• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III Konvergensi Onomatope dan Mimetik Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III Konvergensi Onomatope dan Mimetik Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

Konvergensi Onomatope dan Mimetik

Bahasa

Indonesia dan

Bahasa Inggris

Pengkorespondensian bunyi onomatope dan mimetik telah dilakukan pada bab II, yang berhasil mempertemukan distribusi bunyi yang sama. Fakta ini membangkitkan pertanyaan yang memerlukan suatu penjelasan:kenapa mereka sama sementara faktanya adalah B.Indo dan B.Ing merupakan dua bahasa yang berasal dari rumpun yang berbeda? Pada bagian 1.1 telah disampaikan secara singkat bahwa adanya konvergensi bunyi bukan karena kedua bahasa diturunkan dari bahasa induk yang sama, atau misalnya B.Indo meminjam kata dari B.Ing dan sebaliknya, tetapi lebih karena sifat dasar onomatope itu adalah suka meniru bunyi-bunyi sehingga bahasa-bahasa yang hubungannya jauh, potensial memiliki lambang yang identik atau hampir mirip untuk fenomena bunyi yang sama. Namun demikian, ada empat jawaban yang dapat diajukan terhadap pertanyaan tersebut yang kemudian akan menjadi empat pembahasan utama dalam bab III ini.

Pertama, karena persamaan inventarisasi fonem. Kedua, karena persamaan kaidah

fonotaktik. Ketiga, karena fenomena kinestesia. Keempat, karena persamaan simbolisme bunyi yang berlaku baik pada B.Indo atau B.Ing.

3.1 Persamaan Inventarisasi Fonem

Pada 1.6.3.3 telah diulas mengenai persamaan sistem fonologi antara B.Indo dan B.Ing. Setelah segmentasi dan korespondensi bunyi pada 2.1, bagian

(2)

ini akan merekapitulasi konvergensi fonem-fonem khas sebagai akibat dari persamaan sistem fonologi tersebut.

No Onomatope Hewan Fonem yang khas

1 Ayam /k/ 2 Sapi /m/ 3 Bebek /w/+ /k/ 4 Tikus /i/ 5 Burung gagak /k/ 6 Anjing /u/

7 Kodok (berukuran lebih besar) /k/+/r/+/k/ 8 Kodok (berukuran lebih kecil) /b/

9 Kambing /b/

10 Ular /s/

11 Burung kecil /i/+/t/

12 Keledai /h/

13 Tokek /k/

14 Angsa /o/+/ŋ/

15 Kucing /m/

Tabel 11. Fonem khas onomatope hewan

No Onomatope aktifitas fisik Fonem yang khas

1 Makan /m/

2 Minum /g/+/l/+/ə/+/k/

3 Tamparan/menampar /l/

(3)

5 Menjentikkan sesuatu /i/+/k/

6 Menghisap saat makan /s/

7 Memuntahkan sesuatu dari mulut /p/ 8 Makan sesuatu yang renyah /k/+/r/

9 Melahap makanan /p/

10 Pukulan tinju /b/

11 Langkah kaki biasa /t/+/p/

Tabel 12. Fonem khas onomatope aktifitas fisik

No Onomatope Suara alam Fonem yang khas

1 Hujan gerimis /i/

2 Angin berhembus /w/+/u/

3 Gelembung-gelembung air /l/

4 Benda jatuh keair dengan tenang tanpa menimbulkan banyak percikan

/p/+/l/

5 Desir zat padat berupa butiran /∫/

Tabel 13. Fonem khas onomatope bunyi alam

No Onomatope macam-macam benda Fonem yang khas

1 Mengetuk pintu /k/

2 Klakson mobil /i/

3 Klakson kereta api /t/+/u/+/t/

4 Ledakan kecil /u/+/m/

5 Peluit /i/+/t/

(4)

7 Ban kendaraan berdecit /i/ 8 Dering telepon (telepon tombol putar) /r/+/i/+/ŋ/ 9 Berderit (pintu, jendela, peti) /k/+/r/+/k/

