PENGARUH JENIS MEDIA TANAM TERHADAP
PERTUMBUHAN BIBIT PEPAYA (Carica papaya
L.)
GENOTIPE IPB 3, IPB 4, DAN IPB 9
NANDYA IMANDA
A24070010
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
PENGARUH JENIS MEDIA TANAM TERHADAP
PERTUMBUHAN BIBIT PEPAYA (Carica papaya
L.)
GENOTIPE IPB 3, IPB 4, DAN IPB 9
NANDYA IMANDA
A24070010
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
PENGARUH JENIS MEDIA TANAM TERHADAP
PERTUMBUHAN BIBIT PEPAYA (Carica papaya
L.)
GENOTIPE IPB 3, IPB 4, DAN IPB 9
NANDYA IMANDA
A24070010
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
✁✏☎
y
☎(
✑a
rica
p
a
p
a
ya
✒ ✓)
✔✁ ✂✕t
✞p
✁✖ ✍ ✗ ✘ ✖ ✍ ✙ ✘ ✡☎✂ ✖ ✍ ✚The Effec✛trowing ✜✢dia Tyof pes on Planting Seedlings Paayap (✣arica pyaapa ✤ ✥✦✧ ★✩ 3✪✧ ★✩✫ ✪✬ ✭d ✧★✩ 9 ✛enotypes
✮✯✰ ✱y✯✲m✯✰ ✱ ✯ ✳
✱ ✯✰✴✵tty ✶u✷✵t✸ ✹
✳
✺ ✯✻ ✯s✸✼w✯✽✵p✯rt✵m✵ ✰✾✿ro✰om✸✱✯✰❀ort✸✷u❁ ❂ur✯❃❄ ✯✷u❁ ❂✯s ❅✵rt✯✰✸ ✯✰✲❅ ❆ ✹
✶t✯❇❅ ✵✰✿✯❈✯r ✽✵p✯rt✵m✵✰✾✿ro✰om✸✱ ✯✰❀ort✸✷u❁ ❂ur✯ ❃❄ ✯✷u❁ ❂✯s ❅ ✵rt✯✰ ✸ ✯✰❃✲❅ ❆
A✩STRA✣T
The research aims to study the influence of growing media types on seed germination and
seedlings growth of papaya IPB 3, IPB 4 and IPB 9 genotypes and know growing medium suitable for
growth of papaya seedlings is good and has a light weight to facilitate the transportation of seedlings.
The research was conducted in March until September 2011 in the greenhouse FATETA IPB, Leuwikopo
Bogor and The Experimental Garden of PKBT IPB, Tajur Bogor. The design used was Randomized
Complete Design Group two factors. The first factor is the growing media with 5 kinds with the same
ratio (2:1:1), namely M1 = soil: sand: manure, M2 = soil: sand: rice husk charcoal, M3 = soil: sand:
cocopeat, M4 = soil: manure: cocopeat, and M5 = soil: manure: rice husk charcoal. The experiment
consisted of 15 combinations with 3 replicates then there were 45 experimental units . The results
showed that papaya seeds germinate is the highest of the growing media mix of soil, manure, and rice
husk charcoal (M5) is 70% and IPB 3 genotype (G1) is 70.91%. The composition of media soil, manure,
and rice husk charcoal (M5) with a ratio of 2:1:1 is the best medium for papaya seedlings at 6 MST and
has a weight of seedlings per polybag is the lightest compared with other growing media to facilitate the
transportation of seedlings.
RINGKASAN
NANDYA IMANDA. P❋n●❍ ■❏❑ J❋ni▲ M❋▼i❍ T❍ ◆❍ ❖ P ❋■❑❍▼❍ ◗ P❋■P ❏❖ ❘ ❏❑❍n
Bi❘iP P❋◗❍❙❍ (Carica papaya L.) G❋n❚Pi◗❋ IPB 3, IPB 4, ▼❍◆ IPB 9.
(Di❘i❖ ❘in●❚ ❯❋❑ KETTY SUKETI).
Penelitian bertujuan untuk mempelajari pengaruh jenis media tanam terhadap perkecambahan benih dan pertumbuhan bibit pepaya genotipe IPB 3, IPB 4, dan IPB 9 serta mengetahui jenis media tanam yang sesuai untuk pertumbuhan bibit pepaya yang baik dan memiliki bobot yang ringan sehingga memudahkan dalam transportasi bibit. Percobaan dilakukan pada bulan Maret sampai September 2011 di ❱ ❲❳❳❨ ❩❬ ❭❪ ❳ FATETA IPB, Leuwikopo Bogor dan
Kebun Percobaan Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT) IPB, Tajur Bogor.
Percobaan ini merupakan percobaan faktorial dengan dua faktor disusun menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT). Faktor pertama adalah media tanam dengan lima jenis media menggunakan perbandingan sama (2:1:1) yaitu M1= tanah : pasir : pupuk kandang, M2= tanah : pasir : arang sekam, M3= tanah : pasir : kokopit, M4= tanah : pupuk kandang : kokopit, dan M5= tanah : pupuk kandang : arang sekam. Faktor kedua adalah genotipe pepaya (G) dengan tiga jenis yaitu genotipe IPB 3 (G1), genotipe IPB 4 (G2) dan genotipe IPB 9 (G3). Percobaan terdiri dari 15 kombinasi dengan tiga ulangan sehingga terdapat 45 satuan percobaan dengan total tanaman sebanyak 450 bibit pepaya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa daya berkecambah benih pepaya paling tinggi yaitu pada media tanam campuran tanah, pupuk kandang, dan arang sekam (M5) sebesar 70% serta pada genotipe IPB 3 (G1) sebesar 70.91%. Komposisi campuran media tanam tanah, pupuk kandang, dan arang sekam (M5) dengan perbandingan 2:1:1 merupakan media paling baik untuk bibit pepaya pada 6 MST serta memiliki bobot bibit per ❫❬ ❴❵❛❜❱ yang paling ringan dibandingkan
PENGARUH JENIS MEDIA TANAM TERHADAP
PERTUMBUHAN BIBIT PEPAYA (Carica papaya
L.)
GENOTIPE IPB 3, IPB 4, DAN IPB 9
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
NANDYA IMANDA
A24070010
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul :
PENGARUH JENIS MEDIA TANAM TERHADAP
PERTUMBUHAN BIBIT PEPAYA (Carica papaya
L.)
GENOTIPE IPB 3, IPB 4, DAN IPB 9
Nama :
NANDYA IMANDA
NIM :
A24070010
Menyetujui, Dosen Pembimbing
D❝.I❝. K❞❡ ❡❢❣❤k❞❡i, M.Si.
NIP. 19610913 198601 2 001
Mengetahui,
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB
D❝.I❝. A✐❤❥P❤❝❦i❡❧ ♠♥.S♦.A✐❝.
NIP. 19611101 198703 1 003
RI
♣qYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Gresik, Jawa Timur pada tanggal 5 Agustus 1989. Penulis merupakan anak kedua dari Bapak Mochammad Iman Solichin dan Ibu Mamik Laksmiwati.
Penulis menempuh pendidikan di TK Islam Bakti IV Gresik pada tahun 1995. Pada tahun 2001 penulis lulus dari SD Muhammadiyah GKB Gresik, kemudian pada tahun 2004 penulis menyelesaikan studi di SMP Negeri 3 Gresik. Selanjutnya penulis lulus dari SMA Muhammadiyah 1 Gresik pada tahun 2007. Pada tahun yang sama penulis diterima di IPB melalui jalur Ujian Seleksi Mahasiswa (USMI). Pada tahun 2008 penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik. Skripsi ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di IPB.
Penulis menyadari bahwa terwujudnya laporan skripsi ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan beberapa pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Dr. Ir. Ketty Suketi, M.Si. dan Prof. Dr. Ir. Sriani Sujiprihati, MS. (almh) sebagai pembimbing skripsi yang telah memberikan pengarahan dan saran dalam penelitian dan penulisan skripsi.
2. Dr. Ir. Winarso D. Widodo, MS. dan Dr. Ir. Iskandar Lubis, MS. sebagai dosen penguji yang memberikan saran untuk perbaikan skripsi.
3. Dr. Ir. Nurul Khumaida, M.Si. sebagai pembimbing akademik yang memberikan motivasi pada tiap semester.
4. Keluarga tercinta, bapak, ibu, kakak dan adik yang telah memberikan perhatian, semangat dan curahan do a untuk kelancaran penelitian dan skripsi. 5. Sahabat tercinta Wahyu Fikrinda, Ima Fajar Ayu, Erik Mulyana, Aria Muslim, Hesti Paramita Sari, dan Ita Utami Aidid yang telah memberikan semangat, bantuan dan do a dalam melaksanakan penelitian dan penyelesaian skripsi.
6. Teknisi kebun Pusat Kajian Buah Tropika Tajur Bogor (Pak Awang dan Pak Ade), Vicky Octarina Chairunnissa, S. Andra Mastaufan, mbak Tiara Yudilastari, kak Ahmad Rifqi Fauzi, terima kasih atas bantuan dan do anya. 7. Seluruh pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian dan
penyelesaian skripsi. Semoga Allah SWT memberikan balasan yang baik untuk seluruh pihak yang terkait.
