• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

29 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Setting Penelitian

4.1.1 Persiapan Penelitian

Tahapan awal yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan membuat rancangan penelitian. Rancangan penelitian dimulai dengan mencari referensi yang berkaitan dengan topik penelitian tentang gambaran konsep diri pasien diabetes mellitus type 2 di rumah sakit umum daerah salatiga.Peneliti kemudian mencari partisipan untuk diteliti dengan bantuan perawat di ruangan.

Peneliti melakukan pendekatan dan meminta kesediaan dari partisipan untuk diteliti. Pada bulan desember peneliti menemui ketiga partisipan secara terpisah dan mengatakan bahwa peneliti ingin bertanya-tanya kepada partisipan seputar kasus yang berkaitan dengan gambaran konsep diri pasien diabetes melitus type 2 .

Pada saat peneliti menemui partisipan, peneliti menanyakan sepintas pada partisipan untuk mengetahui karakteristik dari partisipan. Kemudian peneliti menemukan bahwa ketiga partisipan tersebut memenuhi kriteria seperti yang telah ditetapkan dalam kriteria awal.

(2)

30 4.1.2 Pelaksanaan Penelitian

Peneliti melakukan penelitian pada bulan Desember 2014. Penelitian dilakukan pada tiga orang partisipan yang berasal dari Salatiga.

Dalam penelitian ini banyak hambatan yang dialami yaitu partisipan sendiri dalam kondisi yang tidak sehat dan membutuhkan banyak istirahat sehingga peneliti harus menunggu hingga partisipan sudah siap untuk diwawancarai. .Alat bantu yang peneliti gunakan dalam penelitian ini ialah alat perekam suara yaitu telepon genggam, perlengkapan menulis seperti buku catatan dan pena. Alat perekam suara digunakan setelah mendapat izin dari partisipan untuk merekam hasil wawancara.

4.2 Hasil penelitian

4.2.1 Gambaran Umum Partisipan

Tabel 1.identitas partisipan (P)

P1 P2 P3

Nama Tn. S Tn. S Ny. T

Usia 57 tahun 53 tahun 70 tahun

Asal Salatiga Salatiga Salatiga

Agama Islam Islam Islam

Status pernikahan

(3)

31 4.2.1.1 Identitas Pertisipan 1

Partisipan berusia 57 tahun dan partisipan adalah seorang Kepala rumah tangga. Partisipan berasal dari Salatiga dan partisipan beragama Muslim. Partisipan telah menikah serta memiliki 3 orang anak serta 4 orang cucu. Partisipan tinggal bersama istri di rumah kediaman mereka di Salatiga. Partisipan memiliki hubungan yang sangat dekat dengan keluarga, dan saudara-saudaranya. Partisipan memiliki hubungan yang baik dengan lingkungan sekitar tempat tinggal maupun lingkungan kerjanya sebagai seorang pegawai negeri sipil. Partisipan mengetahui penyakitnya pada tahun 2004, perasaan partisipan saat mengetahui pertama kali mengidap diabetes mellitus tidak merasa minder, dan berserah diri kepada Tuhan yang Maha Esa. Partisipan juga mendapat dukungan yang baik dari istri partisipan terlihat bahwa istri terus menerus mendampingi partisipan selama di rawat di Rumah Sakit

4.2.1.2 Identitas Partisipan 2

Partisipan adalah seorang duda dan tinggal di salatiga, partisipan memiliki 1 oang anak yang tinggalnya jauh dari partisipan. Hubungan partisipan dengan mantan

(4)

32

istrinya agak renggang, namun sesekali mantan istri datang menjenguk dan mengurus administrasi partisipan. Hubungannya dengan lingkungan tempat partisipan tinggal pun baik, semenjak 2 tahun terakhir mengidap Diabetes Melitus partisipan sudah tidak bisa bekerja dan tinggal di rumah saja karena partisipan merasa sudah tidak kuat lagi bergerak di tambah ada luka pada kakinya, hingga kini partisipan hanya di jaga oleh ibunya saja.

4.2.1.3 Identitas Partisipan 3

Partisipan adalah seorang ibu dan juga nenek yang berusia 70 tahun. Partisipan berasal dari Salatiga, dan sudah menikah, Partisipan di tinggal oleh suaminya 3 tahun yang lalu. Dari perkawinannya partisipan memiliki 4 orang anak, dua di antaranya tinggal di luar salatiga, salah satu anaknya tinggal bersama dengannya

Partisipan memiliki hubungan yang sangat dekat dengan keluarga, dan anak-anak partisipan, serta memiliki hubungan yang baik dengan keluarga dari pihak suami walaupun telah ditinggal meninggal. Hubungan Partisipan dengan teman-teman sebaya juga dekat, dan memiliki hubungan yang baik dengan lingkungan disekitar tempat Partisipan tinggal. Partisipan pandai bergaul, dan sangat

(5)

33

ramah dengan teman-temannya. Pertama kali mengetahui penyakitnya partisipan merasa takut dan sedih mengetahui bahwa dirinya mengidap diabetes karena sebelumnya ibu Partisipan juga mengidap Diabetes Mellitus. Dampak terhadap keadaan fisik Partisipan dapat dilihat dengan adanya luka gangren pada kaki Partisipan kemudian tangan dan kaki sulit untuk digerakan dengan baik.

4.2.2 Analisa Data Ditinjau dari masing-masing aspek A. Aspek Fisik

Dalam penelitian ini peneliti menemukan pada aspek fisik adanya perbedaan pada partisipan 1, 2 dan 3 mengenai konsep diri pada pasien diabetes mellitus 1. Partisipan 1

Partisipan merasa dirinya menarik dan rapi, partisipan memiliki rasa kepercayaan diri dan tidak minder terhadap penyakit yang dialami partisipan. Dampak dari lawan jenis terhadap penampilan fisik partisipan juga ada dan partisipan merasa dapat memberikan kepuasan secara jasmani dalam hal ini sexual terhadap istri partisipan walau dalam keadaan sakit, dampak dari Diabetes melitus terhadap keadaan fisik partisipan juga dirasakan yaitu adanya bintik-bintik seperti penyakit kulit, namun

(6)

34

partisipan berpikir positif bahwa akan segera sembuh bila diobati terus menerus. Pernyataan selengkapnya dilihat dari ungkapan partisipan berikut:

“Ooh saya PD (percaya diri) aja gak minder, merasa tidak punya penyakit apa-apa, karna saya di keluarga juga bisa memberikan nafkah lahir dan batin.” (P1;50-52)

“Oh itu mbak, penampilan saya rapi,sepatu saya bagus,pokoknya saya gak kalah lah sama yang lain itu”. (P1;56-57)

“Karna begini mbak kalau yah, satu kondisi umur kan sudah tua, kalau masih muda kan biasanya 1 minggu bisa 4 sampai 5 kali, kalau sudah tua kan paling 1 kali 2 kali lah sama isteri dong yang tertarik.” (P1;61-63)

“Kalau saya kebetulan kaki saya gak enak, dikaki yang sebelah juga muncul bintik-bintik seperti penyakit kulit, tapi karna pengobatan terus yah lukanya perlahan cepat kering, saya positif saja pikirnya mbak.” (P1;71-73)

