• Tidak ada hasil yang ditemukan

SIKAP KONSUMEN JAMU TRADISIONAL PADA PASAR TRADISIONAL DI KABUPATEN SUKOHARJO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "SIKAP KONSUMEN JAMU TRADISIONAL PADA PASAR TRADISIONAL DI KABUPATEN SUKOHARJO"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

SIKAP KONSUMEN JAMU TRADISIONAL PADA

PASAR TRADISIONAL DI KABUPATEN

SUKOHARJO

Skripsi

Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian

di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis

Oleh :

YUANI NOVITASARI

H 0306105

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

commit to user

ii

HALAMAN PENGESAHAN

SIKAP KONSUMEN JAMU TRADISIONAL PADA PASAR

TRADISIONAL DI KABUPATEN SUKOHARJO

Yang dipersiapkan dan disusun oleh:

Yuani Novitasari

H 0306105

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

Pada tanggal:

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat.

Susunan Dewan Penguji

Ketua

Erlyna Wida Riptanti, SP. MP. NIP. 19780708 200312 2 002

Anggota I

Umi Barokah, SP. MP. .

NIP. 19730129 200604 2 001

Anggota II

Ir. Sugiharti Mulya H., MP. NIP. 19650626 199003 2 001

Surakarta, 2012

Mengetahui,

Universitas Sebelas Maret

Fakultas Pertanian

Dekan

Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, M.S.

(3)

commit to user

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat, karunia, hidayah, serta kemudahan-Nya sehingga Penulis

dapat melaksanakan penelitian dan menyelesaikan penulisan skripsi ini. Skripsi

yang berjudul Sikap Konsumen Jamu Tradisional Pada Pasar Tradisional Di

Kabupaten Sukoharjo ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna

memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Univesitas Sebelas

Maret Surakarta. Pelaksanaan penelitian serta penyusunan skripsi ini dapat

terlaksana dengan lancar berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh

karena itu, Penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, M.S. selaku Dekan Fakultas

Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Ibu Dr. Ir. Sri Marwanti selaku Ketua Jurusan Program Studi Sosial Ekonomi

Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya Handayani, MP selaku Ketua Komisi Sarjana

Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas

Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta serta Dosen Penguji Tamu

yang telah memberikan saran, kritik dan masukan dalam penyusunan skripsi

ini.

4. Ibu Erlyna Wida Riptanti, SP., MP selaku Pembimbing Akademik dan Dosen

Pembimbing Utama yang selalu memberikan bimbingan, pengarahan, nasehat

dan petunjuk selama proses belajar dan penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Umi Barokah, SP., MP selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang

dengan sabar selalu memberikan bimbingan, pengarahan dan masukan dalam

penyusunan skripsi sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

6. Seluruh Dosen Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta yang

telah memberikan ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis.

7. Kantor Bappeda Kabupaten Sukoharjo, Kepala Badan Pusat Statistik

(4)

commit to user

iv

Pasar Kepuh; dan Pasar Bekonang yang telah memberi izin Penulis

melakukan penelitian.

8. Pedagang jamu tradisional di pasar tradisional tempat penelitian serta

Bapak/Ibu, saudara dan saudari yang membeli jamu tradisional dan berkenan

menjadi responden dalam penelitian ini.

9. Orangtuaku Bapak Sugino dan Ibu Kasinem, kakak-kakakku tercinta Mbak

Yanti-Mas Bedu, Mbak Mami-Mas Sar, Mas Ari-Mbak Asih, Kakak

pady-Mbak Kini, pady-Mbak Ami, Mas Muji, Mas Santo dan adekku tersayang Febrian

Arif serta keponakan-keponakanku yang lucu ekha, sani, ayu, melan, bagus

dan hanif terima kasih atas segala dukungan, semangat, nasehat dan doa yang

tiada pernah putus, serta cinta dan kasih sayang yang diberikan, sehingga

Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

10.Sahabat-sahabatku tersayang, Eska, Luthfia, Putri Wulandari, Dwi Putri, pury,

ani, atik, rani terima kasih atas support, saran dan kritik serta semua bantuan

yang telah diberikan pada Penulis. Semoga persahabatan ini terjaga utuh

selamanya.

11.Teman-teman kos cengkir gading putri, Mbak Yeni. Mbak Ria, Mbak Pur,

Mbak Ita, Mbak galuh, Mbak Mila, Emoy, Kiki, Sinta, Jojo, Tanti, Wulan,

Titik terimakasih atas dukungan dan semangat yang diberikan pada penulis

serta terimakasih atas kebersamaan kita di kos tercinta selama ini.

12.Seluruh keluarga besar Agrobisnis 2006 yang tidak dapat penulis sebutkan

satu persatu. Terima kasih atas support dan kebersamaan yang telah kita lalui

selama kuliah, ini merupakan kenangan terindah dan tidak akan pernah

terlupakan.

13.HIMASETA FP UNS, seluruh pengurus dan anggota periode 2007-2008 dan

periode 2008-2009, khususnya bidang Kebendaharaan, yang telah

memberikan kesempatan penulis untuk berkembang dan mendapat

pengalaman yang luar biasa dalam berorganisasi.

