• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian, Konsep, dan Teori

1. Teori Administrasi Keuangan Negara

Definisi Administrasi keuangan Negara bagian dari ilmu ekonomi dimana

mengkaji tentang kegiatan pemerintah di bidang ekonomi terutama pada sektor

penerimaan dan pengeluaran serta pengaruhnya didalam perekonomian tersebut.

Pengaruh-pengaruh itu terutama terhadap pencapaian tujuan-tujuan kegiatan

ekonomi seperti pertubuhan ekonomi, stabilitas harga, distribusi penghasilan yang

lebih merata, peningkatan efisiensi, dan penciptaan kesempatan kerja

(Suparmoko, 2008). Dari defenisi diatas melihat bahwa administrasi keuangan

negara bukan hanya tentang penerimaan dan pengeluaran tetapi juga tentang

pengaruhnya terhadap berbagai macam kegiatan ekonomi.

Menurut Supreme Audit Institution Administrasi keuangan negara adalah

ilmu yang mempelajari tentang hal yang berhubungan dengan bagaimana cara

pemerintah mendapatkan uang dan menggukan uang tersebut.

Ruang Lingkup Keuangan negara meliputi negara memiliki hak untuk

memungut pajak, mengeluarkan uang, mengedarkan dan melakukan pinjaman

uang. Sudah menjadi kewajiban negara untuk menyelenggarakan pelayanan

umum pemerintahan negara dan membayar tagihan pihak ketiga, Penerimaan

Negara, hak pemerintah pusat yang diakui sebagai penembah nilai kekayaan

bersih. Meliputi pajak, bukan pajak, dan hibah. Pengeluaran negara, penerimaan

10

dikelolah sendiri atau oleh pihak lain baik itu uang, surat berharga, utang-piutang,

barang, ataupun hak lain yang bernilai uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan

pada perusahaan negara atau perusahaan daerah, kekayaan pihak lain yang

dikuasai oleh pemerintah dalam rangka penyelenggaraan tugas pemerintahan atau

kepentingan umum, kekayaan pihak lain diperoleh dengan menggunakan fasilitas

pemerintah. Dari penjelasan diatas dapat dilihat bahwa negara memiliki hak untuk

memungut pajak dan memiliki kewajiban untuk menyelenggarankan tugas

pelayanan, kemudian warga negara berkewajiban untuk membayar pajak.

Pungutan pajak dilakukan oleh setiap pemerintah daerah disetiap wilayahnya

masing-masing.

2. Teori Keuangan Negara

Definisi Keuangan Negara dalam Undang-Undang No. 17 tahun 2003 pasal

1 ayat 1 ialah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang,

serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan

milik Negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.

Dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang

Keuangan Negara bahwa pendekatan yang digunakan dalam merumuskan

Keuangan Negara yaitu dari sisi objek, subjek, proses, dan tujuan. Dari defenisi

tersebut menyimpulkan bahwa semua hak dan kewajiban yang bernilai uang dapat

dijadikan milik negara.

Dari pernyataan diatas bahwa dari sisi objek, yang dimaksud dengan

Keuangan Negara meliputi segala hak dan kewajiban negara yang berniali uang,

11

negara, serta semua yang berupa uang ataupun berupa barang yang bisa menjadi

milik negara untuk pelaksaaan hak dan kewajiban. Dari sisi subjek, yang

dimaksud dengan keuangan negara meliputi seluruh subjek yang memiliki atau

menguasai objek sesuai pernyataan diatas, yaitu pemerintah pusat dan

daerah, perusahaan negara atau daerah, ataupun badan yang berkaitan dengan

keuangan negara. Dari sisi proses, Keuangan negara mencakup seluruh rangkaian

kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan objek seperti yang tersebut diatas,

perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan hingga pertanggunggjawaban.

Dari sisi tujuan, Keuangan negara meliputi seluruh kebijakan, kegiatan serta

hubungan hukum yang memiliki kaitan dengan pemilikan dan/atau penguasaan

objek seperti disebutkan di atas untuk kepentingan penyelenggaraan pemerintahan

negara.

Sebagaimana defenisi keuangan negara berdasarkan pendekatan objek,

dapat dilihat bahwa cakupan hak dan kewajiban yang bernilai uang diperluas,

termasuk kebijakan dan kegiatan dibidang fiskal, moneter dan pengelolaan

kekayaan negara yang dipisahkan. Dengan demikian, bidang pengelolaan

keuangan negara dapat dikelompokkan dalam:

a. Sub bidang Pengelolaan Fiskal

b. Sub bidang Pengelolaan Moneter

c. Sub bidang Pengelolaan Kekayaan Negara Yang Dipisahkan.