2. Partisipan 2

Partsipan mengungkapkan bahwa dirinya rapi dan menjaga kebersihan diri, dengan keadaan fisik partisipan sekarang tidak dapat beraktivitas seperti dulu lagi, salah satu akibatnya juga karna ada gangren pada kaki partisipan. Pernyataan selengkapnya dilihat dari ungkapan partisipan sebagai berikut :

(7)

35

udah nggak kerja seperti saya ini, udah gak kuat apa-apa, berjalan aja udah gak kuat, kaki udah busuk sebelah, turun aja nggak kuat.” (P2;48-49) “Yah, saya rapi di rumah apalagi kalau mau kondangan, saya lumayan di sukai para gadis dulu waktu muda di desa, saya pekerja keras,tapi untuk sekarang yah mau gimana lagi sakit seperti ini fisik sudah gak kayak dulu lagi, nah begitu saja mbak.” (P2;62-66)

“Yah rapi, mandi, menjaga kebersihan lah.” (P2;69)

“Yah mbak bisa lihat sendiri, kaki udah busuk sebelah di tutup pake kapas-kapas, berjalan aja udah nggak kuat, yah begitulah mbak.” (P2;78-80)

3. Partisipan 3

Partisipan merasa takut jika sewaktu-waktu meninggal dan merepotkan anak-anaknya yang sudah berkeluarga. Partisipan mengungkapkan dirinya sudah tua dan sakit-sakitan, susah tidur dan merasa gatal pada bagian tubuhnya. Dampak yang dirasakan partisipan juga adalah luka disertai gatal-gatal pada tubuh partisipan sehingga merasa malu jika ada yang berkunjung. Pernyataan selengkapnya dilihat dari ungkapan partisipan sebagai berikut :

“Oh iya, saya sudah tua jadi sering sakit-sakit, saya ramping (tertawa, dan bertanya ke cucunya) eh nok, ini kurus apa ramping yah, saya susah tidur, skarang sering gatal-gatal juga.” (P3;54-56) “Mandi tiap hari, bersih-bersih yah seperti itu mba.” (P3;59)

(8)

36

“Yah gimana mba, ada luka juga jadinya gak enak sama yang lain, malu mba,(P3;62-63)

Dari pernyataan partisipan diatas menggambarkan konsep diri pada aspek fisik dari P1, P2, dan P3. Terdapat perbedaan fisik terhadap penyakit yang diderita. Pada P1 muncul bintik-bintik di kaki, P2 terdapat gangren dan tidak dapat beraktivitas, P3 ada gangren dan gatal-gatal, selain itu P2 dan P3, namun ada juga kesamaan P1, P2, dan P3 dalam mendeskripsikan fisik mereka yang rapi dan suka bersih-bersih.

B. Aspek Moral

Dalam penelitian ini peneliti menemukan pada aspek moral, adanya perbedaan pendapat pada partisipan 1, 2, dan 3 mengenai aspek moral pada konsep diri pasien diabetes melitus.

1. Partisipan 1

Dalam aspek moral P1 mengemukakan pandangannya terhadap perilaku-perilaku di sekitar yang sesuai dengan prinsip hidupnya yaitu dengan menjadi motivator dalam hal ini rajin berdoa, maupun berceramah di tempat ibadah. Selain itu proses pengambilan keputusan P1

(9)

37

berkoordinasi dengan keluarga untuk mencapai keputusan bersama, hal tersebut tak jauh berbeda dengan pengambilan keputusan di tempat kerja walaupun dalam hal bermasyarakat P1 tidak mau berdebat mengenai pengambilan keputusan karna takut hal tersebut menjadi beban pikiran yang menyebabkan penyakitnya kambuh. Pernyataan selengkapnya dilihat dari ungkapan partisipan sebagai berikut :

“Oh kalau saya positif mbak, saya di desa menjadi orang panutan jadi saya memberikan sesuatu yang terbaik, kalau orang islam istilahnya

(...),saya tiap hari ngaji, tiap hari memberikan penceramahan, itu yang namanya sakit,penyakit, semua dari allah tapi kita memberikan motivasi pada masyarakat biar masyarakat gak akan merasakan penyakit itu momok atau apalah.” (P1;77-82)

“Kalau keputusan yang baik dan benar itu matang-matang mbak, kalau misalnya dalam bekerja bagaimana bawahan saya atasan saya,bagaimana kita koordinasikan,kalau di keluarga dikoordinasikan dengan istri dan anak saya karna anak bagian dari keluarga, kalau di masyarakat sejak saya menjadi orang diabet, setiap kumpulan di masyarakat itu saya tidak ikut karna menambah beban pikiran saya, di RT saya itu orangnya tidak begitu pintar tapi kemau pintar, ndak banyak yang pintar tapi pengen tau, jadi saya ndak ikut ahh daripada menambah beban pikiran saya, dan kumat lagi.” (P1;85-93)

(10)

38 2. Partisipan 2

Partisipan mengungkapkan pandangannya terhadap perilaku disekitar ialah perilaku anak-anak sekarang tergantung didikan oleh orang tua, partisipan mengatakan jika taat agama dan mengetahui hal yang baik dan buruk pasti dimengerti oleh anak-anak jika di ajari oleh orangtua mereka. Partisipan berharap agar perilaku yang tidak sesuai dapat secara perlahan diubah. Dalam proses pengambilan keputusan yang baik dan benar menurut partisipan adalah dibahas secara bersama-sama. Pernyataan selengkapnya dilihat dari ungkapan partisipan sebagai berikut :

“Wah, anak-anak sekarang ya bandel-bandel juga tapi semua tergantung didikan orangtua, kalau diajarkan taat pada agama sama tau mana yang bagus mana yang nggak yah pasti dy mengerti, tapi berdoa saja mudah-mudahan perilaku yang tidak sesuai dengan ajaran agama saat ini dapat secara perlahan di ubah.” (P2;83-88)

“Di bicarakan bersama-sama, baru diputuskan.” (P2;91)

3. Partisipan 3

Partisipan mengungkapkan jika terjadi perilaku-perilaku di sekitar yang tidak sesuai dengan tindakan moral supaya diberi pengarahan dengan harapan tidak terulang lagi perbuatannya. Pengarahan yang dimaksud P3 ialah

(11)

39

memberi teguran. Dalam proses pengambilan keputusan menurut P3 adalah dibicarakan bersama-sama dalam mencapai sebuah kesepakatan bersama. Pernyataan selengkapnya dilihat dari ungkapan partisipan sebagai berikut :

“Yah, di beri pelajaran juga pengarahan agar tidak terulang perbuatannya,dekat terhadap agamanya” (P3;68-69)

“Yah, diberitahu kalau tindakannya itu salah.” (P3;71)

“Mungkin di bicarakan bersama dulu yah, baru di putuskan jangan ambil keputusan sendiri.” (P3;74-75)

Dari pernyataan partisipan di atas menggambarkan konsep diri pada aspek moral dari ketiga partisipan dalam menghadapi penyakit diabetes melitus. Terdapat kesamaan aspek moral yang di alami oleh P1, P2, dan P3. Mereka berpendapat bahwa dengan rajin beribadah dan dekat dengan agama yang dianut maka tindakan moral yang tidak sesuai dapat diperbaiki, selain itu pengarahan dari orangtua juga dibutuhkan jika ada anak yang bermasalah dengan perilaku moral mereka. Proses pengambilan keputusan menurut P1, P2, dan P3 ialah dengan membicarakan bersama-sama dengan kerabat dekat, setelah itu diambil keputusan bersama-sama.

