3.1 Konsep Dasar Perancangan (Design Intention)
Untuk mendapatkan konsep perancangan maka kita harus melihat pemasalahan yang desain yang ada. Dari pemasalahan tersebut maka dapat diambil kata kunci yang dapat mendasari terbentuknya sebuah wadah / bangunan. Sehingga dari kata kunci tersebut dapat dijadikan konsep dasar perancangan.
Diagram 3.1 Konsep Dasar Perancangan 1
Ditinjau berdasarkan kamus Bahasa Indonesia, definisi keterbukaan merupakan sesuatu yang “tidak sengaja terbuka”; tidak tertutup, tidak dirahasiakan. Komunikasi antara seniman dengan masyarakat akan berlangsung semakin lancar jika terjadi peningkatan kualitas seni.
Keterbukaan bukan berarti menerima atau mengadopsi begitu saja nilai-nilai baru yang datang dari luar, melainkan suatu penerimaan yang selektif. Sikap terbuka juga didasari dengan adanya kepedulian. Menerima hal yang baru juga didasari dengan pengamatan terlebih dahulu sehingga apa yang terlukiskan menunjukkan kepedulian terhadap apa yang dilihatnya. Melukis adalah kehidupan pelukis itu kehidupan yang dinamis, apa adanya tanpa beban dimana mereka jujur mengemukakan apa yang ada dengan melihat kenyataan ataupun isi hati namun apa yang dikemukakan ditunjukkan berupa lukisan dengan goresan berbagai teknik. Lukisan sebagai karya lukis ini ingin dapat saling berdialog.
Oleh karena itu konsep rumah lukis ini mengacu pada sifat keterbukaan yang diberikan antar pecinta seni lukis yang kemudian disimpulkan menjadi keterbukaan yang dinamis. Konsep ini akhirnya dipakai menjadi dasar perancangan yang dituangkan dalam site plan, massa bangunan, sirkulasi, detail – detail bangunan.
3.2 Pendekatan Perancangan
Untuk menyelesaikan konsep yang sudah ada maka diperlukan pendekatan yang dipakai untuk mewujudkan proyek bangunan rumah lukis ini. Pendekatan yang dipakai yaitu metaphor Intangible yang divisualisaikan secara simbolik. Dari konsep keterbukaan yang dinamis maka diturunkan melalui karakteristik / sifat dari keterbukaan itulah yang dimetaforkan kedalam perancangan.
3.3 Fasilitas yang disediakan
Proyek ini ditujukan bagi masyarakat yang menitikberatkan pada upaya peningkatan apresiasi seni lukis dan penyampaian informasi mengenai koleksi karya seni lukis. Selain itu juga memberikan pelayanan konsultasi dan konfirmasi yang menyangkut persoalan-persoalan seni rupa terutama seni lukis. Berikut ini penjelasan dari berbagai fasilitas.
3.3.1 Fasilitas Utama
Galeri (ruang pameran) untuk menampilkan karya seni lukis dari Indonesia dan mancanegara maupun karya seni yang dihasilkan oleh anak – anak dimana pelaksanaan pameran meliputi:
- Ruang Pameran Tetap menyajikan karya-karya koleksi galeri secara periodik yang ditata berdasarkan konsep kuratorial dan diselenggarakan oleh tim galeri. Secara konsep penempatan galeri tetap lebih depan karena waktu penyelenggaraannya berlangsung lama minimal 1 kali dalam 1 tahun
- Ruang Pameran tidak tetap (Pameran tunggal atau pameran bersama) yang menyajikan karya-karya seni lukis dalam jangka waktu tertentu yang diselenggarakan oleh Tim galeri atau kerjasama dengan pihak lain. Waktu penyelenggaraan Pameran Temporer berlangsung minimal selama 10 hari, maksimal berlangsung selama 30 hari. Pameran ini tidak hanya diperuntukkan bagi seniman – seniman lukis saja namun juga bagi anak – anak dan remaja yang pernah mengikuti pelatihan atau lomba lukis yang diselenggarakan pihak pengelola. Didalam pameran temporer ini dilakukan pendokumentasian untuk kepentingan apresiasi, edukasi dan kepentingan ilmiah dilaksanakan dalam rangka publikasi, promosi dan kajian perkembangan seni rupa.