14.Semua pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu, terimakasih atas

(5)

commit to user

v

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih

banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini

sangat diharapkan. Akhirnya, Penulis berharap semoga skripsi ini dapat

memberikan manfaat bagi semua pihak.

(6)

commit to user

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah ... 16

D. Hipotesis ... 19

E. Asumsi-asumsi ... 19

F. Pembatasan Masalah... 19

G. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 19

III.METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian ... 22

B. Metode Penentuan Lokasi ... 22

C. Metode Pengambilan Sampel ... ... 24

D. Jenis Dan Sumber Data ... .... 27

E. Teknik Pengumpulan Data ... 28

F. Metode Analisis Data ... 28

IV.KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis ... 31

B. Keadaan Penduduk ... 32

1. Pertumbuhan Penduduk ... 32

2. Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin ... 33

(7)

commit to user

vii

4. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ... 35

5. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian ... 36

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden... 38

B. Perilaku Beli Konsumen... 45

C. Analisis Tingkat Kepentingan Konsumen dan Ideal Konsumen

Terhadap Masing-Masing Atribut Jamu Tradisional ... 56

D. Analisis Kualitas Ideal dan Kepercayaan Konsumen Terhadap

jamu Tradisional ... 70

E. Analisis Sikap Konsumen Terhadap Jamu Tradisional ... 78

VI.KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 83

B. Saran ... 83

DAFTAR PUSTAKA

(8)

commit to user

viii

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 1. Nama Pasar dan Jumlah Pedagang Jamu Tradisional di

Pasar Tradisional di Kabupaten Sukoharjo ... 23

Tabel 2. Pembagian Responden Berdasarkan Presentase

Penjualan Jamu Tradisional pada Pasar Tradisional di kabupaten Sukoharjo...

25

Tabel 3. Pembagian Jumlah Responden Jamu Tradisional Pada

Pasar Tradisional di kabupaten Sukoharjo ………. 26

Tabel 4. Banyak Hari Hujan dan Curah Hujan Menurut Bulan Di

Kabupaten Sukoharjo Tahun 2009 ... 32

Tabel 5. Jumlah Penduduk Kabupaten Sukoharjo Tahun

2005-2009... 33

Tabel 6. Jumlah Penduduk Menurut jenis Kelamin di Kabupaten

Sukoharjo Tahun 2009... 33

Tabel 7. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis

Kelamin Tahun 2009... 35

Tabel 8. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di

Kabupaten Sukoharjo Tahun 2009 ... 36

Tabel 9. Jumlah Penduduk Menurut Lapangan Usaha Utama di

Kabupaten Sukoharjo Tahun 2009 ... 37

Tabel 10. Karakteristik Konsumen Jamu Tradisional menurut jenis

Kelamin ... 38

Tabel 11. Karakteristik Konsumen Jamu Tradisional Berdasarkan

kelompok Umur ... 39

Tabel 12. Karakteristik Konsumen Jamu Tradisional Berdasarkan

Tingkat Pendidikan ... 41

Tabel 13. Karakteristik Konsumen Jamu Tradisional Berdasarkan

Jenis Pekerjaan... 42

Tabel 14. Karakteristik Konsumen Jamu Tradisional Berdasarkan

Jenis Pendapatan Rumah Tangga Konsumen (dalam 1 bulan)………

43

Tabel 15. Karakteristik Konsumen Jamu Tradisional Berdasarkan

Jumlah Anggota Keluarga ... 44

Tabel 16. Jenis jamu Tradisional Pada Pasar Tradisional Di

(9)

commit to user

ix

Tabel 17. Kemasan Jamu Tradisional Pada Pasar Tadisional Di

Kabupaten Sukoharjo...

48

Tabel 18. Harga Jamu Tradisional Pada Pasar Tradisional Di

Kabupaten Sukoharjo...

49

Tabel 19. Alasan Pembelian Jamu Tradisional... 51

Tabel 20. Dampak Yang Konsumen Rasakan Ketika Tidak

Mengkonsumsi Jamu Tradisional ... 52

Tabel 21. Alasan Pembelian Jamu Tradisional Pada Pasar

Tradisional Di Kabupaten Sukoharjo ... 54

Tabel 22. Waktu Pembelian Jamu Tradisional Pada Pasar

Tradisional Di Kabupaten Sukoharjo ... 55

Tabel 23. Tingkat Kepentingan Konsumen Terhadap Atribut Jamu

Tradisional... 57

Tabel 24. Performansi Ideal dan Kepercayaan Konsumen terhadap

Atribut Kemasan Jamu Tradisional.……… 61

Tabel 25. Performansi Ideal dan Kepercayaan Konsumen terhadap

Atribut Kepraktisan Jamu Tradisionaal... 62

Tabel 26. Performansi Ideal dan Kepercayaan Konsumen terhadap

Atribut Khasiat Jamu Tradisional... 63

Tabel 27. Performansi Ideal dan Kepercayaan Konsumen terhadap

Atribut Informasi Pemakaian Jamu Tradisional……….. 65

Tabel 28. Performansi Ideal dan Kepercayaan Konsumen terhadap

Atribut Batas Waktu Penggunaan Jamu Tradisional ... 66

Tabel 29. Performansi Ideal dan Kepercayaan Konsumen terhadap

Atribut Komposisi Jamu Tradisional... 67

Tabel 30. Performansi Ideal dan Kepercayaan Konsumen terhadap

Atribut Keamanan Produk Jamu Tradisional... 69

Tabel 31. Kualitas Ideal Konsumen Terhadap Jamu Tradisional

Serbuk instan... 70

Tabel 32. Kualitas Ideal Konsumen Terhadap Jamu Tradisional

Rebusan... 73

Tabel 33. Kepercayaan Konsumen Terhadap Atribut Pada Jamu

Tradisional... 76

Tabel 34. Sikap Konsumen Terhadap Jamu Tradisional Serbuk

instan... 79

(10)

