SKRIPSI
TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DI KANTOR SAMSAT KABUPATEN MAMUJU
Oleh:
ISMAIL RAHMAT SYAM
Nomor Induk Stambuk: 10561 05334 15
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
ii
SKRIPSI
TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DI KANTOR SAMSAT KABUPATEN MAMUJU
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan dan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Administrasi Negara (S.Sos)
Disusun dan Diajukan Oleh:
ISMAIL RAHMAT SYAM
Nomor Stambuk: 10561 05334 15
Kepada
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
iii
HALAMAN PERSETUJUAN UJIAN AKHIR
Judul Proposal Penelitian : Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor Di Kantor Samsat Kabupaten Mamuju
Nama Mahasiswa : Ismail Rahmat Syam
Nomor Induk Mahasiwa : 10561 05334 15
Program Studi : Ilmu Administrasi Negara
Menyetujui: Pembimbing I
Dr. Lukman Hakim, M.Si
Pembimbing II
Haerana, S.Sos, M.Pd
Mengetahui: Dekan
Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos, M.Si
NBM: 730727
Ketua Program Studi
Nasrul Haq, S.Sos, MPA
HALAMAN PENERIMAAN TIM
Telah diterima oleh Tim Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar berdasarkan Surat Keputusan Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar Nomor: 0086/FSP/A.4-II/II/41/2020 sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar sarjana dalam Program Studi Ilmu Administrasi Negara yang dilaksanakan di Makassar pada hari Jumat tanggal 28 bulan Februari tahun 2020.
TIM PENILAI
Ketua
Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos, M.Si
NBM: 730727
Sekretaris
Dr. Burhanuddin, S.Sos, M.Si
NBM: 1084366
PENGUJI:
1. Dr. Hj. Fatmawati, M.Si ( )
2. Dr. Anwar Parawangi, M.Si ( )
3. Dr. Hafiz Elfiansyah P., S.T., M.Si ( )
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Saya yang bertandatangan dibawah ini:
Nama Mahasiswa : Ismail Rahmat Syam
Nomor Stambuk : 10561 05334 15
Program Studi : Ilmu Administrasi Negara
Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri tanpa bantuan dari pihak lain atau telah ditulis/dipublikasikan orang lain atau melakukan plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai aturan yang berlaku, sekalipun itu pencabutan gelar akademik.
Makassar, 28 Februari 2020
Yang Menyatakan,
ABSTRAK
ISMAIL RAHMAT SYAM. Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor Di Kantor SAMSAT Kabupaten Mamuju (dibimbing oleh Dr.
Lukman Hakim, M.Si dan Haerana, S.Sos., M.Pd).
Kepatuhan wajib pajak merupakan salah satu variabel yang menentukan tingkat kepatuhan suatu daerah ataupun negara. Berdasarkan hal tersebut peneliti menggambarkan dan menjelaskan tingkat kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor di Kantor Samsat Kabupaten Mamuju.
Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian kuantitatif. Jumlah sampel yaitu 90 orang wajib pajak yang terdaftar pada Kantor Samsat Kabupaten Mamuju. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner (angket) dalam bentuk checklist. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis statistik deskriptif, teknik analisis koefisien korelasi, teknik uji koefisien determinan dan teknik analisis regresi linier sederhana.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan yang ada di Kantor Samsat Kabupaten Mamuju dinilai Baik. Berdasarkan hasil penelitian Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor di Kantor Samsat Kabupaten Mamuju berada di angka 73,77%.
KATA PENGANTAR
Penulis panjatkan rasa syukur yang tidak terhingga kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikanskripsiyang berjudul “Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan
Bermotor di Kantor Samsat Kabupaten Mamuju”.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Bapak Dr. Lukman Hakim, M.Si selaku Pembimbing I dan Ibu Haerana, S.Sos., M.Pd selaku Pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. 2. Ibu Dr. Ihyani Malik, S. Sos, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar
3. Bapak Nasrul Haq, S.Sos, MPA selaku Ketua Prodi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar 4. Kedua orang tua dan segenap keluarga yang senantiasa memberikan semangat
dan bantuan, baik moril maupun materil.
Demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Semoga karya skripsi ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.
Makassar, 28 Februari 2020
DAFTAR ISI
SAMPUL ...i
HALAMAN JUDUL ...ii
HALAMAN PERSETUJUAN ...iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ...iv
ABSTRAK ...v
KATA PENGANTAR ...vi
DAFTAR ISI ...vii
DAFTAR GAMBAR ...ix
DAFTAR TABEL ...x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian, Konsep, dan Teori ... 9
B. Kerangka Pikir ... 17
C. Definisi Operasional... 18
D. Hipotesis ... 21
BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 22
B. Jenis Dan Tipe Penelitian ... 22
C. Populasi dan Sampel ... 22
D. Teknik Pengumpulan Data ... 24
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian... 29 B. Gambaran Umum Responden/Karakteristik Responden ... 29 C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 69
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 73 B. Saran ... 74
DAFTAR PUSTAKA ... 75 LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
Tabel 1.1
Presentase Wajib Pajak yang Melakukan Kewajiban yang Terdaftar di Kantor Samsat Kabupaten Mamuju
6
Tabel 3.1 Kriteria Jawaban Responden 27
Tebal 4.1 Persentasi Usia Responden 30
Tabel 4.2 Persentasi Jenis Kelamin Responden 31
Tabel 4.3 Persentasi Pekerjaan responden 31
Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Uji Validitas Kepatuhan Wajib
Pajak (X) 34
Tabel 4.5 Reliabilitas Kepatuhan Wajib Pajak 35
Tabel 4.6 Persepsi mendaftarkan diri sebagai wajib pajak 37
Tabel 4.7 Persepsi mendaftarkan Diri untuk Mendapatkan
NPWP 37
Tabel 4.8 Persepsi mendaftarkan Diri secara Sukarela 38 Tabel 4.9 Persepsi menyiapkan dokumen yang diperlukan 39 Tabel 4.10 Persepsi mendaftarkan diri sesuai peraturan 40
Tabel 4.11 Frekuensi hasil indikator Kewajiban Untuk
Mendaftarkan Diri 40
Tabel 4.12 Persepsi tepat waktu dalam menyampaikan Surat
Pemberitahuan (SPT) 42
Tabel 4.13 Persepsi selalu menyetor dan melaporkan SPT masa 43 Tabel 4.14 Persepsi mengisi formulir SPT dengan jelas 43 Tabel 4.15 Persepsi mengisi formulir SPT dengan lengkap 44 Tabel 4.16 Persepsi mengisi formulir SPT dengan benar 45
Tabel 4.17 Frekuensi hasil indikator kewajiban mengisi dan
menyampaikan surat 45
Tabel 4.18 Persepsi mencari informasi mengenai tempat dan
cara membayar pajak 47
Tabel 4.19 Persepsi menyiapkan dokumen untuk membayar
pajak 48
Tabel 4.20 Persepsi memenuhi kewajiban atas tunggakan pajak 48 Tabel 4.21 Persepsi membayar atau menyetor pajak tepat waktu 49 Tabel 4.22 Persepsi mengalokasikan dana untuk membayar
Tabel 4.23 Frekuensi hasil indikator kewajiban membayar atau
menyetor pajak 51
Tabel 4.24 Persepsi melakukan pembukuan pajak 53
Tabel 4.25 Persepsi menghitung pajak terutang 53
Tabel 4.26 Persepsi menghitung pajak dalam mengisi Surat
Setoran Pajak (SSP) dan Fiskus 54
Tabel 4.27 Persepsi diberikan sanksi bila melakukan rekayasa
pembukuan atau pencatatan 55
Tabel 4.28 Persepsi melakukan pencatatan pajak 55
Tabel 4.29 Frekuensi hasil indikator kewajiban membuat
pembukuan atau pencatatan 56
Tabel 4.30 Persepsi membantu kelancaran pemeriksaan pajak
bila diperiksa petugas pajak 58
Tabel 4.31 Persepsi memberikan data yang diperlukan dalam
proses pemeriksaan pajak 58
Tabel 4.32 Persepsi merasa takut bila berhubungan dengan
pemeriksaan pajak 59
Tabel 4.33 Persepsi tidak berbohong ketika diperiksa pemeriksa
pajak 60
Tabel 4.34 Persepsi memberikan dokumen palsu ketika
pemeriksaan pajak 60
Tabel 4.35 Frekuensi hasil indikator kewajiban menaati
pemeriksaan pajak 61
Tabel 4.36 Persepsi memenuhi kewajiban atas tunggakan pajak 63 Tabel 4.37 Persepsi bersedia untuk melakukan pemotongan atau
pungutan pajak 63
Tabel 4.38 Persepsi melakukan pemotongan pajak sesuai
dengan peraturan yang berlaku 64
Tabel 4.39 Persepsi diberikan sanksi apabila melakukan
tunggakan pajak 65
Tabel 4.40 Persepsi tidak keberatan jika dilakukan pemotongan
pajak 66
Tabel 4.41 Frekuensi hasil indikator kewajiban melakukan
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan negara hukum
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang 1945, yang memiliki tujuan
mewujudkan tata kehidupan negara yang adil, sejahtera, dan damai serta
menjamin kedudukan hukum yang sama bagi setiap warga negara. Selain itu,
Indonesia merupakan salah satu Negara yang berkembang, terdiri dari ribuan
pulau dan beraneka ragam budaya, lautan yang luas, dan sumber daya alam yang
melimpah. Berdasarkan perkembangan yang terjadi mendorong pemerintah untuk
melakukan perubahan di berbagai sektor demi peningkatkan pendapatan negara
agar dapat membiayai pembangunan nasional (Cahyadi dan Jati, 2016: 342-2373).