Akhirnya penulis berharap agar hasil penelitian ini bermanfaat bagi para pembaca.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
PENDAHULUAN ... 1
Latar Belakang ... 1
Tujuan ... 2
Hipotesis ... 2
TINJAUAN PUSTAKA ... 3
Botani Pepaya ... 3
Syarat Tumbuh Pepaya ... 3
Cara Perbanyakan Pepaya ... 4
Media Tanam ... 5
BAHAN DAN METODE ... 9
Waktu dan Tempat ... 9
Bahan dan Alat ... 9
Metode Penelitian ... 9
Pelaksanaan Penelitian... 10
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 13
Perkecambahan Benih ... 13
Pertumbuhan Bibit dirs t✉✈✇ ①... 15
Pertumbuhan Bibit di Lapangan ... 23
KESIMPULAN DAN SARAN ... 29
Kesimpulan ... 29
Saran ... 29
DAFTAR PUSTAKA ... 30
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Persentase Daya Berkecambah Benih Pepaya pada Beberapa Jenis
Media Tanam dan Genotipe... 13 2. Nilai pH, kandungan nitrogen, fosfor, dan kalium pada Beberapa
Jenis Media Tanam ... 14 3. Hasil Analisis Sidik Ragam Pertumbuhan Bibit Pepaya di② ③④⑤⑥⑦ ⑧... 15
4. Pertumbuhan Tinggi Tanaman Beberapa Genotipe Pepaya pada
Beberapa Jenis Media Tanam ... 17 5. Pertumbuhan Jumlah Daun Bibit Pepaya di② ③④ ⑤⑥⑦ ⑧pada Beberapa
Jenis Media Tanam dan Genotipe... 18 6. Interaksi Media Tanam dan Genotipe pada Pertumbuhan Jumlah
Daun Bibit Pepaya di②③④ ⑤⑥⑦ ⑧... 19
7. Interaksi Media Tanam dan Genotipe pada Pertumbuhan Diameter
Batang Bibit Pepaya di② ③④ ⑤⑥⑦ ⑧... 21
8. Bobot Bibit Pepaya per② ③④ ⑤⑥⑦⑧pada Beberapa Jenis Media Tanam
dan Genotipe ... 22 9. Hasil Analisis Sidik Ragam Pertumbuhan Tanaman Pepaya di Lapangan.. 24 10. Pertumbuhan Tinggi Tanaman Pepaya di Lapangan pada Beberapa
Jenis Media Tanam dan Genotipe... 24 11. Pertumbuhan Jumlah Daun Tanaman Pepaya di Lapangan pada
Beberapa Jenis Media Tanam dan Genotipe... 25 12. Diameter Batang Tanaman Pepaya di Lapangan pada Beberapa
Jenis Media Tanam dan Genotipe... 25 13. Interaksi Media Tanam dan Genotipe pada Pertumbuhan Tinggi
Tanaman dan Jumlah Daun di Lapangan ... 26 14. Kecepatan Bunga Pertama Muncul dan Tinggi Kedudukan Bunga
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Diameter Batang Bibit Pepaya di⑨⑩ ❶❷❸ ❹❺pada Beberapa
Jenis Media Tanam ... 20 2. Diameter Batang Bibit Pepaya di⑨⑩ ❶❷❸ ❹❺pada Beberapa
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Deskripsi Buah Pepaya IPB 3 ... 34
2. Deskripsi Buah Pepaya IPB 4 ... 35
3. Deskripsi Buah Pepaya IPB 9 ... 36
4. Data Iklim Darmaga Bogor... 37
5. Keragaan Bibit Pepaya pada Media Tanam Tanah : Pasir : Pupuk Kandang (M1) saat 6 MST ❻ ❻❻❻❻ ❻❻❻❻ ❻❻❻❻ ❻❻❻❻ ❻❻❻❻ ❻❻❻❻ ❻❻❻❻ ❻❻❻❻ ❻❻❻❻ ❻❻❻❻ ❻❻❻❻ ❻❻❻❻ ❻❻❻❻ ❻❻❻❻ ❻❻❻❻ ❻38 6. Keragaan Bibit Pepaya pada Media Tanam Tanah : Pasir : Arang Sekam (M2) saat 6 MST ❻ ❻❻❻❻ ❻❻❻❻ ❻❻❻❻ ❻❻❻❻ ❻❻❻❻ ❻❻❻❻ ❻❻❻❻ ❻❻❻❻ ❻❻❻❻ ❻❻❻❻ ❻❻❻❻ ❻❻❻❻ ❻❻❻❻ ❻❻❻❻ ❻❻❻❻ ❻❻❻❻ ❻38 7. Keragaan Bibit Pepaya pada Media Tanam Tanah : Pasir : Kokopit (M3) saat 6 MST ❻❻ ❻❻❻❻ ❻❻❻❻ ❻❻❻❻ ❻❻❻❻ ❻❻❻❻ ❻❻❻❻ ❻❻❻❻ ❻❻❻❻ ❻❻❻❻ ❻❻❻❻ ❻❻❻❻ ❻❻❻❻ ❻❻❻❻ ❻❻❻❻ ❻❻❻❻ ❻❻❻❻ ❻❻❻❻ ❻❻❻❻ ❻39 8. Keragaan Bibit Pepaya pada Media Tanam Tanah : Pupuk Kandang : Kokopit (M4) saat 6 MST ❻❻ ❻❻❻❻ ❻❻❻❻ ❻❻❻❻ ❻❻❻❻ ❻❻❻❻ ❻❻❻❻ ❻❻❻❻ ❻❻❻❻ ❻❻❻❻ ❻❻❻❻ ❻❻❻❻ ❻❻❻❻ ❻❻❻❻ ❻❻❻❻ ❻❻❻❻ ❻❻❻❻ ❻❻❻❻ ❻❻❻❻ ❻39 9. Keragaan Bibit Pepaya pada Media Tanam Tanah : Pupuk Kandang : Arang Sekam (M5) saat 6 MST ❻ ❻❻❻❻ ❻❻❻❻ ❻❻❻❻ ❻❻❻❻ ❻❻❻❻ ❻❻❻❻ ❻❻❻❻ ❻❻❻❻ ❻❻❻❻ ❻❻❻❻ ❻❻❻❻ ❻❻❻❻ ❻❻❻❻ ❻❻❻❻ ❻❻❻❻ ❻❻❻❻ ❻40 10. Keragaan Bibit Pepaya pada Jenis Media Tanam yang Berbeda saat 6 MST ... 40
11. Keragaan Tanaman Pepaya Beberapa Genotipe pada Media Tanam M1 di Lapangan ... 41
12. Keragaan Tanaman Pepaya Beberapa Genotipe pada Media Tanam M4 di Lapangan ... 42
PENDAHULUAN
L❼❽ ❼❾B❿l❼➀❼➁➂
Pepaya (➃ ➄➅ ➆➇➄ ➈ ➄➈ ➄➉➄ L.) merupakan salah satu komoditas buah tropika
utama yang bernilai ekonomi tinggi dan memiliki potensi produksi yang tinggi baik buah segar, maupun olahan. Kesadaran masyarakat Indonesia akan pola hidup sehat semakin meningkat, salah satunya dengan mengkonsumsi buah-buahan terutama pepaya. Buah pepaya mengandung zat gizi yang dapat mencukupi kebutuhan gizi untuk kesehatan manusia. Pepaya mengandung 85-90% air, 10-13% gula, 0.6% protein, vitamin A, vitamin B1, vitamin B2, vitamin C dan kadar lemak yang rendah yaitu 0.1% (Sankat dan Maharaj, 1997). Pepaya genotipe IPB 4 memiliki kandungan vitamin C dan karoten yang tinggi. Genotipe IPB 4 memiliki kandungan vitamin C lebih besar dari IPB 2A dan IPB 3A. Kandungan karoten pada genotipe IPB 4 lebih besar dari IPB 1, IPB 3A, IPB 7, IPB 8, dan IPB 9 (Suketi➊➋➄➌., 2010).
Pepaya hasil hibrida IPB merupakan pepaya unggul yang menghasilkan kualitas buah lebih baik dibandingkan pepaya lokal Indonesia. Pepaya genotipe IPB 3 dan IPB 4 memiliki bentuk buah yang lonjong dan ukuran buah yang kecil, sedangkan pepaya genotipe IPB 9 memiliki bentuk buah silindris dan ukuran buah sedang. Pepaya genotipe IPB 4 berbeda dengan genotipe lain yang memiliki kulit buah yang berwarna kuning (Sujiprihati dan Suketi, 2009).
Data Badan Pusat Statistik (2010) menunjukkan bahwa produksi pepaya di Indonesia masih berfluktuasi setiap tahunnya. Tahun 2004 sampai tahun 2009 produksi pepaya sebesar 732 611 ton, 548 657 ton, 643 451 ton, 621 524 ton, 717 899 ton, dan 772 844 ton. Fluktuasi produksi pepaya disebabkan oleh kondisi curah hujan yang tidak merata sepanjang tahun, adanya hama dan penyakit, serta media tanam yang kurang tepat dalam pembibitan pepaya.
tanaman. Selama ini media tanam bibit pepaya yang sering digunakan oleh petani yaitu campuran tanah, pasir, dan pupuk kandang dengan perbandingan 2:1:1. Media tanam menggunakan campuran arang sekam maupun kokopit merupakan alternatif yang dapat digunakan untuk membantu pertumbuhan bibit pepaya. Menurut Cayanti (2006) media tanam yang baik untuk kualitas cabai hias dalam pot yaitu campuran tanah, pupuk kandang, dan kokopit yang memberikan respon terbaik pada peubah tinggi tanaman dan mempunyai keragaan terbaik pada 10 MST. Dalam penelitian Agustina (2004) perlakuan terbaik yang mampu meningkatkan pertumbuhan bibit durian adalah perlakuan dengan komposisi media tanam arang sekam, tanah, dan pupuk kandang pada peubah tinggi tanaman.
Adanya alternatif pencampuran media tanam baru untuk pembibitan pepaya genotipe IPB 3, IPB 4, dan IPB 9 diharapkan dapat menghasilkan pertumbuhan bibit pepaya yang baik serta media tanam yang ringan sehingga memudahkan dalam transportasi bibit.
T➍j➍➎ ➏
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh jenis media tanam terhadap perkecambahan benih pepaya genotipe IPB 3, IPB 4, dan IPB 9 serta untuk mempelajari pengaruh jenis media tanam terhadap pertumbuhan bibit pepaya genotipe IPB 3, IPB 4, dan IPB 9. Selain itu, untuk mengetahui jenis media tanam yang memiliki pertumbuhan yang baik dan memiliki bobot yang ringan sehingga memudahkan dalam transportasi bibit.
Hi➐➑ ➒➓➔ →➔
1. Terdapat jenis media tanam yang memberikan pengaruh terbaik terhadap perkecambahan benih pepaya.
2. Terdapat jenis media tanam yang memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan bibit pepaya.
TINJAUAN PUSTAKA
B➣ ↔↕➙i P➛➜↕➝ ↕
Pepaya (➞➟ ➠ ➡➢➟ ➤➟ ➤➟ ➥➟ L.) berasal dari Amerika tropis. Pusat penyebaran
tanaman berada di kawasan sekitar Meksiko bagian selatan dan Nikaragua. Pada abad ke-17 tanaman ini menyebar ke berbagai negara tropis lainnya, termasuk Indonesia dan pulau-pulau di Lautan Pasifik. Klasifikasi tanaman pepaya yaitu Divisi Spermatophyta, Kelas Angiospermae, Subkelas Dicotyledonae, Ordo Caricales, Famili Caricaceae, Genus ➞➟➠➡➢➟ dan Spesies ➞➟ ➠ ➡➢➟ ➤➟➤➟➥➟ L.
(Kalie, 1999).
Pepaya merupakan tanaman terna seperti pohon yang umumnya tidak bercabang dengan ketinggian antara 2-10 m. Semua bagian tanaman mengandung getah. Batang pepaya berbentuk silinder, berdiameter 10-30 cm dan berongga. Daun tersusun secara spiral, berkelompok dekat dengan ujung batang. Tangkai daun mencapai panjang 1 m dan berongga. Lembaran daun berbentuk bundar, berdiameter 25-75 cm, bercuping 7-11, menjari mendalam, dan tidak berbulu. Tanaman pepaya memiliki bunga jantan, betina, atau hermafrodit. Buah berbentuk buah buni berdaging, berbentuk bulat telur lonjong sampai hampir bulat atau berbentuk silinder. Kandungan buah pepaya per 100 g bagian yang dapat dimakan adalah 86.6 g air, 0.5 g protein, 0.3 g lemak, 12.1 g karbohidrat, 0.7 g serat, 204 mg kalium, 34 mg kalsium, 11 mg fosfor, 1 mg besi, 450 mg vitamin A, dan 74 mg vitamin C. Kulit buahnya tipis, halus, jika matang berwarna kekuning-kuningan atau jingga. Daging buahnya berwarna kekuning-kekuning-kuningan sampai jingga merah, rasanya manis, dengan aroma lembut dan sedap (Villegas, 1997). Deskripsi buah pepaya IPB 3, IPB 4, dan IPB 9 disajikan pada Lampiran 1-3.
