• Tidak ada hasil yang ditemukan

Usulan Perbaikan Fasilitas Kerja Pada Alat Panen Kelapa Sawit Pada Pekerja PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Rambutan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Usulan Perbaikan Fasilitas Kerja Pada Alat Panen Kelapa Sawit Pada Pekerja PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Rambutan"

Copied!
155
0
0

Teks penuh

(1)

USULAN PERBAIKAN FASILITAS KERJA PADA

ALAT

PANEN KELAPA SAWIT PADA PEKERJA PT.

PERKEBUNAN NUSANTARA III KEBUN RAMBUTAN

TUGAS SARJANA

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh

SAID ALFANDRI

0 6 0 4 0 3 0 5 8

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)

KATA PENGANTAR

Tiada kata yang pertama-tama penulis ucapkan, selain puji syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya serta segala nikmat-Nya terutama nikmat kesehatan dan kesempatan untuk berkarya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Sarjana ini. Tugas Sarjana merupakan salah satu syarat akademis yang harus dipenuhi oleh mahasiswa Teknik Industri untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik.

Penulis melaksanakan Tugas Sarjana di PT.Perkebunan Nusantara III yang bergerak di bidang Perkebunan kelapa sawit. Tugas Sarjana ini berjudul “Studi Awal Analisa Penggunaan Alat Pemanen Kelapa Sawit pada Pekerja PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Rambutan.”

Penulis menyadari bahwa laporan Tugas Sarjana ini masih jauh dari kesempurnaan, penulis selalu terbuka untuk saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak untuk kesempurnaan tulisan ini ke depan.

Medan, Juli 2012

(6)

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam penulisan Tugas Sarjana ini penulis telah mendapatkan bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, baik berupa materil, spiritual, informasi maupun administrasi. Oleh karena itu sudah selayaknya penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE selaku pembimbing I dan Ibu Dr. Eng. Listiani Nurul Huda, MT selaku pembimbing II dalam melaksanakan Tugas Akhir yang telah memberikan banyak waktu untuk membimbing, mengarahkan dan memberikan masukan serta memberikan motivasi berharga selama penyelesaian laporan Tugas Sarjana ini.

Kepada Bapak Ir. Poerwanto, MSc selaku dosen wali dari penulis yang selalu memberi bimbingan dalam pelaksanaan perkuliahan, kepada Ibu Ketua Departemen Teknik Industri Ir. Khawarita Siregar, MT, kepada seluruh Dosen dan Pegawai Departemen Teknik Industri Universitas Sumatera Utara.

Kepada bapak Asisten Kepala H.Dhani. DS. H.SB. SP.MM, bapak Kariadi, bapak Supriadi dan Bapak Hermanto selaku pembimbing penulis dilapangan. Terima kasih juga kepada seluruh rekan rekan dan semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Semoga segala amal baik mendapatkan pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT. Semoga Tugas Sarjana ini bermanfaat bagi kita semua.

(7)

DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xxii

ABSTRAK ... xxiii

I PENDAHULUAN

(8)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan ... II-1 2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha... II-2 2.3. Organisasi dan Manajemen ... II-3 2.3.1. Struktur Organisasi ... II-3 2.3.2. Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab... II-4 2.3.3. Tenaga Kerja dan Jam Kerja ... II-11 2.4. Proses Pemanenan ... II-12

III LANDASAN TEORI

(9)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

3.6.2. Penggunaan Distribusi Normal dan Perhitungan

Persentil ... III-26 3.5.3. Alat Ukur Tubuh “Martin” Model YM-1 ... III-27 3.6. Perancangan ... III-29 3.7. Alat Panen Kelapa Sawit ... III-30 3.7.1. Alat Panen Kelapa Sawit Manual ... III-30 3.7.2. Alat Panen Kelapa Sawit Semi Otomatis ... III-32

IV METODOLOGI PENELITIAN

(10)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

4.9.3. Teknik Sampling yang Digunakan ... IV-6 4.10. Pengolahan Data ... IV-7 4.11. Analisis Pemecahan Masalah ... IV-8 4.12. Kesimpulan dan Saran ... IV-8

V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Pengumpulan Data ... V-1 5.1.1. Data Keluhan Musculosceletal ... V-1 5.1.2. Elemen Kegiatan pada Kondisi Aktual... V-5 5.1.3. Data Kuisioner ... V-8 5.1.4. Data Pemanenan TBS Kelapa Sawit

Menggunakan Egrek ... III-10 5.1.5. Data Dimensi Tubuh Operator... III-10 5.2. Pengolahan Data ... V-11

5.2.1. Penentuan Modus Keluhan berdasarkan

kuisioner SNQ ... V-11 5.2.1.1. Perhitungan Persentase Keluhan

(11)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

5.2.3. Fluktuasi Kinerja ... V-30 5.2.4. Uji Koefisiensi Korelasi ... V-32 5.2.5. Perhitungan Data Antrophometri ... V-34

5.2.5.1. Penentuan Nilai Rata-rata, Standart Deviasi

Minimun dan Maximum... V-34 5.2.5.2. Uji Keseragaman Data Antrophometri ... V-36 5.2.5.3. Uji Kecukupan Data Antrophometri ... V-38 5.2.5.4. Uji Kenormalan Data Antrophometri ... V-39 5.2.5.5. Perhitungan Persentil... V-42 5.2.5.6. Prinsip Perancangan Data Antrophometri ... V-43

VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

(12)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

VII KESIMPULAN SARAN

7.1. Kesimpulan ... VII-1 7.2. Saran ... VII-5

(13)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

2.1. Jumlah Tenaga Kerja PTPN III Kebun Rambutan ... II-11 3.1. Penilaian Observer QEC ... III-14 3.2. Penilaian Pekerja QEC ... III-14 3.3 Penilaian Skor QEC ... III-16 3.4. Nilai Level Tindakan QEC ... III-17 3.5. Kuisioner SNQ ... III-17 3.6. Macam Persentil dan Cara Perhitungan dalam Distribusi Normal .. III-27 3.7. Alat Panen Kelapa Sawit dan Pemakaiannya ... III-30 3.8. Alat Panen Kelapa Sawit Semi Otomatis ... III-33 3.9. Kelebihan dan Kekurangan Alat Panen Kelapa Sawit ... III-34 5.1. Data Hasil Rekapitulasi Bobot Standard Nordic Questionnaire ... V-3 5.2. Rekapitulai Kuesioner Egrek ... V-9 5.3. Data Pemanenan TBS Kelapa Sawit ... V-10 5.4. Rekapitulasi Data Pemanenan TBS Kelapa Sawit ... V-10 5.5 Dimensi Tubuh Operator pada PTPN III Kebun Rambutan ... V-11 5.6 Kuisioner QEC Kegiatan Memotong Pelepah Kelapa Sawit ... V-15 5.7. Penilaian Skor QEC pada Kegiatan Memotong Pelepah

(14)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

5.10. Penilaian Skor QEC pada Kegiatan Memotong Pelepah

Kelapa Sawit ... V-20 5.11. Nilai Level Tindakan QEC ... V-21 5.12 Kuisioner QEC Kegiatan Meletakkan Egrek ... V-23 5.13. Penilaian Skor QEC pada Kegiatan Meletakkan Egrek ... V-24 5.14. Nilai Level Tindakan QEC ... V-25 5.15. Kuisioner QEC Kegiatan Memindahkan Pelepah Kelapa Sawit ... V-27 5.16. Penilaian Skor QEC pada Kegiatan Memindahkan Pelepah

Kelapa Sawit ... V-28 5.17. Nilai Level Tindakan QEC ... V-29 5.18. Rekapitulasi Penilaian Postur Kerja Dengan Metode QEC ... V-30 5.19. Waktu Kinerja Pekerja Pemanenan TBS Kelapa Sawit dalam

Bentuk Persentasi ... V-30 5.20. Rekapitulasi Faktpr Ketinggian, Jumlah Buah dan Pelepah Dalam

Pemanenan terhadap Keluhan MSDs ... V-33 5.21. Nilai Korelasi Faktor Ketinggian, Jumlah Buah dan Pelepah dalam

Pemanenan terhadap Keluhan MSDs ... V-33

5.22. Hasil Perhitungan X,σ, Xmin dan Xmax pada Dimensi

(15)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

5.23. Hasil Perhitungan Uji Keseragaman Data Anthropometri ... V-37 5.24. Hasil Rekapitulasi Perhitungan Uji Kecukupan Data Antrophometri V-39 5.25. Hasil Uji Kenormalan Data dengan Kolmogorof-Smirnov pada

Dimensi Genggaman Tangan ... V-42 5.26. Hasil Perhitungan Uji Kolmogorof-Smirnov pada Dimensi Genggaman

(16)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

2.1. Struktur Organisasi PTPN III Kebun Rambutan ... II-4 2.2. Blok Diagram Tahapan Pemanenan Tandan Buah Segar (TBS)

(17)

DAFTAR GAMBAR (LANJUTAN)

GAMBAR HALAMAN

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

(19)

ABSTRAK

PT. Perkebunan Nusantara III merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dibidang perkebunan khususnya perkebunan karet dan kelapa sawit. aktifitas terpenting dalam perusahaan perkebunan adalah proses pemanenan. Dalam pemanenan Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit digunakan alat panen berupa egrek, egrek merupakan alat panen TBS kelapa sawit dengan pisau berbentuk sabit yang disambungkan dengan galah dengan panjang 6 sampai 12 meter. Egrek digunakan pada tanaman kelapa sawit berumur lebih dari 8 tahun atau tanaman mencapai tinggi diatas 3 m. Alat pemanen buah sawit seperti egrek masih menggunakan metode manual dengan menggunakan tenaga manusia dalam pengoperasiannya. Dalam perkembangannya alat ini sangat diperhatikan dalam proses pemotongan tandan buah yang mana sangat membantu dan mempermudah dalam proses pemanenan buah sawit. Aktifitas pemanenan yang dilakukan menggunakan dengan pohon sawit yang tinggi beresiko untuk menyebabkan keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs).

