• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR. Panduan Implementasi Kurikulum Kemaritiman

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KATA PENGANTAR. Panduan Implementasi Kurikulum Kemaritiman"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Secara eksplisit pengembangan diversifikasi kurikulum yang materinya disesuaikan dengan potensi dan karakteristik daerah, serta kebutuhan siswa telah diamanatkan dalam UURI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas termaktub pada Pasal 36, Ayat (2) yang berbunyi: “kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan siswa”. Prinsip ini dapat dimaknakan bahwa kegiatan pendidikan yang ada dalam diversifikasi kurikulum pada dasarnya dapat dirancang agar bahan kajian tersebut mampu memberikan bekal pengetahuan, keterampilan dan perilaku bagi siswa sehingga mereka memiliki wawasan yang mantap tentang keadaan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sesuai dengan norma, nilai-nilai, dan tata aturan yang berlaku di daerahnya dan sekaligus mendukung kelangsungan pembangunan daerah, serta pembangunan nasional.

Panduan implementasi kurikulum kemaritiman merupakan hal yang perlu diwujudkan untuk kemajuan daerah bersangkutan. Ke depan, diversifikasi kurikulum yang dikembangkan di daerah, terutama untuk menjawab tantangan dan dinamika perubahan sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan masyarakat pada daerah bersangkutan sebagai koridor penerapan otonomi pendidikan. Otonomi pendidikan yang efektif sebaiknya tidak hanya melibatkan proses pemberian kewenangan dan pendanaan yang lebih besar dari pemerintah ke pemerintah daerah, tetapi otonomi juga harus menyentuh pemberian kewenangan yang lebih besar kepada daerah, termasuk sekolah dalam menentukan kebijakan pengembangan diversifikasi kurikulum daerah.

Di samping itu, konten dalam kurikulum kemaritiman juga menggambarkan ragam potensi yang terdapat di daerah, seperti kearifan lokal, budaya lokal, sumber daya alam, norma dan nilai-nilai yang memerlukan kesepakatan di tingkat daerah. Diyakini dengan adanya panduan implementasi kurikulum kemaritiman akan menjadi salah satu unsur yang memberikan kontribusi yang cukup signifikan dalam mewujudkan proses berkembangnya kualitas potensi siswa agar peduli dengan konteks daerah. Jadi, tidak dapat disangkal lagi bahwa panduan implementasi kurikulum kemaritiman yang dikembangkan sangat diperlukan sebagai instrumen untuk mengarahkan siswa menjadi warga negara yang memiliki standar di berbagai bidang kehidupan dalam rangka memudahkan mereka untuk menentukan kepastian apa yang harus dilakukan dan mengukur sejauh mana keberhasilan pencapaiannya.

(3)

memberikan arah kepada pihak-pihak terkait agar para pembuat kebijakan, baik dari pihak legislatif, yudikatif maupun eksekutif mulai dari tingkat pusat, provinsi, hingga daerah kabupaten/kota memiliki kepedulian untuk menghasilkan kurikulum yang sarat dengan nuansa diversifikasi kurikulum.

Kepala Pusat Kurikulum dan Perbukuan

Dr. Awaluddin Tjalla KATA PENGANTAR 1 DAFTAR ISI 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 4 B. Landasan Hukum 4 C. Tujuan 5 D. Sasaran 5

BAB II KONSEP KURIKULUM KEMARITIMAN

A. Pengertian Kurikulum Kemaritiman 6

B. Urgensi Kurikulum Kemaritiman 6

C. Konsep Kunci Kurikulum Kemaritiman 8

D. Muatan Kurikulum Kemaritiman 8

E. Prinsip Kurikulum Kemaritiman 9

BAB III MODEL IMPLEMENTASI KURIKULUM KEMARITIMAN

A. Kontekstualisasi/Warna Mata Pelajaran 12

B. Pengayaan/Integrasi dalam Mata Pelajaran 12

C. Ekstra Kurikuler dan Budaya Sekolah 12

D. Mata Pelajaran Tersendiri 14

E. Peran Pemerintah Daerah (Provinsi dan Kabupaten/ Kota) 15 BAB IV

BAB V

CONTOH MODEL IMPLEMENTASI PENUTUP

17 85

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional telah mengamanatkan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk mendorong berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab. Untuk mewujudkan tujuan ini, kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan dan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan siswa. Salah satu bentuk dari diversifikasi tersebut yakni bidang Kemaritiman.

Bidang kemaritiman merupakan salah satu arus utama pembangunan Indonesia saat ini. Upaya diversifikasi kurikulum yang memasukkan lebih banyak muatan khas keilmuan dan keterampilan kemaritiman dalam proses pendidikan guna membangun manusia Indonesia yang unggul dan berdaya saing sangat diperlukan. Hal ini untuk mendukung misi pembangunan kemaritiman nasional, yakni menjadikan Indonesia sebagai negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional menuju Poros Maritim Dunia. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada saat ini sudah mengembangkan Kurikulum Kemaritiman untuk jenjang PAUD, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK Non-Kemaritiman.

Agar Kurikulum Kemaritiman dapat diterapkan di sekolah, maka dipandang perlu Panduan Implementasi Kurikulum Kemaritiman untuk pihak terkait, seperti pembuat kebijakan, baik dari pihak legislatif, yudikatif maupun eksekutif mulai dari tingkat pusat, provinsi, hingga daerah kabupaten/kota, serta pendidik dan tenaga kependidikan akan lebih mudah dalam menerapkan proses pendidikan yang muatan kurikulumnya berorientasi kemaritiman dan terstruktur mulai jenjang PAUD, SD/MI, SMP/MTS, hingga SMA/MA/SMK dalam upaya mencapai misi pembangunan Indonesia tersebut.

B. Landasan Hukum

Landasan hukum Kurikulum Kemaritiman adalah:

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang RI Nomor 17 Tahun 1985 tentang Pengesahan United Nations

Convention on The Law of The Sea (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang

Hukum Laut);

3. Undang-Undang RI Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia;

4. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional; 5. Undang-Undang RI Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Nasional Tahun 2005-2025;

6. Undang-Undang RI Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran; 7. Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan;

8. Undang RI Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak;

9. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019;

10. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan;

11. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 20 Tahun 2016 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah;

12. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 21 Tahun 2016 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah;

13. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah;

14. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 24 Tahun 2016 tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran Pada Kurikulum 2013 Pada Pendidikan Dasar dan Menengah;

15. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 146 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini;

16. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 137 Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini; dan

17. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Republik Indonesia Nomor 01/PER/MENKO/MARITIM/III/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman.

C. Tujuan

Panduan ini bertujuan untuk memberikan acuan bagi pembuat kebijakan di tingkat pusat dan daerah, pendidik, dan tenaga kependidikan dalam mengembangkan dan melaksanakan Kurikulum Kemaritiman.

D. Sasaran

Panduan ini diharapkan dapat digunakan oleh para pembuat kebijakan di tingkat pusat dan daerah, pendidik, dan tenaga kependidikan dalam implementasi dan pengejawantahan Kurikulum Kemaritiman di seluruh daerah Indonesia.

(5)

BAB II

KONSEP KURIKULUM KEMARITIMAN

A. Pengertian Kurikulum Kemaritiman

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut, ada dua dimensi kurikulum, yang pertama adalah rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, sedangkan yang kedua adalah cara yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran.

Kurikulum Kemaritiman merupakan kurikulum yang berdasarkan wawasan sejarah maritim, nilai budaya maritim, dan potensi kemaritiman untuk menanamkan cinta tanah air dan jiwa bela negara yang berkarakter maritim dalam rangka membangun manusia Indonesia yang unggul dan berdaya saing menuju pencapaian kejayaan Indonesia sebagai bangsa dan negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional.

B. Urgensi Kurikulum Kemaritiman

Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelagic state) terbesar di dunia dengan wilayah laut seluas 6,65 juta km2 atau sekitar 76,94% dari luas total wilayah negara (Ramdhan dan Arifin, 2013) dan garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada, yaitu 99.093 kilometer (BIG, 2012). Sebanyak 17.504 pulau yang terbentang dari Sabang sampai Merauke (BIG, 2012) dipersatukan oleh luasnya laut Nusantara ini. Sejumlah 13.466 pulau di antaranya sudah bernama dan didaftarkan ke Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 2012. Kedaulatan dan hak berdaulat negara Indonesia atas wilayah maritimnya telah diakui dan dijamin oleh United Nations Convention on the

Law of the Sea (UNCLOS) dan Undang-Undang RI No. 17 Tahun 1985 tentang

Pengesahan UNCLOS.

Potensi sumber daya kelautan yang tersedia di antaranya berupa keanekaragaman hayati laut, sumber daya ikan laut, dan energi laut terbarukan sangat melimpah. Keanekaragaman hayati laut Indonesia merupakan yang terbesar di dunia yang dikenal dengan istilah marine mega-biodiversity, karena lebih dari 10.000 spesies biota laut teridentifikasi. Potensi lestari (maximum sustainable yield) sumber daya ikan laut Indonesia diperkirakan mencapai 6,4 juta ton per tahun dengan volume yang boleh dimanfaatkan sebesar 80% atau sekitar 5,12 juta ton per tahun (Dahuri, 2003). Sementara itu, total potensi energi laut terbarukan nasional yang meliputi energi panas laut, gelombang laut, dan arus laut, secara teoritis mencapai 727.000 MW. Teknologi

gelombang dan arus pasang surut yang paling siap dengan potensi praktis sebesar 6.000 MW berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Asosiasi Energi Laut Indonesia

(Aseli) (Ditjen EBTKE, 2012).