commit to user

x

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Sikap Konsumen

(11)

commit to user

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul

1. Karakteristik Responden Jamu Tradisional

3. Tingkat Kepentingan Konsumen Terhadap Atribut Jamu

Tradisional

4. Performansi Ideal Jamu Tradisional

5. Kepercayaan Konsumen Terhadap Atribut Jamu

Tradisional

6. Foto Jamu Tradisional

7. Peta Kabupaten Sukoharjo

8. Kuisioner

(12)

commit to user

xii RINGKASAN

Yuani Novitasari, H0306105. 2012. Sikap Konsumen Jamu Tradisional

Pada Pasar Tradisional Di Kabupaten Sukodarjo. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta, atas bimbingan Erlyna Wida Riptanti, SP., MP dan Umi Barokah, SP., MP.

Jamu tradisonal dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu jamu tradisional serbuk instan dan jamu tradisional rebusan. Kebiasaan masyarakat Indonesia mengkonsumsi jamu tradisonal telah ada sejak lama. Jamu tradisional biasanya dikonsumsi sebagai minuman kesehatan ataupun untuk pengobatan suatu penyakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui atribut jamu tradisional yang memenuhi sifat ideal serta sikap konsumen pasar tradisional di Kabupaten Sukoharjo terhadap berbagai atribut jamu tradisional. Produk jamu tradisional yang diteliti adalah produk jamu tradisional serbuk instan dan rebusan.

Metode dasar penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis. Teknik pelaksanaan penelitian menggunakan metode survei. Lokasi penelitian dipilih

secara sengaja (purposive) yaitu pada Kabupaten Sukoharjo dengan mengambil 5 pasar

tradisional. Penentuan sampel dilakukan dengan metode judgement sampling,

dengan jumlah responden 96 yang terdiri dari 77 responden jamu serbuk instan

dan 19 responden jamu tradisional rebusan. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer dianalisis menggunakan Analisis Model Sikap

Angka Ideal (The Ideal-Point Model). Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas

responden jamu tradisional serbuk instan dan rebusan berjenis kelamin perempuan, pada kelompok umur 50-54 tahun, tingkat pendidikan adalah SD (Sekolah Dasar), jenis pekerjaan sebagai wiraswasta, tingkat pendapatan mayoritas adalah >Rp1.250.000,00, jumlah anggota keluarga pada masing-masing jamu tradisional adalah 4-5 orang.

Berdasarkan analisis tingkat kepentingan atribut produk jamu tradisional serbuk instan dan rebusan, atribut yang dipertimbangkan dalam melakukan

pembelian adalah keamanan produk, batas waktu penggunaan, komposisi jamu,

khasiat, informasi pemakaian, kemasan dan kepraktisan. Berdasarkan analisis

(13)

commit to user

xiii SUMMARY

Yuani Novitasari. H0306105. 2012. Consumers Attitude toward

Traditional Herbs at Traditional Market in Sukoharjo Regency. Agriculture Faculty of Sebelas Maret University, under guidance of Erlyna Wida Riptanti, SP., MP. and Umi Barokah, SP., MP.

Traditional herbs are arranged into 2 kinds, they are powder instant and boiling traditional herb. The habit of consuming traditional herbs is existence for a long time ago. Traditional herbs sometimes used as healthy drinks or to curing some disease. These research aims are to knowing traditional herbs attribute which fulfill ideal characteristic also its consumer attitude toward various attribute of traditional herbs at Sukoharjo Regency. This research was focused on powder and boiling traditional herb products.

The research basic method is used descriptive analytic method. While to implementation technique was choose by purposive at Sukoharjo Regency with taking 5 markets as targets. The sample was determined by judgment sampling method. There are 96 respondents are chosen, consist of 77 respondents are consumer of powder traditional herbs and 19 respondents are consumer of boiling traditional herbs. The data which used in this research are primary and secondary data. The primary data was analyzed using ideal point model. The result showed that majority respondents whose consume both powder and boiling traditional herbs are women at level age amount 50-54 years, with elementary education level, their jobs are entrepreneur at income level more than Rp 1.250.000,00 and their total family number amount 4-5 people.

