REKAYASA LAPANGAN TERBANG
REKAYASA LAPANGAN TERBANG
Bagus Hario Setiadji
Bagus Hario Setiadji
Jurusan
Jurusan
T
T
eknik Si
eknik Si
pil
pil
Fakultas T
Materi
Materi
•
•
Desain Perkerasan Baru dengan Metode FAA (berdasarkan AC
Desain Perkerasan Baru dengan Metode FAA (berdasarkan AC
150/5320-6D dan AC 150/5320-6E)
150/5320-6D dan AC 150/5320-6E)
–
– Perkerasan lentur (Perkerasan lentur ( flexible flexible pavement pavement )) –
– Perkerasan kaku (Perkerasan kaku (rigid pavement rigid pavement ))
•
•
Penentuan
Penentuan
Pavement Classification Number
Pavement Classification Number
(PCN) dan
(PCN) dan
Aircraft Classification Number
Materi
Materi
•
•
Desain Perkerasan Baru dengan Metode FAA (berdasarkan AC
Desain Perkerasan Baru dengan Metode FAA (berdasarkan AC
150/5320-6D dan AC 150/5320-6E)
150/5320-6D dan AC 150/5320-6E)
–
– Perkerasan lentur (Perkerasan lentur ( flexible flexible pavement pavement )) –
– Perkerasan kaku (Perkerasan kaku (rigid pavement rigid pavement ))
•
•
Penentuan
Penentuan
Pavement Classification Number
Pavement Classification Number
(PCN) dan
(PCN) dan
Aircraft Classification Number
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
•
•
Perkerasan adalah struktur
Perk
erasan adalah struktur yang terdiri dari beberapa
yang terdiri dari beberapa lapisan
lapisan
dengan kekakuan (
dengan kekakuan (
stiffness
stiffness
) dan daya dukung yang berlainan.
) dan daya dukung yang berlainan.
•
•
Sama dengan perker
Sama dengan
perkerasan jalan
asan jalan ray
raya, perkerasan lapangan
a, perkerasan lapangan
terbang dapat terdiri dari dua jenis utama, yaitu:
terbang dapat terdiri dari dua jenis utama, yaitu:
–
– perkerasan lentur (perkerasan lentur ( flexible flexible),), yaitu perkerasan yang terbuat dariyaitu perkerasan yang terbuat dari
campuran aspal dengan agregat yang digelar di
campuran aspal dengan agregat yang digelar di atas permukaanatas permukaan material berbutir mutu ting
material berbutir mutu tinggi. Umumnya digunakan pada runway dangi. Umumnya digunakan pada runway dan taxiw
taxiway (bagian lapangan ay (bagian lapangan terbang yang sebagian besarterbang yang sebagian besar pembebanannya
pembebanannyabersifat dinamisbersifat dinamis))
–
– Perkerasan kaku (Perkerasan kaku (rigid rigid )), yaitu perkerasan yang terbuat dari slab , yaitu perkerasan yang terbuat dari slab betonbeton
((Portland Cement ConcretePortland Cement Concrete). Umumnya digunakan pada apron (bagian). Umumnya digunakan pada apron (bagian lapangan terbang yang sebagian
PENDAHULUAN
Fungsi utama: comfort &safety riding, menahan dan membagi beban pesawat
Fungsi utama: menahan dan meneruskan beban pesawat ke lapisan subbase
Slab beton
Subbase/lean concrete Subgrade tanah asli
Perkerasan Lentur (Flexible Pavement )
Perkerasan Kaku (Rigid Pavement )
Subbase menggunakan material dengan kualitas yang lebih rendah dengan alasan ekonomis. Untuk keperluan ini, suatu perkerasan lentur bisa terdiri dari lebih satu subbase
Tebal 6 – 20 cm
PENDAHULUAN
•
Beban yang harus dipikul oleh perkerasan lapangan terbang
adalah jauh lebih berat dibandingkan dengan beban yang
harus dipikul oleh perkerasan jalan.
