• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam. Sumber daya alam yang ada di Indonesia digunakan dalam berbagai hal, seperti: sumber energi (bahan bakar), bahan dasar pembuatan produk, dll, sehingga pengadaan material alam sangat dibutuhkan bagi kehidupan manusia. Material alam tersebut banyak yang berasal dari tumbuhan hijau, salah satunya adalah karet atau rubber. Material karet yang telah diolah, seringkali membantu kita dalam kehidupan sehari-hari baik dari hal yang besar sampai hal yang terkecil, contohnya pembuatan ban mobil yang akhirnya dapat membantu kita dalam hal transportasi, sampai pada karet gelang yang membantu kita dalam membungkus sesuatu.

Berasal dari benua Amerika, tanaman karet ini yang pada masa itu disebut pohon para akhirnya dibawa ke Inggris dengan susah payah, dikarenakan kebijakan pemerintah Brasil yang melarang bibit tanaman tersebut keluar dari negaranya. Dari negara Inggris, tibalah benih tersebut di Malaka pada akhir abad ke XIX. Pada awal abad ke XX masuk ke Indonesia (Bogor) dan dari Malaka ke Jambi, Palembang, Aceh, Kalimantan Barat, dan lain-lain. Karena sifat pohon ini yang mudah tumbuh, maka sekitar tahun 1915, telah banyak tanaman para yang tumbuh di seluruh Indonesia, getah dari pohon para yang telah dimasak lazim disebut karet dan pohonnnya dinamakan pohon karet.

Karet adalah polimer hidrokarbon yang terbentuk dari emulsi kesusuan (dikenal sebagai latex) di getah beberapa jenis tumbuhan, tetapi dapat juga diproduksi secara sintetis. Sumber utama barang dagang dari latex yang digunakan untuk menciptakan karet adalah pohon karet Para, Hevea brasiliensis (Euphorbiaceae). Hal tersebut dikarenakan jika melukainya akan memberikan respons yang menghasilkan lebih banyak latex lagi. Pohon lainnya yang mengandung lateks termasuk fig, euphorbia dan dandelion. Pohon-pohon tersebut tidak menjadi sumber utama karet, namun pada perang dunia II persediaan karet orang Jerman dihambat, mereka mencoba sumber-sumber di atas, sebelum penciptaan karet sintetis.

(2)

Karet yang kita kenal saat ini berasal dari getah pohon karet yang dikumpulkan menjadi lembaran-lembaran yang selanjutnya diolah menjadi-produk-produk tertentu. Dengan banyaknya produk-produk yang dibuat dari bahan baku karet, membuat para ilmuan terus berusaha mencari berbagai cara untuk dapat memanfaatkan material karet secara lebih maksimal. Hasilnya, banyak produk- produk berbahan dasar karet yang kita temui memiliki tingkat keelastisan yang tinggi maupun rendah dengan campuran bahan kimia dan teknik pengolahan tertentu. Oleh karena itu, karet dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu karet alami dan karet sintetis.

Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa tanaman karet yang kita kenal memiliki sejarah yang cukup panjang sampai akhirnya menjadi produk yang dapat kita pakai. Dikarenakan banyaknya produk yang dihasilkan oleh material ini, maka sangatlah penting dilakukan penelusuran terhadap material karet ini. Hal tersebut dilakukan agar kita dapat mengetahui teknologi-teknologi apa saja yang dipakai untuk dapat mengembangkan potensi dari karet tersebut.