(14)

commit to user

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang kaya akan jenis tanaman yang

berkhasiat obat. Hal ini merupakan salah satu faktor pendukung

dikembangkannya industri jamu tradisional di Indonesia, karena bahan-bahan

untuk membuat jamu tradisional telah tersedia di negara Indonesia. Jika

bahan-bahan tersebut mampu dikelola dengan baik menjadi jamu tradisional

yang bermanfaat bagi kesehatan manusia, maka industri jamu tradisional

negara ini akan berkembang menjadi lebih baik dan dapat meningkatkan

produksi jamu tradisional tersebut. Selain itu diharapkan nama jamu

tradisional akan lebih terangkat di mata masyarakat, sehingga jamu tradisional

yang merupakan jamu ramuan asli Indonesia ini diminati dan dikonsumsi oleh

semua kalangan masyarakat Indonesia.

Obat bahan alam merupakan obat yang menggunakan bahan baku

berasal dari alam atau biasa disebut dengan jamu. Menurut Suharmiati dan

Handayani (2006), jamu tradisional adalah obat tradisional yang berisi seluruh

bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut. Pada umumnya, jamu

tradisional ini dibuat dengan mengacu pada resep peninggalan leluhur. Satu

jenis jamu disusun dari berbagai tanaman obat yang jumlahnya antara 5-10

macam. Jamu tidak perlu pembuktian ilmiah sampai uji klinis, tetapi cukup

dengan bukti empiris dan memenuhi persyaratan keamanan dan standar mutu.

Ada beberapa bentuk formula jamu yang siap pakai. Bentuk bubuk atau

powder merupakan bentuk yang paling umum. Namun adanya perkembangan

teknologi membuat bentuk jamu menjadi bermacam-macam, antara lain dalam

bentuk pil, kapsul, kaplet, maupun cair. Belum dapat dipastikan sejak kapan

tradisi meracik dan meminum jamu muncul. Tetapi diyakini tradisi ini telah

berjalan ratusan bahkan ribuan tahun. Tradisi meracik dan meminum jamu

sudah membudaya pada periode kerajaan Hindu-Jawa. Hal ini dibuktikan

dengan adanya Prasasti Madhawapura dari jaman Majapahit yang menyebut

adanya profesi tukang meracik jamu yang disebut Acaraki (Anonim, 2007).

(15)

commit to user

Kebiasaan masyarakat Indonesia mengkonsumsi jamu tradisional telah

ada sejak lama. Selama ini masyarakat yang mengkonsumsi jamu tradisional

hanya masyarakat yang tinggal dipedesaan saja, sebab masyarakat pada

umumnya beranggapan bahwa mengkonsumsi jamu tradisional adalah cara

kuno. Namun dewasa ini, dengan kesadaran back to nature atau kembali ke

alam, nampaknya penggunaan jamu tradisional yang berbahan baku dari alam

perlu dipertimbangkan dibandingkan dengan obat modern yang berbahan baku

kimia. Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat untuk hidup sehat

dengan cara mengkonsumsi obat alami tanpa bahan kimia maka semakin

meningkat pula jumlah masyarakat yang mengkonsumsi jamu tradisional guna

menjaga kesehatan ataupun mengobati penyakit. Dengan peningkatan jumlah

konsumen jamu tradisional maka meningkat juga jumlah industri jamu

tradisional yang memproduksi jamu tradisional, khususnya di Kabupaten

Sukoharjo.

Menurut Dinas Perindustrian Dan Perdagangan Kabupaten Sukoharjo

Tahun 2010 di Kabupaten Sukoharjo terdapat 67 unit usaha industri kecil jamu

tradisional. Selain itu di Kabupaten Sukoharjo juga terdapat Koperasi Jamu

Indonesia (KOJAI). Organisasi ini mulai dirintis tahun 1977, dimana KOJAI

saat itu masih bergabung dalam wadah Gabungan Perusahaan Jamu Indonesia

(GPJI). Pada tanggal 30 Juli 1995, organisasi tersebut resmi berbadan hukum

dengan nama organisasi Koperasi Jamu Indonesia (KOJAI) yang diketuai oleh

Ibu Suwarsi Moertedjo hingga sekarang.

Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua KOJAI Kabupaten

Sukoharjo Ibu Suwarsi Moertedjo, KOJAI Sukoharjo saat ini mempunyai 120

anggota yang terdiri dari 70 produsen jamu dan 50 penjual jamu gendong yang

berasal dari penduduk asli Kabupaten Sukoharjo. KOJAI mempunyai kegiatan

utama menghimpun pengrajin jamu, melakukan pembimbingan, serta

pengarahan bagaimana membuat jamu yang sehat, aman, dan baik. Selain

melakukan pembinaan, KOJAI memberikan fasilitas kepada para anggotanya

(16)

commit to user

IKOT (Industri Kecil Obat Tradisional), maupun pendaftaran izin edar produk

obat tradisional secara kolektif.

Jenis jamu tradisional di Kabupaten Sukoharjo antara lain jamu serbuk

instan, jamu rebusan dan jamu cair. Jamu serbuk instan adalah jenis jamu

serbuk yang telah dikemas sesuai resep dan kegunaannya. Jamu rebusan

merupakan jenis jamu tradisional yang berupa simplisia kering. Sedangkan

jamu cair yaitu jenis jamu tradisional yang berupa cair dan siap untuk

dikonsumsi langsung. Jamu cair biasanya dijual dengan cara dikelilingkan

mendatangi rumah-rumah warga dan biasanya disebut jamu gendong. Sebutan

jamu gendong diberikan karena penjual menjual jamunya dengan cara

digendong. Namun sekarang penjual jamu gendong sudah banyak yang

menggunakan sepeda atau motor.

