangku perkuliahan.

6. Kedua Orang Tua dan teman-teman yang memberikan doa dan dukungan serta partisipasi yang sangat besar dalam penyusunan Skripsi ini sehingga dapat terselesaikan tepat waktu.

Pada penyusunan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh sebab itu Penulis hargai kritik dan saran yang bersifat konstruktif sehingga dapat mendorong kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya semoga allah SWT memberikan rahmat dan kemanfaatan yang banyak atas Penulisan proposal ini dan menjadikan kita hamba-Nya yang pandai mensyukuri nikmat-hamba-Nya, Amin ya Rabbal ‘Alamin.

Wassalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Makassar, Oktober 2019

Penulis

(14)

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hutan adalah suatu wilayah yang memiliki banyak tumbuh-tumbuhan lebat yang berisi antara lain pohon, semak, paku-pakuan, rumput, jamur dan lain sebagainya serta menempati daerah yang cukup luas. Hutan menurut Undang-Undang tentang Kehutanan Nomor 41 tahun 1999 adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan dan dibagi beberapa jenis hutan.

Hutan adalah salah satu sumber daya alam yang sangat penting dan bermanfaat bagi kehidupan, baik itu secara langsung maupun tidak langsung. Manfaat langsung dari hasil hutan ialah kayu, sedangkan manfaat tidak langsungnya ialah seperti jasa lingkungan, baik itu pengatur sebagai pengatur iklim mikro, pengatur tata air dan kesuburan tanah, serta sumber plasma nutfah yang sangat penting bagi kehidupan manusia saat ini dan di masa yang akan datang. Hutan juga berperan penting dalam perubahan iklim, yang di mana hutan berfungsi menyerap/menyimpan karbon maupun pengemisi karbon (Asriadi, 2015)

Pemanasan global salah satu aspek terjadinya perubahan iklim. Pemanasan global merupakan kejadian dimana terjadinya peningkatan suhu di atmosfer, laut dan daratan. Para ilmuwan menyatakan ini disebabkan oleh aktivitas manusia (anthropogenik) dalam melakukan pembakaran bahan bakar fosil, seperti batubara, minyak bumi, dan gas alam yang sangat potensial melepas

(15)

2 karbondioksida (CO2) dan gas-gas lainnya yang dikenal sebagai gas rumah kaca (GRK) ke atmosfer (IPCC, 2001).

Hutan memiliki kemampuan untuk menyerap karbon dan mengontrol pelepasannya ke udara, dimana dengan bantuan cahaya matahari dan air dari tanah, vegetasi yang berklorofil mampu menyerap CO₂ dari atmosfer melalui proses fotosintesis. Untuk menimalisir perubahan iklim yang diakibatkan oleh pemanasan global tidak terlalu signifikan salah satu upaya pemerintah ialah melestasrikan dan menjaga hutan yang ada di Indonesia salah satunya jenis hutan lindung.

Salah satu tegakan yang menyerap karbon yang ada di atmosfer ialah Pinus. (Pinus merkusii) Tegakan Pinus sendiri sering kita jumpai di Indonesia, Pinus merupakan satu-satunya jenis pinus yang tumbuh alami di Indonesia khususnya di Aceh, Tapanuli, dan Kerinci. Salah satu tempat tumbuh alaminya tegakan di Daerah Sulawesi Selatan ialah berada di hutan lindung Desa Bulusirua, Kecamatan Bonto Cani, Kabupaten Bone.

1.2. Rumusan masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah berapa besar nilai serapan karbon tegakan Pinus (Pinus merkusi) di Desa Bulusirua, Kecamatan Bonto Cani, Kabupaten Bone.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian ini adalah mengetahi besar nilai serapan karbon tegakan Pinus (Pinus merkusii) di Desa Bulusirua, Kecamatan Bonto Cani, Kabupaten Bone.

(16)

3

1.4. Kegunaan Penelitian

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai berikut bahan informasi mengenai potensi nilai serapan karbon dioksida tegakan Pinus (Pinus merkusii).

(17)

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Biomassa dan Karbon

Biomassa ialah jumlah nilai bahan organik yang hidup di atas permukaan tanah pada pohon termasuk daun, ranting, cabang, dan batang utama yang dinyatakan dalam berat kering oven ton per unit area (Brown, 1997). . Hairiah dan Rahayu (2007) mendefinisikan biomassa sebagai masa dari bagian vegetasi yang masih hidup yaitu tajuk pohon, tumbuhan bawah atau gulma dan tanaman semusim.

Karbon adalah salah satu unsur yang terdapat dalam bentuk padat maupun cairan di dalam perut bumi, di dalam batang pohon, atau dalam bentuk gas di udara (atmosfer). Karbon yang terdapat di atas permukaan tanah terdiri atas biomassa pohon, biomassa tumbuhan bawah (semak belukar, tumbuhan menjalar, rumput-rumputan atau gulma), nekromasa (batang pohon mati) dan serasah (bagian tanaman yang telah gugur dan ranting yang terletak diatas permukaan tanah), (Hairiah dan Rahayu, 2007). Dalam siklus karbon, vegetasi melalui fotosintesis merubah CO2 dari udara dan air yang menghasilkan karbohidrat dan oksigen. Karbohidrat yang terbentuk disimpan oleh vegetasi dan sebagian oksigen dilepaskan ke atmosfer. ). Dalam siklus karbon, vegetasi melalui fotosintesis merubah CO2 dari udara dan air yang menghasilkan karbohidrat dan oksigen. Karbohidrat yang terbentuk disimpan oleh vegetasi dan sebagian oksigen dilepaskan ke atmosfer (Fardiaz 1995).

Secara umum, karbon akan di ambil dari udara oleh organismefotoautotraf. (tubuhan, ganggang dll yang mampu melaksanakan fotosintesis) organisme

(18)

5 tersebut, sebut saja tumbuhan, akan memproses karbon menjadi bahan makanan yang disebut karbohidrat, dengan proses kimia sebagai berikut : 6 CO2 + 6 H2O (+Sinar Matahari yg diserap Klorofil) ↔ C6H12O6 + 6 O2 Karbondioksida + Air (+Sinar Matahari yg diserap Klorofil)↔ Glukosa + Oksigen

Karbon merupakan unsur kimia dalam jadul berkala yang mempunyai simbol C dan nombor atom 6. Unsur bukan logam, tetravalen yang banyak, karbon mempunyai beberapa bentuk allotropik:

a. Berlian (galian terkeras diketahui). Struktur: setiap atom terikat secara tetrahedron kepada empat yang lain, membentuk jaringan 3-dimensi atom enam ahli cincin bersegi.

b. Grafit (salah satu bahan terlembut). Struktur: setiap atom terikat tiga segi kepada tiga atom lain, membentuk jaringan 2-dimensi cincin leper enam ahli; helaian leper terikat dengan lemah. Digunakan dalam pensil untuk menandakan kertas.fullerene. Struktur: molekul besar setanding terbentuk sepenuhnya dari ikatan karbon tiga segi, membentuk (spheroids) (yang paling terkenal dan mudah ialah buckminsterfullerene atau bebola bucky).

c. Ceraphite (permukaan teramat lembut). Struktur tidak dapat dipastikan.

d. lonsdaleite (herotan berlian). Struktur: menyerupai berlian, tetapi membentuk jaringan kristal hexagonal.

e. Karbon amorphous (bahan berkaca). Struktur: gabungan molekul karbon dalam bukan kristal, tidak sekata, bentuk berkaca.

(19)

6 f. Kentuk nano karbon (carbon nanofoam) (jaringan amat ringan bermegnet). Struktur: jaringan berkepadatan rendah menyerupai gugusan grafit, di mana atom bergabung secara tiga segi dalam enam dan tujuh ahli.

g. Tiub nano karbon (tiub halus). Struktur: setiap karbon terikat tiga segi dalam helaian melengkung yang membentuk silinder berlubang.

Karbon adalah unsur kimia yang memiliki nomor atom 6 (C6) (BadanStandardisasi Nasional (ICS), 2011) . Tumbuhan akan mengurangi karbondioksida di atmosfer (CO2) diserap melalui proses fotosintesis dan tumbuhan akan menyimpannya dalam jaringan tumbuhan. Sampai waktunya karbon tersebuttersikluskan kembali ke atmosfer, karbon tersebut akan menempati salah satu dari sejumlah kantong karbon. Semua komponen penyusun vegetasi baik pohon,semak, liana dan epifit merupakan bagian dari biomassa atas permukaan. Dibawah permukaan tanah, akar tumbuhan juga merupakan penyimpan karbon selain tanah itu sendiri. Pada tanah gambut, jumlah simpanan karbon mungkin lebih besar dibandingkan dengan simpanan karbon yang ada di atas permukaan.