Pembangunan nasional yang berlangsung secara terus menerus dan
berkesinambungan diperlukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Masalah pembiayaan menjadi sangat vital dalam melaksanakan pembangunan
nasional tersebut. Pemerintah membutuhkan dana yang besar untuk melaksanakan
pembangunan nasional. Dana yang dibutuhkan tersebut semakin meningkat
seiring dengan peningkatan kebutuhan pembangunan itu sendiri (Utama, 2013).
Menurut Ruyadi (2009) dalam Utama (2013: Vol.2), salah satu upaya yang
dapat dilakukan oleh pemerintah Indonesia dalam mewujudkan pembangunan
nasional yaitu dengan menggali sumber dana berupa pajak. Pajak menjadi salah
satu sumber pendanaan dalam pelaksanaan tanggung jawab negara dalam
2
kemakmuran serta menjadi kontrak sosial antara warga negara dengan
pemerintah.
Sehingga untuk mewujudkan hal diatas maka dilahirkan Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dengan Surat
Paksa, dimana pada Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 1 berbunyi:
“Pajak adalah semua jenis pajak yang dipungut oleh Pemerintah Pusat, termasuk Bea Masuk dan Cukai, dan pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah, menurut Undang-Undang dan Peraturan Daerah”
Pajak wajib dibayar oleh seseorang atau badan yang memiliki sesuatu yang
harus di pajak, sebagaimana ditegaskan dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 19 Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa,
dimana pada Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 2 berbunyi:
“Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan, termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak tertentu”
Pajak dan Wajib Pajak tercantum dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 19 Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa
Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 1 dan Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 19 Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa Bab I
Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 2, inilah yang menjadi kewajiban yang harus
dibayarkan oleh seseorang atau badan sesuai dengan aturan perundang-undangan.
Pajak yang merupakan kewajiban yang harus dibayar oleh seseorang atau
3
masyarakat oleh negara berdasarkan undang-undang yang bersifat memaksa, dan
terutang yang wajib dibayar dengan tidak mendapat imbalan secara langsung,
yang hasilnya digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara
dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. Tetapi pada
kenyataannya di Indonesia sendiri, masih banyak terjadi keterlambatan
pembayaran pajak atau bahkan tidak membayar pajak sehingga kejadian ini
berdampak pada perkembangan negara karena kurang sadarnya masyarakat dalam
membayar pajak. Mereka pikir dengan membayar pajak mereka jadi rugi, karena
mereka mengira bahwa hanya orang yang berkuasa saja yang dapat menikmati
hasil pajak. Padahal, mereka keliru, membayar pajak pada waktunya akan
berdampak baik bagi kehidupan mereka juga, terutama kehidupan menyangkut
berbangsa dan bernegara. Jadi pajak menjadi kewajiban dan kepatuhan bagi orang
pribadi atau badan yang memiliki ketentuan wajib pajak.
Menurut Fronzoni (1999) dalam Cahyadi dan Jati (2016: 342-2373) Kepatuhan dalam hal perpajakan merupakan suatu kedisiplinan yang dimiliki oleh wajib
pajak untuk melaksanakan kewajibannya dibidang perpajakan sesuai dengan
undang-undang yang berlaku. Kepatuhan dalam hukum pajak memiliki arti umum
sebagai melaporkan secara benar dasar pajak, memperhitungkan secara benar
kewajiban, tepat waktu dalam pengembalian, dan tepat waktu membayar jumlah
dihitung.
Kepatuhan wajib pajak merupakan sikap pemenuhan kewajiban membayar
pajak yang dilakukan oleh wajib pajak atau pembayar pajak dalam memberikan
4
pajak juga bisa menjadi penunjang Pendapatan Asli Daerah (PAD). Pajak selain
bersifat wajib pajak juga bersifat memaksa. Kepatuhan wajib pajak menjadi hal
yang penting karena Indonesia memiliki sistem perpajakan Self Asessment di
mana dalam prosesnya mutlak memberikan kepercayaan kepada wajib pajak
untuk menghitung, membayar dan melaporkan kewajiban pajaknya.
Menurut peneliti kepatuhan merupakan sikap atau tindakan yang disiplin
dan taat pada peraturan yang telah ditetapkan. Sama halnya dalam pajak, patuh
dalam membayar pajak merupakan salah satu sikap kepatuhan.
Wajib pajak yang tidak patuh dalam membayar pajak akan dikenai teguran
sesuai dengan Undang Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2000 tentang
Penagihan Pajak dengan Surat Paksa Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 10,
berbunyi:
“Surat teguran, surat peringatan atau surat lain yang sejenis adalah surat yang diterbitkan oleh pejabat untuk menegur atau mmperingatkan kepada Wajib Pajak untuk melunasi utang pajaknya”
Menteri Keuangan (Menkeu) Indrawati (2018) mengatakan dalam salah satu
berita online, beliau mengakui bahwa kepatuahan wajib pajak di Indonesia masih
menjadi masalah dan ini merupakan pekerjaan rumah yang harus diselesiakan.
Beliau mengatakan bahwa rasio pajak Indonesia masih rendah yang berada di
angka 10,78 persen, ini lebih rendah bila dibandingkan dengan rasio pajak di
Malaysia dan Singapura yang lebih tinggi dari Indonesia yaitu berada di level
14-15 persen. Adapun rasio pajak yang rendah itu sempat membuat Sri Mulyani
5
pernah melakukan kajian guna menentukan standar rasio pajak dari salah satu
negara.
Pentingnya pajak bagi negara demi mewujudkan keadilan dan kesejahteraan
bagi setiap warga negara. Karena itulah, setiap warga negara haruslah membayar
pajak yang berdasarkan Undang-Undang nomor 16 tahun 2009 tentang ketentuan
umum dan tata cara perpajakan.
Berbagai macam permasalahan yang terjadi, salah satunya di wilayah
Kabupaten Mamuju seperti masalah dalam perpajakan yang terletak pada sejauh
mana kesadaran masyarakat untuk memenuhi kewajiban pajaknya sesuai
perundang-undangan yang berlaku, dimana masih banyak masyarakat yang
kurang patuh dalam membayar pajak seperti menunggak pembayaran pajak,
bahkan ada yang memang kurang peduli terhadap kewajibannya dalam membayar
pajak kendaraan bermotornya. Sehingga hal ini menjadi dasar peneliti untuk
melakukan analisis lebih jauh mengenai kesadaran wajib pajak pada kepatuhan
wajib pajak baik dari aspek internal ataupun eksternal dalam meningkatkan
kepatuhan wajib pajak warga Kabupaten Mamuju, agar kepatuhan wajib pajak
yang ada di Kabupaten Mamuju ke depannya bisa lebih baik lagi.