- Pameran kerja sama ini memiliki pola pameran yang dilaksanakan berdasarkan kerjasama dengan pihak lain. Pihak lain tersebut dapat merupakan lembaga/organisasi kebudayaan/kesenian, museum, sanggar lukis dan galeri – galeri. Waktu yang direncanakan dilaksanakan selama 10 kali dalam 1 tahun dan tiap – tiap pameran dapat dilaksanakan antar 2 minggu sampai 1 bulan. Selain itu terdapat galeri lelang bagi seniman yang terkenal juga atas dasar pemilihan dari masyarakat maupun pertimbangan dari pihak pengelola sehingga acara lelang ini diharapkan dapat selalu ada.
- Pasar Seni Lukis Potret
Pasar seni ino bersifat umum boleh diikuti oleh semua seniman seni namun tetap ada aturan dari pihak pengelola dalam mengikuti pasar ini. waktu yang diberikan sekitar 1bulan.
- Museum
Sebagai sarana bagi para pecinta lukis mengenaisejarah perkembangan seni lukis juga dapat menambah ilmu dan informasi mengenai seni lukis di di dunia dan Indonesia
3.3.2 Fasilitas Edukasi Sanggar lukis
Sanggar lukis ini untuk memberikan pelatihan metode pembuatan karya lukis bagi usia 4 – 16 tahun dan dewasa 15 tahun keatas dengan tingkat yang dibedakan berdasarkan program kursus. Terdapat beberapa kelas teori dengan jumlah ± 8-10 per kelas untuk anak – anak dan dewasa secara terpisah karena konsentrasi terhadap pelatihan seni lukis menjadi lebih optimal. Kelas – kelas disediakan secara bergantian untuk efisensi ruang. Jadwal dan materi kursus terdapat pada lampiran.
Perpustakaan
Disediakan untuk umum terutama bagi anak – anak, siswa yang mengikuti sanggara dapat meggunakan perpustakaan untuk meningkatkan ilmu seninya sehingga dapat membantu dalam praktiknya. Ruangan perpustakaan dilengkapi jaringan internet maka pengelola dapat secara langsung menerima atau memberikan akses informasi (pengetahuan). Perpustakaan ini memuat berbagai koleksi tentang seni khususnya seni lukis baik cetak maupun elektronik .
3.3.3 Fasilitas Jasa Perawatan dan Dokumentasi
Melibatkan sekelompok tenaga profesional guna membantu beberapa kegiatan yang berkenaan dengan koleksi seni lukis. Salah satu
tim secara lebih intensif mengembangkan diri pada bidang perawatan (konsevasi), manajemen koleksi, publikasi (media cetak dan elektronik), pendidikan.
Perawatan atau konservasi terhadap karya-karya seni dilakukan melalui upaya-upaya penanggulangan dari kemungkinan terjadinya kerusakan koleksi, baik melaui upaya pencegahan maupun perawatan khusus terhadap koleksi yang sudah mengalami kerusakan.
Pekerjaan konservasi dilakukan pada laboratarium Konservasi (ruang konservasi) dengan fasilitas penerangan bersikulasi udara, ber- AC, dan dialiri air distilasi. Laboratarium ini juga dilengkapi tabung-tabung gelas yang berfungsi sebagai wadah atau alat ukur/ analisa, alat-alat ukur elektronik dan komputer pendukung untuk analisa dan simulasi pekerjaan teknis mekanis. Area dengan dilengkapi serta alat pendingin untuk membasmi jamur atau serangga juga melengkapi laboratorium ini.
Ruang Penyimpanan Karya
Karya-karya seni lukis sebagian besar di tempatkan di ruang penyimpanan (storage) yang sudah memenuhi persyaratan peyimpanan karya seni rupa karena ruang penyimpanan tersebut dilengkapi dengan fasilitas mesin penyejuk ruangan, alat pengatur suhu udara, lemari kayu, panel kawat dan panel kayu, serta dilengkapi juga dengan alarm sistem sebagai sarana pengamanannya.