10 Gong /ŋ/

11 Lonceng ukuran kecil /i/+/ŋ/

12 Bel pintu /i/+/ŋ/

13 Detak jam dinding /t/+/k/

14 Sesuatu yang retak /k/+/r/+/k/ 15 Klik (kamera, pelatuk revolver) /k/+/l/+/i/+/k/ 16 Menyapu daun-daun kering /r/+/k/ 17 Bunyi melesat (sesuatu yang besar seperti

pesawat dan rudal)

/w/

18 Lintasan lemparan sesuatu yang kecil (batu)

/w/+/i/

19 Desing peluru /i/+/ŋ/

20 Gerakan cepat berulang (pukulan tangan,ayunan tongkat,tali skipping)

/w/

21 gelas kaca yang dipukulkan dengan sendok/pisau alumunium

/t/+/i/+/ŋ/

22 Membuka kunci /k/+/l/+/k/

23 Pedang ditarik dari sarungnya /i/+/ŋ/ 24 Benturan logam, baja dan besi /ŋ/

25 Kain robek /r/

26 Alat musik drum /u/

27 Alat musik terompet /t/

Tabel 14. Fonem khas onomatope macam-macam benda

(5)

1 Menyentuh beberapa kali (untuk memanggil)

/t/

2 Citra kilau /l/+/i/+/ŋ/

Tabel 15. Fonem khas mimetik phenomimes

3.2 Persamaan Kaidah Fonotaktik

Pada bagian 1.6.3.4 telah diperikan kaidah fonotaktik B.Indo dan B.Ing. Terbukti dua bahasa yang mempunyai khasanah fonem yang hampir mirip, memungkinkan juga mempunyai tata aturan yang kurang lebih sama mengenai distribusi fonem dalam upaya pembentukan silabe dan kata. Berikut ini adalah evidensi dari persamaan kaidah fonotaktik yang menyebabkan konvergensi bunyi onomatope dan mimetik. Evidensi hanya dijumpai pada dua segmen yang menempati posisi onset.

Gugus Konso-nan

Onomatope B.Indo B.Ing

/kr/ Bunyi kodok 2 [krɔk krɔk] [krəƱk krəƱk] Bunyi makan sesuatu yang

renyah

[kriuk kriuk] [krəs krəs]

[krnt∫ krnt∫]

Bunyi berderit pintu, peti, jendela

[kriek kriek] [krik krik]

Bunyi sesuatu yang retak (tulang retak, kayu retak, dinding retak)

[krak krak] [kræk kræk]

/kl/ Bunyik klik/bunyi ringan cepat/tiba-tiba (tekan tombol kamera, pelatuk

revolver,)

[klik] [klIk]

(6)

/pl/ Benda jatuh ke air dengan tenang/tidak menimbulkan banyak percikan

[pluŋ] [plɔp]

Tabel 16. Konvergensi gugus konsonan

3.3 Fenomena Kinestesia

Kinestesia adalah adanya kaitan antara makna dari kata dengan atribut fisik artikulasi (Anderson dalam Thomas & Clara,2004:9). Evidensi-evidensi terkait dengan fenomena ini adalah yang berhubungan dengan aktifitas manusia, seperti makan, minum, memuntahkan makanan.

Fonem khas

Onomatope Penjelasan fenomena kinestesia

/am/, /m

Bunyi makan Bunyi vokal [a] dan [] diucapkan dengan membuka rongga mulut, kemudian disusul dengan bunyi bilabial [m] yang diucapkan dengan menutup rongga mulut. Kemudian membuka lagi secara berulang. Ini mewujudkan aktifitas makan.

/glək/ Bunyi minum Bunyi velar [g] dan [k] diucapkan dengan pangkal lidah (dorsum) yang harus menempel pada langit-langit lunak (velum). Dalam aktifitas minum penempelan pangkal lidah dimaksudkan untuk memberikan jeda saat memasukkan air secara konstan melalui rongga mulut.