Salah satu tempat konsumen untuk melakukan pembelian jamu

tradisional adalah pada pasar tradisional. Jamu tradisional yang dijual pada

pasar tradisional di Kabupaten Sukoharjo pada umumnya adalah jamu serbuk

instan dan jamu rebusan, jamu cair biasanya dijual secara berkeliling. Jamu

serbuk instan dan jamu rebusan yang dijual oleh pedagang di pasar tradisional

Kabupaten Sukoharjo terdiri dari berbagai merek baik yang dibuat oleh

produsen jamu tradisional di Kabupaten Sukoharjo maupun buatan

pabrik-pabrik besar seperti Air Mancur dan Sido Muncul. Jamu serbuk instan

biasanya dikemas dalam kemasan primer berupa kantong kertas kecil ataupun

plastik kecil (sachet), kemudian dipak dalam kemasan sekunder berupa plastik

bening ataupun dalam bok karton, satu pak terdiri dari 5-10 sachet. Untuk

jamu rebusan biasanya dikemas dalam kemasan primer berupa plastik bening

ataupun mika, kemasan ini terdiri dari berbagai ramuan simplisia kering yang

telah disesuaikan dengan resep dan kegunaannya. Pedagang jamu tradisional

yang ada di pasar tradisional Kabupaten Sukoharjo ada yang memproduksi

jamu sendiri dan ada yang hanya menjual jamu saja tanpa memproduksinya.

Sikap konsumen terhadap permintaan jamu tradisional pada pasar

tradisional di Kabupaten Sukoharjo dipengaruhi oleh adanya selera dan

(17)

commit to user

mengenai perilaku konsumen khususnya mengenai sikap konsumen tentu

menjadi hal yang penting untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Menurut

Sumarwan (2003), konsumen memiliki keinginan akan suatu produk sesuai

dengan pengetahuan yang dimilikinya sehingga diharapkan produk tersebut

dapat memberikan manfaat bagi konsumen. Jika produk yang dikonsumsi

sesuai dengan apa yang diinginkan konsumen dan bermanfaat bagi konsumen

maka konsumen akan melakukan pembelian sehingga dapat memberikan

keuntungan bagi produsen. Dalam pemasarannya produsen jamu tradisional

perlu untuk memahami sikap konsumen yang erat kaitannya dengan konsep

kepercayaan dan perilaku. Hal inilah yang mendorong peneliti mengadakan

suatu penelitian mengenai sikap konsumen jamu tradisional pada pasar

tradisional di Kabupaten Sukoharjo.

B. Perumusan Masalah

Jamu tradisional telah dipasarkan diberbagai tempat, seperti pasar

swalayan, pasar tradisional, outlet jamu dan dikelilingkan oleh pedagangnya

dengan ditawarkan langsung pada konsumen. Para pengusaha jamu tradisional

di Kabupaten Sukoharjo menjual jamu produksinya pada pasar tradisional.

Semakin banyaknya industri jamu tradisional yang ada akan menumbuhkan

persaingan antar industri dalam pemasaran jamu tradisional, sehingga produk

jamunya laku di pasaran. Jamu tradisional yang telah dipasarkan di pasar

tradisional memiliki berbagai variasi jenis dan kemasan. Maka dari itu seorang

pengusaha atau pemasar jamu tradisional perlu menetapkan strategi pemasaran

yang tepat dengan memberikan kepuasan kepada konsumennya sehingga perlu

untuk memahami sikap konsumen terhadap jamu tradisional.

Sikap konsumen terhadap produk jamu tradisional merupakan salah satu

faktor penting yang akan mempengaruhi konsumen dalam pengambilan

keputusan pembelian jamu tradisional pada pasar tradisional di Kabupaten

Sukoharjo. Konsep sikap terkait dengan adanya konsep kepercayaan dan

perilaku. Sikap konsumen biasanya akan mengarah dalam pembentukan

perilaku. Perilaku konsumen sangat terkait dengan atribut produk jamu

(18)

commit to user

pembelian produk jamu tradisional pada pasar tradisional di Kabupaten

Sukoharjo.

Konsumen yang akan membeli jamu tradisional akan

mempertimbangkan hal-hal yang melekat pada produk jamu tradisional,

misalnya kemasan, kepraktisan, khasiat, informasi pemakaian, batas waktu

penggunaan, komposisi jamu dan keamanan produk. Kemasan menjadi

pertimbangan konsumen dalam pembelian jamu tradisional, karena biasanya

konsumen akan lebih tertarik melihat produk yang memiliki kemasan yang

meyakinkan dan menarik. Kepraktisan dipertimbangkan, karena konsumen

akan lebih memilih produk yang cara konsumsinya lebih praktis, dalam hal ini

jamu serbuk instan lebih praktis dalam mengkonsumsinya bila dibandingkan

dengan jamu jenis rebusan. Khasiat menjadi pertimbangan konsumen, karena

konsumen akan memilih jamu yang lebih berkhasiat sehingga konsumen dapat

merasakan maanfaat dari jamu yang dikonsumsi. Informasi pemakaian

menjadi pertimbangan, karena konsumen jamu akan sangat membutuhkan

informasi pemakaian untuk mengkonsumsinya. Batas waktu pemakaian

menjadi pertimbangan konsumen, biasanya konsumen akan melihat terlebih

dahulu batas waktu pemakaian jamu, bila jamu telah habis batas waktu

pemakaiannya maka jamu tersebut sudah tidak layak untuk dikonsumsi.

