• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model Pendidikan Anak Jalanan Pada Lembaga Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat di Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Model Pendidikan Anak Jalanan Pada Lembaga Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat di Kota Medan"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL PENDIDIKAN ANAK JALANAN

Studi kasus Pada Lembaga Pusat Kegiatan Masyarakat ( PKBM ) Hati Nurani Baru (HANUBA) di Kota Medan

S K R I P S I

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

DISUSUN OLEH

HENDRA HUTAGALUNG

080901013

             

   

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Model Pendidikan Anak Jalanan pada Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Hati Nurani Baru ( PKBM HANUBA ) di Kota Medan. Dalam penelitian ini Model Pendidikan Anak Jalanan yang dimaksud adalah menjelaskan mengenai penanganan, tindakan proses pendekatan dan bentuk sosialisasi yang dilakukan oleh pihak Pengurus dan Tenaga Ahli yang ada di Pusat kegiatan Belajar Masyarakat terhadap anak jalanan yang ada dijalanan. Peran dan fungsi Pusat kegiatan Belajar Masyarakat Hati Nurani baru ( PKBM HANUBA ) merupakan suatu wadah untuk memperoleh pendidikan keterampilan dan keahlian yang bermanfaat khusunya bagi anak jalanan yang mengikuti program pendidikan anak jalanan yang dilakukan dengan cara melalui proses belajar mengajar yang dilakukan dan memberikan keterampilan, kemampuan dan pembobotan terhadap jalanan agar mereka kedepannya bisa lebih sukses dan maju serta berusaha untuk mandiri kedepannya. Sehingga mereka tidak selamanya menjadi anak terlantar/jalanan, tetapi mereka akan beralih keprofesi yang jauh lebih baik untuk meningkatkan taraf hidup mereka

Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Lokasi penelitian ini dilakukan di Kecamatan Medan Johor. Adapun yang menjadi unit analisis dalam penelitian ini adalah Model Pendidikan Anak Jalanan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan teknik wawancara, observasi, dan studi kepustakaan termasuk dokumentasi. Interpretasi data dilakukan dengan menggunakan catatan dari lapangan.

Dalam hal ini Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Hati Nurani Baru (PKBM HANUBA) melakukan sosialisasi terhadap anak jalanan mengenai program pendidikan yang dijalankan oleh lembaga belajar dengan melalui proses partisifasi dan pendekatan terhadap anak jalanan langsung, dengan cara langsung turun kelapangan untuk menemui anak jalanan tersebut dan menanyakan tentang kepribadian anak jalanan, bahkan proses sosialisasi Pusat kegiatan belajar Masyarakat melakukan kunjungan khusus terhadap suatu tempat yang memang anak di dalam suatu gang itu memang kebanyakan menjadi anak jalanan dan menghabiskan waktu kejalan, serta langsung mensosialisasikan kepada warga seteempat ataupun orang tua dari si anak. Dengan cara menyampaikan visi dan misi serta menyampaikan program pendidikan gratis yang bisa diperoleh oleh anak tersebut, mengarahkan dan membimbing individu untuk memasuki dunia pendidikan, diarahkan dan dibimbing agar lebih mengenal dan termotifasi untuk mengenal dan mengetahui tentang pendidikan dan tetang kehidupan sosial. Model pendidikan yang dilakukan oleh tenaga kerja Pusat kegaiatan Belajar Masyarakat Hati Nurani Baru (PKBM HANUBA), melakukan pendekatan dengan proses belajar partisipatif. Pembelajaran partisipatif pada intinya dapat diartikan sebagai upaya pendidik untuk mengikut sertakan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran yaitu dalam tahap perencanaan program, pelaksanaan program dan penilaian program.

Kata Kunci : Model Pendidikan, Sosialisasi, Anak Jalanan.

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat, taufik dan hidayah-Nya, penyusunan skripsi yang berjudul “Model Pendidikan Anak Jalanan Pada Lembaga Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat di Kota Medan ” dapat diselesaikan dengan baik.

Dengan penuh hormat dan kasih penulis ucapkan terima kasih kepada ayah dan Ibunda tercinta yang selalu mendukung penulis baik doa maupun dalam setiap hal yang penulis lakukan.

Melalui lembaran ini juga penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Drs. Lina Sudarwati, M.Si, selaku Ketua Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Linda Elida, M.Si, sebagai Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan masukan, dorongan, dan nasehat dan bimbingan kepada Penulis.

4. Bapak Drs. Sismudjito M.Si, Sebagai Dosen Penguji yang telah memberikan penjelasan dan masukan kepada penulis.

(4)

6. Kak Feny, Kak Betty, Pak Manan, dan seluruh staf Pegawai FISIP USU yang telah banyak membantu dalam penyelesaian Administrasi.

7. Buat bang Jontar selaku pengurus dan teman- teman tenaga ahli febrina Odelia, jesika, Hotma, Rusdin, dalam Program Pendidikan Pusat kegiatan Belajar masyarakat ( PKBM HANUBA ) yang banyak membantu penulis selama dilapangan.

8. Buat Abang Saya Apriadi Hutagalung, Hermansyah Hutagalung, dan Adik Saya Hendri Hutagalung dan Syaipul Bahri Hutagalung, dan kakak Ipar saya terimakasih banyak atas bantuan moral dan materi, serta dukungan dan motivasi yang diberikan.

9. Buat seluruh keluarga terimakasih atas semua dukungan dan nasihatnya.

10.Teman – teman Jurusan Sosiologi Angkatan 2008 “ Nalar Cepat Mental Kuat” Belman, Gio, Roinal, Richat, Dzi Manalu, Lenie, Octa Virna, Ricky, Amos, Heberlin, Bresman, Robby Surya, Diki Handika, Vanny, Santy Jv, Yola, Nari, Radja, Riama, Fitri Aprilia, Ratih dina, Sri Dhanie dan yang lainnya. Terimakasih atas kebersamaan yang kita lalui bersama.

11.Buat kawan seperjuangan Kos di Jln. Bahagia No.18 Belman, Lae Amos dan Polin yag selalu berbagi pengalaman dalam hidup.

12.Kawan – kawan di GmnI Komisariat Fisip USU, Reni Andriani, Alexender Giovani, Ridawati Parhusip, James Coleman, Warren Out Saider, Bang Herbin, Bang Prabu, Roy, Moses, Polin, Andreas, Ribel dan yang lainnya, terimaksih telah berbagi ilmu dan pengalaman.

(5)

14.Buat Teguh Santoso terimakasih banyak atas bantuan baik secara moral dan materi, pengalaman dan kebersamaannya.

Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan Skripsi ini. Penulis mengharapkan saran dan kritik yang berguna untuk penyempurnaan skripsi yang lebih baik lagi dihari-hari yang akan datang. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi setiap orang yang membacanya.

Medan, Agustus 2014

Penulis

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL ... viii

BAB I PENDAHULUAN………... 1

I.1 Latar Belakang ... 1

I.2 Perumusan Masalah ... 6

I.3 Tujuan Penelitian ... 7

I.4 Manfaat Penelitian ... 7

I.5 Defenisi Konsep ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Anak Jalanan ... 9

2.2 Anak Dalam Aspek Sosiologis ... 11

2.3 Sosialisasi Dalam Pembentukan Perilaku ... 12

2.4 Jenis Sosialisasi ... 13

2.4.1 Sosialisasi Primer ... 14

2.4.2 Sosialisasi Sekunder ... 14

2.5 Tipe Sosialisasi ... 14

2.6 Pola Sosialisasi ... 15

2.6.1 Proses Sosialisasi Menurut George Herbert Mead ... 16

2.6.1.1 Tahap Persiapan ... 16

(7)

2.6.1.3 Tahap Siap Bertindak……….. 17

2.6.1.4 Tahap Penerimaan Norma………... 17

2.7 Agen Sosialisasi………. 17

2.7.1 Keluarga……….. 18

2.7.2 Teman Pergaulan………. 18

2.7.3 Lembaga Pendidikan Formal……….. 19

2.7.4 Media Massa………... 19

2.7.5 Agen Agen Lainnya……… 20

2.8 Perspektif Struktural Fungsional………... 20

2.9 Pendidikan………. 21

2.9.1 Pendidikan Non Formal……….. 22

BAB III METODE PENELITIAN……… ... 23

3.1 Jenis Penelitian ... 23

3.2 Lokasi Penelitian ... 23

3.3 Unit Analisis dan Informan ... 24

3.3.1 Unit Analisis ... 24

3.3.2 Informan ... 24

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 25

3.4.1 Data Primer ... 25

3.4.2 Studi Dokumentasi ... 27

3.5 Interpretasi Data ... 27

3.6 Jadwal Kegiatan ... 28

(8)

BAB IV DESKRIPSI DAN INTERPRESTASI DATA PENELITIAN ... 30

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 30

4.1.1 Gambaran Umum Kota Medan ... 30

4.1.2 Gambaran Peserta dan Sumber Belajar ... 33

4.2 Sejarah PKBM HANUBA di Kota Medan ... 35

4.3 Profil Informan ... 40

4.3.1 Profil Informan Biasa ... 51

4.4 Sosialisasi Pr ogram Pendidikan PKBM HANUBA ... 54

4.5 Model Pembelajaran Anak Jalanan ... 56

4.6 Sikap Anak Jalanan Dalam Belajar ... 58

4.7 Perilaku Belajar Anak Jalanan ……….. 60

4.8 Fungsi Pendidik Dalam Pembelajaran ……… . 62

4.9 Stratetegi Kegiatan Pembelajaran ………. 62

4.9.1 Strategi Pembelajaran Yang Berpusat Pada Peserta Didik ……… 63

BAB V PENUTUP... 65

6.1 Kesimpulan ... 65

6.2 Saran .. ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 69

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Jadwal kegiatan ... 29

Tabel 2 Identitas Peserta Berdasarkan Kelompok Usia ... 34

Tabel 3 Identitas Peserta Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 35