/up/, /ap/

Bunyi melahap makanan

Bunyi vokal [u] dan [a] diucapkan dengan membuka rongga mulut, kemudian disusul dengan bunyi hambat bilabial [p] yang diucapkan dengan menutup rapat bibir. Ini merupakan aktualisasi aktifitas melahap makanan.

(7)

3.4 Persamaan Simbolisme Bunyi

Penelitian empiris mengenai simbolisme bunyi telah memiliki sejarah yang panjang dan juga banyak menuai kontroversi dan perdebatan, apakah simbolisme bunyi itu hanya berlaku dalam satu bahasa saja atau bersifat universal yaitu berlaku di semua bahasa yang ada di dunia. Terlepas dari seputar perdebatan tersebut, penegasan atas sifat kesemestaan dalam simbolisme bunyi dimulai dari penelitian tentang simbol bunyi yang maknanya berhubungan dengan ukuran besar dan kecil (magnitude symbolism) khususnya bunyi vokal. Edward Sapir adalah pelopor penelitian ini pada tahun 19295 yang kemudian banyak menuai kajian-kajian lanjutan oleh para peneliti lain setelahnya (Nuckolls,1999:230).

Magnitude symbolism terdiri dari dua konsep, yakni konsep diminutif

(diminutive)- konsep yang berhubungan dengan makna kecil, dan konsep ogmentatif (augmentative) – konsep yang berhubungan dengan makna besar. Berlimpahnya evidensi menunjukkan temuan-temuan yang konsisten mengenai kesemestaan pola ini di semua bahasa yang pernah diteliti, terlepas apakah bahasa-bahasa yang diteliti tersebut memiliki relasi historis atau tidak.

Dalam bagian 3.4 ini, akan diupayakan penemuan pola-pola simbol bunyi yang sama yakni yang sama-sama berlaku dalam B.Indo dan B.Ing.

5

Sapir bereksperimen dengan dua kata artifisial mil dan mal, kemudian memberikan acuan arbitrer ‘meja’ untuk kata-kata tersebut. Lima ratus informan ditanyai kata mana dari mil dan mal yang mengindikasikan meja kecil dan meja besar. 83% anak-anak dan 93% orang dewasa dari para informan dengan konsisten memberi jawaban mil adalah jenis meja kecil.

(8)

3.4.1 Vokal DepanVokal Belakang

Pemanfaatan hubungan antara ukuran kecil dengan vokal /i/, dan antara ukuran besar dengan vokal /a/ dinamai dengan magnitude symbolism. Jadi, semakin tinggi bunyi vokal tersebut atau semakin ke depan, maka semakin dimaknai dengan segala yang berukuran kecil. Sebaliknya, semakin rendah bunyi vokal tersebut atau semakin ke belakang, maka maknanya adalah pembesaran. Pola ini dapat diskemakan sebagai berikut.

Tabel 18. Skema magnitude symbolism bunyi vokal (Diadaptasi dari Silverstein dalam Hinton, 1994)

Selain makna pengecilan untuk bunyi vokal tinggi dan pembesaran untuk bunyi vokal rendah, masih ada makna-makna lain yang dilekatkan pada bunyi-bunyi vokal itu, seperti: terang dan gelap, cepat dan lambat, dekat dan jauh. Motivasi yang mendasari magnitude sound symbolism ini adalah adanya kombinasi faktor-faktor artikulasi, akustik dan biologi (Nuckolls,1999:230).

