• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Semua individu ingin dilahirkan dalam keadaan sempurna baik secara fisik maupun mental, namun kenyatannya tidak semua individu lahir dalam keadaan sempurna, terdapat individu yang lahir dengan memiliki keterbatasan. Keterbatasan dapat bersifat fisik, mental, dan emosional.

Contoh dari keterbatasan fisik yaitu tidak dapat melihat (tuna netra), tidak dapat mendengar (tuna rungu), tidak dapat berbicara (tuna wicara), cacat tubuh (tuna daksa). keterbatasan dalam sosial dan emosioal (tunalaras).

Sedangkan yang mengalami keterbatasan dalam kognitif dan mental (tunagrahita). Tunagrahita disebut juga sebagai retardasi mental. Anak- anak tersebut dapat digolongkan sebagai anak berkebutuhan khusus.

Anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik (Heward,2006). Anak berkebutuhan khusus merupakan anak-anak yang spesial dibandingkan dengan anak-anak lainnya dan membutuhkan penanganan khusus.

Anak retardasi mental mengalami kesulitan dalam berbagai aktivitas sehari-hari sampai ketingkat mencerminkan betapa beratnya deficit kognitif mereka serta jenis dan banyaknya bantuan yang mereka terima (Duran dan Barlow,2006). Selain itu masih banyak anak retardasi mental yang dalam mengendalikan keseimbangan tubuhnya masih kesulitan. Terutama terjadi pada anak yang masih dalam usia sekolah dasar yang mempunyai rentang umur antara 5 sampai 12 tahun (Arif,2013).

Keseimbangan merupakan komponen utama dalam menjaga postur tubuh manusia agar mampu tegak dan memperhatikan posisi tubuh.

Keseimbangan terdiri dari dua macam yaitu keseimbangan statis dan keseimbangan dinamis. Keseimbangan statis adalah kemampuan untuk mempertahankan posisi tubuh dimana Center of Gravity (COG) tidak

(2)

2

berubah. Contoh keseimbangan statis adalah saat berdiri. Keseimbangan dinamis adalah kemampuan untuk mempertahankan posisi tubuh dimana (COG) selalu berubah, contoh saat berjalan.

Pada anak retardasi mental sering ditemukan adanya gangguan keseimbangan berdiri yang menyebabkan dia tidak dapat mempertahankan postur tubuh terhadap gangguan yang datang. Jika ini dibiarkan tentu akan menimbulakan permasalahan perkembangan motorik kasarnya seperti gangguan dalam berjalan.

Menurut Kepmenkes RI No : 65 Tahun 2015 pasal 1, Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditunjukkan kepada individu dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutis dan mekanis), pelatihan fungsi, dan komunikasi. Maka berdasarkan definisi tersebut fisioterapi memegang peranan untuk meningkatkan keseimbangan.

Latihan yang tepat untuk meningkatkan keseimbangan pada anak retardasi mental adalah latihan trampolin dan latihan wobble board.

Latihan menggunakan trampolin merupakan latihan dinamis yang mengatur kosentrasi serta koordinasi saat gerakan melompat, melatih keseimbangan, dan mengatur posisi tubuh. Hal ini dapat dilakukan dengan cara berdiri diatas trampolin dengan gerakan melompat yang bervariasi.

Latihan trampolin digunakan untuk meningkatkan kemampuan motor skill.

Latihan menggunakan wobble board merupakan latihan keseimbangan pada posisi tubuh statis, yaitu kemampuan tubuh untuk menjaga keseimbangan pada posisi tetap, dengan cara berdiri diatas wobble board.