(10)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Model Pendidikan Anak Jalanan pada Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Hati Nurani Baru ( PKBM HANUBA ) di Kota Medan. Dalam penelitian ini Model Pendidikan Anak Jalanan yang dimaksud adalah menjelaskan mengenai penanganan, tindakan proses pendekatan dan bentuk sosialisasi yang dilakukan oleh pihak Pengurus dan Tenaga Ahli yang ada di Pusat kegiatan Belajar Masyarakat terhadap anak jalanan yang ada dijalanan. Peran dan fungsi Pusat kegiatan Belajar Masyarakat Hati Nurani baru ( PKBM HANUBA ) merupakan suatu wadah untuk memperoleh pendidikan keterampilan dan keahlian yang bermanfaat khusunya bagi anak jalanan yang mengikuti program pendidikan anak jalanan yang dilakukan dengan cara melalui proses belajar mengajar yang dilakukan dan memberikan keterampilan, kemampuan dan pembobotan terhadap jalanan agar mereka kedepannya bisa lebih sukses dan maju serta berusaha untuk mandiri kedepannya. Sehingga mereka tidak selamanya menjadi anak terlantar/jalanan, tetapi mereka akan beralih keprofesi yang jauh lebih baik untuk meningkatkan taraf hidup mereka

Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Lokasi penelitian ini dilakukan di Kecamatan Medan Johor. Adapun yang menjadi unit analisis dalam penelitian ini adalah Model Pendidikan Anak Jalanan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan teknik wawancara, observasi, dan studi kepustakaan termasuk dokumentasi. Interpretasi data dilakukan dengan menggunakan catatan dari lapangan.

Dalam hal ini Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Hati Nurani Baru (PKBM HANUBA) melakukan sosialisasi terhadap anak jalanan mengenai program pendidikan yang dijalankan oleh lembaga belajar dengan melalui proses partisifasi dan pendekatan terhadap anak jalanan langsung, dengan cara langsung turun kelapangan untuk menemui anak jalanan tersebut dan menanyakan tentang kepribadian anak jalanan, bahkan proses sosialisasi Pusat kegiatan belajar Masyarakat melakukan kunjungan khusus terhadap suatu tempat yang memang anak di dalam suatu gang itu memang kebanyakan menjadi anak jalanan dan menghabiskan waktu kejalan, serta langsung mensosialisasikan kepada warga seteempat ataupun orang tua dari si anak. Dengan cara menyampaikan visi dan misi serta menyampaikan program pendidikan gratis yang bisa diperoleh oleh anak tersebut, mengarahkan dan membimbing individu untuk memasuki dunia pendidikan, diarahkan dan dibimbing agar lebih mengenal dan termotifasi untuk mengenal dan mengetahui tentang pendidikan dan tetang kehidupan sosial. Model pendidikan yang dilakukan oleh tenaga kerja Pusat kegaiatan Belajar Masyarakat Hati Nurani Baru (PKBM HANUBA), melakukan pendekatan dengan proses belajar partisipatif. Pembelajaran partisipatif pada intinya dapat diartikan sebagai upaya pendidik untuk mengikut sertakan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran yaitu dalam tahap perencanaan program, pelaksanaan program dan penilaian program.

Kata Kunci : Model Pendidikan, Sosialisasi, Anak Jalanan.

(11)

Bab I

Pendahuluan

1.1 Latar belakang

(12)

terdekat, waktu dan jenis kegiatannya dijalanan, serta jenis kelaminnya.

Ejournal.gunadarma.ac.id/index.php/psiko/article/view/292

Dalam hal ini mengapa anak jalanan sering kita jumpai di jalanan itu terkaitnya dengan permasalahan ekonomi yang terdapat didalam keluarga mereka, seperti orang tua yang mengalami pengangguran dengan tidak tersedianya lowongan pekerjaan, adapun lowongan pekerjaan yang orang tua mreka lakukan itu pendapatannya tidak sebanding dengan pengeluaran yang mereka lakukan sehingga tidak terpenuhiya kebutuhan sandang dan pangan yang ada didalam keluarga mereka tersebebut, maka oleh sebab itu maka yang akan terjadi seorang anak pun ikut terjun untuk mencari tambahan keuangan keluarga mereka dengan terjun langsung kelapangan atau kejalanan seperti yang kita lihat dijalanan yang disebut sebagai anak jalanan, sehingga membuat seorang anak mnjadi terlena akan kondisi dan kehidupan yang seperti ini, yang membuat mereka bisa menghasilkan duit untuk menambah kebutuhan keluarga mereka. Sehingga membuat mereka lupa akan beberapa pentingnya pendidikan yang akan mereka dapat

lebih banyak didalam dunia sekolah mereka.

http:/candrahardcore.student.umum.ac.id/2010/02/06/kehidupan-anak-jalanan-/

(13)

di dapat di jalanan terutama hak untuk mendapatkan perlindungan. Oleh karena itu harus dikembalikan ke orang tua dan orang tua yang bertanggung jawab atas tumbuh kembangnya si anak. Anak- anak juga butuh perhatian lebih, yang tidak hanya cukup di tangani oleh kementerian sosial. Maka penting sekali pemerintah daerah, LSM dan semua pihak ikut serta dalam menangani masalah anak. Penanganan anak jalanan juga harus dengan cara- cara persuasife bukan cara yang represif dimana harus ditangani oleh pekerja sosial yang profesional.

Jurnalpendidikanislam.blogspot.com/…/conto-penelitian-tentang-anakjalanan.

(14)

terhadap anak jalanan yang ada di sekitaran kota medan untuk memberikan program pendidikan terhadap anak jalanan tersebut.

Disini dapat dijelaskan bahwa program pusat kegiatan belajar masyarakat hati nurani baru ( PKBM HANUBA ) adalah suatu wadah masyarakat untuk memperoleh pendidikan keterampilan dan keahlian yang bermanfaat khususya bagi warga masyarakat yang mengikuti proses belajar jalur pendidikan non formal di PKBM HANUBA yang terdiri dari masyarakat, anak jalanan/terlantar, pemulung dan anak- anak yang putus sekolah, dan masyarakat yang tidak bekerja yang sasarannya berorientasi peningkatan taraf hidup, sehingga mereka tidak selamanya menjadi anak telantar/ jalanan, penyemir sepatu, penarik becak, pengangguran tetapi akan beralih profesi yang lebih baik sesuai dengan keahlian yang mereka miliki setelah diadakan pembobotan dan seterusnya yang sifatnya meningkatkan taraf hidup melalui upaya pembekalan pendidikan keterampilan. Selain itu program tersebut diselenggarakan untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat luas untuk memperoleh pendidikan.

Adapun yang menjadi Visi dan Misi PKBM HANUBA ini adalah membantu masyarakat untuk memperoleh pendidikan pendidikan dan pengajaran, menyelenggarakan pendidikan luar sekolah atau pendidikan non formal dan mengadakan pelatihan- pelatihan keterampilan maupun kewirausahaan serta mengupayakan penambahan pengetahuan masyarakat melalui praktek langsung dilapangan kerja mitra PKBM HANUBA di tempat-tempat usaha PKBM.

(15)

kondisi sosial ekonami yang memprihatinkan serta terjadinya PHK akibat terjadinya krisis moneter dan krisis global yang berkepanjangan.

Proses belajar mengupayakan partisipasi para anak jalanan tersebut belajar dan diupayakan berjalanan dengan suasana yang hidup. Dalam proses belajar ini tutor dengan modal pelatihan dan pengalaman berupaya melakukan pendidikan yang berwawasan pembebasan dan demokratis. Selain itu juga akan mengupayakan pembebasan pendidikan dari belenggu kebodohan dan kemiskinan yang dapat merobah pola dan tata cara berfikir kreatif warga belajar. Untuk itu metode belajar yang partisipatif sangat diutamakan. Selain itu karena warga belajar keaksraan fungsional yang masuk di pagi hari dan akan memanfaatkan hari yang lain melalui keterampilan- keterampilan hidup yang tersedia fasilitasnya di PKBM HANUBA. Jadi satu hari teori dan satu hari praktek bagi warga yang belajar keaksraan fungsional. Pendidikan keaksraan fungsional diawali dengan melakukan identifikasi baik berupa minat dan kebutuhan kehidupan sehari- hari. Yang bertujuan tutor dapat mengetahui apa yang benar- benar dibutuhkan oleh warga belajar itu sendiri sampai terhadap lingkungan sekitarnya.

(16)

Didalam itu juga mereka juga mendapatkan keterampilan yang di berikan oleh PKBM HANUBA kepada anak- anak jalanan untuk mengasah keterampilan mereka dan keaksaraan fungsional mereka, antara lain yakni merangkai papan bunga, dimana dalam merangkai papan bunga ini anak belajar keaksaraan fungsional yang diberikan oleh tutor yang mempunyai keterampilan di bidang dalam merangkai bunga. Membuat sandal dari gabus bukan termasuk keterampilan yang sulit sehingga warga atau anak jalanan belajar keaksaraan fungsional setelah dibekali kemampuan dan pengetahuan mengenai proses pembuatannya. Dan keterampilan menjahit juga meliputi hal seperti itu yang membutuhkan keterampilan dan pengetahuan yang akan mereka dapatkan dari tutor yang memahami di bidang masing- masing.

