• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu prioritas pangan yang menjadi perhatian serius adalah pangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu prioritas pangan yang menjadi perhatian serius adalah pangan"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu prioritas pangan yang menjadi perhatian serius adalah pangan jajanan anak sekolah (PJAS). Hal ini dianggap penting mengingat anak sekolah merupakan cikal bakal sumber daya manusia (SDM) suatu bangsa (BPOM, 2011). Kebiasaan mengkonsumsi makanan jajanan sangat populer dikalangan anak-anak sekolah. Kebiasaan jajan tersebut sangat sulit untuk dihilangkan. Biasanya makanan jajanan yang mereka sukai adalah makanan dengan warna, penampilan, tekstur, aroma dan rasa yang menarik. Mereka juga pada umumnya membeli jenis makanan jajanan yang kandungan zat gizinya kurang beragam yaitu hanya terdiri dari karbohidrat saja atau karbohidrat dan lemak (minyak). Kegemaran anak-anak akan hal yang manis dan gurih dan sering dimanfaatkan oleh para penjual untuk menarik perhatian anak-anak. Makanan jajanan yang ditawarkan belum tentu menyehatkan, karena kebanyakan dari penjual makanan jajanan belum sepenuhnya memperhatikan kebersihan, keamanan dan kandungan gizi makanan yang dijajakan (Putra EP, 2009). .Rendahnya tingkat keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) masih menjadi permasalahan penting. Data pengawasan PJAS Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) pada tahun 2008-2010 menunjukkan bahwa 40-44% PJAS tidak memenuhi syarat karena mengandung bahan kimia berbahaya, bahan tambahan pangan (BTP) melebihi batas aman serta cemaran mikrobiologi (BPOM, 2011).

(2)

2

Pada tahun 2010 – 2013 presentase PJAS yang memenuhi syarat mengalami peningkatan dari 55,52% menjadi 80,79%, sedangkan pada tahun 2014 terjadi penurunan presentase PJAS yang memenuhi syarat, yaitu sebesar 76,18% dimana targetnya dalah 90%. Penyebab PJAS tidak memenuhi syarat dari tahun 2009 – 2014 yang paling tinggi disebabkan oleh pencemaran mikroba, BTP berlebih dan penggunaan bahan berbahaya (Kemenkes, 2015). Hasil pemantauan BPOM tahun 2011 menunjukkan ada 35,5% dari keseluruhan makanan jajanan anak sekolah yang tidak memenuhi syarat keamanan. Data Kejadian Luar Biasa (KLB) keracunan pangan yang dihimpun oleh Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM RI dari Balai Besar/Balai POM di seluruh Indonesia pada tahun 2008-2010 menunjukkan bahwa 17,26% - 25,15% kasus terjadi di lingkungan sekolah dengan kelompok tertinggi siswa sekolah dasar (SD) dan pada tahun 2010 kasus keracunan pangan yang tertinggi terjadi di tempat tinggal sebesar 46.0% dan berikutnya di sekolah/kampus sebesar 21.4% (BPOM, 2011). Keadaan ini apabila dibiarkan akan berdampak kurang baik terhadap kondisi kesehatan anak, karena 78% anak sekolah jajan di sekolah (Wariyah, 2013).

Makanan jajanan adalah makanan dan minuman yang dipersiapkan dan dijual oleh pedagang kaki lima di jalanan dan di tempat-tempat keramaian umum lain yang langsung dimakan atau dikonsumsi tanpa pengolahan atau persiapan lebih lanjut (Aprillia, 2013). Makanan jajanan memegang peranan yang cukup penting dalam memberikan asupan energi dan zat gizi lain bagi anak-anak usia sekolah. Konsumsi makanan jajanan anak sekolah perlu diperhatikan karena aktivitas anak yang tinggi.