Dari hal diatas peneliti sangat ingin melakukan penelitian tentang hal
tersebut, maka dalam penelitian ini, kepatuhan wajib pajak akan ditinjau dari
aspek Administrasi Keuangan Negara, dengan menganalisis sejumlah aspek dan
faktor kepatuhan wajib pajak dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak
kendaraan bermotor secara terus menerus yang dapat menjadi acuan bagi Kantor
6
Observasi awal yang dilakukan oleh peneliti di Kantor Samsat Kabupaten
Mamuju di dapatkan data bahwa Kepatuhan Wajib Pajak pada tahun 2016
sebanyak 26,20% masyarakat Kabupaten Mamuju yang kurang patuh membayar
pajak kendaraan bermotor, pada tahun 2017 sebanyak 27,56% dan pada tahun
2018 sebanyak 28,70%. Hal ini juga dilontarkan oleh Drs. Kamaruddin selaku
Kepala UPTBD Samsat Kabupaten Mamuju saat peneliti bertemu beliau di Kantor
bahwa sekitar 30% - 40% wajib pajak yang terdaftar di Kantor Samsat Kabuapten
Mamuju ini tidak patuh dalam membayar pajak dan selebihnya itu patuh. Tabel
presentase masyarakat yang melakukan Wajib Pajak yang terdaftar di Kantor
Samsat Kabupaten Mamuju, sebagai berikut:
Tabel 1.1 Presentase Wajib Pajak yang melakukan kewajiban yang terdaftar di Kantor Samsat Kabupaten Mamuju
Tahun Jumlah Kendaraan Bermotor Jumlah yang melakukan kewajiban Wajib Pajak Presentase yang tidak patuh Wajib
Pajak Persentase Kepatuhan Wajib Pajak 2016 16.803 12.400 26,20% 73,8% 2017 17.601 12.750 27,56% 72,44% 2018 18.050 12.870 28,70% 71,3%
Sumber: Data Kantor Samsat Kabupaten Mamuju (2019)
Dari hal diatas peneliti ingin melakukan penelitian tentang hal tersebut,
maka dalam penelitian ini, kepatuhan wajib pajak akan ditinjau dari aspek
Administrasi Keuangan Negara, dengan menganalisis sejumlah aspek dan faktor
kepatuhan wajib pajak dalam meningkatkan pendapatan pajak kendaraan
bermotor secara terus menerus yang dapat menjadi acuan bagi Kantor yang lain
7
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang dan masalah utama penelitian, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini, sebagai berikut:
Seberapa besar Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Bermotor di Kantor Samsat
Kabupaten Mamuju?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka yang menjadi tujuan penelitian ini,
sebagai berikut:
Menganalisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Bermotor di Kantor Samsat
Kabupaten Mamuju.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis
Sebagai sumber data dan informasi, serta dasar pertimbangan bagi
Pemerintah Kabupaten Mamuju dalam mengatasi masalah kesadaran wajib pajak
dan kepatuhan wajib pajak yang ada di wilayahnya. Sebagai sumber data dan
informasi, serta menjadi dasar pertimbangan bagi pihak Kantor Samsat Kabupaten
Mamuju dalam meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak masyarakat Kabupaten
Mamuju. Sebagai bahan kajian atau studi banding bagi daerah dan pihak swasta
lain yang ingin meningkatkan kepatuhan wajib pajak di wilayahnya.
2. Manfaat Teoritis
Sebagai salah satu bahan bacaan atau sumber referensi yang dimiliki oleh
Perpustakaan Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar.
8
mahasiswa dan peneliti yang berminat untuk melakukan penelitian. Sebagai salah
satu sumber referensi dalam diskusi, seminar, maupun pengkajian terkait tingkat
kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor. Sebagai salah satu sumber data,
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian, Konsep, dan Teori
1. Teori Administrasi Keuangan Negara
Definisi Administrasi keuangan Negara bagian dari ilmu ekonomi dimana
mengkaji tentang kegiatan pemerintah di bidang ekonomi terutama pada sektor
penerimaan dan pengeluaran serta pengaruhnya didalam perekonomian tersebut.
Pengaruh-pengaruh itu terutama terhadap pencapaian tujuan-tujuan kegiatan
ekonomi seperti pertubuhan ekonomi, stabilitas harga, distribusi penghasilan yang
lebih merata, peningkatan efisiensi, dan penciptaan kesempatan kerja
(Suparmoko, 2008). Dari defenisi diatas melihat bahwa administrasi keuangan
negara bukan hanya tentang penerimaan dan pengeluaran tetapi juga tentang
pengaruhnya terhadap berbagai macam kegiatan ekonomi.
Menurut Supreme Audit Institution Administrasi keuangan negara adalah
ilmu yang mempelajari tentang hal yang berhubungan dengan bagaimana cara
pemerintah mendapatkan uang dan menggukan uang tersebut.
Ruang Lingkup Keuangan negara meliputi negara memiliki hak untuk
memungut pajak, mengeluarkan uang, mengedarkan dan melakukan pinjaman
uang. Sudah menjadi kewajiban negara untuk menyelenggarakan pelayanan
umum pemerintahan negara dan membayar tagihan pihak ketiga, Penerimaan
Negara, hak pemerintah pusat yang diakui sebagai penembah nilai kekayaan
bersih. Meliputi pajak, bukan pajak, dan hibah. Pengeluaran negara, penerimaan
10
dikelolah sendiri atau oleh pihak lain baik itu uang, surat berharga, utang-piutang,
barang, ataupun hak lain yang bernilai uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan
pada perusahaan negara atau perusahaan daerah, kekayaan pihak lain yang
dikuasai oleh pemerintah dalam rangka penyelenggaraan tugas pemerintahan atau
kepentingan umum, kekayaan pihak lain diperoleh dengan menggunakan fasilitas
pemerintah. Dari penjelasan diatas dapat dilihat bahwa negara memiliki hak untuk
memungut pajak dan memiliki kewajiban untuk menyelenggarankan tugas
pelayanan, kemudian warga negara berkewajiban untuk membayar pajak.
Pungutan pajak dilakukan oleh setiap pemerintah daerah disetiap wilayahnya
masing-masing.
2. Teori Keuangan Negara
Definisi Keuangan Negara dalam Undang-Undang No. 17 tahun 2003 pasal
1 ayat 1 ialah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang,
serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan
milik Negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.
Dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara bahwa pendekatan yang digunakan dalam merumuskan
Keuangan Negara yaitu dari sisi objek, subjek, proses, dan tujuan. Dari defenisi
tersebut menyimpulkan bahwa semua hak dan kewajiban yang bernilai uang dapat
dijadikan milik negara.
Dari pernyataan diatas bahwa dari sisi objek, yang dimaksud dengan
Keuangan Negara meliputi segala hak dan kewajiban negara yang berniali uang,
11
negara, serta semua yang berupa uang ataupun berupa barang yang bisa menjadi
milik negara untuk pelaksaaan hak dan kewajiban. Dari sisi subjek, yang
dimaksud dengan keuangan negara meliputi seluruh subjek yang memiliki atau
menguasai objek sesuai pernyataan diatas, yaitu pemerintah pusat dan
daerah, perusahaan negara atau daerah, ataupun badan yang berkaitan dengan
keuangan negara. Dari sisi proses, Keuangan negara mencakup seluruh rangkaian
kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan objek seperti yang tersebut diatas,
perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan hingga pertanggunggjawaban.
Dari sisi tujuan, Keuangan negara meliputi seluruh kebijakan, kegiatan serta
hubungan hukum yang memiliki kaitan dengan pemilikan dan/atau penguasaan
objek seperti disebutkan di atas untuk kepentingan penyelenggaraan pemerintahan
negara.
Sebagaimana defenisi keuangan negara berdasarkan pendekatan objek,
dapat dilihat bahwa cakupan hak dan kewajiban yang bernilai uang diperluas,
termasuk kebijakan dan kegiatan dibidang fiskal, moneter dan pengelolaan
kekayaan negara yang dipisahkan. Dengan demikian, bidang pengelolaan
keuangan negara dapat dikelompokkan dalam:
a. Sub bidang Pengelolaan Fiskal
b. Sub bidang Pengelolaan Moneter
c. Sub bidang Pengelolaan Kekayaan Negara Yang Dipisahkan.