Karbon di udara berada dalam bentuk gas yang dinamakan gas asam arang (gas CO2 ) atau dalam kehidupan sehari-hari gas tersebut dikelompokkan sebagai gas buang. Tumbuhan memerlukan sinar matahari, gas asam arang (CO) yang diserap dari udara serta air dan hara yang diserap 2 dari dalam tanah untuk kelangsungan hidupnya. Melalui proses fotosintesis, CO2 di udara diserap oleh tanaman. Proses penimbunan karbon dalam tubuh tanaman hidup dinamakan proses sekuestrasi (C- sequestration). Dengan demikian mengukur jumlah karbon

(20)

7 yang disimpan dalam tubuh tanaman hidup (biomasa) pada suatu lahan dapat menggambarkan banyaknya CO2 di atmosfer yang diserap oleh tanaman.

Menurut Hairiah. (2007), dalam tegakan hutan karbon terdapat pada : a. pohon dan akar ( Tr), yaitu pada biomassa hidup baik yang terdapat di atas

permukaan tanah atau di bawah permukaan dari berbagai jenis pohon

b. Vegetasi lain ( OV), yaitu pada vegetasi bukan pohon (semak, belukar, herba, dan rerumputan).

c. Sampah hutan, yaitu pada biomassa mati di atas lantai hutan, termasuk sisa pemanenan.

d. Tanah (S), yaitu pada karbon tersimpan dalam bahan organik (humus) maupun dalam bentuk mineral karbon. Karbon dalam tanah mungkin mengalami peningkatan atau penurunan tergantung pada kondisi tempat sebelumnya dan kondisi pengolahan.

Mekanisme tanaman dalam menyerap carbon melalui fotosintesis. Fotosintesis adalah proses penyusunan energi menggunakan cahaya pada organisme yang memiliki kloroplas. Fotosintesis adalah prose kimia yang paling penting di bumi ini. Kebanyakan tanaman melakukan fotosintesis pada daunnya. Proses fotosintesis diawali dengan reaksi terang pada reaksi terang energi matahari di convert ke chemical energi dan diproduksi oksigen. Lalu tahap yang kedua adalah siklus calvin yang membuat molekul gula dari karbon yang membutuhkan energi ATP yang didapat dari proses respirasi. Siklus ini juga membawa hasil produksi dari reaksi terang. (Campbell,.2005)

(21)

8 Pada umumnya unsur karbon menyusun 45-50% bahan kering (biomassa) dari tanaman. Sejak jumlah CO2 meningkat secara drastis di atmosfer sebagai masalah lingkungan global, berbagai pakar ekologi tertarik untuk menghitung Jumlah karbon yang tersimpan di hutan. Kegiatan deforestasi menghasilkan emisi tahunan yang tinggi dan memberikan kontribusi yang besar terhadap efek rumah kaca. Emisi gas terbesar yang dihasilkan kegiatan deforestasi adalah CO2. Karbon tersimpan dalam bahan yang sudah mati seperti serasah, batang pohon yang jatuh ke permukaan tanah, dan sebagai material sukar lapuk di dalam tanah (Whitmore, 1985).

Dalam inventarisasi karbon hutan, karbon pool (kantung karbon) yang diperhitungkan setidaknya ada 4 kantung karbon. Kantong karbon adalah wadah dengan kapasitas untuk menyimpan karbon dan melepaskannya. Keempat kantong karbon tersebut adalah biomassa atas permukaan, biomassa bawah permukaan, bahan organik mati dan karbon organik tanah (Sutaryo, 2009), sedangkan pengertian dari masing 4 kantung karbon adalah sebagai berikut:

a. Biomassa atas permukaan tanah adalah semua material hidup di atas permukaan tanah. Termasuk bagian dari kantong karbon di permukaan tanah ini adalah pada batang, tunggul, cabang, kulit kayu, biji, dan daun dari vegetasi baik dari strata pohon.

b. Biomassa bawah permukaan tanah adalah semua biomassa dari akar tumbuhan yang hidup. Pengertian akar ini berlaku hingga ukuran diameter tertentu yang ditetapkan. Hal ini dilakukan sebab akar tumbuhan dengan

(22)

9 diameter yang lebih kecil dari ketentuan cenderung sulit untuk dibedakan dengan bahan organik tanah dan serasah.

c. Bahan organik mati meliputi kayu mati dan serasah. Serasah dinyatakan sebagai semua bahan organik mati dengan berbagai tingkat dekomposisi yang terletak di permukaan tanah. Kayu mati, akar mati, dan tunggul dengan diameter lebih besar dari diameter yang telah ditetapkan adalah semua bahan organik mati yang tidak tercakup dalam serasah baik yang masih tegak maupun yang roboh di tanah.

d. Karbon organik tanah mencakup karbon pada tanah mineral dan tanah organik termasuk gambut.

Telah diketahui bahwa meningkatnya kandungan karbon dioksida di udara akan menyebabkan kenaikan suhu bumi yang terjadi karena efek rumah kaca, panas yang dilepaskan dari bumi diserap oleh karbon dioksida di udara dan dipancarkan kembali ke permukaan bumi, sehingga proses tersebut akan memanaskan bumi. Oleh karena itu, keberadaan ekosistem hutan memiliki peranan penting dalam mengurangi gas karbon dioksida yang ada di udara melalui pemanfaatan gas karbon dioksida dalam proses fotosintesis oleh komunitas tumbuhan hutan (Indriyanto, 2006).

Pada umumnya unsur karbon menyusun 45-50% bahan kering (biomassa) dari tanaman. Sejak jumlah CO2 meningkat secara drastis di atmosfer sebagai masalah lingkungan global, berbagai pakar ekologi tertarik untuk menghitung Jumlah karbon yang tersimpan di hutan. Kegiatan deforestasi menghasilkan emisi tahunan yang tinggi dan memberikan kontribusi yang besar terhadap efek rumah

(23)

10 kaca. Emisi gas terbesar yang dihasilkan kegiatan deforestasi adalah CO2. Karbon tersimpan dalam bahan yang sudah mati seperti serasah, batang pohon yang jatuh ke permukaan tanah, dan sebagai material sukar lapuk di dalam tanah (Whitmore, 1985).

Hutan, tanah, laut, dan atmosfer semuanya menyimpan karbon yang berpindah secara dinamis di antara tempat-tempat penyimpanan tersebut sepanjang waktu. Tempat penyimpanan ini disebut dengan kantong karbon aktif (active carbon pool). Penggundulan hutan akan mengubah kesetimbangan karbon dengan meningkatkan jumlah karbon yang berada di atmosfer dan mengurangi karbon yang tersimpan di hutan, tetapi hal ini tidak menambah jumlah keseluruhan karbon yang berinteraksi dengan atmosfer (Sutaryo, 2009).

Tumbuhan akan mengurangi karbon di atmosfer melalui proses fotosintesis dengan menyerap CO2 dan menyimpannya dalam jaringan tumbuhan. Sampai waktunya karbon tersebut tersikluskan kembali ke atmosfer, karbon tersebut akan menempati salah satu dari sejumlah kantong karbon. Penyusun vegetasi baik pohon, semak, liana, dan epifit merupakan bagian dari biomassa atas permukaan. Akar tumbuhan di bawah permukaan tanah juga merupakan penyimpan karbon selain tanah itu sendiri (Sutaryo, 2009 dalam Roesyane, 2010).

Sejak jumlah CO2 meningkat secara drastis di atmosfer sebagai masalah lingkungan global, berbagai pakar ekologi tertarik untuk menghitung Jumlah karbon yang tersimpan di hutan. Kegiatan deforestasi menghasilkan emisi tahunan yang tinggi dan memberikan kontribusi yang besar terhadap efek rumah kaca. Emisi gas terbesar yang dihasilkan kegiatan deforestasi adalah CO2. Karbon

(24)

11 tersimpan dalam bahan yang sudah mati seperti serasah, batang pohon yang jatuh ke permukaan tanah, dan sebagai material sukar lapuk di dalam tanah (Whitmore, 1985).

2.2. Fungsi Hutan Sebagai Penyimpan dan Penyerap Karbon.

Hutan memiliki fungsi ekologis yang sangat berperan dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Salah satu diantaranya adalah fungsi hutan dalam menjaga iklim. Hal ini terkait dengan kemampuan tegakan hutan untuk menyerap karbondioksida (CO2) dan melepaskan oksigen (O2) dalam proses fotosintesis. Semakin banyakCO2 yang diserap oleh tumbuhan dan disimpan dalam bentuk biomassa karbon maka semakin besar pengaruh buruk efek rumah kaca dapat dikendalikan (Samsoedin, 2009).

Hutan berperan dalam upaya peningkatan penyerapan CO₂ di mana dengan bantuan cahaya matahari dan air dari tanah, vegetasi yang berklorofil mampu menyerap CO₂ dari atmosfer melalui proses fotosintesis. Hasil fotosintesis ini antara lain disimpan dalam bentuk biomassa yang menjadikan vegetasi tumbuh menjadi makin besar atau makin tinggi. Pertumbuhan ini akan berlangsung terus sampai vegetasi tersebut secara fisiologis berhenti tumbuh atau dipanen. Secara umum hutan dengan ―net growth‖ (terutama dari pohon-pohon yang sedang berada pada fase pertumbuhan) mampu menyerap lebih banyak CO₂, sedangkan hutan dewasa dengan pertumbuhan yang kecil hanya menyimpan stok karbon tetapi tidak menyerap CO₂ berlebih. Dengan adanya hutan yang lestari maka jumlah karbon (C) yang disimpan akan semakin banyak semakin lama. Oleh karena itu, kegiatan penanaman vegetasi pada lahan yang kosong atau

(25)

12 merehabilitasi hutan yang rusak akan membantu menyerap kelebihan CO₂ di atmosfer (Adinugroho, et al, 2009 dalam Karo, 2011).