Dokumentasi
Terdiri dari ruang kerja khusus bidang dokumentasi. Pendokumentasian yang dilakukan berupa dokumentasi Pencatatan dan Dokumentasi Visual yang antara lain meliputi dokumentasi kegiatan, dokumentasi penerbitan dan dokumentasi koleksi.
Untuk dokumentasi koleksi karya lukis dilakukan dengan cara pembuatan catatan data dan informasi detail dari masing-masing koleksi(inventarisasi koleksi), pembuatan foto/slide tiap-tiap koleksi, pembuatan katalog koleksi, data-base dan CD-Rom. Untuk itu dibutuhkan
ruang penyimpan alat – alat dokumentasi, ruang pencetak koleksi dengan keamanan yang baik.
3.3.4 Ruang Diskusi, workshop, seminar
Kegiatan seminar atau diskusi dapat dilaksanakan di ruangan khusus untuk seminar berkapasitas kurang lebih 150 orang. Dalam hal kegiatan lokakarya (workshop) dilaksanakan dalam bentuk pelatihan terhadap bidang-bidang yang mengutamakan keterampilan khusus, seperti konservasi lukisan, pembuatan karya desin grafis, dan lain – lain.
Seminar/ diskusi tidak hanya diperuntukkan bagi sekelompok seniman namun bagi masyarakat awam juga.
3.3.5 Fasilitas Komersial
Fasilitas Komersial merupakan salah satu fasilitas penunjang yang terdiri dari toko souvenir, cafe, dan toko buku / peralalatan lukis. Fasilitas ini ditujukan untuk masyarakat umum. Selain itu diberikan ruang lelang, amphiteater untuk pagelaran seni yang dilakukan secara berkala diperuntukkan khususnya bagi pihak – pihak yang ingin mengadakan sedikit pagelaran serta pengenalan pada karya lukis dari galeri – galeri ternama.
3.3.6 Fasilitas Penginapan
Fasilitas penginapan diperuntukan bagi pihak – pihak seniman yang mengadakan pameran di kompleks tersebut. Selain itu penginapan juga diberikan bagi pengelola – pengelola acara / panitia acara pameran dari dalam maupun luar kota. Namun tetap dalam persetujuan pihak pengelola kompleks ini.
3.3.7 Fasilitas Servis dan Parkir
Pada fasilitas ini terdiri dari jasa perawatan lukisan, ruang mekanikal elektrikal, loading dock, parkir bis, taxi, parkir mobil pengunjung dan parkir pengelola.
3.4 Aplikasi Konsep Dengan Pendekatan Metaphor Intangible
Rumah lukis ini merupakan sarana bagi kelangsungan hidup seniman yang sudah profesional/ seniman yang masih baru merintis pekerjaannya dalam hal seni dan juga tidak menutup kemungkinan bagi para pecinta seni lukis yang masih awam terhadap seni. Secara garis besar proyek ini dibuat untuk memberikan wadah perkumpulan seniman untuk dapat beraktivitas secara bersama – sama antar sesama pecinta seni khususnya seni lukis dalam hal pembuatan karya, kegiatan pameran atau pemberian informasi pada publik.
3.4.1 Zoning berdasarkan Analisis Tapak
Dalam merancang diperlukan analisa sehingga ditemukan sebuah zoning. Pada awalnya zoning dibuat sesuai dengan hasil analisis tapak yang telah dilakukan (lihat lampiran). Zoning didapat dari 2 hal yaitu dari analisis tapak dan analisis konsep.Berikut ini merupakan zoning yang didapat dari analisis tapak berdasarkan tingkat kebutuhan matahari, angin, kebisingan, view, dan jenis kegiatan (lihat lampiran)
Zona Ramai Sibuk: Kegiatan yang melibatkan banyak orang yang saling berinteraksi yang menimbulkan keramaian
Zona ramai Santai: Kegiatan yang melibatkan orang banyak namun dilakukan dengan tidak terpatok pada aturan tertentu. Ada batasan sikap dari dasar pikiran dan perasaan.