Dalam pengelolaan keuangan negara pada sub bidang fiskal, kebijakan serta
kegiatan yang memiliki keterkaitan dengan pengelolaan Anggaran Pendapatan
12
penetapan strategi dan prioritas pengelolaan APBN, penyusunan anggaran yang
dilakukan oleh pemerintah, pengesahan anggrana yang dilakukan DPR,
pelaksanaan, pengawasan, dan penyusunan Perhitungan Anggaran Negara(PAN)
hingga pengesahan PAN menjadi undang-undang. Pengelolaan keuangan negara
sub bidang pengelolaan moneter berkaitan dengan kebijakan dan pelaksanaan
kegiatan sektor perbankan dan jalannya moneter baik itu didalam negeri ataupun
diluar negeri maupun luar negeri. Kemudian pengelolaan keuangan negara pada
sub bidang kekayaan negara yang dipisahkan, memiliki kaitan dengan kebijakan
serta pelaksanaan kegiatan pada sektor Badan Usaha Milik Negara/Daerah
(BUMN/BUMD) berorientasi untuk mencari keuntungan (profit motive).
a. Ruang Lingkup Keuangan Negara
Ruang Lingkup Keuangan negara meliputi:
1) Negara memiliki hak untuk melakukan pungutan pajak, mengeluarkan dan
mengedarkan serta melakukan pinjaman uang.
2) Negara berkewajiban untuk melakukan pelayan umum pemerintahan negara
dan juga membayar tagihan pihak ketiga.
3) Penerimaan negara, pemerintah pusat memiliki hak yang diakui untuk
penambah nilai kekayaan bersih. Meliputi pajak, bukan pajak, dan hibah.
4) Pengeluaran Negara.
5) Penerimaan Daerah.
6) Pengeluaran Daerah.
7) Kekayaan negara atau daerah yang dikelolah sendiri ataupun pihak lain yang
13
bernilai uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan negara
atau daerah.
8) Pemerintah menguasai kekayaan pihak lain untuk menyelenggarakan tugas
pemerintahan atau kepentingan umum.
9) Pihak lain memperolah kekayaan dengan menggunakan fasilitas dari
pemerintah.
Yang dimaksud dengan “Pihak lain memperolah kekayaan dengan menggunakan fasilitas dari pemerintah” berupa kekayaan dimana ini dikelolah
oleh orang ataupun suatu badan lain sesuai dengan kebijakan pemerintah, yayasan
di lingkungan kementerian negara dan lembaga, ataupun perusahaan negara dan
daerah.
b. Pengelolaan Keuangan Negara
Sedemikian luas bidang pengelolaan secara ringkas bidang pengelolaan
keuangan negara dikelompokkan menjadi beberapa sub bidang yaitu, fiskal,
moneter, dan kekayaan yang dipisahkan. Sub bidang pengelolaan fiskal meliputi
enam fungsi, yaitu:
1) Pengelolaan kebijakan ekonomi makro dan fiskal
Pengelolaan kebijakan ekonomi makro dan fiskal memiliki fungsi
penyusunan nota keuangan dan RAPBN, perkembangan dan perubahannya,
analisis kebijakan, evaluasi dan perkiraan perkembangan ekonomi makro,
pendapatan dan belanja negara, pembiayaan dan analisis kebijakan, evaluasi
dan perkiraan perkembangan fiskal dalam rangka kerja sama internasional
14
pembiyaan jangka mengangah, hibah, penyusunan statistik, penelitian dan
rekomendasi kebijakan, keuangan dan ekonomi.
2) Penganggaran
Fungsi ini meliputi penyiapan kebijakan, perumusan kebijakan, dan
pelaksanaan kebijakan, kemudian perumusan standar, norma, pedoman,
kriteria, prosedur dan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang
APBN.
3) Administrasi perpajakan
4) Administrasi kepabeanan
Badan yang mengurus, mengawasi, dan memungut bea masuk dan keluar,
baik itu melalui darat, laut, ataupun udara. Di Indonesia badan yang
melaksanakan tugas tersebut ialah Direktorat bea dan cukai sebagai pelaksana
tugas pokok departeman keuangan Indonesia dibidang bea dan cukai.
Kepabeanan berarti semua yang memiliki hubungan dengan bea masuk dan
keluarnya suatu barang serta pengawasan dan lalu lintas dari daerah pabean.
5) Perbendaharaan
Perbendaharaan memiliki fungsi meliputi perumusan kebijakan, sistem dan
prosedur di bidang pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran negara,
pengadaan barang dan jasa badan pemerintah serta akuntansi pemerintah
pusat dan daerah, pengelolaan utang dalam dan luar negeri, pengelolaan
barang milik negara dan kekayaan negara, penyelenggaraan akuntansi,
15
6) Pengawasan keuangan
Pada bidang moneter berupa sistem pembayaran serta lalu lintas devisa, dan
sistem nilai tukar. Kemudian pada bidang pengelolaan kekayaan negara yang
dipisahkan berupa pengelolaan perusahaan negara dan daerah.
3. Jenis Kepatuhan Wajib Pajak
Dalam buku Rahayu (2010:138) ada 2 jenis kepatuhan wajib pajak, yaitu:
1) Kepatuhan formal merupakan keadaan dimana wajib pajak memenuhi
kewajibannya secara formal sesuai dengan aturan dan ketentuan
Undang-undang perpajakan. Seperti penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) PPh
sudah benar atau belum dan yang terpenting surat tersebut sudah disampaikan
sebelum tanggal ketentuan.
2) Kepatuhan material merupakan keadaan dimana Wajib Pajak secara
substantif memenuhi segala ketentuan material perpajakan yaitu sesuai isi dan
jiwa undang-undang pajak kepatuhan material ini juga bisa meliputi
kepatuhan formal. Pada kepatuhan material Wajib Pajak yang bersangkutan,
harus memperhatikan kebenaran yang sesungguhnya dari isi dan hakekat
Surat Pemberitahuan (SPT) PPh tersebut.
4. Kepatuhan Wajib Pajak
Sesuai dengan pendapat Suandy (2014: 119), kepatuhan wajib pajak, yaitu:
1) Kewajiban untuk mendaftarkan diri
Pasal 2 Undang-undang Ketentuan Umum dan tata Cara Perpajakan (KUP)
ditegaskan bahwa setiap Wajib Pajak mendaftarkan diri kepada Direktorat
16
kedudukan Wajib Pajak dan kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP). Khusus terhadap pengusaha yang dikenakan pajak berdasarkan
undang-undang PPN, wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak (PKP).
2) Kewajiban mengisi dan menyampaikan Surat Pemberitahuan
Pasal 3 ayat 1 Undang-undang KUP ditegaskan bahwa setiap Wajib Pajak
wajib mengisi Surat Pemberitahuan (SPT) menggunakan bahasa Indonesia
serta menyampaikan ke kantor pajak tempat Wajib Pajak terdaftar.
3) Kewajiban membayar atau menyetor pajak
Kewajiban membayar atau menyetor pajak dilakukan di kas negara melalui
Kantor Pos atau bank BUMN/BUMD atau tempat pembayaran lainnya yang
ditetapkan Menteri Kuangan.
4) Kewajiban membuat pembukuan atau pencatatan
Bagi wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas dan Wajib Pajak badan di Indonesia diwajibkan membuat
pembukuan (Pasal 28 ayat 1). Sedangkan pencatatan dilakukan oleh Wajib
Pajak orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha.
5) Kewajiban menaati pemeriksaan pajak
Terhadap Wajib Pajak yang diperiksa harus menaati ketentuan dalam rangka
pemeriksaan pajak, misalnya Wajib Pajak memperlihatkan dan/atau
meminjam buku atau catatan dan dokumen lain yang berhubungan dengan
17
yang dipandang perlu dan memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan,
serta memberikan keterangan yang diperlukan.
6) Kewajiban melakukan pemotongan atau pungutan pajak
Wajib Pajak yang bertindak sebagai pemberi kerja atau penyelenggara
kegiatan wajib memungut pajak atas pembayaran yang dilakukan dan
menyetorkan ke kas negara.
