PT. PERKEBUNAN NUSANTARA 3
TESIS
Oleh:
YUHELSON 077015001/TM
PROGRAM MAGISTER TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA 3
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelas Magister Teknik dalam Program Studi Magister Teknik Mesin, pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara
Oleh:
YUHELSON 077015001/TM
PROGRAM MAGISTER TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Nama Mahasiswa : Yuhelson Nomor Pokok : 077015001
Program Studi : Magister Teknik Mesin
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Ir. Bustami Syam, MSME) Ketua
(Prof. Dr. Ir. Sukaria Sinulingga, M.Eng) (Dr.-Ing. Ikhwansyah Isranuri)
Anggota Anggota
Ketua Program Studi, Dekan,
NAMA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Ir. Bustami Syam, MSME Anggota : 1. Prof. Dr. Ir. Sukaria Sinulingga, M.Eng
2. Dr.-Ing. Ikhwansyah Isranuri 3. Ir. Tugiman, MT
Nusantara 3. Metode yang digunakan adalah melakukan analisis data kerusakan mesin kritis dan komponennya dengan menggunakan aplikasi distribusi Weibull, sehingga dapat menentukan nilai-nilai karakteristik sistem pemeliharaan, yaitu; keandalan, laju kegagalan, MTBF, ketersediaan, kriteria kerusakan, biaya kegagalan, biaya preventif, dan waktu antar penggantian koponen. Dari hasil analisis menggunakan diagram Pareto ditemukan bahwa mesin-mesin yang kritis adalah Screw Press, beserta komponen kritisnya, yaitu: Left & Right Handed Worm, Bushing, Press Cylinder, Rebuild Worm, Bearing SKF 29326, Left Handed Shaft, and Right Handed Shaft.
Berdasarkan analisis kerusakan tersebut selanjutnya dibuat rancangan Strategi Pemeliharaan, sehingga dapat menurunkan frekuensi kegagalan Screw Press, menurunkan kerugian produksi, dan meningkatkan keandalan, ketersediaan, dan MTBF. Strategi pemeliharaan didisain berdasarkan interval waktu penggantian komponen, kemudian dibuat modifikasi penjadwalan pemeliharaan optimum. Analisis dari strategi pemeliharaan yang baru memperlihatkan bahwa keandalan Screw Press (1) meningkat dari 0.4207 menjadi 0,8259, Screw Press(2) dari 0,4024 ke 0,8259, Screw Press(3) dari 0,4504 ke 0,8259, dan Screw Press(4) dari 0,4204 ke 0,8259. ketersediaan dari Screw Press(1) meningkat dari 0,8564 menjadi 0,9524, Screw Press(2) dari 0,9201, ke 0,9524, Screw Press(3) dari 0,8585 ke 0,9524, dan Screw Press(4) dari 0,875 ke 0,9524. Kemungkinan frekuensi kegagalan dari Screw Press(1) is menurun dari 37 menjadi 19, Screw Press(2) dari 23 ke 19, Screw Press(3) dari 25 ke 19, dan Screw Press(4) dari 23 ke 19.
Penelitian ini memperlihatkan bahwa analisis kerusakan mesin sangat berguna untuk mengambil kebijakan dalam perencanaan strategi pemeliharaan pada suatu pabrik..
was by analyzes the failures data of critical machines and it’s components, by Weibull distribution applications, so it can founded the values of maintenance system characteristics, i.e: reliability, failure rate, mean time between failure, availability, failure types, failure cost, preventive cost, and replacement interval time. Based on analysis of Pareto’s diagram founded that critical machines is Screw Press due components critical, i.e: Left & Right Handed Worm, Bushing, Press Cylinder, Rebuild Worm, Bearing SKF 29326, Left Handed Shaft, and Right Handed Shaft
Based on analysis of the failures, the researcher tries to establish the Maintenance Strategy, so it can be reduce the Screw Press frequency failure, reduce the loss production, and improve the reliability, availability, and MTBF. Maintenance strategies are created based on replacement interval time of subsystems, and then create the optimal maintenance scheduling that has been modified. Analysis of the new maintenance strategy of different subsystems shows that the reliability of Screw Press(1) can be improve from 0.4207 to 0,8259, Screw Press(2) from 0,4024 to 0,8259, Screw Press(3) from 0,4504 to 0,8259, and Screw Press(4) from 0,4204 to 0,8259 respectively. The availability of Screw Press(1) improved from 0,8564 to 0,9524, Screw Press(2) from 0,9201, to 0,9524, Screw Press(3) from 0,8585 to 0,9524, and Screw Press(4) from 0,875 to 0,9524. The probability of failure frequency of Screw Press(1) is reduced from 37 to 19, Screw Press(2) from 23 to 19, Screw Press(3) from 25 to 19, and Screw Press(4) from 23 to 19.
This study shows that analyzes of machine failure is very useful for deciding the policy in the planning of maintenance strategy at a factory..
Keywords: critical machines, reliability, availability, screw press, maintenance
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Tesis ini dengan judul “Analisis
Mesin dan Komponen Kritis Sebagai Dasar Pengembangan Strategi Pemeliharaan di
Pabrik Kelapa Sawit Kebun Rambutan PT. Perkebunan Nusantara 3”, yang
merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi setiap mahasiswa dalam
menyelesaikan studinya di Program Studi Magister Teknik Mesin, Fakultas Teknik
Unversitas Sumatera Utara (USU). Penelitian ini merupakan salah satu model untuk
meningkatkan sistem pemeliharaan mesin pabrik kelapa sawit, seiring dengan
kemajuan teknologi yang diterapkan di dunia industri saat ini.
Dalam kesempatan ini, penulis menghaturkan rasa terima kasih kepada Prof.
Dr. Bustami Syam, MSME selaku Ketua Komisi Pembimbing, Ketua Program
Doktor dan Magister Teknik Mesin USU, yang telah memberikan arahan dan
bimbingan dalam penelitian dan penulisan tesis ini.
Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada Prof. Dr. Sukaria Sinulingga,
M.Eng dan Dr. Ing. Ikhwansyah Isranuri, selaku anggota komisi pembimbing, yang
telah banyak memberikan arahan dalam penulisan tesis ini.
Ucapan terima kasih selanjutnya penulis sampaikan kepada Prof. Dr. Ir.
Armansyah Ginting, M.Eng, selaku Dekan Fakultas Teknik USU yang telah memberi
fasilitas selama dalam pendidikan, serta seluruh rekan-rekan mahasiswa yang telah
memberikan bantuan dan dorongan dalam penulisan tesis ini.
Demikianlah kata pengantar ini dibuat, dengan harapan hasil penelitian ini
dapat bermanfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan, dan penulis mengharapkan saran
dan kritikan dari pembaca agar penulisan tesis ini menjadi lebih baik.
Medan, Mei 2010 Penulis,
Tempat/Tgl. Lahir : Padang Panjang/ 11 Maret 1958
Pekerjaan : Dosen Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah
Riau (UMRI)
Alamat Kantor : Kampus Universitas Muhammadiyah Riau (UMRI)
Jl. KH. Ahmad Dahlan No. 88 Sukajadi Pekanbaru Riau
Email :yuhelson@yahoo.com
Pendidikan
Nama Sekolah Tahun Tamat
Sekolah Dasar Negeri No. 3 Padang Panjang 1971
Sekolah Teknik Negeri No.1 Padang Panjang 1974
Sekolah Teknik Menengah (STM) Karya Padang Panjang 1977
Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Jurusan Teknik
Mesin Universitas Negeri Padang 1983
Riwayat Pekerjaan
No. Pekerjaan Tahun
1. Dosen Pendidikan Teknik Mesin Universitas Negeri Padang 1985– 2004
2. Sekretaris Jurusan Pendidikan Teknik Mesin Universitas
Negeri Padang 1994 - 1996
3. Ketua Jurusan Pendidikan Teknik Mesin Universitas Negeri
Padang 1997– 1999
4. Asisten Direktur II Sub Projek Management Unit TPSDP
Universitas Negeri Padang 2000-2001
5. Sekretaris Program SemiQue Jurusan Pendidikan Teknik
Mesin Universitas Negeri Padang 2003 - 2004
6. Dosen Akademi Teknologi Muhammadiyah Pekanbaru 2004– 2008
7. Ketua Program Studi Teknik Otomotif Akademi Teknologi
Muhammadiyah Pekanbaru 2004 - 2007
ABSTRAK ……… ii
KATA PENGANTAR ……… iii
RIWAYAT HIDUP ………... v
DAFTAR ISI ……… vi
DAFTARTABEL ……… ix
DAFTARGAMBAR……… xii
DAFTARLAMPIRAN ……….. xv
BAB 1 PENDAHULUAN ……… 1
1.1 Latar Belakang ………... 1
1.2 Perumusan Masalah ………... 4
1.3 Tujuan Penelitian ………. 1.3.1 Tujuan umum ……….. 1.3.2 Tujuan khusus ………... 5 5 6 1.4 Manfaat Penelitian ………... 6
1.5 Batasan Penelitian ………. 7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ……….. 8 2.1
2.2 2.3 2.4
2.5 2.6
Manajemen Pemeliharaan dan Kontrol ... Strategi Pemeliharaan (Maintenance Strategies) ... Penerapan Strategi Pemeliharaan ………... Keandalan (Reliability) ………... 2.4.1 Indeks keandalan ………..………… Tingkat Kekritisan Mesin ………. Distribusi Keandalan Weibull ………... 2.6.1 Fungsi kepadatan ……..……… 2.6.2 Fungsi keandalan ………. 2.6.3 Fungsi laju kegagalan ……….. 2.6.4 Fungsi kumulatif ……….. 2.6.5 Mean Time Between Failure (MTBF)………...
