• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan. Atensi merupakan proses memilih beberapa informasi dan menghalangi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan. Atensi merupakan proses memilih beberapa informasi dan menghalangi"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Atensi adalah salah satu konsep psikologi kognitif yang senantiasa mengalami perkembangan. Atensi merupakan proses memilih beberapa informasi dan menghalangi informasi yang lain (Smith dan Kosslyn, 2011). Pemilihan tersebut memungkinkan seseorang untuk memilih beberapa informasi untuk diproses lebih lanjut, sedangkan penghambatan memungkinkan seseorang untuk mengesampingkan beberapa informasi yang tidak diperlukan. Atensi dilakukan karena otak tidak dapat memproses sejumlah stimulus yang datang dalam waktu bersamaan. Solso (1995) menyebutkan bahwa tujuan dari mekanisme atensi adalah melindungi sistem otak yang berkapasitas terbatas dari informasi yang berlebihan.

Matlin (1998) membagi atensi menjadi dua tipe yang saling berhubungan, yaitu atensi selektif (selective attention) dan atensi terbagi (divided attention). Atensi selektif terjadi ketika fokus pada satu stimulus tertentu dan mengabaikan stimulus yang tidak relevan. Misalnya, ketika Anda mencari teman yang berada di keramaian pesta. Teman Anda memakai pakaian berwarna merah, maka Anda fokus mencari seseorang yang memakai baju berwarna merah tersebut. Anda tidak mampu menyadari semua yang terjadi dalam pesta tersebut sekaligus karena banyaknya stimulus yang ada. Atensi terbagi merupakan kemampuan untuk membagi perhatian pada beberapa stimulus. Misalnya, ketika seseorang mendengarkan musik sambil menonton televisi, telpon sambil menggunakan laptop.

Pada remaja dan dewasa muda, salah satu kecenderungan yang melibatkan atensi terbagi yaitu multitasking. Multitasking adalah mengerjakan beberapa tugas secara bersamaan (Santrock, 2014). Multitasking terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu media multitasking,

(2)

2 computer-based multitasking, concurrent and sequential multitasking dan multitasking information behaviour. Salah satu jenis multitasking yang lazim di masyarakat modern adalah media multitasking (De-Ruiter dan Demma, 2011). Media multitasking merupakan penggunaan beberapa media dalam waktu yang bersamaan atau berhubungan satu dengan yang lainnya. Misalnya, mendengarkan musik sambil bermain video games, telpon sambil menonton televisi.

Penelitian Pilotta dan Schultz (2005) menemukan bahwa media multitasking atau penggunaan dua atau lebih media secara simultan, dilakukan oleh sebagian besar penggunaan media saat ini. Penelitian Jeong (Tokan dkk., 2012) menemukan bahwa 77% total waktu penggunaan media dilakukan dengan media multitasking. Media multitasking semakin didukung dengan peningkatan ketersediaan media elektronik (Santrock, 2014). Media semakin berkembang seiring meningkatnya kebutuhan manusia untuk mengikuti perkembangan informasi. Penelitian Robert dkk (2005) menunjukkan kepemilikan media di Amerika semakin meningkat dari waktu ke waktu. Berikut grafik yang menunjukkan peningkatan kepemilikan media pada remaja berusia 8—18 tahun:

Gambar 1. Kepemilikan Media Elektronik tahun 2004 dan 2009 Sumber : (Robert, dkk., 2005, hal.3)

Gambar 1 menunjukkan kepemilikan media elektronik yang mengalami peningkatan dari tahun 2004 ke tahun 2009. Kepemilikan iPod/MP3 meningkat drastis dari 18% menjadi

(3)

3 76%. Kepemilikan HP meningkat sebesar 27% dari sebelumnya 39% pada tahun 2004. Kepemilikan laptop meningkat dari 12% menjadi 29%.

Penggunaan media elektronik tercermin dari penggunaan internet. Pengguna internet di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun, apalagi dengan belum tercapainya target Indonesia untuk mencapai MDG’s (Millenium Development Goals) maka dapat dipastikan bahwa pengguna internet di Indonesia akan terus meningkat. Peningkatan jumlah pengguna internet di Indonesia tercermin dari hasil survei yang dilakukan oleh APJII (Asosiasi Penyelengara Jasa Internet Indonesia). Pada tahun 2012, terdapat 63 juta pengguna, tahun 2013 meningkat 13% menjadi 71,19 juta pengguna, dan pada tahun 2014 pengguna internet di Indonesia mencapai 88,1 juta. Selain itu, dalam penelitian ini didapatkan setengah dari total pengguna internet di Indonesia berusia 18-25 tahun. Usia ini menunjukkan pengguna internet termasuk dalam kategori generasi digital natives dimana jejaring sosial dan bulletin board mulai dipergunakan.