Dari hasil pengamatan pendahuluan, operator pemanenan kelapa sawit mengalami keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada tubuh bagian atas seperti bahu, leher dan tangan. oleh karena itu perlu dilakukan pengkajian faktor-faktor yang menimbulkan resiko MSDs. kusioner SNQ digunakan untuk melihat keluhan MSDs yang terjadi pada operator dan postur kerja dilihat dengan metode The Quick Exposure Check (QEC). Operator pemanenan yang di teliti sebanyak 13 operator pemanenan yang menggunakan egrek sebagai alat panen TBS kelapa sawit.

Dari hasil penilaian QEC pada elemen kegiatan memotong pelepah kelapa sawit terdapat penilaian tindakan dalam waktu dekat (67%), pada elemen kegiatan memotong buah kelapa sawit terdapat penilaian tindakan dalam waktu dekat (61%), pada elemen kegiatan meletakkan egrek terdapat penilaian tindakan dalam waktu dekat (62%) dan pada elemen kegiatan memindahkan pelepah kelapa sawit terdapat penilaian tindakan aman (40%). aktifitas persentasi work dari pekerja 1 sebesar 43% dengan idle 57 %, pekerja 2 work sebesar 56% dengan idle 44% dan pekerja 3 work sebesar 44% dengan idle 56%. Ini menunjukkan bahwa terdapat perubahan kinerja yang terjadi di setiap pekerja yang mana sebagian besar dari pekerja memiliki aktifitas idle yang besar. Semakin besar MSDs maka aktifitas work semakin kecil. keluhan MSDs yang terbanyak terjadi pada tubuh bagian atas pada bagian bahu, leher bagian atas dan dan tubuh bagian bawah seperti betis dan kaki. Jika pekerjaan ini dilakukan secara terus menerus dan secara berulang ulang (repetitif) maka akan menimbulkan cidera otot.

(20)

ABSTRAK

PT. Perkebunan Nusantara III merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dibidang perkebunan khususnya perkebunan karet dan kelapa sawit. aktifitas terpenting dalam perusahaan perkebunan adalah proses pemanenan. Dalam pemanenan Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit digunakan alat panen berupa egrek, egrek merupakan alat panen TBS kelapa sawit dengan pisau berbentuk sabit yang disambungkan dengan galah dengan panjang 6 sampai 12 meter. Egrek digunakan pada tanaman kelapa sawit berumur lebih dari 8 tahun atau tanaman mencapai tinggi diatas 3 m. Alat pemanen buah sawit seperti egrek masih menggunakan metode manual dengan menggunakan tenaga manusia dalam pengoperasiannya. Dalam perkembangannya alat ini sangat diperhatikan dalam proses pemotongan tandan buah yang mana sangat membantu dan mempermudah dalam proses pemanenan buah sawit. Aktifitas pemanenan yang dilakukan menggunakan dengan pohon sawit yang tinggi beresiko untuk menyebabkan keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs).

Dari hasil pengamatan pendahuluan, operator pemanenan kelapa sawit mengalami keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada tubuh bagian atas seperti bahu, leher dan tangan. oleh karena itu perlu dilakukan pengkajian faktor-faktor yang menimbulkan resiko MSDs. kusioner SNQ digunakan untuk melihat keluhan MSDs yang terjadi pada operator dan postur kerja dilihat dengan metode The Quick Exposure Check (QEC). Operator pemanenan yang di teliti sebanyak 13 operator pemanenan yang menggunakan egrek sebagai alat panen TBS kelapa sawit.

Dari hasil penilaian QEC pada elemen kegiatan memotong pelepah kelapa sawit terdapat penilaian tindakan dalam waktu dekat (67%), pada elemen kegiatan memotong buah kelapa sawit terdapat penilaian tindakan dalam waktu dekat (61%), pada elemen kegiatan meletakkan egrek terdapat penilaian tindakan dalam waktu dekat (62%) dan pada elemen kegiatan memindahkan pelepah kelapa sawit terdapat penilaian tindakan aman (40%). aktifitas persentasi work dari pekerja 1 sebesar 43% dengan idle 57 %, pekerja 2 work sebesar 56% dengan idle 44% dan pekerja 3 work sebesar 44% dengan idle 56%. Ini menunjukkan bahwa terdapat perubahan kinerja yang terjadi di setiap pekerja yang mana sebagian besar dari pekerja memiliki aktifitas idle yang besar. Semakin besar MSDs maka aktifitas work semakin kecil. keluhan MSDs yang terbanyak terjadi pada tubuh bagian atas pada bagian bahu, leher bagian atas dan dan tubuh bagian bawah seperti betis dan kaki. Jika pekerjaan ini dilakukan secara terus menerus dan secara berulang ulang (repetitif) maka akan menimbulkan cidera otot.

(21)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pemanenan Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit digunakan dua alat panen yaitu berupa egrek dan dodos. Pada penelitian ini pengamatan dilakukan pada penggunaan egrek sedangkan dodos dibahas pada penelitian yang lain. Egrek digunakan pada tanaman kelapa sawit berumur lebih dari 8 tahun atau tanaman mencapai tinggi diatas 3 meter dengan pisau berbentuk sabit yang disambungkan dengan galah dengan panjang 6 sampai 12 meter sedangkan dodos digunakan pada pemanenan kelapa sawit umur dibawah 8 tahun dengan bentuk pisau berbentuk kapak dengan tinggi pohon maksimal 3 meter. Dalam perkembangannya alat ini sangat diperhatikan guna membantu proses pemotongan tandan buah dan mempermudah proses pemanenan buah sawit. Egrek yang digunakan pada saat ini umumnya masih manual dengan menggunakan tenaga manusia dalam pengoperasiannya. Dalam perkembangannya egrek dalam panen kelapa sawit sudah ada yang berbentuk semi otomatis namun terdapat kendala pada pohon kelapa sawit yang memiliki tinggi diatas 6 meter. Aktifitas pemanenan menggunakan egrek manual dilakukan secara berulang dengan pohon sawit yang tinggi memiliki resiko untuk menyebabkan keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs).

(22)

dan Suwandi Raharjo pada PT. X di Sumatera Selatan tahun 2008. Perusahaan yang diamati bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit. Pada penelitian ini digunakan metode REBA (Rapid Entire Body Assesment) untuk menilai tingkat resiko ergonomi pekerjaan pemanenan dan hubungannya dengan Musculoskeletal Disorders (MSDs). Dari hasil penelitian dengan metode REBA didapatkan dengan skor 8 sampai 10 atau resiko tinggi yang memerlukan tindakan perbaikan segera.

Pada penelitian ini proses pemanenan yang diamati pada PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Rambutan. Proses pemanenan Tandan Buah Segar (TBS) menggunakan egrek dilakukan atas beberapa tahap mulai dari memotong pelepah, mengegrek Tandan Buah Segar (TBS) yang matang, memindahkan pelepah yang sudah di potong. Hal ini di sebabkan karena pekerja melakukan proses pemanenan dengan egrek secara berulang-ulang dari pukul 07.00 pagi hingga pukul 13.00 siang dengan berat egrek 7 sampai 10 Kg, hal ini menyebabkan kontraksi pada otot lengan bagian atas yang menyebabkan gerakan statis. Gerakan statis yang berulang-ulang ini menyebabkan keluhan MSDs. Dari pengamatan awal diperoleh terdapat keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada bagian tubuh bagian atas seperti bahu, leher dan tangan.

(23)

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang dilakukan adalah para pekerja yang menggunaan alat egrek yang memiliki berat 7 sampai 10 kg dan panjang 6 sampai 12 meter digunakan oleh seluruh pekerja pemanenan kelapa sawit dengan sikap kerja yang dilakukan secara berulang ulang beresiko mengalami Musculoskeletal Disorders (MSDs), sehingga perlu dilakukan studi untuk memperbaiki desain egrek agar mengefisiensikan pekerja pemanenan kelapa sawit dan keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) dapat di reduksi.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah

1. Menganalisa postur kerja pada pemanenan kelapa sawit menggunakan egrek dengan pendekatan ergonomi.

2. Melakukan usulan perbaikan desain egrek yang digunakan oleh pemanen kelapa sawit.

1.4. Asumsi dan Batasan Masalah

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: 1. Operator yang akan diamati dalam penelitian sudah berpengalaman dalam

pekerjaanya mengegrek kelapa sawit.

(24)

Penelitian dilakukan dalam batasan-batasan tertentu antara lain: 1. Penelitian dilakukan pada lahan kelapa sawit PT. Perkebunan Nusantara

III Kebun Rambutan.

2. Operator yang diteliti adalah operator bagian pemanenan kelapa sawit yang menggunakan egrek

3. Penelitian yang dilakukan pada Afdeling I PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Rambutan.

4. Adanya keterbatasan waktu penelitian maka data antrophometri usulan perbaikan yang dilakukan hanya menggunakan data laboratorium ergonomi. Data actual pekerja pemanen TBS akan digunakan pada penelitian selanjutnya.

5. Posisi tubuh terhadap beban tidak dihitung dalam laporan ini

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Meningkatkan kemampuan bagi mahasiswa dalam menerapkan teori dan metode ilmiah yang diperoleh selama mengikuti perkuliahan dengan mengaplikasikannya di lapangan.

(25)

3. Mempererat kerjasama antara perusahaan dengan Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik USU dan sebagai tambahan informasi yang dapat digunakan untuk perkembangan ilmu pengetahuan.

