• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERMUKIMAN YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN TINJAUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERMUKIMAN YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN TINJAUAN"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PERMUKIMAN YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN TINJAUAN

Dwira N. Aulia

Staf Pengajar Program Studi Teknik Arsitektur Program Studi Arsitektur USU

Abstrak: Kondisi lingkungan yang ada sekarang sudah sangat mengkhawatirkan dengan berbagai kerusakan lingkungan yang terjadi seperti : pemanasan global akibat dampak dari rumah kaca, perubahan iklim, pengurangan sumber daya alam dan pencemaran limbah. Pembangunan permukiman yang berkelanjutan diartikan sebagai upaya yang berkelanjutan untuk memperbaiki kondisi sosial, ekonomi dan kualitas lingkungan tempat hidup dan bekerja semua orang. Beberapa konsep-konsep yang pernah dikemukakan para pakar dalam melaksanakan pembangunan yang berwawasan lingkungan adalah : pelestarian ekologi, teknologi Hijau dan mengatasi pencemaran lingkungan. Makalah ini memaparkan beberapa konsep-konsep dan strategi untuk menciptakan kawasan permukiman yang berwawasan lingkungan. Selain itu juga dijelaskan dalam mewujudkan permukiman yang berwawasan lingkungan akan dihadapi konflik-konflik yang perlu dicari solusinya. Abstract: Environment condition is very concerned with many bad environment such as : global heat as an

influence of glasshouse, changing climate , reduction of nature power and waste pollution. Development of sustainable housing is a sustainable effort to repaire social condition , economic and quality of the environment, where people live and work. Some concepts have been promoted by researchers to built sustainable housing were : ecological conservation, green technology and to handle environment pollution. This paper explained some concepts and strategy to create sustainable housing. Beside of that this paper explained that in order to create sustainable housing will faced conflicts that need to solve

Keywords: Permukiman berwawasan lingkungan, permukiman berkelanjutan , arsitektur ekologi.

PENDAHULUAN

Pertumbuhan penduduk yang demikian pesat kemudian diikuti dengan perkembangan tempat bermukim yang juga demikian pesat untuk memenuhi pertumbuhan penduduk, menyebabkan munculnya berbagai masalah terutama yang berkaitan dengan lingkungan tempat hidup manusia. Kondisi lingkungan yang ada sekarang sudah sangat mengkhawatirkan dengan berbagai kerusakan lingkungan yang terjadi seperti : pemanasan global akibat dampak dari rumah kaca, perubahan iklim, pengurangan sumber daya alam dan pencemaran limbah Permasalahan inilah yang melatar belakangi diadakannya KTT Bumi dan menghasilkan Agenda 21 yang dicanangkan di Rio de Janeiro tahun 1992. Agenda ini menunjukkan betapa pentingnya pembangunan yang berkelanjutan di sector permukiman, pertambangan dan energi, transportasi dan lingkungan hidup (Kirmanto, 2002). Pembangunan permukiman yang berkelanjutan diartikan sebagai upaya yang berkelanjutan untuk memperbaiki kondisi sosial, ekonomi dan kualitas lingkungan tempat hidup dan bekerja semua orang. Sehingga dalam melakasanakan pembangunan permukiman yang berkelanjutan sangatlah penting untuk mempertimbangkan permukiman yang berwawasan lingkungan . Beberapa konsep-konsep yang pernah dikemukakan para pakar dalam melaksanakan pembangunan yang berwawasan

lingkungan adalah : pelestarian ekologi, teknologi Hijau dan mengatasi pencemaran lingkungan (Budihardjo, et al ;1993) .

Bentapa pentingnya setiap stakeholder pembangunan kota untuk menerapkan konsep-konsep permukiman yang berwawasan lingkungan sehingga tujuan dapat tercapai yaitu : mewujudkan bumi ini sebagai tempat yang aman dan nyaman bagi generasi sekarang dan yang akan datang.