S➝↕➦↕ ↔ T➧➨➩ ➧➫P➛➜↕➝↕
dan Paull, 1998). Curah hujan yang sesuai untuk tanaman pepaya antara 1 500-2 000 mm/tahun di daerah-daerah yang lembab dan memiliki curah hujan yang tinggi (Kalie, 1999).
Menurut Nakasone dan Paull (1998) tanaman pepaya dapat tumbuh pada bermacam-macam tipe tanah dengan drainase yang baik. Apabila drainase buruk, maka dapat terjadi pembusukan pada akar. Derajat keasaman (pH) tanah yang baik adalah 5.0-7.0 dengan rata-rata yang diinginkan antara 5.5-6.5. Tingkat pH tanah di bawah 5.0 dapat meningkatkan kematian pada tanaman tersebut.
Cahaya matahari bagi pepaya merupakan suatu energi kehidupan. Tanaman pepaya tergolong tanaman yang memerlukan cahaya penuh. Adanya cahaya matahari menyebabkan tanaman pepaya dapat berfotosintesis dan menghasilkan karbohidrat sebagai energi kehidupan. Cahaya matahari dalam jumlah banyak akan lebih mempercepat tanaman berbunga dan berbuah, serta mempercepat proses pemasakan buah dan mempengaruhi rasa buah menjadi lebih manis karena kandungan gulanya meningkat. Tidak berbeda dengan cahaya matahari, air juga merupakan unsur utama bagi pertumbuhan tanaman. Pertumbuhan tanaman pepaya membutuhkan kelembaban yang tinggi. Tanaman muda membutuhkan kelembaban lebih tinggi dibandingkan tanaman dewasa atau tanaman tua (Kalie, 1999).
C➭ ➯➭ P➲➯➳➭ ➵➸➭ ➺➭➵ P➲➻➭➸ ➭
Perbanyakan tanaman pepaya dapat dilakukan dengan perbanyakan benih. Benih diambil dari buah yang telah matang di pohon dan dipanen dari tanaman yang dinilai unggul. Benih diambil dari bagian buah yang di tengah (1/3 bagian tengah) karena bagian ini mengandung biji sempurna (Kalie, 1999). Benih pepaya bersifat ortodok. Benih pepaya yang dikeringkan tanpa ➼➽ ➾ ➚➪➶➹ ➼➶➽ (lapisan luar
kulit benih) mempunyai viabilitas sama tinggi, baik dikeringkan hingga kadar air 11-12% maupun 6-7%. Bila proses pengeringan benih dilakukan dengan mempertahankan ➼➽➾➚➪➶➹ ➼➶➽ maka benih akan mengalami dormansi dan
sinar matahari berlangsung lebih cepat dan menghasilkan vigor bibit yang lebih baik dibandingkan pengeringan dengan dikering anginkan (Sumartuti, 2004).
Menurut Kalie (1999) penanaman benih dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu penanaman benih langsung di lahan dan penanaman benih yang disemai terlebih dahulu di persemaian yang disebut dengan pembibitan. Pemeliharaan pada penanaman benih yang disemai terlebih dahulu (pembibitan di➘➴ ➷➬➮ ➱✃) akan
mempermudah memilih tanaman seragam yang akan dipindah ke lapangan. Menurut Sujiprihati dan Suketi (2009) pembibitan bertujuan untuk mendapatkan bibit pepaya yang sehat, tumbuh secara optimal, dan mempunyai daya adaptasi yang baik. Menurut Nakasone dan Paull (1998) bibit yang sudah berumur 1.5-2 bulan dari perkecambahan dapat dipindahkan ke lapangan. Menurut Sobir (2009) pemindahan bibit ke lapangan dilakukan pada pagi atau sore hari yang sehari sebelumnya telah disiram air hingga lembab.
M❐❒i❮T❮ ❰❮ Ï
TÐ ÑÐ Ò
Tanah merupakan media tanam yang paling umum digunakan. Tanah merupakan tubuh alam yang berasal dari hancuran batuan dan bahan organik (Soepardi, 1983). Tanah yang banyak mengandung humus atau bahan organik adalah tanah-tanah lapisan atas atauÓÔÕÖ Ô×Ø. Semakin bawah lapisan tanah, maka
kandungan bahan organik akan semakin berkurang. Tanah mengandung unsur hara esensial makro yaitu C, H, O, N, P, K, Ca, Mg, dan S serta mengandung unsur hara esensial mikro yaitu Fe, Mn, B, Mo, Cu, Zn, Cl, dan Co. Unsur-unsur hara ini diserap akar tanaman dari dalam tanah (Hardjowigeno, 2003). Tanah merupakan sumber utama zat hara untuk tanaman dan tempat sejumlah perubahan penting dalam siklus pangan. Tiga fungsi primer tanah dalam mendukung kehidupan tanaman, yaitu (1) memberikan unsur-unsur mineral, sebagai medium pertukaran maupun sebagai tempat persediaan, (2) memberikan air dan melayaninya sebagai Ù ÚÖ ÚÙ ÛÔ ×Ù, dan (3) sebagai tempat berpegang dan bertumpu
untuk tegak (Harjadi, 1996).
PÐ Ü ÝÞ
Hanum (2010) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa media tanam campuran pasir dan kompos memberikan hasil akhir pertumbuhan paling baik pada bibit tanaman asparagus. Setiarini (2010) menyatakan bahwa campuran pasir, tanah, dan kompos merupakan media terbaik untuk pembibitan benih semangka tanpa biji. Menurut Tjitrosomo ÚÓ ß Ø. (1980) persentase kelembaban
Pàáàk Kâ ãäâãåæâái
Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kotoran ternak, baik berupa kotoran padat yang bercampur sisa makanan maupun air kencing ternak. Pupuk kandang mengandung unsur hara lengkap yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Menurut Samekto (2006) pupuk kandang dapat digolongkan ke dalam pupuk organik yang memiliki beberapa kelebihan, yaitu memperbaiki struktur tanah, menaikkan daya serap tanah terhadap air, menaikkan kondisi kehidupan di dalam tanah, dan sebagai sumber zat makanan bagi tanaman. Pupuk kandang sapi mengandung 0.4% N, 0.2% P, 0.1% K, dan 85% air. Menurut Buckman dan Brady (1975) pupuk kandang sapi juga mengandung 22 kg/ton N, 3 kg/ton P, 14 kg/ton K, dan 85% H2O. Disamping unsur N, P, K, pupuk kandang
juga mengandung Ca, Mg, S dan mungkin seluruh unsur mikro yang bermanfaat untuk mempertahankan keseimbangan hara dari tanah.
Açâãåæèkâ é
Menurut Harjadi (1996) penggunaan limbah pertanian seperti sisa jerami, arang sekam, tongkol jagung, kulit biji kapas dapat digunakan untuk media tanam. Wuryaningsih dan Darliah (1994) menyatakan bahwa arang sekam dapat digunakan sebagai media karena memiliki sifat ringan (berat jenis = 0.2 kg/l), kasar (banyak pori) sehingga sirkulasi udara tinggi, berwarna coklat kehitaman sehingga dapat mengabsorbsi sinar matahari dengan efektif, serta dapat mengurangi pengaruh penyakit khususnya bakteri. Wiryanta (2007) menyatakan bahwa arang sekam merupakan kulit biji padi yang diperoleh dari proses penggilingan bulir padi. Arang sekam cukup steril, karena proses pembuatan arang sekam dilakukan dengan cara dibakar. Media arang sekam bersifat porous, ringan, memiliki drainase baik dan mampu mengikat air pada bagian permukaan saja.
Kê ëêáiì
BAHAN DAN METODE
íî ïðñòî ó Tôõöî ð
Percobaan dilaksanakan pada bulan Maret sampai September 2011 di
÷ø ùùúû üý þ ù FATETA IPB, Leuwikopo dan Kebun Percobaan Pusat Kajian Buah
Tropika (PKBT) IPB, Tajur Bogor.
Bî ÿî óòîn Alî ð
Bahan yang digunakan adalah benih pepaya IPB 3, IPB 4, dan IPB 9 sebanyak 550 benih setiap genotipe. Benih pepaya diperoleh dari hasil seleksi Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT) IPB. Media tanam yang digunakan yaitu tanah, pasir, pupuk kandang, arang sekam, dan kokopit. Alat-alat yang digunakan antara lain ø✁✂ semai, ✄ü☎✂✆ ✁÷ ukuran 10 cm x 15 cm, timbangan,
wadah/mangkok, cangkul, kored, ember,û✁ú✝þ✄ø✁✂ùø/gembor, meteran/penggaris,
jangka sorong digital, label, dan alat tulis.
Môð✞ò ô Pônôliðiî ó
Percobaan ini merupakan percobaan faktorial dengan dua faktor disusun menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT). Faktor pertama adalah media tanam (M) dengan lima jenis media menggunakan perbandingan sama yaitu M1= tanah : pasir : pupuk kandang (2:1:1), M2 = tanah : pasir : arang sekam (2:1:1), M3 = tanah : pasir : kokopit (2:1:1), M4 = tanah : pupuk kandang : kokopit (2:1:1), dan M5 = tanah : pupuk kandang : arang sekam (2:1:1). Faktor kedua adalah genotipe pepaya (G) dengan tiga jenis yaitu genotipe IPB 3 (G1), genotipe IPB 4 (G2) dan genotipe IPB 9 (G3).
pepaya setiap perlakuan, sehingga total tanaman yang diamati adalah 225 bibit pepaya.
Model linier yang digunakan dalam percobaan ini adalah : Yijk= + i+ j+ k+ ( )ijk+ Eijk
Keterangan :
Yijk = nilai pengamatan media tanam i dan genotipe j serta ulangan ke-k
= rataan umum
i = pengaruh media tanam i (M1,M2,M3,M4,M5) j = pengaruh genotipe j (G1,G2,G3)
k = pengaruh ulangan ke-k (1,2,3)
( )ijk = pengaruh interaksi antara media tanam dan genotipe
Eijk = galat percobaan
Data yang diperoleh dianalisis dengan uji F dan uji lanjut DMRT (✟✠ ✡☛☞ ✡ ✌✠ ✍✎✏✑✍✒✓☞✡✔✒✕✒ ✖ ✎) pada taraf 5%.
P✗l✘✙✚ ✘✛✘ ✘✛ P✗n✗li✜i✘✛
Percobaan ini dilaksanakan dalam beberapa tahap, yaitu persiapan media, penanaman benih di ✎✢☞ ✣ semai, pemindahan bibit ke dalam ✑✤✍✣✥☞✔, persiapan
lahan, pemindahan bibit ke lapangan, pemeliharaan, dan pengamatan.