1.6. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan tugas sarjana ini akan disajikan dalam beberapa bab sebagai berikut:

Dalam bab I akan diuraikan mengenai kondisi yang terjadi pada PT. Perkebunan Nusantara III yang berupa latar belakang permasalahan yang berisi permasalahan yang terdapat pada perusahaan yang di teliti, rumusan permasalahan, tujuan dari penelitian, manfaat dari penelitian, batasan dan asumsi yang digunakan, serta sistematika penulisan tugas akhir.

Dalam bab II akan diuraikan gambaran singkat tentang sejarah perusahaan PT. Perkebunan Nusantara III serta proses produksi dan mesin-mesin yang digunakan.

Dalam bab III akan diuraikan mengenai teori-teori yang berkenaan dengan postur kerja menggunakan QEC, antrophometri, SNQ yang digunakan dalan mengetahui keluhan pada operator dan yang berkenaan dengan perancangan alat.

(26)

Bab V memuat data-data hasil penelitian yang diperoleh dari hasil pengamatan dan pengukuran yang dilakukan di lapangan sebagai bahan untuk melakukan pengolahan data yang digunakan sebagai dasar pada pemecahan masalah.

Bab VI memuat analisis dan pembahasan hasil dari pengolahan data mengenai rancangan alat panen kelapa sawit.

(27)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

Kebun Rambutan merupakan salah satu unit PTPN III Medan – Sumatera Utara, yang bergerak dalam usaha Perkebunan Karet dan Kelapa Sawit, serta mempunyai pabrik pengolahan Lateks Pekat dan dari sisa Lateks Pekat didapat produk yang masih mempunyai nilai jual yaitu Block Skim Rubber (BSR) dimana produk Lateks diolah di kebun sendiri. Kebun Rambutan berasal dari perkebunan milik Maatscappay Hindia Belanda di bawah naungan NV RCMA (Rubber Culltur Maatscappay Amsterdam) yang pada tahun 1958 dinasionalisasikan menjadi PPN baru cabang Sumatera Utara.

(28)

Batu Bara. Sedangkan dari daerah Lubuk Pakam ± 31 Km, dan dari pusat Kota Tebing Tinggi ± 2 Km. Secara umum Kebun Rambutan berada pada ketinggian 18 m dari permukaan laut, dan bertofografi datar yang didominasi oleh jenis tanah podsolik merah kuning, Aluvial dan hidromorfik kelabu. curah hujan per tahun 1.300 - 2.100 mm, dan bulan basah ± 8 bulan serta bulan kering ± 4 bulan.

PTPN III Kebun Rambutan juga memiliki kesesuaian dokumen kepada konsumen dengan konsisten mengimplementasikan ISO.9002 (Manajemen Mutu) dan ISO 14000 (Manajemen Lingkungan), sehingga menghasikan produk-produk bermutu tinggi serta ramah linggkungan, disamping itu manajemen juga mempunyai komitmen yang tinggi terhadap keselamatan kerja karyawan dengan mengimplementasikan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) secara konsisten. Tanggung jawab PTPN III Kebun Rambutan mempunyai manajemen yang telah menyalurkan sebagian labanya untuk dana kemitraan dan bina

lingkungan Comunity Development (CD) kepada masyarakat sekitar. Kemudian dalam rangka mewujudkan manusia yang sejahtera.

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

Pada PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Rambutan terdiri Kebun kelapa sawit dan karet dari mulai tanam, perawatan sampai pemanenan dengan hasil:

(29)

2.3. Organisasi dan Manajemen 2.3.1. Struktur Organisasi

Untuk menjalankan kegiatannya, PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Rambutan menggunakan struktur organisasi yang disusun sedemikian rupa sehingga jelas terlihat batasan- batasan tugas, wewenang dan tanggung jawab dari setiap personil dalam organisasi tersebut. Dengan demikian diharapkan adanya suatu kejelasan arah dan koordinasi untuk mencapai tujuan perusahaan dan masing-masing pegawai mengetahui dengan jelas darimana mendapatkan perintah dan kepada siapa harus bertanggung jawab atas hasil kerjanya.

Struktur organisasi yang dianut perusahaan ini adalah struktur organisasi lini atau garis. PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Rambutan membuat pembagian tugas berdasarkan jenis pekerjaan atau fungsi, dimana kegiatan-kegiatan yang sejenis atau fungsi-fungsi manajemen yang sama dikelompokkan ke dalam satu kelompok kerja. Tugas, wewenang dan tanggung jawab berjalan vertikal menurut garis lurus mulai dari pimpinan tertinggi sampai pada bawahan masing-masing.

(30)

Gambar 2.1. Struktur Organisasi PTPN III Kebun Rambutan

Struktur organisasi yang dianut perusahaan ini adalah struktur organisasi lini atau garis, hal ini dapat dilihat dari beberapa posisi seperti Askep, Papam, APK, KTU, Ast. Pengolahan dan Asisten Teknik bertanggung jawab penuh terhadap tugasnya yang dipertanggungjawabkan kepada Manager.

2.3.2. Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab

Tugas dan tanggung jawab dari berbagai jabatan yang terdapat dalam struktur organisasi dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Manajer

Tugas dan tanggung jawab Manajer yaitu:

a. Mengkoordinasikan penyusunan rencana anggaran belanja perusahaan

b. Menandatangani dan mengecek dokumen, formulir dan laporan sesuai dengan sistem prosedur yang berlaku.

c. Mengarahkan kegiatan-kegiatan kepada Asisten. d. Melaporkan data serta kegiatan yang ada ke Direksi.

Manager

Askep B Askep A

Ast. Peng/ Lab APK

Papam KTU Ast. Teknik Ast.

Tanaman

(31)

e Menyusun dan melaksanakan kebijakan umum perkebunan sesuai dengan norma pedoman dan instruksi dari pimpinan umum.

f. Menelaah dan mendisposisi surat-surat masuk untuk penyelesaian selanjutnya. g. Membina dan meningkatkan kesejahteraan sosial karyawan.

h. Membina suasana kekeluargaan dan kerja sama yang baik antara asisten, karyawan dan warga serta memelihara keamanan.

i. Membina dan mengawasi serta mempertanggung jawabkan jalannya koperasi.

2. Asisten Kepala (Askep)

Untuk wewenang Askep A dan Askep B berdasarkan luas wilayah yang dibagi menjadi wilayah A dan Wilayah B.

Tugas dan tanggung jawab Asisten Kepala yaitu a. Menerima perintah dan tanggung jawab Manajer.

b. Mengkoordinasi perencanaan dan pelaksanaan kegiatan Asisten. c. Melaporkan data serta kegiatan produksi pada Manajer.

d. Mengawasi kegiatan-kegiatan Asisten.

e. Mengajukan saran dan usulan untuk meningkatkan efesiensi pabrik

3. Asisten Pengolahan

Tugas dan tanggung jawab Asisten Pengolahan yaitu :

(32)

b. Membuat rencana pemakaian tenaga kerja, peralatan dan bahan-bahan kimia yang digunakan pada proses pengolahan sesuai dengan RKAP (Rencana Kerja Anggaran Pendapatan) dan penjabarannya ke RKO (Rencana Kerja Operasional).

c. Berusaha agar proses pengolahan dilakukan dipengolahan lateks pekat dan BSR efektif dan efisiensi supaya produktifitas dapat tercapai.

d. Mempersiapkan agenda meeting yang berhubungan dengan proses pengolahan seperti produksi, tenaga kerja, peralatan, bahan-bahan kimia yang digunakan.

e. Mengendalikan proses pengolahan sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan.

f. Pengawasan barang-barang yang dipasok pelanggan jangan sampai hilang atau rusak.

g. Melakukan pengawasan terhadap identifikasi dan mampu telusur yang berhubungan dengan proses pengolahan sampai pada final produk di gudang. h. Melakukan adjustment sesuai dengan data-data yang telah diberikan oleh

Asisten Laboratorium.

i. Melakukan pengawasan terhadap jumlah bahan baku yang diterima serta produksi yang dikirim.

(33)

k. Mengawasi dan mengevaluasi stock produksi yang ada di gudang atau storage tank

l. Mengendalikan catatan mutu termasuk identifikasi, pengarsipan, pemeliharaan sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan.

m. Mengorganisasi audite diproses pengolahan sehingga Instruksi Kerja (IK) dapat dilaksanakan secara efektif.

n. Bertanggung jawab kebersihan terhadapa seluruh lingkungan pabrik.

o. Bertanggung jawab terhadap pencapaian target produksi sesuai bahan baku yang diterima.

p. Melakukan tindakan perbaikan pencegahan yang tidak sesuai yang ditentukan dalam IK.

q. Menandatangani dan mengevaluasi check sheet dalam proses pengolahan. r. Membuat laporan manajemen pengolahan.

s. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan untuk semua Mandor di proses pengolahan.

4. Asisten Tata Usaha dan Personalia

Tugas dan tanggung jawab Asisten Tata Usaha dan Personalia yaitu : a. Mengkoordinir pekerjaan bidang personalia, umum, jamsostek/dapenbun dan

bidang Laporan Peristiwa Masalah Umum (LPMU)/kependudukan.