(12)

40 C. Aspek Personal

Dalam penelitian ini peneliti mengemukakan aspek personal pada konsep diri pasien diabetes melitus yang meliputi pandangan, pikiran, harapan serta sikap partisipan 1, 2, dan 3 terhadap dirinya sendri.

1. Partisipan 1

Partisipan mendeskripsikan tentang sifatnya yang agamis dan religius serta taat pada ajaran dan pedoman hidup yang di anut, di rumah partisipan adalah seorang yang ceria, faktor di dukung oleh cucu-cucu partsipan sehingga partisipan berharap ingin cepat pulang dan berkumpul dengan keluarga. Partsipan mudah bergaul dengan lingkungan sekitar, jika partisipan memiliki masalah partisipan dapat mengontrol emosinya meskipun masalah yang dihadapi terlau rumit partisipan menjadikan itu sebuah tantangan hidup yang segera di selesaikan, kalau misalnya masalah yang di hadapi adalah kesalahan partisipan sendiri maka akan di lakukan evaluasi diri dan mengakui kesalahan tanpa rasa marah, dampak diabetes melitus pun terlihat pada kondisi fisik partisipan, namun partisipan berpikir positif bahwa akan segera sembuh bila diobati terus menerus. Pernyataan selengkapnya dilihat dari ungkapan partisipan sebagai berikut :

(13)

41

“ Tidak, ngapain kuatir semua itu wong namanya itu orang jatuh dari tangga sedikit aja meninggal, jadi gak usah kuatir” (P1;37-38)

“Oh saya PD (percaya diri) aja gak minder..” (P1;50)

“ Menurut diri saya sendiri, saya hidup di desa yang begitu agamis dan religius sehingga saya taat pada ajaran dan pedoman yang saya anut Islam, sejak kecil sampai sekarang belum pernah melakukan tindakan yang melawan hukum dunia maupun hukup allah, insya Allah gak pernah yang macam.” (P1;100-104)

“Oh di rumah saya ceria sekali apalagi kalau ada cucu saya, makanya disini gak tahan mau pulang, ceria di rumah tuh saya senang, ke tetangga pun saya baik ke tetangga-tetangga pokoknya bisa kontrol diri, kalau merasa ada salah ke sesama juga saya minta maav begitu lah.” (P1;107-111)

“Bergaul dengan sekitar walau udah sakit gini, iya jelas itu mbak.” (P1;113)

“Masalah itu yang mana dulu masalah pribadi atau masalah yang lain, kalau masalah pribadi yah saya sudah tua jadi bisa mengendalikan nafsu jadi kalau seandainya masalah lingkungan saya bisa mengendalikan nafsu, kalau itu masalah lingkungan sudah terlalu berat yah itu kita berdoa, entah lewat tahajud kita berdoa untuk dihindarkan dari masalah-masalah yang tidak baik.” (P1;115-120)

“Malah kalau saya menghadapi masalah yang rumit malah itu tantangan, segera saya selesaikan..,” (P1;123-124)

“Yang terakhir apa harapan saya, cepat pulih agar bisa kumpul dengan keluarga, kemudian keluarga saya bahagia dan sama-sama tetap saling menyayangi satu dengan yang lain itu aja mbak.” (P1;192-194)

(14)

42 2. Partisipan 2

Partispan mengungkapkan tentang sifat semenjak sakit, yaitu partisipan mudah marah jika meminta bantuan namun tidak cepat di kerjakan dapat memicu emosi partisipan. Sebelumnya juga partisipan sering marah tapi tergantung situasi, kemudian baik terhadap tetangga dan sering membantu. Sebelum sakit partisipan sering berkumpul bersama teman sebaya dan melakukan aktivitas ke mesjid maupun ronda malam bersama bahkan semenjak diabetes melitus partisipan sempat berkumpul bersama teman sebaya, hanya saja sekarang partisipan sudah tidak kumpul bersama teman, hal itu di picu oleh adanya gangren pada kaki partisipan yang mengharuskan partisipan untuk hidup di dalam kamar sejak 2 tahun ini.

Partisipan merasa kuatir dengan keadaan fisik partisipan sekarang yang tidak dapat beraktivitas seperti dulu lagi, partisipan tidak memiliki harapan untuk kesembuhan penyakitnya. Jika partisipan memiliki masalah partisipan akan berusaha menyelesaikannya dengan baik, meskipun masalahnya rumit partisipan akan mencoba menyelesaikan dan pasrah terhadap Tuhan, kalau yang melakukan kesalahan adalah partispan sendiri

(15)

43

Pernyataan selengkapnya dilihat dari ungkapan partisipan sebagai berikut :

“kuatir pasti mau gimana lagi toh mbak udah nggak kerja seperti saya ini, udah gak kuat apa-apa...” (P2;47-48)

“Oh tidak kalau saya ini semenjak sakit ini kok mudah marah, kadang minta tolong, yang saya minta tolong itu kadang lambat tapi saya udah nggak tahan jadi yah kadang emosi saya, , seharusnya tidak, tapi saya sendiri nggak bisa tahan...” (P2;98-102)

“Kadang marah tapi tergantung, trus baik sama tetangga sering bantu-bantu.” (P2;107-108)

“Wah, kalau dulu iya sering kumpul sama kawan-kawan, ke mesjid sama, ronda malam sama-sama yah biasa kumpul-kumpul bahkan sejak diabetes pun kumpul cuma sekarang susah jalan gimana mau kumpul ada luka saya kan malu jadi sekarang hidupnya di kamar terus jadi nggak bisa keluar” (P2;111-116)

“Sudah 2 tahun saya di kamar terus susah kemana-mana”. (P2;119)

“Berusaha untuk menyelesaikannya dengan baik”.(P2;121)

“Yah, tergantung saya itu pasrah sama yang kuasa,tapi kan dicoba dulu sebelumnya”.(P2;123-124)

“Oh iya saya akan mengakui dan nda marah”. (P2;126)

“Ya, biar keluarga dapat sama-sama dan cepat pulang dari sini, tapi kalau untuk kesembuhan saya rasa keadaan sekarang susah mudah-mudahan ada mujizat dari yang kuasa aja” (P2;185-188)

(16)

44 3. Partisipan 3

Partisipan mengungkapkan bahwa sifatnya baik dan tidak pemarah, sehingga meski partisipan sakit ruangannya tetap di kunjungi, makanya tidak merasa sepi. Jika partisipan memiliki masalah partisipan memilih untuk mengalah, namun jika masalah terlalu rumit partisipan tidak akan menyerah, meskipun yang melakukan kesalahan adalah partisipan, ia akan meminta maaf tanpa ada rasa marah.pernyataan selengkapnya dilihat dari ungkapan partisipan sebagai berikut :

“Yah, khawatir, berdoa terus itu takut ada apa-apa kan” (P3;42)

“Takut itu pas nanti kalau saya meninggal atau apa saya kan juga nda mau merepotkan anak, juga sudah tua, anak juga sudah berkeluarga pada sibuk semuanya, tapi yah saya berdoa saja.” (P3;44-46)

“Saya bagus kok mbak, baik sama tetangga, nggak pemarah,keponakan-keponakan ikut sama saya kok.” (P3;77-78)

“Oh, iya he’em, bagus semua tetanggaku mba,aku disini rame

terus,kalau orangnya gak baik kan nggak didatangi gitu.” (P3;80-81)