Kayu juga mampu menyerap karbon dari udara. Hal ini berkaitan dengan kemampuan vegetasi hutan untuk menyerap CO2yang diserap lalu dimanfaatkan untuk p roses fotosintesis dan disimpan dalam bentuk biomassa (Pebriandi, 2013). Terkait dengan isu perubahan iklim dan pemanasan global, maka salah satu cara untuk menjaga fungsi ekologis hutan adalah dengan merawat dan mempertahankan vegetasi hutan dari kemungkinan kerusakan (deforestasi dan degradasi). Perhatian dunia terhadap pentingnya keberadaan hutan dalam mitigasi perubahan iklim terlihat dari lahirnya Mekanisme Pembangunan Bersih dan REDD (Reducing Emission from Deforestation and Degradation) dalam perdagangan karbon. Isu REDD telah dibicarakan dengan intensif pada COP-13 (Conference on Parties–13) di Bali (Masripatin, 2007).

2.3. Emisi Karbon

Karbon dioksida merupakan gas-gas yang terdapat di atmosfer, dihasilkan sebagai produk sampingan dari pembakaran, seperti bahan bakar fosil dan biomassa yang membusuk atau terbakar. Karbon dioksida juga dapat dilepaskan ketika terjadi kegiatan alih guna dan kegiatan industri (Hairiah, 2007).

Karbon dioksida adalah penyebab paling dominan terhadap adanya perubahan iklim saat ini dan konsentrasinya di atmosfer telah naik dari masa pra industri yaitu 278 ppm (parts permillion) menjadi 379 ppm pada tahun 2005. Pemanasan yang terjadi pada sistem iklim bumi merupakan hal yang jelas terasa, seiring dengan banyaknya bukti dari pengamatan kenaikan temperatur udara dan

(26)

13 laut, pencairan salju dan es di berbagai tempat di dunia dan naiknya permukaan laut global (IPCC, 2001).

Kontribusi emisi karbon dioksida terhadap efek rumah kaca sebesar 48%, yang diikuti oleh sumber emisi-emisi lainnya seperti freon 26%, ozon 10%, metan 8%, dinitrogen oksida 6%, dan gas lainnya 2% (Pirkko, 1990). IPPC (2001) juga melaporkan bahwa kontribusi karbon dioksida terhadap pemanasan global sebesar 60%, metan 20% dan nitro oksida 6%. Sejak tahun 1980, konsentrasi karbon dioksida di atmosfer diperkirakan sebesar 267 ppm.

2.4. Pinus (Pinus merkusii)

Pinus merkusii merupakan satu-satunya jenis pinus yang asli di Indonesia (Harahap dan Aswandi, 2006). Pinus merkusii merupakan jenis pohon pionir berdaun jarum yang termasuk dalam family Pinaceae. Secara alami Pinus merkusii juga dijumpai tumbuh di Aceh, Tapanuli dan daerah Kerinci, Sumatera bagian utara (Kalima. T, et al., 2005). Dapat tumbuh pada daerah ketinggian 200-2.000 m dpl, dengan curah hujan antara 1.200-3.000 mm pertahun. Selain di Indonesia, P. merkusii juga dijumpai tumbuh secara alam di Vietnam, Kamboja, Thailand, Burma, India, dan Philipina. Seperti sifat pohon pada umumnya pertumbuhan pohon pinus sangat dipengaruhi oleh adanya kombinasi faktor lingkungan yang berimbang dan menguntungkan. Apabila satu faktor lingkungan tidak seimbang dengan faktor lainnya, faktor tersebut dapat menekan pertumbuhan tanaman. Faktor lingkungan yang dimaksud adalah: cahaya, tunjangan mekanis, unsur hara, udara dan air (Alrasjid et al., 1983).

(27)

14

2.5. Hutan Lindung

Hutan Lindung menurut Undang-Undang tentang Kehutanan Nomor 41 tahun 1999 adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah instrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah. PP 44/2004 tentang Perencanaan Kehutanan dan Keppres No. 32/1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung, menyebutkan enam kriteria hutan lindung yaitu kawasan hutan yang mempunyai lereng lapangan 40 persen atau lebih, mempunyai ketinggian di atas permukaan laut 2000 meter atau lebih, kawasan dengan faktor kelas lereng, jenis tanah dan intensitas hujan setelah masing-masing dikalikan dengan angka penimbang mempunyai jumlah nilai skor 175 atau lebih, kawasan hutan yang mempunyai tanah sangat peka terhadap erosi dengan lereng lapangan lebih dari 15 persen, kawasan yang merupakan daerah resapan air, dan kawasan hutan yang merupakan daerah perlindungan pantai. Dari kriteria tersebut dapat dimengerti mengapa hutan ini diperuntukan terutama untuk fungsi perlindungan ekosistem, bukan untuk produksi kayu atau perolehan pendapatan dalam jumlah besar dalam waktu yang singkat (Kirsfianti, 2005).

UU No. 41/1999 dan PP No. 34/2002 menyebutkan pula bahwa bentuk pemanfaatan hutan lindung terbatas pada pemanfaatan kawasan, pemanfaatan jasa lingkungan, dan pemungutan hasil hutan bukan kayu (HHBK). Pemanfaatan kawasan pada hutan lindung dapat berupa budidaya tanaman obat, perlebahan, penangkaran. Sedangkan pemanfaatan jasa lingkungan adalah bentuk usaha yang memanfaatkan potensi hutan lindung dengan tidak merusak lingkungan seperti

(28)

15 ekowisata, wisata olah raga tantangan, pemanfaatan air, dan perdagangan karbon. Bentuk-bentuk pemanfaatan ini ditujukan untuk meningkatkan pendapatan daerah, peningkatan kesejahteraan dan kesadaran masyarakat sekitar hutan akan fungsi dan kelestarian hutan lindung (Kirsfianti, 2005).

2.6. Pengukuran Biomassa dan Karbon Tersimpan

Menurut Brown (1997) besarnya karbon tersimpan mencapai 50% dari nilai biomassanya. Ditegaskan juga oleh Sutaryo (2009) yang menyatakan bahwa dari keseluruhan karbon hutan, sekitar 50% diantaranya tersimpan dalam vegetasi hutan. Hal ini menunjukkan pentingnya mengetahui nilai biomassa dalam menentukan besaran pendugaan cadangan karbon pada suatu kawasan hutan. Untuk mengukur besarnya biomassa tersimpan di atas permukaan tanah dapat menggunakan persamaan allometrik ataupun dengan cara destruktif. Persamaan allometrik didefinisikan sebagai suatu studi dari suatu hubungan antara pertumbuhan dan ukuran salah satu bagian organisme dengan pertumbuhan atau ukuran dari keseluruhan organisme. Dalam studi biomassa hutan/pohon persamaan allometrik digunakan untuk mengetahui hubungan antara ukuran pohon (diameter atau tinggi) dengan berat (kering) pohon secara keseluruhan (Sutaryo, 2009).

Keunggulan menggunakan persamaan allometrik diantaranya dapat mempersingkat waktu pengambilan data di lapangan, tidak membutuhkan banyak sumber daya manusia (SDM), mengurangi biaya dan mengurangi kerusakan pohon (Tresnawan dan Rosalina, 2002).

(29)

16

2.7. Kerangka Pikir

Penilitian ini di lakukan di kawasan hutan lidung di Desa Bulusirua, Kecamatan Bonto Cani, Kabupaten Bone. Tegakan Pinus merkusii menjadi objek penilitian ini dengan mengukur diameternya. Setelah diameter tersebut telah didapatkan, hasil biomassa dapat didapatkan dari hasil diameter dikalikan dengan persamaan allometrik Pinus merkusii. Setelah didapatkannya diameter tegakan Pinus merkusii, nilai serapan karbon dapat diketahui nilai total biomassa dengan faktor konversi serapan karbon dioksida (1,4667).

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian

KAWASAN HUTAN LINDUNG

BIOMASSA POHON DIAMETER POHON

KARBON TERSIMPAN(Ton/ha)

SERAPAN KARBON TEGAKAN PINUS TEGAKAN PINUS

(30)

17

III. METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu

Penelitian ini akan dilaksanakan, di Desa Bulusirua, Kecamatan Bonto Cani, Kabupaten Bone, Provinsi Sulawesi Selatan. Penelitian ini berlangsung selama 4 bulan dimulai pada bulan Mei sampai September 2019.