Zona Sibuk tenang: kegiatan yang berjalan terus menerus secara teratur dan terarah sesuai apa yang telah direncanakan (sistem yang jelas)
Pengelompokkan Ruang Zona Sibuk- tenang - Sanggar lukis - Penginapan Seniman - Perpustakaan
Zona Ramai - Sibuk: - Toko / retail
- Cafe / resto
- Jasa perbaikan dan perawatan lukisan - Workshop
- Jasa servis
3.4.2 Zoning Berdasarkan Konsep Desain
Zoning yang didapat dari konsep “keterbukaan yang dinamis” ini mengambil unsur – unsur yang berhubungan dari definisi keterbukaan itu sendiri yang didapat dari karakter setiap kegiatan yang ada. Penjabaran karakter dari kegiatan – kegiatan yang ada di tabel “kriteria ruang” pada lampiran.
Melalui penjabaran kriteria ruang tersebut disimpulkan menjadi 3 unsur yaitu unsur “semangat”, unsur “peduli”, dan unsur “kreatif”. Ketiga hal dipakai sebagai acuan pembentuk zona untuk mempermudah pembagian ruang – ruang yang akan dimasukkan didalam site.
Zona -Ramai Santai: - Area Penerima - Museum
- Geleri tetap, tidak tetap - Ruang Serbaguna - Galeri lelang
- Pasar seni lukis potret - Jasa servis
Berdasarkan kamus besar Bahasa Indonesia (2003), pengertian dari 3 unsur tersebut ialah:
- Semangat: kekuatan batin, nafsu untuk bekerja, isi/ maksud yang tersirat - Kreatif: kemampuan menciptakan sesuatu yang baru; mengolah dari yang
tidak ada menjadi ada; mengolah ide yang sudah ada - Peduli: memperhatikan; menghiraukan; memberi perhatian
Setelah didapat zoning dari konsep maka pada desain Rumah Lukis ini tetap mengacu pada konsep zoning yang telah didapat sehingga dihasilkan desain pada halaman berikutnya.
Zona Peduli
- Area Penerima - Geleri tetap, tidak
tetap - Galeri lelang - Museum Zona Semangat - Toko/ retail - Cafe / resto
- Kantor & Jasa perbaikan dan perawatan lukisan - workshop - Fasilitas Servis Zona kreatif: - Sanggar lukis - Perpustakaan - Penginapan seniman
Gambar 3.3 Aplikasi Konsep Zoning
3.4.3 Bentuk Dasar Bangunan
Dalam mendapatkan bentuk dasar bangunan maka melihat konsep yang diambil yaitu ”keterbukaan yang dinamis.” Didalam menterjemahkan keterbukaan ini dengan melihat esensi dari kegiatan melukis. Esensi melukis itu sendiri diawali oleh kegiatan melihat, merasakan, berpikir dan bekerja sedangkan lukisan itu merupakan alat komunikasi dan dapat menghasilkan banyak respon dari orang yang melihatnya. Lukisan dengan orang yang melihatnya terjadi adanya hubungan / kontak. Kegiatan melihat merupakan awal terbentuknya sebuah lukisan. Selain itu melihat merupakan dasar sebuah hubungan / interaksi.
Kegiatan melihat berhubungan dengan konsep keterbukaan karena melihat merupakan kegiatan yang menggunakan indera mata. Indera mata yang membuka berarti melihat apa yang ada, menerima apa yang dilihatnya seperti halnya definisi keterbukaan berarti tidak ada hal yang ditutup – tutupi, tidak dirahasiakan, apa adanya sehingga bentuk dasar bangunan mengambil dari proses membukanya indera penglihatan dan didapat bentuk dasar segitiga. Sifat dinamis diterjemahkan dengan komposisi dari bentukan dasar segitiga.
Skema 3.4 Bentuk Dasar Bangunan Skema 3.3 Transformasi Bentuk
3.4.4 Pola Penataan Massa Bangunan
Pola penataan massa dipengaruhi oleh konsep, bentuk tapak dan kesimpulan zoning antara konsep dan analisis tapak. Penataan massa bangunan berdasarkan arah pandang manusia dan kendaraan dari jalan dan penataan massa bangunan sekitar. Penataan massa ini juga atas pertimbangan bentuk dasar segitiga yang bentuknya menyudut dan tegas sehingga penataan diambil unsur grid.