Secara ekonomi, potensi maritim Indonesia ditaksir lebih dari Rp 8.000 trilyun/tahun (Soemarwoto, 2003). Potensi ini setara dengan lima kali APBN tahun 2013 yang mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 40 juta jiwa. Apabila potensi maritim ini dikembangkan secara optimal, maka akan menciptakan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru yang akan menyebar secara proporsional ke seluruh wilayah Indonesia hingga ke pulau-pulau terluar dan wilayah perbatasan. Pusat-pusat

pertumbuhan ekonomi tersebut akan menciptakan sabuk pengaman (security belt) yang akan memperkokoh NKRI.

Pembangunan sektor perhubungan laut dan industri galangan kapal secara signifikan juga akan meningkatkan efisiensi dan daya saing perekonomian Indonesia. Hal ini karena Indonesia terletak di antara Benua Asia dan Benua Australia, serta Samudera Hindia dan Samudera Pasifik yang memiliki posisi strategis secara geoekonomi dan geopolitik. Selain sebagai pusat alur pelayaran dan perdagangan dunia, Indonesia juga memegang peranan penting dalam menjaga stabilitas politik dan keamanan maritim regional dan dunia. Dengan potensi maritim yang besar ini sudah selayaknya Indonesia menjadi Poros Maritim Dunia.

Sejarah telah membuktikan bahwa bangsa Indonesia di masa lampau juga pernah memiliki kejayaan maritim dengan pelaut-pelaut tangguh dan kerajaan-kerajaan Nusantara berbasis maritim. Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Majapahit merupakan contoh dari kejayaan kerajaan-kerajaan Nusantara berorientasi maritim. Sebagai buktinya, wilayah kekuasaan Kerajaan Majapahit hingga Semenanjung Malaya dan Kerajaan Sriwijaya mencapai Champa yang hal ini tidak dapat dicapai bila tidak dapat menaklukkan lautan dan menguasai pelabuhan-pelabuhan.

Kesadaran mengenai pentingnya pengembalian jati diri Bangsa Indonesia sebagai bangsa maritim ditandai oleh pidato pertama Bapak Joko Widodo pada tahun 2014 sebagai Presiden Republik Indonesia. Beliau mengajak kembali kepada rakyat Indonesia untuk melihat lautan yang mendominasi wilayah NKRI sebagai masa depan bangsa menuju „Poros Maritim Dunia‟. Dalam upaya merealisasikan hal tersebut, Pemerintah telah menetapkan arah pembangunan nasional yang lebih berorientasi maritim menuju Indonesia sebagai negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional sebagaimana tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019.

Untuk mencapai misi pembangunan ini, diperlukan pembangunan sumber daya manusia (SDM) Indonesia di bidang maritim yang unggul dan berdaya saing yang saat ini dirasa belum mumpuni dalam pengelolaan dan pemanfaatan potensi kemaritiman. Misalnya, ketidaktahuan dan/atau ketidakpedulian masyarakat terhadap kelestarian sumber daya laut masih banyak dijumpai dengan masih maraknya penangkapan ikan yang merusak (racun bius dan bom) dan penebangan hutan mangrove secara berlebihan untuk kegiatan ekonomi. Luas terumbu karang Indonesia yang sebesar 25 juta hektar (BIG, 2013) diketahui pada 93 daerah dan 1.259 lokasi (kompilasi data sejak tahun 1993) hanya 5% yang memiliki status sangat baik, 27,01% dalam kondisi baik, 37,97% kondisi sedang, dan 30,02% dalam kondisi buruk (CRITC COREMAP-CTI P2O LIPI, Pers release 11 Februari 2016). Indonesia juga mempunyai hutan mangrove yang sangat luas (3 juta hektar) atau 20% dari luas mangrove di dunia. Namun Food and

Agriculture Organization (FAO) tahun 2014 menyatakan Indonesia telah mengalami

kerusakan mangrove terbesar di dunia, yaitu sekitar 40% dalam tiga dekade terakhir. Kerusakan ini berdampak pada berkurangnya habitat biota laut tertentu dan meningkatkan risiko bencana di wilayah pesisir, seperti abrasi dan banjir rob.

Kondisi ini diperparah dengan banyaknya pencurian ikan oleh nelayan asing yang menyebabkan kerugian negara sangat besar hingga mencapai Rp 300 triliun per tahun, karena menggunakan teknologi canggih, sementara nelayan Indonesia belum menguasainya (KKP, 2015). Fenomena-fenomena ini dapat terjadi karena tingkat pendidikan pelaku kemaritiman yang masih rendah, keterbatasan pengetahuan dan informasi kemaritiman, pendidikan yang masih bias darat, serta pola pikir masyarakat Indonesia yang belum banyak berorientasi maritim. Hal ini perlu mendapat perhatian secara serius dari semua unsur masyarakat dan pemerintah, baik pusat maupun daerah.

(6)

Untuk itulah, diperlukan Kurikulum Kemaritiman yang muatannya terstruktur mulai dari jenjang PAUD, SD/MI, SMP/MTS, hingga SMA/MA/SMK dalam upaya pembangunan SDM masa depan Indonesia guna menyukseskan misi pembangunan Indonesia sebagai negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional.

C. Konsep Kunci Kurikulum Kemaritiman

Kurikulum Kemaritiman memiliki konsep kunci, yaitu:

1. muatan kurikulum kemaritiman bersifat multi-disiplin ilmu, bukan hanya mengandung ilmu pengetahuan alam, tetapi juga ilmu pengetahuan bidang lainnya, seperti ilmu sosial, budaya, sejarah, hukum, politik, ekonomi, dan teknologi.

2. dimulai sejak usia dini,

3. berlaku secara nasional di seluruh daerah di wilayah Indonesia,

4. bersifat konstruktif, karena membangun rasa percaya diri dan kemampuan para siswa, termasuk di daerah terdepan, terluar dan tertinggal (3T) untuk mengelola potensi kemaritman di daerahnya,

5. kekhasan rakyat Nusantara, karena didasarkan pada ideologi Pancasila, sejarah, dan budaya Indonesia sebagai bangsa maritim,

6. bersifat inovatif dan berwawasan lingkungan, karena mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan siswa dalam pengelolaan potensi kemaritiman berbasis inovasi, ilmu pengetahuan dan teknologi yang ramah lingkungan melalui pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan, serta bermakna bagi siswa. D. Muatan Kurikulum Kemaritiman

Muatan kurikulum kemaritiman mengacu pada muatan kurikulum nasional dengan fokus pada aspek bahari, kemaritiman, dan kelautan.

1. Mata Pelajaran

Muatan kurikulum kemaritiman mencakup 5 aspek, yaitu: 1) sumber daya maritim dan laut; 2) geomaritim dan dinamika laut; 3) transportasi laut dan industri maritim; 4) sejarah, budaya dan inovasi maritim; dan 5) geopolitik, hukum dan keamanan maritim.

Aspek pertama, sumber daya kemaritiman dan laut mencakup: pengetahuan dasar tentang sumber daya kemaritiman dan laut, potensi dan pemanfaatan sumber daya perikanan dan ekosistem laut tropis (terumbu karang, lamun, dan mangrove), keanekaragaman hayati laut untuk bahan pangan, obat, kosmetik, bioteknologi; pesisir dan pulau-pulau kecil, energi laut, minyak bumi, gas alam dan mineral laut. Agar potensi sumber daya kemaritiman dan laut ini dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan, maka mata pelajaran juga mencakup upaya konservasi dan pelestarian sumber daya maritim dan laut.

Aspek kedua, geomaritim dan dinamika laut mencakup muatan geografi kepulauan dan kelautan Indonesia, termasuk peta maritim, karakteristik laut, pantai, pesisir dan pulau, klimatologi kelautan, degradasi sumber daya pesisir dan laut, serta pencemaran pesisir dan laut. Kondisi geomaritim dan dinamika laut Indonesia erat kaitannya dengan tingginya risiko (hazard), kerentanan dan bencana kelautan.

Aspek ke tiga, muatan kurikulum kemaritiman adalah transportasi laut dan industri maritim. Transportasi laut mencakup jenis-jenis transportasi laut, navigasi kapal dan pelayaran, pelabuhan, dan keselamatan laut, sedangkan industri maritim terdiri atas industri perkapalan dan pelayaran, industri pengolahan hasil laut

kemaritiman (pariwisata, energi laut, minyak bumi, gas alam, tambang, telekomunikasi dan kelistrikan bawah laut, serta rekayasa pantai), dan pengenalan profesi kemaritiman.

Aspek keempat adalah sejarah, budaya, dan inovasi kemaritiman. Sejarah tentang kerajaan martim dan pelayaran nusantara menjadi muatan dalam kurikulum ini. Bangsa Indonesia dulunya dikenal dengan pelaut-pelaut yang tangguh dan kerajaan-kerajaan maritim yang memiliki kekuasaan dan pengaruh yang besar di dunia. Pada aspek ini juga dipelajari kehidupan masyarakat pesisir dengan beragam pengetahuan dan kearifan lokal serta budayanya. Muatan lain adalah harta karun yang berada dalam kapal-kapal yang tenggelam di perairan laut Indonesia, olah raga yang spesifik dilakukan di pesisir dan laut, dan inovasi teknologi kemaritiman. Inovasi kemaritiman yang tepat guna dengan menggunakan teknologi kekinian yang ramah lingkungan sangat diperlukan untuk pengelolaan sumber daya kemaritiman dan kelautan secara berkelanjutan demi meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir khususnya dan Indonesia pada umumnya.