(34)

c. Menjamin bahwa semua akt ifitas-aktifitas pelatihan dengan prosedur mutu dan catatan mutu yang telah didokumentasikan dan diterapkan sampai dengan efektif.

d. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan untuk semua personil yang ada di bagian personalia.

e. Mempersiapkan daftar program pelatihan untuk semua personil.

f. Mengkoordinir pelatihan termasuk fasilitas yang dilatih, pelatih dan mampu mempersiapkan materi pelatihan yang diterima pada bagian terkait.

g. Menyusun schedule tanggal pelatihan untuk disampaikan ke bagian terkait. h. Menjamin bahwa daftar hadir pelatihan, identifikasi kebutuhan pelatihan,

sertifikat dan catatan-catatan mutu lainnya yang berhubungan dengan akifitas-aktifitas pelatihan dipelihara dan disimpan dengan baik di bagian personalia. i. Membuat laporan bulanan pelatihan.

j. Melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan bila ada masalah yang berhubungan dengan personalia dan umum dengan persetujuan manajer.

k. Mengkoordinir pekerjaan bidang administrasi dan keuangan. l. Mengkoordinir proses pembukuan untuk laporan bulanan.

m. Mengkoordinir proses pembuatan RKAP/RKO bekerjasama dengan bagian terkait.

n. Melaksanakan evaluasi bulanan, semester dan tahunan.

o. Melaksanakan dan mengawasi proses permintaan barang, penyimpanan barang dan pengeluaran barang dari gudang.

(35)

q. Melaksanakan dan mengawasi proses financial. r. Bertanggung jawab kepada Manajer.

5. Asisten Teknik

Tugas dan tanggung jawab Asisten Teknik yaitu :

a. Menerapkan kepada personil yang ada di bawah naungan teknik, bahwa kebijakan mutu dimengerti/dipahami oleh seluruh karyawan bagian Teknik b. Menjamin bahwa semua aktivitas yang dilakukan di bagian teknik sesuai

dengan prosedur mutu dan catatan mutu.

c. Mempersiapkan agenda meeting untuk tinjauan manajemen yang berhubungan dengan problem-problem Teknik

d. Mengajukan permintaan bahan-bahan alat/mesin untuk kepentingan Teknik sesuai perencanaan yang telah dibuat.

e. Memelihara semua dokumen prosedur mutu dan catatan-catatan mutu di bagian Teknik.

f. Merencanakan semua peralatan/mesin-mesin untuk dipelihara baik secara rutin maupun break down maintenance.

g. Bertanggung jawab terhadap pemakaian spare part dan mencatatnya pada kartu onderdil.

h. Menandatangani laporan pemeliharaan rutin dan break down maintenance. i. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan terhadap semua personil yang ada pada

(36)

j. Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kalibrasi alat-alat pemeriksaan pengukuran dan alat-alat uji yang digunakan di kebun.

k. Menindaklanjuti tindakan-tindakan perbaikan yang ditemukan pada temuan internal quality audit.

6. Asisten Tanaman

Tugas dan tanggung jawab Asisten Tanaman yaitu :

a. Bertanggung jawab atas keberhasilan dan peningkatan hasil kebun.

b. Membuat laporan hasil kebun yang dipertanggung jawabkan kepada manager c. Membuat agenda untuk perawatan dan pemupukan pada kebun.

d. Memberikan instruksi dan program kerja pada mandor kebun.

7. Papam

Tugas dan tanggung jawab Papam yaitu :

a. Bertanggung jawab terhadap keamanan pabrik, kebun dan kompleks karyawan.

b. Melakukan pengawasan terhadap keamanan aset perusahaan baik dari pabrik dan kantor.

(37)

2.3.3. Tenaga Kerja dan Jam Kerja Perusahaan

Tenaga kerja pada PTPN III Kebun Rambutan pada bulan September 2009 berjumlah 1.210 orang, yang terdiri atas tenaga kerja pria dan wanita dengan tingkat pendidikan yang bervariasi dari SD, SLTP, SMU, dan Sarjana. Tenaga kerja pada perusahaan ini terdiri dari :

1. Tenaga kerja produktif langsung

Tenaga kerja produktif langsung adalah pekerja yang terlibat langsung dalam proses perawatan dan pemanenan Tandan Buah Segar (TBS) Kelapa Sawit. 2. Tenaga kerja produktif tidak langsung

Tenaga kerja produktif tidak langsung maksudnya adalah tenaga kerja yang tidak terlibat langsung dalam proses produksi. Contohnya pegawai kantor, satpam, dll.Jumlah tenaga kerja PTPN III Kebun Rambutan dapat dilihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1. Jumlah Tenaga Kerja PTPN III Kebun Rambutan

No Keterangan Jumlah (Orang)

1 Manager 1

2 Asistan Tanaman 8

3 Asisten Pengolahan 1

4 Asisten Teknik 1

5 Asisten Tata Usaha 1

6 Asisten Personalia 1

7 Manajemen Kebun dan karyawan lain 1.197

Total 1.210

Sumber : PTPN III Kebun Rambutan

(38)

pada karyawan bagian produksi dan waktu kerja karyawan pada bagian kantor dan kebun. Adapun pembagian waktu kerja tersebut adalah sebagai berikut:

a. Waktu kerja karyawan kantor

Senin – Jumat : 07.00 – 16.00 Sabtu : 07.00 – 12.00 b. Waktu kerja karyawan produksi

Untuk karyawan produksi terbagi atas 2 shift, diamana waktu kerja efektif adalah 6 hari dengan jam kerja adalah 40 jam, yaitu:

Shift I : 07.00 – 16.00 WIB Shift II : 19.00 – 07.00 WIB c. Waktu kerja karyawan kebun

Untuk karyawan kebun waktu kerja efektif adalah dari pukul 07.00-12.00 pada Pemanen Kelapa Sawit (senin-sabtu). Sedangkan untuk karyawan Penyadap Karet adalah pukul 07.00-12.00 (senin-minggu).

2.4. Proses Pemanenan

Adapun proses dari pemanenan Tandan Buah Segar (TBS) Kelapa Sawit adalah sebagai berikut:

1. Pemanen menerima pengarahan dari mandor panen

2. Memeriksa buah / TBS matang panen memberondol secara alami 3. Memotong pelepah yang ad di bawah TBS matang dengan bekas

(39)

5. Memotong tangkai TBS sependek mungkin dengan bentuk cangkep kodok / mulut ikan.

6. TBS yang beratnya > 30 kg harus di belah dua sehingga memudahkan peresapan uap pada rebusan masuk ke dalam tandan buah.

7. Memotong pelepah menjadi dua bagian dan menyusun potongan pelepah ke gawang mati sejajar dengan barisan tanaman.

8. Mengankat TBS dengan gancu dan memasukkan ke dalam angkong untuk diangkut ke TPH.

9. Mengutip semua brondolan dari piringan pokok, diluar piringan, di pasar pikul, diketiak pelepah dan memasukkan ke dalam goni untuk diangkut ke TPH.

(40)
[image:40.595.176.548.114.519.2]

Gambar 2.2. Block Diagram Tahapan Proses Pemanenan Tandan Buah Segar (TBS) Kelapa Sawit

Memeriksa Buah / TBS

Memotong tangkai TBS

Mengutip semua Brondolan dan memasukkan ke dalam goni untuk diangkut

ke TPH

Mengangkat TBS dengan gancu dan memasukkan ke dalam angkong untuk

diangkut ke TPH Memotong Pelepah

Mengegrek TBS yang matang panen

TBS yang berat > 30 kg dibelah menjadi dua bagian

(41)

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. Kelapa Sawit1

Kelapa sawit (Elaeis) adalah tumbuhan industri penting penghasil minyak

masak, minyak industri, maupun bahan bakar

menghasilkan keuntungan besar sehingga banyak hutan dan perkebunan lama dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit. Indonesia adalah penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia. Di timur

Habitat aslinya adalah daerah semak belukar. Sawit dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis (15° LU - 15° LS). Tanaman ini tumbuh sempurna di ketinggian 0-500 m dari permukaan laut dengan kelembaban 80-90%. Sawit membutuhkan iklim denga daerah yang tidak tergenang air saat hujan dan tidak kekeringan saat kemarau. Pola curah hujan tahunan memengaruhi perilaku pembungaan dan produksi buah sawit.

Kelapa sawit yang dibudidayakan terdiri dari dua jenis: E. guineensis dan E. oleifera. Jenis pertama yang terluas dibudidayakan orang. dari kedua species kelapa sawit ini memiliki keunggulan masing-masing. E. guineensis memiliki produksi yang sangat tinggi dan E. oleifera memiliki tinggi tanaman yang rendah. banyak orang sedang menyilangkan kedua species ini untuk mendapatkan species

1

(42)

yang tinggi produksi dan gampang dipanen. E. oleifera sekarang mulai dibudidayakan pula untuk menambah keanekaragaman sumber daya genetik. Penangkar seringkali melihat tipe kelapa sawit berdasarkan ketebal yang terdiri dari dura, pisifera dan tenera.

Dura merupakan sawit yang buahnya memiliki dianggap memperpendek umur mesin pengolah namun biasanya tandan buahnya besar-besar dan kandungan minyak per tandannya berkisar 18%. Pisifera buahnya tidak memiliki cangkang, sehingga tidak memiliki inti (kernel) yang menghasilkan minyak ekonomis dan bunga betinanya steril sehingga sangat jarang menghasilkan buah. Tenera adalah persilangan antara induk Dura dan jantan Pisifera. Jenis ini dianggap bibit unggul sebab melengkapi kekurangan masing-masing induk dengan sifat cangkang buah tipis namun bunga betinanya tetap fertil. Beberapa tenera unggul memiliki persentase daging per buahnya mencapai 90% dan kandungan minyak per tandannya dapat mencapai 28%.