2.11
2.12
Pengelolaan dan Pengontrolan Suku Cadang ... 2.11.1 Dasar-dasar kontrol suku cadang ... 2.11.2 Jumlah pesanan ekonomis ... Kerangka Konsep Pemikiran ………...
35 35 37 39
BAB 3 METODE PENELITIAN ………. 40
3.1 3.2 3.3 3.4
Tempat dan Waktu ………...
Bahan dan Alat ………... Sumber dan Jenis Data ………... Pelaksanaan Penelitian ... 3.4.1 Melakukan studi lapangan ... 3.4.2 Pengumpulan data ... 3.4.3 Pengolahan data ... 3.4.4 Analisa data ...
40 40 40 41 41 42 42 43
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN …….……….. 46
4.1
4.2
4.3
4.4
Gambaran Umum Perusahaan ……….. 4.1.1 Proses produksi ………... 4.1.2 Hasil produksi ……….. 4.1.3 Jam kerja Screw Press ………. 4.1.4 Proses maintenance di PKS Rambutan ………
Pengolahan Data ………..
4.2.1 Identifikasi mesin dan komponen kritis ……….. 4.2.2 Harga komponen dan biaya pemeliharaan preventif … 4.2.3 Biaya tenaga kerja pemeliharaan ………. 4.2.4 Biaya kehilangan produksi ………. 4.2.5 Biaya penggantian komponen ………. Kriteria Kegagalan Screw Press ... 4.3.1 Kegagalan Left & Right Handed Worm ………. 4.3.2 Kegagalan Left Handed Shaft, Rigght Handed Shaft .. 4.3.3 Kegagalan Bearing ... 4.3.4 Kegagalan Bushing ……… 4.3.5 Kegagalan Press Cylinder ... Analisis Data ... 4.4.1 Pengujian distribusi data ………... 4.4.2 Estimasi parameter ……….. 4.4.3 Analisis keandalan Screw Press ……….. 4.4.4 Analisis keandalan sub-sistem (komponen Screw
4.5
4.4.9 Analisis biaya pemeliharaan optimum ... 4.4.10 Analisis jadwal pemeliharaan optimum Screw Press... 4.4.11 Perbandingan sistem pemeliharaan yang lama dengan
sistem pemeliharaan yang dimodifikasi ……….. 4.4.12 Analisis penyediaan suku cadang ………. Pengembangan Strategi Pemeliharaan ……….………… 4.5.1 Prioritas utama mesin dan komponen yang akan
dimaintain ……… 4.5.2 Prosedur pelaksanaan pemeliharaan ………. 4.5.3 Jenis pemeliharaan ………... 4.5.4 Jadwal pemeliharaan preventive ……….. 4.5.5 Sistem penyediaan suku cadang ………... 4.5.6 Target strategi pemeliharaan ………
96 99
101 104 107
109 109 115 115 116 116
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ……… 117
5.1 5.2
Kesimpulan ………..
Saran ………. 117121
Nomor Judul Halaman
2.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan
Pemeliharaan ... 11
2.2 Annualized Costs Data for Single System ... 22
2.3 Annualized Costs Data for Parallel System ... 22
2.4 Jumlah dan Tingkat Kekritisan Peralatan Mesin di PKS Tor Ganda Tahun 2005 ... 24
4.1 Indikator Mutu Produksi PKS Rambutan ... 48
4.2 Produksi dan Bahan Baku PKS Rambutan ... 49
4.3 Jumlah Hari Kerja Tiap Bulan ... 49
4.4 Jumlah Jam Kerja Screw Press pertahun ... 50
4.5 Frekuensi Kegagalan Screw Press Tahun 2007 sd Tahun 2009 .. 52
4.6 Komponen Screw Press yang Mengalami Kegagalan ... 53
4.7 Frekuensi Kegagalan Komponen Screw Press Tahun 2007 sd Tahun 2009 ... 56
4.8 Harga Komponen Screw Press dan Biaya Pemeliharaan/hari ... 56
4.9 Biaya Tenaga Kerja Nganggur Akibat Kegagalan/hari ... 57
4.10 Biaya Tenaga Kerja Penggantian Komponen Preventif/hari ... 58
4.11 Jumlah Bahan Baku, Produksi dan Harga ... 58
4.15 Nilai Siginifikansi Level Masing-masing Distribusi …………. 76
4.16 Parameterβ danη Untuk Screw Press dan Komponennya …… 78
4.17 Nilai Keandalan Screw Press ………. 82
4.18 Interval Waktu Pemeliharaan Berdasarkan Tingkatan Keandalan ………. 83
4.19 Nama Komponen Screw Press dan Kode. ... 84
4.20 Nilai Keandalan Komponen Screw Press... 85
4.21 Interval Waktu Pemeliharaan Berdasarkan Tingkatan Keandalan Sub-sistem ……….. 86
4.22 Nilai Laju kegagalan Screw Press ………. 87
4.23 Nilai Laju Kegagalan Komponen Screw Press ……… 90
4.24 Nilai MTBF Komponen Screw Press ……… 93
4.25 Interval Waktu Penggantian Optimum Untuk Tiap-Tiap Komponen ... 97
4.26 Matrik Jadwal Penggantian Komponen Screw Press... 100 4.27 Perbandingan Kondisi Screw Press Sistem Lama dengan Sistem Baru ... 102
4.28 Perbandingan Total Biaya Sebelum, Sesudah Penjadwalan dan Sesudah Penjadwalan Modifikasi ... 103
4.29 Perbandingan Keandalan R(t) Sebelum, Sesudah Penjadwalan dan Sesudah Penjadwalan Modifikasi ... 103
4.30 Jumlah Kebutuhan Komponen Per Tahun dan Harga
4.33 Prosedur Penerapan Pemeliharaan Berbasis Kondisi ……... 112
4.34 Prosedur Penerapan PemeliharaanKorektif …………..…... 113
4.35 Jadwal Penggantian Komponen Screw Press ………... 115
2.1 Kerangka Pikir Pengembangan Strategi Pemeliharaan …... 12
2.2 Strategi Pemeliharaan ………... 13
2.3 Model Konseptual Diagram Keputusan Berdasarkan Karakteristik Reliability dan Availability ………... 14
2.4 Alogaritma Keputusan QRCM ... 16
2.5 Bagan Prosedur Pemeliharaan Terencana ... 18
2.6 Pengaruh Suatu Program Reliability Terhadap Biaya Masa Pakai ... 19
2.7 Biaya Masa Pakai Optimum ... 20
2.8 Single System Optimal Design-With RAM ... 21
2.9 Parallel System Optimal Design-With RAM ... 22
2.10 Pengaruhβ pada Laju Kegagalan Weibull………... 26
2.11 Pengaruhβ pada Reliability ………. 26
2.12 Gambar kurva Bath-tub ... 28
2.13 Ilustrasi Ketersediaan ……… 30
2.14 Diagram Gaya Screw ………... 33
2.15 Grafik Penyediaan Suku Cadang ... 36
2.16 Kerangka Konsep Pemikiran ... 39
4.3 Frekuensi Kegagalan Mesin Tahun 2007 sd 2009 ... 52
4.4 Frekuensi Kegagalan Komponen Screw Press 1 ... 54
4.5 Frekuensi Kegagalan Komponen Screw Press 2 ... 54
4.6 Frekuensi Kegagalan Komponen Screw Press 3 ... 55
4.7 Frekuensi Kegagalan Komponen Screw Press 4 ... 55
4.8 Screw Press ………. 62
4.9 Left & Right Handed Worm ……….. 63
4.10 Diagram Benda Bebas Worm Screw ... 64
4.11 Penampang Normal Worm Screw ………. 65
4.12 Right Handed Shaft dan Left Handed Shaft ……… 68
4.13 Dimensi Rght Handed Shaft ... 68
4.14 BearingPecah ……….. 70
4.15 Bearing Aus ………. 70
4.16 Penggantian Bushing ………..…………. 74
4.17 Press Cylinder ……….. 75
4.18 Grafik Confidence Bounds Dua Sisi Screw Press 1 …………. 78
4.19 Grafik Confidence Bounds Dua Sisi Screw Press 2 ………. 79
4.20 Grafik Confidence Bounds Dua Sisi Screw Press3 ………… 79
4.24 Laju Kegagalan Screw Press 1, 2, 3, dan 4……… 88
4.25 Laju Kegagalan Komponen Screw Press ………. 89
4.26 MTBF Komponen Screw Press ……… 92
4.27 Availability Screw Press 1, 2, 3, dan 4 ……… 95
4.28 Biaya Pemeliharaan Komponen Screw Press ……….. 96
4.29 Sumber-sumber Ketidakandalan (Unreliability) ……….. 108
4.30 Diagram Keputusan Strategi Pemeliharaan ……….. 110
1. Data Kerusakan Mesin ... 124
2. Daftar Mesin dengan Frekuensi Kegagalan Terbesar ……….. 127
3. Data Kerusakan Screw Press... 128
4. Frekuensi Kegagalan Komponen Screw Press... 136
5. Data Interval Waktu Kerusakan Screw Press... 137
6. Data Interval Waktu Kerusakan Komponen Screw Press... 140
7. Perhitungan Parameter Weibull ………... 143
8. Perhitungan Reliability dan Availability Screw Press ………. 149
9. Perhitungan Biaya Pemeliharaan ………. 153
10. Analisis Penjadwalan Screw Press Hasil Pengembangan Strategi Pemeliharaan ……….. 160
11. Gambar Screw Press ……… 162
Nusantara 3. Metode yang digunakan adalah melakukan analisis data kerusakan mesin kritis dan komponennya dengan menggunakan aplikasi distribusi Weibull, sehingga dapat menentukan nilai-nilai karakteristik sistem pemeliharaan, yaitu; keandalan, laju kegagalan, MTBF, ketersediaan, kriteria kerusakan, biaya kegagalan, biaya preventif, dan waktu antar penggantian koponen. Dari hasil analisis menggunakan diagram Pareto ditemukan bahwa mesin-mesin yang kritis adalah Screw Press, beserta komponen kritisnya, yaitu: Left & Right Handed Worm, Bushing, Press Cylinder, Rebuild Worm, Bearing SKF 29326, Left Handed Shaft, and Right Handed Shaft.