B. Kerangka Pikir
Penelitian ini berjudul “Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor di Kantor Samsat Kabupaten Mamuju.” penelitian ini akan meneliti
tingkat kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor. Variabel kepatuhan wajib
pajak akan dianalisis menurut Suandy (2014: 119), yakni (1) Kewajiban untuk
mendaftarkan diri; (2) Kewajiban mengisi dan menyampaikan Surat
Pemberitahuan; (3) Kewajiban membayar atau menyetor pajak; (4) Kewajiban
membuat pembukuan atau pencatatan; (5) Kewajiban menaati pemeriksaan pajak;
(6) Kewajiban melakukan pemotongan atau pungutan pajak.
Hasil dari penelitian ini diharapkan menjadi rekomendasi bagi Kantor
Samsat Kabupaten Mamuju dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak
masyarakat di Kab. Mamuju secara berkelanjutan.
Uraian diatas telah dikemukakan, mendasari lahirnya kerangka pikir penelitian seperti pada Gambar dibawah ini:
18
C. Definisi Operasoinal
Berdasarkan pokok permasalahan yang akan diajukan, maka penulis
membuat penjelasan mengenai variabel-variabel yang digunakan dalam
penelitian, sebagai berikut:
Variabel Kepatuhan Wajib Pajak
Kepatuhan wajib pajak merupakan pemenuhan kewajiban pajak sesuai
dengan peraturan yang berlaku tanpa harus ada pemerikasaan. Kepatuhan wajib
pajak menjadi tolak ukur bagi kesadaran masing-masing pembayar pajak untuk
membayar kewajiban pajaknya. Kepatuhan wajib pajak ini akan menjadi
TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK KENDARAAN BERMOTOR
DI KABUPATEN MAMUJU
KEPATUHAN WAJIB PAJAK :
1. Kewajiban untuk mendaftarkan diri
2. Kewajiban mengisi dan menyampaikan Surat 3. Kewajiban membayar atau
menyetor pajak
4. Kewajiban membuat pembukuan atau pencatatan
5. Kewajiban menaati pemeriksaan pajak
6. Kewajiban melakukan pemotongan atau pungutan pajak
Gambar 2.1 Kerangka Pikir
PENERIMAAN JUMLAH PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DI
19
penunjang untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah pada Kantor Samsat
Kabupaten Mamuju.
Adapun indikator Kepatuhan Wajib Pajak, yaitu:
1. Kewajiban untuk mendaftarkan diri
Wajib pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.
Wajib pajak mendaftarkan diri pada KPP yang wilayah kerjanya meliputi
tempat tinggal atau tempat kedudukan.
2. Kewajiban mengisi dan menyampaikan Surat Pemberitahuan
Kewajiban melaporkan perhitungan dan pembayaran pajak, objek pajak atau
bukan objek pajak, harta dan kewajiban sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
3. Kewajiban membayar atau menyetor pajak
Salah satu kewajiban yang harus dilakukan wajib pajak yaitu membayar
pajak kendaraannya. Setiap wajib pajak pajak berkewajiban membayar
pajak kendaraannya setiap tahunnya.
4. Kewajiban membuat pembukuan atau pencatatan
Pembukuan merupakan suatu proses pencatatan yang harus dilakukan secara
teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan hal ini dejelaskan
pada pasal 1 ayat 26 Undang –Undang KUP. Dan pada pasal 28 Undang –
Undang KUP disebutkan bahwa pencatatan merupakan kegiatan
20
penerimaan bruto dan/atau penghasilan bruto sebag dasar untuk menghitung
jumlah pajak yang terutang.
5. Kewajiban menaati pemeriksaan pajak
Pasal 1 ayat 25 Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun
2007 disebutkan bahwa pemeriksaan pajak adalah serangkaian kegiatan
menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang
dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar
pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan
dan/atau untuk tujuan lain untuk keperluan perpajakan.
Terhadap Wajib Pajak yang diperiksa harus menaati ketentuan dalam rangka
pemeriksaan pajak, misalnya Wajib Pajak memperlihatkan dan/atau
meminjam buku atau catatan dan dokumen lain yang berhubungan dengan
penghasilan yang diperoleh, memberi kesempatan kepada pemeriksa pajak
untuk memasuki tempat yang dipandang perlu dan memberi bantuan guna
kelancaran pemeriksaan, serta memberikan keterangan yang diperlukan.
6. Kewajiban melakukan pemotongan atau pungutan pajak
Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 pasal 1 ayat 2
di jelaskan bahwa wajib pajak merupakan orang pribadi atau badan yang
mempunyai hak kewajiban perpajakan meliputi pembayar pajak, pemotong
pajak, dan pemungut pajak sesuai peraturan perundang-undangan
perpajakan.Wajib Pajak yang bertindak sebagai pemberi kerja atau
penyelenggara kegiatan wajib memungut pajak atas pembayaran yang
21
D. Hipotesis
Bedasarkan tinjauan pustaka yang telah dikemukakan, maka hipotesis dalam
penelitian ini, adalah:
Hipotesis (H0):
“Tingkat kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor di Kantor Samsat Kabupaten Mamuju tergolong tinggi”
Atau
Hipotesis (H1):
“Tingkat kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor di Kantor Samsat Kabupaten Mamuju tergolong rendah”
22 BAB III
METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian
Waktu penelitian yang dilakukan kurang lebih selama 2 (dua) bulan yang
dimulai pada tanggal 09 November 2019 s/d 09 Januari 2020. Lokasi penelitian
berada di Kantor Samsat Kabupaten Mamuju karena sesuai dengan latar belakang
masalah kepatuhan wajib pajak masih kurang baik dan masih banyak pihak-pihak
tertentu yang kurang perhatiannya dalam membayar pajak atau malas dalam
membayar pajak. Judul penelitian ini tentang “Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor di Kantor Samsat Kabupaten Mamuju”.
B. Jenis dan Tipe Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif. Variabel diukur
dengan menggunakan instrumen – instrumen penelitian agar data yang berupa
angka-angka dapat dianalisis menggunakan prosedur statistik.
Adapun tipe penelitian ini adalah tipe penelitian survei. Alasan peneliti
memakai tipe penelitian ini karena bertujuan untuk mengumpul data dan
informasi dan responden yang dianggap mampu memberikan informasi yang
berhubungan dengan masalah.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
penelitian untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
23
yang terdaftar pada Kantor Samsat Kabupaten Mamuju yang berjumlah
18.050 orang.
Dikarenakan jumlah populasi yang begitu besar, maka peneliti
memutuskan untuk mengambil sampel menggunakan rumus Slovin dalam
(Supriyanto, 2017), yaitu: Keterangan: n : Jumlah Sampel N : Jumlah Populasi
e : Batas toleransi kesalahan (error tolerance) = 10%
99
Jadi, dari hasil rumus Slovin maka sampel penelitian ini adalah
berjumlah 99 orang wajib pajak.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto,
2010). Yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah 99 orang wajib pajak
yang dipilih secara acak menggunakan Simple Rangdom Sampling pada
penelitian tersebut. yang terdaftar pada Kantor Samsat Kabupaten Mamuju.
24
Negeri Sipil (PNS), Mahasiswa, Nelayan, Ibu Rumah Tangga (IRT), Petani,
Wiraswasta, dan lain – lain.
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Kuesioner
Kuesioner (angket) menggunakan bentuk checklist. Guna membantu
responden yang dipilih untuk menjawab dan mengisi kuesioner dengan
mudah dan cepat dengan memberi tanda check (√) pada tempat yang telah
disediakan.
Peneliti membuat 1 (satu) buah kuesioner untuk penelitian ini yaitu,
kuesioner untuk memperoleh data terkait Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak
Kendaraan Bermotor di Kantor Samsat Kabupaten Mamuju.