P✗✦✚✧✘★✘ ✛✩✗✪i✘. Media tanam yang digunakan dicampur sesuai dengan
perlakuan dengan perbandingan sama yaitu 2:1:1. Perbandingan volume media tanam yaitu dengan menggunakan wadah atau mangkok. Media tanam yang sudah dicampur digunakan untuk bahan media tanam di✎✢☞ ✣ semai dan✑ ✤✍✣✥☞✔.
P✗n✘✛✘✩✘✛ ✫✗ni✬ ✪i ✭ray ✚✗✩✘✧. Media tanam untuk persemaian sesuai
dengan perlakuan percobaan. Media tanam dimasukkan ke dalam✎✢☞✣persemaian.
Sebelum benih disemai, benih direndam dalam air hangat (suhu sekitar 40oC) selama 30 menit. Benih yang dikecambahkan sebanyak 110 benih setiap kombinasi perlakuan, sehingga total benih sebanyak 1 650 benih pepaya. Benih dikecambahkan di ✎✢☞✣ semai dengan dua benih per lubang selama 4 MSS
P✮✯in✰✱ ✲✱ ✳ ✴i✴i✵ k✮ ✰✱ ✶✱✯ p✷ ✸y✹✺ ✻. Pemindahan bibit semaian
dilakukan dengan mengangkut bibit beserta media tanamnya. Kriteria bibit yang dipindahkan ke ✼ ✽✾✿❀ ❁❂ yaitu memiliki tinggi yang seragam (3-4 cm dari
permukaan media) dan memiliki jumlah daun sebanyak dua sampai tiga helai. Penanaman dilakukan pada✼✽✾✿❀ ❁❂ukuran 10 cm x 15 cm selama 1.5 bulan.
P✮❃❄❅✱❆✱ ✳ l✱✲✱✳. Menurut Kalie (1999) lahan penanaman dalam bentuk
bedengan. Panjang bedengan tergantung keadaan lahan, sedangkan lebarnya sebesar 2 m dan tingginya sebesar 0.2 m. Jarak tanam yang digunakan yaitu 2.5 m x 2.5 m. Jarak antar bedengan sebesar 50 cm. Di atas bedengan dibuat lubang tanam yang berukuran 50 cm x 50 cm x 50 cm. Menurut Sujiprihati dan Suketi (2009) pemberian pupuk organik dilakukan dua minggu sebelum tanam dengan dosis 15-25 ton/ha. Lubang tanam dibiarkan terbuka dan terpapar sinar matahari selama dua minggu.
P✮✯in✰✱ ✲✱ ✳ ✴i✴i✵ k✮ l✱❆✱ ✳❇✱ ✳. Pemindahan bibit dilakukan dengan
mengangkut bibit beserta media tanamnya dengan kriteria bibit pepaya yang sehat dan baik yaitu memiliki tinggi tanaman sekitar 9-11cm , jumlah daun sebanyak 8-9 helai, dan diameter batang sebesar 2-3 mm. Bibit yang dapat dipindahkan ke lapangan yaitu pada media tanam M1, M4, dan M5 yang diambil dari tanaman contoh sehingga total yang ditanam sebanyak 144 bibit pepaya. Penanaman di lapangan dilakukan 1.5 bulan setelah tanam di✼✽✾✿❀❁❂ ❈
P✮✯ ✮li✲✱❃✱ ✱✳. Pemeliharaan yang dilakukan yaitu pengairan,
pemupukan, sanitasi, serta pengendalian hama dan penyakit. Pengairan dilakukan pada pagi dan sore hari. Pemupukan dilakukan pada saat awal penanaman di lapangan dan setiap empat bulan menggunakan pupuk organik dengan dosis 20-30 kg/tanaman. Sanitasi yang dilakukan berupa pembumbunan, penyiangan gulma, dan membuang bagian tanaman yang terserang penyakit.
P✮n❇✱✯✱ ✵✱✳
Pengamatan perkecambahan benih pepaya yaitu :
1. Waktu muncul kecambah (Hari Setelah Semai/HSS).
Pengamatan bibit pepaya di❉ ❊❋●❍■ ❏yaitu :
1. Tinggi tanaman, diukur dari atas permukaan tanah sampai titik tumbuh (cm). 2. Jumlah daun, semua daun yang telah membuka sempurna (helai).
3. Diameter batang, diukur pada ketinggian 5 cm dari permukaan tanah (mm). 4. Bobot bibit per❉❊❋ ●❍■❏(g).
5. Bibit siap salur.
Pengamatan tinggi tanaman dan jumlah daun dilakukan mulai dari bibit dipindahkan ke ❉❊❋ ●❍■❏ (1-6 MST). Diameter batang diamati pada 6 MST
menggunakan jangka sorong digital. Penimbangan bobot bibit per ❉ ❊❋●❍■ ❏
dilakukan pada 6 MST menggunakan timbangan.
Pengamatan tanaman pepaya di lapangan yaitu:
1. Tinggi tanaman, diukur dari atas permukaan tanah sampai titik tumbuh (cm). 2. Jumlah daun, semua daun yang telah membuka sempurna (helai).
3. Diameter batang, diukur pada ketinggian 5 cm dari permukaan tanah (mm). 4. Kecepatan bunga pertama muncul (MST).
5. Tinggi kedudukan bunga pertama (cm).
HASIL DAN PEMBAHASAN
P❑▲k❑▼◆ ❖P ◆◗◆❘ B❑ni◗
Penanaman benih pepaya dilakukan pada ❙❚ ❯ ❱ semai dengan campuran
media tanam yang berbeda sesuai dengan perlakuan. Kondisi kecambah pertama muncul tidak seragam, dikarenakan setiap genotipe memiliki respon tumbuh yang berbeda. Pada kelima perlakuan media tanam, genotipe IPB 3 (G1), IPB 4 (G2), dan IPB 9 (G3) memiliki waktu muncul kecambah yaitu pada 11 HSS, 17 HSS, dan 14 HSS. Genotipe IPB 3 (G1) memiliki pertumbuhan benih yang lebih cepat sedangkan genotipe IPB 4 (G2) pertumbuhan benihnya lebih lama dibandingkan genotipe lain. Hal ini diduga benih genotipe IPB 3 (G1) memiliki kemampuan benih untuk tumbuh (vigor) tinggi dibandingkan dengan genotipe lainnya. Menurut Widajati ❲❙ ❯❳. (2008) tolok ukur vigor kekuatan tumbuh benih adalah
kecepatan tumbuh benih dimana benih vigor tinggi memiliki pertumbuhan lebih cepat dibandingkan benih dengan vigor rendah.
Tabel 1. Persentase Daya Berkecambah Benih Pepaya pada Beberapa Jenis Media Tanam dan Genotipe
Daya Berkecambah (%) 30 HSS
Perlakuan G1 G2 G3 Rata-rata media
M1 70.00 28.18 76.36 58.18d*)
M2 60.91 40.91 39.09 46.97e
M3 78.18 47.27 57.27 60.91c
M4 64.54 59.09 76.36 66.66b
M5 80.91 46.36 82.73 70.00a
Rata-rata genotipe 70.91a**) 44.36c 66.36b
Keterangan : Uji lanjut DMRT taraf 5% *) rata-rata media dan **) rata-rata genotipe M1 = Tanah : pasir : pupuk kandang G1 = Genotipe IPB 3 M2 = Tanah : pasir : arang sekam G2 = Genotipe IPB 4 M3 = Tanah : pasir : kokopit G3 = Genotipe IPB 9 M4 = Tanah : pupuk kandang : kokopit HSS= Hari Setelah Semai M5 = Tanah : pupuk kandang : arang sekam
perkecambahan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses berkecambahnya benih (Widajati ❨❩ ❬ ❭., 2008). Media tanam mempengaruhi
persentase perkecambahan benih pada 30 HSS. Berdasarkan Tabel 1 daya berkecambah benih pepaya paling tinggi yaitu pada media tanam M5 sebesar 70% dan pada genotipe IPB 3 (G1) sebesar 70.91%. Hal ini diduga kelembaban media sesuai pada awal perkecambahan, penggunaan campuran media menggunakan arang sekam sebagai media tumbuh memiliki drainase dan aerasi yang baik. Menurut Nakasone dan Paull (1998) tanaman pepaya dapat tumbuh pada bermacam-macam tipe tanah dengan drainase yang baik.
Kandungan unsur hara seperti nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K) dalam media tanam yang digunakan pada penelitian ini telah dianalisis di Laboratorium Tanah, Balai Penelitian Tanah, Departemen Pertanian, Bogor. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, media tanam M5 memiliki kandungan N tertinggi, media tanam M1 memiliki kandungan P tertinggi, dan media tanam M4 memiliki kandungan K tertinggi. Kisaran pH yang cocok untuk pembibitan pepaya yaitu media tanam M1, M4, dan M5. Nilai pH yang cukup rendah pada media tanam M2 dan M3 tidak dapat mendukung pertumbuhan bibit pepaya seperti disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Nilai pH, kandungan nitrogen, fosfor, dan kalium pada Beberapa Jenis Media Tanam
Media
pH Kjeldahl Olsen Morgan
H2O KCl
N (%)
P2O5
(ppm)
K2O
(ppm)
M1 6.5 6.1 0.33 221 249
M2 5.7 4.9 0.05 27 437
M3 5.4 4.6 0.17 38 914
M4 6.1 5.6 0.31 213 1441
M5 6.2 5.7 0.37 153 794
Keterangan : M1 = tanah : pasir : pupuk kandang M2 = tanah : pasir : arang sekam M3 = tanah : pasir : kokopit
P❪❫❴❵ ❛❜❵❝❞ ❡ Bi❜i❴❢i❣❤ ✐y❥❦ ❧
Pada penelitian ini awal pertumbuhan vegetatif yang diamati yaitu tinggi tanaman, jumlah daun, dan diameter batang. Hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit di ♠ ♥♦♣q rs (Tabel 3) menunjukkan bahwa media tanam
mempengaruhi tinggi tanaman dan jumlah daun pada pengamatan selama 1.5 bulan yaitu 1-6 MST, diameter batang pada 6 MST, serta bobot bibit per
♠ ♥♦♣qrs pada 6 MST. Tinggi tanaman pada 1, 2, 3, 5, 6 MST dan jumlah daun
pada 1, 2, 3, 4, 6 MST berbeda pada setiap genotipe. Interaksi media tanam dan genotipe mempengaruhi tinggi tanaman pada 1-6 MST, jumlah daun pada 2, 4, 6 MST, dan diameter batang pada 6 MST.