Gambar 3.4 Pola Penataan Massa
Grid yang dipakai garis dengan kemiringan 60 derajat dan sebaliknya mengikuti bentuk dasar segitiga yang didapat dari transformasi bentuk dasar. Garis merah tersebut sebagai dasar pembentukan massa bangunan. Sedangkan garis hitam lurus, garis hijau dan biru mengikuti garis grid bangunan yang ada disekitarnya sebagai dasar penataan massa bangunan sekaligus pola kolom pada bangunan dan pembentukkan ruang luar sehingga diperoleh desain pada halaman berikunya. Grid bangunan Termasuk penataan kolom Arah pandang
Gambar 3.3 Pola Penataan Massa
Gambar 3.6 Peletakkan Fungsi Bangunan
Galeri, museum Cafe& retail pengina pan Sanggar lukis
Penataan massa bangunan berdasarkan zoning site dan konsep zoning Alasan Peletakkan Fungsi bangunan:
• Galeri, museum diletakkan dibagian atas (belakang) yang merupakan bangunan utama yang berukuran besar sebagai penarik pengunjung dari jalan raya karena galeri itu sendiri sebagai ajang pamer karya lukis pada masyarakat yang terbuka untuk umum.
• Cafe dan toko – toko (retail) berukuran lebih kecil yang diletakkan dibagian depan sebagai penarik pengunjung karena sifatnya yang ramai. • Sanggar lukis diletakkan dibagian depan samping karena daerah yang
tidak begitu ramai dan mempermudah pencapaian bagi pengunjung yang fokus untuk mengikuti kursus.
• Penginapan seniman terletak dibagian belakang tingkat kebisingan yang kecil namun tetap meberikan kemudahan bagi masyarakat umum untuk dapat berinteraksi. Karya yang dibuat seniman tidak ditutupi sehingga mudah menjalain hubungan antar pecinta seni lukis. Oleh karena itu penginapan dibuat seperti cottage dengan penataan dan area komunikasi (area kumpul) antar masyarakat dan seniman.
3.4.5 Penataan Ruang Luar
Pada Penataan ruang luar maka konsep Keterbukaan yang dinamis pada setiap antar bangunan diberikan ruang luar sebagai pengikat antar massa bangunan yang terpisah. Massa bangunan dibuat terpisah (menyebar) karena ingin menunjukkan keterbukaan pada masyarakat supaya antar fungsi bangunan ada ruang luar sebagai kegiatan berinteraksi/ saling kontak (hubungan timbal balik).
Desain dibuat menjadi 4 buah sesuai dengan fungsi massa bangunan yaitu ruang luar bagi komplek penginapan seniman dan fasilitas edukasi; ruang luar antara galeri dan cafe; ketiga amphiteater sebagai penghubung antara semua massa yang merupakan kegiatan bersama sebagai awal perkembangan seni sehingga timbul seni – seni lainnya dan ruang luar berupa green roof sebagai tempat bertemunya/ berkumpulnya aktivitas bersama secara terbuka.
Kedinamisan ditunjukkan melalui bentuk, ketinggian antar ruang luar. fungsi yang berbeda dan material pengikat seperti unsur solid, air (liquid).
In Out (area servis) Entrance area servis out Side entrance Main entrance 3.4.6 Pola Sirkulasi Ruang Luar antara penginapan dan edukasi
Amphiteatre pembentuk ruang
luar
Ruang luar antara galeri dan cafe/retail
Gambar 3.8 Pola Sirkulasi dalam Tapak Gambar 3.7 Penataan Ruang Luar
Pola sirkulasi dalam site dibuat menyebar tidak linier namun dengan permainan ketinggian (ramp), komposisi bentuk dasar segitiga yang seakan tetap terbuka. Sirkulasi yang tatap ada batasan namun tetap mengelilingi sesuai dengan keinginan pengunjung. Garis merah ini merupakan pola sirkulasi yang mengikuti bentukan massa dan penataan massa yang bersifat menerima (terbuka). Sirkulasi dijabarkan menjadi 3 antara lain, sirkulasi kendaraan, sirkulasi pengunjung (pedestrian), sirkulasi karyawan termasuk sirkulasi servis.