Komposisi jamu menjadi pertimbangan konsumen, karena konsumen akan

memilih jamu yang mempunyai komposisi atau bahan-bahan sesuai dengan

apa yang dibutuhan konsumen. Keamanan produk dipertimbangkan

konsumen, karena setiap konsumen pasti akan memilih produk yang aman

untuk dikonsumsinya dan tidak menimbulkan bahaya pada dirinya jika dia

mengkonsumsinya. Dari penjelasan tersebut maka atribut-atribut produk jamu

tradisional yang dipertimbangkan konsumen dalam membeli jamu tradisional

yang akan diteliti adalah kemasan, kepraktisan, khasiat, informasi pemakaian,

batas waktu penggunaan, komposisi jamu dan keamanan produk.

Jika jamu tradisional pada pasar tradisional di Kabupaten Sukoharjo

memiliki atribut-atribut tersebut diatas maka jamu tradisional di Kabupaten

(19)

commit to user

tradisional telah sesuai dengan keinginan konsumen pasar tradisional di

Kabupaten Sukoharjo. Selain itu sikap konsumen terhadap jamu tradisional di

Kabupaten Sukoharjo adalah baik, yaitu konsumen di Kabupaten Sukoharjo

memberikan tanggapan yang baik terhadap produk jamu tradisional pada pasar

tradisional di Kabupaten Sukoharjo.

Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang dapat dirumuskan antara

lain sebagai berikut :

1. Apakah atribut jamu tradisional sudah memenuhi sifat ideal yang

diinginkan oleh konsumen pasar tradisional di Kabupaten Sukoharjo?

2. Bagaimana sikap konsumen pasar tradisional di Kabupaten Sukoharjo

terhadap berbagai atribut jamu tradisional?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini antara lain sebagai berikut :

1. Mengetahui apakah atribut jamu tradisional sudah memenuhi sifat ideal

bagi konsumen pasar tradisional di Kabupaten Sukoharjo.

2. Mengetahui bagaimana sikap konsumen pasar tradisional di Kabupaten

Sukoharjo terhadap berbagai atribut jamu tradisional.

D. Kegunaan Penelitian

1. Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan

pengetahuan serta sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

2. Bagi produsen dan pemasar jamu tradisional, penelitian ini diharapkan

bermanfaat untuk memberikan wawasan dan pertimbangan mengenai

sikap konsuman yang berpengaruh terhadap perilaku konsumen dalam

keputusan pembelian sehingga dapat dijadikan dasar untuk menyusun

strategi pemasaran.

3. Bagi pihak lain (akademisi dan peminat masalah pemasaran), penelitian ini

dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi penelitian sejenis maupun

(20)

commit to user

II. LANDASAN TEORI

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian Putricia (2002) mengenai Analisis Positioning Produk Jamu

Kesehatan Merek Bukti Mentjos pada Industri Jamu Tradisional Bukti

Mentjos, Jakarta Pusat menggunakan analisis metode citra dan biplot, yang

menilai atribut terhadap produk jamu tradisional yang terdiri dari lima merek

yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan positioning produk jamu

kesehatan merek bukti mentjos lebih unggul dibandingkan dengan merek

kesehatan merek pesaing dilihat dari atribut rasa pahit yang pas, aroma yang

wangi dan kesegaran, khasiat yang cukup tinggi dan kangdungan yang

lengkap dan tercantum nomor DepKes yang jelas. Sedangkan positioning

jamu kesehatan Sido Muncul dilihat dari atribut merek terkenal, kemasan yang

menarik, harga yang murah, tanggal kadaluwarsa yang lama, informasi

pemakaian yang jelas. Positioning jamu kesehatan merek Nyonya Meneer

dilihat unggul pada mutu kualitas yang terjamin, produk yang higinis, label

yang lebih informatif, nomor DepKes tercantum jelas, kandungan zat yang

lengkap dan khasiat yang tinggi. Positioning jamu kesehatan Darmi dan Air

Mancur dilihat dari atribut tidak dekat dengan atribut manapun karena produk

tersebut kurang mendapat perhatian dari responden.

Penelitian Febiyanti (2006) mengenai Sikap dan Minat Konsumen Pasar

Tradisional Terhadap Produk Teh di Surakarta, menggunakan analisis model

sikap angka ideal, menunjukkan analisis tingkat kepentingan atribut produk

teh, yang diprioritaskan konsumen adalah rasa, harga, kemasan, dan

kepraktisan produk. Rasa teh produk teh seduh sudah ideal dengan keinginan

konsumen, sedangkan atribut lain mendekati ideal. Produk teh celup dan teh

serbuk, yang paling mendekati ideal adalah atribut kepraktisan produk. Sikap

konsumen terhadap produk teh seduh dan teh celup sangat baik, sedangkan

untuk produk teh serbuk adalah baik. Ketiga produk, yang mendekati ideal

adalah produk teh seduh. Sifat ideal produk teh seduh adalah mudah

dikonsumsi, rasa teh kuat, kemasan tidak dipentingkan, dan harga murah. Sifat

(21)

commit to user

ideal teh celup adalah mudah dikonsumsi, rasa teh sangat kuat, kemasan tidak

dipentingkan, dan harga murah. Sifat ideal produk teh serbuk adalah mudah

dikonsumsi, rasa teh sangat kuat, kemasan menarik, dan harga sangat murah.