3.2. Objek dan Alat Penelitian

1. Objek penelitian

Adapun objek penilitian ini adalah Pinus merkusii di hutan lindung Desa Bulusirua, Kecamatan Bonto Cani, Kabupaten Bone.

2. Alat dan bahan

Alat yang digunakan di lapangan dalam penelitian ini adalah : a. Roll meter

b. Tali rafia

c. Alat tulis menulis d. Kamera

e. Tally Sheet

3.3. Metode Penentuan Sampel

Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik sampling. Data cadangan karbon dari tutupan/penggunaan lahan dilakukan pada hutan lindung. Penentuan banyaknya plot di uraikan sebagai berikut:

Populasi = 42,19 Ha Sampling = 2 %

(31)

18

IS = x 100%

2% = x 100%

n = 42,19 Ha x 2% n = 0,84 Ha

Luas Plot 0,04 , maka banyaknya plot pengamat 0,84/ 0,04= 20 Plot

Bentuk plot untuk pengambilan sampel pada masing-masing tingkatan dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Bentuk plot pengambilan sampel Keterangan:

20 m X 20 m : petak pengamatan pohon

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara : 1. Pengumpulan data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung

dilapangan dengan menggunakan metode survey data yang diambil adalah keliling pohon, umur, dan jenis tegakan.

2. Pengumpulan data sekunder yang berkaitan dengan persamaan allometrik, luas lokasi penelitian, peta lokasi penelitian, dan publikasi ilmiah dari berbagai instansi atau lembaga yang berkaitan dengan penelitian ini.

20 m

(32)

19 Pengambilan data primer dilakukan secara non destruktif. Pengukuran biomassa pohon dilakukan berdasarkan persamaan allometrik.

3.5. Perhitungan Biomassa Pohon

Pada tahapan pengukuran biomassa pohon di lakukan sebagai berikut: a. Membuat plot berukuran 20 m X 20 m untuk pengukuran pohon. b. Ukur diameter setinggi dada (dbh);

c. Catat data dbh ke dalam tally sheet; d. Hitung biomassa pohon.

Biomassa pohon dihitung dengan menggunakan Rumus Nilai Koefisien allometrik (a dan b) untuk penghitungan biomassa bagian atas berdasarkan spesies pohon dengan menggunakan rumus perhitungan W yang telah banyak digunakan oleh peneliti-peneliti sebelumnya yang pengukurannya di awali dengan menebang dan menimbang pohon (Kitredge, 1994).

Tabel 1. Biomassa Pohon Ditentukan Berdasarkan Rumus Allometrik Tegakan Pinus merkusii

Spesies a b Sumber

Pinus merkusii 0,0963 2,4323 (Siregar,2007) Sumber : (Rahayu, 2007).

B = a x D ^ b

D =

Keterangan

B : Biomassa

D : Diameter pohon setinggi dada (cm) a,b : Konstanta

(33)

20 k : Keliling pohon (cm)

π : 3.14 atau

3.6. Perhitungan Karbon

a. Penghitungan Cadangan Karbon

Karbon diduga melalui biomassa yaitu dengan mengkonversi setengah dari jumlah biomassa, karena hampir 50% dari biomassa pada vegetasi hutan tersusun atas unsur karbon (Brown 1997) yaitu dengan menggunakan rumus:

Keterangan :

Cb : kandungan karbon dari biomassa, dinyatakan dalam kilogram (kg) B : total biomassa dinyatakan dalam kilogram (kg)

% C organik: Faktor konversi standar internasional untuk pendugaan karbon (0,5)

b. Penghitungan Cadangan Total Karbon

Penghitungan cadangan karbon atas tanah dalam plot pengukuran menggunakan persamaan sebagai berikut:

Keterangan:

Ctotal : kandungan karbon per hektar, dinyatakan dalam ton per hektar (ton/ha). Ʃcplot : total kandungan karbon pada keseluruhan plot dinyatakan dalam

ton

ƩLplot : Luas keseluruhan plot dinyatakan dalam hektar (ha). Ctotal =

(34)

21 1. Pertumbuhan Biomassa

Rumus untuk mencari pertumbuhan biomassa adalah : Pertumbuhan biomassa = biomassa/umur

2. Serapan Karbon

Rumus untuk mencari serapan karbon adalah : Serapan karbon = pertumbuhan biomassa x 0,5 3. Serapan Karbon Dioksida (CO2)

Serapan Karbon dioksida dihitung berdasarkan perbandingan massa dari persamaan reaksi fotosintesis:

6CO2 + 6H2O C6H12O6 + 6 O2

(264) (108) (180) (192)

Berdasarkan persamaan reaksi fotosintesis di atas, maka untuk menghasilkan 180 gram biomassa (C6H12O6), maka diperlukan sekitar 264 gram CO2, oleh karena itu serapan CO2 dapat ditentukan dengan rumus:

(Baharuddin, et.al., 2014).

(35)

22

IV. KEADAAN UMUM LOKASI

4.1. Letak dan Luas Wilayah

Desa Bulusirua Kecamatan Bonto cani Kabupaten Bone merupakan salah satu bagian dari Bone Selatan. Desa ini terletak 10 km dari ibu kota Kecamatan, dari ibu kota kabupaten 113 km, luas Desa Bulusirua 51.25 km2 terdiri atas 3 dusun yaitu Dusun Bulusirua, Masila, serta Dusun Maattoanging, dengan batas wilayah sebagai berikut :

a. Sebelah Utara : Desa Langi b. Sebelah Selatan : Desa Bana c. Sebelah Timur : Kelurahan Kahu d. Sebelah Barat : Desa Bontojai

Bentuk permukaan tanah Desa Bulusirua berupa 20% data landai, 35% perbukitan dan 45% pegunungan. Dengan ketinggian dari permukaan lautnya 762 mdpl.

4.2. Keadaan Ekonomi

Masyarakat Desa Bulusirua secara mayoritas bersuku bugis Bone dan minoritas merupakan masyarakat dari luar Kabupaten Bone seperti Kabupaten Sinjai, Gowa, Maros, dan Makassar yang masih menjunjung nilai kegotong royongan dan nilai-nilai agama. 95% penduduk Desa Bulusirua bermata pencaharian petani atau pekebun baik lahan sendiri ataupun tanah garapan orang lain dengan sistem bagi hasil dan sisanya sebagai wiraswasta dan PNS.

(36)

23

4.3. Topografi

Topografi Desa Bulusirua berdasarkan elevasi (ketinggian dari permukaan laut), Kecamatan Bonto Cani padea umunya merupakan daerah pegunungan yang terletak pada ketinggian 500-1500 mdpl. Kemiringan tanahyang cukup curam yaitu berkisar antara 65% -70% dan bahkan mencapai di atas 80%.

4.4. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk Desa Bulusirua di pengaruhi oleh tiga faktor yaitu

kelahiran, kematian, dan imigrasi. Adapun luas wilayahnya yaitu 42,19 km2 dengan jumlah dengan jumlah penduduk sebanyak 1.266 jiwa yang terdiri atas laki-laki sebanyak 624 jiwa sedangkan perempuan sebanyak 642 jiwa sedangkan jumlah kepala keluarga sebanyak 278 kepala keluarga.

4.5. Sarana dan Prasarana

Desa Bulusirua memiliki sarana dan prasarana berupa sarana peribadatan sebanyak 3 mesjid, sarana pendidikan sebanyak 2 gedung TK, 2 gedung SD, jumlah tenaga pengajar yang ada di Desa Bulusirua yaitu 15 orang guru SD, dan 4 orang guru TK.

(37)

24

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Biomassa Tegakan Pinus

Menurut Anwar et al. (1984) biomassa tumbuhan ialah jumlah berat kering seluruh bagian tumbuhan yang hidup dan untuk memudahkannya kadang-kadang dibagi menjadi biomassa di atas permukaan tanah (daun, bunga, buah, ranting, cabang, dan batang) dan biomassa di bawah permukaan tanah (akar).

Dari hasil observasi yang di lakukan di Hutan Lindung Desa Bulusirua, Kecamatan Bonto Cani, vegetasi yang mendominasi ialah Pinus merkusii. Untuk mengetahui seberapa besar rata-rata biomassa tegakan Pinus merkusii di hutan lindung Desa Bulusirua dapat di lihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Biomassa Tegakan Pinus merkusii No Plot Luas Lahan

(Ha) Biomassa (Kg/plot) Biomassa (Ton/ha) 1 0,04 23.187,09 2 0,04 18.652,61 3 0,04 18.867,39 4 0,04 23.505,05 5 0,04 18.990,40 6 0,04 31.604,51 7 0,04 37.319,30 8 0,04 19.235,88 9 0,04 19.010,57 10 0,04 23.501,48 11 0,04 23.323,53 12 0,04 14.989,25 13 0,04 25.168,54 14 0,04 28.303,39 15 0,04 26.656,21 16 0,04 15.846,60 17 0,04 23.843,34 18 0,04 28.861,30 19 0,04 25.889,18 20 0,04 30.114,99 21 0,04 22.352,12 Rata-rata 23.882,10 597,05

(38)

25 Gambar 3. Grafik Nilai Persentasi Biomassa Perplot Tegakan Pinus merkusii

Dari Tabel 2 dan Gambar 3 dapat diketahui jumlah rata-rata biomassa tegakan Pinus merkusii di hutan lindung Desa Bulisirua, Kecamatan Bonto cani, Kabupaten Bone adalah 597,05 Ton/ha.

