• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1 A. Latar Belakang

Gaya hidup global, baik secara sosial dan ekonomi sangat besar pengaruhnya dalam transisi epidemiologis di negara maju dan berkembang, sehingga semakin menggambarkan penyakit menular yang cenderung berkurang menjadi penyakit tidak menular yang semakin meningkat. Pergeseran epidemiologis ini disebabkan oleh perubahan sosial-ekonomi, lingkungan dan populasi, ketika orang-orang telah mengadopsi gaya hidup yang tidak sehat, seperti merokok, kurangnya aktivitas fisik, makanan yang tinggi lemak dan kalori, dan konsumsi alkohol yang diperkirakan sebagai resiko terjadinya faktor penyakit tidak menular (Darmawan et al., 2019).

Penyakit hipertensi merupakan gejala peningkatan tekanan darah yang kemudian berpengaruh pada organ lain seperti pembuluh darah jantung dan otot jantung. Penyakit ini menjadi salah satu masalah dalam ranah kesehatan masyarakat di Indonesia maupun di dunia (Ardiansyah, 2012). Hipertensi meningkat seiring bertambahnya usia, hal ini biasa disebabkan oleh faktor lingkungan, gaya hidup dan perubahan hemodinamik yang disebabkan oleh kekakuan arteri di vaskuler arteri terutama aorta. Peningkatan kekakuan arteri menyebabkan augmentasi tekanan darah sistolik dan peningkatan tekanan darah diastolik. Dengan demikian, hipertensi menjadi penyebab utama atas meningkatnya prevalensi hipertensi sistolik pada orang lanjut usia (Williamson, 2015).

Terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya hipertensi, faktor-faktor yang dapat dirubah seperti konsumsi garam berlebih, konsumsi alkohol, merokok, obesitas. Sedangkan faktor yang tidak dapat dirubah seperti usia, jenis kelamin, riwayat keluarga dengan hipertensi. Pada faktor usia 30 – 50 tahun biasanya akan muncul hipertensi idiopatik dan akan meningkat sering dengan pertambahan usia. Pada faktor jenis kelamin, wanita lebih mudah untuk terserang hipertensi dibanding pria (Septiawan, 2018). Pada faktor riwayat keluarga dengan hipertensi, seseorang dengan orang tua yang menderita hipertensi maka lebih besar

(2)

resikonya untuk terjadi hipertensi. Pada faktor genetik berperan dalam terjadinya hipertensi (Matar et al., 2015).

WHO (2015) melaporkan bahwa penderita tekanan darah tinggi di dunia sekitar 1,13 Miliar, hal itu berarti 1 dari 3 orang di dunia menderita penderita tekanan darah tinggi. Setiap tahunnya jumlah penderita tekanan darah tinggi terus meningkat, sehingga diperkirakan tahun 2025 diperkirakan 1,5 Miliar penduduk dunia terkena tekanan darah tinggi. Pada kawasan Afrika memiliki penderita tekanan darah tinggi terbanyak di dunia yaitu 40%, diikuti kawasan Amerika sebesar 35%. Untuk kawasan Asia Tenggara terdapat penderita tekanan darah tinggi sebesar 36% (Tarigan, 2018).

Di Indonesia prevalensi tekanan darah tinggi menurut data Riskesdas 2018 pada usia ≥18 tahun yang dilakukan pengukuran tekanan darah sebesar 34,1%.

Kalimantan selatan menempati posisi tertinggi dengan hasil 44,1%, sedangkan Papua merupakan wilayah terendah pada penderita tekanan darah tinggi dengan hasil 22,2%. BPJS menyatakan setiap tahunnya biaya pelayanan tekanan darah tinggi mengalami peningkatan yaitu 2,8 Triliun pada tahun 2016 serta 3 Triliun pada tahun 2017 dan 2018 (Kemenkkes, 2019). Menurut data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2016 hasil pengukuran tekanan darah pada penduduk berusia ≥ 18 tahun dari hasil sebanyak 5.292.052 atau 20,16% penduduk menderita tekanan darah tinggi. Berdasarkan data penderita tekanan darah tinggi Kota Surakarta sebanyak 5 Kecamatan prevalensi tertinggi adalah Kecamatan Jebres (33,43%), Kecamatan Banjasari (30,72%), Kecamatan Laweyan (20,12%), Kecamatan Pasar Kliwon (10,90%), Kecamatan Serengan (4,83%) (Wulandari et al., 2018)