Penelitian Pramandya (2010) mengenai Sikap dan Minat Konsumen

Pasar Tradisional Terhadap Produk The di Surakarta, menggunakan analisis

sikap angka ideal yang menunjukkan analisis tingkat kepentingan atribut

produk teh teh celup, teh seduh dan teh siap saji yang dipertimbangkan oleh

konsumen dalam melakukan pembelian adalahatribut rasa, keamanan produk,

manfaat kesehatan, kepraktisan, kemasan, volume dan harga. Konsumen

memberikan nilai kepercayaan tertinggi terhadap atribut kepraktisan dan

volume pada teh celup, sedangkan atribut kemanan dan volume pada teh

seduh dan untuk teh siap saji nilai kepercayaan tertinggi terdapat pada atribut

volume. Hasil penelitian juga menunjukan sikap dan minat konsumen

terhadap poduk teh celup dan teh siap saji adalah baik, sedangkan sikap dan

minat konsumen tehadap teh seduh adalah sangat baik.

Berdasarkan penelitian Putricia dapat diketahui bahwa penelitian yang

dilaksanakan sama yaitu penelitian mengenai jamu tradisional dan

mengidentifikasi atribut-atribut yang ada pada produk jamu tradisional

tersebut. Walaupun menggunakan analisis yang berbeda tetapi penelitian

Putricia dapat dijadikan penelitian terdahulu karena sama-sama meneliti

produk jamu tradisional. Berdasarkan penelitian Febiyanti dan Pramandya

dapat diketahui bahwa penelitian yang dilaksanakan adalah sama yaitu tentang

sikap konsumen terhadap suatu produk dengan menggunakan analisis model

sikap angka ideal yang menunjukkan analisis tingkat kepentingan atribut

konsumen mempunyai kepercayaan terhadap atribut pada suatu produk.

Atribut merupakan pertimbangan konsumen dalam melakukan pembelian

suatu produk. Dalam penelitian sikap konsumen jamu tradisional pada pasar

tradisional di Kabupaten Sukoharjo ini juga menggunakan analisis model

sikap angka ideal, dengan tingkat kepentingan atribut yang dipertimbangkan

(22)

commit to user

kemasan, kepraktisan, khasiat, informasi pemakaian, batas waktu penggunaan,

komposisi jamu dan keamanan produk.

B. Tinjauan Pustaka

1. Jamu Tradisional

Jamu tradisional adalah obat tradisional yang berisi seluruh bahan

tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut. Pada umumnya, obat

tradisional ini dibuat dengan mengacu pada resep peninggalan leluhur.

Satu jenis jamu disusun dari berbagai tanaman obat yang jumlahnya antara

5-10 macam. Jamu tidak perlu pembuktian ilmiah sampai uji klinis, tetapi

cukup dengan bukti empiris dan memenuhi persyaratan keamanan dan

standar mutu (Suharmiati dan Handayani, 2006).

Obat tradisional adalah obat yang dibuat dari bahan atau paduan

bahan-bahan yang diperoleh dari tanaman, hewan atau mineral yang belum

berupa zat murni. Obat tradisional meliputi simplisia, jamu gendong,jamu

berbungkus dan obat kelompok fitoterapi. Penggunaan obat tradisional

sebaiknya yang memenuhi criteria prevalensi tinggi, insiden tinggi,

tersebar pada area luas, fasilitas kesehatan yang rendah dan mudah dikenal

oleh masyarakat. Penyakit yang memenuhi kriteria tersebut antara lain

adalah demam, sakit gigi,sakit kepala, batuk, diare, obstipasi, mual,

penyakit kulit, cacingan dan anemia (Soeselo, 1992).

Secara umum produk jamu dapat berupa jamu cair, jamu rebusan

berupa sirnplisia kering dan jamu serbuk baik dari ekstraksi kasar maupun

yang sudah mengalami pemurnian. Produk jamu cair pada umumnya

berupa minuman fungsional berdasarkan pengetahuan tentang hubungan

antara makanan-minuman atau komponen makanan-minuman dan

kesehatan diharapkan mempunyai manfaat tertentu. Produk jamu rebusan

merupakan produk jamu yang dalam penyajiannya harus direbus terlebih

dahulu. Proses pengolahan produk ini hanya dilakukan dengan

pengeringan sehingga produk yang dihasilkan berupa simplisia kering.

(23)

commit to user

yang dapat diseduh dengan air untuk diminum

(Kusnandar dan Marimin, 2003).