Berdasarkan analisis kerusakan tersebut selanjutnya dibuat rancangan Strategi Pemeliharaan, sehingga dapat menurunkan frekuensi kegagalan Screw Press, menurunkan kerugian produksi, dan meningkatkan keandalan, ketersediaan, dan MTBF. Strategi pemeliharaan didisain berdasarkan interval waktu penggantian komponen, kemudian dibuat modifikasi penjadwalan pemeliharaan optimum. Analisis dari strategi pemeliharaan yang baru memperlihatkan bahwa keandalan Screw Press (1) meningkat dari 0.4207 menjadi 0,8259, Screw Press(2) dari 0,4024 ke 0,8259, Screw Press(3) dari 0,4504 ke 0,8259, dan Screw Press(4) dari 0,4204 ke 0,8259. ketersediaan dari Screw Press(1) meningkat dari 0,8564 menjadi 0,9524, Screw Press(2) dari 0,9201, ke 0,9524, Screw Press(3) dari 0,8585 ke 0,9524, dan Screw Press(4) dari 0,875 ke 0,9524. Kemungkinan frekuensi kegagalan dari Screw Press(1) is menurun dari 37 menjadi 19, Screw Press(2) dari 23 ke 19, Screw Press(3) dari 25 ke 19, dan Screw Press(4) dari 23 ke 19.
Penelitian ini memperlihatkan bahwa analisis kerusakan mesin sangat berguna untuk mengambil kebijakan dalam perencanaan strategi pemeliharaan pada suatu pabrik..
was by analyzes the failures data of critical machines and it’s components, by Weibull distribution applications, so it can founded the values of maintenance system characteristics, i.e: reliability, failure rate, mean time between failure, availability, failure types, failure cost, preventive cost, and replacement interval time. Based on analysis of Pareto’s diagram founded that critical machines is Screw Press due components critical, i.e: Left & Right Handed Worm, Bushing, Press Cylinder, Rebuild Worm, Bearing SKF 29326, Left Handed Shaft, and Right Handed Shaft
Based on analysis of the failures, the researcher tries to establish the Maintenance Strategy, so it can be reduce the Screw Press frequency failure, reduce the loss production, and improve the reliability, availability, and MTBF. Maintenance strategies are created based on replacement interval time of subsystems, and then create the optimal maintenance scheduling that has been modified. Analysis of the new maintenance strategy of different subsystems shows that the reliability of Screw Press(1) can be improve from 0.4207 to 0,8259, Screw Press(2) from 0,4024 to 0,8259, Screw Press(3) from 0,4504 to 0,8259, and Screw Press(4) from 0,4204 to 0,8259 respectively. The availability of Screw Press(1) improved from 0,8564 to 0,9524, Screw Press(2) from 0,9201, to 0,9524, Screw Press(3) from 0,8585 to 0,9524, and Screw Press(4) from 0,875 to 0,9524. The probability of failure frequency of Screw Press(1) is reduced from 37 to 19, Screw Press(2) from 23 to 19, Screw Press(3) from 25 to 19, and Screw Press(4) from 23 to 19.
This study shows that analyzes of machine failure is very useful for deciding the policy in the planning of maintenance strategy at a factory..
Keywords: critical machines, reliability, availability, screw press, maintenance
1.1 Latar Belakang
Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Rambutan PT.Perkebunan Nusantara 3 (PTPN 3)
berperan sebagai pengolah bahan mentah kelapa sawit untuk menghasilkan minyak
sawit (CPO) dan inti sawit. Dalam pengoperasiannya PKS Rambutan mempunyai
beberapa unit mesin pengolah dan material handling, seperti; Boiler, Tresser, digester
polishing drum, ripple mill, blower, lori, crane, conveyor, electric motor dan
sebagainya. Kinerja (performance) dari mesin/peralatan menurut Barabady (2005)
tergantung pada; keandalan (reliability) dan ketersediaan (availability) peralatan yang
digunakan, lingkungan operasi, efisiensi pemeliharaan, proses operasi dan keahlian
operator, dan lain-lain. Jika reliability dan availability suatu sistem rendah, maka
usaha untuk meningkatkannya kembali adalah dengan menurunkan laju kegagalan
atau meningkatkan efisiensi perbaikan terhadap tiap-tiap komponen atau sistem.
Untuk mengoptimumkan reliability dan availability menurut Barabady (2005)
diperlukan suatu strategi pemeliharaan yang meliputi; Design-out Maintenance,
Preventive Maintenance dan Corrective Maintenance. Rancangan Strategi
Pemeliharaan hendaklah dikembangkan berdasarkan analisis karakteristik/kinerja
dari mesin-mesin yang digunakan yang meliputi; keandalan, ketersediaan, mean time
between failure (MTBF), laju kegagalan, biaya pemeliharaan, biaya akibat
pemeliharaan (maintenance history) sangat diperlukan dan menjadi acuan utama
dalam merancang sistem pemeliharaan terencana. Dengan melakukan analisis
terhadap karakteristik mesin dan komponen-komponen yang kritis, diharapkan
rancangan strategi pemeliharaan akan dapat menurunkan tingkat kerusakan sistem
dan menurunkan biaya operasional.
Pelaksanakan pemeliharaan Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Rambutan mengacu
pada prosedur/instruksi kerja (IK) PTPN 3. Untuk pekerjaan corrective maintenance
mengacu pada IK 3.02-02 tentang Pelaksanaan Kegiatan Teknik, dimana setiap
pelaksanaan breakdown maintenance harus mengacu pada Work Order yang diminta
oleh pengguna alat. Untuk pekerjaan preventive mengacu ke IK 3.02– 02/08 tentang
Pemeliharaan Mesin dan Instalasi PKS dan IK 3.02– 02/09 mengenai Pemeliharaan
Mesin dan Instalasi Listrik. Sedangkan untuk pekerjaan Predictive Maintenance
mengacu pada IK 3.02– 00/06.
Namun demikian, dalam pelaksanaan pemeliharaan di PKS Rambutan lebih
sering dengan cara Breakdown Maintenance yaitu pemeliharaan yang dilakukan
setelah terjadi kerusakan. Sistem ini belum dapat memberikan data yang akurat
tentang kapan suatu mesin atau komponen akan mengalami kerusakan. Kerusakan
pada mesin-mesin dan peralatan tersebut dapat mengganggu jalannya proses produksi
dan dapat berakibat berhentinya keseluruhan proses produksi. Efek dari gangguan
tersebut antara lain adalah bahan baku (tandan buah segar) menjadi rusak, target
produksi tidak tercapai, ongkos produksi menjadi naik dan kesinambungan supply
angka Indeks Produktivitas Pabrik yang menggambarkan kinerja pabrik, dan hal ini
jelas sangat merugikan PTPN 3.