(3)

3

Konsumsi makanan jajanan anak diharapkan dapat memberikan kontribusi energi dan zat gizi lain yang berguna untuk pertumbuhan anak (Hamida, 2012). Makanan jajanan menyumbang 36% energi dari konsumsi pangan harian (BPOM, 2011)

Pemilihan makanan jajanan merupakan salah satu bentuk perilaku kesehatan. Perilaku kesehatan merupakan hal-hal yang berkaitan dengan tindakan atau kegiaan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan. Perilaku sendiri dibentuk melalui suatu proses dan berlangsung dalam interaksi manusia dengan lingkungannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya perilaku dibedakan menjadi dua, yaitu faktor intern dan ekstern. Faktor intern mencakup pengetahuan, kecerdasan, persepsi, emosi, motivasi, dan sebagainya yang berfungsi mengolah rangsang dari luar, sedangkan faktor ekstern meliputi lingkungan sekitar, baik fisik maupun non fisik seperti iklim, manusia, sosial ekonomi, kebudayaan, dan sebagainya (Aprillia, 2013).

Undang-undang No 36 tahun 2009 tentang kesehatan mengamanatkan bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UU No. 36 Tahun 2009). Pemerintah melalui berbagai program intervensi pangan dan gizi di masyarakat berusaha untuk melakukan perbaikan gizi di Indonesia. Salah satu jenis intervensi yang dapat dilakukan oleh pemerintah adalah melalui pendidikan gizi. Pendidikan gizi merupakan suatu upaya untuk membuat seseorang atau sekelompok masyarakat sadar akan pentingnya gizi. Upaya sosialisasi dan

(4)

4

penyampaian pesan-pesan gizi sebagai bagian dari pendidikan gizi menjadi unsur penting untuk meningkatkan status gizi masyarakat (Ikada, 2010).

Pendidikan kesehatan merupakan upaya peningkatan perilaku hidup sehat di masyarakat dengan tujuan menyadarkan masyarakat untuk mencegah penyakit dan meningkatkan derajat kesehatan (Mahdali, 2013). Salah satu strategi untuk memperoleh perubahan perilaku adalah dengan pemberian informasi untuk meningkatkan pengetahuan sehingga menimbulkan kesadaran dan pada akhirnya orang akan berperilaku sesuai dengan pengetahuannya tersebut. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behaviour). Hal ini didasarkan pada pengalaman berbagai penelitian yang menyatakan bahwa perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih tahan lama daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan termasuk di dalamnya pengetahuan gizi, jajan, dan makanan jajanan dapat diperoleh melalui pendidikan formal maupun informal (Aprillia 2013).

Pendidikan gizi hendaknya dimulai dari sejak dini. Pendidikan gizi dan kesehatan mulai diarahkan pada murid Taman Kanak-Kanak (TK) dan SD, mengingat kelompok usia ini memiliki kebiasaan sikap yang masih relatif mudah dibentuk. Pendidikan gizi pada anak mempunyai beberapa keuntungan antara lain anak-anak mempunyai pemikiran yang terbuka dibandingkan dengan orang dewasa dan pengetahuan yang diterima merupakan dasar bagi pembinaan kebiasaan makannya (Ikada, 2010).

(5)

5

Pendidikan gizi berbasis sekolah merupakan upaya pendidikan gizi yang efektif dan efisien untuk mencapai segmen populasi besar anak sekolah. Masih adanya masalah gizi pada anak-anak SD disebabkan antara lain oleh kurangnya pengetahuan tentang makanan dan aktivitas fisik yang sehat (Hermina, 2010). Pendidikan gizi gizi selalu dimaksudkan agar anak didik mengubah perilaku konsumsi pangan menuju perilaku yang lebih baik. Salah satu tujuan umum dari pendidikan gizi adalah mengembangkan pengetahuan dan sikap tentang peranan makanan yang bergizi bagi kesehatan manusia (Ikada, 2010).

Anak usia sekolah cenderung aktif, senang bermain, dan banyak bertanya sehingga metode yang dipilih memungkinkan anak berperan secara penuh dalam belajar sehingga anak menghargai pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh atas usaha sendiri. Berbagai metode yang mendorong peran serta dan keterlibatan anak dalam kegiatan pembelajaran meliputi permainan, diskusi kelompok, peragaan (Sartika, 2012). Oleh karena itu, konsep pendidikan yang paling sesuai pada masa ini adalah konsep pendidikan yang dipadukan dengan bermain (Ikada, 2010). Salah satu sarana edukasi yang sesuai dengan konsep menyenangkan adalah melalui bermain peran (role play).