5.2. Cadangan Karbon Tegakan Pinus

Cadangan karbon pada tegakan Pinus merkusii di tentukan berdasarkan nilai total biomassa yang di hasilkan berdasarkan dari persamaan nilai koefisien a dan b, kemudian melalui pendekatan biomassa. Kemudian melalui pendekatan biomassa dengan asumsi bahwa 50 % dari biomassa adalah karbon yang tersimpan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 3.

(39)

26 Tabel 3. Cadangan Karbon Tegakan Pinus merkusii

No Plot Luas Lahan (Ha) Cadangan Karbon (Kg/plot) Cadangan Karbon (Ton/ha) 1 0,04 11.593,54 2 0,04 9.326,31 3 0,04 9.433,70 4 0,04 11.752,52 5 0,04 9.495,20 6 0,04 15.802,25 7 0,04 18.659,65 8 0,04 9.617,94 9 0,04 9.505,29 10 0,04 11.750,74 11 0,04 11.661,77 12 0,04 7.494,63 13 0,04 12.584,27 14 0,04 14.151,69 15 0,04 13.328,11 16 0,04 7.923,30 17 0,04 11.921,67 18 0,04 14.430,65 19 0,04 12.944,59 20 0,04 15.057,49 21 0,04 11.176,06 Rata-rata 11.886,26 297.16

Gambar 4. Grafik Nilai Persentasi Cadangan Karbon Perplot Tegakan Pinus merkusii

(40)

27 Dari Tabel 3 dan Gambar 4 kandungan rata-rata cadangan karbon pada tegakan Pinus merkusii di lokasi penelitian ini dapat dilihat dari Tabel 4 sebesar 297,16 Ton/ha.

5.3. Pertumbuhan Biomassa

Pertumbuhan biomassa adalah suatu proses pertambahan ukuran, baik volume, bobot, dan jumlah sel yang bersifat irreversible (tidak dapat kembali ke asal) total jumlah materi di atas permukaan pada suatu pohon dan dinyatakan dengan satuan ton berat kering per satuan luas pada setiap tahunannya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4 dan Gambar 5.

Tabel 4. Pertumbuhan Biomassa Tegakan Pinus merkusii No Plot Luas Lahan

(Ha) Pertumbuhan Biomassa (Kg/plot/thn) Pertumbuhan Biomassa (Ton/ha/thn) 1 0,04 565,54 2 0,04 454,94 3 0,04 460,18 4 0,04 573,29 5 0,04 463,18 6 0,04 770,84 7 0,04 910,23 8 0,04 469,17 9 0,04 463,67 10 0,04 573,21 11 0,04 568,87 12 0,04 365,59 13 0,04 613,87 14 0,04 690,33 15 0,04 650,15 16 0,04 386,50 17 0,04 581,54 18 0,04 703,93 19 0,04 631,44 20 0,04 734,51 21 0,04 545,17 Rata-rata 579,82 14,50

(41)

28 Gambar 5. Grafik Nilai Persentasi Pertumbuhan Biomassa Perplot Tegakan Pinus

merkusii.

Dari hasil Tabel 4 dan Gambar 5 rata-rata nilai pertumbuhan biomassa

tegakan Pinus merkusii di Desa Bulusirua, Kecamatan Bonto Cani, Kabupaten Bone adalah 14,50 Ton/ha.

5.4. Serapan Karbon

Mekanisme tanaman dalam menyerap carbon melalui fotosintesis. Fotosintesis adalah proses penyusunan energi menggunakan cahaya pada organisme yang memiliki kloroplas. Fotosintesis adalah proses kimia yang paling penting di bumi ini. Kebanyakan tanaman melakukan fotosintesis pada daunnya. Proses fotosintesis diawali dengan reaksi terang pada reaksi terang energi matahari di convert ke chemical energi dan diproduksi oksigen. Lalu tahap yang kedua adalah siklus calvin yang membuat molekul gula dari karbon yang membutuhkan energi ATP yang didapat dari proses respirasi. Siklus ini juga membawa hasil produksi dari reaksi terang. (Campbell,et all.2005).

(42)

29 Nilai serapan karbon pada jenis tegakan Pinus merkusii di Desa Bulusirua, Kecamatan Bonto Cani, Kabupaten Bone dapat di lihat pada Tabel 5 berikut ini. Tabel 5. Serapan Karbon Tegakan Pinus merkusii

No Plot Luas Lahan (Ha) Serapan Karbon (Kg/plot/thn) Serapan Karbon (Ton/ha/thn) 1 0,04 282,77 2 0,04 227,47 3 0,04 230,09 4 0,04 286,65 5 0,04 231,59 6 0,04 385,42 7 0,04 455,11 8 0,04 234,58 9 0,04 231,84 10 0,04 286,60 11 0,04 284,43 12 0,04 182,80 13 0,04 306,93 14 0,04 345,16 15 0,04 325,08 16 0,04 193,25 17 0,04 290,77 18 0,04 351,97 19 0,04 315,72 20 0,04 367,26 21 0,04 272,59 Rata-rata 289,91 7,25

(43)

30 Dari hasil Tabel 5 dan Gambar 6 rata-rata nilai serapan karbon atas tegakan Pinus merkusii di Desa Bulusirua, Kecamatan Bonto Cani, Kabupaten Bone adalah 7,25 Ton/ha/thn.

5.5. Serapan Karbon Dioksida (CO2)

Serapan karbon pada tegakan Pinus merkusii dapat diketahui berdasarkan total berdasarkan nilai total biomassa dengan faktor konversi serapan karbon dioksida (1,4667). Serapan karbon pada tegakan Pinus merkusii di Desa Bulusirua, Kecamatan Bonto Cani, Kabupaten Bone dapat kita lihat pada Tabel 6. Tabel 6. Serapan Karbon Dioksida(CO2) Tegakan Pinus merkusii

No Plot Luas Lahan (Ha) Serapan Karbon Dioksida (CO2) (Kg/plot/thn) Serapan Karbon Dioksida (CO2) (Ton/ha/thn) 1 0,04 829,48 2 0,04 667,26 3 0,04 674,95 4 0,04 840,85 5 0,04 679,35 6 0,04 1.130,59 7 0,04 1.335,03 8 0,04 688,13 9 0,04 680,07 10 0,04 840,72 11 0,04 834,36 12 0,04 536,21 13 0,04 900,36 14 0,04 1.012,50 15 0,04 953,58 16 0,04 566,88 17 0,04 852,95 18 0,04 1.032,46 19 0,04 926,14 20 0,04 1.077,31 21 0,04 799,61 Rata-rata 850,42 21,26

(44)

31 Gambar 7. Grafik Nilai Persentasi Serapan Karbon Dioksida Tegakan Pinus

merkusii

Berdasarkan Tabel 6 dapat di simpulkan nilai rata-rata serapan karbon dioksida di Desa Bulusirua, Kecamatan Bonto Cani, Kabupaten Bone adalah 21,26 Ton/ha.

5.6. Biomassa, Cadangan Karbon, dan Serapan Karbon Dioksida pada Keseluruhan Tegakan Pinus merkusii.

Tabel 7. Biomassa, Cadangan Karbon, dan Serapan Karbon Dioksida pada Keseluruhan Tegakan Pinus merkusii.

No Luas (Ha) Biomassa Rata-rata (Ton/ha) Cadangan Karbon Rata-rata (Ton/ha) Serapan Karbon Dioksida Rata-rata (Ton/ha/thn) Biomassa Total (Ton) Cadangan Karbon Total (Ton) Serapan Karbon Dioksida Total (Ton/thn) 1 42,19 597,05 297,16 21,26 25.185,94 12.537,03 896,98

Berdasarkan penilitian di Desa Bulusirua, Kecamatan Bontocani, Kabupaten Bone dengan luas hutan lindung 42 ha dengan jenis tegakan Pinus merkusii. Biomassa total, cadangan karbon dan serapan karbon dioksida tegakan Pinus merkusii di hutan lindung adalah 25.185,94 Ton biomassa, 12.537,03 Ton

(45)

32 cadangan karbon, dan 896,98 Ton serapan karbon dioksida, lebih tinggi jika dibandingkan dengan hasil penelitian Indrajaya (2016) pada tanaman Pinus merkusii di hutan alam sebesar 800 Ton/ha. Tingginya serapan karbon Dioksida yang dihasilkan Pinus merkusii karena pohon Pinus vegetasi yang memiliki kanopi atau tutupan tajuk yang besar sehingga dengan jumlah daun yang banyak mampu menyerap karbon berdasarkan jenis vegetasi, komposisi vegetasi, topografi dan tempat tumbuh.