Hasil penelitian Sitorus (2006) pada pabrik kelapa sawit PT. Tor Ganda
menunjukkan bahwa selama tahun 2003–2005 terjadi stagnasi CPO sebesar 2749,33
ton dan PK (Palm Kernel) sebesar 555,70 ton akibat kegagalan peralatan mesin. Pada
penelitian tersebut juga ditemukan bahwa mesin/peralatan yang mempunyai
kontribusi tingkat kegagalan dan penurunan produksi adalah Screw Press yakni
34,24%.
Beberapa penelitian mengenai analisis keandalan (reliability) dan penjadwalan
pemeliharaan telah dilakukan oleh beberapa peneliti terhadap industri/pabrik yang
berbeda. Hayyi (2005) melakukan analisis kerusakan container crane berdasarkan
perhitungan fungsi keandalan, laju kegagalan dan Mean Time Between Failure
(MTBF), lalu didapatkan interval pemeliharaan terhadap sub sistem Mainthoist,
Trolley, Spreader, Engine & Generator Set dan PLC & Electric Drive Control.
Wahyudi (2000) dalam penelitiannya membuat suatu model pemeliharaan mesin
Hydraulic Press dengan memperhitungkan komponen-komponen biaya tenaga kerja,
biaya kehilangan produksi dan harga komponen. Pemodelan tersebut dapat digunakan
untuk menentukan interval waktu pemeliharaan yang optimal. Berdasarkan hasil
perhitungannya model tersebut dapat menekan biaya total berkisar antara 35,07%
sampai 90,73% dari biaya total semula. Javad Barabady (2005) mengembangkan
suatu model strategi pemeliharaan dengan menggunakan analisis reliability,
Dari observasi yang dilakukan pada studi awal oleh tim maintenance MTM
USU Medan, diperoleh informasi bahwa kerusakan mesin dan perlatan pada PKS
Rambutan disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:
- belum adanya penjadwalan pemeliharaan terencana,
- kurangnya kemampuan karyawan untuk memahami dan mengimplementasikan
catatan pemeliharaan (maintenance record),
- kurang efektifnya sistim pengontrolan dan pembelian komponen (material control &
purchasing),
- terbatasnya kewenangan manajemen untuk menerapkan strategi pemeliharaan,
- belum adanya sistem database secara komputer,
- kurangnya peralatan condition monitoring,
- belum adanya analisa secara statistik terhadap data historis.
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka penulis ingin melakukan Analisis
terhadap karakteristik/kinerja mesin dan komponennya, sebagai dasar untuk
mengembangkan strategi pemeliharaan di pabrik kelapa sawit (PKS) Rambutan. Dari
hasil analisis karakteristik ini akan diketahui mesin-mesin dan komponen kritis,
keandalan mesin, ketersediaan mesin, interval waktu penggantian yang optimal,
estimasi umur komponen, biaya preventive maintenance dan perhitungan sistem
persediaan komponen. Dengan demikian model strategi pemeliharaan yang akan
diterapkan nanti betul-betul sudah melalui pengukuran dan evaluasi yang realistis dari
1.2 Perumusan Masalah
Permasalahan besar yang sering ditemui di PKS Rambutan yaitu seringnya
terjadi penghentian operasi (downtime ) akibat kerusakan mesin/peralatan yang
tiba-tiba, dan mengakibatkan proses produksi harus terhenti untuk melakukan perbaikan,
sehingga biaya operasi dan produksi menjadi tinggi. Seringnya terjadi penghentian
operasional di pabrik ini disebabkan karena kapan waktu terjadinya kegagalan tidak
bisa diramalkan. Hal ini berkaitan erat dengan:
1. Tidak jelasnya sistem pemeliharaan yang dijalankan oleh perusahaan.
2. Tidak terencananya persediaan suku cadang penunjang sistem pemeliharaan.
3. Kurang jelasnya prosedur pengambilan keputusan untuk mengantisipasi
terjadinya kegagalan.
Untuk mengatasi beberapa permasalahan tersebut, perlu dirancang suatu
strategi pemeliharaan berdasarkan analisis karakteristik sistem, sehingga dapat
meningkatkan keandalan dan ketersediaan mesin/sistem di PKS Rambutan.
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis terhadap karakteristik
kinerja mesin dan komponen kritis, sebagai dasar pengembangan strategi
pemeliharaan yang efektif pada Pabrik Kelapa Sawit PT. Nusantara 3. Analisis
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari kegiatan penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi dan menganalisis komponen-komponen kritis pada
mesin-mesin obyek penelitian.
2. Mengevaluasi kriteria kegagalan komponen mesin.
3. Mengevaluasi keandalan dan ketersediaan mesin dan komponennya.
4. Mengevaluasi laju kegagalan mesin dan komponennya.
5. Mengevaluasi interval waktu penggantian komponen yang optimal.
6. Membuat rancangan persediaan komponen yang menunjang sistem
pemeliharaan.
7. Membuat suatu model strategi pemeliharaan yang dapat meningkatkan
Reliability dan Availablity.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagi perusahaan hasil penelitian ini dapat menjadi masukan/rekumendasi
sebagai acuan untuk mengambil kebijakan terhadap penerapan manajemen
pemeliharaan, dalam upaya untuk peningkatan keandalan dan ketersediaan
mesin/peralatan yang kritis, khususnya di PKS Rambutan PTP Nusantara 3.
2. Bagi mahasiswa akan berguna untuk menambah pengetahuan dan pengalaman
mesin dan peralatan di Pabrik Kelapa Sawit.
3. Bagi Perguruan Tinggi hasil penelitian ini dapat sebagai tambahan literatur
yang dapat dimanfaatkan oleh para peneliti di bidang pemeliharaan peralatan
industri.
1.5 Batasan Penelitian
Batasan-batasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Penelitian dan pembahasan hanya dilakukan pada mesin-mesin dan komponen
yang dianggap kritis, yaitu mesin-mesin dan komponen yang sering rusak dan
sangat berpengaruh terhadap kerugian produksi dan pembiayaan.
2. Perancangan strategi pemeliharaan hanya mencakup; penjadwalan
pemeliharaan optimum, perancangan penyediaan komponen dan prosedur
pelaksanaan pemeliharaan.
3. Dokumentasi data kerusakan dan pembiayaan didasarkan pada data perawatan
mesin di pabrik dan wawancara langsung dengan pihak manajemen pabrik.
4. Aspek teknis dalam pelaksanaan pemeliharaan, seperti peralatan yang
digunakan, tata cara pembongkaran mesin dan lain-lainnya tidak termasuk
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Manajemen Pemeliharaan dan Kontrol
Mesin-mesin dan peralatan yang dioperasikan di industri saat ini cenderung
semakin kompleks dan membutuhkan modal besar baik untuk investasi awal maupun
untuk biaya operasional. Untuk itu, strategi dan kebijakan pemeliharaan diperlukan
agar semua peralatan yang beroperasi di dalam sistem tidak mengalami kegagalan
dalam pengoperasiannya. Upaya mengoptimalkan pemeliharaan telah banyak
dilakukan, kesemuanya bertujuan untuk menjaga keandalan (reliability) dan
ketersediaan (availability) sistem. Oleh sebab itu saat ini teknik pemeliharaan lebih
banyak dikonsentrasikan pada pemeliharaan pencegahan (preventive) untuk
menghindari kerusakan yang lebih serius. Priyanta (2000) menyebutkan bahwa:
Jika tindakan pemeliharaan terhadap suatu plant menggunakan prinsip minimal maintenance approach, dan dikombinasikan dengan manajemen pemeliharaan yang terabaikan, maka hal ini akan memperpendek masa berguna (useful life) dari plant, dan mungkin juga akan menambah biaya lainnya seperti biaya kerusakan (downtime cost) dan berbagai denda yang timbul akibat dampak yang ditimbulkan oleh kerusakan sistem.