1. Vokal Depan

Baik pada B.Indo maupun B.Ing, fonem vokal depan diyakini membawa informasi kecil atau sesuatu yang bentuknya kecil. Pemaknaan ini didasarkan pada faktor artikulatoris, misalnya bunyi tinggi depan [i] diucapkan dengan

(9)

meninggikan bagian lidah depan sampai hampir menyentuh langit-langit bagian depan sehingga menyebabkan ruang mulut menjadi sempit dan kecil. Dalam pada itu, rongga bibir pun tampak tidak membuka lebar. Jadi, bibir atas dan bibir bawah membentuk ruang yang sempit. Kesempitan inilah yang dimanfaatkan untuk menyarankan makna kecil. Selain makna kecil yang dilekatkan pada vokal depan, juga ada makna-makna lain seperti terang, kilau dan tajam. Berikut ini evidensi yang ditemukan pada onomatope dan mimetik B.Indo dan B.Ing.

Makna Kecil

Onomatope dan mimetik B.Indo B.ing

Bunyi tikus [cit cit] [skwik skwik]

Bunyi burung kecil [cit cit] *[cuit cuit]

[twit twit] Bunyi kodok (berukuran kecil) [wεbεk wεbεk] [rIbIt rIbIt] Bunyi ringan cepat/tiba-tiba pada sesuatu

benda yang berbentuk kecil

[klik] [klIk]

Bunyi lintasan cepat di udara sesuatu yang berbentuk kecil (seperti batu)

[wiŋ] [wi]

Suara desing peluru [siŋ] [zIŋ]

Bunyi peluit [priit priit] [wit wit] Bunyi klakson mobil [tin tin] [bip bip] Bunyi lonceng ukuran kecil [tiŋ tiŋ tiŋ] [dIŋ dIŋ dIŋ]

Tabel 19. Evidensi vokal depan yang bermakna kecil

Penjelasan : tanda bintang pada B.Indo [cuit cuit] adalah pengecualian yang berupa diftong /ui/. Karena pergerakan diftong ini bermula dari vokal belakang ke depan, maka disebut diminutivisasi atau pengecilan.

(10)

Tabel 20. Skema pergerakan diminutivisasi [cuit cuit]

Dengan demikian, tiruan bunyi burung B.Indo [cuit cuit] tetap mengacu pada burung yang tubuhnya kecil, atau lebih kecil dari burung gagak.

Kemudian, tiruan bunyi klakson mobil B.Indo [tin tin] dan B.Ing [bip bip] tergolong dalam kategori ini karena ukuran mobil jelas lebih kecil apabila dibandingkan dengan kereta api yang bunyi klaksonnya ditirukan dengan [tut tut].

Makna Terang dan Kilau

Onomatope dan phenomimes B.Indo B.ing

Citra sesuatu yang berkilau [cliŋ cliŋ] [blIŋ blIŋ] Citra kerlip bintang [kəlip kəlip] [twIŋkəl twIŋkəl]

Tabel 21. Evidensi vokal depan yang bermakna terang dan kilau

Makna Tajam

Onomatope B.Indo B.ing

Bunyi pedang yang ditarik dari sarungnya

[sriŋ] [∫iŋ]

Tabel 22. Evidensi vokal depan yang bermakna tajam

2. Vokal Belakang

Apabila vokal depan dihubungkan dengan pembawa informasi kecil, sebaliknya fonem vokal belakang diyakini membawa informasi besar atau sesuatu yang bentuknya besar. Pemaknaan ini didasarkan pada faktor artikulatoris,

(11)

misalnya bunyi rendah [a] diucapkan dengan tanpa melibatkan persentuhan lidah dengan langit-langit keras sehingga menyebabkan ruang mulut menjadi terbuka lebar. Wujud organ wicara inilah yang dimanfaatkan untuk menyarankan makna besar. Berikut ini evidensi yang ditemukan pada onomatope B.Indo dan B.Ing.