(46)

33

VI. PENUTUP 6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian di Desa Bulusirua, Kecamatan Bonto Cani, Kabupaten Bone dapat disimpulkan bahwa:

1. Rata-rata biomassa tegakan Pinus merkusii di Hutan Lindung Desa Bulusirua, Kecamatan Bonto Cani, Kabupaten Bone adalah 597,05 ton/ha. Rata-rata kandungan biomassa pada tegakan Pinus merkusii 14,50 ton/ha. Rata-rata total cadangan karbon tegakan Pinus merkusii 297,16 ton/ha. Rata-rata total serapan karbon dioksida tegakan Pinus merkusii 21,26 ton/ha.

2. Tegakan Pinus merkusii di hutan lindung Desa Bulusirua, Kecamatan Bonto Cani, Kabupaten Bone memiliki total biomassa sebesar 25.185,94 ton, total cadangan karbon 25.183,94 ton, dan total serapan karbon dioksida 896,68 ton/thn.

6.2. Saran

Perlu dilakukannya bimbingan terhadap masyarakat khususnya di Desa

Bulusirua, Kecamatan Bonto Cani, Kabupaten Bone tentang pentingnya menjaga lingkungan tidak menebang pohon di kawasan hutan lindung agar tidak terjadi bencana alam sehingga dapat merugikan masyarakat.

(47)

34

DAFTAR PUSTAKA

Adinugroho WC, Sidiyasa K. 2006. Model pendugaan Biomassa pohon mahoni (Switenia macrophylla King) di atas permukaan tanah. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam 3 (1) : 103 – 117.

Alrasjid H; D.Natawiria dan A.Ng. Gintings. 1983. Pembinaan Hutan Pinus Khususnya Pinus merkusii Untuk Penghara Industri. Pusat Litbang Hasil Hutan dan Perum Perhutani 27-28 Juli 1983. Simpo Pinus‘83 Proceeding. Jakarta.

Asriadi, A.R, 2015. Estimasi Simpanan Karbon di Atas Permukaan Tanah Pada Kawasan Hutan Konservasi Suaka Margasatwa Tanjung Peropa Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara. Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan Universitas Halu Oleo. Kendari.

Baharuddin, D. Sanusi, M. Daud, dan Ferial. 2014. Potensi biomassa, cadangan karbon dan serapan karbon dioksida Serta Persamaan Allometrik Penduga Biomassa pada Tegakan Bambu Betung(Dendrocalamus asper ) pada Hutan Bambu Rakyat di Kabupaten Tana Toraja. Prosiding. Seminar Nasional Hasil Penelitian Tekhnologi Hasil Hutan Bukan Kayu, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Kementrian. Hotel Lombok Raya, Mataram-Lombok.

BSN. 2011. Pengukuran dan Penghitungan Cadangan Karbon - Pengukuran

Lapangan Untuk Penaksiran Cadangan Karbon Hutan (ground based forest carbon accounting). Badan Standardisasi Nasional-Badan Standarisasi

Nasional. Jakarta.

Brown, S. 1997. Estimating Biomass Change of Tropical Forest. A Primer. FAO. Forestry Paper. USA. 134: 10-13.

Campbell,et.dkk. 2005.biologi jilid 3.Jakarta: Erlangga.

Fardiaz, S.1995. Siklus Karbon Dalam Hutan. Lembaga Sumberdaya Informasi. Institut Pertanian Bogor.Bogor

Hairah, K. 2007. Pengukuran Karbon Tersimpan di Berbagai Macam Penggunaan Lahan. Bogor. World Agroferestry Centre – ISRAF, SEA Regional Office, University of Brawijaya, Indonesia.

Hairiah K, Rahayu S. 2007. Pengukuran ‗karbon tersimpan‘ di berbagai macam penggunaan lahan. Bogor. World Agroforestry Centre - ICRAF, SEA Regional Office, University of Brawijaya, Unibraw, Indonesia. 77 p

(48)

35 Harahap.R. dan Aswandi. 2006. Pengembangan dan Konservasi Tusam (Pinus

merkusii Junget de Vriese). Bogor: Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam.

IPCC 2001.Climate Change 2001: Mitigation,Summary for Policymakers, WG IIIIntergovernmental Panel on ClimateChange, Geneva.

Indriyanto, 2006. Ekologi Hutan. Jakarta: Penerbit PT Bumi Aksara

Kalima T, U. Sutisna dan R. Harahap, 2005. Studi sebaran alam Pinus merkusii Jungh et de Vriese Tapanuli, Sumatera Utara dengan metode cluster dan pemetaan digital. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam, 2 (5) Tahun 2005 (497-505). Bogor: Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam.

Kittredge, J. 1994. Estimation of the amount of foliage of trees and stands. J. For.

Masripatin, N. 2007.Apa itu REDD?.Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Jakarta.

Pebriandi, E. Sribudiani, Mukhamadun. 2013. Estimation of the Carbon Potential In The Above Ground At The Stand Level Poles And Tress Sentajo Protected forest. University of Riau. 2013

Pirkko, S., and T. Nyronen (1990) The carbon dioxide emission and production. International Converence On Peat Production and Use.Jivaskyla. Finland. Roesyane, A. 2010. Potensi Simpanan Karbon pada Hutan Tanaman Mangium (Acacia

mangium Willd.) di Kph Cianjur Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten. Skripsi Mahasiswa Fakultas Kehutanan IPB. Institut Pertanian Bogor

Standarisasi Nasional Indonesia [SNI]. 2011. Pengukuran dan penghitungan cadangan karbon –Pengukuran lapangan untuk penaksiran cadangan karbon hutan (ground based forest carbon accounting). BSN, Jakarta, Indonesia. Sutaryo D. 2009.Penghitungan Biomasssa.Sebuah Pengantar Untuk Studi

Karbon dan Perdagangan Karbon. Wetlands International Indonesia Programme. Bogor.

Tresnawan, H dan Rosalina U. 2002. Pendugaan biomassa di atas tanah di ekosistem hutan primer dan hutan bekas tebangan (Studi Kasus Hutan Dusun Aro, Jambi). Jurnal Manajemen Hutan Tropika. 8(1): 15—29.

Whitmore, T.C. 1985. Tropical Rain Forest of The Far East Second Edition. Oxford: University Press.

Indrajaya Y. 2016. Manfaat Lingkungan Penyerapan Karbon Hutan Pinus Pada Beberapa Kelas Tempat Tumbuh Di Jawa. Seminar nasional geografi: Upaya Pengurangan Bencana Terkait Perubahan Iklim. UMS Surakarta, Indonesia.

(49)

36 Samsoedin I, Dharmawan IW, Siregar CA. 2009. Potensi Biomassa Karbon Pada

Hutan Alam dan Hutan Bekas Tebangan Setelah 30 Tahun Di Hutan Penelelitan Malinau, Kalimantan Timur. Jurnal Penelitian Hutan. Vol.6 : (4-12). Bogor [ID] : Pusat Penelitian Hutan dan Koversi Alam

(50)

37

LAMIRAN

Lampiran 1. Pengukuran Keliling Tegakan Pinus merkusii

(51)

38

Lampiran 3. Pembuatan Plot

(52)

K et : % C O rg an ik = 0 ,5 ( F ak to r K o n v e rs i S ta n d ar I n te rn a si o n a l U n tu k P en d u g a an K ar b o n ) 39 T abe l P erh itung an B iom as sa , Ca da ng an Bi om as sa , S era pa n K arbon D ioks ida t eg aka n P inus m er kus si i L am pi ra n 5 No P lot N am a Je ni s U m ur K el ili ng (c m ) π D ia m et er (c m ) a b B iom as sa T ot al (kg ) P ert um buha n B iom as sa (kg/ thn) %C O rg ani k Ca da ng an K arbon (kg ) S era pa n K arbon (kg ) S era pa n CO 2 (kg/ thn) 1 1 P inus 41 203 3,14 64,65 0,0963 2,4323 2.440,43 59,52 0.5 1 .220, 22 29, 76 87,30 2 P inus 41 195 3,14 62,10 0,0963 2,4323 2.213,07 53,98 0, 5 1 .106, 54 26, 99 79,17 3 P inus 41 109 3,14 34,71 0,0963 2,4323 537,75 13,12 0, 5 268, 87 6, 56 19,24 4 P inus 41 155 3,14 49,36 0,0963 2,4323 1.266,16 30,88 0, 5 633, 08 15, 44 45,29 5 P inus 41 210 3,14 66,88 0,0963 2,4323 2.650,20 64,64 0, 5 132, 10 32, 32 94,81 6 P inus 41 110 3,14 35,03 0,0963 2,4323 549,82 13,41 0, 5 274, 91 6, 71 19,67 7 P inus 41 94 3,14 29,94 0,0963 2,4323 375,13 9,15 0, 5 187, 57 4, 57 13,42 8 P inus 41 122 3,14 38,85 0,0963 2,4323 707,29 17,25 0, 5 353, 64 8, 63 25,30 9 P inus 41 210 3,14 66,88 0,0963 2,4323 2.650,20 64,64 0, 5 1 .325 ,10 32, 32 94,81 10 P inus 41 202 3,14 64,33 0,0963 2,4323 2.411,30 58,81 0, 5 1 .205, 65 29, 41 86,26 11 P inus 41 91 3,14 28,98 0,0963 2,4323 346,67 8,46 0, 5 1 .73, 34 4, 23 12,40 12 P inus 41 128 3,14 40,76 0,0963 2,4323 794,90 19,39 0, 5 397, 45 9, 69 28,44 13 P inus 41 160 3,14 50,96 0,0963 2,4323 1.367,81 33,36 0, 5 683, 90 16, 68 48,93 14 P inus 41 132 3,14 42,04 0,0963 2,4323 856,68 20,89 0, 5 428, 34 10, 45 30,65 15 P inus 41 125 3,14 39,81 0,0963 2,4323 750,34 18,30 0, 5 375, 17 9, 15 26,84 16 P inus 41 118 3,14 37,58 0,0963 2,4323 652,20 15,91 0, 5 326, 10 7, 95 23,33 17 P inus 41 152 3,14 48,41 0,0963 2,4323 1207,38 29,45 0, 5 603, 69 14, 72 43,19 18 P inus 41 162 3,14 51,59 0,0963 2,4323 1409,77 34,38 0, 5 704, 88 17, 19 50,43 T ot al 23187,09 565,54 11.593, 54 282, 77 829, 48