•
Dengan memperbanyak jumlah roda (yaitu dari formasi roda
tunggal (
single
)
roda ganda (
dual
)
formasi
dual tandem
(empat roda), dsb.) akan membagi beban pesawat kepada
permukaan yang lebih luas sehingga tebal lapisan perkerasan
yang dibutuhkan menjadi tidak terlalu besar dan akan
memberikan umur perkerasan lebih lama.
•
Roda terbagi dua, yaitu roda depan (
nose gear
) dan roda
belakang (
main gear
) atau disebut juga roda pendaratan
METODE PERENCANAAN PERKERASAN LENTUR
–
METODE FAA
•
FAA =
Federal Aviation Administration
•
Metode perencanaan perkerasan lentur berdasarkan pada
Advisory Circular
(AC) 150-5320-6D (menggunakan kurva
desain), dan diperbarui dengan AC 150-5320-6E
(menggunakan program FAARFIELD = FAA
Rigid and Flexible
Iterative Elastic Layer Design
)
•
Metode AC 150/5320-6D: mengembangkan metode
perencanaan perkerasan lentur berdasarkan analisis statistik
dengan melakukan perbandingan terhadap kondisi lokal dari
tanah, sistem drainase dan perilaku pembebanan berbagai
jenis pesawat.
METODE PERENCANAAN PERKERASAN LENTUR
–
METODE FAA
•
Klasifikasi tanah menurut metode FAA didasarkan pada
Unified System
:
– Klasifikasi grup berdasarkan ukuran butir (grain size)
– Kemudian baru membagi ke dalam sub-grup berdasarkan nilai Liquid
Limit (L.L) dan Plasticity Index (P.I)
•
Sistem drainase yang jelek akan menghasilkan subgrade yang
tidak stabil. Dengan sistem drainase yang baik, akan
menghasilkan subgrade yang terbebas dari genangan air
permukaan.
METODE PERENCANAAN PERKERASAN LENTUR
–
METODE FAA
METODE PERENCANAAN PERKERASAN LENTUR
METODE PERENCANAAN PERKERASAN LENTUR
METODE PERENCANAAN PERKERASAN LENTUR
METODE PERENCANAAN PERKERASAN LENTUR
–
METODE FAA
•
Klasifikasi tanah dilakukan untuk dapat memprediksi perilaku
dari tanah yang akan digunakan sebagai subgrade. Namun,
klasifikasi yang berdasarkan pengamatan ini hanya bersifat
perkiraan.
•
Pada saat operasional bandara, perilaku tanah ini dapat
berubah dikarenakan oleh tingkat pemadatan tanah yang
tidak sesuai, kadar air yang tinggi, dan sebagainya.
•
Oleh karena itu, untuk memastikan bahwa tanah yang
digunakan sesuai dengan yang diharapkan, maka perlu
dilakukan pengujian kekuatan tanah berdasarkan metode
METODE PERENCANAAN PERKERASAN LENTUR
–
METODE CBR
•
Pengujian CBR untuk mengukur indeks kuat geser tanah,
dimana nilai CBR merupakan nilai perbandingan besarnya
tekanan yang diperlukan untuk penetrasi dengan kedalaman
tertentu antara contoh tanah (material tertentu) dan batu
pecah standar.
•
Ada dua jenis CBR, yaitu: CBR direndam dan CBR tidak
direndam. CBR direndam untuk mewakili kondisi tanah paling
jelek (misalnya pada saat musim hujan) dalam hubungannya
METODE PERENCANAAN PERKERASAN LENTUR
–
METODE FAA
•
Terdapat 2 prosedur perencanan perkerasan lentur
berdasarkan pembebanan: prosedur pertama untuk bandara
dengan pesawat dengan beban 30.000 lbs atau lebih (bandara
utama --- yang akan digunakan dalam perkuliahan ini)
sedangkan prosedur kedua adalah untuk bandara dengan
pesawat dengan beban kurang dari 30.000 lbs (bandara
perintis).
METODE PERENCANAAN PERKERASAN LENTUR
–
METODE FAA (AC 150-5320-6D)
•
Dalam penentuan tebal perkerasan, harus terlebih dahulu
ditentukan pesawat rencana, yaitu pesawat yang
menghasilkan ketebalan perkerasan terbesar. Pesawat
rencana tidak harus selalu pesawat terbesar/terberat, tetapi
merupakan
kombinasi antara beban pesawat dengan volume
lalu lintas pesawat
.