Onomatope B.Indo B.ing

Bunyi ayam [kukuruyuk] [khDkə dudl du] Bunyi kodok (berukuran

lebih besar)

[krɔk krɔk] *[krəƱk krəƱk]

Bunyi angsa [kwoŋ kwoŋ] [hɔŋk hɔŋk]

Bunyi burung gagak *[keak keak] *[kaok kaok] [kak kak]

[krα krα]

Bunyi sapi [moo] [mu]

Bunyi anjing [guk guk] [wƱf wƱf]

Bunyi kucing *[meoŋ] *[miau]

Bunyi klakson kereta api/kapal laut

[tuut tuut] [tut tut]

Tabel 23. Evidensi vokal belakang yang bermakna besar

Penjelasan : rangkaian bunyi yang dibubuhi tanda bintang * adalah pengecualian yang berupa diftong dan triftong. Pergerakan diftong yang bermula dari vokal depan ke belakang dan dari tinggi ke rendah ini disebut dengan ogmentativisasi atau pembesaran.

(12)

Skema 25. Skema pergerakan ogmentativisasi [keak keak] dan [kaok kaok]

Dengan demikian, tiruan bunyi kodok B.Ing [krəƱk krəƱk] tetap mengacu pada kodok yang tubuhnya lebih besar dari kodok yang berbunyi [rIbIt rIbIt], dan burung gagak B.Indo juga tetap mengacu pada burung yang tubuhnya lebih besar dari burung gereja yang berbunyi [cuit cuit]/[cit cit] dan tentunya lebih kecil dari ayam yang berbunyi [kukuruyuk]. Ini menurut tingkatan besar kecilnya tubuh dalam kelompok spesies unggas.

Sementara itu, pergerakan triftong pada bunyi kucing [miau] - B.Ing dan diftong pada [meoŋ] – B.Indo dapat diskemakan sebagai berikut.

Tabel 26. Skema pergerakan ogmentativisasi [meoŋ] dan [miau]

Berdasarkan skema di atas, diftong pada bunyi [meoŋ] – B.Indo bergerak dari vokal depan ke belakang, sedangkan triftong pada bunyi [miau] – B.Ing bergerak dari vokal tinggi menuju vokal rendah dan berakhir pada vokal belakang. Akhir dari pergerakan ini yakni vokal belakang tetap mengacu pada seekor hewan yang besar, lebih besar dari tikus yang berbunyi [cit cit] dan [skwik skwik], serta lebih

(13)

kecil umumnya dari anjing yang berbunyi [guk guk] dan [wƱf wƱf]. Ini menurut tingkatan besar kecilnya tubuh dalam kelompok spesies mamalia.

Selain mencetuskan makna besar, vokal belakang juga dihubungkan dengan suara-suara yang berat, gaduh dan keras. Berikut ini evidensi yang ditemukan pada onomatope B.Indo dan B.Ing.

Onomatope B.Indo B.ing

Pukulan tinju [buk] [bDp]

Ketuk pintu [tok tok tok] [nDk nDk nDk] Menggedor pintu [dor dor dor] [mpmp

mp] Klakson kereta api/kapal laut [tut tut] [tut tut]

Gong [goŋ] [dɔŋ]

Ledakan kecil [tum] [bum]

Alat musik drum [duk] [bum]

Bunyi klakson kereta api/kapal laut [tut tut] [tut tut] Bunyi makan sesuatu yang renyah *[kriuk kriuk]

*[kraus kraus] *[krauk krauk]

[krnt∫ krnt∫]

Suara guntur [gələgar] [broum]

[bum] Deru mesin mobil/motor [brum] [vrum]

Tabel 27. Evidensi vokal belakang yang berhubungan dengan suara berat, gaduh, dan keras

Penjelasan : rangkaian bunyi yang dibubuhi tanda bintang * adalah pengecualian yang berupa diftong. Pergerakan diftong yang bermula dari vokal depan [i] dan [a] ke belakang [u] ini disebut dengan ogmentativisasi atau pembesaran.

(14)

3.4.2 Konsonan Stop Tansuara Stop Bersuara

Apabila bunyi vokal dibedakan atas bunyi depan dan belakang atau tinggi dan rendah yang bermakna besar dan kecil, maka bunyi konsonan dibedakan atas konsonan tansuara dan bersuara. Bunyi tansuara dan bersuara dibedakan lagi atas bunyi stop/hambat dan frikatif/geseran.