(53)

K et : % C O rg an ik = 0 ,5 ( F ak to r K o n v e rs i S ta n d ar I n te rn a si o n a l U n tu k P en d u g a an K ar b o n ) 40 No P lot N am a Je ni s U m ur K el ili ng (c m ) π D ia m et er (c m ) a b B iom as sa T ot al (kg ) P ert um buha n B iom as sa (kg/ thn) %C O rg ani k Ca da ng an K arbon (kg ) S era pa n K arbon (kg ) S era pa n CO 2 (kg/ thn) 1 2 P inus 41 162 3,14 51,59 0,0963 2,4323 1.409,77 34,38 0.5 704.88 17.19 50.43 2 P inus 41 171 3,14 54,46 0,0963 2,4323 1.607,91 39,22 0.5 803.95 19.61 57.52 3 P inus 41 226 3,14 71,97 0,0963 2,4323 3.168,42 77,28 0.5 1584.21 38.64 113.34 4 P inus 41 197 3,14 62,74 0,0963 2,4323 2.268,69 55,33 0.5 1134.34 27.67 81.16 5 P inus 41 204 3,14 64,97 0,0963 2,4323 2.469,78 60,24 0.5 1234.89 30.12 88.35 6 P inus 41 224 3,14 71,34 0,0963 2,4323 3.100,65 75,63 0.5 1550.32 37.81 110.92 7 P inus 41 217 3,14 69,11 0,0963 2,4323 2.870,22 70,01 0.5 1435.11 35.00 102.68 8 P inus 41 148 3,14 47,13 0,0963 2,4323 1.131,55 27,60 0.5 565.77 13.80 40.48 9 P inus 41 116 3,14 36,94 0,0963 2,4323 625,64 15,26 0.5 312.82 7.63 22.38 T ot al 18.652,61 454,94 9326.31 227.47 667.26

(54)

K et : % C O rg an ik = 0 ,5 ( F ak to r K o n v e rs i S ta n d ar I n te rn a si o n a l U n tu k P en d u g a an K ar b o n ) 41 No P lot N am a Je ni s U m ur K el ili ng (c m ) π D ia m et er (c m ) a b B iom as sa T ot al (kg ) P ert um buha n B iom as sa (kg/ thn) %C O rg ani k Ca da ng an K arbon (kg ) S era pa n K arbon (kg ) S era pa n CO 2 (kg/ thn) 1 3 P inus 41 200 3,14 63,69 0,0963 2,4323 2.353,64 57,41 0, 5 1 .176, 82 28, 70 84, 20 2 P inus 41 165 3,14 52,55 0,0963 2,4323 1.474,11 35,95 0, 5 737, 06 17, 98 52, 73 3 P inus 41 176 3,14 56,05 0,0963 2,4323 1.724,67 42,07 0, 5 862, 33 21, 03 61, 70 4 P inus 41 156 3,14 49,68 0,0963 2,4323 1.286,12 31,37 0, 5 643, 06 15, 68 46, 01 5 P inus 41 141 3,14 44,90 0,0963 2,4323 1.005,75 24,53 0, 5 502, 87 12, 27 35.98 6 P inus 41 134 3,14 42,68 0,0963 2,4323 888,59 21,67 0, 5 444, 29 10, 84 31, 79 7 P inus 41 173 3,14 55,10 0,0963 2,4323 1.654,03 40,34 0, 5 827, 02 20, 17 59, 17 8 P inus 41 183 3,14 58,28 0,0963 2,4323 1.896,29 46,25 0, 5 948, 14 23, 13 67, 84 9 P inus 41 182 3,14 57,96 0,0963 2,4323 1.871,18 45,64 0, 5 935, 59 22, 82 66, 94 10 P inus 41 168 3,14 53,50 0,0963 2,4323 1.540,15 37,56 0, 5 770, 08 18, 78 55, 10 11 P inus 41 181 3,14 57,64 0,0963 2,4323 1.846,27 45,03 0, 5 923, 14 22, 52 66, 05 12 P inus 41 158 3,14 50,32 0,0963 2,4323 1.326,59 32,36 0, 5 663, 30 16, 18 47, 46 T ot al 18.867,39 460,18 9.433, 70 230, 09 674, 95

(55)

K et : % C O rg an ik = 0 ,5 ( F ak to r K o n v e rs i S ta n d ar I n te rn a si o n a l U n tu k P en d u g a an K ar b o n ) 42 No P lot N am a Je ni s U m ur K el ili ng (c m ) π D ia m et er (c m ) a b B iom as sa T ot al (kg ) P ert um buha n B iom as sa (kg/ thn) %C O rg ani k Ca da ng an K arbon (kg ) S era pa n K arbon (kg ) S era pa n CO 2 (kg/ thn) 1 4 P inus 41 177 3,14 56,37 0,0963 2,4323 1.748,60 42,65 0, 5 874, 30 21, 32 62, 55 2 P inus 41 135 3,14 42,99 0,0963 2,4323 904,81 22,07 0, 5 452, 40 11, 03 32, 37 3 P inus 41 203 3,14 64,65 0,0963 2,4323 2.440,43 59,52 0, 5 1 .220 ,22 29, 76 87, 30 4 P inus 41 187 3,14 59,55 0,0963 2,4323 1.998,69 48,75 0, 5 999, 34 24, 37 71, 50 5 P inus 41 155 3,14 49,36 0,0963 2,4323 1.266,16 30,88 0, 5 633, 08 15, 44 45, 29 6 P inus 41 222 3,14 70,70 0,0963 2,4323 3.033,74 73,99 0, 5 1 .516 ,87 37, 00 10, 53 7 P inus 41 203 3,14 64,65 0,0963 2,4323 2.440,43 59,52 0, 5 1.220, 22 29, 76 87, 30 8 P inus 41 199 3,14 63,38 0,0963 2,4323 2.325,12 56,71 0, 5 1.162, 56 28, 36 83, 18 9 P inus 41 162 3,14 51,59 0,0963 2,4323 1.409,77 34,38 0, 5 704, 88 17, 19 50, 43 10 P inus 41 217 3,14 69,11 0,0963 2,4323 2.870,22 70,01 0, 5 1.435, 11 35, 00 102 ,68 11 P inus 41 223 3,14 71,02 0,0963 2,4323 3.067,09 74,81 0, 5 1.533, 54 37, 40 109, 72 T ot al 23.505,05 573,29 11.752, 52 286, 65 840, 85

(56)

K et : % C O rg an ik = 0 ,5 ( F ak to r K o n v e rs i S ta n d ar I n te rn a si o n a l U n tu k P en d u g a an K ar b o n ) 43 No P lot N am a Je ni s U m ur K el ili ng (c m ) π D ia m et er (c m ) a b B iom as sa T ot al (kg ) P ert um buha n B iom as sa (kg/ thn) %C O rg ani k Ca da ng an K arbon (kg ) S era pa n K arbon (kg ) S era pa n CO 2 (kg/ thn) 1 5 P in us 41 233 3,14 74,20 0,0963 2,4323 3.412,43 83,23 0, 5 1.706, 22 41, 62 122, 07 2 P inus 41 166 3,14 52,87 0,0963 2,4323 1.495,94 36,49 0, 5 747, 97 18, 24 53, 51 3 P inus 41 147 3,14 46,82 0,0963 2,4323 1.113,04 27,15 0, 5 556, 52 13, 57 39, 82 4 P inus 41 181 3,14 57,64 0,0963 2,4323 1.846,27 45,03 0, 5 923, 14 22, 52 66, 05 5 P inus 41 169 3,14 53,82 0,0963 2,4323 1.562,55 38,11 0, 5 781 ,27 19, 06 55, 90 6 P inus 41 215 3,14 87,58 0,0963 2,4323 2806.30 68,45 0, 5 1.403, 15 34, 22 100 ,39 7 P inus 41 176 3,14 56,05 0,0963 2,4323 1.724,67 42,07 0, 5 862, 33 21, 03 61, 70 8 P inus 41 152 3,14 48,41 0,0963 2,4323 1.207,38 29,45 0, 5 603, 69 14, 72 43, 19 9 P inus 41 188 3,14 59,87 0,0963 2,4323 2.024,78 49,38 0, 5 1.012, 39 24, 69 72, 43 10 P inus 41 179 3,14 57, 01 0,0963 2,4323 1.797,04 43,83 0, 5 898, 52 21, 92 64, 29 T ot al 18.990,40 463.18 9.495, 20 231, 59 679, 35