•
Dikarenakan lalu lintas bandara terdiri dari berbagai macam
jenis pesawat dengan berat yang beragam, maka perlu
dilakukan
konversi dari berat pesawat tersebut ke berat
METODE PERENCANAAN PERKERASAN LENTUR
–
METODE FAA (AC 150-5320-6D)
• R1 = kedatangan tahunan ekuivalen pesawat rencana; R2 = kedatangan
tahunan dari pesawat yang akan dicari konversinya; W1 = berat pesawat rencana; dan W2 = berat pesawat yang akan dicari konversinya.
• Tipe roda pendaratan utama juga harus dicari konversinya sebagai berikut.
2 / 1 1 2 W W R2 log R1 Log
METODE PERENCANAAN PERKERASAN LENTUR
–
METODE FAA (AC 150-5320-6D)
•
Perhitungan ketebalan setiap lapisan dilakukan dengan
menggunakan
“
kurva-kurva desain perkerasan
” yang
dibedakan berdasarkan jenis roda utama (
main gear
).
•
Pembagiannya adalah sebagai berikut:
– Pesawat dengan roda pendaratan single gear – Pesawat dengan roda pendaratan dual gear
– Pesawat dengan roda pendaratan dual tandem gear
– Pesawat berbadan lebar (wide body ): Boeing 747, McDonnell Douglas
DC10 dan Lockheed L1011 (dikarenakan bentuk roda pendaratan dan berat pesawatnya berbeda dengan yang lain).
•
Tekanan roda bervariasi dari 75
–
200 psi. Tekanan roda 200
psi dianggap cukup aman untuk menahan beban
pesawat-pesawat besar.
METODE PERENCANAAN PERKERASAN LENTUR
–
METODE FAA (AC 150-5320-6D)
•
Berat kotor pesawat yang digunakan di dalam kurva kira-kira
95%-nya ditumpu oleh roda utama (
main gear
).
•
Hanya gerakan pada saat lepas landas (take-off )yang
diperhitungkan, sedangkan gerakan pendaratan (landing)
tidak diperhitungkan
dalam mengembangkan kurva-kurva
tersebut, sebab berat pesawat pada saat mendarat selalu
lebih kecil (
non-critical
) dibandingkan dengan berat pesawat
pada saat lepas landas.
•
Kurva-kurva tersebut digunakan untuk menghitung tebal
lapisan permukaan (
surface
) dan base, baik pada area kritis
METODE PERENCANAAN PERKERASAN LENTUR
–
METODE FAA (AC 150-5320-6D)
•
Area kritis
yaitu pada area dimana pesawat berkecepatan
rendah/berhenti, seperti di taxiway, landas pacu pada jarak
300 m dari ujung
threshold
dan apron, dimana tebalnya
diperhitungkan sesuai dengan apa yang dihasilkan kurva.
•
Area non-kritis
yaitu area dimana pesawat umumnya
berkecepatan tinggi, diperhitungkan tebal totalnya sebesar
0.9 kali tebal total perkerasan area kritis.
•
Input data yang diperlukan pada kurva evaluasi perkerasan
adalah:
– Nilai CBR subgrade dan subbase
– Berat total pesawat pada saat lepas landas (maximum take-off weight ,
MTOW)
pesawat-METODE PERENCANAAN PERKERASAN LENTUR
–
METODE FAA (AC 150-5320-6D)
•
Untuk menghitung total tebal perkerasan (T) dan tebal lapisan
permukaan digunakan
“
kurva desain perkerasan
flexible”.
•
Untuk area non-kritis dan transisi, tebal lapisan base dan
subbase digunakan tebal masing-masing sebesar 0.9T dan
0.7T.