Dalam pengelolaan keuangan negara pada sub bidang fiskal, kebijakan serta

kegiatan yang memiliki keterkaitan dengan pengelolaan Anggaran Pendapatan

12

penetapan strategi dan prioritas pengelolaan APBN, penyusunan anggaran yang

dilakukan oleh pemerintah, pengesahan anggrana yang dilakukan DPR,

pelaksanaan, pengawasan, dan penyusunan Perhitungan Anggaran Negara(PAN)

hingga pengesahan PAN menjadi undang-undang. Pengelolaan keuangan negara

sub bidang pengelolaan moneter berkaitan dengan kebijakan dan pelaksanaan

kegiatan sektor perbankan dan jalannya moneter baik itu didalam negeri ataupun

diluar negeri maupun luar negeri. Kemudian pengelolaan keuangan negara pada

sub bidang kekayaan negara yang dipisahkan, memiliki kaitan dengan kebijakan

serta pelaksanaan kegiatan pada sektor Badan Usaha Milik Negara/Daerah

(BUMN/BUMD) berorientasi untuk mencari keuntungan (profit motive).

a. Ruang Lingkup Keuangan Negara

Ruang Lingkup Keuangan negara meliputi:

1) Negara memiliki hak untuk melakukan pungutan pajak, mengeluarkan dan

mengedarkan serta melakukan pinjaman uang.

2) Negara berkewajiban untuk melakukan pelayan umum pemerintahan negara

dan juga membayar tagihan pihak ketiga.

3) Penerimaan negara, pemerintah pusat memiliki hak yang diakui untuk

penambah nilai kekayaan bersih. Meliputi pajak, bukan pajak, dan hibah.

4) Pengeluaran Negara.

5) Penerimaan Daerah.

6) Pengeluaran Daerah.

7) Kekayaan negara atau daerah yang dikelolah sendiri ataupun pihak lain yang

13

bernilai uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan negara

atau daerah.

8) Pemerintah menguasai kekayaan pihak lain untuk menyelenggarakan tugas

pemerintahan atau kepentingan umum.

9) Pihak lain memperolah kekayaan dengan menggunakan fasilitas dari

pemerintah.

Yang dimaksud dengan “Pihak lain memperolah kekayaan dengan menggunakan fasilitas dari pemerintah” berupa kekayaan dimana ini dikelolah

oleh orang ataupun suatu badan lain sesuai dengan kebijakan pemerintah, yayasan

di lingkungan kementerian negara dan lembaga, ataupun perusahaan negara dan

daerah.

b. Pengelolaan Keuangan Negara

Sedemikian luas bidang pengelolaan secara ringkas bidang pengelolaan

keuangan negara dikelompokkan menjadi beberapa sub bidang yaitu, fiskal,

moneter, dan kekayaan yang dipisahkan. Sub bidang pengelolaan fiskal meliputi

enam fungsi, yaitu:

1) Pengelolaan kebijakan ekonomi makro dan fiskal

Pengelolaan kebijakan ekonomi makro dan fiskal memiliki fungsi

penyusunan nota keuangan dan RAPBN, perkembangan dan perubahannya,

analisis kebijakan, evaluasi dan perkiraan perkembangan ekonomi makro,

pendapatan dan belanja negara, pembiayaan dan analisis kebijakan, evaluasi

dan perkiraan perkembangan fiskal dalam rangka kerja sama internasional

14

pembiyaan jangka mengangah, hibah, penyusunan statistik, penelitian dan

rekomendasi kebijakan, keuangan dan ekonomi.

2) Penganggaran

Fungsi ini meliputi penyiapan kebijakan, perumusan kebijakan, dan

pelaksanaan kebijakan, kemudian perumusan standar, norma, pedoman,

kriteria, prosedur dan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang

APBN.

3) Administrasi perpajakan

4) Administrasi kepabeanan

Badan yang mengurus, mengawasi, dan memungut bea masuk dan keluar,

baik itu melalui darat, laut, ataupun udara. Di Indonesia badan yang

melaksanakan tugas tersebut ialah Direktorat bea dan cukai sebagai pelaksana

tugas pokok departeman keuangan Indonesia dibidang bea dan cukai.

Kepabeanan berarti semua yang memiliki hubungan dengan bea masuk dan

keluarnya suatu barang serta pengawasan dan lalu lintas dari daerah pabean.