Manajemen pemeliharaan (maintenance management) dapat dijelaskan
sebagai fungsi dari panduan kebijakan aktifitas-aktifitas pemeliharaan, teknik
pelatihan dan manajemen kontrol dari program-program pemeliharaan. Faktor utama
yang menyebabkan pentingnya manajemen pemeliharaan di industri saat ini adalah
meningkatnya mekanisasi dan otomasi dalam kebanyakan proses. Konsekuensinya
pemeliharaan. Menurut Dhilon (2002), fungsi-fungsi dari departemen pemeliharaan
dan organisasi adalah dalam hal:
1. Perencanaan dan perbaikan peralatan/fasilitas pada standar-standar yang
ditetapkan
2. Pelaksanakan pemeliharaan preventif; khususnya, pengembangan dan penerapan
program kerja yang terjadwal untuk tujuan menjaga peralatan/fasilitas beroperasi
secara memuaskan
3. Persiapkan anggaran biaya yang realistis terhadap personil pemeliharaan dan
kebtuhan material
4. Pengaturan logistik untuk menjamin ketersediaan komponen/material yang
diperlukan untuk tugas-tugas pemeliharaan
5. Pemeliharaan pencatatan peralatan, servis dan lain-lain
6. Pengembangan pendekatan-pendekatan yang efektif untuk memonitor
kegiatan-kegiatan staf pemeliharaan
7. Pengembangan teknik-teknik yang efektif untuk mengontrol tenaga operasi,
tingkat manajer, dan kelompok-kelompok lainnya yang sadar akan aktifitas
pemeliharaan
8. Pelatihan terhadap staf pemeliharaan dan karyawan lainnya untuk meningkatkan
keterampilan mereka dan kinerja yang efektif
9. Peninjauan ulang rencana-rencana terhadap fasilitas, instalasi dan peralatan baru.
10. Penerapan metoda-metoda untuk meningkatkan keamanan/keselamatan ditempat
kerja dan pengembangan pendidikan keamanan/keselamatan yang berhubungan
dengan program-program staf pemeliharaan
2.2. Strategi Pemeliharaan (Maintenance Strategies)
Strategi pemeliharaan adalah teknik/metoda yang digunakan untuk mencapai
minimal. Maka strategi pemeliharaan sangatlah penting bagi suatu perusahaan untuk
menekan biaya yang harus dikeluarkan, karena kegiatan pemeliharaan secara
proposional mempunyai konsekuensi terhadap biaya keseluruhan operasi. Menurut
Smith (2001), elemen-elemen strategi pemeliharaan meliputi:
1. Organisasi sumber daya pemeliharaan (Organization of maintenance resources)
2. Prosedur pemeliharaan (Maintenance procedures )
3. Peralatan dan alat-alat uji (Tools and test equipent)
4. Seleksi karyawan, pelatihan dan motivasi (Personnel selecting, training and
motivation)
5. Manual dan petunjuk pemeliharaan (Maintenance instructions and manuals)
6. Penyediaan suku cadang (Spares provisioning)
7. Logistik (Logistics)
Elemen-elemen pemeliharaan tersebut biasanya dibagi kedalam tiga grup
tugas pemeliharaan, yaitu; pemeliharaan korektif (corrective), pemeliharaan rutin
(preventive) dan perbaikan tahunan (overhaul). Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan pemeliharaan suatu pabrik menurut Paul.D, (1989) dapat
Tabel 2.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Pemeliharaan (Paul. D, 1989).
Priority Control Element Influence
Rating
1. Labour Productivity 10
2. Material Control & Purchasing 10
3. Leadership 9
4. Workload 9
5. Organisation 8
6. Interdepartmental Relation 8
7. Cost Data 7
8. Performance data 7
9. Preventive Maintenance Procedure 7
10. Planning 6
11. Schedulling 5
12. Training 4
13. Engineering 4
14. Technology 3
15. Labour Practices 2
Dimana: Skala 1 s/d 3 ... sedikit pengaruh Skala 4 s/d 6 ... cukup berpengaruh Skala 7 s/d 10 ... besar pengaruhnya
Faktor-faktor pada tabel 2.1. tersebut dapat digunakan sebagai pedoman untuk
memprioritaskan perhatian dalam perencanaan strategi pemeliharaan. Sistim
pemeliharaan yang baik adalah berbeda untuk masing pabrik karena
masing-masing pabrik berbeda pemakaian bahan dan energinya.
Keterkaitan antar elemen-elemen yang berhubungan dengan strategi
pemeliharaan dalam menunjang proses produksi (manufacturing operation) dapat
diilustrasikan seperti pada gambar 2.1. Kebijakan yang diambil dalam strategi
pemeliharaan untuk pelaksanaan pemeliharaan dan perbaikan (maintenance & repair)
Gambar 2.1 Kerangka Pikir Pengembangan Strategi Pemeliharaan
Pelaksanaan pemeliharaan dan perbaikan ditunjang oleh beberapa elemen lain
seperti peralatan kerja, peralatan uji, penyediaan komponen, tenaga kerja dan kondisi
lingkungan seperti keselamatan dan keamanan kerja. Proses produksi dan hasil
produksi hendaknya diukur dan dievaluasi secara periodik untuk mengetahui kinerja
mesin sehingga dapat dianalisa untuk pengambilan keputusan berikutnya.
Salah satu strategi pemeliharaan telah dikembangkan oleh Barabady (2005),
yang membagi kegiatan pemeliharaan menjadi tiga, yaitu; pemeliharaan dengan
modifikasi disain (Design-out Maintenance), perawatan pencegahan (Preventive
Maintenance), dan perawatan korektif (Coorective Maintenance), seperti terlihat pada
gambar 2.2.
Purchasing Inventory SDM Environment
Internal Factors
Manufacturing Operation Maintenance
& Repair Tool room
Maintenance Strategies Development
Equipment Performance Measurement and
Evaluation
Output
External Factors
Reliability Availability Quality
Gambar 2.2 Strategi Pemeliharaan (Barabady, 2005)
Design-out maintenance berupa modifikasi disain dari sistem, membuang atau
mengurangi sesuai dengan kebutuhan pemeliharaan selama beroperasi. Preventive
maintenance dapat dianggap sebagai pemeliharaan dengan interval yang sudah
ditentukan untuk mengurangi kemungkinan kegagalan komponen. Ini berarti bahwa
pemeliharaan dilakukan sebelum suatu kerusakan meningkat. Pemeliharaan preventif
dapat dibagi; time-based preventive maintenance(T.B.M) dan condition-based
maintenance(C.B.M) . Time-based preventive maintenance terutama dilakukan untuk Maintenance Strategy
Design-out Maintenance Preventive
Maintenance Corrective
Maintenance
Inspection
Condition-based Maintenance (Predictive Maintenance Run-To-Failure
(Break down Maintenance
Scadual Replacement Scadual
Overhaul
Time-based Maintenance (Systematic Maintenance)
Condition Monitoring
komponen-komponen yang tidak bisa diperbaiki. Condition-based preventive
maintenance, juga disebut pemeliharaan prediktif diterapkan pada
komponen-komponen dimana kegagalan terjadi secara insidentil. Hal ini memerlukan periode
inspeksi yang optimal untuk meningkatkan keandalan mesin/peralatan berdasarkan
informasi statistik keandalan. Pemeliharaan korektif (corrective maintenance) adalah
pemeliharaan yang dilakukan setelah terjadi kegagalan untuk mengembalikan ke
[image:35.611.138.504.309.635.2]kondisi siap pakai.
Untuk menerapkan strategi pemeliharaan ini Barabady (2005) membuat suatu
detail pengambilan keputusan berdasarkan analisis keandalan seperti gambar 2.3.
Pemeliharaan dengan waktu yang tetap (Fixed Time Maintenance/F.T.M) digunakan
jika laju kegagalan konstan (β = 1). Jika laju kegagalan meningkat (β >1) dan biaya
pemeliharaan preventif yang diharapkan (Expected Cost of Preventive
Maintenance/ECP) lebih kecil dari biaya pemeliharaan korektif (Expected Cost of
Corrective Maintenance/ECC), maka digunakan pemeliharan preventive, tetapi jika
tidak maka digunakan pemeliharaan korektif (Corrective Maintenance/C.M).
Pemeliharaan preventif bisa dilaksanakan dengan Condition Based Maintenance
(C.B.M) jika biaya pelaksanaannya efektif, tetapi jika tidak efektif maka dilakukan
Time Based Maintenance (T.B.M).
Strategi pemeliharaan menurut Smith (2001) yaitu Quantitative Reliability
Centered Maintenance (QRCM) yang meliputi perhitungan terhadap keseimbangan
biaya pemeliharaan yang berlebihan karena ketidaktersediaan yang timbul akibat
pemeliharaan yang tidak efisien. Langkah pertama dalam perencanaan strategi
QRCM adalah mengidentifikasi komponen-komponen kritis yang berpengaruh besar
terhadap kegagalam mesin/peralatan. Langkah kedua adalah mendapatkan data-data
spesifik kegagalan seperti laju kegagalan, waktu antar kerusakan, dan lama perbaikan.
Dari karakteristik kegagalan ini dilakukan analisis keandalan dan ketersediaan untuk
menentukan jenis pemeliharaan yang tepat digunakan. Dengan cara ini biaya-biaya
yang berhubungan dengan perubahan interval pemeliharaan, penyediaan suku cadang
yang dicapai.