Role play atau bermain peran adalah metode pembelajaran sebagai bagian dari simulasi yang diarahkan untuk mengkreasi peristiwa sejarah, peristiwa aktual atau kejadian yang akan datang. Tujuan bermain peran dalam pendidikan adalah untuk memecahkan masalah melalui tindakan dan peragaan. Dengan menerapkan metode bermain peran dalam pembelajaran, maka anak-anak dapat dengan mudah menyerap

(6)

6

pesan atau materi, selain itu anak belajar bekerja sama, toleransi dan memahami perasaan kawannya (Zumaroh, 2012).

Metode role play dikenal juga sebagai salah satu metode dalam pemberian pendidikan gizi. Dalam metode ini peserta pendidikan turut berperan aktif dalam permainan peran yang karakter dan jalan ceritanya diciptakan dari permasalahan yang sering dihadapi, dan setelah itu dilakukan diskusi untuk mencari alternatif pemecahan masalah. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wulandari (2007) mendapatkan hasil berupa skor pengetahuan gizi pada anak sekolah yang mendapat pendidikan gizi dengan metode role play mengalami peningkatan secara signifikan. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Hidayati (2011) mengemukakan bahwa ada pengaruh pelatihan gizi dengan metode role play dan audiovisual terhadap tingkat pengetahuan tentang gizi di wilayah kerja Puskesmas Kasihan I Bantul. Penelitian Muzdalifah (2013) mengemukakan bahawa penerapan metode role play pada pembelajaran fungsi organ pencernaan manusia dan hubungannya dengan makanan dan kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan gizi siswa di SD Negeri 2 Boja. Keberhasilan pendidikan gizi ditandai dengan adanya peningkatan pada pengetahuan gizi sasaran. Peningkatan pengetahuan gizi kemudian akan mempengaruhi sikap dan perilaku sasaran terhadap gizi dan kesehatan (Ikada, 2010).

Sekolah Dasar Negeri 060933 adalah salah satu dari 56 SD negeri dan swasta yang berada di Kecamatan Medan Johor. Berdasarkan pengamatan, sekolah ini memiliki satu buah kantin yang digunakan bersama dengan SD lain dalam komplek sekolah. Kantin yang ada tidak memadai, dimana berupa bangunan semipermanen

(7)

7

yang berlantai tanah. Jumlah kantin yang tersedia hanya 1 (satu). Penjaja makanan banyak berjualan di luar komplek sekolah dengan menjual makanan dan minuman yang bervariasi. Penjual jajanan ini tidak pernah didata jumlah maupun jenis makanan dan minuman yang dijual.

Hasil wawancara pendahuluan dengan kepala sekolah, diketahui bahwa siswa diperbolehkan membeli makanan jajanan yang terdapat di kantin dan di luar sekolah. Upaya edukasi sekolah kepada siswa terhadap pemilihan makanan jajanan hanya berupa wacana saat upacara, tidak ada upaya edukasi khusus. Selain itu, belum adanya partisipasi puskesmas maupun BPOM dalam edukasi maupun dalam menilai keamanan makanan jajanan yang ada di lingkungan sekolah. Pihak sekolah hanya mengatakan kepada penjual jajanan secara informal untuk tidak menggunakan bahan berbahaya, tetapi tidak pernah melakukan evaluasi. Belum pernah didapatkan kasus keracunan di SD Negeri 060933 maupun kejadian diare yang langsung terjadi setelah anak membeli makanan atau minuman di penjaja makanan di sekolah.

Pengetahuan beberapa siswa yang diwawancara menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan siswa masih rendah mengenai makanan jajanan yang sehat maupun yang tidak sehat. Hal ini ditunjukkan dengan membeli makanan jajanan yang tidak bersih seperti makanan yang tidak ditutup atau dikemas dengan baik yang dihinggapi lalat dan terpapar debu dan membeli makanan serta minuman yang berwarna mencolok. Lebih banyak siswa membeli jajanan di penjual yang berjualan di luar gerbang sekolah jika dibandingkan dengan siswa yang membeli jajanan di kantin. Siswa juga tidak terbiasa membawa bekal ke sekolah.