3.2. Postur Kerja2

Perancangan area kerja dan postur kerja memiliki hubungan yang erat satu dengan yang lainnya. Pada umumnya, ketika sedang bekerja, seorang operator akan mengambil posisi berdiri atau duduk, di mana kedua posisi ini memang diizinkan bagi operator dengan menggunakan perancangan yang sesuai. Pada posisi duduk, terdapat lebih banyak pertimbangan dalam perancangan, seperti pencahayaan, kejelasan, dan sebagainya. Posisi duduk memungkinkan

2

(43)

pengurangan efek beban statis yang ditahan oleh tubuh, perbaikan sirkulasi dan peredaran darah, serta terjadinya keseimbangan dalam tubuh, di mana tubuh dapat terhindar dari faktor kelelahan (fatique). Sedangkan pada keadaan/posisi berdiri, seorang operator akan mengalami kelelahan akibat beban psikologi yang lebih besar. Berdiri pada jangka waktu tertentu, tanpa melibatkan pergerakan kaki dapat mengakibatkan penumpukan darah pada pembuluh balik yang berada pada kaki, yang pada akhirnya dapat berakibat pada timbulnya penyakit varises. Namun jika operator diizinkan untuk melakukan pergerakan pada kaki, masalah yang terjadi memiliki kemungkinan untuk diminimisasi.

Postur kerja merupakan titik penentu dalam menganalisis keefektifan dari suatu pekerjaan yang dilakukan. Apabila postur kerja yang dilakukan oleh pekerja sudah baik dan ergonomis maka dapat dipastikan hasil yang akan diperoleh oleh pekerja tersebut adalah hasil yang baik. Akan tetapi sebaliknya bila postur kerja pekerja salah atau tidak ergonomis maka pekerja tersebut akan mudah mengalami kelelahan dan dalam jangka panjang akan menimbulkan keluhan–keluhan pada bagian tubuh tertentu. Apabila pekerja mengalami kelelahan jelaslah hasil yang dilakukan pekerja tersebut juga akan mengalami penurunan dan tidak sesuai dengan yang diharapkan

(44)

Postur kerja merupakan pengaturan sikap tubuh saat bekerja. Sikap kerja yang berbeda akan menghasilkan kekuatan yang berbeda pula. Pada saat bekerja sebaiknya postur dilakukan secara alamiah sehingga dapat meminimalisasi timbulnya cedera dalam bekerja. Kenyamanan tercipta apabila pekerja telah melakukan postur kerja yang baik dan aman. Postur kerja yang baik sangat ditentukan oleh pergerakan organ tubuh saat bekerja.

Untuk itu, perlu adanya suatu penilaian terhadap suatu postur kerja pekerja untuk mengetahui sejauh mana postur ataupun sikap kerja pekerja mampu mempengaruhi produktivitas dan kesehatan fisik pekerja. Penilaian terhadap keefektifan postur kerja pekerja ini dapat dilakukan dengan berbagai metode, yaitu:

1. Ovako Working Postures Analysis system (OWAS) 2. Rapid Upper Limb Assesment (RULA)

3. Rapid Entire Body Assesment (REBA) 4. The Quick Exposure Check (QEC)

(45)

pekerjaan yang dilakukan. Masing-masing posisi kerja mempunyai pengaruh yang berbeda-beda terhadap tubuh.

Beberapa posisi yang penting untuk penerapan ergonomi di tempat kerja adalah sebagai berikut:

1. Posisi berdiri

Ukuran tubuh yang penting adalah tinggi badan berdiri, tinggi bahu, tinggi siku, tinggi pinggul dan panjang lengan.

2. Posisi duduk

Ukuran tubuh yang penting adalah tinggi duduk, panjang lengan atas, panjang lengan bawah dan tangan, jarak lekuk lutut, garis punggung, jarak lekuk lutut dan telapak kaki.

Produktivitas kerja sangat dipengaruhi oleh performansi tenaga kerjanya. Performansi tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satu di antaranya adalah postur dan sikap/gerakan kerja. Postur kerja yang tidak ergonomis akan membuat operator merasa tidak nyaman dan menimbulkan terjadinya kelelahan. Postur (posisi tubuh) yang baik adalah dasar dari tempat kerja yang ergonomis.

(46)

1. Beban yang diperkenankan, jarak angkut dan intensitas pembebanan.

2. Kondisi lingkungan kerja yaitu keadaan medan yang licin, kasar, naik turun. 3. Ketrampilan bekerja.

4. Peralatan kerja.

5. Ukuran beban yang akan diangkut. 6. Metode mengangkut yang benar.

Pekerjaan mengangkat dan mengangkut jika dilakukan dengan salah dapat menyebabkan resiko terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja semakin tinggi. Bagian tubuh yang paling paling beresiko terkena dampak dari cara mengangkat dan mengangkut yang benar yaitu tulang belakang. Hal ini tentu sangat berbahaya karena pada tulang belakang terdapat susunan syaraf yang menghubungkan syaraf sensorik dan motorik dengan pengatur syaraf pusat atau otak. Disamping itu juga terdapat resiko lain yang dapat terjadi jika proses mengangkat dan mengangkut dilakukan dengan salah. Adapun contoh kerusakan tulang belakang akibat teknik mengangkat dan mengangkut beban yang terlalu berat antara lain :

1. Over Exertion Lifting and Carrying yaitu kerusakan jaringan, tubuh yang diakibatkan oleh beban angkut yang berlebihan.

2. HNP (Hernia Nucleus Pulposus) yaitu robeknya bagian dalam dari lempeng menonjol keluar serta mungkin menekan saraf-saraf disekitarnya akibat beban angkut berlebih dan pembebanan tiba-tiba.

(47)

Faktor-faktor yang berperan dalam timbulnya nyeri dan pegal-pegal akibat kerja dapat dibagi dalam 2 golongan besar, yaitu faktor fisik/biomekanika dan faktor kimia/biokimiawi. Dari kedua faktor ini, yang lebih sering berperan ialah faktor fisik. Nyeri dan pegal-pegal akibat faktor fisik dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Stress fisik akibat tempat kerja atau peralatan yang buruk.

Kontraksi (ketegangan) otot yang berlangsung lama serta pemakaian yang berulang-ulang sering mencetuskan kelelahan otot yang berkaitan dengan menurunnya kekuatan, koordinasi dan kemampuan mempertahankan aktivitas. Perbaikan perancangan dan tempat kerja diperlukan untuk menghindarkan gerakan pinggang yang berlebihan, menghindarkan posisi yang statis baik posisi tubuh maupun posisi lengan dalam memegang sesuatu. Ini telah terbukti pada situasi kerja dimana lengan dipertahankan pada posisi yang jauh dari tubuh tanpa penopang. Keadaan ini misalnya ditemukan pada pekerja pabrik perakitan mobil, montir dan tukang listrik yang sering mengerjakan sesuatu lebih tinggi daripada kepala mereka sambil memegang peralatan yang berat.

2. Kelelahan dan nyeri akibat tempat duduk yang kurang baik.

Dapat timbul keluhan berupa nyeri pada otot gluteus (pantat), nyeri pinggang dan nyeri punggung. Sehingga perlu perbaikan perancangan kursi yang ergonomis atau sesuai dengan bentuk tubuh manusia.

3. Benturan yang terakumulasi (Cumulative trauma disorders).

(48)

dengan posisi sendi yang tidak wajar, tekanan langsung pada jari (misalnya tukang pijat), pekerjaan yang mempertahankan posisi tubuh terpaksa misalnya mengelas. Pekerjaan diatas menimbulkan akibat cedera saraf perifer akibat sikap tubuh yang abnormal pada berbagai situasi dan lingkungan kerja. Mungkin terjadi pembesaran otot atau otot justru mengecil, bergantung kepada ada tidaknya beban.

3.3. Musculosceletal 3

Tubuh manusia dilengkapi dengan sistem yang bekerja sama dan terkoordinasi dengan baik. Apabila salah satu sistem tidak bekerja maka hal tersebut akan mengancam kesehatan dan keamanan seseorang. Misalnya orang akan menarik tangannya jika menyentuh sesuatu benda yang terasa panas, dan sebagainya. Beberapa hal yang perlu dikaji dalam hal ini dalam kaitannya dengan postur kerja antara lain adalah soal sistem musculosceletal dan keluhan musculosceletal.

3.3.1. Sistem Musculosceletal

Kesatuan musculosceletal (sistem tulang dan otot) merupakan hal yang sangat esensial dalam pembentukan postur dan pergerakan yang normal. Masalah muskuloskeletal yang mengganggu keamanan dapat diakibatkan oleh keadaan seperti fraktur, osteoporosis, atropi otot, artritis atau strains dan sprains.

3

(49)

3.3.2. Keluhan Musculosceletal

Keluhan musculosceletal adalah keluhan pada bagian otot-otot skeletal yang

dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan ringan sampai keluhan yang berat. Jika otot

menerima beban statis secara berulang dalam waktu yang lama akan dapat menyebabkan

keluhan berupa kerusakan sendi, ligament, dan tendon. Keluhan musculosceletal dapat

dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

a. Keluhan sementara (reversibel), yaitu keluhan otot yang dapat terjadi pada saat otot

menerima beban statis, namun demikian masih dapat dihilangkan apabila

pembebanan dihentikan.

b. Keluhan menetap (persistent), yaitu keluhan otot yang sifatnya permanen. Artinya,

walaupun pembebanan dihentikan, namun rasa sakit pada otot masih tetap berlanjut.

Pekerjaan mengukir banyak menimbulkan sikap paksa (membungkuk atau mendongak) selama bekerja. Dengan adanya sikap paksa ini pada waktu sebelum perlakuan, mengakibatkan adanya keluhan subjektif pada sistem otot rangka (musculoskeletal).

(50)

Ada terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kelelahan otot skeletal, antara lain :

1. Peregangan otot yang berlebihan 2. Aktivitas berulang

3. Sikap kerja tidak alamiah 4. Faktor penyebab sekunder

a. Tekanan b. Getaran c. Mikroklimat 5. Penyebab kombinasi

a. Umur

b. Jenis kelamin c. Kebiasaan merokok d. Kesegaran jasmani e. Kekuatan fisik

f. Ukuran tubuh (antropometri)

(51)

produktivitas tenaga kerja semakin menurun dan dampak yang lebih jauh adalah makin seringnya terjadi kecelakaan kerja dan banyaknya keluhan atau penyakit-penyakit otot, sendi dan jaringan ikat lainnya yang sering disebut Work Related-Musculoskeletal Diseases (WMSDs).