(57)

K et : % C O rg an ik = 0 ,5 ( F ak to r K o n v e rs i S ta n d ar I n te rn a si o n a l U n tu k P en d u g a an K ar b o n ) 44 No P lot N am a Je ni s U m ur K el ili ng (c m ) π D ia m et er (c m ) a b B iom as sa T ot al (kg ) P ert um buha n B iom as sa (kg/ thn) %C O rg ani k Ca da ng an K arbon (kg ) S era pa n K arbon (kg ) S era pa n CO 2 (kg/ thn) 1 6 P inus 41 161 3,14 51,27 0,0963 2,4323 1.388,70 33,87 0.5 694.35 16, 94 49, 68 2 P inus 41 166 3,14 52,87 0,0963 2,4323 1.495,94 36,49 0.5 747.97 18, 24 53, 51 3 P inus 41 190 3,14 60,51 0,0963 2,4323 2.077,57 50,67 0.5 1038.79 25, 34 74, 32 4 P inus 41 255 3,14 81,21 0,0963 2,4323 4.249,83 103,65 0.5 2124.92 51, 83 152 ,03 5 P inus 41 171 3,14 54,46 0,0963 2,4323 1.607,91 39,22 0.5 803.95 19, 61 57, 52 6 P inus 41 188 3,14 59,87 0,0963 2,4323 2.024,78 49,38 0.5 1012.39 24, 69 72, 43 7 P inus 41 163 3,14 51,91 0,0963 2,4323 1.431,03 34,90 0.5 715.51 17, 45 51, 19 8 P inus 41 100 3,14 31,85 0,0963 2,4323 436,06 10,64 0.5 218.03 5, 32 15, 60 9 P inus 41 145 3,14 46,18 0,0963 2,4323 1076,56 26,26 0.5 538.28 13, 13 38, 51 10 P inus 41 232 3,14 73,89 0,0963 2,4323 3.376,92 82,36 0.5 1688.46 41, 18 120 ,80 11 P inus 41 151 3,14 48,09 0,0963 2,4323 1.188,15 28,98 0.5 594.07 14, 49 4 2, 50 12 P inus 41 186 3,14 59,24 0,0963 2,4323 1.972,79 48,12 0.5 986.39 24, 06 70, 57 13 P inus 41 156 3,14 49,68 0,0963 2,4323 1.286,12 31,37 0.5 643.06 15, 68 46, 01 14 P inus 41 155 3,14 49,36 0,0963 2,4323 1.266,16 30,88 0.5 633.08 15, 44 45, 29 15 P inus 41 132 3,14 42,04 0,0963 2,4323 856,68 20,89 0.5 428.34 10, 45 30, 65 16 P inus 41 150 3,14 47,77 0,0963 2,4323 1.169,10 28,51 0.5 584.55 14, 26 41, 82 17 P inus 41 130 3,14 41,40 0,0963 2,4323 825,45 20,13 0.5 412.72 10, 07 29, 53 18 P inus 41 148 3,14 47,13 0,0963 2,4323 1.131,55 27,60 0.5 565.77 13, 80 40, 48 19 P inus 41 213 3,14 67,83 0,0963 2,4323 2.743,23 66,91 0.5 1371.61 33, 45 98, 13 T ot al 31.604,51 770,84 15802.25 385 ,42 1 .130, 59

(58)

K et : % C O rg an ik = 0 ,5 ( F ak to r K o n v e rs i S ta n d ar I n te rn a si o n a l U n tu k P en d u g a an K ar b o n ) 45 No P lot N am a Je ni s U m ur K el ili ng (c m ) π D ia m et er (c m ) a b B iom as sa T ot al (kg ) P ert um buha n B iom as sa (kg/ thn) %C O rg ani k Ca da ng an K arbon (kg ) S era pa n K arbon (kg ) S era pa n CO 2 (kg/ thn) 1 7 P inus 41 259 3,14 82,48 0,0963 2,4323 4.413,81 107,65 0, 5 2 .206, 90 53, 83 157,90 2 P inus 41 159 3,14 50,64 0,0963 2,4323 1.347,11 32,86 0, 5 673, 55 16, 43 48,19 3 P inus 41 195 3,14 62,10 0,0963 2,4323 2.213,07 53,98 0, 5 1.106, 54 26, 99 79,17 4 P inus 41 145 3,14 46,18 0,0963 2,4323 1.076,56 26,26 0, 5 538, 28 13, 13 38,51 5 P inus 41 146 3,14 46,50 0,0963 2,4323 1.094,71 26,70 0, 5 547, 36 13, 35 39,16 6 P inus 41 143 3,14 45,54 0,0963 2,4323 1.040,80 25,39 0, 5 520, 40 12, 69 37,23 7 P inus 41 226 3,14 71,97 0,0963 2,4323 3.168,42 77,28 0, 5 1584 ,21 38, 64 113,34 8 P inus 41 150 3,14 47,77 0,0963 2,4323 1.169,10 28,51 0 ,5 584, 55 14, 26 41,82 9 P inus 41 232 3,14 73,89 0,0963 2,4323 3.376,92 82,36 0, 5 1688, 46 41, 18 120,80 10 P inus 41 162 3,14 51,59 0,0963 2,4323 1.409,77 34,38 0, 5 704, 88 17, 19 50,43 11 P inus 41 131 3,14 41,72 0,0963 2,4323 840,98 20,51 0, 5 420, 49 10, 26 30,08 12 P inus 41 195 3,14 62,10 0,0963 2,4323 2.213,07 53,98 0, 5 1106, 54 26, 99 79,17 13 P inus 41 232 3,14 73,89 0,0963 2,4323 3.376,92 82,36 0, 5 1688, 46 41, 18 120,80 14 P inus 41 171 3,14 54,46 0,0963 2,4323 1.607,91 39,22 0, 5 803, 95 19, 61 57,52 15 P inus 41 233 3,14 74,20 0,0963 2,4323 3.412,43 83,23 0, 5 1706, 22 41, 62 122,07 16 P inus 41 210 3,14 66,88 0,0963 2,4323 2.650,20 64,64 0, 5 1325, 10 32, 32 94,81 17 P inus 41 197 3,14 62,74 0,0963 2,4323 2.268,69 55,33 0, 5 1134, 34 27, 67 81,16 18 P inus 41 117 3,14 37,26 0,0963 2,4323 638,84 15,58 0, 5 319, 42 7, 79 22,85 T ot al 37.319,30 910,23 18.659, 65 455, 11 1.335, 03

Gambar

Gambar 1.  Kerangka Pikir Penelitian  KAWASAN HUTAN  LINDUNG
Gambar 2.  Bentuk plot pengambilan sampel   Keterangan:
Tabel  1.  Biomassa  Pohon  Ditentukan  Berdasarkan  Rumus  Allometrik  Tegakan  Pinus merkusii
Tabel 2. Biomassa Tegakan Pinus merkusii
+6

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian, ada pengaruh model pembelajaran IDEAL problem solving terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa SMPN 2 Balongbendo pada materi persegi dan

Yolanda Y, 2017, yang berjudul “Pengaruh Motivasi terhadap Kinerja Karyawan dengan Locus of Control sebagai Variabel Intervening Studi Kasus pada PDAM Kota Malang”,

Responden yang menjadi sumber data kajian ini terdiri dari dinas/instansi pengelola pendidikan, yaitu Dinas Pendidikan, Komite Sekolah dan pengelola

Dari rumus diatas, apabila LQ > 1 berarti porsi lapangan kerja atau nilai tambah sektor i di wilayah analisis terhadap total lapangan kerja atau nilai tambah

Pokok masalah dalam penelitian ini adalah mengenai Efektivitas Pelayanan Publik di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Gowa (Perspektif Hukum

Sejauh ini hanya ada beberapa penelitian yang bertujuan untuk memprediksi tingkat suku bunga Bank Indonesia menggunakan fuzzy time series, penelitian yang banyak

Sampah yang paling besar berasal dari Kota Bandung (Pikiran Rakyat Online, 31/1/16). Walikota Bandung sudah memberikan fasilitas tempat sampah organik dan non organik di tempat

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi administrasi, teknis dan kewajaran harga serta formulir isian Dokumen Kualifikasi untuk penawaran paket pekerjaan tersebut diatas,