Jadi lembaga informal seperti yayasan PKBM HANUBA yang sebagaimana akan mereka dapatkan didalam yayasan tersebut yang akan hampir sama halnya seperti lembaga- lembaga formal terhadap pendidikan. Dalam lembaga ini setiap anak itu tidak dikenai pungutan- pungutan biaya sedikitpun, lembaga ini menawarkan pendidikan gratis terhadap anak- anak jalanan yang ikut belajar di yayasan PKBM HANUBA tersebut. Sampai sekarang jumlah anak yang ikut belajar di yayasan tersebut itu mencapai …

1.2Perumusan Masalah

Berdasaran dari latar belakang yang telah diuraikan, maka perumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagaimanakah bentuk sosialisasi yayasan tersebut terhadap anak jalanan kota Medan. 2. Bagaimanakah model pendidikan anak jalanan di pusat kegiatan belajar masyarakat yang

(17)

1.3Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian dari penelitian saya adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui bentuk sosialisasi yayasan terhadap model pendidikan anak jalanan

jalanan di pusat kegiatan belajar masyarakat ( PKBM ) di Kota Medan.

2. Menjelaskan bagaimana model pendidikan yang tepat dan sesuai bagi kebutuhan anak di pusat kegiatan belajar ( PKBM ) di kot Medan.

1.4Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan oleh peneliti adalah 1. Manfaat teoritis

Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat diberikan informasi dan sumbagan kepada peneliti lain sebagai bahan pertimbangan referensi dalam meneliti masalah yang mirip dengan penelitian dalam bidang sosiologi, khususnya kajian pada sosiologi pendidikan.

2. Manfaat praktis

Bagi penulis penelitian ini dapat mengasah penulis dalam membuat karya ilmiah serta menambah pengetahuan penulis mengenai masalah yang akan diteliti, dan akan menjadi sumbangan pemikiran untuk peneliti kedepannya.

1.5Defenisi Konsep

(18)

1. Model adalah rencana, representasi, atau deskripsi yang menjelaskan suatu objek system, atau konsep yang sering sekali berupa penyederhanaan atau idealisasi.

2. Sosialisasi adalah sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan aturan dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat. Sejumlah sosiolog menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai peranan (role theory). Karena dalam proses sosialisasi diajarkan peran-peran yang harus dijalankan oleh

individu.

3. Pendidikan formal adalah pendidikan yang sistematis, berstruktur, bertingkat dan berjenjang dimulai dari sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi dan yang setaraf dengannya termasuk kegiatan studi yang berorientasi akademik dan umum, program spesialisasi dan pelatihan professional yang dilaksanakan dalam waktu terus menerus. 4. Anak adalah seorang laki- laki atau perempuan yang belum dewasa atau belum

mengalami masa puberitas. Anak juga merupakan turunan kedua, dimana kata anak merujuk pada lawan dari orang tua.

(19)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Anak Jalanan

2.1.1 Anak Jalanan

(20)

bukanlah kelompok yang homogen. Mereka cukup beragam dan dapat dibedakan atas dasar pekerjaannya, hubungannya dengan orang tua atau orang dewasa terdekat, waktu dan jenis kegiatannya di jalanan, serta jenis kelaminnya. Secara garis besar anak jalanan terbagi atas tiga kategori, yaitu (Bagong dan Sri, 2002: 41) :

1. Children on the street, yaitu anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi di jalanan yan masih memiliki hubungan dengan keluarga. Sebagian penghasilan mereka di jalan diberikan kepada orang tuanya. Fungsi anak jalanan pada kategori ini adalah untuk membantu memperkuatpenyangga ekonomi keluarganya karena beban atau tekanan kemiskinan yang harus ditanggung dan tidak dapat diselesaikan sendiri oleh kedua orang tuanya. Ada dua kelompok anak jalanan dalam kategori ini, yaitu: a. Anak-anak jalanan yang masih tinggal bersama orangtuanya dan senantiasa pulang ke rumah setiap hari. b. Anak-anak yang tinggal di jalanan namun masih mempertahankan hubungan dengan keluarga dengan cara pulang baik berkala ataupun dengan jadwal yang tidak rutin.

(21)

3. Children from families of the street yaitu anak yang keluarganya memang di jalanan yang menghabiskan seluruh waktunya di jalanan yang berasal dari keluarga yang hidup atau tinggalnya juga di jalanan.

2.2 Anak Dalam Aspek Sosiologis

Dalam aspek sosiologis, anak senantiasa berinteraksi dengan lingkungan masyarakat. Dalam menjamin perkembangan dirinya, sejak usia dini perlu pendidikan dan sosialisasi, pengajaran tanggung jawab sosial, peran- peran sosial untuk menjadi bagian masyarakat ( Abu, 2006: 27 ). Jadi, menurut kodratnya, anak manusia adalah makhluk sosial, dapat dibuktikan dimana ketidak berdayaannya terutama pada masa bayi dan kanak- kanak yang menuntut adanya perlindungan dan bantuan dari orang tua. Anak selalu membutuhkan tuntunan dan pertolongan orang lain untuk menjadi manusia yang bulat dan paripurna. Anak manusia tidak dapat hidup tanpa masyarakat atau tanpa lingkungan sosial tertentu. Anak dilahirkan, dirawat, dididik, tumbuh, berkembang dan bertingkah laku sesuai dengan martabat manusia di dalam lingkungan cultural sekelompok manusia. Anak tidak akan terlepas dari lingkungan tertentu, karena anak sebagai individu tidak mungkin bisa berkembang tanpa bantuan orang lain kehidupan anak bisa berlangsung apabila ia ada bersama orang lain. Anak manusia bisa memasuki dunia manusia jika dibawa atau dimasukkan kedalam lingkungan manusia sehingga memperoleh pemahaman akan pendidikan.

2.3 Sosialisasi Dalam Pembentukan Perilaku

(22)

dalam proses sosialisasi, diajarkan peran- peran yang harus dijalankan oleh individu.

(http://id.wikipedia.org/wiki/sosialisasi, diakses 30 November 2012, pkl 09.20).

Perilaku menyimpang dari norma – norma umum pada masyarakat merupakan produk dari proses sosialisasi. Proses tersebut berlangsung secara progresi, tidak sabar, berangsur- angsur dan berkesinambungan. Akibatnya, semua bentuk pelanggaran terhadap norma- norma sosial dirasionalisir secara progresif, dibenarkan dan akhirnya dijadikan pola tingkahlaku sehari- hari. Sosialisasi dalam keuarga dianggap berjalan dengan tidak baik ketika peran keluarga sebagai orang terdekat terhadap anak, kurang atau tidak berfungsi sama sekali seperti apa yang diharapkan dan dibutuhkan oleh anak.

(23)

Sosialisasi dapat di bagi menjadi dua pola : sosialisasi represif dan sosialisasi partisipatoris. Sosialisasi represif ( repressive socialization ) menekankan pada penggunaan hukuman terhadap kesalahan. Ciri lain dari sosialisasi represif adlah penekanan pada penggunaan materi dalam hukuman dan imbalan. Penekanan pada kepatuhan anak dan orang tua. Penekanan pada komunikasi yang bersifat satu arah, nonverbal dan berisi perintah, penekanan sosialisasi terletak pada orang tua, dan peran keluarga sebagai significant other. Sosialisasi partisipatoris (participatory socialization) merupakan pola dimana anak diberi imbalan ketika berprilaku baik. Selain itu, hukuman dan imbalan bersifat simbolik. Dalam proses sosialisasi ini akan diberi kebebasan. Penekanan diletakkan pada interaksi dan komunikasi bersifat lisan yang menjadi pusat sosialisasi adalah anak dan keperluan anak.

2.4 Jenis sosialisasi

Berdasarkan jenisnya, sosialisasi dibagi menjadi dua, yaitu: sosialisasi primer (dalam keluarga) dan sosialisasi sekunder (dalam masyarakat). Sosiolog, E. Goffman berpendapat bahwa kedua proses tersebut berlangsung dalam institusi total, yaitu tempat tinggal dan tempat bekerja. Dalam kedua institusi tersebut, terdapat sejumlah individu dalam situasi yang sama, terpisah dari masyarakat luas dalam jangka waktu kurun tertentu, bersama-sama menjalani hidup yang terkukung, dan diatur secara formal (M. Poloma, 2000: 238).

2.4.1 Sosialisasi primer

(24)

bertahap dia mulai mampu membedakan dirinya dengan orang lain di sekitar keluarganya (T.O. Ihromi, 1999:32). Dalam tahap ini, peran orang-orang yang terdekat dengan anak menjadi sangat penting sebab seorang anak melakukan pola interaksi secara terbatas di dalamnya. Warna kepribadian anak akan sangat ditentukan oleh warna kepribadian dan interaksi yang terjadi antara anak dengan anggota keluarga terdekatnya.

2.4.2 Sosialisasi sekunder

Sosialisasi sekunder adalah suatu proses sosialisasi lanjutan setelah sosialisasi primer yang memperkenalkan individu ke dalam kelompok tertentu dalam masyarakat. Salah satu bentuknya adalah resosialisasi dan desosialisasi. Dalam proses resosialisasi, seseorang diberi suatu identitas diri yang baru. Sedangkan dalam proses desosialisasi, seseorang mengalami 'pencabutan' identitas diri yang lama.

2.5 Tipe sosialisasi

(25)

dipisahkan secara formal dan informal, namun hasilnya sangat sulit untuk dipisah-pisahkan karena individu biasanya mendapat sosialisasi formal dan informal sekaligus.