Konsep Permukiman berwawasan Lingkungan Prinsip dasar pembangunan yang berkelanjutan menurut Research Triangle Institute, 1996 terdiri atas aspek-aspek (Budihardjo, Sutarto; 1999) :

1. Ekonomi (Kesejahteraan) 2. Ekologi (Lingkungan) 3. Equity (Pemerataan) 4. Engagement (Peranserta) 5. Energi

Dua aspek yang berkaitan erat dengan fisik adalah Ekologi (Lingkungan) dan Energi. Secara sistematis dapat dilihat pada 1.

(2)

Tabel 1. Aspek fisik dari Pembangunan yang berkelanjutan

Ekologi (Lingkungan) Penggunaan

Sumber Daya Konservasi sumber daya Pencegahan dan penanggulangan polusi

Peraturan

Penggunaan Tanah Penggunaan lahan campuran, Menciptakan ruang-ruang terbuka, Menetapkan batas perkembangan /pemekaran kota Energi

Sumber Energi Penghematan sumber energi Sistem transportasi Mengutamakan transportasi

umum, massal dan hemat energi

Bangunan Mendayagunakan pencahayaan

dan penghawaan alami Sumber : (Budihardjo, 1999)

Berbagai konsep perencanaan kota yang berkelanjutan sudah dipaparkan oleh para pakar perencanaan kota seperti : “Garden Cities” (Ebenezer Howard, 1898), “New Towns” (Patrick Abercrombie, 1944), dan “Ecological Cities” . Konsep-konsep perencanaan kota yang sedemikian bagusnya tidak dapat mencapai Kota yang berkelanjutan bila manusia yang menghuni kota tersebut tidak menjalankan peran yang semestinya. Dengan kata lain dibutuhkan keterpaduan semua bidang kehidupan dalam mewujudkan kondisi pembangunan yang berkelanjutan (Franky, 2000).

Konsep permukiman yang berwawasan lingkungan bertujuan untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan. Secara skematis dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Gambar 1. Indikator permukiman

Didalam permukiman yang berwawasan lingkungan ada 4 komponen yang dipakai sebagai indikatornya yaitu : Ekonomi, Sosial, Lingkungan dan Budaya (Maclaren. 1996). Jadi bila kita bicara tentang permukiman yang berwawasan lingkungan , kita tidak hanya berbicara indikator-indikator fisik saja tetapi juga berbicara indikator non-fisik.

Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung , baik yang berupa kawasan perkotaan, maupun pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan (Kirmanto, 2002). Salah satu upaya yang dilakukan untuk mewujudkan permukiman yang berwawasan lingkungan adalah dengan merencanakan kawasan perumahan ekologis dengan lebih memperhatikan aspek-aspek lingkungan dalam merencanakan perumahan tersebut.

Gambar 2. Komponen-komponen kawasan permukiman

Sumber : (Huovilla, 1999)

Pada gambar diatas terlihat komponen-komponen apa saja yang terkait didalam suatu kawasan perumahan mulai dari konsep perencanaan sampai kepada perumahan sudah dihuni. Komponen-komponen inilah yang akan berperan dalam mewujudkan permukiman yang berwawasan lingkungan karena seperti dikatakan diatas bahwa tujuan tidak dapat terwujud bila manusia yang menghuni kawasan tersebut tidak menjalankan peran yang semestinya.

Studi kasus permukiman yang berwawasan Lingkungan

Pemerintah sudah berusaha semaksimal mungkin untuk mendorong tumbuhnya permukiman yang berwawasan lingkungan terbukti dengan adanya kebijakan-kebijakan dan peraturan perumahan yang mengarah kepada pembangunan perumahan yang berwawasan lingkungan. Begitu juga dengan diberikannya penghargaan-penghargaan kepada permukiman yang berwawasan lingkungan ( Yuwono, 2000; Joga, 2003; Daneshwara, 2004) .Dimana kriteria-kriteria penilaian mencakup kepada 8 kriteria mulai dari perizinan, persampahan, pengelolaan air bersih, pengendalian banjir, pengelolaan lingkungan sampai kepada inovasi-inovasi lain yang masih ada kaitannya dengan lingkungan.