5) Perbendaharaan

Perbendaharaan memiliki fungsi meliputi perumusan kebijakan, sistem dan

prosedur di bidang pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran negara,

pengadaan barang dan jasa badan pemerintah serta akuntansi pemerintah

pusat dan daerah, pengelolaan utang dalam dan luar negeri, pengelolaan

barang milik negara dan kekayaan negara, penyelenggaraan akuntansi,

15

6) Pengawasan keuangan

Pada bidang moneter berupa sistem pembayaran serta lalu lintas devisa, dan

sistem nilai tukar. Kemudian pada bidang pengelolaan kekayaan negara yang

dipisahkan berupa pengelolaan perusahaan negara dan daerah.

3. Jenis Kepatuhan Wajib Pajak

Dalam buku Rahayu (2010:138) ada 2 jenis kepatuhan wajib pajak, yaitu:

1) Kepatuhan formal merupakan keadaan dimana wajib pajak memenuhi

kewajibannya secara formal sesuai dengan aturan dan ketentuan

Undang-undang perpajakan. Seperti penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) PPh

sudah benar atau belum dan yang terpenting surat tersebut sudah disampaikan

sebelum tanggal ketentuan.

2) Kepatuhan material merupakan keadaan dimana Wajib Pajak secara

substantif memenuhi segala ketentuan material perpajakan yaitu sesuai isi dan

jiwa undang-undang pajak kepatuhan material ini juga bisa meliputi

kepatuhan formal. Pada kepatuhan material Wajib Pajak yang bersangkutan,

harus memperhatikan kebenaran yang sesungguhnya dari isi dan hakekat

Surat Pemberitahuan (SPT) PPh tersebut.

4. Kepatuhan Wajib Pajak

Sesuai dengan pendapat Suandy (2014: 119), kepatuhan wajib pajak, yaitu:

1) Kewajiban untuk mendaftarkan diri

Pasal 2 Undang-undang Ketentuan Umum dan tata Cara Perpajakan (KUP)

ditegaskan bahwa setiap Wajib Pajak mendaftarkan diri kepada Direktorat

16

kedudukan Wajib Pajak dan kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak

(NPWP). Khusus terhadap pengusaha yang dikenakan pajak berdasarkan

undang-undang PPN, wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai

Pengusaha Kena Pajak (PKP).

2) Kewajiban mengisi dan menyampaikan Surat Pemberitahuan

Pasal 3 ayat 1 Undang-undang KUP ditegaskan bahwa setiap Wajib Pajak

wajib mengisi Surat Pemberitahuan (SPT) menggunakan bahasa Indonesia

serta menyampaikan ke kantor pajak tempat Wajib Pajak terdaftar.

3) Kewajiban membayar atau menyetor pajak

Kewajiban membayar atau menyetor pajak dilakukan di kas negara melalui

Kantor Pos atau bank BUMN/BUMD atau tempat pembayaran lainnya yang

ditetapkan Menteri Kuangan.

4) Kewajiban membuat pembukuan atau pencatatan

Bagi wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau

pekerjaan bebas dan Wajib Pajak badan di Indonesia diwajibkan membuat

pembukuan (Pasal 28 ayat 1). Sedangkan pencatatan dilakukan oleh Wajib

Pajak orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha.

5) Kewajiban menaati pemeriksaan pajak

Terhadap Wajib Pajak yang diperiksa harus menaati ketentuan dalam rangka

pemeriksaan pajak, misalnya Wajib Pajak memperlihatkan dan/atau

meminjam buku atau catatan dan dokumen lain yang berhubungan dengan

17

yang dipandang perlu dan memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan,

serta memberikan keterangan yang diperlukan.

6) Kewajiban melakukan pemotongan atau pungutan pajak

Wajib Pajak yang bertindak sebagai pemberi kerja atau penyelenggara

kegiatan wajib memungut pajak atas pembayaran yang dilakukan dan

menyetorkan ke kas negara.

B. Kerangka Pikir

Penelitian ini berjudul “Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor di Kantor Samsat Kabupaten Mamuju.” penelitian ini akan meneliti

tingkat kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor. Variabel kepatuhan wajib

pajak akan dianalisis menurut Suandy (2014: 119), yakni (1) Kewajiban untuk

mendaftarkan diri; (2) Kewajiban mengisi dan menyampaikan Surat

Pemberitahuan; (3) Kewajiban membayar atau menyetor pajak; (4) Kewajiban

membuat pembukuan atau pencatatan; (5) Kewajiban menaati pemeriksaan pajak;

(6) Kewajiban melakukan pemotongan atau pungutan pajak.