Prinsip dari latihan wobble board adalah meningkatkan fungsi dari pengontrol keseimbangan tubuh untuk bisa beradaptasi dengan perubahan lingkungan.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka penulis akan membahas mengenai perbedaan pemberian latihan trampolin dan wobble board untuk peningkatan keseimbangan pada anak retardasi mental. Alasan mengapa penulis mengambil hal tersebut karena keseimbangan merupakan

(3)

3

salah satu bagian atau hal yang paling penting dalam beraktifitas dimana setiap seseorang memerlukan keseimbangan dalam mempertahankan posisi tubuhnya dalam bergerak atau beraktifitas. Tidak hanya untuk orang sehat bahkan orang yang sakit sekalipun hal utama yang harus diperhatikan yaitu menjaga serta melatih fungsi keseimbangan tubuhnya agar berfungsi secara baik. Kemudian apabila keseimbanganya bagus maka sudah terjadi peningkatan pada keseluruhan otot, proprioseptif maupun vestibularnya.

B. Identifikasi Masalah

Anak dengan kondisi retardasi mental secara nyata mengalami hambatan dan keterbelakangan perkembangan mental di bawah rata-rata.

Hambatan fungsi intelektual umum dibawah rata-rata disertai dengan Ketidakmampuan beradaptasi pada tuntutan lingkungan yang muncul Selama pertumbuhan sehingga tidak memiliki keterampilan sosial atau menunjukkan perilaku yang tidak sesuai dengan usia anak.

Anak dengan kondisi Retardasi Mental biasanya memiliki gaya hidup yang malas untuk bergerak. Hal tersebut dapat menganggu aktifitas sehari- sehari dan menurunkan peluang untuk berpartisipasi dalam kelompok teman sebaya yang sehat. Sehingga anak dengan retardasi mental dapat terasingkan dari masyarakat dan membuat motivasi anak ini menurun.

Kurangnya aktifitas fisik dan motivasi anak untuk bergerak dapat menurunkan kemampuan dari tonus otot yang akan menyebabkan keseimbangan tubuh tidak optimal sehingga anak tidak mampu mempertahankan posturnya jika ada gangguan yang datang.

Selain itu beberapa anak dengan kondisi retardasi mental mengalami masalah pada ligamentnya yaitu terjadi laxity pada ligament sehingga menimbulkan joint laxity pada setiap sendinya. Laxity pada ligament menyebabkan terjadinya imbalance pada otot sehingga terjadi penurunan gerakan dan stabilitas sendi. Akibatnya terjadi gangguan pada proprioseptif yang menyebabkan efektifitas dan efisiensi gerakan menurun yang mengakibatkan keseimbangan terganggu.

(4)

4

Anak dengan kondisi retardasi mental juga mengalami gangguan vestibular yang biasanya ditandai dengan anak takut berenang, menaiki mainan yang bergerak dan bergoyang seperti ayunan, naik lift atau eskalator dan anak tidak mampu mempertahankan postur tubuh ketika ada gangguan yang datang.

Melihat problem yang ada pada anak retardasi mental seperti penurunan tonus otot, ligament laxity, gangguan propriosepsi dan vestibular dapat menyebabkan gangguan keseimbangan pada anak retardasi mental.

Keseimbangan adalah kemampuan tubuh untuk mempertahankan posisi tubuh dan kestabilan postur oleh aktivitas motorik tidak dapat dipisahkan dari faktor lingkungan dan sistem regulasi yang berperan dalam pembentukan keseimbangan.

Mengukur keseimbangan untuk mengetahui adanya peningkatan keseimbangan setelah dilakukan intervensi dilakukan dengan 2 alat ukur yaitu Berg Balance Scale dan One Leg Standing Balance Test .Untuk mengukur peningkatan keseimbangan statik dan dinamik dilakukan dengan menggunakan alat ukur Berg Balance Scale. Pengukuran ini terdiri dari 14 item tugas keseimbangan yang umum dalam kehidupan sehari-hari.

Sedangkan untuk mengetahui adanya peningkatan keseimbangan statik yaitu dengan alat ukur One Leg Standing Balance Test. Pengukuran ini dilakukan pada posisi berdiri dengan satu kaki, alat ukur yang digunakan adalah stopwatch. Semakin lama waktu sampel untuk berdiri stabil maka semakin baik pula sistem keseimbangan tubuhnya.