“Yah, bagimana yah, yah kalau bisa jangan sampai lah mba, kalau ada yah, saya mengalah aja gitu.” (P3;85-86)

(17)

45

“Yah ,gak menyerah,bagaimana caranya yah, apa saya yang minta ampun atau gimana, tapi saya gak nyerah...” (P3:89-90)

“Mau,kalau punya masalah mau aja minta maav dan gak marah.” (P3;94)

“Harapannya, dapat segera keluar dari rumah sakit, kumpul lagi dengan anak cucu, kedepannya biar lebih baik saja”. (P3;141-142)

Dari penyataan partisipan diatas menggambarkan aspek personal yang terjadi pada ke 3 partisipan yaitu Partisipan 1 yang agamis,religius, dan dapat mengontrol emosi dengan baik serta memiliki harapan yang baik terhadap penyakit dan keluarganya kondisi tersebut tidak jauh berbeda dengan partisipan 3 yang sifatnya baik dan tidak pemarah, namun pada partisipan 2 yang mudah marah dan tidak memiliki harapan serta kuatir akan penyakitnya. Jika ada masalah rumit yang dihadapi maka P1 menjadikan itu sebuah tantangan yang harus di selesaikan, sama halnya dengan P2 dan P3 yang tidak mudah menyerah terhadap masalah yang dihadapi, ketiga partisipan akan meminta maaf dan tidak merasa marah jika yang melakukan kesalahan adalah dirinya sendiri.

(18)

46 D. Aspek Keluarga

Dalam penelitian ini peneliti mengemukakan aspek keluarga pada konsep diri pasien diabetes melitus yang memberikan dampak bagaimana individu melihat diri mereka dalam berhubungan dengan keluarga mereka. 1. Partisipan 1

Partisipan memiliki keluarga yang aman dan nyaman, partisipan merasa sayang terhadap keluarga, di dalam keluarga ada perselisihan namun selama ini dapat di selesaikan. Dukungan dari keluarga juga di berikan kepada partisipan baik dari anak-anak maupun dari istri, motivasi dan dukungan yang di berikan oleh keluarga baik secara moral maupun finansial. Pernyataan selengkapnya dilihat dari ungkapan partisipan sebagai berikut :

“Keluarga saya aman dan nyaman....” (P1;132) “Saya sayang sekali sama keluarga,sangat sayang.” (P1;141)

“Yang namanya keluarga itu perselisihan itu ada, tapi sepanjang ini perselisihan itu bisa diselesaikan.” (P1; 143-144)

“Baik , mendukung mbak, anak-anak saya baik, isteri bagus.” (P1;153)

“Anak-anak saya sering bilang “wah pah, gak usah dipikirin” yah anak saya itu kasih motivasi terus kan dulu kemarin itu saya masuk juga

(19)

47

disini lama, dan anak-anak saya yang bayarin.” (P1;156-158)

2. Partisipan 3

Partisipan berpendapat bahwa keluarga adalah segalanya baginya meskipun istri partisipan sudah pisah rumah darinya namun istri partisipan sering datang mengunjungi dan mengurus administrasi partisipan selama di rumah sakit, anak partisipan juga tinggal jauh darinya. Partisipan mengungkapkan bahwa sering terjadi perselisihan dalam keluarga makanya istri partisipan pisah rumah darinya hingga membuat partisipan merasa sedih, kalau dengan kerabat lainnya tidak ada perselisihan. Dengan keadaan partisipan yang sekarang anggota keluarga yang menjaganya hanya ibu partisipan dan terkadang istrinya. Dukungan dari keluarga yaitu mereka mendoakan agar cepat sembuh. Pernyataan partisipan dapat dilihat dari ungkapan partisipan sebagai berikut :

“Saya sayang sama keluarga tapi yah mau gimana istri saya sudah minggat dari rumah, anak saya juga jauh, saya tinggal sama ibu saya untung ada keluarga lainnya yang biasa liat saya, meskipun kadang istri saya juga datang jenguk dan ngurus bpjs di rumah sakit, kadang sedih aja dengan kondisi saya dan rumah tangga saya”.(P2;132-137)

(20)

48

“Yah itu, karna sering perselisihan istri saya jadinya minggat, atau gimana nggak nyaman dengan keadaan saya sekarang, atau mungkin sifat saya yang sering marah.” (P2;139-141) “Kalau sama yang lainnya yah biasa saja, nggak ada apa-apa.” (P2;143-144)

“Yah sekarang kan istri minggat yang jaga cuma ibu saja, jadi yah berdua, kadang kalau ada keperluan yang penting misalnya keuangan di rumah sakit baru istri sering datang untuk bantu, kadang juga nggak datang.” (P2;147-150) “Oh, kalau itu kadang mereka membantu, baik lah tapi kan yang penting anak sama istri yah mbak, yah tapi mau gimana udah begitu.” (P2;153-155)

“Mereka mendoakan saya biar cepat sembuh, trus bisa beraktifitas, kadang-kadang membantu secukupnya.” (P2:158-159)

3. Partisipan 3

Partisipan mengungkapkan bahwa keluarganya peduli dan sayang terhadap partisipan, dan juga sebaliknya partisipan yang sayang dengan keluarganya. Di dalam keluarga sering ada perselisihan namun dapat di selesaikan, dukungan yang diberikan oleh keluarga saat ini juga baik. Pernyataan selengkapnya dilihat dari ungkapan partisipan sebagai berikut :

“Keluargaku bagus aja mbak.” (P3;96)

“Yah, pada datang nemenin saya, peduli sama saya, pokoknya sayanglah, begitu.” (P3;98-99)

(21)

49

“Anak-anakku baik semua, aku juga sebaliknya tiap malam yang laki-laki tidur disini sering gantian juga sama yang lainnya, makanya sayang sama keluarga.” (P3;103-105)

“Gak ada mungkin hanya masalah-masalah kecil, tapi masih bisa diselesaikan.” (P3;107-108)

“Anak saya bagus semua, mau pergi ntar dibilang,besok mau dibelikan apa, kalau mau kesini juga ditanya mau titip apa, kalau yang larangan saya gak minta, banyak larangannya loh mba, kalau sakit gula itu mbak.” (P3;111-114)

Dari penyataan diatas menggambarkan aspek keluarga pada konsep diri pasien diabetes melitus, ketiga partisipan sangat sayang terhadap keluarga mereka, pada partisipan 1 dan partisipan 3 mengungkapkan bahwa keluarganya aman dan nyaman serta sayang terhadap dirinya, perselisihan juga sering terjadi di dalam keluarga partisipan 1 dan partisipan 3 namun dapat di selesaikan dengan baik, dukungan yang diberikan juga baik secara moral maupun finansial di terima oleh partisipan 1 dan partisipan 3 namun hal tersebut berbeda dengan partisipan 2 yang sudah pisah rumah dengan istrinya, sehingga yang mengurus dirinya sekarang adalah ibunya, partisipan 2 mengungkapkan bahwa karna sering adanya perselisihan makanya istri partisipan 2 jadi pisah rumah, partisipan 2 mengharapkan yang mengurusnya adalah istri dan anaknya.

(22)

50 E. Aspek Sosial

Dalam penelitian ini peneliti mengemukakan aspek sosial pada konsep diri pasien diabetes melitus, meliputi pandangan individu terhadap peranan sosial yang di jalani oleh partisipan.