Beberapa kawasan permukiman yang direkomendasikan sebagai permukiman yang berwawasan lingkungan di Indonesia adalah sebagai berikut : (Larasati, et al; 2003)

(3)

Kampung Banjarsari di Cilandak, Jakarta

Banjarsari seluas 1365 Ha berdiri pada tahun 1970. Terletak bersebelahan dengan Sungai Pesanggrahan. Kawasan ini merupakan kawasan yg rawan banjir. Kemudian masyarakat kawasan ini mempunyai inisiatif untuk mengelola limbah dan meningkatkan penghijauan di kawasan ini. Kampung ini berhasil mendaur ulang limbah dan menghasilkan kertas daur ulang dan pupuk yang berguna untuk penghijauan. Sejak tahun 1996, Banjarsari telah menjadi “model permukiman yang berwawasan lingkungan” oleh UNESCO.

Beberapa kriteria penilaian yang dilakukan kepada Kampung Banjarsari adalah :

- Dari aspek Energi, material dan Air Bersih, Kampung Banjarsari tidak jauh berbeda dengan kampung lainnya di Jakarta

- Dari Aspek Lingkungan didalam bangunan, tidak adanya data penyakit yang disebabkan oleh kondisi hunian yang tidak sehat . Data ini menunjukkan bahwa penghuni kampung adalah masyarakat yang concern kepada konsep “rumah sehat”

- Dari aspek Lingkungan sekitar, pada tiap hunian masing-masing sedikitnya memiliki 20 tanaman dihalaman rumahnya sehingga membantu menyegarkan udara mengurangi polusi. Didukung juga dengan adanya gotong-royong di kempung ini sebulan sekali.

- Dari aspek Ekonomi, dengan hasil kertas daur ulang dan pupuk penghijauan dapat meningkatkan penghasilan keluarga dengan adanya industri Rumah Tangga tersebut.

- Dari aspek Sosial Budaya, Hubungan interaksi sosial masyarakat Banjarsari sangat erat terlebih lagi dengan adanya industri rumah tangga yang meningkatkan penghasilan . Interaksi sosial ini juga mempengaruhi masyarakat yang berada disekitar Kampung ini.

Strategi perencanaan permukiman yang berwawasan lingkungan

Perencanaan kawasan perumahan

Beberapa strategi perencanaan kawasan permukiman yang berwawasan lingkungan dapat dilihat pada prinsip-prinsip dibawah ini (Grant, et al, 1996)

- Mengelola dan memelihara lingkungan supaya berfungsi dengan semestinya.

Seperti contohnya tempat pembuangan sampah, drainase lingkungan dan sistem pembuangan . - Meminimalisasikan pengaruh bangunan pada

lingkungan disekitarnya

Seperti contohnya : pemanfaatan ruang, fasilitas pelayanan, jaringan infrastruktur sebaiknya direncanakan secara efisien.

- Melindungi sumber-sumber alam dan sumberdaya lahan untuk generasi selanjutnya Seperti contohnya : melindungi pemakaian

sumber daya air, tanah dan udara.

- Mengurangi limbah yang dihasilkan oleh bangunan hunian

Seperti contohnya : mengolah limbah yang berasal dari bangunan-bangunan sehingga tidak menimbulkan polusi terhadap lingkungan disekitarnya, menanam tanaman-tanaman yang dapat melindungi ekologi kawasan .

- Meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam menggalakkan pemeliharaan lingkungan

Seperti contohnya mensosialisasikan pentingnya permukiman yang berkelanjutan sehingga masyarakat juga turut serta memelihara lingkungan

- Mensosialisasikan pentingnya lingkungan sosial yang “sehat”

Seperti contohnya : Keamanan lingkungan, kesehatan lingkungan dan partisipasi masyarakat.

Pemanfaatan lahan dengan memaksimalkan bangunan akan mengakibatkan semakin besarnya pengaruh bangunan terhadap lingkungannya. Kawasan lapang dan penghijauan akan banyak membantu terciptanya permukiman yang berwawasan lingkungan, seperti pada gambar dibawah ini :

Gambar 3. Pemanfaatan lahan permukiman

Sumber : (Grant,1996)

Perencanaan kawasan permukiman yang berkelanjutan akan lebih sulit mewujudkannya bila kawasan permukiman itu memang sudah ada . Karena untuk mewujudkannya dibutuhkan keterlibatan komponen-komponen yang ada seperti pada Gambar 2 diatas.