•
Hanya saja,
tebal lapisan subbase dapat ditambah agar tidak
METODE PERENCANAAN PERKERASAN LENTUR
METODE
PERENCANAAN
PERKERASAN
LENTUR
–
METODE FAA
(AC 150-5320-6D)
METODE
PERENCANAAN
PERKERASAN
LENTUR
–
METODE FAA
(AC 150-5320-6D)
METODE
PERENCANAAN
PERKERASAN
LENTUR
–
METODE FAA
(AC 150-5320-6D)
METODE
PERENCANAAN
PERKERASAN
LENTUR
–
METODE FAA
(AC 150-5320-6D)
METODE
PERENCANAAN
PERKERASAN
LENTUR
–
METODE FAA
(AC 150-5320-6D)
METODE
PERENCANAAN
PERKERASAN
LENTUR
–
METODE FAA
(AC 150-5320-6D)
METODE
PERENCANAAN
PERKERASAN
LENTUR
–
METODE FAA
(AC 150-5320-6D)
METODE
PERENCANAAN
PERKERASAN
LENTUR
–
METODE FAA
(AC 150-5320-6D)
METODE
PERENCANAAN
PERKERASAN
LENTUR
–
METODE FAA
(AC 150-5320-6D)
•
•
Dari “
Dari “
kurva desain
kurva desain
perkerasan
perkerasan
flexible”,
flexible”, perlu
perlu
dicek tebal minimum
dicek tebal minimum
lapisan base
lapisan base
dengan
dengan
menggunakan kurva di
menggunakan kurva di
samping ini.
samping ini.
METODE
METODE
PERENCANAAN
PERENCANAAN
PERKERASAN
PERKERASAN
LENTUR
LENTUR
–
–
METODE FAA
METODE FAA
(AC 150-5320-6D)
METODE PERENCANAAN PERKERASAN LENTUR
METODE PERENCANAAN PERKERASAN LENTUR
–
–
METODE FAA (AC 150-5320-6D)
METODE FAA (AC 150-5320-6D)
•
•
Untuk annual departure yang lebih dari 25.000,
Untuk annual departure yang lebih dari 25.000, tebal lapisan
tebal lapisan
totalny
totalnya harus
a harus ditambah dengan mengikuti
ditambah dengan mengikuti ket
ketentuan pada
entuan pada
tabel di bawahnya, serta tebal lapisan
tabel di bawahnya, serta tebal lapisan permukaannya harus
permukaannya harus
ditambah 1 in. (3 cm).
CONTOH PERENCANAAN
CONTOH PERENCANAAN
–
–
METODE FAA
METODE FAA
(AC 150-5320-6D)
(AC 150-5320-6D)
•
•
Contoh 1
Contoh 1
Rencanakan lapisan perkerasan flexible yang
Rencanakan lapisan perkerasan flexible yang melayani
melayani
pesawat rencana dengan roda pendaratan dual gear, berat
pesawat rencana dengan roda pendaratan dual gear, berat
lepas landas 75.000 lbs, Equivalent annual departure 6.000
lepas landas 75.000 lbs, Equivalent annual departure 6.000
dari pesawat rencana dan nilai CBR subbase 20%, CBR
dari pesawat rencana dan nilai CBR subbase 20%, CBR
subgrade 6%.
CONTOH
PERENCANAAN
–
METODE FAA
(AC 150-5320-6D)
•
Solusi Contoh 1
• Dari kurva di samping, tebal
total = 21.3 in, tebal surface + base = 8.6 in. Sehingga tebal subbase = 21.3 – 8.6 = 12.7 in.
• Tebal surface = 4 in. (kritis)
atau 3 in. (non-kritis)
• Jadi tebal base = 8.6 – 4 =
4.6 in.
Tebal total Tebal surface +
CONTOH
PERENCANAAN
–
METODE FAA
(AC 150-5320-6D)
•
Solusi Contoh 1
• Cek tebal minimum lapisan
base dengan kurva di
samping ini, diperoleh 6.2 in. Karena lapisan base mempunyai tebal hitung < tebal minimum, maka
diambil tebal lapisan base = tebal minimum = 6.2 in., sehingga perlu update tebal subbase menjadi = 12.7 –
CONTOH PERENCANAAN
–
METODE FAA
(AC 150-5320-6D)
•
Solusi Contoh 1
Summary dari solusi contoh 1 adalah sebagai berikut.