Akupunktur yang dikenal sebagai salah satu sistem pengobatan Cina yang menggunakan metode penusukan jarum pada titik akupunktur tertentu dapat menyembuhkan penyakit atau mencapai kondisi kesehatan tertentu (Alamsyah, 2010). Peningkatan pada titik akupunktur dapat memberikan rangsangan pada saraf otonom yang menimbulkan hambatan rangsangan simpatis, sehingga terjadi hambatan pada saraf vasokonstriktor yang berakibat vasodilatasi. Penusukan jarum pada titik-titik akupunktur akan menstimulasi tonus saraf parasimpatis dan

(3)

menekan tonus saraf simpatis. Parasimpatis dominan akan memproduksi asetilkolin dimana ikatan asetilkolin pada sel endotel akan menginduksi terbentuknya Nitrit Oksida (NO) lokal di endotel, yang kemudian berdifusi ke dalam otot polos pembuluh darah, aliran darah, sirkulasi lokal dan terjadi relaksasi otot polos pembuluh darah (Hasnah, 2017).

Terapi komplementer seperti terapi herbal yang dapat digunakan untuk mengatasi hipertensi menggunakan tanaman herbal seperti mengkudu, daun salam, kunyit, belimbing wuluh dan bawang putih (Syaifuddin, 2013). Ojulari (2014) menjelaskan bahwa efek ektrak jahe (Zingiber Officinale) terhadap tekanan darah dan denyut jantung pada orang sehat memiliki efek penurunan tekanan darah setelah 2 jam pemberian ekstrak jahe.

Jahe dapat memperlancar sirkulasi darah dan menjaga tekanan darah tetap rendah (Bhuiyan, 2015). Kandungan mineral yang tinggi pada jahe berupa magnesium, kalsium, fosfor dan potasium sangat bermanfaat untuk spasme otot, nausea, hipertensi, dan penyakit gastrointestinal. Potasium berperan dalam regulasi tekanan darah dan mengatur detak jantung (Ojulari, Okesina, & Owoyele, 2014).

Selain itu, senyawa yang dikandung dalam jahe seperti flavonoid, fenol dan saponin juga berperan dalam penurunan tekanan darah (Anthony, 2008).

Berdasarkan latar belakang dan data di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian Efektifitas Terapi Akupunktur dengan kombinasi pemberian rebusan jahe terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi di Posyandu Lansia Ngupadi Rahayu RT 02 RW 24 Kelurahan Jebres, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian “Apakah terapi akupunktur efektif dengan kombinasi pemberian rebusan jahe terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi di Posyandu Lansia Ngupadi Rahayu RT 02 RW 24 Kelurahan Jebres, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta.”

(4)

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Mengetahui Efektifitas Terapi Akupunktur dengan kombinasi pemberian rebusan jahe terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi di Posyandu Lansia Ngupadi Rahayu RT 02 RW 24 Kelurahan Jebres, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta.

2. Tujuan Khusus

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:

a. Mendeskripsikan karakteristik subyek penelitian yang meliputi jenis kelamin, usia dan pekerjaan pada efektifitas terapi akupunktur dengan kombinasi pemberian rebusan jahe terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi di Posyandu Lansia Ngupadi Rahayu RT 02 RW 24 Kelurahan Jebres, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta.

b. Mendeskripsikan tekanan darah pada subyek penelitian sebelum dilakukan terapi akupunktur dengan kombinasi pemberian rebusan jahe terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi di Posyandu Lansia Ngupadi Rahayu RT 02 RW 24 Kelurahan Jebres, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta.

c. Mendeskripsikan tekanan darah pada subjek penelitian sesudah dilakukan terapi akupunktur dengan kombinasi pemberian rebusan jahe terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi di Posyandu Lansia Ngupadi Rahayu RT 02 RW 24 Kelurahan Jebres, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta.

d. Menganalisis Efektifitas Terapi Akupunktur dengan kombinasi pemberian rebusan jahe terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi di Posyandu Lansia Ngupadi Rahayu RT 02 RW 24 Kelurahan Jebres, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini yaitu:

1. Bagi Peneliti

Memperoleh pengalaman serta pengetahuan mengenai penatalaksanaan akupunktur dan rebusan jahe terhadap pasien tekanan darah tinggi.

(5)

2. Bagi Profesi

Menjadi sarana menambah informasi mengenai penatalaksanaan akupunktur dan rebusan jahe pada pasien dengan tekanan darah tinggi.

3. Bagi Masyarakat

Memberikan pengetahuan serta wawasan kepada masyarakat bahwa terapi akupunktur dapat menjadi pengobatan alternatif dan efektif untuk mengatasi tekanan darah tinggi ditambah dengan mengkonsumsi rebusan jahe.