Kedua proses tersebut masuk dalam alur produksi besar pembuatan produk dengan bahan dasar karet, yaitu proses perkebunan yang terdiri dari penyadapan karet, memasak karet dan pengasapan yang menghasilkan karet lembaran yang akhirnya dibawa ke pabrik untuk proses berikutnya yang dinamakan proses pabrikasi. Dalam proses pabrikasi terdapat juga dua tahapan, tahapan pertama adalah tahap Mastication atau pengunyahan, dalam tahapan ini terjadi pencampuran dengan bahan kimia yang nantinya dapat dihasilkan karet lengket dan lembut yang merupakan pencampuran berbagai ramuan yang dicampur sebelum proses pencetakan dan pembentukan. Selanjutnya adalah tahap vulkanisasi yang merupakan proses pemasakan karet dengan belerang yang dapat meningkatkan kekuatan karet, kekenyalan, dan berkurangnya kepekaan terhadap perubahan temperatur. Karet yang telah mengalami proses vulkaisasi juga bersifat tahan terhadap proses kimia, pengausan air, tak dapat ditembus oleh gas, dan tidak akan menjadi konduktor/ penghatar listrik. Sedangkan dari segi teknologi, tidaklah terletak pada mesinnya tetapi lebih kepada teknologi pencampuran kimiawi, sehingga dihasilkan material karet yang memiliki tingkat keelastisan tertentu atau mutu tertentu.

(3)

proses perkebunan

proses pabrikasi

penyadapan

memasak getah

pengasapan

pengkomponan

pemanasan / produksi

karet lembaran

produk

Bagan 1.1 Proses Produksi Karet

1.2 Pernyataan Masalah

Dalam laporan kolokium sebelumnya, penulis telah menjabarkan sejarah tanaman karet, penyadapan, proses produksi karet sampai akhirnya menjadi produk pakai yang dapat kita pakai saat ini. Dari survey lapangan yang dilakukan pada industri karet di kawasan Padalarang-Bandung, penulis melihat belum adanya potensi desain yang dimanfaatkan oleh industri tersebut dalam proses produksi karet menjadi produk pakai, sehingga produk yang dihasilkan hanya berupa part-part mesin, hasilnya produk tersebut tidak memiliki nilai yang tinggi. Seperti terlihat pada bagan di bawah ini, beberapa industri karet laiinya juga belum memaksimalkan potensi desain untuk menaikkan nilai dari produk yang mereka jual. Oleh karena itu, permasalah yang akan diangkat dalam tulisan ini adalah bagaimana meningkatkan potensi material karet agar produk yang dihasilkan dapat memaksimalkan potensi desain, sehingga dapat bernilai lebih tinggi dan lebih bermutu.

(4)

Bagan 1.2

Proses Pengolahan Latex Menjadi Karet

1.3 Batasan masalah

Material karet baru atau karet lembaran yang merupakan bahan dasar industri karet memiliki jenis dan harga yang bermacam-macam sesuai dengan kebutuhannya dalam industri. Hal tersebut menjadikan penulis berfikir untuk tidak menggunakan material karet baru sebagai bahan untuk bereksperimen. Selain karena ia telah memiliki nilai yang tinggi dikalangan industri, material baru yang berupa lembaran sudah menjadi material yang solid untuk pengolahannya menjadi produk tertentu.

Oleh sebab itu penulis akhirnya beralih pada material karet sisa atau limbah indutri pengolahan karet tersebut, dimana seperti kita ketahui bersama bahwa limbah terkadang menjadi barang yang diabaikan, tidak terpakai dan terkadang tidak memiliki nilai di mata kita.

Gambar1.1 Gambar1.2 proses pabrikasi KARET proses perkebunan - penyadapan - transportasi ke tempat pemasakan - pemasakan getah - pengasapan - pengepakan pengkomponan produksi pencampuran bahan kimia (warna, hardnest,ll)

proses pencetakan dan pemanasan -part mesin -mainan anak -alat tulis -ban -jas hujan -alat kesehatan & laboratorium -pipa

-ban penjalan mesin -sol sepatu -kaus tangan -bagian mobil -bahan perekat -pengisi kabel -kain karet -tikar karet -karet gelang -penyumbat botol

(5)

Setelah penulis melakukan beberapa survey tentang material karet apa yang cocok untuk dieksperimen, penulis mendapatkan beberapa industri yang tidak memiliki limbah dari hasil produksinya, seperti industri part mesin karena ukuran produk yang akan dicetak disesuaikan dengan standar yang ada. Oleh sebab itu penulis memutuskan untuk memilih limbah karet industri sepatu sebagai bahan eksperimen. Hal tersebut dikarenakan terdapat karet yang ikut menempel pada cetakan saat produksi sol sepatu. Jumlah limbah ini tergolong banyak dan untuk beberapa industri sepatu kecil menjadi barang yang cukup sulit untuk dimusnahkan. Selain itu, material tersebut juga belum pernah dimanfaatkan untuk benda pakai.