Harus dicek:
-
tebal non-kritis di atas harus = 0.9 tebal kritis
-
tebal lapisan base harus
memenuhi tebal minimum
Lapisan Kritis (in.) Non-kritis (in.)
Lapisan permukaan 4 3 Lapisan base 6.2 6.2 Lapisan subbase 11.1 9.88 Total tebal 21.2 19.08
CONTOH PERENCANAAN
–
METODE FAA
(AC 150-5320-6D)
•
Contoh 2
Rencanakan lapisan perkerasan flexible yang melayani
pesawat rencana dengan berat kotor 300.000 lbs, roda
pendaratan dual tandem, CBR subbase = 20%, Equivalent
annual departure 15.000, CBR subgrade = 7%. Dipakai
subbase yang distabilisasi P216 mix in place, sedangkan
lapisan base distabilisasi dengan P201 bituminous base
course.
•
Perlu diketahui terlebih dahulu faktor ekivalensi dari
subbase maupun base yang distabilisasi, untuk nantinya
digunakan sebagai nilai pembagi tebal yang diperoleh dari
kurva rencana
.
CONTOH
PERENCANAAN
–
METODE FAA
(AC 150-5320-6D)
Tebal total Tebal surface +
base
•
Solusi Contoh 2
• Dari kurva di samping, tebal
total = 38 in, tebal surface + base = 17.5 in. Sehingga tebal subbase = 38 – 17.5 = 20.5 in.
• Tebal surface = 4 in. (kritis)
atau 3 in. (non-kritis)
• Jadi tebal base = 17.5 – 4 =
13.5 in.
CONTOH
PERENCANAAN
–
METODE FAA
(AC 150-5320-6D)
•
Solusi Contoh 2
• Tebal subbase yang
distabilisasi = 20.5 / 1.6 = 12.8 in. ~ 13 in.
• Tebal base yang distabilisasi
= 13.5 / 1.4 = 9.6 in. ~ 10 in.
• Total perkerasan dengan
subbase dan base yang distabilisasi = 4 + 13 + 10 = 27 in.
• Jangan lupa cek terhadap
tebal base minimum
CONTOH
PERENCANAAN
–
METODE FAA
(AC 150-5320-6D)
CONTOH PERENCANAAN
–
METODE FAA
(AC 150-5320-6D)
•
Contoh 3
Pada tabel berikut adalah daftar pesawat yang menggunakan
bandara A. Hitunglah equivelent annual departure-nya dan
perkerasan yang dibutuhkan (CBR subgrade = 6%, CBR
CONTOH PERENCANAAN
–
METODE FAA
(AC 150-5320-6D)
•
Solusi Contoh 3
•
Hitung tebal perkerasan yang dibutuhkan oleh masing-masing
pesawat (seperti solusi contoh 1). Akan diperoleh pesawat
rencana adalah Boeing B727-200.
•
Gunakan persamaan
dan tabel di bawah
2 / 1 1 2 W W R2 log R1 Log
CONTOH PERENCANAAN
–
METODE FAA
(AC 150-5320-6D)
•
Solusi Contoh 3
•
Misalkan dicari nilai R
2untuk Boeing B727-100, maka nilai R
2-nya adalah sebesar
R
2= annual departure pesawat x faktor konversi
= 3760 x 1 = 3760
•
Wheel load
dihitung dengan menganggap 95% ditumpu oleh
roda pendaratan (roda utama). Untuk pesawat B727-100 roda
utamanya
dual wheel
yang terdiri 4 roda, maka:
W2 = 160.000 x 95% x ¼ = 38.000
Begitu juga nilai W1 untuk pesawat rencana (
dual wheel
)
CONTOH PERENCANAAN
–
METODE FAA
(AC 150-5320-6D)
•
Solusi Contoh 3
• Sehingga nilai R1 adalah
log R1 = log R2 (W2 / W1)1/2
= log (3.760) (38.000 / 42.240)1/2
= 3,277 R1 = 103,277
CONTOH
PERENCANAAN
–
METODE FAA
(AC 150-5320-6D)
•Solusi Contoh 3
• Pesawat B727-200 (pesawat rencana) MTOW = 190.500 lbs CBR subgrade = 6%Maka tebal total = 39 in.