Sirkulasi kendaraan pengunjung dibuat 2 berdasarkan analisis dan untuk memudahkan pengunjung yaitu entrance utama untuk seluruh aktivitas dan entrance fasilitas edukasi. Pemisahan ini dimaksudkan agar pengujung tidak perlu mengkuti alur masuk utama sehingga memudahkan pengunjung yang mengikuti kursus dan mempercepat waktu.
Sirkulasi pengunjung (manusia) dari jalan raya diberikan trotoar yang cukup lebar untuk dapat menarik pengunjung dari kampus, perumahan dan juga dapat terlihat dengan jelas bangunan – bangunan yang ada. Sedangkan sirkulasi pengunjung dalam site, pengunjung disambut oleh amphiteater yang terbuka dengan ketinggian 1 meter kemudian ke fasilitas lainnya dbuat memecah kekanan dan kekiri dengan permainan ramp sehingga tetap terasa adanya ajakan dan memberikan kenyamanan.
Dilihat dari bird eye view” dari arah barat daya kompleks bangunan dengan desain multimassa disatukan dengan kombinasi bentuk segitiga yang mayoritas bentuk segienam dengan dimensi yang berbeda – beda, atap tropis dengan melihat iklim negara Indonesia yaitu tropis lembab. Selain itu penggunaan green roof dimaksudkan untuk dapat melakukan kegiatan secara bersama – sama meskipun peletakkan massa yang terpisah namun tetap ada kontak antara bangunan satu dengan yang lainnya. Selain itu green roof ini juga dimaksudkan untuk semakin menambah unsur “green” didalam kompleks perumahan Citraland. Bentuk bangunan yang mangacu pada bentuk dasar segitiga ini memberikan kesan menerima semua yang datang, tidak menutup diri dari hal – hal baru tetapi tetap ada batasan, hal – hal yang perlu diperhatikan pada hal – hal yang masuk dalam kehidupan seni dengan diwujudkan dalam bentuk segitiga maju mundur sesuai desain grid awal.
Dilihat dari fasade kompleks site ini terlihat adanya kedinamisan dari ketinggian, ukuran bangunan, warna dan permainan dan fungsi solid/ void.
Gambar 3.10 Tampak Galeri
Ketinggian bangunan utama memang dibuat paling besar dari massa bangunan lainnya supaya dapat dilihat jelas dari luar kompleks terutama pengunjung yang datang dengan kendaraan. Selain itu ketinggian juga mengingatkan pada konsep dan fungsi bangunan itu sendiri sebagai tempat pamer.
Galeri disini dibuat besar dan tinggi untuk dapat menarik pengunjung dengan permainan atap yang maju mundur dan beda ketinggian. Bentuk atap tropis yang seakan ramah terhadap masyarakat. Pemakaian kaca untuk menarik pengunjung sehingga dapat mengetahui keberadaan acara pameran serta untuk melindungi fungsi galeri disini diberi shading yang dibuat dinamis. Warna tidak mencolok dengan warna putih pada dinding dan penataan jendela yang menonjol transparan dan tidak transparan karena disesuaikan dengan konsep dan fungsi bangunan.
Entrance utama dibuat terbuka dengan adanya kolom – kolom lampu yang berjajaran sebagai pengarah jalannya masuk yang dibuat tinggi rendah yang menandakan bahwa orang yang datang dengan hal yang belum memiliki informasi kemudian dengan semakin memperoleh banyak informasi mengenai seni. Semakin memasuki kompleks terdapat jajaran kolom sebagai atap peneduh pengunjung yang datang sehingga masih tetap terlindungi dari hujan apabila
Amphiteater ditengah dibuat terbuka agar tampilan bangunan maksimal tak terhalangi oleh bangunan lain serta dengan bentuk segienam yang disetiap arahnya terasa membuka diri untuk semuanya. Amphiteatre ini sebagai ajang untuk mempererat kebersamaan dengan pagelaran seni yang tidak hanya dalam hal lukis tetapi juga cabang seni lainnya sebagai penunjang kompleks rumah lukis ini.