3.4. Quick Exposure Check (QEC)4

Quick Exposure Check (QEC) adalah suatu alat untuk penilaian terhadap resiko kerja yang berhubungan dengan gangguan otot (work-related musculoskeletal disorders/WMDs) di tempat kerja. QEC menilai gangguan resiko yang terjadi pada bagian belakang punggung (back), bahu/lengan (shoulder/arm), pergelangan tangan (hand/wrist), dan leher (neck).

Alat ini mempunyai fungsi utama sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi faktor resiko untuk WMDs

2. Mengevaluasi gangguan resiko untuk daerah/bagian tubuh yang berbeda-beda.

3. Menyarankan suatu tindakan yang perlu diambil dalam rangka mengurangi gangguan resiko yang ada.

4. Mengevaluasi efektivitas dari suatu intervensi ergonomi di tempat kerja. 5. Mendidik para pemakai tentang resiko musculoskeletal di tempat kerja.

Penilaian postur kerja dengan metode QEC dilakukan dari dua sisi. Penilaian pertama didasarkan kepada penilaian pengamat (Observer’s Assesment) dengan mengisi Observer’s Assessment Checklist dan penilaian kedua didasarkan

4

(52)

kepada penilaian pekerja (Worker’s Assessment) dengan mengisi Worker’s Assessment Checklist.

Selanjutnya menghitung skor penilaian untuk masing-masing bagian tubuh yang dinilai dengan tabel skor penilaian, dan terakhir menghitung total skor penilaian sebagai skor akhir QEC untuk dinyatakan dalam empat tingkatan/level tindakan. Dari kategori tindakan yang didapat, akan dilakukan pengevaluasian terhadap postur kerja, serta langkah-langkah yang harus diambil jika ternyata hasil penilaian mennjukkan adanya tingkat resiko yang tinggi pada postur kerja bersangkutan. Hal yang dapat dilakukan adalah dengan merancang ulang stasiun dan metode kerja.

Penilaian dengan metode QEC memiliki beberapa keuntungan dan juga beberapa kekurangan. Keuntungan yang diperoleh dari penggunaan metode ini adalah:

1. Dapat mencakup sejumlah besar faktor fisik terhadap pekerjaan yang memiliki resiko gangguan otot.

2. Mempertimbangkan kebutuhan dari pengguna dan dapat digunakan oleh pengguna yang belum berpengalaman.

3. Mempertimbangkan kombinasi dan interaksi dari faktor resiko terhadap pekerjaan dengan banyak stasiun kerja.

(53)

% 100 Xmax (%)

E = X x

Selain keuntungan di atas, QEC juga memiliki beberapa kekurangan. Di antaranya adalah:

1. Metode ini hanya berfokus kepada faktor-faktor tempat kerja fisik.

2. Skor penilaian antara hipotesis dengan tingkat tindakan yang disarankan perlu divalidasi lebih lanjut.

3. Pelatihan tambahan mungkin diperlukan untuk pengguna pemula sebagai peningkatan penilaian reliabilitas.

Exposure Level (E) dihitung berdasarkan persentase antara total skor actual exposure (X) dengan total skor maksimum (Xmax) yaitu:

Dimana :

X = total skor yang diperoleh dari penilaian terhadap postur (punggung + bahu/lengan + pergelangan tangan + leher + vibrasi + visual + langkah + stres).

Xmax = total skor maksimum postur kerja (punggung + bahu/lengan + pergelangan tangan + leher).

(54)
[image:54.595.98.527.174.638.2]

menggunakan Quick Exposure Check (QEC) dapat dilihat pada Tabel 3.1, 3.2, 3.3, dan 3.4.

Tabel 3.1. Penilaian Observer QEC F

Faakkttoor r KKoodde e 11 2 2 3 3 B

Beellaakkaanngg ((bbaacckk)) A A HHaammppiirr n neettrraall

B

Beerrppuuttaarr aattaauu b

beennggkkookk sseeddiikkiitt

C

Ceennddeerruunngg b

beerrppuuttaarr aattaauu b

beennggkkookk F

Frreekkuueennssii p

peerrggeerraakkaann bbaaggiiaann b

beellaakkaanngg

B

B ≤≤3 3 //mmnntt KKiirraa--kkiirraa 88//mmnntt ≥≥1212//mmnntt

T

Tiinnggggii ttuuggaass C C PaPaddaa aattaauu s

seettiinnggggii p

piinnggggaanngg S

Seettiinnggggii ddaaddaa SeSettiinnggggii bbaahhuu

G

Geerraakkaann b

baahhuu//lleennggaann

D

D SeSesseekkaallii RReegguulleerr//tteerraattuurr d

deennggaann jjeeddaa

H

Haammppiirr kkoonnttiinnuu

P Poossttuurr p

peerrggeellaannggaann t

taannggaann//ttaannggaann

E

E HHaammppiirr l luurruuss

B

Beennggkkookk//bbeerrppuuttaarr

P

Peerrggeerraakkaann p

peerrggeellaannggaann

F

F ≤≤1010 mmnntt 1111--2200 mmnntt >2>200 mmnntt

P

Poossttuurr lleehheerr G G HHaammppiirr n neettrraall

K

Kaaddaanngg--kkaaddaanngg b

beennggkkoo//bbeerrppuuttaarr s

seeccaarraa bbeerrlleebbiihhaann p

paaddaa kkeeppaallaa//lleehheerr B

Beennggkkookk//bbeerrppuuttaarr s

seeccaarraa bbeerrlleebbiihhaann p

paaddaa kkeeppaallaa//lleehheerr

Tabel 3.2. Penilaian Pekerja QEC F

Faakkttoorr KKoodde e 1 1 22 33 4 4 B

Beebbaann A A << 55 kkgg 6 6 -- 1100 kkgg 1111 -- 2200 kkgg >2>200 kkgg D

Duurraassii BB << 22 jjaamm 2 2 –– 44 jjaamm >> 44 jjaamm

(55)

F

Faakkttoorr KKoodde e 1 1 22 33 4 4

K

Keekkuuaattaann t

taannggaann

C

C << 11 kkgg 1 1 -- 44 kkgg >> 44 kkgg

V

Viibbrraassii D D TiTiddaakk a

addaa//kkeecciill S

Seeddaanngg TiTinnggggii

V

Viissuuaall E E TiTiddaakk d

diippeerrlluukkaann D

Diippeerrlluukkaann u

unnttuukk m meelliihhaatt

d deettaaiill L

Laannggkkaahh F F TiTiddaakk s suussaahh

K Kaaddaanngg-

-k kaaddaanngg

s suussaahh

L Leebbiihh s seerriinngg

s suussaahh T

Tiinnggkkaatt s

sttrreessss

G

G TiTiddaakk aaddaa KeKecciill SSeeddaanngg TiTinnggggii

Penilaian skor QEC adalah dengan cara menghubungkan penilaian terhadap pekerja dan penilaian terhadap pengamat untuk mendapatkan penilaian pada bagian tubuh punggung, lengan, pergelangan tangan, dan leher. Kemudian terdapat penilaian terhadap getaran, langkah, penglihatan dan tingkat stres.

Contoh:

Pada kuisioner QEC untuk penilaian pengamat diperoleh untuk postur punggung yaitu A3 dengan kategori sangat bengkok kemudian pada penilaian pekerja diperoleh untuk beban pengangkatan yang dilakukan secara manual yaitu H3 dengan kategori sangat berat. Maka pada tabel isian QEC akan diperoleh nilai 10.

(56)
[image:56.595.168.457.284.724.2]

Tabel 3.3. Penilaian Skor QEC

Gambar 3.1. Tabel Penilaian Skor QEC A1 A2 A3

H1 2 4 6

H2 4 6 8

(57)
[image:57.595.91.517.473.686.2]

Tabel 3.4. Nilai Level Tindakan QEC Persentase

Skor

Total Skor Exposure

Level Tindakan

Tindakan

0-40% 32-70 1 Aman

41-50% 71-88 2 Diperlukan beberapa waktu ke

depan

51-70% 89-123 3 Tindakan dalam waktu dekat

71-100% 124-176 4 Tindakan sekarang juga

3.5. Standard Nordic Questionnaire (SNQ)5

Standard Nordic Quitionnaire (SNQ) adalah suatu kuisioner untuk menilai keluhan musculoskeletal para pekerja yang terdiri dari 27 keluhan di seluruh tubuh dengan kategori Tidak Sakit (TS), Agak Sakit (AS), Sakit (S), dan Sangat Sakit (SS). Adapun tabel kuisioner SNQ dapat dilihat pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5. Kuisioner SNQ

No Jenis Keluhan

Keterangan Tidak

Sakit

Agak

Sakit Sakit

Sangat Sakit 0 Sakit kaku di bagian leher bagian atas

1 Sakit kaku di bagian leher bagian bawah 2 Sakit di bahu kiri

3 Sakit di bahu kanan 4 Sakit lengan atas kiri

5

(58)

Tabel 3.5. Kuisioner SNQ (Lanjutan)

No Jenis Keluhan

Keterangan Tidak

Sakit

Agak

Sakit Sakit

Sangat Sakit 5 Sakit di punggung

6 Sakit lengan atas kanan 7 Sakit pada pinggang 8 Sakit pada bokong 9 Sakit pada pantat 10 Sakit pada siku kiri 11 Sakit pada siku kanan

12 Sakit pada lengan bawah kiri 13 Sakit pada lengan bawah kanan 14 Sakit pada pergelangan tangan kiri 15 Sakit pada pergelangan tangan kanan 16 Sakit pada tangan kiri

17 Sakit pada tangan kanan 18 Sakit pada paha kiri 19 Sakit pada paha kanan 20 Sakit pada lutut kiri 21 Sakit pada lutut kanan 22 Sakit pada betis kiri 23 Sakit pada betis kanan

(59)

Tabel 3.5. Kuisioner SNQ (Lanjutan)

No Jenis Keluhan

Keterangan Tidak

Sakit

Agak

Sakit Sakit

Sangat Sakit 25 Sakit pada pergelangan kaki kanan

26 Sakit pada kaki kiri 27 Sakit pada kaki kanan

[image:59.595.231.393.369.726.2]

Adapun gambar identifikasi keluhan musculosceletal dapat dilihat pada Gambar 3.2.