Tabel 3. Hasil Analisis Sidik Ragam Pertumbuhan Bibit Pepaya dit♥♦♣qrs
Keterangan : * = Berpengaruh Nyata ( : 5%) ** = Berpengaruh Sangat Nyata ( : 1%) tn = Tidak Berpengaruh Nyata
KK = Koefisien Keragaman MST = Minggu Setelah Tanam
Pertumbuhan dan perkembangan pada fase vegetatif merupakan awal pembentukan tanaman untuk tumbuh dan berkembang menjadi tanaman yang produktif. Fase vegetatif terutama terjadi pada perkembangan akar, daun dan
Peubah Waktu
(MST)
Perlakuan
KK Media Genotipe Media*Genotipe
Tinggi Tanaman 1 ** ** * 7.66
2 ** ** * 6.55
3 ** * ** 5.09
4 ** tn ** 4.72
5 ** ** ** 4.63
6 ** ** ** 5.42
Jumlah Daun 1 ** ** tn 12.44
2 ** ** * 7.11
3 ** ** tn 7.20
4 ** ** ** 6.37
5 ** tn tn 8.53
6 ** ** * 10.81
Diameter Batang 6 ** ** ** 8.02
Bobot Bibit pert♥♦♣qrs
batang baru (Harjadi, 1996). Hama yang menyerang tanaman pepaya pada fase vegetatif adalah kutu putih (✉✈ ✇✈ ①② ①①③ ④ ⑤✈✇⑥ ⑦⑧✈ ⑨③④) ditandai dengan daun
menjadi keriput. Pengendalian hama ini dengan membersihkan bagian kutu putih dari tanaman, terutama pada bagian bawah daun.
Tin⑩ ⑩❶ T❷n❷❸ ❷❹
Pengamatan tinggi tanaman diukur dari atas permukaan media tanam di
❺②❻❼❽✈⑥sampai titik tumbuh mulai dari pemindahan di ❺②❻❼❽✈ ⑥ sampai 1.5 bulan
pengamatan yaitu pada 1-6 MST. Faktor media tanam mempengaruhi pertumbuhan tinggi tanaman. Perlakuan media tanam M4 dan M5 berbeda dengan media tanam lainnya pada peubah tinggi tanaman. Media tanam campuran tanah, pupuk kandang, dan arang sekam (M5) menghasilkan tinggi tanaman paling tinggi yaitu sebesar 11.69 cm pada 6 MST (Tabel 4). Tinggi tanaman genotipe IPB 3 (G1) dan IPB 4 (G2) berbeda dengan IPB 9 (G3) pada 6 MST. Genotipe IPB 4 (G2) menghasilkan tinggi tanaman paling tinggi yaitu sebesar 8.85 cm. Dewi dan Suketi (2004) dalam penelitiannya menyatakan bahwa perlakuan terbaik pada media tanam campuran tanah, arang sekam, dan pupuk kandang dengan perbandingan 2:1:1 memberikan pertambahan tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, panjang tunas, dan volume akar yang lebih besar pada bibit mangga.
Tabel 4. Pertumbuhan Tinggi Tanaman Beberapa Genotipe Pepaya pada Beberapa Jenis Media Tanam
Perlakuan 1 MST 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST
Media (M)
M1 4.01b 4.93b 6.19b 7.28b 8.42b 9.73b
M2 3.75bc 4.32c 4.95c 5.23c 5.48c 5.70c
M3 3.58c 3.92d 4.33d 4.62d 4.74d 4.12d
M4 4.62a 5.66a 7.45a 9.07a 10.32a 11.57a M5 4.76a 5.88a 7.72a 9.26a 10.53a 11.69a Genotipe (G)
G1 4.11a 4.85b 5.98b 6.99a 7.99a 8.75a
G2 3.82c 4.74b 6.09ab 7.25a 8.06a 8.85a
G3 4.50a 5.23a 6.31a 7.03a 7.64b 8.09b
Interaksi (M*G)
M1G1 4.15cde 4.90cd 6.12e 7.34fg 8.82d 10.68de M1G2 3.39fg 4.45def 5.72ef 6.83g 7.95e 9.19g M1G3 4.48bc 5.44bc 6.74d 7.66ef 8.50de 9.31fg M2G1 3.82ef 4.37def 5.03gh 5.39h 5.72f 6.00h M2G2 3.34fg 3.89fg 4.58h 4.87hi 5.08fg 5.28hi M2G3 4.10cde 4.70de 5.24fg 5.43h 5.63f 5.82h M3G1 3.16g 3.52g 3.86i 4.18j 4.40h 3.26k M3G2 3.74efg 4.06fg 4.52h 4.90hi 4.92gh 4.96i M3G3 3.85def 4.18ef 4.61h 4.78i 4.91gh 4.15j M4G1 4.76b 5.64b 7.06cd 8.66cd 10.09c 11.49cd M4G2 4.44bcd 5.80ab 8.18a 10.40a 11.82a 13.17a M4G3 4.66bc 5.54b 7.11cd 8.14de 9.04d 10.06ef M5G1 4.67bc 5.84ab 7.86ab 9.38b 10.94b 12.302b M5G2 4.18bcde 5.48b 7.46bc 9.24bc 10.56bc 11.65bc M5G3 5.42a 6.32a 7.84ab 9.17bc 10.10c 11.10cd Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata
pada uji DMRT 5%.
M1 = Tanah : pasir : pupuk kandang G1 = Genotipe IPB 3 M2 = Tanah : pasir : arang sekam G2 = Genotipe IPB 4 M3 = Tanah : pasir : kokopit G3 = Genotipe IPB 9 M4 = Tanah : pupuk kandang : kokopit
M5 = Tanah : pupuk kandang : arang sekam MST= Minggu Setelah Tanam
J❾❿l➀➁ D➀❾n
kerontokan akibat curah hujan yang lebih tinggi yaitu sebesar 361.7 mm dibandingkan dengan curah hujan pada bulan sebelumnya seperti disajikan pada Lampiran 4. Selain itu, hama kutu putih juga menyerang daun pada bibit pepaya yang mengakibatkan jumlah daun menurun.
Tabel 5. Pertumbuhan Jumlah Daun Bibit Pepaya di➉➊➋➌➍ ➎➏ pada Beberapa Jenis
Media Tanam dan Genotipe
Keterangan : Sama dengan Keterangan Tabel 4
Media tanam M5 tidak berbeda dengan media tanam M1 dan M4, tetapi berbeda dengan media tanam M2 dan M3. Media tanam campuran tanah, pupuk kandang, dan arang sekam (M5) menghasilkan jumlah daun paling banyak yaitu sebesar 8.77 helai pada 6 MST seperti disajikan pada Tabel 5. Hasil penelitian Riyanti (2009) menunjukkan bahwa campuran serabut kelapa, arang sekam, pakis, dan humus daun bambu (1:1:1:1) memberikan hasil perkembangan tanaman yang lebih baik daripada perlakuan media lainnya dalam peubah jumlah daun, jumlah ruas, jumlah buku, jumlah akar terbanyak dan tinggi tanaman pada bibit sirih merah. Pada 6 MST jumlah daun pada genotipe IPB 3 (G1) dan IPB 9 (G3) berbeda dengan genotipe IPB 4 (G2). Genotipe IPB 4 (G2) menghasilkan jumlah daun paling banyak yaitu sebesar 7.34 helai. Hal ini diduga adanya pengaruh dari genotipe tanaman itu sendiri dan faktor lingkungan. Gardner ➐➑ ➎➋➒ (1991)
menjelaskan bahwa jumlah bakal daun yang terdapat pada embrio biji yang masak merupakan karakteristik spesies. Jumlah daun dipengaruhi oleh genotipe dan lingkungan.
Perlakuan 1 MST 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST
Media
M1 3.06b 4.66b 6.66b 7.73b 9.20a 8.73a M2 2.62c 4.11c 5.13c 5.42c 5.73b 5.86b M3 1.91d 2.15d 2.75d 3.26d 3.26c 2.28c M4 3.26ab 4.75b 7.00ab 7.71b 9.11a 8.20a M5 3.53a 5.04a 7.22a 8.20a 9.57a 8.77a Genotipe
Interaksi media tanam dan genotipe pada jumlah daun menunjukkan bahwa perlakuan M5G1 memberikan jumlah daun paling banyak pada 2 MST dan 4 MST yaitu sebesar 5.60 helai dan 8.73 helai. Perlakuan M1G2 memberikan jumlah daun paling banyak pada 6 MST yaitu sebesar 10.06 helai yang berbeda dengan perlakuan lainnya seperti disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Interaksi Media Tanam dan Genotipe pada Pertumbuhan Jumlah Daun Bibit Pepaya di➓➔→➣↔ ↕➙
Perlakuan 2 MST 4 MST 6 MST
Interaksi (M*G)
M1G1 5.06b 8.26abc 7.40d
M1G2 4.26cd 7.06e 10.06a
M1G3 4.66bc 7.86bcd 8.73abcd
M2G1 4.26cd 5.60f 5.93e
M2G2 4.06d 5.26f 5.86e
M2G3 4.00d 5.40f 5.80e
M3G1 2.06e 3.46g 2.33f
M3G2 2.20e 3.33g 2.46f
M3G3 2.20e 3.00g 2.06f
M4G1 5.13ab 7.60cde 7.53cd
M4G2 4.86b 8.53ab 9.46ab
M4G3 4.26cd 7.00e 7.60cd
M5G1 5.60a 8.73a 8.86abc
M5G2 4.73bc 8.40ab 8.86abc
M5G3 4.80bc 7.46de 8.60bcd
Keterangan : Sama dengan Keterangan Tabel 4
Di➛➜ ➝➞ ➝➟ B➛➞ ➛➠➡
memiliki kandungan unsur fosfor yaitu sebesar 213 ppm dan media tanam M1 (tanah, pasir, dan pupuk kandang) memiliki kandungan unsur fosfor paling banyak yaitu sebesar 221 ppm. Hal ini dijelaskan oleh Nakasone dan Paull (1999) bahwa kecepatan pertumbuhan diameter batang pepaya dipengaruhi oleh ketersediaan unsur hara N, P, pengairan, dan temperatur.
Gambar 1. Diameter Batang Bibit Pepaya di pada Beberapa Jenis Media Tanam
Diameter batang bibit memiliki arti yang cukup penting bagi kelanjutan pertumbuhan bibit. Bibit dengan diameter batang yang lebih besar akan memiliki kekuatan yang lebih baik sehingga mampu menghadapi keadaan lapangan yang tidak menguntungkan (Sumartuti, 2004). Gambar 2 menunjukkan bahwa genotipe IPB 3 (G1) mempunyai diameter batang paling besar dibandingkan dengan genotipe lainnya yaitu sebesar 2.4 mm. Seperti pada jumlah daun, pertambahan diameter batang juga dipengaruhi oleh genotipe tanaman itu sendiri maupun lingkungan. 0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0 3,5 4,0 6 MST D ia m et er B at ang ( m m )
M1= tanah:pasir:pupuk kandang M2= tanah:pasir:arang sekam M3= tanah:pasir:kokopit
M4= tanah:pupuk kandang:kokopit M5= tanah:pupuk kandang:arang sekam
2.7 b
1.4 c
0.8 d
Gambar 2. Diameter Batang Bibit Pepaya di pada Beberapa Genotipe
Tabel 7. Interaksi Media Tanam dan Genotipe pada Pertumbuhan Diameter Batang Bibit Pepaya di
Perlakuan Diameter Batang (mm)
6 MST Interaksi (M*G)
M1G1 2.7cd
M1G2 2.5d
M1G3 3.1bc
M2G1 1.5e
M2G2 1.1f
M2G3 1.5e
M3G1 0.8f
M3G2 0.8f
M3G3 0.8f
M4G1 3.3ab
M4G2 3.2ab
M4G3 3.1bc
M5G1 3.5a
M5G2 2.8cd
M5G3 3.3ab
Keterangan : Sama dengan Keterangan Tabel 4
Interaksi media tanam dan genotipe M5G1 memberikan diameter batang paling besar pada 6 MST yaitu sebesar 3.5 mm yang tidak berbeda dengan perlakuan M5G3, M4G1, dan M4G2 seperti disajikan pada Tabel 7. Hasil penelitian Agustina (2004) menunjukkan bahwa perlakuan terbaik yang mampu
0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0 6 MST D ia m et er B at ang ( m m )
G1= Genotipe IPB 3 G2= Genotipe IPB 4 G3= Genotipe IPB 9 2.4 a
meningkatkan pertumbuhan bibit durian adalah perlakuan dengan komposisi media tanam arang sekam, tanah, dan pupuk kandang dengan perbandingan 3:2:1 terhadap pertambahan tinggi tanaman, diameter batang, jumlah cabang dan jumlah tunas daun.