Gambar 2.4 Algoritma Keputusan QRCM (Smith, 2001)
Perhitungan yang digunakan untuk mengambil keputusan menurut Smith adalah:
1. Penggantian komponen optimum (Optimum Replacement)
2. Penyediaan suku cadang optimum (Optimum spares holding)
3. Uji ketahanan interval optimum (Optimum proof-test intervals)
4. Monitoring kondisi (Condition monitoring)
Is the failure revealed or unrevealed Consider optimm spares Revealed Are the consequences trivial? Unrevealed
In combination with other failures, are the
consequences
Is there a measureable
degradation parameter?
Is there a measureable degradation parameter? Calculate optimum proof test Calculate preventive replacement Is there failure rate increasing? Carry out condition monitoring Carry out condition monitoring and calculate optimum proof test Calculate preventive replacement and optimum proof-test Is there failure rate increasing? DO NOTHING
2.3. Penerapan Strategi Pemeliharaan
Untuk melaksanakan strategi pemeliharaan yang efektif, saat ini banyak
diterapkan sistem pemeliharaan secara periodik (preventive maintenance).
Keuntungan melakukan pemeriksaan dan perbaikan secara periodik dan pada saat
yang tepat pada semua mesin-mesin/peralatan adalah, dapat diramalkannya total
perbaikan pada seluruh sistim pabrik oleh para insinyur pemeliharaan. Dalam hal ini
perbaikan dilakukan segera sebelum terjadi kerusakan yang lebih fatal. Biaya
perbaikan dan lamanya mesin/equipmen tidak beroperasi dapat diminimalkan,
dibandingkan dengan perbaikan mesin yang sama tetapi dilakukan setelah mesin itu
rusak total. Hal-hal penting dalam penerapan strategi pemeliharaan menurut Alfian
(2004) adalah:
1. Frekuensi kerusakan dan pengeluaran biaya untuk perbaikan termasuk upah.
2. Item-item yang dipilih harus benar-benar penting dan dapat berakibat fatal untuk
keseluruhan pabrik tersebut.
3. Penaksiran biaya-biaya pemeliharaan.
4. Melakukan pekerjaan sebanyak mungkin pada saat pembongkaran pabrik tahunan
(overhaul) dan efektifitas kerja dari para mekanik harus tinggi selama
dilakukannya pembongkaran pabrik tahunan tersebut.
5. Meramalkan kerusakan-kerusakan yang akan terjadi.
6. Data yang dikumpul dari pabrik secara harian, periodik, tahunan merupakan dasar
informasi untuk sistim pemeliharaan yang baik.
terintegrasi
Untuk itu perlu dibuat suatu jadwal pemeliharaan untuk setiap mesin dan
komponen. Penentuan interval pemeliharaan yang optimum adalah berdasarkan
perhitungan dan analisis keandalan, ketersediaan, dan biaya-biaya yang menyertai
keseluruhan kegiatan pemeliharaan. Interval pemeliharaan optimum inilah yang
dimasukkan kedalam prosedur pemeliharaan terencana menurut Corder (1992) seperti
[image:39.611.132.493.304.645.2]terlihat pada gambar 2.5.
Gambar 2.5 Bagan Prosedur Pemeliharaan Terencana (Corder,1992)
Dari diagram pada gambar 2.5 terlihat bahwa yang diperlukan adalah:
Permintaan pemeliharaan
Laporan pemeriksaan Catatan riwayat
(hasil-hasil pemeliharaan)
Staf pemeliharaan
Pengendalian
Permintaan pemeliharaan Daftar sarana
(apa yang dipelihara)
Jadwal pemeliharaan (bagaimana memeliharanya)
Program pemeliharaan (kapan harus dipelihara)
Spesifkasi pekerjaan
Program perencanaan
mingguan
Program perencanaan
bulanan
Staf produksi
Mesin
A
dm
ini
st
ra
si
O
pe
ra
1. Jenis mesin dan komponen yang kritis untuk dirawat
2. Jadwal penggantian optimum tiap komponen
3. Jumlah komponen yang disediakan
4. Prosedur opersional standar (SOP)
5. Jumlah tenaga kerja yang diperlukan.
2.4 Keandalan (Reliability)
Keandalan dapat didefinisikan sebagai probabilitas suatu sistem dapat
berfungsi dengan baik untuk melakukan tugas pada kondisi tertentu dan dalam selang
waktu tertentu pula. Sistem reliability, availability dan maintainability (RAM)
akhir-akhir ini sudah dianggap sangat signifikan terhadap lingkungan yang berkompetisi
dan keseluruhan biaya operasi/biaya produksi.
Gambar 2.6 Pengaruh Suatu Program Reliability Terhadap Biaya Masa Pakai (Barabady, 2005)
formal, maka walaupun biaya tambahan (acquisition) meningkat, tetapi biaya
operasional turun drastis sehingga secara keseluruhan total biaya masa pakai (total
life cycle costs) dapat diturunkan.
Pemeliharaan tidak dapat dipisahkan dari keandalan. Jika keandalan rendah,
berarti membutuhkan pemeliharaan yang lebih besar dengan biaya yang lebih besar
pula (Barabady, 2005). Salah satu tujuan dari analisis sistem keandalan dan
ketersediaan adalah untuk mengidentifikasi kelemahan dalam suatu sistem, dan
menghitung secara kuantitas dampak dari kegagalan komponen. Pertanyaan yang
sering timbul adalah ”seberapa handal atau seberapa aman suatu sistem akan
beroperasi selama masa pengoperasiannya dimasa yang akan datang?”.Pertanyaan ini
sebagian dapat dijawab dengan menggunakan evaluasi keandalan secara kuantitatif.
Suatu peralatan yang sering terhenti kaena rusak (breakdown) tetapi dengan suatu
periode perbaikan yang pendek, bisa menghasilkan tingkat ketersediaan yang pantas.
Gambar 2.7 Biaya Masa Pakai Optimum (Barabady, 2005)
Sebaliknya suatu peralatan dengan keandalan yang tinggi, bisa saja tingkat
Acquisition Costs Life Cycle
Cost Optimized Cost
Point Operational
Costs
Life Cycle
Cost
ketersediaannya rendah, karena memerlukan waktu yang lama untuk setiap kali
perbaikan. Dengan mempertimbangkan kedua hal tersebut dapat ditentukan biaya
pemeliharaan yang optimum, seperti terlihat pada gambar 2.7.
Yin dkk (2009) membuat suatu konsep disain proses pada proses LNG dengan
pendekatan analisis Reliability, Availability dan Maintainability (RAM). Mereka
melakukan optimasi disain sistem terhadap turbin gas berdasarkan analisis RAM
seperti terlihat pada gambar 2.8 dan 2.9.
Gambar 2.8 Single System Optimal Design-With RAM (Yin dkk, 2009)
Tanpa analisis RAM, disain memerlukan biaya kapital yang lebih rendah, tetapi
downtime lebih tinggi dibandingkan sistem dengan analisis RAM, sehingga biaya
produksi tinggi. Dengan menggunakan analisis RAM, sistem dapat menrunkan biaya
10,99% dibandingkan dengan sistem tanpa analisis RAM, seperti terlihat pada tabel
2.2.
Without RAM Study With RAM Study
Total Cost in Life Cycle Capital Cost (MM$)
Lost Production Cost (MM$) CM Down Time (Hours) PM Down Time (Hours) Optimal PM Interval (Hrs) Cost Reduction %
72.55 26.14 46.42 1007.67
551.99 3000.00
Base
64.58 26.77 37.81 738.51 532.01 3333.00
10.99
Gambar 2.9 Parallel System Optimal Design-With RAM (Yin dkk, 2009)
Begitu juga dengan disain sistem paralel, dapat menurunkan sebesar 7,22%
[image:43.611.143.497.189.422.2]dibandingkan sistem tanpa analisis RAM, seperti terlihat pada tabel 2.3.
Tabel 2.3 Annualized Costs Data for Parallel System (Yin dkk, 2009)
Without RAM With RAM Study
Total Cost in Life Cycle Capital Cost (MM$)
Lost Production Cost (MM$) Whole Capacity CM DT (Hours) Half Capacity CM DT (Hours) PM Down Time (Hours) Optimal PM Interval (Hrs) Cost Reduction %
57.94 27.49 30.44 6.00 836.82 598.50 3000.000
Base
53.75 27.59 26.16 5.70 815.84 465.50 3750.00
7.22
Menurut Priyanta (2000), indeks keandalan yang paling sering digunakan
adalah sebagai berikut:
1. Jumlah kegagalan yang diharapkan akan terjadi dalam periode waktu tertentu
2. Waktu rata-rata diantara dua kegagalan
3. Laju kegagalan dari suatu proses
4. Durasi rata-rata downtime dari suatu sistem atau peralatan
5. Nilai harapan keuntungan yang hilang karena kegagalan
6. Nilai harapan yang hilang dari output suatu proses karena kegagalan
Indeks-indeks ini dapat dievaluasi dengan menggunakan teori keandalan yang relevan
setelah beberapa kriteria tertentu yang berhubungan dengan kondisi operasional dari
suatu item dipenuhi.