Kasusnya akan berbeda apabila kawasan permukiman baru akan direncanakan , sehingga strategi-strategi perencanaan kawasan dapat lebih diarahkan dan dikoordinasikan dari awal.

Beberapa konsep perencanaan kawasan perumahan secara fisik dapat mengambil konsep-konsep ““Garden Cities” oleh Ebenezer Howard, 1898, “New Towns” oleh Patrick Abercrombie, 1944, dan “Ecological Cities” pada intinya adalah mengawinkan suasana pedesaan dengan kota. (Heryanto, 2003). Tetapi konsep-konsep ini baru bisa dikatakan berhasil apabila sudah dihuni dan berjalan dengan baik.

(4)

Gambar 4. Layout kawasan permukiman

Sumber ( Sue, et al, 2001)

Perencanaan bangunan hunian berwawasan lingkungan

Konsep perancangan bangunan hunian yang berwawasan lingkungan lebih kepada komponen-komponen berikut (Budihardjo, 1993):

- Teknologi Hijau, hemat energi dan sumber daya Seperti contohnya : sedapat mungkin mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil , menggunakan energi lebih efisien dan bijaksana

- Pemanfaatan sumber-sumber alam yang tersedia Seperti contohnya : karena kita berada di daerah tropis, maka matahari adalah sumber alam yang dapat dimanfaatkan secara maksimal

Secara skematis konsep-konsep bangunan hunian dapat dilihat pada gambar ini :

Sumber : (Huovila, 1999)

Gambar 5. Konsep Bangunan Ekologis

Diskusi

Mencapai Permukiman yang berwawasan lingkungan merupakan tujuan awal yang dapat dilakukan untuk mencoba memperbaiki kondisi dan kerusakan lingkungan yang sudah terjadi sekarang ini. Tetapi perlu disadari ada beberapa keterbatasan yang akan dihadapi dalam mencapai tujuan tersebut yaitu :

- Bagaimana mengajak serta semua komponen-komponen yang terkait dalam mencapai tujuan menciptakan permukiman yang berwawasan lingkungan .

- Bagaimana menghadapi konflik-konflik yang akan terjadi dalam mencapai tujuan tersebut seperti pada gambar dibawah ini :

Gambar 6. Segitiga Konflik

Sumber : (Campbell, 1996)

(Campbell, 1996) mengatakan bahwa ada 3 konflik yang dapat terjadi dalam usaha mencapai tujuan Permukiman yang Berwawasan Lingkungan yaitu :

1. Konflik Properti (Property Conflict)

Konflik yang terjadi antara pertumbuhan ekonomi dan pemerataan ekonomi. Konflik antara pemilik rumah dan penyewa, Konflik antara pengelola kawasan dan pekerja.

2. Konflik Sumber daya (Resource Conflict)

Konflik tentang apa yang menjadi prioritas sumber alami. Dari aspek bisnis sedapat

(5)

mungkin mengeksploitasi sumber alami tetapi pada saat yang bersamaan dibutuhkan juga peraturan untuk mengkonservasi sumber alam untuk kepentingan masa yang akan datang 3. Konflik Pembangunan (Development Conflict)

Konflik tentang mempertahan lingkungan yang alami sedapat mungkin dengan melaksanakan pembangunan semaksimal mungkin untuk memenuhi kebutuhan kehidupan manusia.

PENUTUP

Dengan segala keterbatasan dan kondisi yang ada , tekad dalam mencapai tujuan Permukiman yang Berwawasan lingkungan adalah suatu langkah awal yang baik sekali. Paling tidak dalam usaha melestarikan lingkungan dan mewariskannya kepada generasi selanjutnya. Marilah kita bersama-sama menjaga dan melestarikan lingkungan yang kita huni ini agar dapat pula dihuni oleh generasi berikutnya dengan aman dan nyaman pada masa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

Budihardjo, Eko; Hardjohubojo, Sudanti (1993),

Kota Berwawasan Lingkungan, Penerbit

Alumni, Bandung.