Jajaran kolom lampu entrance
Gambar 3.12 Amphiteatre
Gambar 3.13 Split Level potongan AA
Pada gambar potongan, konsep keterbukaan ditampilkan melalui permainan split level dan jalan ramp pada ruang geleri. Pada ruang galeri ini setiap ruangnya dibuat tinggi 5 meter atau lebih dari 5 meter dimaksudkan untuk ruang pamer karya lukis denganberbagai ukuran. Dengan permainan split level dan ramp ini dimaksudkan iuntuk menambah space area pamer dan adanya kedinamisan pandangan pengunjung terhadap karya – karya yang dtampilkan dimana sebelumnya sudah disesuaikan dengan tinggi manusia pada umumnya dan jarak pandang manusia terhadap suatu objek.
3.5 Pendalaman Perancangan
Melalui pendekatan metaphor intangible maka akan didapatkan sebuah pendalaman yang dipilih untuk menunjang identitas yang lebih detail pada rumah lukis ini secara utuh dimana nantinya masalah-masalah desain yang lain juga turut mewarnai dan menjadi bagian yang menyatu dalam menentukan hasil akhir desain. Pendalaman perancangan juga tidak lepas dari konsep dasar perancangan yang mengacu pada “keterbukaan” yang “dinamis” sehingga dipilih pendalaman suasana. Suasana yang dihadirkan dari penerapan konsep keterbukaan yang dinamis ingin menunjukkan adanya hubungan timbal – balik (komunikasi) yang digambarkan dalam bentuk detail permainan solid- void, skala antar bangunan dan skala dalam ruang bangunan serta hubungannya dengan ruang luar. Dalam desain ini terdapat 5 buah elemen pembentuk suasana, antara lain:
- Area Entrance
Suasana entrance ini dicapai dengan jajaran kolom dari kecil ke besar dengan lampu lapisan photovoltaic yang dapat menyerap panas sehingga energi dapat dipakai pada malam hari. Diantara kolom – kolom tersebut diberi papan sebagai informasi pengunjung mengenai jadwal kegiatan pameran yang sedang berlangsung.
Pada area perkerasan pejalan kaki ini terdapat lampu – lampu yang sengaja dibuat menonjol dan dibuat mengarah ke jalan masuk kompleks sehingga pengunjung yang datang seakan disambut dengan ramah dan terbuka. Unsur air juga memberikan suasana yang sejuk dan membangkitkan suasana natural untuk menyambut kedatangan pengunjung.
- Teras penginapan seniman
Teras penginapan ini berfungsi sebagai tempat berkonsultasi, berkumpul antar seniman dan pengunjung, saling bertukar pikiran mengenai seni maka susana yang dihadirkan itu ramah, santai, terbuka satu dengan yang lainnya. Hal ini dicapai dengan permainan atap yang terkesan ringan eengan struktur tarik, penggunaan partisi kaca air, lantai yang nyaman dalam melakukan aktivitas melukis.
- Area edukasi
Area edukasi pada bagian area duduk dibuat kesan terbuka dengan pemberian elemen skylight dengan bentuk segitiga sesuai dengan bentuk dasar bangunan. Pada bagian lantai atas terdapat green roof untuk kegiatan baca dan lukis bersama. Lantai area duduk dibuat naik 1 tingkat dengan lapisan lantai karpet yang lebih terkesan ramah dan elegan.
- Ruang Galeri
Suasana yang ditampilkan ruang galeri ini ingin memberikan kesan ramah, terbuka antara karya lukis yang ditampilkan dengan seniman dan pengunjung maka dibuat split level sehingga terlihat dinamis.
- Area Entrance dan retail
Area entrance ini dibuat meninggi 1 meter dari area dropping area sehingga dari main entrance dan dari lantai green roof cafe outdoor, pengunjung yang berada di lantai cafe outdoor dan main entrance dapat saling melihat. Jarak pandangan manusia 59derajat.