• Tebal surface + base dengan
CBR subbase = 20% adalah 18 in., maka tebal subbase = 39 – 18 = 21 in.
• Tebal surface untuk daerah
kritis = 4 in.
• Tebal base = 18 – 4 = 14 in.
Tebal total Tebal surface +
CONTOH
PERENCANAAN
–
METODE FAA
(AC 150-5320-6D)
•
Solusi Contoh 3
• Cek tebal minimum lapisan
base dengan kurva di
samping ini, diperoleh 13.2 in. Untuk desain, ambil
tebal base = 14 in.
• Summary:
Area kritis
Tebal surface = 4 in., base = 14 in., subbase = 18 in.
Area non-kritis
Tebal surface = 3 in., base = 13 in., subbase = 16 in.
METODE PERENCANAAN PERKERASAN KAKU
–
METODE FAA
• Perkerasan kaku merupakan jenis perkerasan yang terdiri dari lapisan slab
beton, diletakkan pada lapisan subbase (granular atau stabilisasi) atau lean concrete, di-support oleh lapisan tanah dasar (subgrade) yang dipadatkan.
• Perkerasan kaku pada bandara biasanya ditemui pada:
– Bagian-bagian perkerasan yang harus menanggung beban statis dan
banyak tetesan minyak, seperti tempat parkir pesawat (apron) atau tempat pemberhentian sementara pesawat sebelum take-off (holding bay);
– Bagian yang mendapat pengaruh panas blast mesin jet pesawat,
seperti di bagian ujung landasan (runway)
PARAMETER DESAIN
• Material: subgrade atau kombinasi subgrade – subbase
– Subgrade harus dipadatkan dengan kadar air yang sesuai, agar
diperoleh dukungan yang seragam sepanjang perkerasan runway, taxiway maupun bagian bandara yang lain.
– Kekuatan subgrade untuk perkerasan kaku baru ditentukan dengan
pengujian plate bearing test dengan menggunakan pelat baja dengan diameter 30 in. (AASHTO T-222).
– Kekuatan subgrade dinyatakan dalam nilai k (dalam pci atau
MN/m3)yaitu besarnya tekanan (dalam psi atau MN/m2) yang
diperlukan untuk menghasilkan penurunan sebesar 0.05 in. (atau dalam m) in. 05 . 0 in. 0.05 tanah penurunan n menyebabka yang tekanan Nilai k
PARAMETER DESAIN
• Material: subgrade atau kombinasi subgrade – subbase (lanjutan)
– Digunakan diameter pelat 30 in. dikarenakan penggunaan diameter
pelat yang lebih kecil dari 30 in. akan mempengaruhi nilai k (AASHTO, 1993).
PARAMETER DESAIN
• Material: subgrade atau kombinasi subgrade – subbase (lanjutan)
– Pengukuran nilai k untuk kekuatan subgrade dengan alat plate bearing
test hanya dapat dilakukan pada perkerasan baru, dimana kekuatan daya dukung tanah dasar dapat diukur secara langsung di atas
permukaan tanah.
– Nilai k subgrade untuk perkerasan eksisting tidak dapat diukur
menggunakan plate bearing test , namun dapat ditentukan
berdasarkan korelasi dengan parameter kekuatan tanah yang lain, seperti nilai CBR dan nilai modulus resilien atau modulus elastis (AASHTO, 1993) 4 . 19 ) ( )
( pci E psi
PARAMETER
DESAIN
• Keterkaitan antara nilai k
dengan parameter tanah yang lain (PCA, 1966)
PARAMETER DESAIN
• Material: subgrade atau kombinasi subgrade – subbase (lanjutan)
– Harga pendekatan nilai k untuk berbagai jenis tanah (menurut PCA)
Kualitas Subgrade Nilai k
MN/m3 pci
Sangat jelek < 40 < 150 Lumayan baik 55 – 68 200 - 250 Sangat baik > 82 > 300
PARAMETER DESAIN
• Material: subgrade atau kombinasi subgrade – subbase (lanjutan)
– Material subbase terdiri dari material berbutir, yaitu kerikil atau batu
pecah dengan gradasi baik, ataupun material berbutir yang distabilisasi dengan semen, kapur (lime) atau aspal.