B➢ ➤➢ ➥ Bi➤i➥➦➧➨➩ ➫➭y➯➲ ➳
Bobot bibit per ➵➸ ➺➻➼➽ ➾ diamati pada akhir pengamatan di ➵➸➺➻➼➽ ➾ yaitu
pada 6 MST. Pengamatan ini dilakukan dengan menimbang media tanam dan bibit pepaya per ➵➸ ➺➻➼➽ ➾. Media tanam dan bibit pepaya di ➵➸ ➺➻➼➽➾ memiliki
bobot jenis yang berbeda. Bobot bibit per➵➸ ➺➻➼➽ ➾paling berat yaitu media tanam
M2 (tanah, pasir, dan arang sekam) sebesar 251.55 g dan bobot bibit per ➵➸ ➺➻➼➽ ➾
paling ringan yaitu media tanam M5 (tanah, pupuk kandang, dan arang sekam) sebesar 188.66 g seperti disajikan pada Tabel 8. Media tanam yang diharapkan pada penelitian ini yaitu memiliki pertumbuhan bibit yang baik dan media tanam yang ringan agar memudahkan dalam transportasi bibit.
Tabel 8. Bobot Bibit Pepaya per➚➸ ➺➻➼➽ ➾pada Beberapa Jenis Media Tanam dan
Genotipe
Perlakuan Bobot Bibit per➚➸ ➺➻➼➽ ➾(g)
6 MST Media (M)
M1 244.00a
M2 251.55a
M3 245.33a
M4 199.55b
M5 188.66b
Genotipe (G)
G1 226.13a
G2 227.73a
G3 223.60a
Keterangan : Sama dengan Keterangan Tabel 4
Bi➤i➥ Si➪ ➦ S➪➶➹➨
tanaman sekitar 9-11 cm, jumlah daun sebanyak 8-9 helai, dan diameter batang sebesar 2-3 mm. Pada media tanam M1, M4, dan M5 umur bibit siap salur yaitu pada 6 MST, sedangkan pada media tanam M2 dan M3 bibit tidak dapat dipindah tanam ke lapangan karena bibit tersebut tidak representatif untuk kriteria bibit pepaya. Selain itu, kandungan unsur hara dan nilai pH pada media tanam M2 dan M3 tidak mendukung untuk pertumbuhan bibit pepaya. Unsur nitrogen yang terkandung pada media tanam M2 dan M3 tergolong rendah yaitu sebesar 0.05% dan 0.17%. Menurut Hardjowigeno (2003) unsur nitrogen sangat dibutuhkan tanaman pada awal pertumbuhan atau fase vegetatif.
Menurut Sujiprihati dan Suketi (2009) tujuan dari pembibitan adalah untuk mendapatkan bibit pepaya yang sehat, tumbuh secara optimal, dan mempunyai daya adaptasi yang baik saat dipindahkan ke lapangan. Menurut Zulkarnain (2009) kriteria bibit yang berkualitas baik yaitu bibit sehat dan bebas dari investasi patogen, benih yang digunakan berasal dari tanaman induk yang berpotensi hasil tinggi. Keragaan bibit pepaya pada beberapa media tanam dan genotipe saat 6 MST disajikan pada Lampiran 5-10.
P➘➴➷ ➬➮➱ ➬✃❐ ❒ Bi➱i➷❮i L❐ ❰❐ ❒Ï❐❒
Berdasarkan Tabel 9 bahwa media tanam mempengaruhi tinggi tanaman pada 9 dan 11 MST, serta jumlah daun pada 7-11 MST dan diameter batang pada 11 MST. Tinggi tanaman pada 7-11 MST dan jumlah daun pada 10 MST, serta diameter batang pada 11 MST berbeda pada setiap genotipe. Interaksi media tanam terhadap genotipe mempengaruhi tinggi tanaman pada 7 MST dan jumlah daun pada 9-11 MST serta diameter batang pada 11 MST.
Tabel 9. Hasil Analisis Sidik Ragam Pertumbuhan Tanaman Pepaya di Lapangan
Peubah Waktu
(MST)
Perlakuan
KK Media Genotipe Media*Genotipe
Tinggi Tanaman 7 tn ** * 7.52
8 tn ** tn 10.34
9 * ** tn 10.41
10 tn ** tn 12.47
11 ** ** tn 10.83
Jumlah Daun 7 * tn tn 13.00
8 ** tn tn 11.33
9 ** tn ** 7.23
10 ** * ** 6.96
11 ** tn * 8.90
Diameter Batang 11 ** ** ** 9.53
Kecepatan Bunga
Pertama Muncul 17-20 ** ** tn 3.68
Tinggi Kedudukan
Bunga Pertama 17-20 tn ** tn 13.02
Keterangan : * = Berpengaruh Nyata ( : 5%) KK = Koefisien Keragaman ** = Berpengaruh Sangat Nyata ( : 1%) MST = Minggu Setelah Tanam tn = Tidak Berpengaruh Nyata
Tabel 10. Pertumbuhan Tinggi Tanaman Pepaya di Lapangan pada Beberapa Jenis Media Tanam dan Genotipe
Perlakuan 7 MST 8 MST 9 MST 10 MST 11 MST
Media
M1 12.01a 13.07a 16.37b 18.23b 18.68b
M4 12.66a 13.86a 16.72b 18.92ab 19.53b
M5 12.33a 14.35a 18.90a 21.08a 22.73a
Genotipe
G1 13.34a 14.88a 19.55a 21.27a 23.04a
G2 22.70a 14.20a 17.83a 20.54a 20.75b
G3 10.97b 12.21b 14.61b 16.42b 17.15c
Keterangan : Sama dengan Keterangan Tabel 4
Tabel 11. Pertumbuhan Jumlah Daun Tanaman Pepaya di Lapangan pada Beberapa Jenis Media Tanam dan Genotipe
Perlakuan 7 MST 8 MST 9 MST 10 MST 11 MST
Media
M1 6.71a 7.64a 9.24b 10.11b 11.24b
M4 5.60b 6.73b 8.86b 10.82b 12.71a
M5 6.71a 8.17a 10.33a 12.75a 13.31a
Genotipe
G1 6.26a 7.17a 9.02b 10.62b 11.71b
G2 6.55a 7.88a 9.88a 11.66a 12.95a
G3 6.20a 7.48a 9.53ab 11.40ab 12.60ab
Keterangan : Sama dengan Keterangan Tabel 4
Tabel 12. Diameter Batang Tanaman Pepaya di Lapangan pada Beberapa Jenis Media Tanam dan Genotipe
Keterangan : Sama dengan Keterangan Tabel 4
Diameter batang paling besar terdapat pada media tanam M5 (tanah, pupuk kandang, dan arang sekam) sebesar 8.2 mm pada 11 MST. Media tanam M5 memiliki diameter batang yang berbeda dengan media tanam M1 dan M4. Genotipe IPB 9 (G3) memiliki diameter batang paling besar yaitu sebesar 8.1 mm.
Perlakuan Diameter Batang (mm)
11 MST Media (M)
M1 6.9b
M4 7.3b
M5 8.2a
Genotipe (G)
G1 7.5a
G2 6.7b
G3 8.1a
Interaksi (M*G)
M1G1 5.6e
M1G2 7.0cd
M1G3 8.0abc
M4G1 8.5ab
M4G2 5.9de
M4G3 7.5bc
M5G1 8.5ab
M5G2 7.3bc
[image:36.595.108.505.341.624.2]Genotipe IPB 9 (G3) memiliki diameter batang yang tidak berbeda dengan genotipe IPB 3 (G1) tetapi berbeda dengan genotipe IPB 4 (G2). Interaksi media tanam dan genotipe mempengaruhi pertumbuhan diameter batang pada 11 MST. Perlakuan M5G3 memiliki diameter batang paling besar yaitu sebesar 9.0 mm pada 11 MST seperti disajikan pada Tabel 12.
Tabel 13. Interaksi Media Tanam dan Genotipe pada Pertumbuhan Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun di Lapangan
Perlakuan Tinggi
Tanaman Jumlah Daun
Interaksi (M*G) 7 MST 9 MST 10 MST 11 MST
M1G1 13.77a 8.00e 8.40e 9.00b
M1G2 12.44abc 10.46abc 11.53bcd 12.73a
M1G3 9.83d 9.26cde 10.40d 12.00a
M4G1 12.88abc 9.40bcd 11.46cd 13.13a
M4G2 13.77a 8.46de 10.53d 12.66a
M4G3 11.33cd 8.73de 10.46d 12.33a
M5G1 13.36ab 9.66abcd 12.00abc 13.00a
M5G2 11.89bc 10.73a 12.93ab 13.46a
M5G3 11.75bc 10.60ab 13.33a 13.46a
Keterangan : Sama dengan Keterangan Tabel 4
FÐ ÑÒ GÒnÒÓÐ ÔiÕ
Pada penelitian ini pengamatan yang dilakukan yaitu kecepatan bunga pertama muncul dan tinggi kedudukan bunga pertama. Media tanam hanya mempengaruhi kecepatan bunga pertama muncul. Media tanam M5 berbeda dengan media tanam M1 dan M4 terhadap kecepatan bunga pertama muncul. Media tanam M5 memiliki waktu bunga muncul lebih cepat dibandingkan media tanam lain yaitu sebesar 17.33 MST. Hal ini berbeda dengan penelitian Cayanti (2006) bahwa media tanam arang sekam, tanah, dan pupuk kandang mempunyai waktu muncul bunga paling lama pada tanaman cabai hias dalam pot.
Genotipe IPB 9 (G3) berbeda dengan genotipe IPB 3 (G1) dan genotipe IPB 4 (G2) terhadap kecepatan bunga pertama muncul. Genotipe IPB 3 (G1) memiliki waktu muncul bunga lebih cepat dibandingkan genotipe lain yaitu sebesar 17.55 MST disajikan pada Tabel 14. Hal ini sejalan dengan umur tanaman yang tergolong genjah dengan masa umur petik buah sekitar 140 Hari Setelah Antesis (HSA) dibandingkan dengan genotipe IPB 4 yaitu sekitar 150 HSA dan genotipe IPB 9 yaitu sekitar 180 HSA disajikan pada Lampiran 1-3 dimana semakin cepat berbunga maka tanaman pepaya semakin cepat berbuah dengan dibantu kondisi lingkungan yang baik. Saryoko (2004) dalam penelitiannya menyatakan bahwa munculnya bunga pertama pada tanaman pepaya dapat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan genetiknya.