1. Stop Tansuara

Konsonan stop tansuara meliputi fonem /p/, /t/ dan /k/. Pada B.Indo dan B.Ing, bunyi stop tansuara membangkitkan kesan bunyi yang ringan, cepat, tiba-tiba dan tidak berangsur atau tidak berlangsung lama. Kesan ringan, cepat dan tiba-tiba ini nampak didasarkan atas fonetik artikulatoris, yakni bagaimana fonem-fonem tansuara itu dihasilkan tanpa harus melibatkan getaran pita suara.

Onomatope dan mimetik B.Indo B.ing

Bunyi kodok (berukuran lebih kecil)

[wεbεk wεbεk] [rIbIt rIbIt]

Bunyi kodok (berukuran lebih

besar) [krɔk krɔk] [krəƱk krəƱk]

Bunyi tikus [cit cit] [skwik skwik]

Bunyi langkah kuda [toplak toplak toplak] [kətəpak kətəpak] [tuk tik tak tik tuk]

[klIpətiklɔp] Bunyi minum [glək glək glək] [glək glək glək]

Bunyi melahap makanan [hap] [glup]

Bunyi tamparan [plak]/[pak] [slæp]

Bunyi tepuk tangan [plok plok plok] [pok pok pok]

[klæp klæp klæp]

Bunyi menjentikkan sesuatu [tik] [flIk]

(15)

Bunyi hujan gerimis [tik tik tik] [pItə(r) pætə(r)] Bunyi mengetuk pintu [tok tok tok] [nDk nDk nDk] Bunyi mengetuk pintu dengan lirih [tok tok tok] [ræt tæt tæt]

Bunyi peluit [prit prit] [wit wit]

Bunyi detak jam [tak tak] [tIk tɔk]

Bunyi klik (tombol kamera, pelatuk

revolver)

[klik] [klIk] Bunyi membuka kunci [cəklεk] [klIk klæk]

Bunyi robek [bret] [rIp]

Bunyi menyentuh beberapa kali (untuk tujuan memanggil)

[tuk tuk] [thæp thæp] Bunyi menyapu daun-daun kering [srεk srεk] [reIk reIk] Sesuatu yang tajam tertancap (anak

panah, pisau, kapak)

[tap] [wæk]

bunyi cium [cup] [smæk]

Bunyi langkah kaki biasa [tap tap tap] [thæp thæp thæp]

Tabel 28. Evidensi konsonan stop tansuara yang mengacu pada bunyi yang ringan, cepat, tiba-tiba dan tidak berangsur atau tidak berlangsung lama.

2. Stop Bersuara

Konsonan stop bersuara meliputi fonem /b/, /d/ dan /g/. Pada B.Indo dan B.Ing, bunyi stop bersuara membangkitkan kesan bunyi yang berat, gaduh dan keras dan dikonotasikan dengan makna sesuatu yang bertabrakan/berbenturan dan kekejaman. Kesan berat, gaduh dan keras ini nampak didasarkan juga atas faktor artikulatoris, yakni bagaimana fonem-fonem bersuara itu dihasilkan dengan harus melibatkan getaran pita suara.

Dalam disertasi Magnus, fonem /b/ yang mengawali suatu kata dalam B.Ing biasanya mengacu pada bunyi-bunyi ledakan dan hewan-hewan besar, seperti bear (beruang), boar (babi hutan), bull (banteng), buffalo (kerbau), buck

(16)

(rusa jantan). Bahkan, sekalipun hewan itu kecil sebangsa serangga, masih dapat digolongkan pada paling besar dan paling menjengkelkan dalam kelompok filumnya – bee (lebah), beetle (kumbang), bug (serangga hama) (Magnus, 2001:71). Berikut ini evidensi yang ditemukan pada onomatope B.Indo dan B.Ing tentang konsonan stop bersuara yang dihubungkan dengan suara yang berat, keras dan gaduh.