– Fungsi dari subbase:
• Mengurangi efek pompa ( pumping) yaitu naiknya material
subgrade (butiran-butiran tanah halus yang berbentuk
lumpur/suspensi dan tanah liat) ke atas slab beton melalui
sambungan (dimana joint sealent-nya sudah rapuh) atau melalui retakan.
• Memberikan ketahanan terhadap perubahan bentuk akibat proses
kembang susut yang berlebihan pada tanah dasar. Untuk
mengatasi permasalahan ini, maka subbase perlu distabilisasi dengan semen, kapur atau aspal.
PARAMETER DESAIN
• Material: subgrade atau kombinasi subgrade – subbase (lanjutan) – Fungsi dari subbase (lanjutan):
• Memperbaiki daya dukung lapisan subgrade, dengan
meningkatkan nilai k, dikenal sebagai nilai k komposit.
Meningkatnya nilai k ini dapat mengurangi ketebalan slab beton (tetapi hal ini masih debatableapakah penambahan nilai k ini sepadan atau tidak dengan berkurangnya tebal slab beton,
mengingat daya dukung slab beton >>> daya dukung subgrade + subbase)
PARAMETER DESAIN
• Material: subgrade atau kombinasi subgrade – subbase (lanjutan) – Nilai k komposit dengan input data: tebal subbase (in.) dan nilai k
subgrade (pci) (bisa dilihat di AC 150/5320-6E)
– Kelemahan dari nilai k komposit: tidak memungkinkan untuk
PARAMETER DESAIN
• Material: subgrade atau kombinasi subgrade – subbase (lanjutan)
– Nilai k komposit pada subbase yangdistabilisasi dengan semen (PCA,
1966)
• Keuntungan stabilisasi subbase
dengan semen:
• Lapisan menjadi
impermeable
• Daya dukung menjadi
uniform
• Mengurangi konsolidasi dari
subbase
• Memperbaiki pemindahan
beban pada joint.
PARAMETER DESAIN
• Material: subgrade atau kombinasi subgrade – subbase (lanjutan)
– Menurut FAA, lapisan subbase harus digunakan di bawah slab beton
apabila perkerasan tersebut akan melayani pesawat dengan berat lebih dari 100,000 lbs (45 ton), dengan tebal subbase harus minimal 4 in. (100 mm).
– Kriteria untuk subbase yang distabilisasi dengan semen (menurut PCA
dan FAA)
Kuat tekan (28 hari) 400 – 900 psi Kuat tekan (7 hari) 750 psi Modulus keruntuhan (ruptur e) (28 hari) 80 – 180 psi
PARAMETER DESAIN
• Material: beton
– Terdapat dua parameter desain terkait dengan material beton, yaitu
flexural strength dan compressive strength, namun karena biasanya
compressive stress yang terjadi jauh lebih kecil dibandingkan dengan
compressive strength-nya, maka hanya flexural strength yang digunakan dalam perancangan.
– Flexural strengthdiukur dengan menggunakan pengujian modulus
PARAMETER DESAIN
• Material: beton
– Pengujian modulus keruntuhan pembebanan tiga titik
Pola retak yang terjadi:
1 3 2 1 3 2 Pola 1
Apabila retak terjadi pada sepertiga bagian tengah dari batang beton
Pola 2
Apabila retak yang terjadi melewati sepertiga tengah panjang batang beton (tetapi masih < dari 5% total panjang beton)
Pola 3
Apabila retak yang terjadi melewati sepertiga tengah panjang batang beton (tetapi > 5% total panjang beton)hasil pengujian tidak diterima 2 bd PL MR P . a3 MR
a = jarak dari retak ke tumpuan terdekat
PARAMETER DESAIN
• Material: beton
– Pengujian modulus keruntuhan dilakukan pada contoh beton berumur
7, 14, 28 dan 90 hari.