2.6 Pola sosialisasi

Sosialisasi dapat dibagi menjadi dua pola: sosialisasi represif dan sosialisasi partisipatoris. Sosialisasi represif (repressive socialization) menekankan pada penggunaan hukuman terhadap kesalahan. Ciri lain dari sosialisasi represif adalah penekanan pada penggunaan materi dalam hukuman dan imbalan. Penekanan pada kepatuhan anak dan orang tua. Penekanan pada komunikasi yang bersifat satu arah, nonverbal dan berisi perintah, penekanan sosialisasi terletak pada orang tua dan keinginan orang tua, dan peran keluarga sebagai significant other. Sosialisasi partisipatoris (participatory socialization) merupakan pola di mana anak diberi imbalan ketika berprilaku baik. Selain itu, hukuman dan imbalan bersifat simbolik. Dalam proses sosialisasi ini anak diberi kebebasan. Penekanan diletakkan pada interaksi dan komunikasi bersifat lisan yang menjadi pusat sosialisasi adalah anak dan keperluan anak. Keluarga menjadi generalized other.

2.6.1 Proses sosialisasi Menurut George Herbert Mead

George Herbert Mead berpendapat bahwa sosialisasi yang dilalui seseorang dapat dibedakan melalui beberapa tahapan, diantaranya tahap persiapan, tahap meniru, tahap siap bertindak dan tahap penerimaan kolektif. (G. Ritzer, 2007: 282).

2.6.1.1 Tahap Persiapan (Preparatory Stage)

(26)

juga anak-anak mulai melakukan kegiatan meniru meski tidak sempurna. Contoh: Kata "makan" yang diajarkan ibu kepada anaknya yang masih balita diucapkan "mam". Makna kata tersebut juga belum dipahami tepat oleh anak. Lama-kelamaan anak memahami secara tepat makna kata makan tersebut dengan kenyataan yang dialaminya.

2.6.1.2 Tahap Meniru (Play Stage)

Tahap ini ditandai dengan semakin sempurnanya seorang anak menirukan peran-peran yang dilakukan oleh orang dewasa. Pada tahap ini mulai terbentuk kesadaran tentang nama diri dan siapa nama orang tuanya, kakaknya, dan sebagainya. Anak mulai menyadari tentang apa yang dilakukan seorang ibu dan apa yang diharapkan seorang ibu dari anak. Dengan kata lain, kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi orang lain juga mulai terbentuk pada tahap ini. Kesadaran bahwa dunia sosial manusia berisikan banyak orang telah mulai terbentuk.Sebagian dari orang tersebut merupakan orang-orang yang dianggap penting bagi pembentukan dan bertahannya diri, yakni dari mana anak menyerap norma dan nilai. Bagi seorang anak, orang orang ini disebut orang-orang yang amat berarti (Significant other).

2.6.1.3 Tahap Siap Bertindak (Game Stage)

(27)

Bersamaan dengan itu, anak mulai menyadari bahwa ada norma tertentu yang berlaku di luar keluarganya.

2.6.1.4 Tahap Penerimaan Norma Kolektif (Generalized

Stage/Generalized other) Pada tahap ini seseorang telah dianggap dewasa. Dia sudah dapat menempatkan dirinya pada posisi masyarakat secara luas. Dengan kata lain, ia dapat bertenggang rasa tidak hanya dengan orang orang yang berinteraksi dengannya tapi juga dengan masyarakatluas. Manusia dewasa menyadari pentingnya peraturan, kemampuan bekerja sama, bahkan dengan orang lain yang tidak dikenalnya secara mantap. Manusia dengan perkembangan diri pada tahap ini telah menjadi warga masyarakat dalam arti sepenuhnya.

2.7 Agen sosialisasi

(28)

2.7.1 Keluarga

Bagi keluarga inti (nuclear family) agen sosialisasi meliputi ayah, ibu, saudara kandung, dan saudara angkat yang belum menikah dan tinggal secara bersama-sama dalam suatu rumah. Sedangkan pada masyarakat yang menganut sistem kekerabatan diperluas (extended family), agen sosialisasinya menjadi lebih luas karena dalam satu rumah dapat saja terdiri atas beberapa keluarga yang meliputi kakek, nenek, paman, dan bibi di samping anggota keluarga inti. Pada masyarakat perkotaan yang telah padat penduduknya, sosialisasi dilakukan oleh orang-orang yang berada di luar anggota kerabat biologis seorang anak. Kadangkala terdapat agen sosialisasi yang merupakan anggota kerabat sosiologisnya, misalnya pengasuh bayi (baby sitter). Peranan para agen sosialisasi dalam sistem keluarga pada tahap awal sangat besar karena anak sepenuhnya berada dalam ligkugan keluarganya terutama orang tuanya sendiri.

2.7.2 Teman pergaulan

(29)

orang-orang yang kedudukannya sederajat dan juga mempelajari nilai-nilai keadilan. Anak-anak rawan terhadap tekanan teman sebaya (Sal Severe, 2001:254).

2.7.3 Lembaga Pendidikan Formal (sekolah)

Dalam lembaga pendidikan formal seseorang belajar membaca, menulis, dan berhitung. Aspek lain yang juga dipelajari adalah aturan aturan mengenai kemandirian (independence), prestasi (achievement), universalisme, dan kekhasan (specificity). Di lingkungan rumah, seorang anak mengharapkan bantuan dari orang tuanya dalam melaksanakan berbagai pekerjaan, tetapi di sekolah sebagian besar tugas sekolah harus dilakukan sendiri dengan penuh rasa tanggung jawab.

2.7.4 Media massa

Kelompok media massa di sini adalah media cetak (surat kabar, majalah, tabloid), media elektronik (radio, televisi, video, film). Besarnya pengaruh media sangat tergantung pada kualitas dan frekuensi pesan yang disampaikan.

2.7.5 Agen-agen lain

Selain keluarga, sekolah, kelompok bermain dan media massa, sosialisasi juga dilakukan oleh institusi agama, organisasi rekreasional, masyarakat, dan lingkungan pekerjaan. Semuanya membantu seseorang membentuk pandangannya sendiri tentang dunianya.

2.8 Perspektif Struktural Fungsional dan Pendidikan

(30)

tubuh manusia, sehingga masyarakat dipandang sebagai institusi yang bekerja seperti organ tubuh manusia. Oleh karena itu perspektif struktutal fungsional meyakini bahwa tujuan uatama dari institusi penting dimasyarakat, seperti pendidikan adalah mensosialisasikan generasi muda menjadi anggota masyarakat.

Sosialisasi merupakan proses yang dapat dijadikan tempat pembelajaran bagi generasi muda untuk mendapat pengetahuan, perubahan perilaku dan penguasaan tata nilai yang mereka perlukan agar bisa tampil sebagai bagian dari Negara yang produktif. Perspektif struktural fungsional memang mengarahkan focus kajian pendidikan terhadap nilai- nilai dan budaya, sosialisasi, stratifikasi dan pelembagaan.

Tegasnya suatu pendidikan harus memainkan peran dan fungsinya mencerdaskan warga masyarakat terutama pada anak jalanan yang begitu penting bagi mereka sebuah pendidikan itu. Karena pendidikan adalah kunci nterpenting dalam menentukan keberhasilan dalam membangun kehidupan. Oleh karena itu para penganut fungsionalisme memfokuskan perhatiannya pada proses pendidikan dalam menjamin tertib sosial. Dalam teori ini bahwa pendidikan itu harus memilki relevansi dengan pengembangan sistem ekonomi dan dengan demikian juga relevansinya dengan upaya membantu mengintegrasi masyarakat termasuk anak jalanan. Dengan penekanan adanya suatu bentuk trtib sosial dan pola- pola yang didapat dalam sosialisasi setidaknya anak jalanan dapat lebih memahami tentang suatu hal yang akan menjadi acuan mereka generasi- generasi muda untuk mendapat pengetahuan, perubahan perilaku dan tata nilai yang mereka perlukan sebagai pegangan mereka kedepannya.

(31)

setidak-tidaknya sampai dua dekade setelah perang dunia ke II, perpektif ini boleh dikatakan identik dengan sosiologi itu sendiri.

2.9 Pendidikan

Pendidikan saat ini merpakan kebutuhan primer setiap manusia. Karenanya, pendidikan tidak boleh dianggap sepele, karena pendidikan akan meningkatkan harkat dan martabat manusia itu sendiri. Terlebih lagi di era globalisasi setiap manusia di tuntut untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi dan bagi manusia yang tidak memiliki pendidikan maka dengan sendirinya akan tersisih dari persaingan global tersebut.

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan sarana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk m emiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, bangsa dan Negara.

Samanui.wordpress.com/…/pendidikan-merupakan-kebutuhan-primer..

2.9.1 Pendidikan Non Formal

(32)

sekolah yang di cap sebagai sekolah liar. Karena itu, dia membangun taman siswa sebagai suatu proses belajar bersama kaum pribumi yang saat ini tidak bisa mengakses pendidikan formal, dengan mengembangkan nilai- nilai nasionalisme anti penjajahan yang dibutuhkan masyarakat terjajah pada saat itu.

(33)

BAB III

METODE PENELITIAN SOSIAL

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan deskriptif. Penelitian kualitatif adalah metode yang bermaksud untuk memahami apa yang dialami oleh subyek penelitian secara holistic dan dengan menggunakan pendekatan deskriptif dalam membentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan memanfaatkan berbagai metode ilmiah. Dengan menggunakan penelitian kualitatif peneliti akan memperoleh informasi atau data di pusat kegaiatan belajar masyarakat yang ada di kota Medan. Penelitian kualitatif digunakan untuk menggambarkan suatu bentuk model pendidikan anak jalanan yang terjadi.