Gambar 3.17 Suasana Ruang Duduk Fasilitas Kursus
Gambar 3.18 Suasana Galeri
3.6 Sistem Struktur
Proyek ini menggunakan sistim struktur rangka batang (balok-kolom beton). Hal ini dipermudah dengan pemilihan bentukan bangunan yang terdiri dari segitiga yang stabil. Modular bangunan menggunakan bentangan 8 meter dan 4 meter. Hal ini sesuai dengan petunjuk dari pihak Citraland mengenai peletakan pondasi yang cocok di lahan Citraland.
Kolom yang dipergunakan berukuran 40cm x 40cm. Sementara balok bentang memakai beton dengan spesifikasi d/h :
• Bentang 8 meter: 40 cm/ 20 cm • Bentang 4 meter: 20 cm/ 10 cm
Pada rangka atap menggunakan baja (canstelated beam ) karena bentangnya yang cukup lebar 8 meter dan 16 meter
3.7 Sistem Utilitas Bangunan 3.7.1 Sistem Distribusi Air Bersih
Pendistribusian air bersih dilakukan dengan menggunakan sistem up feed yaitu dengan menggunakan tandon bawah yang letaknya ditanam. Air bersih dari sumber pengelola perumahan Citraland didistribusikan ke kompleks bangunan ke tandon bawah utama yang ditanah. Massa dalam kompleks berjauh – jauhan sehingga meteran dibuat dua untuk menyuplai dua area yang sebelumnya area tersebut dibagi menjadi dua yang bertujuan
agar kebutuhan air bersih tetap terjamin. Air dari tandon bawah utama dipompa ke tandon atas kemudian disitribusikan secara horisontal.
3.7.2 Sistem Pembuangan Kotoran dan Air Kotor
Massa bangunan di kompleks ini berjauhan dan letak toilet yang juga banyak dan saling berjauhan sehingga dengan pertimbangan efisiensi maka utilitas air kotor dan kotoran disediakan pada setiap massa bangunan dan disetiap massa disediakan septictank dan sumur resap. Selain itu, pemberian filter pada area pembersihan dan toilet sanggar lukis dan penginapan untuk dapat menyaring minyak yang dihasilkan dari kegiatan melukis dan memasak di bagian cafe.
3.7.3 Sistem Pembuangan Air Hujan
Sistem air hujan turun melalui talang – talang horisontal disekeliling bangunan kemudian turun lewat talang vertikal yang mengumpul di bak kontrol yang letaknya biasanya didekat kolom bangunan kemudian dibuang ke saluran kota. Jarak antar bak kontrol kurang lebih 6 meter.
3.7.4 Sistem Pembuangan Sampah
Sampah kebanyakan dihasilkan dari kegiatan pembenahan dan perawatan lukisan. Sampah – sampah tersebut dikumpulkan dan disediakan gerobak pengangkut sampah lalu dibuang pada tempat pembuangan sampah (loading dock). Sampah diambil oleh truk pengangkut sampah dan dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang dikelola oleh pihak Citraland.
3.7.5 Sistem Tata Udara
Penghawaan pada kompleks ini menggunakan penghawaan alami pada ruang – ruang terbuka seperti teras seniman, kamar, penginapan seniman karena sebagian besar cat yang dihasilkan untuk menghasilkan karya lukis menghasilkan bau yang tidak sedap sehingga memerlukan angin. Sedangkan bangunan lainnya menggunakan penghawaan pasif yaitu dengan sistem split karena hemat energi sehingga adapat dimatikan saat
tidak ada kegiatan, lebih efisien karena tergantung dari kegiatan dan jam sewa galeri.
3.7.6 Sistem Distribusi Listrik
Pendistribusian listrik dari PLN kemudian masuk ke panel utama kompleks bangunan. Pada setiap massa bnagunan disediakan panel – panek listrik kecil yang dihubungkan dari panel listrik utama. Selain itu tersedia fasilitas genset jika terjadi pemadaman listrik.