Tabel 14. Kecepatan Bunga Pertama Muncul dan Tinggi Kedudukan Bunga Pertama pada Beberapa Jenis Media Tanam dan Genotipe di Lapangan
Keterangan : Sama dengan Keterangan Tabel 4
KBPM : Kecepatan Bunga Pertama Muncul TKBP : Tinggi Kedudukan Bunga Pertama
Perlakuan KBPM
(MST)
TKBP (cm) Media (M)
M1 18.67a 50.24a
M4 18.33a 52.24a
M5 17.33b 50.83a
Genotipe (G)
G1 17.55b 63.61a
G2 18.00b 50.74b
KESIMPULAN DAN SARAN
KÖ×Ø ÙÚÛlÜ Ý
Daya berkecambah benih pepaya paling tinggi yaitu pada media tanam campuran tanah, pupuk kandang, dan arang sekam (M5) sebesar 70% serta pada genotipe IPB 3 (G1) sebesar 70.91%. Komposisi campuran media tanam tanah, pupuk kandang, dan arang sekam (M5) dengan perbandingan 2:1:1 merupakan media paling baik untuk bibit pepaya pada 6 MST serta memiliki bobot bibit per
Þß àáâã ä yang paling ringan dibandingkan dengan media tanam lain sehingga
memudahkan dalam transportasi bibit.
SÜåÜÝ
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, A.F. 2004. Pengaruh Komposisi Media dan Jenis Pupuk terhadap Pertumbuhan Bibit Durian (æçè éê ë éì íîï éð çñ Murr.) Varietas Monthong.
Skripsi. Departemen Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian, IPB. Bogor. 39 hal.
Badan Pusat Statistik (BPS). 2010. Produksi buah-buahan di Indonesia.
http://www.bps.go.id. [20 Desember 2010].
Buckman, H.O and N.C. Brady. 1975. The Nature and Proporties of Soil, p 243- 273ò óð G. Soepardi (ôõ.). Sifat dan Ciri Tanah 3. Proyek
Peningkatan atau Pengembangan Perguruan Tinggi IPB. Bogor.
Cayanti, R.E.O. 2006. Pengaruh Media Tanam terhadap Kualitas Cabai Hias (ö ÷øñ éù çú sp.) Dalam Pot. Skripsi. Departemen Agronomi dan
Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB. Bogor. 42 hal.
Dewi, K. dan K. Suketi 2004. Respon Pertumbuhan Bibit Stum Mangga (û÷ðüéýíè ÷ éðõéù ÷ L.) Varietas Kelapa dan Arum Manis pada Komposisi
Media dan Ukuran Wadah yang Berbeda. Prosiding Simposium Menuju Indonesia Berswasembada Varietas Unggul . Perhimpunan Ilmu Pemuliaan Indonesia. Bogor. 428-437.
Flegman, A.W. and R.A.T. George. 1975. Soil and Other Growth Media. The AVI Publishing Company, Inc. Westport. 170p.
Gardner, F.P., R.B. Pearce, dan R.L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Hanum, M. 2010. Pengaruh Jenis Media Tanam terhadap Pertumbuhan Bibit Tanaman Asparagus (þñø÷è ÷üçñ êýýéù éð ÷ÿ éñ L.). Skripsi. Departemen
Agronomi dan Hortikultura. Fakultas Pertanian,IPB. Bogor. 33 hal. Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta. 286 hal. Harjadi, S.S.1996. Pengantar Agronomi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
197 hal.
Hartmann, H.T. and D.E. Kester. 1990. Plant Propagation, Principles and Practices. Fifth Edition. Prentice Hall International Inc. New Jersey. 647p. Kalie, M. B. 1999. Bertanam Pepaya. Penebar Swadaya. Jakarta. 120 hal.
Nakasone, H.Y. and R.E. Paull. 1999. Crop Production Science in Horticulture. CAB International.Wallingford.
Palungkun, R. 1992. Aneka Produk Olahan Kelapa. Penebar Swadaya. Jakarta. 72 hal.
Riyanti, Y. 2009. Pengaruh Jenis Media Tanam terhadap Pertumbuhan Bibit Sirih Merah ( ✁✂ ✄☎ ✆☎ ✝ ✆✞ ✟✠✡ Ruiz and Pav.). Skripsi. Program Studi
Hortikultura. Fakultas Pertanian, IPB. Bogor.42 hal.
Samekto, R. 2006. Pupuk Kandang. PT Citra Aji Parama. Yogyakarta. 44 hal. Sankat, C.K. and R. Maharaj. 1997. Papaya, p.167-189. ☛☞ S. Mitra (✌✍.).
Postharvest Physiology and Storage of Tropical and Subtropical Fruits. CAB International. New York.
Sari, M. 2005. Pengaruh ✎ ✞ ☎ ✆✝✟✄✏ ✟✞ dan Kadar Air Benih Terhadap Viabilitas,
Kandungan Total Fenol dan Daya Simpan Benih Pepaya. Tesis. Program Pascasarjana, IPB. Bogor. 49 hal.
Sarief, S. 1985. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. CV. Pustaka Buana. Bandung. 180 hal.
Saryoko, A. 2004. Karakterisasi Morfologi dan Evaluasi Daya Hasil 20 Genotipe Pepaya. Skripsi. Departemen Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian, IPB. Bogor. 40 hal.
Setiarini, D. 2010. Pengaruh Jenis Media Perkecambahan dan Perlakuan Pra Perkecambahan terhadap Viabilitas Benih Semangka Tanpa Biji (✑✁ ✟☎ ✠✒✒✠✏
vulgarisSchard) Kultivar Long Dragon dan New Lucky. Skripsi. Fakultas
Pertanian, IPB. Bogor. 38 hal.
Sobir. 2009. Sukses Bertanam Pepaya Unggul Kualitas Supermarket. Agro Media. Jakarta. 162 hal.
Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Sujiprihati, S. dan K. Suketi. 2009. Budidaya Pepaya Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta. 92 hal.
Suketi, K., R. Poerwanto, S. Sujiprihati, Sobir, dan W.D. Widodo. 2010. Studi karakter mutu buah pepaya IPB. Jurnal Hortikultura Indonesia 1(1) : 17-26.
Tjitrosomo, S.S., S. Harran, M. Djaelani, A. Hartana, dan A. Sudiarta. 1980. Botani Umum Jilid 1. Departemen Botani IPB. Bogor.
Villegas, V.N. 1997. Carica papaya L., p.125-131. In E.W.M. Verheij dan R.E. Coronel (Eds.). PROSEA, Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 2: Buah-buahan yang Dapat Dimakan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Widajati, E., E.R. Palupi, E. Murniati, T.K. Suharsi, A. Qadir, dan M.R. Suhartanto. 2008. Diktat Kuliah dan Penuntun Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Benih. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB. Bogor. 131 hal.
Wiryanta, B.T.W. 2007. Media Tanam untuk Tanaman hias. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Wuryaningsih, S. dan Darliah. 1994. Pengaruh media sekam padi terhadap pertumbuhan tanaman hias potSpathiphyllum. Buletin Penelitian Tanaman Hias 2 (2) : 119-129.
Lampiran 1. Deskripsi Buah Pepaya IPB 3
D✓✔ ✕✖i✗✔ ✘B✙✚✛P✓ ✗✚✜ ✚✢ ✣B 3
Bentuk buah : lonjong
Ukuran buah : kecil
Panjang buah (cm) : 17.0 ± 0.8 Diameter buah (cm) : 8.0 ± 0.4 Bobot per buah (g) : 573.3 ± 75.1 Warna daging buah : kemerahan/jingga Warna kulit buah : hijau tua
Rasa daging buah : manis (10.7o± 2.5o) Brix
pH : 5.33 ± 0.08
Asam tertitrasi total (%) : 1.6 ± 0.4 Kadar vitamin C (mg/100g) : 110.8 ± 17.3
Jumlah biji : 784.7 ± 115.9
Bobot 100 biji (g) : 7.9 ± 0.9 Kadar karoten ( mol/100g) : 59.5 ± 26.3
Lampiran 2. Deskripsi Buah Pepaya IPB 4
D✤✥ ✦✧i★✥ ✩B✪✫ ✬P✤ ★✫ ✭✫✮ ✯B 4
Bentuk buah : lonjong
Ukuran buah : kecil
Panjang buah (cm) : 15.5 ± 0.0 Diameter buah (cm) : 8.25 ± 0.22 Bobot per buah (g) : 513.33 ± 11.55 Tekstur kulit : halus
Warna daging buah : jingga Warna kulit buah : kuning
Rasa daging buah : manis (10.67o± 2.31o) Brix
pH : 5.09 ± 0.05
Asam tertitrasi total (%) : 2.37± 1.01 Kadar vitamin C (mg/100g) : 115.57 ± 31.50 Kadar karoten ( mol/100g) : 67.07 ± 23.14
Lampiran 3. Deskripsi Buah Pepaya IPB 9
D✰✱ ✲✳i✴✱ ✵B✶✷ ✸P✰ ✴✷ ✹✷✺ ✻B 9
Bentuk buah : silindris
Ukuran buah : sedang
Panjang buah (cm) : 23.00 ± 0.0 Diameter buah (cm) : 9.36 ± 0.18 Bobot per buah (g) : 1236.67 ± 63.51 Tekstur kulit : halus
Warna daging buah : jingga Warna kulit buah : hijau
Rasa daging buah : manis (10.67o± 0.58o) Brix
pH : 5.68 ± 0.15
Kadar vitamin C (mg/100g) : 78.6 ± 5.7
Jumlah biji : 1048.00 ± 84.87
Bobot 100 biji (g) : 7.89 ± 0.08 Kadar karoten ( mol/100g) : 37.9 ± 13.2
Lampiran 4. Data Iklim Darmaga Bogor
Bulan
Temperatur (°C) Curah
Hujan (mm)
Kelembaban (%)
Rata- Rata Max Min
Maret 2011 25.7 30.9 22.8 140.0 82
April 2011 25.8 31.8 23.0 278.4 84
Mei 2011 26.1 32.0 23.0 361.7 84
Juni 2011 26.1 32.2 22.5 274.6 77
Lokasi : Stasiun Klimatologi Darmaga Bogor Lintang : 6°33 LS
Bujur : 106°45 BT Elevasi : 207 m
Lampiran 5. Keragaan Bibit Pepaya pada Media Tanam Tanah : Pasir : Pupuk Kandang (M1) saat 6 MST.
M1G1: Media tanam tanah:pasir:pupuk kandang, genotipe IPB 3 M1G2: Media tanam tanah:pasir:pupuk kandang, genotipe IPB 4 M1G3: Media tanam tanah:pasir:pupuk kandang, genotipe IPB 9
Lampiran 6. Keragaan Bibit Pepaya pada Media Tanam Tanah : Pasir : Arang Sekam (M2) saat 6 MST.