Pendekatan deskriptif adalah penelitian yang berupa mendeskripsikan data yang ada, disamping itu pendekatan deskriptif terbatas pada usaha mengungkapkan pada suatu masalah atau keadaan bahkan peristiwa sebagaimana adanya sehingga bersifat sekedar mengungkapkan kata (fact finding). Dalam penelitian ini yang diinginkan adalah memperoleh gambaran yang mendalam tentang model pendidikan anak jalanan.

3.2. Lokasi penelitian

(34)

tertarik untuk meneliti tentang rutinitas dan model pendidikan yang didapatkan atau diberi terhadap anak jalanan tersebut.

3.3. Unit Analisis dan Informan

3.3.1. Anit Analisis

Unit analisis adalah satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai subjek penelitian (Arikunto, 1998:2). Unit analsis masalah kualitatif tediri dari tingkat yang sangat mikro, yaitu pikiran dan tindakan individu, sampai dengan konteks yang paling makro. Adapun unit analisis dalam penelitian ini adalah anak jalanan yang ada di pusat kegiatan belajar masyarakat ( PKBM ) hati nurani baru ( HANUBA ) Medan.

3.3.2. Informan

Adapun yang akan menjadi sumber informasi untuk mendapatkan data dari penelitian ini selanjutnya disebut informan. Dan lebih lanjut informan tersebut dibagi menjadi dua kategori :

1. Informan kunci

Informan kunci pada penelitian ini adalah tenaga ahli yang ada di lembaga Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat yang berjumlah 8 orang tenaga kerja. Adapun yang menjadi kriteria dalam pemilihan informan ini adalah : mampu dan mempunyai kemampuan dalam membimbing dan mengajar anak jalanan dalam proses belajar mengajar berlangsung.

2. Informan Biasa

(35)

anak- anak yang ada di pusat kegiatan belajar masyarakat yang setidaknya bersangkutan atas pendidikan anak jalanan tersebut. Anak peserta didik yang ikut dalam program pendidkan ini berjumlah 20 orang.

3.4. Teknik Pengumpuln Data

Data adalah sesuatu yang belum mempunyai arti bagi penerimanya dan masih memerlukan adanya suatu pengolahan. Data bisa berwujud suatu keadaan, gambar, suara, huruf, angka, matematika, bahasa ataupun symbol-simbol lainnya yang bisa kita gunakan sebagai bahan untuk melihat lingkungan, obyek kejadian ataupun suatu konsep.

Dalam hal ini teknik pengumpulan data mempunyai manfaat bagi peneliti agar dalam pengumpulan data yang dilakukan memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam bentuk rangka mencapai tujuan penelitian. Tujuan yang diuagkapkan dalam bentuk hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap pernyataan penelitian. Metode pengumpulan data dapat diperoleh dengan cara : ( http://belajarpsikologi.com/metode-pengumpulan-data/ diakses 23 Juli 2014, pukul 06.00 WIB ).

3.4.1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari objek penelitian melalui observasi dan wawancara, baik secara partisipatif maupun dengan cara wawancara mendalam, maka untuk mendapatkan data pokok atau data utama dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

(36)

melihat sejauh mana tingkat gejala yang harus diamati dan perlu untuk diteliti. Kemudian mendapatkan data yang lengkap bekenaan dengan masalah sosial dan kaitannya dengan yang lainnya yang mempunyai nilai bagi kehidupan masyarakat atau kelompok yang diteliti. Adapun objek yang diteliti diamati adalah model pendidikan anak jalanan.

2. Wawancara mendalam, adalah merupakan proses tanya jawab yang dilakukan peneliti kepada orang yang menjadi objek penelitian atau informan secara langsung yang berhubungan suatu masalah khusus dengan teknik bertanya bebas dan berpedoman. Bertujuan untuk memperoleh data dan informasi secara lengkap tentang kehidupan sosial atau objek masalah yang akan diteliti yaitumodel pendidikan anak jalanan. Wawancara dilakukan berkali-kali dengan membutuhkan waktu yang lama bersama informan dilokasi penelitian. Untuk memudahkan pewawancara dalam melakukan tanggung jawab menggunakan alat bantu perekam atau tape recorder untuk memudahkan peneliti menangkap seluruh informasi yang diberikan informan. Aspek-aspek wawancara ditujukan kepada pertanyaan-pertanyaan-pertanyaan mengenai model pendidikan anak jalanan, seperti pengetahuan, perilaku, sikap, tindakan, dan model pendidikan yang ada di dalamnya.

3.4.2. Studi Dokumentasi

(37)

subjek. Sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi. Sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk surat-surat, catatan harian, cenderamata, laporan, artefak, foto, dan sebagainya. Sifat utama data ini tak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di waktu silam. Objek dokumentasi yang dikaji dalam penelitian ini difokuskan pada data-data yang tersimpan dalam website, foto, dan laporan yang berkaitan dengan Model pendidikan anak jalanan.

3.5. Interpretasi Data

(38)

3.6 Jadwal Kegiatan

No. Kegiatan Bulan ke

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1. Pra proposal 

2. ACC penelitian 

3. Penyusunan proposal

penelitian

 

4. Seminar proposal penelitian  5. Revisi proposal penelitian 

6. Penelitian lapangan    

7. Pengumpulan data dan analisa data

   

8. Bimbingan skripsi    

9. Penulisan laporan akhir  

10. Sidang meja hijau 

3.7. Keterbatasan Penelitian

(39)

wawancara pada waktu berkumpul di pusat kegiatan belajar masyarakat hati nurani baru dalam menjalankan program pendidikan untuk mengajarkan anak jalanan tersebut.

(40)

BAB IV

DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Kota Medan

Kota Medan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya. Kota ini merupakan wilayah yang subur di wilayah dataran rendah timur dari Provinsi Sumatera Utara dengan ketinggian berada 22,5 meter di bawah permukaan laut. Kota ini dilalui oleh dua sungai yaitu Sungai Deli dan Sungai Babura yang bermuara di Selat Malaka.

(41)

termasuk arus ulang alik (commuters), mempengaruhi kebijakan kependudukan yang diterapkan.

Kondisi sosial yang terbagi atas pendidikan, kesehatan, kemiskinan, keamanan dan ketertiban, agama dan lainnya, merupakan faktor penunjang dan penghambat bagi pertumbuhan ekonomi Kota Medan. Keberadaan sarana pendidikan kesehatan dan fasilitas kesehatan lainnya, merupakan sarana vital bagi masyarakat untuk mendapat pelayanan hak dasarnya yaitu hak memperoleh pelayanan pendidikan dan kesehatan serta pelayanan sosial lainnya. Demikian juga halnya dengan kemiskinan, dimana kemiskinan merupakan salah satu masalah utama pengembangan kota yang sifatnya kompleks dan multi dimensional yang fenomenanya di pengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan, antara lain : tingkat pendapatan, kesehatan, pendidikan, lokasi, gender dan kondisi lingkungan. Kemiskinan bukan lagi dipahami hanya sebatas ketidakmampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan memenuhi hak-hak dasar dan perbedaan perlakuan bagi seseorang atau sekelompok orang dalam menjalani kehidupan secara bermartabat.  (http://www.pemkomedan.go.id/mdntem.php) 

Adapun batas-batas wilayah Kota Medan adalah sebagai berikut:

Sebelah utara : berbatasan dengan Selat Malaka

Sebelah selatan : berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang

Sebelah barat : berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang

(42)

Letak yang strategis ini menyebabkan Kota Medan berkembang menjadi pintu gerbang kegiatan perdagangan barang dan jasa baik itu domestik maupun internasional. Kota Medan beriklim tropis basah dengan curah hujan rata-rata 2000-2500 mm per tahun. Suhu udara di Kota Medan berada pada maksimum 32,4º C dan minimum 24º C (Sumber: www.usu.ac.id).

Di medan terdapat banyak tempat anak jalanan yang ditemui di jalanan, terdapat beberapa titik atau lokasi yang menjadi tempat anak jalanan untuk melakukan aktifitas mereka dijalanan. Lokasi yang menjadi tempat anak jalanan di kota medan yaitu di lampu merah simpang deli tua dan simpang pos, jalan jamin ginting. Dalam dua lokasi yang terdapat anak jalanan ini merupakan salah satu tempat sosialisasi Program pendidikan yang dilakukan oleh Pusat kegiatan Belajar Masyarakat Hati Nurani Baru ( PKBM HANUBA ) karena dekat dengan lokasi tempat atau kantor kegiatan belajar. Dengan begitu alasan kenapa program pendidikan yang dilakukan terhadap anak jalanan ini merupakan suatu upaya yang diberikan terhadap anak jalanan agar mereka bisa mengikuti pendidikan yang sebagaimana semestinya mereka dapatkan. Program pendidikan yang diberikan terhadap anak jalanan ini mengupayakan pendidikan luar sekolah bagi anak yang putus sekolah sebagai pendidkan alternative bagi anak dan mengupayakan program pelatihan untuk memboboti keahlian anak sebagai bekalnya kelak kedepannya.

(43)

4.1.2 Gambaran peserta dan sumber belajar

Peserta yang mengikuti program pendidikan sejak di mulai tahun 2001 berdirinya Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Hati Nurani Baru ( PKBM HANUBA ) sudah banyak meluluskan anak didik yang pernah mengikuti program pendidikan anak jalanan. alumni PKBM HANUBA sudah terbukti dan sudah nyata mendapatkan pekerjaannya yang mereka dapatkan, dengan terbukti ada yang sudah bekerja di instansi pemerintah dan ada juga yang sudah membuka usaha kecil- kecilan yang mereka geluti. Ini semua tidak terlepas dari program yang diberikan kepada anak jalanan, dimana mereka diberi bekal dan kemampuan ataupun pelatihan dan pembobotan kepada anak sebagai bekal mereka kedepannya, dengan harapan dan tujuan inilah Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Hati Nurani Baru tergerak untuk membantu anak jalanan yang putus sekolah sehingga menghabiskan banyak waktu mereka dijalanan.