E. Keaslian Penelitian

1. Penelitian Pengaruh Jahe Putih Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi Di Desa Padang Jaya Kecamatan Majenang Kabupaten Cilacap yang dilakukan oleh Dzalal Nuri Badriyah, Tita Rohita, dan Nina Rosdiana pada tahun 2020 dengan hasil penelitian menunjukan bahwa nilai rata-rata tekanan darah sebelum diberikan intervensi berupa rebusan air jahe adalah sebesar 158,56 dan sesudah diberikan intervensi berupa rebusan air jahe adalah 153,25. Penurunan nilai rata-rata tekanan darah pada responden sebelum dan sesudah sebesar 5,4, sehingga dapat disimpulkan terjadi penurunan tekanan darah sebelum dansesudah diberikan intervensi. Hasil uji statistik t-test menunjukkan nilai p value sebesar 0,000 (p<0,05) dengan demikian nilai p value lebih kecil dari nilai 0,05 sehingga Ha diterima disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara sebelum dan sesudah diberikan intervensi air rebusan jahe terhadap penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi di Desa Padangjaya Kecamatan Majenang Kabupaten Cilacap Tahun 2020. Pada responden kelompok kontrol pada pre test yang mengalami hipertensi ringan sebanyak 35%, hipertensi sedang sebanyak 55%, hipertensi berat sebanyak 10%, dan tidak ada lansia yang mengalami hipertensi berat sekali dan pada saat post test responden kelompok kontrol yang mengalami nyeri minimal berkurang menjadi 25%, hipertensi sedang bertambah menjadi 60%, hipertensi berat bertambah menjadi 15% dan tidak ada hipertensi sangatberat.

(6)

2. Penelitian Efektifitas Pemberian Rebusan Jahe Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada Lansia Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Kartasura yang dilakukan oleh Rafika Ramadhanti Vidya pada tahun 2019 dengan hasil tekanan darah sistolik dan diastolik mengalami penurunan. Penurunan tekanan darah sistolik pada kelompok intervensi maupun pada kelompok kontrol sama-sama mengalami penurunan. Pada kelompok intervensi sebelum diberikan rebusan jahe 160,00 dan diastolik 76,00. Nilai rerata setelah diberikan rebusan jahe sistolik 144,00 dan diastolik 71,00. Pada kelompok kontrol sebelum diberikan senam hipertensi 167,00 mmHg dan diastolik 79,00. Nilai rerata setelah di berikan senam hipertensi yaitu sistolik 158,00 dan diastolik 73,50. Hasil penelitian menunjukkan hasil uji Wilcoxon bahwa tekanan darah yang diberikan terapi rebusan jahe memiliki p-valuesistolik 0.000 dan distolik 0,000 artinya terdapat pengaruh rebusan jahe terhadap penurunan tekanan darah pada lansia hipertensi. Sedangkan hasil penelitian uji Mann Whitney menunjukkan tekanan darah pada kelompok intervensi dan kontrol menunjukan p-value sistolik 0.009 (<0.05) sedangkan p-value diastolik 0.027 (<0.05) yang artinya setelah dilakukan terapi rebusan jahe lebih efektif maka Ho ditolak dan Ha diterima bahwa rebusan jahe efektif untuk menurunkan tekanan darah. Hasil uji mann whitney juga menunjukan bahwa nilai mean rank pada kelompok intervensi yang diberikan rebusan jahe sistolik 17.41 dan diastolik 18.27.

Sedangkan nilai mean rank pada kelompok kontrol yang dilakukan senam hipertensi sistolik 27.59 dan diastolik 26.73, yang artinya pemberian rebusan jahe lebih efektif menurunkan tekanan darah pada lansia hipertensi dibandingkan dengan senam hipertensi.

3. Penelitian Pengaruh Kompres Hangat Jahe Terhadap Skala Nyeri Kepala Hipertensi Pada Lansia Di Posyandu Lansia Karang Werdha Rambutan Desa Burneh Bangkalan yang dilakukan oleh Syiddatul B pada tahun 2019.

Menjelaskan tentang kandungan Jahe, kandungan di dalam jahe ini cukup banyak antara lain pada bagian rimpang jahe mengandung zat gingerol, shangaol, zingerone, oleoresin, dan minyak atsiri. Kandungan dalam jahe seperti gingerol, shongaol dan zingerone memberikan efek farmakologi dan

(7)

fisiologi seperti antioksidan, anti-inflamasi, analgesik, anti-karsinogenik, non- toksik dan nonmutagenik meskipun pada konsentrasi tinggi. Gingerol dan rasa hangat yang ditimbulkan oleh jahe tersebut membuat pembuluh darah terbuka (vasodilatasi) dan memperlancar sirkulasi sehingga suplai makanan dan oksigen menjadi lebih baik sehingga nyeri sendi akan berkurang dan juga menghambat COX (Cyclo-oxigenase), dimana COX (Cyclo-oxigenase) berperan dalam sintesis mediator nyeri, salah satunya adalah prostaglandin. Mekanisme pembentukan prostaglandin dengan jalan menghambat enzim COX (Cyclo- oxigenase) pada daerah terluka dapat mengurangi pembentukan mediator nyeri.