2. 5 Tingkat Kekritisan Mesin
Tingkat kekritisan mesin (sistem) atau komponen (subsistem) disebut juga
Equipment Critically Rating (ECR) adalah merupakan besaran yang menunjukkan
tingkat urgensi suatu mesin atau komponen terhadap jalannya proses produksi. Mesin
dan komponen kritis maksudnya adalah mesin dan komponen yang paling sering
mengalami kerusakan sehingga dapat mengakibatkan berhentinya produksi
(downtime), dan menimbulkan kerugian yang besar. ECR ini digunakan sebagai dasar
penentuan prioritas pada pemeliharaan dan kebijakan pengadaan suku cadang.
Penelitian Sitorus (2006) di PKS Tor Ganda menampilkan jumlah dan tingkat
Tabel 2.4 Jumlah dan Tingkat Kekritisan Peralatan Mesin di PKS Tor Ganda Tahun 2005 (Sitorus, 2005)
No. Nama Mesin Jumlah
(Unit) ECR-1 ECR-2 ECR-3 ECR-4 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Screw Press Digester Ripple Mill Claybath Boiler Gear Box Electromotor Geared Motor Pump Vibration Screen Thresser Steam Turbine Genset (genertor set) Hoisting Crane Decanter Blower 6 6 4 2 3 26 164 80 64 3 3 3 2 3 4 25 -√ -37 26 10 -√ √ √ -√ √ 109 52 43 √ √ √ √ √ √ √ -17 -11 -1 2
-Jumlah 398 84 283 28 3
2. 6 Distribusi Keandalan Weibull
Untuk menghitung keandalan peralatan atau komponen, langkah pertama
harus mengetahui model probabilitas atau komponen yang dinyatakan dengan
distribusi statistik. Distribusi statistik tergantung pada jenis kerusakan dari suatu
sistem independen terhadap umurnya dan karakteristik-karakteristik lain dari sejarah
pengoperasiannya. Distribusi eksponensial digunakan untuk laju kegagalan yang
konstan, sedangkan jika laju kegagalan tergantung pada bertambahnya umur sistem,
maka digunakan distribusi Weibull (Smith, 2001).
pengujian distribusi (Probability Distributions), sehingga diketahui apakah data
berdistribusi secara Normal, Lognormal, Exponential atau Weibull. Pengujian
distribusi ini bisa dilakukan dengan bantuan Software Minitab, lalu diambil koefisien
korelasi (correlation coefficient) yang terbesar.
2.6.1 Fungsi kepadatan
Fungsi f(t) mewakili fungsi probabilitas untuk variabel random T yang
kontinu disebut fungsi probabilitas kepadatan. Menurut Smitch (2001) fungsi
kepadatan adalah;
0 , 0 ,
0 ,
. ) (
) / ( 1
t e
t t f
t
(2.1)
Dimana; β = parameter bentuk (slope)
η = parameter skala
- untuk 0 <β < 1, laju kegagalan akan berkurang seiring bertambahnya waktu.
- untukβ = 1, maka laju kegagalannya adalah konstan
Gambar 2.10 Pengaruhβ pada Laju Kegagalan Weibull (Weibull, 2009)
Gambar 2.11 Pengaruhβ pada Reliability (Weibull, 2009)
[image:47.611.184.454.411.614.2]Y = a + bt, (Weibull, 2009). N Yi b Xi a N i N i
1 1
. (2.2) N Yi Yi N Yi Xi Yi Xi b N i N i N i N i N i 2 1 1 2 1 1 1 . .
(2.3)
ln(1 ( )ln F Ti
Yi (2.4)
) ln(Ti
Xi (2.5)
b 1 (2.6) 1 . b a e (2.7)
Nilaiβ dan η dapat juga dicari menggunakan Grafik Probablity Weibull, atau
menggunakan Software Mintab.
2.6.2 Fungsi keandalan
Keandalan suatu alat adalah probabiltas untuk tidak rusak (survival) selama
periode t tertentu atau lebih. Fungsi keandalan terhadap waktu R(t) dapat
diformulasikan sebagai berikut
tt
e
dt
t
f
t
R
(
)
(
)
(2.8)Dimana:
R(t) = keandalan (Reliability), peralatan beroperasi pada waktu t
R = 1 sistem dapat melaksanakan fungsi dengan baik
R = 0 sistem tidak dapat melaksanakan fungsi dengan baik
R = 0,8 sistem dapat melaksanakan fungsi dengan baik = 80%
2.6.3 Fungsi laju kegagalan
Laju kegagalan adalah banyaknya kerusakan per satuan waktu. Secara
sederhana laju kegagalan dapat dinyatakan sebagai perbandingan banyaknya
kegagalan selama selang waktu tertentu dengan total waktu operasi sistem
atau sub sistem
1 ) / ( ) / ( 1 . . . . ) ( ) ( ) ( t e e t t R t f t t t (2.9)Gambar 2.12 Gambar kurva Bath-tub
2.6.4 Fungsi kumulatif
) ( 1 )
(t R t
F =
e t
2.6.5 Mean Time Between Failure (MTBF)
MTBF atau rata-rata waktu kerusakan adalah ekspektasi bisa pakai dari suatu
sistem atau peralatan, seperti yang dinyatakan oleh Dhillon (2002). MTBF bermanfaat
untuk mengetahui kinerja dan kemampuan dari peralatan yang digunakan dan dapat
didefinisikan sebagai berikut :
t t
dt
e
dt
t
R
MTBF
( /)0
)
(
=
e t
t .
. 1 (2.11)
MTBF dinyatakan dalam total jam operasi per jumlah kegagalan.
2.7 Ketersediaan (Availability)
Didefinisikan sebagai probabilitas untuk dapat menemukan suatu sistem untuk
melakukan fungsi yang diperlukan pada suatu periode waktu tertentu. Ada beberapa
faktor yang mempengaruhi ketersediaan suatu sistem. Gambar 2.13. menunjukkan
beberapa faktor yang mempengaruhi ketersediaan suatu sistem, beberapa diantaranya
dapat diperbaiki pada periode desain dan beberapa yang lainnya dapat diperbaiki pada
Gambar 2.13 Ilustrasi Ketersediaan (Priyanta, 2000)
Dari gambar 2.13 terlihat bahwa pada dasarnya perawatan akan berfungsi
untuk menjaga ketersediaan sistem melalui pengontrolan yang optimal pada
perawatan korektif dan perawatan preventif serta didukung oleh administrasi dan
penggunaan semua sumber daya secara efisien. Formulasi ketersediaan adalah:
MTTR MTBF MTBF A (2.12)
Dimana; MTBF (Mean Time Between Failure) = waktu rata-rata antar kerusakan.
MTTR (Mean Time To Failure) = waktu rata-rata untuk mengerjakan
reparasi.
Availability = ketersediaan peralatan untuk beroperasi pada total jam
operasi. T id ak b er op er as i B er op er as i W ak tu A dm in d an Lo gi st ik W ak tu p er aw at an W ak tu A dm in B er op er as i T id ak b er op er as i B er op er as i
Periode waktu tertentu
2.8 Biaya Pemeliharaan dan Perbaikan
Ada dua macam pembiayaan pemeliharaan suatu mesin, yaitu: biaya
pencegahan (preventive cost) dan biaya kerusakan (failure cost). Preventive Cost
merupakan biaya yang timbul karena adanya perawatan mesin yang sudah
dijadwalkan. Sedangkan Failure Cost merupakan biaya yang timbul karena terjadi
kerusakan diluar perkiraan yang menyebabkan mesin produksi terhenti waktu
produksi sedang berjalan.
Cp = biaya satu siklus preventive
= (biaya kehilangan produksi/hari + biaya tenaga kerja/hari + biaya
pemeliharaan rutin )x waktu standar pemeliharaan preventif + harga
komponen. (2.13)
Cf = biaya satu siklus kerusakan
= (biaya tenaga kerja/hari + biaya kehilangan produksi/hari) x waktu rata-rata
perbaikan kerusakan + harga komponen. (2.14)
Model penggantian komponen yang akan digunakan adalah melakukan penggantian
komponen pada selang waktu (t) dengan mempertimbangkan probabilitas terjadinya
penggantian komponen akibat kerusakan (failure replacement) di dalam selang waktu
(t) tersebut.
Total biaya perawatan dan penggantian (Total expected replacement):
= (biaya satu siklus preventif x peluang siklus preventif) + (biaya satu siklus
kerusakan x peluang siklus kerusakan)
2.9 Penentuan Interval Waktu Pemeliharaan
Untuk menerapkan Preventive Maintenance, maka terlebih dahulu membuat
jadwal pemeliharaan yang optimal untuk tiap mesin tersebut. Optimal disini berarti
efektif dalam meminimalkan adanya kerusakan pada komponen tersebut dan efisien
dalam mengeluarkan biaya pemeliharaan.