Kuesioner dilengkapi dengan skala pengukuran untuk menghasilkan data
kuantitatif. Skala Likert digunakan dalam penelitian ini untuk mengukur
sikap, pendapat, dan persepsi pegawai atau responden di Kantor Samsat
Kabupaten Mamuju tentang variabel Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak
Kendaraan Bermotor. Ada 5 (lima) pilihan jawaban pada setiap item
pernyataan, yaitu:
1. Jawaban Sangat Setuju (SS) : diberi skor 5
2. Jawaban Setuju (S) : diberi skor 4
3. Jawaban Kurang Setuju (KS) : diberi skor 3
4. Jawaban Tidak Setuju (TS) : diberi skor 2
25
Kuesioner penelitian yang dibuat oleh peneliti ini akan diuji validitas dan
reliabilitasnya sebelum dan sesudah penelitian. Uji validitas dilakukan untuk
menguji keakuratan/ kevalidan kuesioner penelitian, sedangkan uji
reliabilitas dilakukan untuk menguji kehandalan/ konsistensi kuesioner
penelitian. Peneliti akan melakukan uji validitas dengan menggunakan
bantuan software SPSS version 25. Pengujian validitas cukup dengan
membandingkan nilai rhitung dengan nilai rtabel Product Moment . Jika nilai
rhitung ≥ rtabel maka indikator atau pertanyaan kuesioner dikatakan valid,
begitupula sebaliknya. Data juga dikatakan valid jika nilai sig. (2-tailed)
data
<
0.05Peneliti akan melakukan uji reliabilitas dengan menggunakan bantuan
software SPS version 25. Pengujian realibilitas cukup dengan
membandingkan ralpha atau angka cronbach alpha dengan nilai 0,7. Jika ralpha
atau angka cronbach alpha ≥ 0,7 maka indikator atau pertanyaan kuesioner
dikatakan reliabel, begitupula sebaliknya.
2. Observasi
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini juga menggunakan observasi.
Observasi yang dilakukan yaitu observasi non-partisipan, ini bertujuan
untuk mengumpulkan data awal sebelum peneliti melakukan penelitian.
3. Dokumentasi
Teknik pengumpulan data juga dilakukan dengan cara pemgambilan
26
diperlukan sebagai bukti bahwa peneliti benar – benar telah melakukan
penelitian.
Dalam pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti, ada kesulitan yang
dialami peneliti. Kesulitan yang dialami peneliti yaitu saat pembagian kuesioner
peneliti harus menjelaskan secara detail cara dan tujuan dari kuesioner tersebut
karena banyak dari responden yang tidak paham bagaimana cara mengisi
kuesioner yang diberikan, selain itu ada juga responden yang menyatakan bahwa
ia merasa takut untuk mengisi kuesioner tersebut karena alasan tertentu. Dan
bahkan ada sebagian besar responden yang diberikan kuesioner oleh peneliti
kepada responden menyatakan bahwa kuesioner yang diberikan itu hilang dan ada
juga yang mengatakan lupa dimana kuesioner disimpan. Jadi peneliti harus
memberikan kuesioner yang baru kepada responden tersebut. Kemudian ada
beberapa responden yang diberikan kuesioner, peneliti harus beberapa kali
menemui responden karena belum mengisi kuesioner tersebut. Tetapi dengan
kerja keras yang dilakukan oleh peneliti sehingga dapat menyelesaikan penelitian
ini.
E. Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan beberapa teknik analisis data, yaitu:
Teknik Analisis Statistik Deskriptif
Teknik analisis statistik deskriptif digunakan dalam penelitian ini untuk
menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data
27
sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk
umum (generalisasi).
Teknik analisis statistik deskriptif yang akan digunakan dalam penelitian ini
berupa tabel, perhitungan modus, median, mean (pengukuran tendensi sentral),
perhitungan penyebaran data melalui perhitungan rata-rata dan standar deviasi,
serta perhitungan persentase (%). Penentuan persentase dari perolehan data hasil
kuesioner dari masing-masing variabel menggunakan rumus perhitungan
persentase:
% = x 100% Keterangan rumus:
n = Skor yang diperoleh N = Skor ideal
% = Persentase
Data yang sudah dipersentasekan lalu ditafsirkan dengan kalimat-kalimat
yang bersifat kualitatif, dimana hasil persentase itu dapat digolongkan
sebagaimana terlihat pada Tabel 3.1:
Tabel 3.1. Kriteria Jawaban Responden
Persentase Jawaban Tafsiran Kualitatif
80% - 100% 60% - <80% 40% - <60% 20% - < 40% 0% - < 20% Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
28
Secara kontinum dapat dibuat kategori sebagai berikut:
Kontinum Interpretasi Skor
0% 20% 40% 60% 80% 100%
sangat tidak baik tidak baik kurang baik baik sangat baik
Keterangan interpretasi skor:
Angka 81% - 100% = sangat baik
Angka 61% - 80% = baik
Angka 41% - 60% = kurang baik
Angka 21% - 40% = tidak baik
29 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Profil Kantor Samsat Kabupaten Mamuju
Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (Samsat) Kabupaten Mamuju
yang berlokasi di Jl. Ahmad Yani, Binanga, Kec. Mamuju, Kabupaten Mamuju,
Sulawesi Barat. Bertugas untuk mengadministrasi kebutuhan masyarakat bidang
lalu lintas seperti perpanjang pajak STNK atau kendaraan bermotor.
Selain fungsi tersebut, Kantor Samsat ini juga melayani masyarakat untuk
membuat SIM baik SIM A mobil, SIM C motor dan lainnya. Tersedia juga
layanan perpanjangan SIM bagi masyarakat yang surat izin mengemudinya sudah
kadaluarsa. Untuk perpajakan kendaraan, terdapat layanan samsat online dimana
masyarakat dapat membayar pajak secara online melalui aplikasi e-samsat. Pada
aplikasi tersebut, terdapat layanan untuk cek pajak kendaraan motor atau mobil,
informasi syarat bayar pajak motor atau mobil, cek data pemilik kendaraan, cek
data plat nomor kendaraan, informasi tarif perpanjangan pajak motor dan mobil
dan lainnya. Di Kantor Samsat Kabupaten Mamuju juga terdapat layanan samsat
keliling.
B. Gambaran Umum Responden/Karakteristik Responden
Responden pada penelitian ini adalah wajib pajak yang telah terdaftar pada
Kantor Samsat Kabupaten Mamuju dengan jumlah respondennya sebanyak 99
30
di isi secara lengkap dan benar sehingga layak untuk dilakukan analisis lebih
lanjut demi kepentingan penelitian ini.
Responden dikelompokkan berdasarkan usia, jenis kelamin, dan pekerjaan.
Pengelompokan responden akan dijelaskan pada tabel dibawah ini.
1) Usia
Hasil penelitian ini mengenai usia responden yang ditunjukkan pada tabel
4.1 dibawah ini :
Tabel 4.1 Persentasi Usia Responden
Usia Frekuensi Persentase (%)
≤ 20 4 4,04 21-30 25 24,24 31-40 40 42,42 41-50 24 23,23 >51 6 6,06 Total 99 100
(Sumber : Data Primer diolah Tahun 2019)
Dari data responden pada tabel 4.1 diatas berdasarkan usia maka jumlah
responden paling banyak adalah responden yang berusia 31-40 tahun yaitu
sebanyak 40 orang. Sementara jumlah responden paling sedikit adalah responden
yang berusia dibawah 20 tahun yaitu sebanyak 4 orang. Maka dari tabel 4.1 dapat
disimpulkan sebagian besar wajib pajak yang membayar pajak kendaraan
bermotor di Kantor Samsat Kabupaten Mamuju yaitu berusia antara 31 sampai 40
31
2) Jenis Kelamin
Hasil penelitian ini mengenai jenis kelamin responden yang ditunjukkan
pada tabel 4.1 dibawah ini :
Tabel 4.2 Persentasi Jenis Kelamin Responden
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)
Laki – Laki
75 75,76
Perempuan
24 24,24
Total 99 100
(Sumber : Data Primer diolah Tahun 2019)
Dari data responden pada tabel 4.2 diatas berdasarkan jenis kelamin maka
jumlah responden terbesar adalah responden laki-laki yaitu sebanyak 75 orang.
Sementara jumlah responden terendah adalah responden perempuan yaitu
sebanyak 24 orang. Maka dari tabel 4.2 disimpulkan bahwa sebagian besar wajib
pajak yang membayar pajak kendaraan bermotor di Kantor Samsat Kabupaten
Mamuju adalah berjenis kelamin laki-laki.
3) Pekerjaan
Hasil penelitian ini mengenai pekerjaan responden yang ditunjukkan pada
tabel 4.1 dibawah ini :
Tabel 4.3 Persentasi Pekerjaan responden
Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)
Pegawai Negeri Sipil
15 15,15
Mahasiswa
10 10,10
Wiraswasta
32
Nelayan
11 11,11
Ibu Rumah Tangga
6 6,06 Petani 14 14,14 Lain-lain 13 13,13 Total 99 100
(Sumber : Data Primer diolah Tahun 2019)
Dari data responden pada tabel 4.3 diatas berdasarkan pekerjaan maka
jumlah responden terbesar adalah responden wiraswasta yaitu sebanyak 30 orang.