(60)

Setelah dilakukan rekapitulasi skor pada pengumpulan data kemudian dilakukan perhitungan persentasi keluhan yang dirasakan pekerja pada masing-masing bagian tubuh pekerja tersebut. Untuk mendapatkan persentasi tersebut dapat dicari dengan rumus :

% 100 0

0 = ×

operator tubuh bagian risiko skor Jumlah operator tubuh bagian risiko Skor Keluhan Contoh : % 100 344 15 0

0 Skorsakitdileherbagianbawah= ×

% 3 , 4 =

3.6. Anthropometri6

Anthropometri adalah suatu studi yang berhubungan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia. Anthropometri secara luas akan digunakan sebagai pertimbangan ergonomis dalam proses perencanaan (design) produk maupun sistem kerja yang memerlukan interaksi manusia. Data anthropometri yang berhasil diperoleh akan diaplikasikan secara luas antara lain dalam hal :

1. Perancangan areal kerja

2. Perancangan peralatan kerja seperti mesin, equipment, perkakas (tools) dan sebagainya.

3. Perancangan produk-produk konsumtif seperti pakaian, kursi, meja, komputer dan lain-lain.

4. Perancangan lingkungan kerja fisik.

Anthropometri dibagi dalam dua bagian yaitu :

6

(61)

1. Anthropometri statis, dimana pengukuran dilakukan pada saat tubuh dalam keadaan diam/posisi diam/ tidak bergerak.

2. Anthropometri dinamis, dimana dimensi tubuh diukur dalam berbagai posisi tubuh yang sedang bergerak.

Dimensi yang diukur pada anthropometri statis diambil secara linear (lurus) dan dilakukan pada permukaan tubuh. Agar hasilnya dapat representatif, maka pengukuran harus dilakukan dengan metode tertentu terhadap individu.

Faktor-faktor yang mempengaruhi dimensi tubuh manusia diantaranya : 1. Umur

Seperti diketahui bersama bahwa manusia tumbuh sejak lahir hingga kira-kira berumur 20 tahun untuk pria dan 17 tahun untuk wanita. Setelah usia tersebut ukuran tubuh manusia tetap dan cenderung untuk menyusut setelah kurang lebih berumur 60 tahun.

2. Jenis Kelamin

Jenis kelamin manusia yang bebeda akan mengakibatkan dimensi anggota tubuhnya berbeda. Perbedaan dimensi tubuh ini dikarenakan fungsi yang berbeda.

3. Suku bangsa

(62)

4. Jenis pekerjaan atau latihan

Suatu sifat dasar otot manusia, dimana bila otot tersebut sering dipekerjakan/dilatih akan mengakibatkan otot tersebut berukuran lebih besar. Misalnya: dimensi seorang buruh pabrik, dimensi seorang binaragawan dan sebagainya.

3.6.1. Tiga Prinsip Dalam Penggunaan Data Anthropometri

Agar rancangan suatu poduk nantinya bisa sesuai dengan ukuran tubuh manusia yang akan mengoperasikannya, maka prinsip-prinsip yang harus diambil di dalam aplikasi data anthropometri harus ditetapkan terlebih dahulu yaitu: 1. Prinsip perancangan produk bagi individu dengan ukuran yang ekstrim

Di sini rancangan produk dibuat agar bisa memenuhi dua sasaran produk, yaitu:

a. Bisa sesuai untuk ukuran tubuh manusia yang mengikuti klasifikasi ekstrim dalam arti terlalu besar atau kecil bila dibandingkan dengan rata-ratanya.

b. Tetap bisa digunakan untuk memenuhi ukuran tubuh yang lain (mayoritas dari populasi yang ada).

Agar bisa memenuhi sasaran pokok tersebut maka ukuran yang diaplikasikan ditetapkan dengan cara:

(63)

dilihat pada penetapan ukuran minimal dari lebar dan tinggi pintu darurat, dan lain-lain.

b. Untuk dimensi maksimum yang harus ditetapkan diambil berdasarkan nilai percentile yang paling rendah (1-th, 5-th, 10-th percentile) dari distribusi data anthropometri yang ada. Hal ini diterapkan dalam contoh penetapan jarak jangkau dari suatu mekanisme kontrol yang harus dioperasikan oleh seorang pekerja.

2. Prinsip perancangan produk yang bisa dioperasikan di antara rentang ukuran tertentu (adjustable)

Di sini rancangan bisa dirubah-rubah ukurannya sehingga cukup fleksibel dioperasikan oleh setiap orang yang memiliki berbagai macam ukuran tubuh. Contoh yang paling umum dijumpai adalah perancangan kursi mobil yang mana dalam hal ini letaknya bisa digeser maju/mundur dan sudut sandarannya bisa berubah-ubah sesuai dengan yang diinginkan. Dalam kaitannya untuk mendapatkan rancangan yang fleksibel semacam ini maka data anthropometri yang umum diaplikasikan adalah dalam rentang nilai 5-th sampai denagn 95-th percentile.

3. Prinsip perancangan produk dengan ukuran rata-rata

(64)

Selanjutnya untuk memperjelas mengenai data antropometri untuk bisa diaplikasikan dalam berbagai rancangan produk ataupun fasilitas kerja menurut Eko Nurmianto dalam bukunya, maka pada gambar tersebut dibawah ini akan memberikan informasi tentang berbagai macam anggota tubuh yang perlu diukur pada Gambar 3.7. berikut.

Gambar 3.3. Anthropometri Tubuh Manusia yang Diukur Dimensinya

Keterangan :

1. Dimensi tinggi tubuh dalam posisi tegak (dari lantai s/d ujung kepala ) 2. Tinggi mata dalam posisi berdiri tegak

3. Tinggi bahu dalam posisi berdiri tegak

4. Tinggi siku dalam posisi berdiri tegak (siku tegak lurus)

5. Tinggi kepalan tangan yang terjulur lepas dalam posisi berdiri tegak (dalam gambar tidak ditunjukkan ).

6. Tinggi tubuh dalam posisi duduk (diukur dari alas tempat duduk/pantat sampai dengan kepala ).

(65)

8. Tinggi bahu dalam posisi duduk

9. Tinggi siku dalam posisi duduk ( siku tegak lurus ) 10.Tebal atau lebar paha

11.Panjang paha yang diukur dari pantat s/d ujung lutut

12.Panjang paha yang diukur dari pantat s/d bagian belakang dari lutut/betis 13.Tinggi lutut yang bisa diukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk

14.Tinggi tubuh dalam posisi duduk yang diukur dari lantai sampai dengan paha 15.Lebar dari bahu (bisa diukur dalam posisi berdiri ataupun duduk )

16.Lebar pinggul/pantat

17.Lebar dari dada dalam keadaan membusung (tidak tampak ditunjukkan dlm gambar ).

18.Lebar perut

19.Panjang siku yang diukur dari siku sampai dengan ujung jari-jari dalam posisi siku tegak lurus

20.Lebar kepala

21.Panjang tangan diukur dari pergelangan sampai dengan ujung jari 22.Lebar telapak tangan

23.Lebar tangan dalam posisi tangan terbentang lebar-lebar kesamping kiri-kanan (tidak ditunjukkan dalam gambar )

24.Tinggi jangkauan tangan dalam posisi berdiri tegak, diukur dari lantai sampai dengan telapak tangan yang terjangkau lurus keatas (vertikal)

(66)

26.Jarak jangkauan tangan yang terjulur kedepan diukur dari bahu sampai ujung jari tangan

3.6.2. Penggunaan Distribusi Normal dan Perhitungan Persentil

Penerapan data anthropometri akan dapat dilakukan jika tersedia nilai mean (rata-rata) dan SD (standar deviasi) dari suatu distribusi normal. Adapun distribusi normal ditandai dengan adanya nilai mean (rata-rata) dan SD (standar deviasi). Sedangkan persentil adalah suatu nilai yang menyatakan bahwa persentase tertentu dari sekelompok orang yang dimensinya sama atau lebih rendah dari nilai tersebut. Misalnya : 95 % populasi adalah sama dengan atau lebih rendah dari 95 persentil, 5 % dari populasi berada sama dengan atau lebih rendah dari 5 persentil. Besarnya nilai persentil dapat ditentukan dari Tabel distribusi normal pada Gambar 3.8.

(67)
[image:67.595.222.405.196.387.2]

Sedangkan Tabel macam perhitungan persentil dan cara perhitungan dalam distribusi normal dapat dilihat pada Tabel 3.6.