Pengguna internet menggunakan internet untuk memiliki dan menggunakan aplikasi dan konten jejaring sosial 87,4%, searching 68,7 %, instant messaging 59,9%, mencari berita terkini 59,7%, download dan upload video 27,3%. Meningkatnya penggunaan jejaring sosial diindikasikan karena semakin meningkatnya media berupa perangkat mobile telepon selular. Hal ini dibuktikan dengan penggunaan internet menggunakan telepon seluler (HP) sebanyak 85%, menggunakan laptop/netbook 32%, menggunakan tablet 13% dan 14 % menggunakan PC (APJII, 2014).

Perilaku media multitasking mempunyai berbagai dampak. Selain dampak positif berupa efisiensi waktu, media multitasking mempunyai dampak negatif, terutama pada aspek kognitif. Penelitian Loh dan Kanai (2014) menunjukkan hubungan media multitasking dan

struktur otak. Hasil penelitian menunjukkan aktifitas media multitasking yang tinggi

(4)

4 Anterior cingulated cortex merupakan bagian dari otak yang berhubungan dengan pemrosesan informasi. Berikut gambar anterior cingulated cortex:

Gambar 2. Anterior Cingulated Cortex Sumber: (Loh dan Kanai, 2014, hal.4)

Penelitian mengenai atensi dipelopori oleh Ophir dkk (2009). Ophir dkk (2009) membagi pelaku media multitasking menggunakan Media Multitasking Index menjadi 2, yaitu Heavy Media Multitaskers (HMM)—subjek dengan nilai indeks 1SD diatas rata-rata dan Light Media Multitaskers (LMM)—subjek dengan nilai indeks 1SD dibawah rata-rata. Penelitian Ophir menggunakan tugas filtering untuk menentukan perfoma atensi seseorang. Filtering merupakan tugas untuk mendeteksi perubahan disekitar.

Gambar 3. Tugas filtering Sumber: (Ophir dkk., 2009, hal.15584)

Gambar 3 menunjukkan salah satu contoh tugas filtering yang terdiri dari 2 stimulus dan 6 distraktor. Subjek menentukan apakah persegi berwarna merah berubah orientasi dari pertama dimunculkan dan mengabaikan persegi berwarna biru. Dari tugas tersebut didapatkan performa kelompok HMM dan LMM.

(5)

5

Gambar 4. Performa tugas filtering pada HMM dan LMM dilihat dari tingkat distraktor Sumber: (Ophir dkk., 2009, hal.15584)

Gambar 4 menunjukkan bahwa performa dalam mengerjakan tugas filtering pada LMM lebih stabil dibandingkan dengan HMM dilihat dari tingkat distraktor 0, 2, 4, dan 6. Selain itu, penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa heavy media multitaskers lebih rentan terhadap gangguan informasi yang tidak relevan. Performa dalam mengerjakan tugas diukur menggunakan kapasitas memori. Kapasitas memori merupakan kemampuan kerja working memory dalam menyimpan sementara dan memanipulasi informasi (Morey, 2010).

Performa dapat diukur menggunakan aspek lain, misalnya akurasi dan waktu reaksi. Salah satu penelitian yang menggunakan akurasi untuk mengukur performa dilakukan oleh Adler dkk. (2011). Akurasi merupakan jawaban benar subjek terhadap tugas yang diberikan. Penelitian Adler dkk (2011) meneliti tentang hubungan multitasking dan performa. Hasil pengukuran performa menggunakan akurasi menunjukkan semakin tinggi tingkat multitasking maka akurasinya semakin rendah.

Penelitian Cain dan Mitroff (2011) menggunakan waktu reaksi untuk mengukur performa HMM dan LMM. Namun, hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan antara HMM dan LMM. LMM mampu menggunakan instruksi secara top-down untuk

(6)

6 meningkatkan performanya dan dalam atensi, sehingga HMM mempunyai filter yang lebih luas daripada LMM.