Gambar1.3

Limbah Karet Industri Sepatu 1.4. Tujuan

Tujuan dilakukannya eksperimen terhadap material limbah karet industri sepatu antara lain:

1. Menggali potensi yang dimliki oleh limbah karet tersebut sesuai dengan sifat dasarnya

2. Mengurangi polusi dan pencemaran udara yang dilakukan industri tekstil dengan menjadikan limbah karet tersebut sebgai bahan baker

3. Meningkatkan kualitas limbah karet tersebut, sehingga memiliki nilai yang tinggi

4. Membantu indutri sepatu yang tergolong kecil untuk menyalurkan limbah karetnya.

5. Memberi lahan pekerjaan baru bagi indutri kecil untuk berkembang dengan menggunakan material baru.

(6)

6. memberikan alternatif benda pakai baru dengan material sisa yang tak terpakai.

1.5 Metode dan Pendekatan yang digunakan

Data-data pendukung yang didapat dari beberapa sumber, antara lain :

• Studi literatur, dilakukan dengan mencari data-data, teori-teori, dan berbagai informasi mengenai proses pengolahan karet, produk yang dihasilkan, serta pemanfaatan limbah karet yang sudah ada

• Observasi, penelusuran pada industri sepatu selaku produsen limbah karet tersebut, LPM (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat), serta Pabrik tekstil yang menggunakan limbah tersebutsebagai bahan pengganti bahan bakar • Wawancara dengan Dengan pihak-pihak terkait seperti pihak produsen

sepatu, pengelola tempat penampungan limbah serta pabrik tekstil selaku pengguna limbah tersebut untuk mendapatkan keterangan yang lebih rinci tentang limbah karet sepatu tersebut

• Dokumentasi, pengumpulan data dengan melakukan kegiatan pengambilan foto-foto atau gambar objek yang diteliti.

• Eksperimen material, melakukan percobaan-percobaan terhadap limbah karet tersebut untuk dapat diketahui potensinya, sehingga nantinya limbah karet tersebut dapat diaplikasikan pada produk pakai.

1.6 Alternatif Gagasan Yang Ditawarkan

Memanfaatkan limbah karet hasil industri sepatu menjadi produk pakai yang dapat berguna, serta menaikkan nilai dari material limbah itu sendiri dari hanya sekedar sampah menjadi benda yang lebih berguna.

Referensi

Dokumen terkait

Kesulitan investor untuk menentukan saham yang dapat di masukkan portofolio, diversifikasi, dan estimasi return risiko dapat diatasi dengan penyusunan portofolio

Admin ke SPK Penjurusan Siswa dapat melakukan proses seperti login dengan username dan password admin Proses input data siswa,input data guru, input data minat,

Untuk menentukan adanya perbedaan antar perlakuan digunakan uji F, selanjutnya beda nyata antar sampel ditentukan dengan Duncan’s Multiples Range Test (DMRT).

Tahapan karakterisasi variasi konsentrasi enzim dilakukan untuk menentukan pH optimum dan parameter kinetik V maks dan K M, dengan cara sebagai berikut, dilakukan penambahan 2

Berbagi linkmelalui note dapat dilakukan oleh guru Anda, kawan-kawan Anda, maupun Anda sendiri. Apabila Anda ingin berdiskusi atau menanyakan sesuatu melalui

Pada Ruang Baca Pascasarjan perlu dilakukan pemebersihan debu baik pada koleksi yang sering dipakai pengguna maupun

Menurut teori hukum Perdata Internasional, untuk menentukan status anak dan hubungan antara anak dan orang tua, perlu dilihat dahulu perkawinan orang tuanya sebagai

Penyusunan LBP Kementerian Keuangan Tahunan Tahun Angggaran 2020 (Audited), mengacu pada Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 27 Tahun 2014 sebagaimana telah diubah dengan