M2G1: Media tanam tanah:pasir:arang sekam, genotipe IPB 3 M2G2: Media tanam tanah:pasir:arang sekam, genotipe IPB 4 M2G3: Media tanam tanah:pasir:arang sekam, genotipe IPB 9
M1G1 M1G2 M1G3
M2G1 M2G2 M2G3
Lampiran 5. Keragaan Bibit Pepaya pada Media Tanam Tanah : Pasir : Pupuk Kandang (M1) saat 6 MST.
M1G1: Media tanam tanah:pasir:pupuk kandang, genotipe IPB 3 M1G2: Media tanam tanah:pasir:pupuk kandang, genotipe IPB 4 M1G3: Media tanam tanah:pasir:pupuk kandang, genotipe IPB 9
Lampiran 6. Keragaan Bibit Pepaya pada Media Tanam Tanah : Pasir : Arang Sekam (M2) saat 6 MST.
M2G1: Media tanam tanah:pasir:arang sekam, genotipe IPB 3 M2G2: Media tanam tanah:pasir:arang sekam, genotipe IPB 4 M2G3: Media tanam tanah:pasir:arang sekam, genotipe IPB 9
M1G1 M1G2 M1G3
M2G1 M2G2 M2G3
Lampiran 5. Keragaan Bibit Pepaya pada Media Tanam Tanah : Pasir : Pupuk Kandang (M1) saat 6 MST.
M1G1: Media tanam tanah:pasir:pupuk kandang, genotipe IPB 3 M1G2: Media tanam tanah:pasir:pupuk kandang, genotipe IPB 4 M1G3: Media tanam tanah:pasir:pupuk kandang, genotipe IPB 9
Lampiran 6. Keragaan Bibit Pepaya pada Media Tanam Tanah : Pasir : Arang Sekam (M2) saat 6 MST.
M2G1: Media tanam tanah:pasir:arang sekam, genotipe IPB 3 M2G2: Media tanam tanah:pasir:arang sekam, genotipe IPB 4 M2G3: Media tanam tanah:pasir:arang sekam, genotipe IPB 9
M1G1 M1G2 M1G3
Lampiran 7. Keragaan Bibit Pepaya pada Media Tanam Tanah : Pasir : Kokopit (M3) saat 6 MST.
M3G1: Media tanam tanah:pasir:kokopit, genotipe IPB 3 M3G2: Media tanam tanah:pasir:kokopit, genotipe IPB 4 M3G3: Media tanam tanah:pasir:kokopit, genotipe IPB 9
Lampiran 8. Keragaan Bibit Pepaya pada Media Tanam Tanah : Pupuk Kandang : Kokopit (M4) saat 6 MST.
M4G1: Media tanam tanah:pupuk kandang:kokopit, genotipe IPB 3 M4G2: Media tanam tanah:pupuk kandang:kokopit, genotipe IPB 4 M4G3: Media tanam tanah:pupuk kandang:kokopit, genotipe IPB 9
M3G1 M3G2 M3G3
M4G1 M4G2 M4G3
Lampiran 7. Keragaan Bibit Pepaya pada Media Tanam Tanah : Pasir : Kokopit (M3) saat 6 MST.
M3G1: Media tanam tanah:pasir:kokopit, genotipe IPB 3 M3G2: Media tanam tanah:pasir:kokopit, genotipe IPB 4 M3G3: Media tanam tanah:pasir:kokopit, genotipe IPB 9
Lampiran 8. Keragaan Bibit Pepaya pada Media Tanam Tanah : Pupuk Kandang : Kokopit (M4) saat 6 MST.
M4G1: Media tanam tanah:pupuk kandang:kokopit, genotipe IPB 3 M4G2: Media tanam tanah:pupuk kandang:kokopit, genotipe IPB 4 M4G3: Media tanam tanah:pupuk kandang:kokopit, genotipe IPB 9
M3G1 M3G2 M3G3
M4G1 M4G2 M4G3
Lampiran 7. Keragaan Bibit Pepaya pada Media Tanam Tanah : Pasir : Kokopit (M3) saat 6 MST.
M3G1: Media tanam tanah:pasir:kokopit, genotipe IPB 3 M3G2: Media tanam tanah:pasir:kokopit, genotipe IPB 4 M3G3: Media tanam tanah:pasir:kokopit, genotipe IPB 9
Lampiran 8. Keragaan Bibit Pepaya pada Media Tanam Tanah : Pupuk Kandang : Kokopit (M4) saat 6 MST.
M4G1: Media tanam tanah:pupuk kandang:kokopit, genotipe IPB 3 M4G2: Media tanam tanah:pupuk kandang:kokopit, genotipe IPB 4 M4G3: Media tanam tanah:pupuk kandang:kokopit, genotipe IPB 9
M3G1 M3G2 M3G3
Lampiran 9. Keragaan Bibit Pepaya pada Media Tanam Tanah : Pupuk Kandang : Arang Sekam (M5) saat 6 MST.
M5G1: Media tanam tanah:pupuk kandang:arang sekam, genotipe IPB 3 M5G2: Media tanam tanah:pupuk kandang:arang sekam, genotipe IPB 4 M5G3: Media tanam tanah:pupuk kandang:arang sekam, genotipe IPB 9
Lampiran 10. Keragaan Bibit Pepaya pada Jenis Media Tanam yang Berbeda saat 6 MST. M1: Media tanam tanah:pasir:pupuk kandang
M2: Media tanam tanah:pasir:arang sekam M3: Media tanam tanah:pasir:kokopit
M4: Media tanam tanah:pupuk kandang:kokopit M5: Media tanam tanah:pupuk kandang:arang sekam
M5G1 M5G2 M5G3
M1 M2 M3 M4 M5
Lampiran 9. Keragaan Bibit Pepaya pada Media Tanam Tanah : Pupuk Kandang : Arang Sekam (M5) saat 6 MST.
M5G1: Media tanam tanah:pupuk kandang:arang sekam, genotipe IPB 3 M5G2: Media tanam tanah:pupuk kandang:arang sekam, genotipe IPB 4 M5G3: Media tanam tanah:pupuk kandang:arang sekam, genotipe IPB 9
Lampiran 10. Keragaan Bibit Pepaya pada Jenis Media Tanam yang Berbeda saat 6 MST. M1: Media tanam tanah:pasir:pupuk kandang
M2: Media tanam tanah:pasir:arang sekam M3: Media tanam tanah:pasir:kokopit
M4: Media tanam tanah:pupuk kandang:kokopit M5: Media tanam tanah:pupuk kandang:arang sekam
M5G1 M5G2 M5G3
M1 M2 M3 M4 M5
Lampiran 9. Keragaan Bibit Pepaya pada Media Tanam Tanah : Pupuk Kandang : Arang Sekam (M5) saat 6 MST.
M5G1: Media tanam tanah:pupuk kandang:arang sekam, genotipe IPB 3 M5G2: Media tanam tanah:pupuk kandang:arang sekam, genotipe IPB 4 M5G3: Media tanam tanah:pupuk kandang:arang sekam, genotipe IPB 9
Lampiran 10. Keragaan Bibit Pepaya pada Jenis Media Tanam yang Berbeda saat 6 MST. M1: Media tanam tanah:pasir:pupuk kandang
M2: Media tanam tanah:pasir:arang sekam M3: Media tanam tanah:pasir:kokopit
M4: Media tanam tanah:pupuk kandang:kokopit M5: Media tanam tanah:pupuk kandang:arang sekam
M5G1 M5G2 M5G3
(a) (b)
(c)
Lampiran 11. Keragaan Tanaman Pepaya Beberapa Genotipe pada Media Tanam M1 di Lapangan.
M1G1: Media tanam tanah:pasir:pupuk kandang, genotipe IPB 3 (a) M1G2: Media tanam tanah:pasir:pupuk kandang, genotipe IPB 4 (b) M1G3: Media tanam tanah:pasir:pupuk kandang, genotipe IPB 9 (c)
(a) (b)
(c)
Lampiran 11. Keragaan Tanaman Pepaya Beberapa Genotipe pada Media Tanam M1 di Lapangan.
M1G1: Media tanam tanah:pasir:pupuk kandang, genotipe IPB 3 (a) M1G2: Media tanam tanah:pasir:pupuk kandang, genotipe IPB 4 (b) M1G3: Media tanam tanah:pasir:pupuk kandang, genotipe IPB 9 (c)
(a) (b)
(c)
Lampiran 11. Keragaan Tanaman Pepaya Beberapa Genotipe pada Media Tanam M1 di Lapangan.
(a) (b)
(c)
Lampiran 12. Keragaan Tanaman Pepaya Beberapa Genotipe pada Media Tanam M4 di Lapangan.
M4G1: Media tanam tanah:pupuk kandang:kokopit, genotipe IPB 3 (a) M4G2: Media tanam tanah:pupuk kandang:kokopit, genotipe IPB 4 (b) M4G3: Media tanam tanah:pupuk kandang:kokopit, genotipe IPB 9 (c)
(a) (b)
(c)
Lampiran 12. Keragaan Tanaman Pepaya Beberapa Genotipe pada Media Tanam M4 di Lapangan.
M4G1: Media tanam tanah:pupuk kandang:kokopit, genotipe IPB 3 (a) M4G2: Media tanam tanah:pupuk kandang:kokopit, genotipe IPB 4 (b) M4G3: Media tanam tanah:pupuk kandang:kokopit, genotipe IPB 9 (c)
(a) (b)
(c)
Lampiran 12. Keragaan Tanaman Pepaya Beberapa Genotipe pada Media Tanam M4 di Lapangan.
(a) (b)
(c)
Lampiran 13. Keragaan Tanaman Pepaya Beberapa Genotipe pada Media Tanam M5 di Lapangan.
M5G1: Media tanam tanah:pupuk kandang:arang sekam, genotipe IPB 3 (a) M5G2: Media tanam tanah:pupuk kandang:arang sekam, genotipe IPB 4 (b) M5G3: Media tanam tanah:pupuk kandang:arang sekam, genotipe IPB 9 (c)
(a) (b)
(c)
Lampiran 13. Keragaan Tanaman Pepaya Beberapa Genotipe pada Media Tanam M5 di Lapangan.
M5G1: Media tanam tanah:pupuk kandang:arang sekam, genotipe IPB 3 (a) M5G2: Media tanam tanah:pupuk kandang:arang sekam, genotipe IPB 4 (b) M5G3: Media tanam tanah:pupuk kandang:arang sekam, genotipe IPB 9 (c)
(a) (b)
(c)
Lampiran 13. Keragaan Tanaman Pepaya Beberapa Genotipe pada Media Tanam M5 di Lapangan.
✼✽●❀
y
❀(
❍a
rica
p
a
p
a
ya
■ ❏)
❑✽ ✾▲t
❃p
✽▼✼❊ ◆ ❖ ▼✼❊ P ❖ ❆❀✾ ▼✼❊ ◗