Data di lapangan menunjukkan terdapat hubungan antara media multitasking dan atensi. Hasil wawancara peneliti terhadap EK, salah satu mahasiswa Psikologi UGM 2011 mengatakan bahwa EK sering melakukan media multitasking, terutama ketika mengerjakan tugas. Perilaku media multitasking yang dilakukan muncul ketika terdapat banyak tugas yang harus dikerjakan dan perilaku tersebut tidak muncul ketika EK mempunyai banyak waktu luang. Media multitasking yang paling sering dilakukan oleh EK adalah penggunaan media laptop dan media telepon seluler secara bersamaan. EK sering mengetik dengan laptop dan melakukan telepon secara bersamaan, akibatnya percakapan yang dilakukan akan ikut diketik. Berdasarkan hasil wawancara tersebut, dapat disimpulkan bahwa media multitasking akan berpengaruh terhadap atensi, perilaku media multitasking mengurangi atensi seseorang.

Berdasarkan penelitian Ophir dkk (2009) dan fenomena yang terjadi, peneliti mencoba meneliti perbedaan HMM dan LMM menggunakan tugas filtering. Peneliti mengembangkan penelitian dengan menguji perbedaan atensi pada HMM dan LMM dilihat dari peningkatan stimulus dalam pemberian tugas. HMM dan LMM didapatkan dari penggolongan berdasarkan deviasi standard skor MMI. Penelitian ini menggunakan akurasi dan waktu reaksi untuk mengukur performa HMM dan LMM. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan variasi pengetahuan dari penelitian sebelumnya dalam konteks media multitasking dan atensi.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan atensi pada HMM (Heavy Media Multitasker) dan LMM (Light Media Multitasker) dengan tugas filtering dilihat dari jumlah stimulus.

(7)

7 C. Manfaat Penelitian

Penelitian ini mempelajari tentang perbedaan atensi pada pelaku media multitasking, sehingga penelitian ini diharapkan dapat memberikan dua manfaat, yaitu:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan menambah kajian ilmu psikologi, khususnya di bidang psikologi kognitif mengenai pelaku media multitasking dan kemampuan atensi. Penelitian eskperimen laboratorium bidang psikologi masih jarang dijumpai, sehingga pelaksanaan penelitian ini akan menambah referensi mengenai pelaksanaan penelitian eksperimen. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan menambah khazanah pengetahuan tentang perbedaan atensi pada pelaku media multitasking.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan memberi manfaat bagi pembaca untuk mengetahui dampak perilaku media multitasking terhadap atensi seseorang sehingga munculnya kesadaran masyarakat mengenai penggunaan media.

Penelitian ini juga diharapkan menambah keterampilan melakukan eksperimen bagi peneliti dan peneliti berikutnya dalam melakukan eksperimen dengan topik atensi.

Gambar

Gambar 1. Kepemilikan Media Elektronik tahun 2004 dan 2009  Sumber : (Robert, dkk., 2005, hal.3)
Gambar 3. Tugas filtering   Sumber: (Ophir dkk., 2009, hal.15584)
Gambar 4. Performa tugas filtering pada HMM dan LMM dilihat dari tingkat distraktor  Sumber: (Ophir dkk., 2009, hal.15584)

Referensi

Dokumen terkait

Perbedaan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti terletak pada tujuan, metode penelitian dan intervensi, dimana tujuan dalam penelitian ini adalah untuk

Dilakukannya penelitian ini bertujuan mengetahui perbedaan pengaruh antara model pembelajaran discovery learning menggunakan probing-prompting dan model

(Komunikasi Personal, 21 Oktober 2013) Berdasarkan hasil penuturan yang disampaikan di atas, dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan-perbedaan pada penyandang tunanetra dalam

Persamaannya adalah sama-sama mempunyai tujuan dalam upaya pembentukan keluarga sakinah melalui kegiatan keagamaan dan mempunyai perbedaan fokus, yakni pada

Perbedaan penelitian ini dengan keempat penelitian di atas adalah dilihat dari lokasi penelitian di Unit Rawat Jalan Utara dan Selatan PKSC Jakarta (Renni Septini di RSPAD

Untuk mengetahui perbedaan peningkatan yang signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis antara siswa kelas V yang menggunakan pembelajaran konvensional dengan

Mengetahui perbedaan peningkatan keterampilan pemecahan masalah antara mahasiswa yang diberi pembelajaran dengan menggunakan diktat dan dengan menggunakan multimedia animasi

Agar penelitian ini mencapai sasaran sesuai dengan tujuan yang diharapkan, tujuan penelitian secara umum yaitu untuk mengetahui proses pemulihan korban