Tabel 3.6. Macam Persentil dan Cara Perhitungan dalam Distribusi Normal Persentil Perhitungan

1 X- 2,325σ

2,5 X- 1,96σ

5 X- 1,645σ

10 X- 1,28σ

50 X

90 X+ 1,28σ

95 X+ 1,645σ

97,5 X+ 1,96σ

99 X+ 2,325σ

Sumber : Nurmianto, Eko. 2008. Ergonomi, Konsep Dasar dan Aplikasinya

3.6.3. Alat Ukur Tubuh “Martin” Model YM-17 Satu set alat ukur tubuh “martin” ini terdiri atas : 1. Martin Statue – Meter (Meter pengukur tinggi)

Panjang 2 meter, dapt dipisan menjadi 4 bagian untuk mengukur tinggi, tinggi duduk, tungkai dan lengan dan lain-lain. Alat ini bukan hanya untuk mengukur tinggi tubuh manusia tetapi juga untuk panjang atau diameter bagian tubuh lainnya. Skala pipa baja adalah dari 0 – 200 mm dapat dipisah sesuai dengan keinginan.

7

(68)

2. Skala Pengukur (Lurus)

Alat ini juga diukur dengan meter pengukur tinggi. Dapat digunakan dengan 1 atau 2 potong, tergantung bagian mana yang diukur

3. Skala Pengukur (Kurva)

Alat ini juga dirakit dengan meter pengukur tinggi. Untuk mengukur lebar tubuh dan bagian yang relatif pendek seperti leher, diameter kepala dan panjang kaki.

4. Martin goniometer

Dua kurva yang disambung pada satu ujung yang dapat dibuka dan ditutup, dilengkapi dengan skala yang digunakan untuk mengukur dari 1 mm – 450 mm. Alat ini digunakan untuk mengukur kepala, lipatan lemak atau bagian kecil tubuh.

5. Metal Penggaris

Metal penggaris berukuran 150 mm dengan minimum skala 1 mm untuk mengukur bagian kecil secara linier.

6. Martin Caliper

Untuk mengukur bagian kecil dari telinga, wajah, jari kaki atau sudut-sudutnya. Skala samping adalah tetap pada satu sisi dengan ukuran 200 mm x 1 mm dan pada sisi lain skala dapat digeser.

(69)

Gabungkan kedua ujung lengan dan baca langsung skala. Ujung yang tajam biasanya digunakan untuk kerangka sedang yang tumpul dan datar untuk tubuh hidup.

7. Kantong Kapas Alkohol

Letakkan kapas penyerap dan alkohol ke dalam kantong untuk mensterilkan ujung alat sebelum pengukuran dilakukan.

8. Pita Pengukur

Alat ini digunakan untuk mengukur keliling dada atau kepala. Terbuat dari metal, pemutaran otomatis. Panjang adalah 2 meter dengan skala pertambahan 1 mm.

3.6. Perancangan8

Perancangan secara umum dapat dapat diartikan sebagai penggambaran, perencanaan, dan pembuatan sketsa atau pengaturan dari beberapa elemen terpisah ke dalam satu kesatuan yang utuh dan berfungsi.

Perancangan dapat dibagi atas:

1. Design by innovation, artinya perancangan dengan menggunakan ide perusahaan sendiri.

2. Design by imitation, artinya perancangan produk yang tidak menggunakan ide perusahaan sendiri, hanya meniru produk lain.

8

(70)

Dalam sebuah kalimat, kata "perancangan" bisa digunakan baik sebagai kata benda. Sebagai kata kerjanya yaitu merancang, dimana memiliki arti proses untuk membuat dan menciptakan objek baru. Perancangan digunakan untuk menyebut hasil akhir dari sebuah proses kreatif, baik itu berwujud sebuah rencana, proposal, atau berbentuk objek nyata. Proses perancangan pada umumnya memperhitungkan aspek fungsi, estetik dan berbagai macam aspek lainnya, yang biasanya datanya didapatkan dari riset, pemikiran, brainstorming, maupun dari perancangan yang sudah ada sebelumnya.

3.7. Alat Panen Kelapa Sawit

3.7.1. Alat Panen Kelapa Sawit Manual

Untuk memotong tandan buah segar (TBS) kelapa sawit dan mengangkutnya diperlukan sarana pendukung yaitu peralatan panen. Alat yang paling fital dalam kegiatan panen adalah egrek dan dodos. Egrek dan dodos manual yang digunakan dalam panen pun memiliki spesifikasi khusus sesuai dengan tinggi tanaman. Alat dan perlengkapan panen yang digunakan harus sesuai dengan kondisi dan umur tanaman.

Tabel 3.7. Alat Panen Kelapa Sawit dan Pemakaiannya

No Nama Alat Spesifikasi Pemakaian

1 Dodos Kecil

Lebar mata 8 cm, lebar tengah 7 cm, tebal tengah 0.5 cm, tebal pangkal 0.7 cm, diameter gagang 4.5 cm, panjang total 18 cm

(71)

Tabel 3.7. Alat Panen Kelapa Sawit dan Pemakaiannya (Lanjutan)

No Nama Alat Spesifikasi Pemakaian

2 Dodos Besar

Lebar mata 14 cm, lebar tengah 12 cm, tebal tengah 0.5 cm, tebal pangkal 0.7 cm, diameter gagang 4.5 cm, panjang total 18 cm

Potong buah tanaman umur 5-8 tahun

3 Egrek

Berat 0.5 kg, panjang pangkal 20 cm, panjang pisau 45 cm, sudut lengkung dihitung pada sumbu 135

Potong buah tanaman umur > 9 tahun

6 Tali nilon 5 cm, pilin 3, 1 kg=43 m=5

egrek Pengikat pisau egrek

7 Bambu egrek

Panjang 10-11 m, tebal 1-1.5m, berat 2.5-3 kg/meter, diameter ujung 4-5 cm, diameter 5-7 cm

Gagang pisau egrek

8 Harvesting pole Aluminium ukuran 6 m dan

12 m Galah pisau egrek

9 Arit kecil Tunas pasir

10 Gancu

Besi beton 3/8 inci, panjang sesuai kebiasaan setempat

Memuat/membongka r TBS ke/dari alat transport

11 Tombak Sesuai kebiasaan setempat

Memuat/membongkr TBS ke/dari alat transport

(72)

Gambar 3.5. Pisau Egrek

Gambar 3.6. Egrek

3.7.2. Alat Panen Kelapa Sawit Semi Otomatis

(73)
[image:73.595.108.516.138.467.2]

Tabel 3.8. Alat Panen Kelapa Sawit Semi Otomatis

No Nama Alat Spesifikasi Keterangan

1 Egrek Mesin Mesin dengan bahan bakar bensin, transmisi 2 kecepatan, kekuatan 1,2 hp, kecepatan mesin maksimal 10500rpm, kecepatan kinerja mesin 3000-400 rpm, kapasitas bahan bakar 440 ml Berat : 8 Kg, Panjang : 5,2 meter, Jangkauan : 3 - 6 meter.

2 Dodos Mesin Mesin dengan bahan bakar bensin, transmisi 2 kecepatan, kekuatan 1,2 hp, kecepatan mesin maksimal 10500rpm, kecepatan kinerja mesin 3000-400 rpm, kapasitas bahan bakar 440 ml, Berat : 6 Kg, Panjang : 2,4 meter, Jangkauan : 1,2 - 2,4 meter.

Sumber : http://www.hasilbumi.com

(74)

Tabel 3.9. Kelebihan dan Kekurangan Alat Panen Kelapa Sawit

No Nama Alat Kelebihan Kekurangan

1

Dodos Manual - Harga lebih murah - Ramah Lingkungan

- Membutuhkan tenaga Dodos Mesin - Tidak Membutuhkan tenaga

- Fleksibel

- Harga yang mahal - Perlu perawatan mesin - menghasilkan polusi

2

Egrek Manual - Harga lebih murah - Ramah Lingkungan

- Berat - Batang Licin Egrek Mesin - Ringan

- Fleksibel

(75)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian Deskriptif yaitu mendeskripsikan analisa penggunaan alat pemanen kelapa sawit. Tujuannya adalah untuk menganalisa postur kerja pada pemanenan kelapa dengan melakukan usulan perbaikan desain alat panen kelapa sawit berupa egrek yang ergonomis.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara III afdeling I kebun Rambutan jalan Dusun 1 Kelurahan Paya Bagas Tebing Tinggi Provinsi Sumatera Utara. Waktu penelitian dilaksanakan sepanjang bulan Mei 2012.

4.3. Subjek Penelitian

(76)

4.4. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.1

Gambar

Gambar 2.2. Block Diagram Tahapan Proses Pemanenan Tandan Buah
Tabel 3.1. Penilaian Observer QEC
Gambar 3.1. Tabel Penilaian Skor QEC
Tabel 3.4. Nilai Level Tindakan QEC
+7

Referensi

Dokumen terkait

Apabila ada mahasiswa yang belum selesai bimbingan proposal, mahasiswa dipanggil Kaprodi, dicari permasalahan dan diberi solusinya2. Setiap bimbingan harus membawa buku pedoman

hukum dan agama mengizinkan seorang suami dapat beristri lebih dari seorang. Dengan kata lain, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 mengandung asas mempersulit poligami.

Rata-rata skor total dari Experiential Marketing menghasilkan angka sebesar 80% yang berarti skor tersebut dalam kategori “baik” yang artinya secara keseluruhan penerapan

[r]

Pengetahuan ataupun kreasi adalah pengenalan akan sesuatu dari pengalaman aktual; apa yang dipelajari; persepsi yang jelas (pasti) akan apa yang dipandang sebagai fakta,

• Siswa terampil dalam menyajikan data hasil diskusi kelompok tentang faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi secara sistematis menggunakan bahasa yang sesuai.. Faktor-faktor

Dalam mengembangkan kedisiplinan pada anak usia dini peran orangtua dan guru sangat diperlukan karena anak usia dini akan meniru tingkah laku orang tua dan guru

Secara umum transmisi sebagai salah satu komponen sistem pemindah tenaga (power train)mempunyai fungsi meneruskan tenaga / putaran mesin dari kopling ke poros propeller,