1. Partisipan 1

Partisipan mendiskripsikan mengenai sosialisasi partisipan di lingkungan rumah maupun lingkungan kerja, kalau di lingkungan kerja partisipan menganggap semua adalah rekan kerjanya tanpa membedakan anak buah maupun atasan, di rumah partisipan juga bergaul dengan teman-teman seperti mengikuti kegiatan agama. Pengaruh diabetes melitus terhadap pergaulannya pun tidak ada karna partisipan percaya diri walau ada luka, kalau ada tugas jaga malam teman-teman partisipan mengerti akan kondisi kesehatan partisipan sehingga mereka memaklumi. Teman-teman partisipan mendoakan agar partisipan cepat sembuh agar dapat beraktivitas lagi. Pernyataan selengkapnya dilihat dari ungkapan partisipan sebagai berikut :

“Oh gitu yah mbak, kalau saya di rumah maupun ditempat kerja itu saya menganggap semua adalah rekan bukan anak buah bukan atasan tapi rekan kerja.” (P1;161-163)

(23)

51

“Oh nggak ada, saya nggak malu saya pede (Percaya diri) mbak, walau ada bekas luka, bekas koreng, bahkan luka yang baru ini pun saya pede aja, hanya kalau tugas-tugas jaga malam itu teman-teman sudah pada tahu makanya saya di rumah saja, yah mungkin itu aja mbak.” (P1;169-173)

“Biasa kalau orang tua kita kan ada juga kelompok pengajian, pokoknya mereka mendoakan biar cepat sembuh, biar beraktivitas lagi.” (P1;176-178)

2. Partisipan 2

Partisipan mendeskripsikan bahwa dirinya sering kumpul bersama teman-teman dan sering ke mesjid bahkan sejak partisipan mengidap diabetes, namun sekarang partisipan sudah tidak bisa kumpul dengan teman sebaya karena partisipan susah untuk beraktivitas, partisipan juga mendapat dukungan dari teman-temannya yaitu dengan di doakan dan di jenguk oleh teman-temannya, walaupun partisipan merasa tidak nyaman karena keadaan partisipan yang memiliki gangren. Pernyataan selengkapnya dilihat dari ungkapan partisipan sebagai berikut :

“Wah, kalau dulu iya sering kumpul sama kawan-kawan, ke mesjid sama-sama, ronda malam sama-sama yah biasa kumpul-kumpul bahkan sejak diabetes.” (P2;111-113)

(24)

52

“Udah tidak bisa kumpul lagi kayak dulu, ke mesjid bareng juga udah nggak lagi, pokoknya sangat berpengaruh dalam hidup saya ini.” (P2; 162-164)

“Paling di doakan, dikasih dukungan yah gitu-gitu aja mbak, ada juga pernah datang ramai-ramai ke rumah sakit tapi saya nggak enak loh mbak kalau mereka datang jenguk, yah mbak bisa lihat sendiri keadaan saya gimana, tapi yah mau gimana lagi masa mereka datang saya ngusir kan nggak bagus jadi dibiarin saja”. (P2;167-172)

3. Partisipan 3

Partisipan mengungkapkan caranya bersosialisasi dengan menjaga kerukunan antar tetangga, diabetes melitus tidak berpengaruh terhadap sosialisasi partisipan dengan lingkungan sekitar, teman sebaya juga memberi dukungan berupa doa untuk partisipan agar cepat sembuh. Pernyataan selengkapnya dilihat dari ungkapan partisipan sebagai berikut :

“Kalau tetangga punya apa-apa gitu biasa di kasih, saya juga sebaliknya jadi bergantian gitu,biar jaga kerukunan lah mbak.” (P3;120-121)

“Oh gak,malah kasian dan sayang sama saya mbak” (P3;126)

“Suka beri doa, beri dukungan biar cepat sembuh gitu.” (P3;128)

“Pokoknya saling membantu, mendengar saya kumat gitu, udah pada datang nanyain keadaan, pokoknya peduli.” (P3;131-132)

(25)

53

Pernyataan yang di berikan oleh ketiga partisipan di atas menggambarkan aspek sosial, terdapat kesamaan pada P1, P2, dan P3 , yaitu sama-sama dapat bersosialisasi dengan lingkungan sekitar dan mendapat dukungan dari lingkungan sosial partisipan. Pada partisipan 1 merasa percaya diri terhadap keadaan dirinya sekarang walau ada luka, partisipan 2 merasa tidak nyaman dan malu terhadap keadaannya jika di jenguk oleh teman-teman partisipan, sedangkan partisipan 3 merasa tidak ada pengaruh diabetes melitus terhadap pergaulannya dengan teman sebaya.

F. Aspek Akademis/ Kerja

Dalam penelitian ini peneliti mengungkapkan mengenai aspek akademis/ kerja pada partisipan 1, 2, dan 3 mengenai pandangan partisipan dalam lingkungan kerja.

1. Partisipan 1

Partisipan 1 mengungkapkan bahwa dalam bekerja partisipan tidak membeda-bedakan, semua di anggap sebagai rekan kerja oleh partisipan, kalau di beri tugas dalam bentuk apapun akan di terima oleh partisipan asal pekerjaan yang baik dan positif. Pernyataan

(26)

54

selengkapnya dilihat dari ungkapan partisipan sebagai berikut :

“Oh gitu yah mbak, kalau saya di rumah maupun ditempat kerja itu saya menganggap semua adalah rekan bukan anak buah bukan atasan tapi rekan kerja.” (P1;161-163)

“Selama itu baik, positif akan saya lakukan dengan baik juga.” (P1;183)

2. Partisipan 2

Partisipan 2 mengungkapkan bahwa pekerjaanya sebagai buruh, jadi harus dijalani demi memenuhi kebutuhan sehari-hari, namun dengan keadaan sekarang partisipan tidak dapat bekerja dan hanya di dalam kamar saja. Pernyataan selengkapnya dilihat dari ungkapan partisipan sebagai berikut :

“Saya kan kerjanya jadi buruh mbak, jadi yah mau nggak mau harus dijalani demi untuk makan, tapi dengan keadaan sekarang sudah tidak bisa lagi bekerja, sudah dikamar saja tidur-tiduran.” (P2;175-178)

3. Partisipan 3

Partisipan mengungkapkan bahwa pekerjaannya sebagai ibu rumah tangga, karena sakit jadi tidak bisa bekerja, semua pekerjaan rumah tangga dibantu oleh anak-anak dan membuat partisipan merasa senang. Pernyataan selengkapnya dapat dilihat dari ungkapan partisipan sebagai berikut :

(27)

55

“Saya kan dulu juga ibu rumah tangga, jadi kerjanya di situ-situ saja, sekarang kan sakit jadi nggak bisa apa-apa, semua anak yang bantuin jadi saya senang-senang saja.” (P3;135-137)

Dari pernyataan partisipan di atas menggambarkan aspek akademis/kerja pada partisipan, terdapat perbedaan dalam aspek akademis/kerja tiap partisipan yang juga memiliki profesi yang beda-beda. Partisipan 1 berprofesi sebagai seorang PNS, partisipan 2 berprofesi sebagai buruh demi memenuhi kebutuhan sehari-hari namun dengan keadaan sekarang partisipan 2 tidak dapat bekerja, partisipan 3 berprofesi sebagai ibu rumah tangga, karena dengan keadaannya sekarang semua pekerjaan partisipan 3 di bantu oleh anak-anaknya.