Sasaran anak jalanan yang mengikuti kegiatan program pendidikan anak jalanan di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat ( PKBM ) Hati Nurani Baru ( HANUBA ) sekitar 20 orang tahun 2012 sampai 2014, seperti data pada tabel berikut:

Tabel 1

Identitas Peserta Berdasarkan Kelompok Usia

No        USIA       F   % 

1        3 sampai 9 Tahun   13  62, 50 

2        10 sampai 14 Tahun  7  37,50 

        JUMLAH  20  100 

(44)

Dilihat dari kelompok usia, sebagian besar peserta berusia 3 – 9 tahun, sebagian lagi berusia antara 10 - 14 tahun. Jika dilihat dari tingkat pendidikannya, sebagian besar berpendidikan SMP, SD dan tidak tamat SD. Secara lebih rinci tingkat pendidikan peserta kegiatan pada Program Pendidikan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat terhadap Anak Jalanan. dapat dilihat pada tabel di bawah:

Tabel 2

Identitas Peserta Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No         PENDIDIKAN   F   % 

1         Belum Sekolah   7  44,00 

  2         SD  6  32,00 

  3        SMP  5  16,00 

  4        Tidak Tamat SMP  2  8,00 

         JUMLAH        20  100,00 

Sumber :(http://pkbmhanubamedan1.blogspot.com/ diakses 23 Juli 2014, pukul 06.23 WIB)

4.1.3 Gambaran Umum Kecamatan Medan Johor

Kecamatan Medan Johor terletak di wilayah Selatan Kota Medan dengan batas-batas sebagai berikut :

(45)

2. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Polonia

Kecamatan Medan Johor dengan luas wilayahnya 16,96 KM², dan 6 kelurahan yaitu:

1. Kelurahan Gedung Johor 2. Kelurahan Pangkalan Mansyur 3. Kelurahan Kwala Bekala 4. Kelurahan Titi Kuning 5. Kelurahan Sukamaju 6. Kelurahan Kedai Durian

Kecamatan Medan Johor adalah merupakan daerah pemukiman di Kota Medan di sebelah Selatan, dan merupakan daerah resapan air bagi Kota Medan, dengan penduduknya berjumlah : 123.851 Jiwa (2011) . Di Kecamatan Medan Johor ini banyak terdapat perumahan-perumahan kelas menengah dan mewah, daerah ini sangat potensial bagi para investor yang bergerak dibidang Real Estate, disamping itu juga sangat berpotensi dibidang agrobisnis dan pendidikan. Disini juga terdapat Balai Pembibitan Pertanian dan sebuah Asrama Haji yang besar dan megah dengan pelayanan hajinya setiap tahun sering mendapat penghargaan secara Nasional. Walaupun bukan sebagai daerah pusat industri di Kecamatan Medan Johor ini juga terdapat beberapa industri kecil seperti Pengolahan Kopi dan Produk Minuman ringan.

4.2 Sejarah PKBM HANUBA di Kota Medan

(46)

Dengan modal itu sudah berupaya melakukan berbagai program satu demi satu kami kembangkan dengan bekerja sama dengan berbagai pihak. Hingga sekarang dapat melakukan program yang berkesinambungan.

LSM Hanuba yang berdiri sejak tahun 2001 dengan berlatar belakang dari kondisi yang terjadi di Negara ini dampak krisis ekonomi terutama issu banyaknya anak jalanan dan banyaknya anak terpaksa putus sekolah karena ketidak mampuan ekonomi keluarga. Awalnya LSM ini mengembangkan konsep pendidikan alternatif dan membantu anak jalanan untuk menyelesaikan pelajarannya di sekolah masing-masing bagi anak yang masih sekolah dan mengumpulkan anak jalanan dan anak putus sekolah untuk kami berikan pembelajaran alternative. Pekerjaan ini dilakukan oleh aktifis pemuda HKBP kemenangan resort Medan Kota yang memiliki komitmen bersama dalam masalah-masalah sosial anak di sekitar gereja kemenangan dan lingkungan jemaat HKBP kemenangan. Untuk mengukuhkan legalitas program pendampingan, maka pada tahun 2004 kami membuat badan hokum/ notaris dengan nama PKBM Hati Nurani Baru.

(47)

Selain itu honor ataupun uang transport bagi tutor yang mengajar masih sangat minim dan belum manusiawi untuk dapat dipergunakan untuk biaya hidup nya sehari-hari. Sehingga pada umumnya staff pengajar di PKBM hanuba harus memiliki kerja sampingan diluar untuk tetap dapat eksis melakukan pendampingan di PKBM Hanuba dengan berbagai aktifitas. Selain itu program yang ada dari dinas pendidikan hanya kejar paket A ( KPA ) setara SD dan kejar paket B ( KPB ) setara SMP. Sementara realita yang terjadi pada dampingan kebanyakan dampingan membutuhkan program kejar Paket C ( KPC ) setara SMA. Sehingga dengan kondisi di atas kami juga menjalankan program paket C setara SMA dengan swadana masyarakat. Tetapi kemampuan masyarakat juga sangat minim untuk mendukung kegiatan sehingga semampunya kami laksanakan program dengan seadanya.

Disini dapat dijelaskan bahwa program pusat kegiatan belajar masyarakat hati nurani baru ( PKBM HANUBA ) adalah suatu wadah masyarakat untuk memperoleh pendidikan keterampilan dan keahlian yang bermanfaat khususya bagi warga masyarakat yang mengikuti proses belajar jalur pendidikan non formal di PKBM HANUBA yang terdiri dari masyarakat, anak jalanan/terlantar, pemulung dan anak- anak yang putus sekolah, dan masyarakat yang tidak bekerja yang sasarannya berorientasi peningkatan taraf hidup, sehingga mereka tidak selamanya menjadi anak telantar/ jalanan, penyemir sepatu, penarik becak, pengangguran tetapi akan beralih profesi yang lebih baik sesuai dengan keahlian yang mereka miliki setelah diadakan pembobotan dan seterusnya yang sifatnya meningkatkan taraf hidup melalui upaya pembekalan pendidikan keterampilan. Selain itu program tersebut diselenggarakan untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat luas untuk memperoleh pendidikan. pkbmhanuba@yanur.net.

(48)

sekolah atau pendidikan non formal dan mengadakan pelatihan- pelatihan keterampilan maupun kewirausahaan serta mengupayakan penambahan pengetahuan masyarakat melalui praktek langsung dilapangan kerja mitra PKBM HANUBA di tempat-tempat usaha PKBM.

Latar belakang berdirinya PKBM HANUBA adanya realita yang terjadi di tengah-tengah masyarakat, seperti : Fenomena anak- anak jalanan/ telantar yang mendapatkan perhatian kemanusiaan, banyaknya kasus anak putus sekolah karena ketidakmampuan ekonomi keluarga, kondisi sosial ekonami yang memprihatinkan serta terjadinya PHK akibat terjadinya krisis moneter dan krisis global yang berkepanjangan.

Proses belajar mengupayakan partisipasi para anak jalanan tersebut belajar dan diupayakan berjalanan dengan suasana yang hidup. Dalam proses belajar ini tutor dengan modal pelatihan dan pengalaman berupaya melakukan pendidikan yang berwawasan pembebasan dan demokratis. Selain itu juga akan mengupayakan pembebasan pendidikan dari belenggu kebodohan dan kemiskinan yang dapat merobah pola dan tata cara berfikir kreatif warga belajar. Untuk itu metode belajar yang partisipatif sangat diutamakan. Selain itu karena warga belajar keaksraan fungsional yang masuk di pagi hari dan akan memanfaatkan hari yang lain melalui keterampilan- keterampilan hidup yang tersedia fasilitasnya di PKBM HANUBA. Jadi satu hari teori dan satu hari praktek bagi warga yang belajar keaksraan fungsional. Pendidikan keaksraan fungsional diawali dengan melakukan identifikasi baik berupa minat dan kebutuhan kehidupan sehari- hari. Yang bertujuan tutor dapat mengetahui apa yang benar- benar dibutuhkan oleh warga belajar itu sendiri sampai terhadap lingkungan sekitarnya.

(49)

lingkungan, minat dan kebutuhan peserta didik serta dukungan sumber daya yang tersedia. Pada proses identifikasi tema pembelajaran ini kemungkinan akan menghasilkan banyak tema akemudian akan menjadi bahan untuk proses belajar. Dalam hal ini tutor banyak melibatkan warga, denga belajar dengan menggunakan metode diskusi untuk lebh dapat mengena kepada tujuan pembelajaran yaitu baca, tulis dan hitung. Diskusi biasanya dimulai dengan dari masalah yang ditemui warga belajar kemudian didiskusikan dari kelompok belajar, membaca dan berhitung.

Didalam itu juga mereka juga mendapatkan keterampilan yang di berikan oleh PKBM HANUBA kepada anak- anak jalanan untuk mengasah keterampilan mereka dan keaksaraan fungsional mereka, antara lain yakni merangkai papan bunga, dimana dalam merangkai papan bunga ini anak belajar keaksaraan fungsional yang diberikan oleh tutor yang mempunyai keterampilan di bidang dalam merangkai bunga. Membuat sandal dari gabus bukan termasuk keterampilan yang sulit sehingga warga atau anak jalanan belajar keaksaraan fungsional setelah dibekali kemampuan dan pengetahuan mengenai proses pembuatannya. Dan keterampilan menjahit juga meliputi hal seperti itu yang membutuhkan keterampilan dan pengetahuan yang akan mereka dapatkan dari tutor yang memahami di bidang masing- masing.