Aspek kelima muatan kurikulum kemaritiman adalah geopolitik, hukum dan keamanan maritim. Aspek ini mencakup hukum-hukum laut nasional dan internasional, sistem pertahanan dan keamanan laut (integrasi darat, udara, dan laut), kekuatan strategis geoekonomi dan geopolitik wilayah maritim Indonesia, wawasan nusantara dan penanaman jiwa bela negara (waspada dan berani terhadap ancaman asing di wilayah laut dan pesisir).

E. Prinsip-prinsip Kurikulum Kemaritiman

1. Pembelajaran pada kurikulum kemaritiman dan kelautan yang menyenangkan “

joyfull learning”

Belajar adalah kegiatan yang dapat dilakukan sepanjang hayat, sehingga perlu dilakukan dengan cara yang menyenangkan agar tujuan pembelajaran berhasil. Oleh karena itu, prinsip pembelajaran dalam kurikulum kemaritiman dan kelautan adalah pembelajaran yang menyenangkan (joyfull learning). Prinsip pembelajaran yang menyenangkan adalah metode belajar mengajar yang menyenangkan dan melibatkan interaksi antara guru dengan siswa. Komunikasi terjadi dua arah, antara guru dan siswa. Siswa belajar dari guru dan sebaliknya guru dapat juga belajar dari siswa.

Pembelajaran yang dirancang secara menyenangkan akan menimbulkan motivasi belajar bagi siswa dan terus bertambah. Dengan demikian, efektivitas belajar akan berjalan dengan baik. Proses ini mensyaratkan guru sudah mengetahui secara persis materi pembelajaran yang akan dilakukan. Siswa bersikap dewasa, terbuka, dan memiliki komitmen tinggi untuk belajar. Suasana akan terbangun secara demokratis dan siswa sendiri akan merasa senang, karena keinginan, keberadaan, dan otonominya sebagai siswa diakomodasi oleh guru. Perasaan senang dapat hadir seiring dengan tujuan pendidikan yang dapat diserap dengan baik dan mudah. Hal tersebut dapat terjadi, karena seseorang yang berada dalam kondisi yang menyenangkan tahan dan sigap dalam menghadapi beragam bentuk tantangan.

Untuk mendukung proses “Joyfull Learning” perlu menyiapkan lingkungan, baik fisik maupun lingkungan sosial yang mendukung, sehingga siswa dan guru merasa penting, aman, dan nyaman. Lingkungan fisik yang mendukung untuk belajar materi kemaritiman dan kelautan tidak harus dilakukan di kelas, melainkan dapat dilakukan di luar kelas, seperti di pantai atau tempat lainnya sesuai dengan kondisi lokal bagi sekolah yang tidak berada di wilayah pesisir. Lingkungan sosial yang nyaman perlu diciptakan untuk mendukung pembelajaran yang menyenangkan.

(7)

telah dimilikinya sendiri, sehingga timbul rasa percaya diri dan itu akan menimbulkan perasaan diakui dan dihargai yang menyenangkan hatinya, karena ia diberi kesempatan untuk mengekspresikan dirinya. Hal tersebut pada gilirannya akan memotivasi mereka untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran, karena atmosfer pembelajaran yang sesuai dengan kepentingannya dan diciptakannya sendiri. Jadi faktor untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan (joyfull

learning) adalah penciptaan lingkungan pembelajaran bagi siswa yang

menyenangkan dan merangsang.

2. Pembelajaran Kurikulum Kemaritiman dan Kelautan dilakukan dengan memanfaatkan “Potensi Lokal”.

Metode pembelajaran materi kemaritiman dan kelautan yang menyenangkan dapat dilakukan dengan berbagai cara. Selain belajar dan diskusi di kelas, materi kemaritiman dan kelautan disampaikan kepada murid melalui permainan, bermain peran, kuis, pertunjukan seni dan budaya, dan lain-lain. Masyarakat pesisir di Indonesia kaya akan permainan tradisional yang dapat dipakai oleh guru sebagai media untuk metode pembelajaran kurikulum kemaritiman dan kelautan.

Permainan tradisional biasanya dibuat langsung oleh para pemainnya. Mereka menggunakan barang-barang, benda-benda, atau tumbuhan yang ada di sekitar para pemain. Hal itu mendorong mereka untuk lebih kreatif menciptakan alat-alat permainan. Selain itu, permainan tradisional tidak memiliki aturan secara tertulis. Biasanya, aturan yang berlaku, selain aturan yang sudah umum digunakan, ditambah dengan aturan yang disesuaikan dengan kesepakatan para pemain. Di sini juga terlihat bahwa para pemain dituntut untuk kreatif menciptakan aturan-aturan yang sesuai dengan keadaan mereka. Permainan tradisional juga dapat mengembangkan kreativitas anak, kognitif, afektif maupun motoriknya. Contoh permainan tradisional, yaitu gobag sodor, engklek, gasingan, yoyo, egrang, dakon, dan pasaran. Berbagai permainan ini dapat dipakai sebagai metode memberikan materi kemaritiman dan kelautan pada siswa .

Bermain peran (role playing) adalah salah satu metode pembelajaran untuk penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankan diri sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini biasanya dilakukan oleh lebih dari satu orang, bergantung pada apa yang diperankan. Metode bermain peran menekankan pada keterlibatan emosional dan pengamatan indra ke dalam suatu situasi permasalahan yang secara nyata dihadapi. Siswa ditempatkan sebagai subjek pembelajaran yang secara aktif melakukan praktik-praktik berbahasa (bertanya dan menjawab) bersama teman-temannya pada situasi tertentu (Huda, 2014: 209). Contoh bermain peran yang dapat dibagi sebagai metode pembelajaran, antara lain: menjala ikan, menjadi nelayan, menjadi nahkoda kapal, menjadi pemandu wisata di pantai, dan sebagainya.

3. Metode Pembelajaran Kurikulum Kemaritiman dan Kelautan yang memberikan Kecakapan Hidup (life skills)

Kecakapan hidup ( life skills) adalah suatu bentuk kegiatan pembelajaran yang mengarahkan siswa untuk memperoleh kecakapan hidup, seperti kecakapan personal, kecakapan sosial, dan kecakapan akademik. Life

skill adalah pendidikan yang memberikan bekal dasar dan latihan yang dilakukan

secara benar kepada siswa tentang nilai-nilai kehidupan yang dibutuhkan dan berguna bagi perkembangan siswa.

Kurikulum kemaritiman dan kelautan dirancang untuk dapat memberikan kecakapan hidup. Materi yang dikembangkan dalam aspek materi budaya, sejarah maritim seperti perilaku dan kebiasaan budaya maritim, memberikan pengenalan tentang budaya dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Contoh-contoh yang diberikan untuk menunjang kecakapan hidup, di antaranya adalah pengenalan alat tangkap untuk menangkap ikan.

(8)

BAB III

MODEL IMPLEMENTASI KURIKULUM KEMARITIMAN

Implementasi kurikulum kemaritiman terdiri atas empat model, yaitu kontekstualisasi/warna mata pelajaran, pengayaan/integrasi dalam mata pelajaran, ekstrakurikuler dan budaya sekolah, serta mata pelajaran tersendiri. Penjelasan dari masing-masing model sebagai berikut:

A. Kontekstualisasi/Warna Mata Pelajaran/blended

Muatan kurikulum sebagai konteks pembelajaran sesuai dengan KD yang relevan pada semua mata pelajaran, tidak menambah jam, tetapi memperkuat hasil pembelajaran sesuai dengan konteks kehidupan siswa.

Implementasi materi Kemaritiman ke dalam mata pelajaran sesuai dengan struktur kurikulum SD dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut.

1. Muatan Pembelajaran menjadi konteks mata pelajaran pada kompetensi-kompetensi terkait pada tema-tema yang ada.

2. Tidak ada penambahan alokasi waktu.

3. Dilakukan dengan cara mengaitkan kompetensi dengan materi-materi kemaritiman yang berhubungan dengan tema-tema yang ada.

B. Pengayaan/Integrasi dalam Mata Pelajaran

Muatan pembelajaran/materi pembelajaran yang terkait dengan karakteristik/ kondisi daerah/stream diversifikasi ditambahkan dalam mata pelajaran yang relevan untuk pengayaan.

Namun hal ini akan menambah alokasi waktu, sehingga perlu diperhitungkan antara mata pelajaran Muatan Lokal dengan penambahan KD pada mata pelajaran yang relevan tersebut.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) disusun dengan analisis konteks yang dikendalikan melalui kepemimpinan kepala sekolah untuk menentukan fokus-fokus muatan pembelajaran apa saja yang akan diimplementasikan di sekolahnya. C. Ekstra Kurikuler dan Budaya Sekolah

Model III atau c terdiri atas 4 cara, yaitu 3 cara dari model II atau b, ditambah dengan cara melalui kegiatan Ekstrakurikuler/Pengembangan Diri/Pembiasaan

Kegiatan ekstrakurikuler pada dasarnya terdiri atas ekstrakurikuler wajib dan ekstrakurikuler pilihan.

Kegiatan ekstrakurikuler dapat menemukan dan mengembangkan potensi siswa, serta memberikan manfaat sosial yang besar dalam mengembangkan kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dengan orang lain. Di samping itu, kegiatan ekstrakurikuler dapat memfasilitasi bakat, minat, dan kreativitas siswa yang berbeda-beda.

Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan kurikuler yang dilakukan oleh siswa di luar jam belajar kegiatan intrakurikuler dan kegiatan kokurikuler, di bawah bimbingan dan pengawasan satuan pendidikan, bertujuan untuk mengembangkan potensi, bakat, minat, kemampuan, kepribadian, kerja sama, dan kemandirian siswa secara optimal untuk mendukung pencapaian tujuan pendidikan.

Ekstrakurikuler wajib adalah kegiatan ekstrakurikuler yang wajib

sedangkan ekstrakurikuler pilihan adalah kegiatan ekstrakurikuler yang dapat dikembangkan dan diselenggarakan oleh satuan pendidikan dan dapat diikuti oleh siswa sesuai bakat dan minatnya masing-masing.

Terdapat beraneka bentuk kegiatan ekstrakurikuler, beberapa di antaranya dapat berupa sebagai berikut:

1. Krida, seperti Kepramukaan, Latihan Kepemimpinan Siswa (LKS), Palang Merah Remaja (PMR), Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra), dan lainnya;

2. Karya ilmiah, seperti Kegiatan Ilmiah Remaja (KIR), kegiatan penguasaan keilmuan dan kemampuan akademik, penelitian, dan lainnya;

3. Latihan olah-bakat, latihan olah-minat, seperti pengembangan bakat olahraga, seni dan budaya, pecinta alam, jurnalistik, fotografi, teater, teknologi informasi dan komunikasi, rekayasa, menjahit, memahat, dan lainnya;

4. Karya olah makanan, seperti tata boga, patiseri, dan lainnya;

5. Keagamaan, seperti pesantren kilat, ceramah keagamaan, baca tulis Alquran,

retreat; atau bentuk kegiatan lainnya.

Dalam pelaksanaan ekstrakurikuler ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain tentang prinsip pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler dan penilaian. Berikut penjelasan dari keduanya.

1. Prinsip Kegiatan Ekstrakurikuler

Kegiatan ekstrakurikuler pada satuan pendidikan dikembangkan dengan prinsip: (a) partisipasi aktif, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler menuntut keikutsertaan siswa secara penuh sesuai dengan minat dan pilihan masing-masing; dan (b) menyenangkan, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler dilaksanakan dalam suasana yang menggembirakan bagi siswa.

Kegiatan ekstrakurikuler pilihan diselenggarakan oleh satuan pendidikan bagi siswa sesuai bakat dan minat siswa. Pengembangan kegiatan ekstrakurikuler pilihan di satuan pendidikan dapat dilakukan melalui tahapan: (a) analisis sumber daya yang diperlukan dalam penyelenggaraan kegiatan ekstrakurikuler; (b) identifikasi kebutuhan, potensi, dan minat siswa; (c) menetapkan bentuk kegiatan yang diselenggarakan; (d) mengupayakan sumber daya sesuai pilihan siswa atau menyalurkannya ke satuan pendidikan atau lembaga lainnya; (e) menyusun program kegiatan ekstrakurikuler.

Dalam hal kegiatan ekstrakurikuler, satuan pendidikan wajib menyusun program kegiatan ekstrakurikuler yang merupakan bagian dari Rencana Kerja Sekolah. Program kegiatan ekstrakurikuler pada satuan pendidikan dikembangkan dengan mempertimbangkan penggunaan sumber daya bersama yang tersedia pada gugus/klaster sekolah. Penggunaannya difasilitasi oleh pemerintah daerah provinsi atau pemerintah daerah kabupaten/kota sesuai dengan kewenangan masing-masing. Program kegiatan ekstrakurikuler disosialisasikan kepada siswa dan orangtua/wali pada setiap awal tahun pelajaran.

Sistematika program kegiatan ekstrakurikuler sekurang-kurangnya memuat: (a) rasional dan tujuan umum; (b) deskripsi setiap kegiatan ekstrakurikuler; (c) pengelolaan termasuk organisasi pengelolanya; (d) pendanaan; dan (e) evaluasi. 2. Penilaian

Kinerja siswa yang ikut dalam kegiatan ekstrakurikuler perlu mendapat penilaian dan dideskripsikan dalam laporan pendidikan/rapor. Kriteria

(9)

keberhasilannya meliputi proses dan pencapaian kompetensi siswa dalam aktivitas kegiatan ekstrakurikuler yang dipilihnya. Penilaian dilakukan secara kualitatif.

Siswa wajib memperoleh nilai minimal “baik” pada Pendidikan Kepramukaan pada setiap semesternya. Nilai yang diperoleh pada Pendidikan Kepramukaan berpengaruh terhadap kenaikan kelas siswa. Bagi siswa yang belum mencapai nilai minimal perlu mendapat bimbingan secara terus menerus untuk mencapainya.

D. Mata Pelajaran Tersendiri

Strand/muatan pembelajaran/materi pembelajaran dijadikan sebagai satu mata

pelajaran yang diajarkan tersendiri. Dalam hal ini Pusat Kurikulum dan Perbukuan bersama dengan kelompok kerja terkait menyusun KD dari kelas I s.d. XII sebagai acuan pokok dalam pembelajarannya. Kemudian, pemerintah daerah atau satuan pendidikan juga dapat menyusun kurikulum daerah sendiri dengan mengacu pada pedoman penyusunan mata pelajaran muatan lokal.

Mata pelajaran muatan lokal dapat dikategorikan sebagai mata pelajaran sesuai dengn konteks daerah/kewilayahan atau konteks sekolah/karakteristik sekolah. Konteks atau karkateristik ini juga dapat menggunakan streaming bidang utama diversifikasi kurikulum, yaitu Kemaritiman, Pertanian, Jasa/Niaga, atau sesuai dengan Kewilayahan/ Geososiokultural. Sementara pengimplementasiannya dapat bersifat kontinyu atau diskontinyu.

Struktur Kurikulum Integrasi Geososiokultural di SMP

Mata Pelajaran Alokasi Waktu Per Minggu

VII VIII IX

Kelompok A (Umum)

1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 3 3 3

2. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 3 3 3

3. Bahasa Indonesia 6 6 6

4. Matematika 5 5 5

5. Ilmu Pengetahuan Alam 5 5 5

6. Ilmu Pengetahuan Sosial 4 4 4

7. Bahasa Inggris 4 4 4

Kelompok B (Umum)

1. Seni Budaya 3 3 3

2. Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan 3 3 3

3. Prakarya 2 2 2

Jumlah jam pelajaran per minggu 38 38 38

Mata Pelajaran Sesuai dengan Kewilayahan /Muatan Geososiokultural

Mata Pelajaran Kemaritiman

- Budi daya rumput laut - Pengolahan Produk Ikan - Parasailing

- Olah raga diving

- Bahasa Inggris Pemandu Wisata Bahari Pertanian - Pertanian Organik - Pertanian Vertikal - Pertanian Hidroponik Jasa/Niaga - Kewirausahaan - Ekonomi Kreatif Pengurangan Risiko Bencana Adaptasi Perubahan Iklim Pendidikan Etika Berlalulitas

Mata Pelajaran Sesuai dengan Kebutuhan Sekolah Bahasa Inggris

Seni daerah setempat (Karawitan, Angklung,

Folksong,baca tulis huruf arab, puisi, baca tulis al Qur‟an, dll)

Olah Raga dan Permainan Daerah Kearifan-kearifan lokal

Alokasi waktu 2*) 2*) 2*)

Total Alokasi Waktu 40 40 40

Keterangan: *)

Diversifikasi Geososiokultural: basis potensi lokal konteks nasional dan global (tetap dalam spirit Bhinneka Tunggal Ika).

 Menambah 2 JP setiap muatan namun tidak diajarkan sepanjang tahun. Dapat diajarkan melalui sistem Block/Diskontinyu, yaitu dapat berganti setiap semester atau tiap tahun sesuai dengan kebutuhan.

Contoh silabus dan RPP yang disusun oleh Pusat Kurikulum dan Perbukuan dari PAUD, SD kelas I sampai kelas XII, yang dapat dijadikan pedoman penyusunan KTSP oleh sekolah atau daerah yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan setempat. E. Peran Pemerintah Daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota)

Pemerintah daerah, baik provinsi maupun kabupeten/kota dalam konteks pengembangan diversifikasi kurikulum dapat berperan, antara lain sebagai berikut. 1. Melakukan analisis dan identifikasi terhadap usulan satuan pendidikan berkait

konten pengembangan diversifikasi kurikulum;

2. Melakukan perumusan kompetensi dasar sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan daerah;

3. Menentukan tingkat kesesuaian antara kompetensi dasar yang telah dikembangkan dengan tingkat satuan pendidikan;

4. Menetapkan jenis dan domain kurikulum muatan lokal sebagai bagian dari muatan pembelajaran atau menjadi mata pelajaran yang berdiri sendiri;

5. Mengusulkan kepada pemerintah daerah provinsi tentang hasil penetapan muatan lokal sebagaimana pada butir 4;

6. Pemerintah daerah provinsi menetapkan muatan lokal yang diusulkan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota untuk diberlakukan di wilayahnya;

7. Pemerintah daerah provinsi atau pemerintah daerah kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya merumuskan kompetensi dasar, penyusunan silabus, dan penyusunan buku teks pelajaran muatan lokal; dan

8. Dalam hal satuan pendidikan tidak mengajukan usulan tentang kurikulum muatan lokal, pemerintah daerah provinsi atau pemerintah daerah kabupaten/kota dapat

(10)

menetapkan kurikulum muatan lokal yang sesuai dengan kekhasan satuan pendidikan.

Muatan lokal yang akan diselenggarakan oleh satuan pendidikan, harus memperhatikan beberapa rambu-rambu berikut ini.