4.3 Uji keabsahan data

Dalam penelitian ini untuk menguji keabsahan data peneliti menggunakan teknik triangulasi sumber. Untuk memvalidasi pernyataan partisipan dan hasil observasi yang telah dilakukan, maka validasi dilakukan orang-orang terdekat dari partisipan.

1. Triangulasi Partisipan 1 A. Aspek Fisik

“Bapak tuh, suka rapi walau sakit tapi rajin mandi walau di tempat tidur saja”. (Pt1; 10-11)

(28)

56

“Yah, kondisinya kayak gini toh mbak, masih dampaknya pun di kaki tapi lama-lama kalo diobati insya allah pasti sembuh.” (Pt1;14-15)

B. Aspek Moral

“Iya sering sekali ke mesjid, ngasih ceramah, mengaji.” (Pt1;17)

“Kita itu kalo ada sesuatu pasti diputuskan bersama-sama biar sama-sama enak juga toh mbak.” (Pt1;20-21)

C. Aspek Personal

“Kalau bapak itu lebih ke agama terus suka main sama cucunya jadikan di sini kurang betah, katanya lebih enak kalau di rumah, lebih rame katanya.” (Pt1;24-26)

“Iya, sering sama teman-temannya itu ngaji, kumpul sama-sama, di kantor pun begitu , pokoknya baik orangnya.” (Pt;29-30)

“Kalau ada masalah di kantor maupun di lingkungan dan di rumah, sebisa mungkin di selesaikan secepatnya.” (Pt1; 32-33)

D. Aspek Keluarga

“Bapak itu gimana yah, baik dan sayang sama keluarganya, kerja banting tulang buat ngurus keluarga sampai anak-anaknya sukses, sebaliknya juga gitu mbak anak-anak tuh sayang sama bapaknya sampai-sampai mau patungan buat bayar uang rumah sakit bapaknya.” (Pt1;35-39)

“Jarang, kalau pun ada masalah kecil masih bisa di atasi.” (Pt1;41)

(29)

57

“Iya, sering sama teman-temannya itu ngaji, kumpul sama-sama, di kantor pun begitu , pokoknya baik orangnya.” (Pt1;29-30)

“Oh iya, didoakan biar cepat sembuh, trus sering di jengukin teman-temannya di kantor maupun di lingkungan rumah, karena gini bapak itu kalau di kantor atau di mana saja nggak pernah ngganggap bawah orang di anggapnya semuanya itu sama saja di mata allah.” (Pt1;44-48)

F. Aspek Akademis/ Kerja

“bapak itu kalau di kantor atau di mana saja nggak pernah ngganggap bawah orang di anggapnya semuanya itu sama saja di mata allah.” (Pt1;46-48)

2. Triangulasi Partisipan 2 A. Aspek Fisik

“Wah, kondisinya gitu-gitu aja mbak, tidur-tiduran saja, nggak bisa buat apa-apa.” (Pt2;14-15)

“Tuh mba bisa liat kakinya sendiri terus tidur-tiduran, susah bergerak, sakit juga.” (Pt2;18-19)

B. Aspek Moral

“Pernah ada anak kecil smp ngerokok di dekat rumah tuh di tegur sama anak saya.” (Pt2;23-24)

“Sering ngomong dulu baru sama di putuskan.” (Pt2:26)

(30)

58

“Kalau anak saya itu baik orangnya cuma sering marah-marah kalau kesakitan atau minta tolong saya lama, tapi dulu juga mbak sering berantem sama istrinya, saya kan tinggal sama-sama mereka, saya sakit kuping kalau dengar mereka berantem.” (Pt2;28-32) “Kalau sedih sih iya, orang biasa kerja trus sakit tidur-tiduran, kadang kalau udah nggak kuat nahan sakit badan sering nangis terus banya ngeluh ke saya, saya Cuma bisa bilang sabar aja.” (Pt2;35-38)

“Kalau dengan sekitar rumah biasa saja, sering bantu-bantu, ngaji sama teman-teman yang lain tapi kalau sekarang nggak bisa Cuma tiduran aja.” (Pt2;41-43)

“Setau saya dia akan selesaikan, kalau susah paling cerita sama keluarga lain minta pendapat, kalau buat salah yah minta maav. Yang penting harus di selesaikan masalahnya.” (Pt2;46-48)

D. Aspek Keluarga

“Oh sayang, kalau nggak dulu nggak kerja.” (Pt2;50)

“Yah itu dengan istrinya itu.” (Pt2;52)

“Sayang mbak, kalau tidak, tidak di jenguk, di jaga, di doakan juga.” (Pt2;54-55)

“Paling ngasih sembako, ngasih uang secukupnya juga.” (Pt2;57)

E. Aspek Sosial

“Nda, ada sering di besuk teman-temannya itu, cuma mungkin anaknya malu dengan lukanya sekarang tuh, di tutup dengan ini (menunjuk kapas).” (Pt2;60-62)

(31)

59 F. Aspek Akademis/Kerja

“Oh sayang, kalau nggak dulu nggak kerja.” (Pt2;50)

3. Partisipan Triangulasi 3 A. Aspek Fisik

“Gini aja mbak, istirahat aja nggak ngapa-ngapain” (Pt3;11)

“Semakin membaik mbak dari sebelumnya, walau sekarang tuh sering gatal-gatal karna juga kan ada luka itu, trus susah tidur.” (Pt3;13-14)

“Ibu itu orangnya suka yang bersih, juga rapi orangnya.” (Pt3;17)

B. Aspek Moral

“Oh nggak mbak, kalau ada masalah gitu sering ngobrol trus cerita ke yang lainnya baru sama-sama ambil keputusan yang baik tuh gimana. (Pt3;20-22)

“Iya, kalau salah kan di tegur sama ibu, saya juga gitu kok kalau salah pasti di tegur tapi baik-baik sama ibu.” (Pt3;25-26)

C. Aspek Personal

“Ibu itu orangnya ramah, baik sama yang lainnya juga gitu nggak di beda-bedakan.” (Pt3;28-29)

“Kalau ibu itu sering ikut pengajian sama ibu-ibu tetangga rumah, kalo masak gitu yang

(32)

60

berlebih sering di bagi-bagi ke tetangga, begitu juga sebaliknya.” (Pt3;31-33)

“Kalau masalah yang sulit ndak tahu yah mbak, sampai skarang juga nggak ada masalah yang besar gitu, tapi pasti ibu nggak akan nyerah.” (Pt3:36-39)

D. Aspek Keluarga

“Semua sayang lah mbak, kalau nggak saya mana betah saya tinggal sama ibu T, gitu juga sebaliknya kita keluarga juga sayang sama ibu, sering gonta-ganti giliran jaga ibu, terus pada datang jenguk biar ibu nggak bosan ada di rumah sakit.” (Pt3;4-43)

“Mungkin ada perselisihan kecil tapi bisa di selesaikan.” (Pt3;46)

“Kalau dukungan itu kita sering kasih kekuatan ngomong ke ibu biar nggak pikiran, terus sering di jaga dan dijengukin biar ibu nggak bosan aja.” (Pt3;48-50)

E. Aspek Sosial

“Ibu itu sering ngaji sama ibu-ibu di sekitar rumah, terus baik sama tetangga.” (Pt3;52-53) “Sering di jengukin sama tetangga..” (Pt3;56)

F. Aspek Akademis/Kerja

“Dulu sih iya, tapi sejak ibu sakit udah nggak di bolehin lagi sama kita semua, jadinya ibu hanya istirahat saja.” (Pt;59-60)

(33)

61

Triangulasi sumber pada partisipan 1 dilakukan pada keluarga partisipan yaitu sang istri pada tanggal 9 Desember 2014, pukul 10.30 WIB bertempat di ruang XXX RSUD Salatiga. Triangulasi sumber partisipan 2 dilakukan pada keluarga partisipan yaitu Ibu partisipan pada tanggal 9 Desember 2014, pukul 11.40 WIB bertempat di ruang xxx RSUD Salatiga. Triangulasi sumber partispan 3 dilakukan pada keluarga partisipan yaitu keponakan partisipan, yaitu pada tanggal 18 Desember 2014, pukul 12.00 WIB bertempat di ruang xxx RSUD Salatiga.