(8)

8

Hasil penelitian pendahuluan terhadap makanan dan minuman yang dijual di lingkungan sekolah, didapatkan 1 sampel bakso yang mengandung boraks dari 2 sampel bakso yang diteliti, 1 sampel tahu yang mengandung boraks dari 1 sampel tahu yang diteliti, 1 sampel tahu yang mengandung formalin dari 1 sampel tahu yang diteliti, 1 minuman jenis limun yang mengandung pemanis buatan berupa siklamat dari 2 jenis minuman yang diteliti serta tidak ditemukannya penggunaan rhodamin pada 2 sampel saos yang diteliti. Hal ini menunjukkan bahwa masih rendahnya tingkat keamanan makanan jajanan di lingkungan sekolah tersebut, yang dapat mengakibatkan gangguan kesehatan pada siswa.

Berdasarkan permasalahan tersebut peneliti bermaksud meneliti pengaruh metode role play terhadap perilaku pemilihan makanan jajanan siswa Sekolah Dasar Negeri 060933 Kota Medan karena dengan menerapkan metode bermain peran dalam pembelajaran, maka anak-anak diharapkan dapat dengan mudah menyerap dan mempraktekkan pesan atau materi yang disampaikan dengan baik.

1.2 Permasalahan

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh metode role play terhadap perilaku pemilihan makanan jajanan siswa Sekolah Dasar Negeri 060933 Kecamatan Medan Johor Kota Medan tahun 2016.

(9)

9

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya pengaruh metode role play terhadap perilaku pemilihan makanan jajanan siswa Sekolah Dasar Negeri 060933 Kecamatan Medan Johor Kota Medan tahun 2016.

1.4 Hipotesis

Ada pengaruh metode role play terhadap perilaku pemilihan makanan jajanan siswa Sekolah Dasar Negeri 060933 Kecamatan Medan Johor Kota Medan tahun 2016.

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan:

1. Sebagai bahan informasi kepada institusi sekolah dalam melakukan mendidik siswa untuk berprilaku pemilihan makanan jajanan yang baik serta sebagai bahan pemantauan dan intervensi terhadap penjual makanan jajanan di lingkungan sekolah.

2. Sebagai bahan informasi bagi Dinas Kesehatan dalam manajemen dan evaluasi kinerja pengawasan jajanan sekolah

Referensi

Dokumen terkait

(2) Tarif Diklat Pembentukan Diploma III clan Diploma IV sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) untuk taruna sebelum angkatan tahun 20 15/ 20 16 ditetapkan clengan

Manusia dalam kehidupannya memiliki banyak sekali kebutuhan, dan sudah menjadi kewajiban baginya untuk memenuhi kebutuhan tersebut baik material ataupun moral, hal ini

Ketika orang-orang dari budaya yang berbeda mencoba untuk berkomunikasi, upaya terbaik mereka dapat digagalkan oleh kesalahpahaman dan konflik bahkan

Dengan cara yang sama untuk menghitung luas Δ ABC bila panjang dua sisi dan besar salah satu sudut yang diapit kedua sisi tersebut diketahui akan diperoleh rumus-rumus

Dari teori-teori diatas dapat disimpulkan visi adalah suatu pandangan jauh tentang perusahaan, tujuan-tujuan perusahaan dan apa yang harus dilakukan untuk

Teman janda Crusoe menyimpan uangnya dengan aman, dan setelah pergi ke Lisbon, Crusoe mendengar dari kapten orang Portugis bahwa perkebunannya di Brazil telah mendapatkan

manual, namun salah. Pilih ulang jenis jaringan berdasarkan jenis SIM/USIM card yang digunakan. Terkoneksi ke Internet, namun tidak bias membuka halaman website apa pun.

Logo merupakan lambang yang dapat memasuki alam pikiran/suatu penerapan image yang secara tepat dipikiran pembaca ketika nama produk tersebut disebutkan (dibaca),