Hasil dari penelitian ini diharapkan menjadi rekomendasi bagi Kantor

Samsat Kabupaten Mamuju dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak

masyarakat di Kab. Mamuju secara berkelanjutan.

Uraian diatas telah dikemukakan, mendasari lahirnya kerangka pikir penelitian seperti pada Gambar dibawah ini:

18

C. Definisi Operasoinal

Berdasarkan pokok permasalahan yang akan diajukan, maka penulis

membuat penjelasan mengenai variabel-variabel yang digunakan dalam

penelitian, sebagai berikut:

Variabel Kepatuhan Wajib Pajak

Kepatuhan wajib pajak merupakan pemenuhan kewajiban pajak sesuai

dengan peraturan yang berlaku tanpa harus ada pemerikasaan. Kepatuhan wajib

pajak menjadi tolak ukur bagi kesadaran masing-masing pembayar pajak untuk

membayar kewajiban pajaknya. Kepatuhan wajib pajak ini akan menjadi

TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK KENDARAAN BERMOTOR

DI KABUPATEN MAMUJU

KEPATUHAN WAJIB PAJAK :

1. Kewajiban untuk mendaftarkan diri

2. Kewajiban mengisi dan menyampaikan Surat 3. Kewajiban membayar atau

menyetor pajak

4. Kewajiban membuat pembukuan atau pencatatan

5. Kewajiban menaati pemeriksaan pajak

6. Kewajiban melakukan pemotongan atau pungutan pajak

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

PENERIMAAN JUMLAH PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DI

19

penunjang untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah pada Kantor Samsat

Kabupaten Mamuju.

Adapun indikator Kepatuhan Wajib Pajak, yaitu:

1. Kewajiban untuk mendaftarkan diri

Wajib pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.

Wajib pajak mendaftarkan diri pada KPP yang wilayah kerjanya meliputi

tempat tinggal atau tempat kedudukan.

2. Kewajiban mengisi dan menyampaikan Surat Pemberitahuan

Kewajiban melaporkan perhitungan dan pembayaran pajak, objek pajak atau

bukan objek pajak, harta dan kewajiban sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

3. Kewajiban membayar atau menyetor pajak

Salah satu kewajiban yang harus dilakukan wajib pajak yaitu membayar

pajak kendaraannya. Setiap wajib pajak pajak berkewajiban membayar

pajak kendaraannya setiap tahunnya.

4. Kewajiban membuat pembukuan atau pencatatan

Pembukuan merupakan suatu proses pencatatan yang harus dilakukan secara

teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan hal ini dejelaskan

pada pasal 1 ayat 26 Undang –Undang KUP. Dan pada pasal 28 Undang –

Undang KUP disebutkan bahwa pencatatan merupakan kegiatan

20

penerimaan bruto dan/atau penghasilan bruto sebag dasar untuk menghitung

jumlah pajak yang terutang.

5. Kewajiban menaati pemeriksaan pajak

Pasal 1 ayat 25 Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun

2007 disebutkan bahwa pemeriksaan pajak adalah serangkaian kegiatan

menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang

dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar

pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan

dan/atau untuk tujuan lain untuk keperluan perpajakan.

Terhadap Wajib Pajak yang diperiksa harus menaati ketentuan dalam rangka

pemeriksaan pajak, misalnya Wajib Pajak memperlihatkan dan/atau

meminjam buku atau catatan dan dokumen lain yang berhubungan dengan

penghasilan yang diperoleh, memberi kesempatan kepada pemeriksa pajak

untuk memasuki tempat yang dipandang perlu dan memberi bantuan guna

kelancaran pemeriksaan, serta memberikan keterangan yang diperlukan.

6. Kewajiban melakukan pemotongan atau pungutan pajak

Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 pasal 1 ayat 2

di jelaskan bahwa wajib pajak merupakan orang pribadi atau badan yang

mempunyai hak kewajiban perpajakan meliputi pembayar pajak, pemotong

pajak, dan pemungut pajak sesuai peraturan perundang-undangan

perpajakan.Wajib Pajak yang bertindak sebagai pemberi kerja atau

penyelenggara kegiatan wajib memungut pajak atas pembayaran yang

21

D. Hipotesis

Bedasarkan tinjauan pustaka yang telah dikemukakan, maka hipotesis dalam

penelitian ini, adalah:

Hipotesis (H0):

“Tingkat kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor di Kantor Samsat Kabupaten Mamuju tergolong tinggi”

Atau

Hipotesis (H1):

“Tingkat kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor di Kantor Samsat Kabupaten Mamuju tergolong rendah”

22

Dokumen terkait