• Hasil pengujian pada beton umur 7 dan 14 hari untuk melihat
apakah beton tersebut bisa melayani beban sesuai rencana.
• Hasil pengujian pada beton umur 28 hari digunakan sebagai
spesifikasi teknis (apabila tercapai flexural strength sesuai dengan spek pada umur 28 hari, maka dianggap akan diperoleh
perkerasan yang over-design).
• Hasil pengujian pada beton umur 90 hari dijadikan acuan oleh FAA
dan PCA untuk flexural strengthperkerasan bandara. Bisa dijadikan acuan bahwa flexural strength 90 hari = 1.1 flexural strength 28 hari.
PARAMETER DESAIN
• Lalu lintas pesawat
– Perkiraan annual departure untuk design life 20 tahun harus dibuat
untuk setiap jenis pesawat (dengan mempertimbangkan maximum take-off weight dan konfigurasi main gear ), setelah annual departure dari setiap jenis pesawat tersebut dikonversi menjadi annual
departure ekuivalen pesawat rencana/kritis.
– Pengertian pesawat rencana atau pesawat kritis disini adalah jenis
pesawat, yang berdasarkan kombinasi MTOW dan annual departure -nya, akan menghasilkan tebal slab beton yang paling besar.
PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN KAKU
• Metode FAA (lihat detilnya di AC 150/5320-6D)
– Perkirakan annual departure dari tiap pesawat yang akan dilayani atau
proyeksikan annual departure eksisting untuk waktu 20 tahun.
– Tentukan tipe roda pendaratan (main gear ) untuk tiap jenis pesawat:
single, dual, dual tandem.
– Hitung MTOW dari tiap jenis pesawat (data bisa diperoleh dari
informasi yang dikeluarkan oleh manufaktur pesawat).
– Tentukan pesawat kritis atau pesawat rencana
• Gunakan data nilai k (atau nilai k komposit), flexural strength
beton, MTOW dan annual departure tiap jenis pesawat.
• Gunakan slide berikut untuk menentukan tebal slab beton.
• Bandingkan tebal beton yang diperoleh dari setiap jenis pesawat.
Pesawat rencana adalah pesawat yang memberikan tebal beton paling besar
PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN KAKU
• Metode FAA (lanjutan)
MTOW Nilai k
PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN KAKU
PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN KAKU
PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN KAKU
• Metode FAA (lanjutan)
– Konversikan tipe main gear tiap pesawat ke main gear pesawat
rencana menggunakan tabel berikut. Dari sini dihitung annual departure yang dinyatakan dalam main gear pesawat rencana.
PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN KAKU
• Metode FAA (lanjutan)
– Tentukan wheel load dari tiap jenis pesawat dimana 95% MTOW
ditopang oleh main gear . Untuk pesawat wide body, MTOW dibatasi sampai 300,00 lbs dengan roda dual tandem.
– Masukkan rumus
R1 = kedatangan tahunan ekuivalen pesawat rencana; R2 =
kedatangan tahunan dari pesawat yang akan dicari konversinya
(setelah dikalikan dengan faktor konversi); W1 = berat pesawat rencana; dan W2 = berat pesawat yang akan dicari konversinya.
2 / 1 1 2 W W R2 log R1 Log
PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN KAKU
• Metode FAA (lanjutan)
– Hitung total kedatangan tahunan ekuivalen
– Gunakan data nilai k (atau nilai k komposit), flexural strength beton,
MTOW dan annual departure dari pesawat rencana untuk menghitung tebal perkerasan kaku yang bersesuaian dengan jenis main gear,
dengan menggunakan salah satu dari 3 kurva perencanaan.
– Tebal yang diperoleh adalah tebal slab beton saja (tidak termasuk
subbase). Ketebalan untuk daerah kritis (T) adalah seperti tebal yang diperoleh, sedangkan untuk daerah non-kritis, tebal slab beton adalah sebesar 0.9 T.
– Tebal subbase adalah sebesar tebal yang digunakan pada saat