Sementara jumlah responden terendah adalah responden ibu rumah tangga yaitu
sebanyak 6 orang. Maka dari tabel 4.3 disimpulkan bahwa sebagian besar wajib
pajak yang membayar pajak kendaraan bermotor di Kantor Samsat Kabupaten
Mamuju bekerja sebagai wiraswasta.
1. Pengujian Persyaratan Statistik a) Hasil Uji Validitas
Pada penelitian ini, tahap awal dari proses analisis data adalah melakukan
uji validitas instrumen terlebih dahulu. Hal tersebut dimaksudkan untuk menjaga
ketetapan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurannya. Kegunaan uji
validitas untuk dapat mengetahui valid tidaknya suatu kuesioner yang merupakan
alat ukur dalam penelitian ini, instrumen yang valid menggambarkan bahwa suatu
instrumen benar – benar mampu dalam mengukur variabel – variabel yang akan di
ukur dalam penelitian, serta mampu menunjukkan tingkat kesesuaian antara
33
Pada uji validitas, peneliti menggambil sampel sebanyak 30 responden. Hal
ini dimaksudkan untuk mengetahui valid atau tidaknya data sebelum data tersebut
diolah. Uji validitas dilakukan untuk lebih mengefesienkan waktu dalam
pengambian data yang ada dilapangan dan apabila sampel yang di dapat hasilnya
valid secara keseluruhan, maka semua indikator telah mewakili semua instrumen.
Namun bila terdapat sampel yang yang tidak valid dan tidak dapat mewakili
indikator yang ada, maka instrumen tersebut akan dihapus atau dibuang. Adapun
rumus yang digunakan oleh peneliti dalam uji validitas ini adalah dibantu dengan
bantuan SPSS Versi 25. Item pernyataan tersebut valid apabila r hitung ≥ r tabel
34
Tabel 4.4
Hasil Perhitungan Uji Validitas Kepatuhan Wajib Pajak No. Istrumen r Hitung r Tabel Keputusan
1 0,5 0,361 Valid 2 0,4 0,361 Valid 3 0,5 0,361 Valid 4 0,6 0,361 Valid 5 0,6 0,361 Valid 6 0,6 0,361 Valid 7 0,5 0,361 Valid 8 0,4 0,361 Valid 9 0,6 0,361 Valid 10 0,5 0,361 Valid 11 0,4 0,361 Valid 12 0,5 0,361 Valid 13 0,7 0,361 Valid 14 0,6 0,361 Valid 15 0,5 0,361 Valid 16 0,6 0,361 Valid 17 0,4 0,361 Valid 18 0,6 0,361 Valid 19 0,5 0,361 Valid 20 0,6 0,361 Valid 21 0,5 0,361 Valid 22 0,7 0,361 Valid 23 0,6 0,361 Valid 24 0,6 0,361 Valid 25 0,5 0,361 Valid 26 0,4 0,361 Valid 27 0,6 0,361 Valid 28 0,6 0,361 Valid 29 0,7 0,361 Valid 30 0,6 0,361 Valid
(Sumber : Data Primer diolah Tahun 2019)
Berdasarkan tabel 4.4 di atas hasil pengujian validitas instrumen Kepatuhan
Wajib Pajak (X) dapat di jelaskan bahwa dari 20 item pernyataan semuanya valid,
35
hitung ≥ r tabel. Rata – rata r hitung tabel di atas adalah 0,54 jadi semua pernyataan dinyatakan valid.
b) Hasil Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk menjaga keandalan dari sebuah instrumen
atau alat ukur maka peneliti melakukan pengujian uji reliabilitas, dimana
instrumen yang dilakukan uji reliabilitas adalah instrumen yang valid , sedangkan
instrumen yang dinyatakan tidak valid maka tidak bias dilakukan uji reliabilitas.
Dalam pengukuran reliabilitas menggunakan Alpha Cronbach dengan bantuan
SPSS for 24. Adapun hasil uji reliabilitas yang telah dilakukan maka penelitian ini
adalah Alpha Cronbach variabel Kepatuhan Wajib Pajak, yaitu sebagai berikut :
Tabel 4.5
Reliabilitas Kepatuhan Wajib Pajak
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,651 30
(Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2019)
Berdasarkan tabel 4.6 diatas maka dapat diketahui nilai koefisien Alpha
adalah sebesar 0,6. Suatu variabel dikatakan reliabel jika nilai alphanya lebih dari
0,5. Maka hal ini dapat di artikan bahwa 0,6 > dari 0,5 sehingga instrumennya
reliabel.
2. Analisis Data
Analisis data merupakan suatu proses analisis yang dilakukan oleh peneliti
36
wajib pajak yang terdaftar di Kantor Samsat Kabupaten Mamuju, untuk
mengetahui sejauh mana tanggapan mereka tentang Tingkat Kepatuhan Wajib
Pajak Kendaraan Bermotor Di Kantor Samsat Kabupaten Mamuju. Pada
penelitian ini indikator yang digunakan untuk variabel Kepatuhan Wajib Pajak,
peneliti menggunakan 6 indikator menurut Suandy (2014: 119), yakni (1)
Kewajiban untuk mendaftarkan diri; (2) Kewajiban mengisi dan menyampaikan
Surat Pemberitahuan; (3) Kewajiban membayar atau menyetor pajak; (4)
Kewajiban membuat pembukuan atau pencatatan; (5) Kewajiban menaati
pemeriksaan pajak; (6) Kewajiban melakukan pemotongan atau pungutan pajak.
1) Deskripsi Kepatuhan Wajib Pajak a) Kewajiban Untuk Mendaftarkan Diri
Terdapat 5 pernyataan yaitu saya telah mendaftarkan diri sebagai wajib
pajak di Kantor Pelayanan Pajak, Saya telah mendaftarkan diri sebagai Wajib
Pajak di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib
Pajak (NPWP), Saya mendaftarkan diri secara sukarela atau atas kemauan sendiri
di Kantor Pelayanan Pajak, Saya menyiapkan dokumen yang diperlukan untuk
mendaftar sebagai wajib pajak, dan Saya mendaftarkan diri sesuai peraturan yang
berlaku. Pernyataan yang berhubungan dengan indikator kewajiban mendaftarkan
37
Tabel 4.6
Persepsi Mendaftarkan Diri sebagai Wajib Pajak
X1
Kriteria Jawaban Frequency Percent Valid
Percent
Cumulative Percent
Valid
Sangat tidak setuju 0 0 0 0
Tidak setuju 0 0 0 0
Kurang setuju 8 7,8 7,8 7,8
Setuju 48 48,9 48,9 56,7
Sangat setuju 43 43,3 43,3 100,0
Total 99 100,0 100,0
(Sumber: Data Primer diolah Tahun 2019)
Berdasarkan tabel 4.8 di atas di dominasi dengan jawaban “setuju” dengan memperoleh tanggapan paling banyak “48” responden atau sebesar 48,9%,
dibanding dengan jawaban “kurang setuju” yang memperoleh jawaban paling sedikit “8” responden atau 7,8%. Dari persentase di atas, sebagian besar responden menyatakan bahwa “kewajiban mendaftarkan diri” di Kantor Samsat Kabupaten Mamuju dinilai Setuju untuk dilakukan, hal ini diperkuat berdasarkan
pengamatan peneliti di lapangan bahwa wajib pajak berkewajiban untuk
mendaftarkan diri di Kantor Samsat Kabupaten Mamuju untuk dapat membayar
pajak kendaraannya.