1. Memperhatikan sumber daya pendidikan yang tersedia di satuan pendidikan bersangkutan.

2. Dalam hal muatan lokal ditetapkan sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri, satuan pendidikan dapat menambah beban belajar muatan lokal paling banyak 2 (dua) jam pelajaran perminggu.

3. Kebutuhan sumber daya pendidikan sebagai implikasi penambahan beban belajar kurikulum muatan lokal menjadi tanggung jawab pemerintah daerah yang menetapkan.

4. Pengembangan kurikulum muatan lokal oleh satuan pendidikan dilakukan oleh tim pengembang kurikulum di satuan pendidikan dengan melibatkan unsur komite sekolah/madrasah, dan narasumber, serta pihak lain yang terkait.

5. Pengembangan kurikulum muatan lokal oleh pemerintah daerah dilakukan oleh tim pengembang kurikulum (TPK) daerah provinsi atau TPK daerah kabupaten/kota. TPK yang dibentuk sebaiknya melibatkan berbagai pemangku kepentingan pendidikan di daerah itu, seperti perguruan tinggi, LPMP, dewan pendidikan, DPRD, LSM, tokoh masyarakat, Komite Sekolah, pendidik, tenaga kependidikan, orangtua, budayawan, dan lainnya yang relevan dan yang terkait.

6. Pengembangan kurikulum muatan lokal, baik oleh pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota maupun satuan pendidikan harus mengikuti proses kerja yang dipersyaratkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 7. Pengembangan kurikulum muatan lokal harus dikoordinasikan dan disupervisi oleh

dinas pendidikan atau kantor kementerian agama provinsi dan kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya.

BAB IV

CONTOH-CONTOH MODEL IMPLEMENTASI KURIKULUM KEMARITIMAN A. Contoh Kontekstualisasi/Warna Mata Pelajaran/Blended

1. Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI)

Dalam pelaksanaan pengintegrasian materi-materi kemaritiman ke dalam mata-mata pelajaran lain, pada tingkat SD, dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:

a. Terintegrasi pada tema, dan

b. Dilakukan analisis terhadap Kompetensi Dasar-Kompetensi Dasar (KD-KD) Kemaritiman dan dihubungkan dengan KD-KD mata pelajaran lain, contoh: Kelas 1 SD

Tema KD Kemaritiman KD Mata Pelajaran

Lain Materi

Diriku 3.1. mengenal pantai dan laut 1.1. menceritakan keindahan

pantai dan laut

Bahasa Indonesia 3.2 dan 4.2 PPKN 3.3 dan 4.3 Matematika 3.1 dan 4.1 PSBdP 3.2 dan 4.2

Menulis kosa kata Menggambar lambang Menghitung dan menulis lambang bilangan Mengenal birama dan menyanyi sesuai birama

c. Membuat peta hubungan kompetensi antarmata pelajaran

d. Menentukan materi ajar untuk setiap mata pelajaran yang terkait

e. Menyusun RPP dengan memasukkan semua KD mata pelajaran yang terkait dengan materi dalam tema yang memuat ketentuan dalam Permendikbud nomor 22 tahun 2016, yang memuat komponen RPP sekurangnya terdiri atas: 1) identitas sekolah, 2) kelas /semester, 3) tema, 4) pertemuan ke..., 5) alokasi waktu, 6) KD 7) tujuan, 8) indikator, 9) materi, 10) metode, 11) media, 12) sumber belajar, 13) langkah-langkah pembelajaran, dan 14) penilaian.

TEMA PPKN Bahasa Indonesia Kemaritiman Matematika SBdP

(11)

Contoh: SD Kelas Bawah (Kelas I)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Satuan pendidikan : SD ... Kelas/semester : 1 / 1

Tema/topik : Diriku/Mengenal Pantai dan Laut Petemuan ke : 1

Alokasi waktu : 4 x 30 menit A. Kompetensi Dasar

Bahasa Indonesia

3.2 Mengemukakan kegiatan persiapan menulis permulaan (cara duduk, cara memegang pensil, cara menggerakkan pensil, cara meletakkan buku, jarak antara mata dan buku, pemilihan tempat dengan cahaya yang terang) yang benar secara lisan.

4.2 Mempraktikkan kegiatan persiapan menulis permulaan (cara duduk, cara memegang pensil, cara meletakkan buku, jarak antara mata dan buku, gerakan tangan atas-bawah, kiri-kanan, latihan pelenturan gerakan tangan dengan gerakan menulis di udara/pasir/ meja, melemaskan jari dengan mewarnai, menjiplak, menggambar, membuat garis tegak, miring,

PPKn

3.3 Memahami makna keberagaman individu di lingkungan sekitar (lingkungan pesisir dan laut).

4.3. Menceritakan kebersamaan dalam keberagaman individu di lingkungan sekitar (lingkungan pesisir dan laut).

Matematika

3.1 Menjelaskan makna bilangan cacah sampai dengan 99 sebagai banyak anggota suatu kumpulan objek.

4.1 Menyajikan bilangan cacah sampai dengan 99 yang bersesuaian dengan banyak anggota kumpulan objek yang disajikan.

SBdP

3.2.1 Mengenal irama lagu.

4.2.1 Menyanyikan lagu karang cantik. Kemaritiman

3.1. Mengenal pantai dan laut.

4.1. Menceritakan keindahan pantai dan laut. B. Indikator

Bahasa Indonesia

3.2.1 menggunakan alat untuk menuliskan angka dan huruf tentang apa saja yang ditemukan di pantai.

3.2.2 menuliskan lambang bilangan dengan angka dan huruf. 4.3.1 mengelompokkan benda-benda yang ditemukan di pantai. 4.3.2 menuliskan angka jumlah hasil pengelompokan.

PPKn

3.3.1 bekerja sama dalam mengumpulkan benda-benda di pantai. 4.3.1 bercerita tentang keberagaman di wilayah pesisir dan laut. Matematika

3.1.1 mengelompokan benda-benda yang ditemukan di pantai. 4.1 1 menghitung jumlah benda yang dikelompokkan.

4.1.2 menuliskan lambang bilangan dari jumlah benda yang dikelompokkan. SBdP

3.2.1 mengenal irama.

4.2.1 menyanyikan lagu sesuai dengan iramanya. C. Tujuan

1. Menceritakan keindahan pantai dan laut.

2. Mengumpulkan benda-benda yang ditemukan di pantai dan laut. 3. Mengelompokkan benda-benda yang ditemukan di pantai dan laut. 4. Menghitung jumlah benda-benda yang dikelompokkan.

5. Menulis lambang bilangan cacah benda-benda yang dikelompokkan. 6. Mengenal irama dan dapat menyanyikan lagu sesuai iramanya. D. Materi

Bahasa Indonesia

 Cara menulis angka dan huruf PPKn

 Keberagaman dan rasa syukur akan karunia keindahan pantai dan laut. Matematika

 Menghitung dan menulis lambang bilangan cacah. SBdP

Mengenal irama lagu dan menyanyikan sesuai iramanya E. Pendekatan dan Metode

Pendekatan : Scientific

Strategi : Joyfull Learning

(12)

F. Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi Waktu

Pendahuluan 1. Apersepsi (sapa, salam, doa, absen)

2. Menginformasikan tema yang akan dibelajarkan, yaitu tentang “Diriku”

10 menit

Inti Bila memungkinkan anak dibawa ke pantai, yang kegiatannya sebagai berikut:

1. Menyanyi lagu karang cantik

2. Tanya jawab tentang keindahan pantai dan laut. 3. Mendengarkan tugas yang diberikan guru untuk

mengumpulkan benda-benda yang ditemukan ketika berjalan-jalan di pantai

4. Mengelompokkan benda-benda yang dikumpulkan 5. Menghitung jumlah benda-benda yang dikelompokkan 6. Menulis lambang bilangan hasil pengelompokannya 7. Memberi kesempatan setiap kelompok untuk

menceriterakan hasil kerjanya. (menulis, membaca, mendengar)

Diawali dengan memberi contoh cara menulis, membaca: jedanya, lafalnya, tanda bacanya, dan kata-kata yang dibaca (mengamati/ mendengar), semua siswa menirukan cara membaca dengan benar.

Selanjutnya menugaskan kepada siswa secara bergantian untuk membaca beberapa huruf dan angka.

(penilaian proses: memperhatikan cara siswa membaca sekaligus menilai keberanian dan kebenaran dalam membaca)

Jika ada siswa yang salah dalam melafalkan bacaan langsung dibenarkan sebelum dilanjutkan kepada siswa yang lain

Bila tidak memungkinkan keluar/ke pantai, kegiatannya sebagai berikut:

1. Bertanya jawab tentang makna huruf dan angka (menalar)

2. Melalui pengamatan gambar/benda siswa diminta mengelompokkan berbagai jenis benda dan menghitung jumlahnya (eksplorasi dan elaborasi, menyimak dan menalar)

3. Siswa berkelompok sesuai dengan kelompok yang dibentuk oleh guru.

100 menit

Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi Waktu

Penilaian proses:

a. Guru berkeliling mengamati kerjasama siswa dalam mengerjakan tugas.

b. Menilai kerjasamanya, tanggung jawabnya,

kedisiplinannya, keaktifannya, mendominasi atau tidak dsb),

c. Menilai dengan lembar pengamatan perilaku.

d. Guru menilai ketepatan dalam mengelompokkan dan menghitung serta menulis lambang bilangannya. e. Guru menilai hasil mengelompokkan, menghitung dan

menulis

4. Guru dan siswa bersama-sama siswa membuat kesimpulan tentang keindahan pantai dan laut, benda-benda yang ditemukan serta jumlahnya

Penutup 1. Bersama-sama siswa membuat kesimpulan/rangkuman hasil belajar selama sehari

2. Bertanya jawab tentang materi yang telah dipelajari (untuk mengetahui hasil ketercapaian materi)

3. Melakukan penilaian hasil belajar

4. Mengajak semua siswa berdo‟a menurut agama dan keyakinan masing-masing (untuk mengawali kegiatan pembelajaran)

10 menit

G. Penilaian

Instrumen Penilaian Aspek yang dinilai:

Sikap : kerja sama, kreativitas, percaya diri (melalui pengamatan, ditulis dalam jurnal guru)

Pengetahuan : kebenaran menghitung, menulis lambang bilangan (test tulis)

Keterampilan: kemampuan menghitung dan menulis lambang bilangan melalui penugasan (pengumpulan dan pengelompokan)

Jakarta, ... Mengetahui,

Kepala Sekolah Guru Kelas

(13)

Format Penilaian Sikap

Nama Siswa Aspek yang dinilai

Kerja sama Percaya diri Kreativitas

Anca Bayu Cindy Thomas dst...