4.4 Pembahasan

Dalam penelitian ini berfokus pada konsep diri pada pasien diabetes melitus tipe 2, pada penelitian ini gambaran mengenai konsep diri pasien DM di peroleh dari pasien itu sendiri serta sudut pandang yang di kemukakan oleh kerabat pasien mengenai kondisi pasien itu sendiri.

Untuk pemahaman lebih mendalam mengenai konsep diri pasien DM tipe 2, maka pada bagian ini akan di bahas mengenai beberapa poin penting dari bagaimana gambaran konsep diri pasien diabetes melitus tipe 2 di RSUD Kota Salatiga.

(34)

62 1. Aspek Fisik

Pasien Diabetes Melitus terbagi menjadi 2 tipe yaitu tipe 1 dan 2. Individu yang menderita DM tipe 1 mensuplai insulin dari luar (eksogen insulin), seperti injeksi untuk mempertahankan hidup, sedangkan individu dengan DM tipe 2 resisten terhadap terhadap insulin, suatu kondisi di mana tubuh atau jaringan tubuh tidak berespon terhadap aksi dari insulin. Sehingga individu tersebut harus menjaga pola makan, selalu melakukan perawatan pada gangren, mencegah terjadinya hipoglikemi atau hiperglikemi dan hal tersebut akan berlangsung secara terus menerus sepanjang hidupnya (Lewis,dkk.2004).

Berbagai perubahan kesehatan tersebut dapat menimbulkan gangguan fisik bagi penderita. Penderita DM harus tergantung pada terapi pengelolaan diabetes. Hal tersebut dapat menimbulkan permasalahan misalnya pasien merasa lemah karena harus membatasi diet maupun kesakitan karena mengalami perubahan kondisi fisik seperti adanya luka gangren. Setiap perubahan dalam kesehatan dapat menjadi stressor yang mempengaruhi konsep diri (Perry & Potter,2005). Pada ketiga partisipan dalam penelitian mengungkapkan akan keadaan fisik mereka yang berbeda-beda. Pada partisipan 1 merasa nyaman dan percaya diri

(35)

63

dengan keadaan fisiknya,berbeda partsipan 2 dan partisipan 3 merasa tidak nyaman dengan keadaan fisiknya yang memiliki gangren sehingga membatasi aktivitasnya. Partisipan 1, 2, dan 3 menyukai kebersihan dan rapi. Pernyataan tersebut dapat didukung oleh Delaune & Ladner (2002) bahwa setiap orang memiliki konsep diri yang berbeda yang membuat setiap individu menjadi unik. Setiap orang memiliki pandangan yang positif dan negatif terhadap diri pada aspek fisik, emosional, intelektual, dan dimensi fungsional, yang akan berubah setiap waktu dan tergantung pada situasi.

2. Aspek Moral

Penilaian atau pandangan pasien yang berhubungan dengan pertimbangan dari suatu tindakan serta larangan yang membicarakan mengenai penilaian benar atau salah dan bagaimana seseorang berpikir untuk mengambil suatu keputusan secara baik dan benar. (Warren,1996). Pada pasien DM tipe 2 aspek moral yang di kemukakan terdapat kesamaan pada ketiga partisipan. Mereka berpendapat bahwa dengan rajin beribadah dan dekat dengan agama maka tindakan moral yang tidak sesuai dapat di perbaiki, selain itu pengarahan dari orangtua juga di butuhkan jika ada anak yang bermasalah dengan perilaku moral mereka.

(36)

64 .

3. Aspek Personal

Seseorang yang memiliki penyakit kronis selalu sulit untuk menerima kenyataan bahwa mereka harus melakukan perubahan gaya hidup. Hal ini di sebabkan karena pasien biasanya sadar bahwa mereka rentan terhadap penyakit lanjut dan harapan hidup mereka menjadi lebih pendek. Tidak mengejutkan jika respon emosional terjadi pada pasien DM. (Isselbacher,2000). Dari hasil penelitian ketiga partisipan memiliki perbedaan yang signifikan pada masing-masing partisipan, seperti pada partisipan 1 dan partisipan 3 yang dapat mengontrol emosi dengan baik, sedangkan pada partisipan 3 mudah marah, jika meminta bantuan dan bantuan datang terlambat.

4. Aspek Keluarga

Dukungan keluarga di artikan sebagai bagian dari dukungan sosial, merupakan bentuk interaksi antar individu yang memberikan kenyamanan fisik dan psikologis melalui terpenuhnya kebutuhan akan afeksi serta kenyamanan. Green (2000) menyatakan salah satu faktor penguat (reinforcing factor) yang menentukan perilaku kesehatan seseorang adalah dukungan keluarga. Dampak partisipan dalam melihat diri

(37)

65

mereka dalam berhubungan dengan keluarga oleh ketiga partisipan yang sayang terhadap keluarga mereka, dukungan juga diberikan oleh keluarga mereka baik secara moral maupun finansial, namun beberapa hal berbeda dengan partisipan 2 yang sudah pisah rumah dengan istrinya sehingga kurang ada dukungan dari keluarga inti partisipan 2, faktor ini di picu oleh seringnya perselisihan yang terjadi sebelum maupun sesudah partisipan mengalami DM, partisipan 2 mengharapkan yang mengurusnya adalah istri dan anaknya.

Soegondo (2006) berpendapat bahwa keluarga mempunyai pengaruh kepada sikap dan kebutuhan belajar bagi penderita DM dengan cara menolak atau memberi dukungan baik secara fisik, psikologis, emosional dan sosial. Pasien DM akan memiliki sikap lebih positif untuk memperlajari DM apabila keluarga memberikan dukungan dan berpartisipasi dalam keadaan pasien DM. Sebalikya, pasien DM akan bersikap negatif apabila terjadi penolakan terhadap pasien dan tanpa adanya dukungan dari keluarga selama menjalani pengobatan. Sikap negatif terhadap penyakit dan pengobatan akan mengakibatkan kegagalan penatalaksanaan DM yang terapeutik.