Tabel 4.7
Persepsi Mendaftarkan diri untuk Mendapatkan NPWP
X2
Kriteria Jawaban Frequency Percent Valid
Percent
Cumulative Percent
Valid
Sangat tidak setuju 0 0 0 0
Tidak setuju 0 0 0 0
Kurang setuju 14 14,4 14,4 14,4
Setuju 52 52,2 52,2 66,7
Sangat setuju 31 33,3 33,3 100,0
Total 99 100,0 100,0
38
Berdasarkan tabel 4.9 di atas di dominasi dengan jawaban “setuju” dengan memperoleh tanggapan paling banyak “52” responden atau sebesar 52,2%, dibanding dengan jawaban “kurang setuju” yang memperoleh jawaban paling sedikit “14” responden atau 14,4%. Dari persentase di atas, sebagian besar responden menyatakan bahwa “Mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP” di Kantor Samsat Kabupaten Mamuju dinilai Setuju untuk dilakukan, hal ini
diperkuat berdasarkan pengamatan peneliti di lapangan bahwa setiap wajib pajak
berkewajiban untuk mendaftarkan diri di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) untuk
mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), agar wajib pajak dapat
membayarkan pajak kendaraannya. Meskipun ada sebagian wajib pajak yang
sudah mendapatkan NPWP tetapi masih enggan membayar pajak kendaraannya.
Tabel 4.8
Persepsi Mendaftarkan Diri secara Sukarela
X3
Kriteria Jawaban Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Sangat tidak setuju 0 0 0 0
Tidak setuju 18 17,8 17,8 17,8
Kurang setuju 30 30,0 30,0 47,8
Setuju 38 38,9 38,9 86,7
Sangat setuju 13 13,3 13,3 100,0
Total 99 100,0 100,0
(Sumber: Data Primer diolah Tahun 2019)
Berdasarkan tabel 4.10 di atas di dominasi dengan jawaban “setuju” dengan memperoleh tanggapan paling banyak “38” responden atau sebesar 38,9%, dibanding dengan jawaban “sangat setuju” yang memperoleh jawaban paling sedikit “13” responden atau 13,3%. Dari persentase di atas, sebagian besar responden menyatakan bahwa “Mendaftarkan diri secara sukarela” di Kantor
39
Samsat Kabupaten Mamuju dinilai Setuju untuk dilakukan, sesuai dengan
pengamatan peneliti bahwa wajib pajak mendaftarkan diri di Kantor Pelayanan
Pajak (KPP) secara sukarela atau atas kemauan sendiri, tidak sama sekali ditekan
oleh pihak-pihak tertentu. Wajib pajak mendaftarkan diri mereka untuk memenuhi
kewajibannya sebagai wajib pajak.
Tabel 4.9
Persepsi Menyiapkan Dokumen yang di Perlukan
X4
Kriteria Jawaban Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Sangat tidak setuju 0 0 0 0
Tidak setuju 4 4,4 4,4 4,4 Kurang setuju 27 26,7 26,7 31,1 Setuju 47 47,8 47,8 78,9 Sangat setuju 21 21,1 21,1 100,0 Total 99 100,0 100,0
(Sumber: Data Primer diolah Tahun 2019)
Berdasarkan tabel 4.11 di atas di dominasi dengan jawaban “setuju” dengan memperoleh tanggapan paling banyak “47” responden atau sebesar 47,8%, dibanding dengan jawaban “tidak setuju” yang memperoleh jawaban paling sedikit “4” responden atau 4,4%. Dari persentase di atas, sebagian besar
responden menyatakan bahwa “Menyiapkan dokumen yang diperlukan” untuk mendaftarkan diri di KPP dinilai Setuju untuk dilakukan, berdasarkan pengamatan
peneliti bahwa wajib pajak menyiapkan dokumen-dokumen tertentu yang menjadi
40
Tabel 4.10
Persepsi Mendaftarkan Diri sesuai Peraturan
X5
Kriteria Jawaban Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Sangat tidak setuju 0 0 0 0
Tidak setuju 7 6,7 6,7 6,7
Kurang setuju 55 55,6 55,6 62,2
Setuju 33 33,3 33,3 95,6
Sangat setuju 4 4,4 4,4 100,0
Total 99 100,0 100,0
(Sumber: Data Primer diolah Tahun 2019)
Berdasarkan tabel 4.12 di atas di dominasi dengan jawaban “kurang setuju”
dengan memperoleh tanggapan paling banyak “55” responden atau sebesar 55,6%, dibanding dengan jawaban “sangat setuju” yang memperoleh jawaban paling sedikit “4” responden atau 4,4%. Dari persentase di atas, sebagian besar responden menyatakan “Mendaftarkan diri sesuai peraturan yang berlaku” menilai
kurang setuju dengan hal tersebut dan sebagian kecil menyatakan “Mendaftarkan diri sesuai peraturan yang berlaku” dinilai sangat setuju.
Tabel 4.11
Frekuensi Hasil Indikator Kewajiban untuk Mendaftarkan Diri
No Jawaban Pilihan Responden
Frekuensi Jawaban Responden Perindikator
Pernyataan Nomor Jumlah Persentase(%)
1 2 3 4 5 1 Sangat setuju 43 31 13 21 4 112 23,10 2 Setuju 48 52 38 47 33 218 44,20 3 Kurang Setuju 8 14 30 27 55 134 26,70 4 Tidak Setuju 0 0 18 4 7 29 6
41
5 Sangat Tidak
Setuju 0 0 0 0 0 0 0
Total 99 99 99 99 99 495 100
(Sumber: Pengolahan Data Primer Tahun 2019)
Berdasarkan tabel 4.13 di atas terlihat bahwa dari 99 responden terdapat
23,1% yang menjawab Sangat Setuju, 44,2% responden menjawab Setuju, 26,7%
responden menjawab Kurang Setuju, dan 6% responden menjawab Tidak Setuju.
Dari hasil persentase tabel di atas yang menunjukkan jawaban “Setuju” lebih
banyak dipilih oleh responden dibandingkan dengan jawaban “Tidak Setuju” yang lebih sedikit dipilih responden.
Hasil analisis deskriptif tentang indikator kewajiban untuk mendaftarkan
diri dapat dilihat bahwa penilaian rata – rata dari responden paling tinggi yaitu
44,2% memberikan penilaian Setuju, sedangkan penilaian rata – rata paling
rendah yaitu 6% memberikan jawaban tidak setuju. Indikator kewajiban untuk
mendaftarkan diri menunjukkan bahwa memiliki penilaian setuju sebesar 63,3%
responden. Penilaian tersebut di peroleh dari hasil analisis indikator kewajiban
untuk mendaftarkan diri sebesar 44,2% respoden setuju dan 23,1% responden
sangat setuju. Sedangkan dengan penilaian responden yang memberikan penilaian
tidak setuju sebesar 32,7% yang diperoleh dari penilaian 26,7% responden kurang
setuju dan 6% responden tidak setuju. Hal ini menunjukkan bahwa pada
pengamatan dilapangan memang masih banyak dari pemilik kendaraan bermotor
kurang tidak ingin mendaftarkan dirinya di Kantor Pelayan Pajak Kabupaten
42
b) Kewajiban Mengisi dan Menyampaikan Surat
Terdapat 5 pernyataan yaitu saya tepat waktu dalam menyampaikan Surat
Pemberitahuan (SPT) tahunan setiap tahunnya, saya selalu menyetor dan
melaporkan SPT masa dengan tepat waktu setiap bulannya, sebagai wajib pajak
saya mengisi formulir SPT dengan jelas, sebagai wajib pajak saya mengisi
formulir SPT dengan lengkap, dan sebagai wajib pajak saya mengisi formulir SPT
dengan benar. Tabel indikator Kewajiban Mengisi dan Menyampaikan Surat yaitu
sebagai berikut:
Tabel 4.12
Persepsi Tepat Waktu dalam Menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) X6
Kriteria Jawaban Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Sangat tidak setuju 4 4,4 4,4 4,4
Tidak setuju 10 10,0 10,0 14,4
Kurang setuju 40 40,0 40,0 54,4
Setuju 32 32,2 32,2 86,7
Sangat setuju 13 13,3 13,3 100,0
Total 99 100,0 100,0
(Sumber: Data Primer diolah Tahun 2019)
Berdasarkan tabel 4.14 di atas di dominasi dengan jawaban “kurang setuju” dengan memperoleh tanggapan paling banyak “40” responden atau sebesar 40%, dibanding dengan jawaban “sangat tidak setuju” yang memperoleh jawaban paling sedikit “4” responden atau 4,4%. Dari persentase di atas, sebagian besar responden menyatakan bahwa mereka tidak “Tepat waktu dalam menyampaikan
Surat Pemberitahuan (SPT)”, mereka beralasan bahwa ini masalah perekonomian
yang terkadang membuat mereka harus terlambat membayar pajak dan ada juga