Format Penilaian Keterampilan

Nama Siswa Aspek yang dinilai

Kemampuan

mengelompokkan Menghitung Menulis lambang bilangan Anca Bayu Cindy Thomas dst... Keterangan:

Untuk aspek kemampuan mengelompokkan yang dinilai kreativitas cara pengelompokan,

yakni; Keaslian (orisinalitas) ide, Logis (misalnya berurut menurut ukuran, bentuk, jenis), Estetika (rapi, indah, benar).

Untuk aspek menghitung yang dinilai kebenaran menghitung. Untuk aspek menulis kebenaran menulis angka.

Penilaian Pengetahuan Test tertulis

Tulis lambang bilangannya =

=

= = =

Skor menghitung dan menulis = 1 soal nilai 20

H. Pelaksanaan pembelajaran  Kontekstual

 Menyenangkan  Bermakna

 Berpusat pada siswa

BELAJAR SAMBIL BERMAIN

DAN BERMAIN SAMBIL BELAJAR

(14)

Contoh Kelas Atas (Kelas V)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Satuan Pendidikan : SDN ... Kelas / Semester : V / 1

Tema 3 : Sehat Itu Penting

Sub Tema 1 : Pentingnya Kesehatan Diri dan Lingkungan Pembelajaran Ke : 4

Alokasi Waktu : (6 x 35 menit) 1 x Pertemuan A. Kompetensi Inti (KI)

KI 3: Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati [mendengar, melihat, membaca] dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, sekolah.

KI 4: Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis dan sistematis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.

B. Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator Bahasa Indonesia

Kompetensi Dasar (KD)

3.2 Menguraikan isi teks penjelasan tentang proses daur air, rangkaian listrik, sifat magnet, anggota tubuh (manusia, hewan, tumbuhan yang hidup di pesisir dan laut) dan fungsinya, serta sistem pernapasan dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku.

Indikator:

3.2.1 Menceritakan kembali isi teks bacaan. Kompetensi Dasar (KD)

4.2 Menyampaikan teks penjelasan tentang proses daur air, rangkaian listrik, sifat magnet, anggota tubuh (manusia, hewan, tumbuhan yang hidup di pesisir dan laut) dan fungsinya, serta sistem pernapasan secara mandiri dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku.

Indikator:

4.2.1 Menulis cara mengatasi bencana alam berupa air demi kesehatan diri dan lingkungan.

4.2.2 Menulis/mengidentifikasi bagian-bagian tumbuhan mangrove/lamun.

PPKn

Kompetensi Dasar (KD)

3.2 Memahami hak kewajiban dan tanggung jawab sebagai warga dalam kehidupan sehari-hari di rumah, di sekolah dan di lingkungan

Indikator:

3.2.1 Menjelaskan akibat dilanggarnya hak dalam kehidupan sehari-hari di rumah atau di sekolah.

3.2.2 Menjelaskan akibat tidak dilaksanakannya kewajiban dalam kehidupan sehari-hari di rumah, di sekolah atau di lingkungan.

Kompetensi Dasar (KD)

4.2 Melaksanakan kewajiban dan menegakkan aturan di lingkungan rumah, di sekolah, dan di lingkungan

Indikator:

4.2.1 Berperilaku sesuai dengan kewajiban terhadap orang tua dalam kehidupan sehari-hari di rumah, guru/pegawai di sekolah atau tetangga di lingkungannya. Matematika

Kompetensi Dasar (KD)

4.4 Melakukan penghitungan kandungan makanan yang dikonsumsi sehari-hari yang berasal dari laut.

Indikator:

4.4.1 Menghitung kandungan gizi pada makanan yang dikonsumsi sehari-hari yang berasal dari laut.

IPS

Kompetensi Dasar (KD)

3.3 Memahami manusia dalam hubungannya dengan kondisi geografis di wilayah Indonesia.

Indikator :

3.3.1 Mengidentifikasi gejala alam yang sering terjadi yang berkaitan dengan kondisi geografis setempat.

Kompetensi Dasar (KD)

4.3 Menyajikan pemahaman tentang manusia dalam hubungannya dengan kondisi geografis di wilayah Indonesia.

Indikator :

4.3.1 Menyimpulkan cara mengatasi gejala alam yang berkaitan dengan kondisi geografis setempat.

4.3.2 Mengidentifikasi perilaku-perilaku dalam menjaga lingkungan geografis setempat.

(15)

Kemaritiman

Kompetensi Dasar (KD)

3.4 Memahami tentang pola hidup sehat, sehubungan dengan kesehatan diri dan lingkungan.

Indikator :

3.4.1 Menyebutkan cara menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan di pemukiman wilayah pesisir.

Kompetensi Dasar (KD)

4.4 Melakukan penghitungan kandungan makanan yang dikonsumsi sehari-hari yang berasal dari laut.

Indikator :

4.4.1 Menghitung bagian yang dapat dimakan (BDD) dari jenis ikan yang dikonsumsi sehari-hari.

C. Tujuan Pembelajaran

Dengan berdiskusi mengenai bencana alam yang disebabkan oleh manusia, siswa dapat menyebutkan bencana-becana alam yang disebabkan oleh perilaku manusia dengan mandiri.

Dengan studi pustaka tentang banjir, siswa dapat menyebutkan sebab, akibat, dan cara menanggulangi banjir dengan percaya diri.

Dengan menandai pernyataan tentang kewajiban menjaga lingkungan, siswa dapat membedakan perilaku-perilaku yang harus dilakukan dalam menjaga lingkungan dan perilaku-perilaku yang tidak boleh dilakukan dalam menjaga lingkungan dengan cermat.

Dengan mengamati gambar lingkungan sekitar siswa dapat menyebutkan cara menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan di pemukiman wilayah pesisir  Dengan membaca tabel dan menyimak penjelasan guru siswa dapat menghitung

BDD dari jenis ikan yang dikonsumsi sehari-hari. D. Materi Pembelajaran

 Teks bacaan yang berisi informasi tentang bencana yang disebabkan oleh perilaku manusia.

 Sebab, akibat, dan cara menanggulangi banjir.  Cara-cara menjaga kesehatan diri dan lingkungan.

 Kandungan zat gizi dari makanan yang berasal dari hasil laut. E. Pendekatan dan Metode Pembelajaran

 Pendekatan : Saintifik

 Metode : Pengamatan, tanya jawab, diskusi, ceramah, dan penugasan.

F. Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi Waktu

Pendahuluan  Guru memberikan salam dan mengajak semua siswa berdo‟a menurut agama dan keyakinan masing-masing.

Guru mengecek kesiapan diri dengan mengisi lembar kehadiran dan memeriksa kerapihan pakaian, posisi dan tempat duduk disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran.  Menginformasikan tema yang akan dibelajarkan, yaitu

tentang ” Pentingnya Kesehatan Diri dan Lingkungan”.

Guru menyampaikan tahapan kegiatan yang meliputi kegiatan mengamati, menanya, mengeksplorasi, menyimpulkan, dan mengomunikasikan.

15 menit

Inti  Guru menstimulus ide, gagasan, dan motivasi siswa dengan pertanyaan panduan yang ada di buku siswa. Oleh karena itulah, guru meminta siswa untuk mengungkapkan pendapatnya secara percaya diri.

Di mana kamu tinggal?

Di daerah pegunungan, pesisir, atau perkotaan? Apakah daerahmu termasuk daerah yang sehat? Pernahkah terjadi bencana alam yang disebabkan oleh

perilaku manusia?

180 menit

Siswa mengamati 2 gambar lingkungan pesisir yang berbeda kondisinya yang di tampilkan oleh guru

Guru mengarahkan siswa untuk dapat membandingkan daerah pesisir yang bersih dan kotor

Guru melakukan tanya jawab kepada siswa tentang : - Kondisi pesisir pada gambar

- Akibat yang ditimbulkan

- Cara mencegah terjadinya bencana di daerah pesisir - Siswa membuat kesimpulan hasil pengamatan gambar  Berdasarkan pertanyaan pada buku siswa: Apa yang sudah

kamu pelajari hari ini? Dapatkah kamu berperilaku supaya terhindar dari bencana alam karena diakibatkan perilaku manusia? Bagaimana seharusnya perilakumu?

Secara mandiri siswa mengemukakan pendapatnya

berdasarkan pemahaman yang sudah didapatkannya selama kegiatan pembelajaran berlangsung.

Siswa mengemukakan pendapatnya sesuai dengan perilaku kesehariannya berkaitan dengan kompetensi-kompetensi yang sudah dipelajari, dalam hal ini perilaku manusia yang menyebabkan terjadinya bencana.