(50)

4.5 Profil Informan

Profil informan dalam penelitian ini adalah para pekerja sosial atau tenaga kerja yang ada ikut bergabung di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat ( PKBM ) Hati Nurani Baru ( HANUBA ) di Kota Medan. Berikut adalah daftar pekerja sosial yang menjadi informan penelitian ini :

1. Febrina odelia

(51)
(52)

pendidikan yang dibuat, yaitu : membenahi seluruh program yang sedang berjalan agar lebih tepat dan dapat mencapai sasaran, serta membantu anak jalanan untuk mengembangkan pendidikan dengan melalui sosialisasi agar mereka termotifasi. Selain dari proses belajar mengajar yang dilakukan, disini juga beliau mengatakan adanya bentuk- bentuk pengajaran lain yang dilakukan di luar proses belajar mengajar terdapat juga praktek – praktek yang menghasilkan prakarya, yaitu : mengolah bahan – bahan hasil limbah atau botol – botol aqua bekas yang sudah terbuang dan diolah menjadi suatu bentuk prakarya yang bisa menjadi suatu sumber penghasilan, dan penghasilan dari hasil prakarya yang dibuat itu akan diperjual belikan, sehingga hasil penjualan dari prakarya yang mereka buat itu akan menjadi pemasukan untuk Pusat kegiatan Belajar Masyarakat ( PKBM ) Hati Nurani Baru ( HANUBA ) sebagai kas dalam menjalankan program pendidikan terhadap anak jalanan.

2. Jesica

(53)
(54)

selebihnya tidak ada. Pusat kegiatan Belajar Masyarakat ( PKBM ) Hati Nurani Baru ( HANUBA ) mempunyai target dalam membentuk program pendidikan yaitu: menupayakan pelatihan keterampilan dan membantu anak- anak jalanan untuk memanfaatkan waktuya dan termotifasi. Selain proses belajar mengajar yang diberikan pekerja sosial anak jalanan juga diikut sertakan membuat praktek- praktek yang menghasilkan karya – karya yang bisa menjadi keterampilan bagi mereka sehingga mereka bisa mempunyai bekal kedepan untuk membuat karya- karya yang bisa mereka nikmati dan menjadi bantuan ekonomi bagi mereka, disini hasil karya yang dibuat oleh anak jalanan tersebut diolah dari barang- barang yang sederhana bahkan barang barang bekas seperti botol aqua bekas yang akan di buat menjadi sebuah karya akan menjadi suatu nilai jual yang lebih, sehingga hasil prakarya yang telah dibuat akan diperjual belikan dan hasilnya akan menjadi pemasukan buat Pusat kegiatan Belajar Masyarakat ( PKBM ) Hati Nurani Baru ( HANUBA ) sebagai dana buat kesuksesan dan kepentingan selama program pendidikan berjalan.

3. Hotma

(55)
(56)
(57)

mengeluarkan biaya banyak dalam mempersiapkan suatu bahan, sperti botolbekas aqua, serta kain – kain hasil jaitan yang sudah tersisa dapat juga di manfaatkan untuk menciptakan hasil karya yang bisa menjadi bekal mereka nanti kedepannya dalam membuat hasil karya mereka, sehingga bisa untuk dinikmati dan diperjual belikan. Hasil karya yang sudah dibuat it akan dijual dan hasilnya itu akan menjadi sumber kas Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat ( PKBM ) Hati Nurani Baru ( HANUBA ) dalam menyukseskan program pendidikan anak jalanan.

4. Herlina

(58)
(59)

ini agar mereka tidak ketinggalan juga dalam pendidikan seperti anak – anak yang mendapatkan pendidikan selayaknya. Dalam program ini, anak jalanan juga mendapatkan pengajaran dalam membuat dalam sebuah karya atau praktek – praktek diluar dari proses belajar mengajar yang didapatkan, mereka semua diajak untuk membuat suatu prakarya yang membantu kemampuan dan akan menjadi pegangan mereka kedepannya. Pekerja sosial juga disini berperan aktif dan bekerja sama dalam meninkatkan kemampuan anak jalanan ini. Prakarya – prakarya yang akan dilakukan itu melalui barang – barang bekas yang dikumpulkan dan akan diciptakan dan akan diolah menjadi barang yang mempunyai nilai dan layak pakai kedepannya, tidak memerlukan modal yang bnyak dalam membuat prakarya tersebut. Jika prakarya ini juga sudah selesai dan sudah bisa digunakan dan sudah layak untuk digunakan maka hasilnya ini juga akan di perjual belikan dan akan menghasilakn tambahan dana terhadap program pendidikan anak jalanan ini juga.

5. Rusdin

(60)
(61)

proses belajar apa yang dibutuhkan dan menjadi suatu kepentingan bagi anak jalanan ini, terutama dalam hal membaca dan menulis bahkan menghitung. Dalam hal seperti ini Pusat Kegiatan Balajar Masyarakat ( PKBM ) Hati Nurani baru ( HANUBA ) mempunyai target kedepan dalam program pendidikan ini, salah satunya adalah menjalankan dan mensukseskan program pendidikan ini terhadap anak jalanan agar mereka ikut serta dan mempunyai bekal dan kemampuan yang mereka miliki terutama bagi pendidikan mereka agar mereka termotifasi untuk ikut dalam program pendidikan anak jalanan ini. Terlepas dari program pendidikan yang dilakukan yaitu proses belajar mengajar yang diajarkan oleh para pekerja sosial, peserta didik atau anak jalanan ini juga diberi bekal untuk mengembangkan bakat dan keterampilan mereka, pihak dari Pusat Kegiatan Belajar Mayarakat ini juga membuat suatu kegiatan kusus sepert menciptakan suatu karya yang bisa dilakukan oleh tangan atau kerajinan tangan dalam membentuk suatu hasil karya dari bahan – bahan yang sudah terbuang atau sampah bahkan botol-botol aqua yang semuanya bisa disulap untuk menjadi barang yang berguna yang bisa di manfaatkan dan dipergunakan lagi, dan dari hasil prakarya yang dilakukan itu akan di perjualkan kepada pembeli yang membeli dan hasilnya juga akan menjadi masukan bagi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat ( PKBM ) Hati Nurani Baru ( HANUBA ) dalam program pendidikan terhadap anak jalanan.

4.2.1 Profil Informan Biasa 1. Bongaran

(62)
(63)

sudah sedikit memahami jikalau ada suatu soal yang diadakan dan dipertanyakan guru di sekolahnya, Bongaran sudah bisa untuk lebih cepat memahami pelajaran tersebut. Bongaran juga selalu hadir dalam pelaksanaan program ini, dengan mengahadiri setiap pertemuan yang dialakuakn oleh pekerja sosial selama ini. Karena Bongaran beranggapan waktu dan jam nya tepat dengan waktu yang memang bisa untk diikuti. Dengan adanya kedekatan dan interaksi serta adanya kesinambungan dengan pekerja sosial Bongaran sudah merasa dekat dengan pengajar yang memberikan Bongaran pelajaran dan bisa saling berbagi dan bertanya didalam proses belajar mengajar itu berlangsung.

2. Nelly

(64)

sehingga nelly bisa mengikuti pendidikan yang diberikan oleh pekerja – pekerja sosial, dapat membantu proses belajar mengajar dan pendalaman dalam memahami pelajaran serta lebih cepat untuk bisa mengerti apa yang diberikan oleh pekerja sosial terhdap soal dan pelajaran yang dipelajari bersama. Nelly mengikuti program ini dengan adanya suatu sosialisasi dari pihak lembaga Pusat Kegiatan belajar Masyarakat ( PKBM ) Hati Nurani Baru ( HANUBA ) terhadap masyarakat setempat dan langsung ikut bergabung didalamnya. Dalam proses nelajar mengajar ini berlangsung Nelly selalu mengikuti setiap pertemuan yang berlangsung dan tidak menyia – nyiakannya kalau itu terlewatkan, karena Nelly mengatakan ini merupakan suatu kesempatan yang harus diikuti untuk mendapatkan pendidikan yang lebih dan bisa diperoleh dari abang dan kakak pekerja sosial yang selalu membantu dan membimbing Nelly dalam meningkatkan kemampuan dan memtifasi agar lebih giat lagi untuk mengikuti program Pendidikan ini.

4.3 Sosialisasi Program Pendidikan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat ( PKBM ) Hati Nurani Baru ( HANUBA )

Proses sosialisasi adalah proses belajar yaitu suatu proses akomodasi dengan mana individu itu menahan, mengubah impuls-impuls dalam dirinya dan mengambil oper cara hidup atau kebudayaan masyarakatnya. Dalam proses sosialisasi itu individu mempelajari kebiasaan, sikap, idea – idea, pola –pola nilai dan tingkah laku, dalam masyarakay dimana dia hidup.

(http://faiucy.wordpress.com/2012/03/04/sosialisasi-dalam-pendidikan diakses 23 Juli 2014, pukul 07.40 WIB)

(65)

di PKBM Hanuba. (http://pkbm-hanuba.blogspot.com/2011_05_01_archive.html diakses 23 JUli 2014, pukul 07.13 WIB).