Dalam pengobatan tradisional, jahe digunakan untuk mengobati batuk, diare, nyeri sendi, dan penyakit radang sendi dan tekanan darah tinggi.

4. Penelitian Acupuncture Point Laterality: Investigation Of Acute Effects Quchi (LI 11) in Patients With Hypertension Using Heart Rate Variability yang dilakukan oleh Gerhard Litscher, Wei Ping Cheng, Guang Yu Cheng, Lu Wang Jian Zhao, Daniela Litscher, Ingrid Gaischek, Zemin Sheng, And Haixue Kuang (2014). Hasil penelitian dengan menggunakan metode pretest – posttest design menunjukkan tekanan darah rata – rata rekamana EKG sebelum, selama, dan sesudah akupunktur dari 60 pasien dengan Hipertensi menunjukkan data yang signifikan (P < 0,05) menurunkan tekanan darah segera segera setelah memasukkan dan merangsang jarum di kiri (grup A) dan kanan (grop B) pada titik akupunktur Quchi. Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan ada beberapa efek lateralitas dari titik Quchi (LI 11).

5. Penelitian Perbedaan Terapi Akupunktur Titik GV 20 (Baihui), ST 36 (Zusanli), LV 3 (Taichong) dan Terapi Pemberian Jus Buah Mentimun untuk Penurunan Tekanan Darah pada Kasus Hipertensi di Dusun Ngijo Wetan, Desa Ngijo, Kecamatan Tasikmadu, Kabupaten Karanganyar yang dilakukan oleh Putri Widiyastuti (2017). Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antara terapi akupunktur titik GV 20 (Baihui), ST 36 (Zusanli), LV 3 (Taichong) dan terapi pemberian jus buah mentimun. Penelitian ini menggunakan rancangan pretest-postest with control group design dengan jumlah responden sebanyak 30 orang dengan masing-masing kelompok

(8)

berjumlah 15 orang. Hasil uji Mann Whitney U Test didapatkan nilai ⍴sebesar 0,007 sehingga nilai α <0,05. Hal tersebut berarti bahwa ada perbedaan penurunan tekanan darah tinggi antara kelompok I GV 20 (Baihui), ST 36 (Zusanli), LV 3 (Taichong) dan kelompok II terapi pemberian jus buah mentimun. Tekanan darah sistolik kelompok perlakuan mengalami penurunan 19,0 ± 5,7 mmHg, tekanan diastolik 14,6 ± 5,1 mmHg. Sedangkan, pada kelompok kontrol tekanan darah sistolik mengalami penurunan 24,6 ± 5,1 mmHg, diastolik 17,3 ± 11,9 mmHg.

Perbedaan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti terletak pada tujuan, metode penelitian dan intervensi, dimana tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui Efektifitas Terapi Akupunktur dengan kombinasi pemberian rebusan jahe terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi di Posyandu Lansia Ngupadi Rahayu RT 02 RW 24 Kelurahan Jebres, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Perbedaan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian ini yaitu pada tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara kejadian depresi dan kecemasan pada pasien DM Tipe

Metode analisis yang digunakan adalah metode regresi linier berganda dan regresi spasial, dimana pada penelitian tugas akhir ini diharapkan peneliti dapat

Perbedaan dengan penelitian ini adalah tujuan penelitian, variabel penelitian yang digunakan, metode yang digunakan dan analisis data untuk menemukan pemodelan

Sehubungan dengan masalah di atas maka, tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan antara latihan

Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah tujuan penelitian untuk melihat perbedaan durasi menonton TV dan besar risiko terhadap kejadian obesitas pada anak

penelitian untuk mengevaluasi microleakage pada GIC dan RMGIC secara in vitro. Perbedaan penelitian ini terletak pada metode yang digunakan yaitu tidak menggunakan thermocycling,

Metode studi kasus yang digunakan adalah bersifat explanatory research, dimana penelitian ini dilakukan untuk menjelaskan bagaimana kesesuaian antara tujuan dan hasil dari

Tujuan yang ingin dicapai peneliti adalah untuk mengetahui metode dan pola pendidikan budi pekerti anak dalam keluarga pada kelompok varian masyarakat di Desa