Guru melakukan tanya jawab tentang manfaat ikan bagi tubuh kita.

Guru menampilkan tabel Kandungan Zat Gizi dari beberapa jenis ikan laut.

(16)

Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi Waktu Guru menanyakan apa hubungan kesehatan dengan gizi

makanan.

Guru menjelaskan kepada siswa tentang cara menghitung bagian yang dapat dimakan (BDD) dari jenis ikan di laut.  Siswa berdiskusi menyelesaikan penugasan yang diberikan

oleh guru (mengerjakan soal matematika).

Penutup  Bersama-sama siswa membuat kesimpulan / rangkuman hasil belajar selama sehari

Bertanya jawab tentang materi yang telah dipelajari (untuk mengetahui hasil ketercapaian materi)

Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk

menyampaikan pendapatnya tentang pembelajaran yang telah diikuti.

Melakukan penilaian hasil belajar.

Mengajak semua siswa berdo‟a menurut agama dan keyakinan masing-masing (untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran)

15 menit

G. Sumber dan Media Pembelajaran

Buku Siswa Tema: Bangga Sebagai Bangsa Indonesia Kelas V (Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013, Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014).

 Gambar tentang pesisir laut yang bersih dan kotor.  Gambar tabel kandungan gizi.

 Buku Matematika.

H. Penilaian Hasil Pembelajaran

Rubrik diskusi tentang Bencana yang disebabkan karena perilaku manusia

Aspek Baik Sekali Baik Cukup Perlu Bimbingan

4 3 2 1

Proses

kerja Dilakukan secara sistematis dan demokratis mulai dari pembagian tugas, keterlibatan anggota kelompok dalam berpendapat, sampai pada proses penyajian. Dilakukan secara sistematis mulai dari pembagian tugas, keterlibatan anggota kelompok dalam berpendapat, sampai pada proses penyajian. Dilakukan secara kurang sistematis dan demokratis mulai dari pembagian tugas, keterlibatan anggota kelompok dalam berpendapat, sampai pada proses penyajian. Tidak ada pembagian kerja dan cenderung didominasi oleh satu orang anggota kelompok, anggota kelompok yang lainnya pasif.

Hasil kerja Data dan informasi yang didapatkan benar, mendalam, dan akurat.

Data dan informasi yang didapatkan benar dan akurat, tapi kurang mendalam.

Data dan informasi yang didapatkan benar, kurang mendalam dan kurang akurat.

Data dan informasi yang didapat tidak sesuai dengan perintah soal. Penyajian Hasil diskusi

disajikan dalam bentuk laporan hasil diskusi secara menarik dan komunikatif. Hasil diskusi disajikan dalam bentuk laporan hasil diskusi secara menarik. Hasil diskusi disajikan dalam bentuk laporan hasil diskusi kurang menarik dan kurang komunikatif.

Hasil diskusi tidak disajikan dalam bentuk laporan.

Sikap Kerja sama, komunikatif, demokratis, rasa ingin tahu, dan tanpa bimbingan guru.

Kerja sama, komunikatif, demokratis, rasa ingin tahu, dan dengan bimbingan guru. Kerja sama, komunikatif, kurang demokratis dan dengan bimbingan guru. Tidak demokratis, tidak komunikatif. Matematika Jumlah benar x 100 = Jumlah soal Mengetahui Kepala Sekolah, ( ...) NIP ... Guru Kelas V (...) NIP ... Soal evaluasi akhir

1. Apakah manfaat menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan di pesisir laut? 2. Apakah akibat yang timbul dari perilaku merusak lingkungan di pesisir laut? 3. Bagaimana cara menjaga kebersihan dan kesehatan di pesisir laut?

(17)

2. Sekolah Menengah Pertama / Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs)

Implementasi Mata Pelajaran sesuai dengan struktur Kurikulum SMP diisi dengan bahan kajian Maritim/Agraris/Jasa/Niaga/Kewirausahaan.

- Muatan Pembelajaran menjadi konteks mata pelajaran pada kompetensi-kompetensi terkait.

- Tidak ada penambahan alokasi waktu.

- Dilakukan dengan cara mengaitkan kompetensi dengan konteks lokal, nasional, dan global yang terkait.

Tabel berikut adalah contoh warna muatan Kemaritiman pada Mata Pelajaran IPA SMP

Mengklasifikasikan makhluk hidup yang hidup di ekosistem pesisir dan laut (mangrove, padang lamun dan terumbu karang

Contoh RPP SMP Kelas VII

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah : SMP ………..

Mata Pelajaran : IPA Kelas/Semester : VII/1

Materi Pokok : Klasifikasi Makhluk hidup dan benda-benda di sekitar berdasarkan karakteristik

Alokasi Waktu : … x 5 jam pelajaran (2x pertemuan) A. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi

Kompetensi Dasar Indikator

3.1. Menerapkan konsep pengukuran berbagai besaran dengan menggunakan standar baku.

3.1.1 Melakukan pengukuran garis tengah tubuh hewan dan tumbuhan yang hidup di hutan bakau, misalnya kepiting atau pohon bakau dengan menggunakan standard baku.

3.1.2 Menghitung rata-rata berat hewan yang ditemukan saat pengamatan di hutan bakau.

4.1. Menyajikan data hasil pengukuran dengan alat ukur yang sesuai pada diri sendiri, mahkluk hidup lain, dan benda-benda disekitar dengan menggunakan satuan baku dan tak baku

4.1.1 Menyajikan hasil pengukuran dengan menggunakan standard baku dan tidak baku untuk panjang, berat dan garis tengah

3.2. Mengklasifikasikan makhluk hidup dan benda-benda di sekitar

berdasarkan karakteristik yang diamati

3.2.1 Mengidentifikasi ciri-ciri tumbuhan dan hewan yang hidup di hutan bakau. 3.2.2 Mengelompokkan hewan dan tumbuhan

berdasarkan persamaan ciri hasil identifikasi.

4.2. Mengklasifikasikan makhluk hidup yang hidup di ekosistem pesisir dan laut (mangrove, padang lamun, dan terumbu karang).

4.2.1 Menyusun laporan hasil pengamatan dan klasifikasi makhluk hidup di hutan bakau.

B. Tujuan Pembelajaran

1. Mengenal ciri-ciri karakteristik makhluk hidup dan benda lain yang ada di pesisir dan laut.

2. Mengidentifikasi makhluk hidup dan benda lain yang ada di pesisir dan laut. 3. Melakukan pengukuran dengan besaran baku dan tidak baku.

4. Mengelompokkan makhluk hidup dan benda lain yang ada di pesisir dan laut.

(18)

C. Materi Pembelajaran

1. Ciri-ciri makhluk hidup yang ada di ekosistem pesisir dan laut (mangrove, padang lamun, terumbu karang).

2. Konsep pengukuran dengan menggunakan besaran baku dan tidak baku. 3. Ciri-ciri makhluk hidup di wilayah pesisir dan laut.

4. Klasifikasi makhluk hidup dan benda-benda lain di ekosistem pesisir dan laut. D. Metode Pembelajaran 1. Pengamatan 2. Praktikum 3. Diskusi 4. Presentasi E. Media Pembelajaran 1. Obyek langsung 2. Gambar/foto/film 3. Alat ukur

4. Alat-alat lain yang diperlukan (sesuai dengan kegiatan yang dilakukan, misalnya: loope, penggaris/jangka sorong, dll)

5. OHP/LCD, internet, kamera, dll F. Sumber Belajar

1. Lingkungan (ekosistem mangrove, padang lamun, atau terumbu karang) 2. Buku IPA (Biologi dan Fisika)

3. Buku lain yang relevan 4. Internet

G. Langkah-langkah Pembelajaran

Kegiatan Uraian Kegiatan Waktu

Pertemuan ke-1

Pendahuluan Senyum, sapa, salam, absensi, penyampaian kompetensi yang harus dicapai, materi yang akan dibahas dan tujuan pembelajaran , pembagian kelompok dan LKS

15‟ Inti 1. Praktik pengamatan lapangan ke hutan mangrove,

padang lamun atau terumbu karang.

2. Mengumpulkan semua makhluk hidup yang ada di ekosistem tersebut sesuai dengan LKS.

3. Melakukan pengukuran dan identifikasi ciri-ciri makhluk hidup yang ditemukan.

4. Mengelompokkannya berdasarkan ciri-cirinya. 5. Mengisi tugas dalam LKS (menjawab pertanyaan).

90‟

Penutup Mengumpulkan data hasil pengamatan.

Membuat kesimpulan dari kegiatan yang dilakukan. Mengumpulkan LKS.