(38)

66 5. Aspek Sosial

Pada aspek sosial menilai pandangan individu terhadap peranan sosial yang dimainkan oleh individu itu sendiri dalam hubungannya dengan lingkungan sosial dan diri sendiri. (Fittt & Warren, 1996). Adanya dukungan sosial sangat membantu penderita DM tipe 2 untuk dapat meningkatkan keyakinan akan kemampuannya melakukan perawatan diri. Penderita dengan dukungan sosial yang baik akan memiliki perasaan aman dan nyaman sehingga akan tumbuh rasa perhatian terhadap diri sendiri dan meningkatkan motivasi untuk melakukan pengelolaan penyakit. (Antari,dkk 2011). Ketiga partisipan memiliki kesamaan dalam aspek sosial yaitu dapat bersosialisasi dengan lingkungan sekitar dan mendapat dukungan dari lingkungan sosial partisipan, partisipan 1 merasa percaya diri dengan keadaan dirinya sekarang, partisipan 2 merasa tidak nyaman jika di jenguk oleh teman-temannya, sedangkan partisipan 3 merasa tidak ada pengaruh DM terhadap pergaulannya dengan teman sebaya.

Menurut Sacco & Yanover (2006), dukungan sosial yang memadai akan meningkatkan kesehatan fisik penderita DM tipe 2. Dukungan sosial dapat meningkatkan kesehatan fisik terutama terkait dengan kontrol gula darah yang lebih baik.

(39)

67

Hasil sebuah studi oleh Huang et al (2001) yang mengemukakan bahwa peningkatan intervensi dukungan sosial akan meningkatkan metabolisme glukosa dan mengurangi depresi pada penderita DM tipe 2. Selain itu, dukungan sosial diketahui dapat mengingkatkan kemampuan adaptif dari kognitif termasuk meningkatkan optimisme penderita DM tipe 2, mengurangi kesepian dan peningkatan kemampuan diri (Southwick et al, 2005).

6. Aspek Akademis/Kerja

Pandangan individu dalam lingkungan kerjanya pada partisipan, terdapat perbedaan dalam aspek akademis/kerja tiap partisipan yang juga memiliki profesi yang beda-beda. Partisipan 1 berprofesi sebagai seorang PNS, partisipan 2 berprofesi sebagai buruh demi memenuhi kebutuhan sehari-hari namun dengan keadaan sekarang partisipan 2 tidak dapat bekerja, partisipan 3 berprofesi sebagai ibu rumah tangga, karena dengan keadaannya sekarang semua pekerjaan partisipan 3 di bantu oleh anak-anaknya.

Maka dari hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Salatiga, berdasarkan aspek-aspek konsep diri pada pasien diabetes melitus tipe II terangkum dalam tabel sebagai berikut :

(40)

68

Aspek Partisipan

1 2 3

Fisik Dampak fisik yang terjadi pada partisipan muncul bintik-bintik pada kaki partisipan.

Adanya gangren pada kaki partisipan sehingga

mengganggu

aktivitas sehari-hari partisipan

Partisipan susah tidur, dan aktivitas fisik yang terbatas karena ada gangren dan gatal.

Terdapat kesamaan juga terhadap ketiga partisipan yaitu mereka yang rapi dan suka terhadap kebersihan.

Moral Pada aspek moral terdapat kesamaan yang dialami oleh ketiga partisipan, mereka berpendapat bahwa dengan rajin beribadah dan dekat dengan agama yang dianut maka tindakan-tindakan moral yang tidak sesuai dapat diperbaiki, aspek moral ketiga partisipan DM juga berpengaruh terhadap hubungannya dengan sang pencipta lebih dekat.

Personal Partisipan merupakan seorang yang agamis dan religius, dapat mengontrol emosi dengan baik,partisipan juga tidak kuatir dengan penyakit yang dideritanya, jika ada masalah maka partisipan akan menyelesaikannya, serta meminta maav tanpa rasa marah jika yang melakukannya adalah dirinya sendiri.

Partisipan adalah seorang yang mudah marah serta kuatir dengan keadaannya sekarang, jika memiliki permasalahan maka partisipan tidak mudah menyerah, dan akan meminta maav jika yang menimbulkan

masalah adalah dirinya sendiri tanpa rasa marah.

Partisipan adalah seorang yang baik

dan tidak

pemarah,partisipan merasa takut dan

tidak mau

merepotkan

keluarganya. jika ada masalah yang rumit partisipan tidak

akan mudah

menyerah, dan akan mengakui kesalahan serta meminta maav jika yang melakukan kesalahan adalah dirinya sendiri.

Keluarga Partisipan sangat sayang terhadap keluarganya hal itu

Partisipan sayang terhadap

keluarganya,

Keluarga partisipan sayang dan peduli terhadap keadaan

(41)

69 juga sebaliknya oleh keluarganya yang sayang terhadap partisipan, dukungan secara moral dan finansial juga diberikan oleh keluarga

partisipan.

partisipan sudah pisah rumah dengan istrinya sehingga partisipan berharap dalam kondisinya yang sekarang dapat di rawat oleh keluarga intinya, sering terjadi perselisihan antara partisipan dan istrinya. partisipan,partisipan juga sayang terhadap keluarganya,dukung an dari keluarga terhadap partisipan juga baik.

Sosial Partisipan dapat bersosialisasi dengan lingkungan sekitar dan mendapat dukungan dari lingkungan sosial partisipan, partisipan merasa percaya diri dengan keadaannya sekarang. Partisipan dapat bersosialisasi dengan lingkungan sekitar dan mendapat dukungan dari lingkungan sosial partisipan, walau kadang merasa tidak nyaman dan malu dengan keadaannya jika dijenguk oleh teman-teman partisipan. Partisipan dapat bersosialisasi dengan lingkungan sekitar dan mendapat dukungan dari lingkungan sosial partisipan, partisipan merasa tidak ada pengaruh

DM terhadap pergaulannya dengan teman sebaya. Akademi/ Kerja Partisipan berprofesi sebagai PNS sehingga dalam bekerja tidak ada perbedaan.

Partisipan berprofesi sebagai buruh demi memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan keadaan sekarang partisipan tidak dapat bekerja. Partisipan berprofesi sebagai ibu rumah tangga, sejak

mengidap DM

pekerjaan partisipan dibantu oleh sanak saudara yang lain.

(42)

Gambar

Tabel 1.identitas partisipan (P)

Referensi

Dokumen terkait

Untuk kemampuan menempel, skor 4 diberikan apabila siswa mampu memberikan lem secukupnya dan menempel dengan posisi yang benar serta rapi secara mandiri, skor 3

Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak rasio profitabilitas yang diproksikan melalui rasio Return on Investment (ROI) dan Net Profit Margin (NPM)

Samudranesia Tour and Travel Pekanbaru karena, dengan promosi yang tepat seperti pada dimensi periklanan, promosi penjualan, hubungan masyarakat yang memiliki skor

Selain menguasai setiap materi pada mata pelajaran fisika, pemilihan model atau metode oleh guru harus tepat agar memberikan motivasi kepada setiap siswa untuk belajar

Junichiro Koizumi lebih menekankan pada kerjasama ekonomi dimana ASEAN memiliki banyak keuntungan bagi Jepang bukan hanya untuk membuktikan eksistensi Jepang namun juga

Pada saat ditanyakan mengenai apakah itu Fintech, hampir bisa dikatakan semua memberikan pendapat bahwa Financial Technology (fintech) adalah istilah yang

Dengan cara ini di ketahui beberapa hal Peta geologi adalah bentuk ungkapan data dan informasi geologi suatu daerah / wilayah / kawasan dengan tingkat kualitas yang tergantung

Faktor-faktor yang meliputi kuadran C antara lain ketepatan waktu dalam pelayanan trasaksi servis, memberikan pelayanan yang cepat, akurat dan memuaskan dengan