Onomatope B.Indo B.ing

Bunyi tembakan [dor] [bæŋ]

Bunyi pukulan tinju [buk] [bDp]

Suara guntur [gələgar] [broum]

[bum] Alat musik drum [duk duk duk] [bum bum bum]

Tabel 29. Evidensi konsonan stop bersuara yang membangkitkan kesan bunyi yang berat dan keras

3.4.3 Frikatif Tansuara FrikatifBersuara

1. Frikatif Tansuara

Bunyi frikatif tansuara membangkitkan kesan bunyi yang ringan, dan berangsur. Evidensi yang ditemukan pada onomatope B.Indo dan B.Ing hanya tiruan bunyi desis ular.

Onomatope B.Indo B.ing

Bunyi ular [sss] [hIs]

Tabel 30. Evidensi konsonan frikatif tansuara yang membangkitkan kesan bunyi yang ringan dan berangsur

2. Frikatif Bersuara

Bunyi frikatif bersuara membangkitkan kesan bunyi yang lebih kasar dari yang ditimbulkan oleh bunyi frikatif tansuara [s]. Fonem /∫/ dihubungkan dengan

(17)

suara dari sesuatu yang berpancar seperti zat cair dan suara desir dari zat padat yang berupa partikel berbutir sangat halus seperti pasir. Berikut ini evidensi hanya ditemukan pada onomatope bunyi desir pasir.

Onomatope B.Indo B.ing

Desir zat padat berupa butiran [∫∫∫∫] [∫∫∫∫]

Tabel 31. Evidensi konsonan frikatif bersuara yang berhubungan dengan suara desir dan dari sesuatu yang berpancar seperti zat cair

3.4.4 Lateral

Fonem lateral /l/ dalam B.Ing berkonotasi dengan unsur linearitas, unsur kilau dan berhubungan dengan zat cair (Magnus,2001:93). Berikut ini evidensinya yang juga ditemui dalam onomatope dan mimetik B.Indo.

Onomatope dan Mimetik B.Indo B.ing

Bunyi minum [glək glək glək] [glək glək glək] Gelembung gelembung air [blup blup blup] [glb glb glb] Bunyi benda jatuh ke air dengan

tenang/tidak menimbulkan banyak percikan

[pluŋ] [plɔp] Citra kilau (kilau perhiasan/bersih) [cliŋ cliŋ] [blIŋ blIŋ]

Tabel 32. Evidensi konsonan lateral yang berkonotasi dengan unsur linearitas, unsur kilau dan berhubungan zat cair

3.4.5 Velar Nasal

Fonem velar nasal /ŋ/ pada B.Indo dan B.Ing membangkitkan kesan bunyi yang bergema dan berangsur, seperti sesuatu yang terbuat dari logam yang dibenturkan atau dipukul. Fonem ini juga dihubungkan dengan pendar cahaya dari sesuatu yang berkilau.

(18)

Onomatope dan Mimetik B.Indo B.ing

Bunyi dering telepon [kriŋ kriŋ] [rIŋ rIŋ]

Bunyi gong [goŋ] [dDŋ]

Bunyi lonceng berukuran kecil [tiŋ tiŋ tiŋ] [dIŋ dIŋ dIŋ] Bunyi bel pintu [tiŋ toŋ] [dIŋ dDŋ]

Bunyi pedang yang tertarik dari sarungnya [sriŋ] [tring]

[∫iŋ] Bunyi benturan logam, baja dan besi [taŋ taŋ] [klæŋ klæŋ] Bunyi gelas kaca yang dipukul dengan

sendok/pisau alumunium

[tiŋ tiŋ tiŋ] [tIŋ tIŋ tIŋ]

citra kilau (kilau perhiasan/bersih) [cliŋ cliŋ] [blIŋ blIŋ]