15 „ Pertemuan ke-2

Pendahuluan Senyum, sapa, salam, absensi Tujuan pembelajaran

Mengingatkan lanjutan kegiatan dari pertemuan 1 Mengumpulkan bahan hasil pengamatan untuk menyusun laporan

10‟

Inti Menyusun laporan yang dilengkapi dengan foto/gambar, hasil perhitungan dan membuat pengelompokkan (membuat kunci determinasi sederhana atau kladogram) Mempresentasikan hasil diskusi laporannya secara singkat

60‟

Penutup Menyimpulkan kegiatan yang telah dilakukan dari pertemuan 1 dan 2

Membuat penilaian dari kegiatan yang dilakukan (mana yang kurang, mana yang harus ditambah dan dikurangi)

10‟

H. Penilaian Hasil Pembelajaran. Penilaian Sikap

Dilakukan observasi dalam pelaksanaan pengamatan dan diskusi per kelompok

Kelompok 1 Sikap yang diamati

Anggota

kelompok Kerja sama Keaktifan kerja Tanggung jawab

Angga Edo Subhan Alia Fathur Keterangan:

Skor 4 = sangat baik Skor 2 = cukup

Skor 3 = baik Skor 1 = kurang

Penilaian keterampilan

Dilakukan saat praktikum dan laporan

Kelompok Pelaksanaan praktikum Laporan

Anggota kel Pengukuran Pengelompokan Kebenaran

format dan isi Tampilan Angga Edo Subhan Alia Keterangan: Pengukuran Laporan

4= tepat 4= dasar , cara benar 3=kurang tepat 3= dasar benar, cara salah 2= tidak tepat 2= dasar, cara salah 1=sangat tidak tepat/salah 1= tidak mengerjakan

(19)

Laporan

Kebenaran Format & Isi Tampilan

4= format lengkap, Isi benar 4= menarik, ada gambar, ada skema 3= format kurang lengkap, isi benar 3= kurang menarik, ada gambar, tidak ada skema

2= format tidak lengkap, isi benar 2= tidak menarik, tak ada gambar , tidak ada skema

1= format salah, isi salah 1= sangat tidak menarik dan tidak lengkap

Penilaian Pengetahuan

Diambil nilai dari jawab pertanyaan dalam LKS

LEMBAR KEGIATAN SISWA/LKS

Judul Praktikum: Klasifikasi makhluk hidup di ekosistem pesisir (hutan mangrove/ padang lamun atau terumbu karang)

Tujuan : Mengidentifikasi , mengukur dan mengelompokkan makhluk hidup dan benda-benda lain di ekosistem mangrove .

Dasar Teori : di alam makhluk hidup sangat beraneka ragam, baik bentuk, ukuran, cara maupun tempat hidupnya. Untuk memudahkan mempelajarinya maka dilakukan pengelompokan berdasarkan adanya persamaan ciri yang dapat diamati. Dalam kegiatan ini akan dilakukan pengelompokan makhluk hidup dan benda-benda lain yang ada di ekosistem pesisir dan laut (hutan mangrove/padang lamun/terumbu karang). Untuk hal tersebut, dalam kegiatan ini akan dilakukan identifikasi ciri-ciri makhluk hidup di hutan mangrove dan akan dilakukan pengukuran, baik makhluk hidup maupun benda-benda lain dengan menggunakan besaran baku dan tidak baku (berat, panjang atau garis tengah).

Alat dan bahan:

Alat : ayakan, penggaris, timbangan, loope, mistar, kertas, alat tulis

Bahan : lumpur dari hutan mangrove, mahkluk hidup yang ada di hutan mangrove Langkah Kerja :

Kerjalah dalam kelompokmu

1. Amati makhluk hidup apa saja yang bisa kamu temukan di hutan mangrove dan lakukan identifikasi dan pengukurannya.

2. Lakukan juga pengamatan untuk makhluk hidup yang ada di lumpur, dengan menggunakan ayakan sehingga kamu temukan berbagai makhluk hidup. Lakukan seperti langkah no. 1

3. Amati juga ciri-ciri yang lain !

4. Kelompokkan berdasarkan persamaan ciri yang kamu temukan dan susun hasilnya dalam tabel atau kladogram/skema.

5. Buatlah kunci determinasi sederhana dari kelompok makhluk hidup yang sudah kamu kelompokkan.

Hasil pengamatan:

Jawab Pertanyaan:

1. Ada berapa jenis makhluk hidup di hutan mangrove ?

2. Ada berapa kelompok dari makhluk hidup yang diamati dan apa dasar pengelompokannya?

3. Ada berapa hasil pengukuran yang dilakukan dan apa besarannya?

4. Gambarlah skema jenis, ukuran dan jumlah makhluk hidup yang kamu temukan dalam lumpur yang ada di hutan mangrove!

Judul: Tujuan:

Alat dan Bahan: Langkah kerja: Hasil:

(20)

3. Sekolah Menengah Atas / Madrasah Aliyah / Sekolah Menengah Kejuruan Non-Kemaritiman (SMA/MA/SMK Non-Non-Kemaritiman)

Materi kemaritiman terintegrasi dalam mata pelajaran Biologi

KOMPETENSI INTI 3 (PENGETAHUAN) KOMPETENSI INTI 4 (KETERAMPILAN) Memahami, menerapkan, menganalisis

pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah

Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri dan mampu

menggunakan metoda sesuai dengan kaidah keilmuan

KOMPETENSI DASAR 3

(PENGETAHUAN) KOMPETENSI DASAR 4 (KETERAMPILAN) 3.2 Menganalisis data hasil observasi

tentang berbagai tingkat

keanekaragaman hayati (gen, jenis dan ekosistem) di Indonesia serta ancaman dan pelestariannya

4.2 Menyajikan hasil observasi berbagai tingkat keanekaragaman hayati (gen, jenis dan ekosistem) di Indonesia dan usulan upaya pelestarian keanekaragaman hayati Indonesia berdasarkan hasil analisis data ancaman kelestarian berbagai

keanekaragaman hewan dan tumbuhan khas Indonesia (darat dan air /tawar &laut) dalam berbagai bentuk media informasi SILABUS BIOLOGI KLAS X

KD MATERI KEGIATAN

PEMBELAJARAN Siswa mampu:

3.2 Menganalisis data hasil observasi tentang berbagai tingkat keanekaragaman hayati (gen, jenis dan

ekosistem) di Indonesia serta ancaman dan pelestariannya 4.2 Menyajikan hasil

observasi berbagai tingkat keanekaragaman hayati di Indonesia dan usulan upaya pelestarian keanekaragaman hayati Indonesia berdasarkan hasil analisis data

Keanekaragaman Hayati  Konsep keanekaragaman

gen, jenis, ekosistem darat dan air

Keanekaragaman hayati Indonesia, flora dan fauna, serta penyebaran-nya berdasarkan Garis Wallace dan Garis Weber  Keunikan hutan hujan

tropis Indonesia

 Keunikan, potensi, fungsi dan manfaat hutan mangrove, padang lamun dan terumbu karang  Pemanfaatan  Mengamati berbagai tingkat keanekaragaman hayati Indonesia  Mengelompokkan berbagai tingkat keanekaragaman hayati Indonesia dengan contoh-contohnya dari berbagai ekosistem mulai dari savana sampai dengan tundra (flora, fauna, mikroorganisme), garis Wallace dan Weber dari peta atau berbagai sumber serta keanegaragaman di air (sungai, danau dan Dipilih jenis-jenis di ekosistem hutan mangrove, padang lamun, atau terumbu karang

berbagai keaneka-ragaman hewan dan tumbuhan khas Indonesia dalam berbagai bentuk media informasi

Indonesia

Upaya pelestarian keanekaragaman hayati Indonesia, baik yang di darat maupun di air (tawar dan laut)

Mendiskusikan pemanfaatan

keanekaragaman hayati Indonesia yang sudah dilakukan dan peluang pemanfaatannya secara berkelanjutan dalam era ekonomi kreatif

Mendiskusikan keunikan, potensi, manfaat serta fungsi hutan hujan tropis, hutan mangrove, padang lamun dan terumbu karang di Indonesia

Mendiskusikan berbagai tingkat keanekaragaman hayati Indonesia dan memberikan contohnya, memahami garis Wallace dan Weber

 Mendiskusikan untuk mengasosiasikan pemahaman tentang takson dalam klasifikasi dan kunci determinasi  Mempresentasikan secara lisan tentang keanekaragaman hayati Indonesia berdasarkan tingkat keanekaragamannya dan upaya pelestarian serta pemanfaatan

keanekaragaman hayati Indonesia untuk kesejahteraan ekonomi masyarakat Indonesia dalam era ekonomi kreatif  Membuat tulisan tentang

keunikan, potensi,

manfaar serta fungsi hutan hujan tropis, hutan

mangrove, padang lamun serta terumbu karang Indonesia sebagai poros maritim dunia.

Gambar

Tabel berikut adalah contoh warna muatan Kemaritiman pada Mata Pelajaran IPA  SMP
foto  4.1. membuat permainan

Referensi

Dokumen terkait

Hän kertoi (Pyrylle, joka kertoi minulle), että hänellä on tapana ennen esitystä käydä läpi perheensä jäsenet, yksi kerrallaan, mielikuvaharjoitteluna, ja sanoa

Universiti yang baru ini mempunyai peluang, melalui pembentukan kurikulum serta program dan struktur akademik yang inovatif untuk menentukan profil kumpulan siswazah

Walaupun masih terdapat anak yang belum berkembang, namun dapat dikatakan bahwa penelitian yang dilakukan berhasil, karena guru telah dapat memperbaiki proses pembelajaran

Data angin yang di dapat dari ECMWF selama 10 tahun kemudian dilakukan peramalan gelombang dengan data tersebut menggunakan metode Sugianto (2014), sehingga di

 Objek data dapat berupa entitas eksternal (semua sumber data atau yang mengkonsumsi informasi), suatu benda (laporan atau tampilan), peristiwa (sambungan telepon) atau event

Apabila rekomendasi tersebut tidak dijalankan, maka Dewan Pers dapat menyarankan kepada pihak yang dirugikan untuk menyelesaikan. permasalahan ini melalui jalur hukum, baik secara

[1] studied the locating-chromatic number for amalgamation of stars, non homogeneous amalgamation of stars [4], and The locating-chromatic number of firecracker graphs [2],

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pakan mengandung 17 α - methytestosteron pada benih ikan nila merah tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan (P>0.05)