Dalam hal ini Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Hati Nurani Baru (PKBM HANUBA) melakukan sosialisasi terhadap anak jalanan mengenai program pendidikan yang dijalankan oleh lembaga belajar dengan melalui proses partisifasi dan pendekatan terhadap anak jalanan langsung, dengan cara langsung turun kelapangan untuk menemui anak jalanan tersebut dan menanyakan tentang kepribadian anak jalanan, bahkan proses sosialisasi Pusat kegiatan belajar Masyarakat melakukan kunjungan khusus terhadap suatu tempat yang memang anak di dalam suatu gang itu memang kebanyakan menjadi anak jalanan dan menghabiskan waktu kejalan, serta langsung mensosialisasikan kepada warga setempat ataupun orang tua dari si anak. Dengan cara menyampaikan visi dan misi serta menyampaikan program pendidikan gratis yang bisa diperoleh oleh anak tersebut, mengarahkan dan membimbing individu untuk memasuki dunia pendidikan, diarahkan dan dibimbing agar lebih mengenal dan termotifasi untuk mengenal dan mengetahui tentang pendidikan dan tetang kehidupan sosial. Hal ini diungkapkan oleh informan, sebagaai berikut :

“Pekerja sosial memberikan yang terbaik buat peserta didik

(anak jalanan) dalam membimbing dan memberi mereka

pelajaran dan proses belajar mengajar selama didalam pelajaran

dan diluar pelajaran.’

Hal serupa juga Diuangkapkan oleh informan Febrina Odelia, sebagai berikut:

“membenahi seluruh program yang sedang berjalan agar lebih

tepat dan dapat mencapai sasaran, serta membantu anak jalanan

untuk mengembangkan pendidikan dengan melalui sosialisasi

(66)

4.4 Model Pembelajaran Anak Jalanan

Pembelajaran dapat diberi arti sebagai setiap upaya yang sistematik dan disengaja oleh pendidik untuk menciptakan kondisi – kondisi agar peserta didik melakukan kegiatan belajar. Dalam kegiatan ini terjadi interaksi edukatif antara dua pihak, yaitu antara peserta didik ( siswa, peserta didik, peserta latihan ) yang melakukan kegiatan belajar dengan pendidik ( guru, tutor, pelatih ) yang melakukan kegiatan pembelajaran.

(67)

Proses belajar mengajar mengupayakan partisifasi para anak jalanan dan diupayakan berjalan dengan suasana hidup, begitu juga program pendidikan tentang anak jalanan yang dilakukan oleh Pusat Kegiatan Belajar masyarakat Hati Nurani Baru ( PKBM HANUBA ). Dalam tahap ini PKBM HANUBA membuat perencanaan pembelajaran, yaitu dengan identifikasi tema pembelajaran dilakukan oleh tutor bersama peserta didik dengan memperhatikan potensi lingkungan, minat dan kebuthan peserta didik serta dukungan sumber daya yang tersedia. Pada prose identifikasi tema pembelajaran ini kemungkinan akan menghasilkan banyak tema pembelajaran, oleh karena itu ttor bersama peserta didik harus menetntukan prioritas tema pembelajaran yang akan dipelajari. Hal ini juga yang diungkapkan oleh informan Rusdin, sebagai berikut:

“Tentunya dalam proses belajat mengajar seperti ini beliau

mengutarakan bahwa butuh keahlian dan pendekatan yang tepat terhadap

sianak dan sosialisasi yang benar dalam menghadapi tingkah laku anak

dalam proses belajar mengajar disaat sedang berlangsung, terkadang

harus mengukti kemauan si anak dalam pelaran apa yang mereka sukai

dan mereka pahami untuk pelajaran mereka pada hari itu juga.’

4.4 Sikap Anak Jalanan dalam Belajar

(68)

diidentifikasi. Adalah: pertama, kesadaran. Sikap yang menunjukkan adanya kesadaran pada anak terlihat pada keikutsertaan anak mengikuti kelas, keikutsertaan dalam melaksanakan tugas kebersamaan dan keinginan bersama – sama dalam melakukan tugas kebersihan serta mengamalkan ilmu suatu hari nanti. Hal ini diungkapkan oleh informan, sebagai berikut :

“Anak jalanan ini merasa sangat senang dengan adaya program

pendidikan seperti ini, karena dapat membantu mereka untuk lebih

berani dan bertanggung jawab serta bersungguh- sungguh untuk

mengamalkan pendidikan.’

Kedua, sikap yang belum dapat berkonsentrasi, bahwa anak belum mampu dapat berkonsentrasi terlihat dimana anak Nampak membuat gaduh didalam kelas, ketika prose belajar sedang berlangung, dan menggangu teman serta melakukan aktifitas lain diluar pelajaran, seperti melirik ke kanan dan kekiri. Hal ini juga diuangkapkan oleh informan, sebagai berikut :

“Pekerja sosial mempunyai kendala dalam memberikan aturan

dan memberikan teguran terhadap anak jalanan ketika program

pendidikan dalam belajar sedang berjalan.’

(69)

“Pendidikan merupakan suatu hal penting, terutam untuk generasi

penerus bangsa ini, seperti anak jalanan ini yang mempunayi

semangat dan tekad yang dia punya untuk menjadi sukses dan

mempunyai motivasi yang kuat dan ingin belajar.’

Dan kelima, acuh tak acuh, sikap acuh tak acuh ditunjukkan anak dengan cara tidak menghiraukan ajak temannya untuk mengikuti aktifitas proses belajar mengajar. Keenam penolakan, sikap penolakan ditunjukkan oleh anak dengan cara tidak mau membaca, menulis dan mengikuti apa yang pekerja sosial berikan dan terangkan didepan. Hal ini juga diuangkapkan oleh informan, sebagai berikut :

“sebagian anak susah untuk diatur dan diberikan masukan serta

bnyak penolakan yang mereka lakukan dengan cara tidak ikut

dalam proses belajar di dalam ruangan hanya untuk

mementingkan bermain mereka diluar.’

Ketujuh, berinisiatif, sikap inisiatif ditunjukkan oleh anak melalui insiatif untuk membuat catatan sendiri, membantu teman yang sedang dalam kesulitan, berinisatif untuk mengajak teman belajar bersama dalam kegiatan program pendidikan dan bertanya jikalau merasa kebingunan dan kesusahan. Hal ini juga diuangkapkan oleh informan, sebagai berikut:

“Proses belajar mengajar yang diberikan pekerja sosial terhadap

anak dalam program pendidikan ini sudah sangat berjalan lancar

dan mampu mengajak teman- temannya juga untuk ikut serta

dalam belajar.’

(70)

“Setiap tingkah laku anak yang diajarkan berbeda – beda, ada

memang yang mau bersungguh- sungguh sehingga tanpa disuruh

ataupun ditegur sudah mempunyai inisiatif sendiri untuk

menjalankannya.

4.3 Perilaku Belajar Anak Jalanan

Temuan penelitian yang menggambarkan perilaku belajar anak jalanan dapat dikategorikan kedalam lima cara, pertama yaitu: belajar dengan guru. Anak belajar bersama guru dengan cara diberi pertanyaan oleh guru, menyimak penjelasan guru, mempraktekkan penjelasan guru, memperhatikan apa yang dilakukan guru, mengamati, mencatat dan menghafalkan pelajaran. Kedua, belajar dengan orang lebih tua, anak belajar dengan orang yang lebih tua dengan cara bertanya kepada orang yang lebih tua dengan cara mengikuti, meniru dan menjalankan. Ketiga, belajar dengan teman sebaya, belajar dengan teman sebaya yang dilakukan anak dengan cara berdiskusi tentang pelajaran dan saling membantu mengerjalan tugas serta saling membimbing teman sebaya. Keempat, belajar dengan sendiri atau belajar otodidak dengan cara membaca halaman lain dengan cara memanfaatkan waktu kosong dengan cara mempertimbangkan suatu konsep dengan konsep lain. Kelima, belajar dengan diberinya anak tanggung jawab, diberi tanggung jawab terhadap diri sendiri dan diberi tanggung jawab terhadap temannya agar membimbing teman- temannya, agar dibiasakan diri untuk mandiri dengan kreatifitas yang diajarkan, dan bisa berkonstribusi dan agar dapat terus hidup dan berkembang.

(71)

Gambar

Tabel 1
Tabel 2

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan terkait peranan Lembaga PPAP Seroja dalam pelaksanaan Program Kota Layak Anak (KLA) pada lingkungan pendidikan anak jalanan

Hambatan-hambatan apa saja yang dihadapi LSM PPAP Seroja dalam pelaksanaan program Kota Layak Anak (KLA) pada lingkungan pendidikan anak jalanan di Kota

Berdasarkan  data  yang  ada  di  Dinas  Sosial  Pemerintah  Kota  Surakarta,  hanya sekitar 67,45% dari total anak jalanan yang ada di wilayah Kerja Pemerintah 

Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui kinerja pekerja sosial dalam kegiatan pemberdayaan anak jalanan, untuk mengetahui seberapa penting kegiatan yang dilakukan oleh pekerja

Metode pengajaran staf pengajar diharapkan bersedia memberikan penjelasan materi sampai dapat dimengerti oleh peserta didik dalam hal ini anak jalanan, dengan intonasi

Dalam pembelajaran Self Study pada program paket A peserta didik pada umumnya tidak tau membaca dan menulis dikarenakan peserta didik tersebut tidak pernah mengenyam

Dengan berbagai kekerasan yang dialami oleh para anak jalanan, maka dapat dipastikan selain untuk mencari uang di jalanan, mereka juga mau tidak mau harus

Metode pendidikan populer Freire menjelaskan bahwa peserta didik adalah subjek yang aktif sehingga proses pendidikan berlangsung dengan komunikasi dua arah atau