Budihardjo, Eko; Sujarto, Djoko (1999), Kota

Berkelanjutan, Penerbit Alumni, Bandung

Campbell, Scott (1996), Green Cities, Growing Cities, Just Cities? Urban Planning and the Contradictions of Sustainable Development,

Journal of The American Planning Association,

Vol. 62, No. 3, Summer, pp. 296 - 312.

Crowther, Richard L (1992), Ecologic Architecture, Reed Publishing, Butterworth-Heinemann, USA.

Dhaneswara, N Ind (2004), Mewujudkan Rumah

Mungil “Hijau”, Kompas , Jum’at 12 Maret

2004.

Franky L (2000), Sustainable Cities Development, Antara Konsep dan Kenyataan, Real Estate,

Jurnal Pengembangan Wilayah Kota, Vol.2,

No.2, hal 9-12

Grant, Jill; Manuel, Patricia; Joudrey, Darrell (1996), A Framework for Planning Sustainable Residential Landscapes, Journal of The

American Planning Association, Vol. 62, No. 3,

Summer, pp. 331 – 344.

Huovila, Pekka (1999), On the Way towards

Sustainable Building, VTT Building

Technology, Finland

Joga Nirwono (2003), Rumah Bernuansa Alami, Harian Kompas , Jum’at 10 Oktober 2003. Kirmanto, Djoko (2002), Pembangunan Perumahan

dan Permukiman yang Berwawasan Lingkungan Strategis dalam Pencegahan Banjir di Perkotaan, disampaikan dalam Seminar Peduli

Banjir “Forest” , Jakarta 25 Maret 2002.

Larasati, Dwinita; Fraaij A; Hendriks Ch F (2003),

Sustainable Housing in Indonesia, Faculty of

Civil Engineering and Geosciences, Materials Science Group Delft University of Technology. Maclaren, Virginia W (1996), Urban Sustainability

Reporting, Journal of The American Planning

Association, Vol. 62, No. 2, Spring, pp. 184 –

202.

Roaf, Sue; Fuentes, Manuel; Thomas, Stephanie (2001), Ecohouse A Design Guide, Architectural Press, Oxford.

Yuwono Joko (2000), Rumah Lestari , Mungkinkah

hanya sebatas Piala?, Properti.net, info & bisnis

Gambar

Gambar 1. Indikator permukiman
Gambar 4. Layout kawasan permukiman

Referensi

Dokumen terkait

Mengingat bahwa RPJMD Tahun 2007 - 2012 adalah merupakan penjabaran Visi dan Misi Gubernur terpilih, sedangkan PDI Perjuangan adalah salah satu pendukung dan/atau turut mencalonkan

Pada bab keempat ini berisi tentang hasil penelitian dan analisis data yang terdiri dari deskripsi responden, deskripsi hasil penelitian, pengukuran hasil uji validitas,

Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis secara statistik apakah Jenjang Pendidikan, Masa Memimpin Perusahaan, Lama Usaha, Skala Usaha, dan Pengetahuan

Algoritma Arithmetic Coding juga dapat di implementasikan untuk citra digital karena menghasilkan rasio yang jauh lebih besar dibandingkan file teks, akan

Satu hal penting yang tidak boleh terlewatkan adalah partisipasi masyarakat dalam proses penyusunan peraturan perundang-undangan sebagaimana diatur dalam Pasal 53

Bahan baku yang digunakan pada proses ini adalah batuan phosphate (Ca3(PO4)2) dan asam sulfat dengan perbandingan 3:1 yang direaksikan pada digester dengan suhu operasi

Hal ini tentu perlu mendapatkan perhatian karena pemasangan instalasi listrik yang tidak didasari oleh pengetahuan yang benar berpotensi untuk menimbulkan bahaya

Kedua, sumber-sumber yang termasuk ke dalam tradisi tertulis (written tradition) baik yang sudah klasik seperti yang berupa naskah atau manuskrip Sunda Kuna maupun