Pada penelitian ini dilakukan latihan untuk meningkatkan keseimbangan anak retardasi mental dengan membandingkan perbedaan efek pada dua jenis latihan keseimbangan yang berbeda yaitu antara lain keseimbangan menggunakan latihan trampolin dengan latihan keseimbangan menggunakan wobble board.

Sehingga nanti akan diamati apakah latihan dengan menggunakan trampolin meningkatkan keseimbangan, apakah latihan dengan menggunakan wobble board meningkatkan keseimbangan. Serta apakah ada perbedaan antara latihan keseimbangan menggunakan trampolin dan

(5)

5

latihan keseimbangan menggunakan wobble board untuk meningkatkan keseimbangan pada kasus retardasi mental usia 8-15 tahun.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang dan identifikasi masalah yang ada maka dapat di rumuskan masalah yang akan di teliti sebagai berikut:

1. Apakah latihan menggunakan trampolin dapat meningkatkan keseimbangan pada anak retardasi mental usia 8-15 tahun ?

2. Apakah latihan menggunakan wobble board dapat meningkatkan keseimbangan pada anak retardasi mental usia 8-15 tahun ?

3. Apakah ada perbedaan antara latihan menggunakan trampolin dan latihan menggunakan wobble board terhadap peningkatan keseimbangan pada anak retardasi mental usia 8-15 tahun?

D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Sehubungan dengan masalah di atas maka, tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan antara latihan menggunakan trampolin dan latihan menggunakan wobble board terhadap peningkatan keseimbangan pada anak retardasi mental

usia 8-15 tahun.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pengaruh pemberian latihan menggunakan trampolin dalam meningkatkan keseimbangan anak retardasi mental usia 8-15 tahun.

b. Untuk mengetahui pengaruh pemberian latihan menggunakan wobble board dalam meningkatkan keseimbangan anak retardasi mental usia 8-15 tahun.

E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat bagi fisioterapi

(6)

6

a. Memahami dan mengetahui adanya manfaat latihan keseimbangan menggunakan trampolin dan wobble board.

b. Memperkaya referensi ilmiah dalam bidang fisioterapi mengenai perbedaan antara latihan menggunakan trampolin dan latihan menggunakan wobble board terhadap peningkatan keseimbangan pada anak retardasi mental.

2. Manfaat bagi institusi pendidikan

Sebagai sarana pendidikan untuk mempersiapkan peserta didik di lingkungan pendidikan fisioterapi

3. Manfaat bagi masyarakat umum

Sebagai sarana edukasi dan informasi serta agar menyadari pentingnya fungsi keseimbangan dalam melakukan segala hal atau aktivitas dan diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan bagi masyarakat juga meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

4. Bagi Peneliti

a. Penulis mendapatkan pengetahuan yang semakin luas tentang pemahaman dan penanganan fisioterapi terhadap kasus retardasi mental

b. Penulis dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan retardasi mental

Referensi

Dokumen terkait

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar,

Pada tahap pertama ini kajian difokuskan pada kajian yang sifatnya linguistis antropologis untuk mengetahui : bentuk teks atau naskah yang memuat bentuk

Dalam penelitian yang bertujuan untuk menentukan kontribusi dari penggunaan lampu LED biru dan merah ini dilakukan tahapan yaitu tahap analisis awal, tahap

Penyusunan tugas akhir ini merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh oleh setiap mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro dalam

[r]

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh pemasaran, peran lembaga dan motivasi peternak terhadap perubahan perilaku peternak itik Tegal.. Penelitian ini dilaksanakan

Jika perusahaan mencapai tahap tidak solvabel, pada dasarnya ada dua pilihan, yaitu likuidasi (kebangrkutan) atau reorganisasi. Likuidasi jika nilai likuidasi lebih besar

Belum adanya syslog server yang dapat menampilkan log jika terjadi serangan di sebuah jaringan client yang ditampilkan secara terpusat untuk memudahkan para admin wahana