Tabel 33. Evidensi konsonan velar nasal yang membangkitkan kesan bunyi yang bergema

3.4.6 Semi Vokal

B.Indo mempunyai dua fonem semi vokal yaitu /w/ dan /y/, sedangkan B.Ing mempunyai tiga fonem yaitu /w/, /r/ dan /j/. Fonem /w/ pada B.Indo dan B.Ing sama-sama berhubungan dengan gerakan. Segi fonetik artikulatoris membuktikan bahwa pengucapan fonem /w/ memang perlu menggerakan kedua bibir secara bersamaan.

Onomatope B.Indo B.ing

Angin berhembus [wuus] [wu∫]

Bunyi melesat (sesuatu yang besar seperti pesawat dan rudal)

[wus] [fwD∫] / [swiŋ]

Bunyi melesat (sesuatu yang kecil seperti batu kecil)

[wiŋ] [wiuw] / [wi] Bunyi gerakan cepat berulang (ayunan

tongkat, pukulan tangan, tali skipping)

[wut wut wut] [wug wug wug]

[wd] [swIŋ swIŋ swIŋ]

(19)

3.4.7 Fonem /r/

Mengingat B.Indo tidak memasukkan fonem /r/ ini dalam kelompok fonem semi vokal, maka fonem ini mendapat bagian pembahasan tersendiri disini. Fonem /r/ pada B.Ing muncul dalam banyak kata yang bermakna pengrusakan (Magnus,2001:81). Fonem ini dihubungkan dengan kata-kata merobek, merusak, dan gesekan dua benda yang kasar, terlepas di manapun posisinya dalam sebuah rangkaian bunyi. Evidensinya dijumpai juga dalam B.Indo.

Onomatope B.Indo B.ing

Bunyi makan sesuatu yang renyah [kriuk kriuk] [krəs krəs] [kraus kraus]

[krnt∫ krnt∫] [krɔ nt∫] Bunyi berderit (pintu, jendela, peti) [kriek] [krik] Bunyi sesuatu yang retak [krak] [kræk] Bunyi hancur karena tabrakan yang keras [bruk] [kræ∫] Menyapu daun-daun kering [srεk srεk] [reIk reIk]

Bunyi robek [bret] [rIp]

Gambar

Tabel 11. Fonem khas onomatope hewan
Tabel 12. Fonem khas onomatope aktifitas fisik
Tabel 14. Fonem khas onomatope macam-macam benda
Tabel 15. Fonem khas mimetik phenomimes
+7

Referensi

Dokumen terkait

melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan  Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan strategis nasional...

Diagram konteks yang dirancang pada tahap pembuatan sistem informasi pengelolaan divisi nasabah yang diusulkan ini digunakan untuk menggambarkan sistem Penyimpanan data

Hasil penelitian bahwa sebagian karakter kualitatif seperti warna lidah daun, warna leher daun, warna helai daun, warna batang dan ruas batang tidak terdapat

Cash Ratio sebesar 3.127,72% dan Current Ratio sebesar 7.473,66% sebagai penilaian rasio likuiditas, Equity to Total Assets Ratio sebagai penilaian rasio solvabilitas

Anggaran Dasar hanya dapat diubah oleh Rapat Warga yang dihadiri oleh sekurang-kurangnya setengah dari jumlah Warga dan perubahannya sah apabila diputuskan dengan suara

Audit atas laporan keuangan pemerintah harus diselesaikan selambat- lambatnya dua bulan setelah laporan keuangan tersebut diterima oleh BPK dari pemerintah Presiden

Masjid ini diresmikan oleh Presiden Gaston Doumergue pada tanggal 15 Juli 1926Pada bulan September 1976, pemerintah mengeluarkan surat edaran melalui Sekretariat Negara Pekerja

- Kemudian setelah muncul halamannya, pilih anggaran yang akan diisi. indikatornya dengan cara memilih isian combobox yang ada di