Untuk menentukan interval waktu pemeliharaan yang optimal pada tiap mesin,
maka diperlukan parameter distribusi selang waktu kerusakan, dan biaya perbaikan
dari tiap komponen tersebut dengan kriteria minimasi biaya.
Total panjang siklus perawatan dan perbaikan adalah:
= (ekspektasi satu siklus preventif x peluang siklus preventif) + (ekspektasi satu
siklus kerusakan x peluang siklus kerusakan)
=
T dt t f t t TxR 0 ) ( . ) ( (2.16)Total biaya optimum pemeliharaan per satuan waktu suatu mesin menurut
Smith (2001) digunakan rumus sebagai berikut :
T dt t f t t R T t R x Cf t R x Cp tp C 0 ) ( . ) ( . )) ( 1 ( ) ( ) ( (2.17) = siklus panjang T waktu selang dalam harapan biayatotal ( )
Dimana: T = waktu selang pemeliharaan preventif
1-R(t) = F(t) = probabilitas komponen gagal selama waktu T
f(t) = fungsi kepadatan probabilitas dari waktu kegagalan komponen.
Dari perhitungan total biaya diatas, dipilih interval waktu pemeliharaan berdasarkan
total biaya minimum.
2.10 Analisa Gaya Screw Press
Screw Press adalah unit yang berfungsi untuk memisahkan minyak dari buah
sawit yang telah direbus dengan sistem penekanan/pengepresan. Buah sawit ditekan
dengan screw yang berputar 11-12 rpm dan ditahan oleh slidding/adjusting cone.
Komponen utama Screw Press adalah Left & Right Handed Worm, yang
menerima beban tekan dari slidding/adjusting cone, sehingga analisa gayanya dapat
dilakukan sama dengan prinsip gaya pada screw, seperti terlihat pada gambar 2.14.
Dimana: dm = diameter rata-rata ...m
p = pitch ... m
λ = sudut angkat ... o
F = gaya aksial ... N
f = koefisien gesek
N = gaya normal ... N
Untuk mengangkat, gaya PR beraksi arah radial kekanan (gbr 2.14a), gaya gesek fN
bekerja kearah kiri. Persamaan kesetimbangan yang terjadi adalah:
∑ Fv = Pr – N sinλ – fN cosλ = 0 (2.18)
∑ Fh = F + fN sin λ – N cosλ = 0 (2.19)
Dari pers (2.19)→
sin cos f F N Subsitusi dengan pers (2.18), maka pers menjadi (Shigley, 2006):
sin
cos ) cos (sin f f F PR (2.20)
Torsi yang ditimbulkan oleh gaya PR dan radius rata-rata dm/2 adalah:
fl dm fdm l dm P T R R
2 (2.21)Tegangan geser akibat torsi pada screw adalah:
3 16 r R d T
Tegangan prinsipal yang terjadi adalah gabungan dari tegangan geser dan tegangan
tekan dengan persamaan:
2 2
2
2 xy
y x y
x
(2.23)2.11 Pengelolaan Dan Pengontrolan Suku Cadang
Suku cadang atau material merupakan bagian pokok yang perlu diperhitungkan
dalam pengaruhnya terhadap biaya perawatan. Jadi setiap bagian perawatan perlu
mengorgasisasian sistem penyimpanan suku cadang dan mengembangkan suatu
program pengontrolan yang dibutuhkan secara khusus. Usaha-usaha yang perlu
ditangani dalam mengelola dan mengontrol suku cadang mencakup sistem order,
rencana teknik untuk mengganti atau memperbaiki, penanggulangan masalah produk
yang berubah karena pengaruh material atau suku cadang, persediaan suku cadang
sesuai dengan kebutuhan fasilitas yang akan menggunakannya.
2.11.1 Dasar-dasar kontrol suku cadang
Hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan suku cadang adalah bahwa
penyimpanan stok tidak terlalu lebih atau tidak terlalu kurang dari kebutuhan. Jumlah
maksimum dan minimum penyimpanan suku cadang harus ditentukan secermat
mungkin. Batas-batas tersebut dapat ditentukan berdasarkan pengalaman dan
Gambar 2.15 Grafik Penyediaan Suku Cadang (Daryus, 2007).
Faktor-faktor penting yang mendasari pengontrolan suku cadang menurut Daryus
(2007), yaitu:
a. Persediaan/stok maksimum.
Menunjukkan batas tertinggi penyimpanan suku cadang dengan jumlah yang
menguntungkan secara ekonomi.
b. Persediaan/stok minimum.
Menunjukkan batas terendah penyimpanan suku cadang dengan batas yang aman.
Untuk mengatasi kebutuhan suku cadang di atas batas normal, maka harus selalu
ada persediaan dalam jumlah tertentu.
c. Standar pemesanan.
Menunjukkan jumlah barang atau suku cadang yang dibeli pada setiap
pemesanan. Pemesanan kembali dapat diadakan lagi untuk mencapai jumlah stok
yang ibutuhkan.
jumlah
pemakaian
batas pemesanan kembali
stok maksimum
standar pemesanan
waktu pengadaan waktu
stok minimum
d. Batas pemesanan kembali.
Menunjukkan jumlah barang yang dapat dipakai selama waktu pengadaannya
kembali (sampai batas stok minimum). Pada saat jumlah persediaan barang telah
mencapai batas pemesanan, maka pemesanan yang baru segera diadakan.
e. Waktu pengadaan.
Menunjukkan lamanya waktu pengadaan barang yang dipesan (sejak mulai
pemesanan sampai datangnya barang pesanan baru).
2.11.2 Jumlah Pesanan Ekonomis
Penilaian untuk pemesanan barang dalam jumlah ekonomis mencakup
perhitungan biaya-biaya berikut:
a. Biaya pengadaan barang, termasuk biaya administrasi, pengangkutan, inspeksi,
dan biaya-biaya lain yang tak terduga.
b. Biaya inventarisasi barang. Termasuk biaya pengelolaan penyimpanan di gudang,
asuransi, keusangan, penyusutan dan lain-lain. Besarnya biaya ini sekitar 10
sampai 20% dari harga rata-rata barang yang disimpan.
Jumlah pesanan ekonomis dapat diperoleh apabila besarnya biaya pengadaan
barang sama dengan besarnya biaya inventarisasi. Menurut Dhilon (2002):
Apabila: A = Jumlah barang yang dibutuhkan per tahun.
C = Biaya inventarisasi per barang setahun. tahun per dibutuhkan yang barang jumlah tahun per asi inventaris total biaya (2.24)
Q = Jumlah pesanan ekonomis.
Maka:
Biaya pengadaan barang per tahun =
ekonomis pesanan jumlah pesanan pengadaan biaya X thn dibutuhkan yang barang
jumlah / /
Q P x A (2.25)
Biaya inventarisasi per tahun
= harga rata-rata barang yang disimpan dalam setahun X biaya inventarisasi
setiap barang per tahun. = ½ Q.C
Harga total 2 C x Q Q P x A (2.26)
Harga total akan minimum bila:
2 C x Q Q P x A (2.27) C P A Q2 2 .
Jumlah pesanan ekonomis =
C P A
2.12 Kerangka Konsep Pemikiran
Berdasarkan tinjauan pustaka sebelumnya dapat dibuat kerangka konsep
[image:60.611.131.549.210.424.2]pemikiran untuk penelitian ini seperti pada gambar 2.16
Gambar 2.16 Kerangka Konsep Pemikiran Evaluasi:
- Mesin dan komponen kritis - Kriteria kerusakan komponen - Realibility
- Availablity - laju kegagalan - MTBF
- MTTR
- Biaya pemeliharaan optimum
Prioritas pemeliharaan
Rancangan strategi pemeliharaan Prosedur pemeliharaan
Jenis pemeliharaan
Jadwal pemeliharaan
Penyediaan komponen
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu
Penelitian dilakukan di pabrik kelapa sawit (PKS) Rambutan PTP Nusantara 3
Medan, yaitu bekerjasama dengan pihak PKS Rambutan terutama dengan
departemen pemeliharaan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai Desember
2009.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan yang menjadi obyek dalam penelitian ini adalah mesin dan peralatan
proses produksi dengan prioritas mesin-mesin dan komponen yang kritis untuk
dianalisa. Alat penelitian yang diperlukan adalah;
1. Format tabel pengumpulan data untuk mendapatkan; jenis mesin yang
digunakan, frekuensi kegagalan mesin, komponen mesin yang kritis, waktu
perbaikan mesin, biaya perbaikan dan jumlah tenaga kerja.
2. Alat pengolah data (komputer, Sotfware Minitab,)
3.3 Sumber dan Jenis Data
Jenis penelitian ini adalah studi kasus (Case Study) dan jenis data yang
1. Data Primer, dilaksanakan dengan teknik observasi dan wawancara yaitu