2. Pemasaran

Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial dimana individu dan

kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan

menciptakan, menawarkan dan menukarkan produk yang bernilai satu

sama lain. Tugas pemasaran dalam pasar pelanggan secara formal

dilakukan oleh manajer pemasaran, tenaga penjual, manajer iklan dan

promosi, periset pemasaran, manajer pelayanan pelanggan, manajer

produk dan merek, manajer pasar dan industri, dan direktur pemesaran.

Masing-masing pekerjaan tersebut memiliki tugas dan tanggung jawab

yang jelas (Kotler dan Susanto, 2000).

Pemasaran adalah suatu seni mengidentifikasi dan memahami

kebutuhan atau keinginan pelanggan serta menciptakan pemecahan yang

mengarah pada pemberian kepuasan kepada pelanggan atau konsumen,

dan memberikan keuntungan pada produsen. Pemasar berkewajiban untuk

memahami konsumen, mengetahui apa yang dibutuhkannya, apa

seleranya, dan bagaimana konsumen mengambil keputusan sehingga

pemasar dapat memproduksi barang dan jasa yang sesuai dengan

kebutuhan konsumen. Pemahaman yang mendalam mengenai konsumen

akan meningkatkan pasar dan dapat mempengaruhi keputusan konsumen

dalam membeli apapun yang ditawarkan pemasar (Sumarwan, 2003).

Konsep pemasaran adalah sebuah falsafah bisnis yang menyatakan

bahwa pemuasan kebutuhan konsumen merupakan syarat ekonomi dan

sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan. Terdapat tiga unsur pokok

dalam konsep pemasaran yaitu:

a. Orientasi pada konsumen

b. Penyusunan kegiatan pemasaran secara integral

c. Kepuasan konsumen

(24)

commit to user

3. Atribut Produk

Atribut produk merupakan karakteristik atau fitur yang mungkin

dimiliki oleh suatu objek. Atribut produk dibedakan menjadi dua yaitu

atribut intrinsik dan atribut ekstrisik. Atribut intrinsik yaitu segala sesuatu

yang berhubungan dengan sifat produk dan atribut ekstrinsik yaitu segala

sesuatu yang diperoleh dari aspek eksternal produk seperti nama merk,

label, dan kemasan (Mowen dan Minor, 2002).

Atribut produk meliputi dimensi-dimensi yang terkait dengan produk

atau merek, seperti daya tahan, kehandalan, gaya, reputasi dan lain-lain.

Selain dimensi-dimensi produk juga menyangkut apa saja yang

dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan untuk membeli atau

memperhatikan produk, seperti harga, kerersediaan produk, merek, harga

jual kembali, ketersediaan suku cadang, harga suku cadang, layanan

setelah penjualan dan seterusnya ( Simamora, 2004).

Kemampuan konsumen berbeda-beda dalam menyebutkan

karakteristik atau atribut dari produk-produk tersebut. Hal ini disebabkan

konsumen memiliki pengetahuan yang berbeda mengenai suatu produk,

sehingga para pemasar perlu memahami apa yang diketahui oleh

konsumen, atribut apa saja yang dikenal dari suatu produk, atribut mana

yang dianggap paling penting oleh konsumen. Pengetahuan mengenai

atribut tersebut akan mempengaruhi pengambilan keputusan konsumen.

Pengetahuan yang lebih banyak mengenai atribut suatu produk akan

memudahkan konsumen untuk memilih produk yang akan dibelinya

(Sumarwan, 2003).

4. Sikap Konsumen

Menurut Sumarwan (2003), sikap (attitudes) konsumen adalah faktor

penting yang akan mempengaruhi keputusan konsumen. Konsep sikap

sangat terkait dengan konsep kepercayaan (belief) dan perilaku

(behaviour). Sikap merupakan ungkapan perasaan konsumen tentang suatu

objek apakah disukai atau tidak, dan sikap juga menggambarkan

(25)

commit to user

tersebut. Kepercayaan, sikap, dan perilaku juga terkait dengan konsep

atribut produk (product attribute). Kepercayaan konsumen atau

pengetahuan konsumen menyangkut kepercayaan bahwa suatu produk

memiliki berbagai atribut, dan manfaat dari berbagai atribut tersebut.

Terdapat beberapa pengertian sikap yang disampaikan oleh para ahli.

Intinya sikap adalah perasaan dari konsumen (positif dan negatif) dari

suatu objek setelah dia mengevaluasi objek tersebut. Semakin banyak

objek yang dievaluasi akan semakin banyak sikap yang terbentuk. Sikap

memiliki beberapa fungsi, yaitu fungsi penyesuaian, ego defensive,

ekspresi nilai, dan pengetahuan. Untuk lebih memahami sikap perlu

dipahami beberapa karakteristik sikap, diantaranya memiliki objek,

konsisten, intensitas dan dapat dipelajari. Sikap yang terbentuk biasanya

didapatkan dari pengetahuan yang berbentuk pengalaman pribadi. Sikap

juga dapat terbentuk berdasarkan informasi yang diterima dari orang lain,

yang memiliki pengaruh. Kelompok juga menjadi sumber pembentukan

sikap yang cukup berpengaruh (Sofa, 2008).

Menurut Simamora (2004) terdapat tiga komponen sikap, yaitu :

a. Komponen Kognitif (cognitive component)

Komponen ini terdiri dari kepercayaan konsumen dan pengetahuan

tentang obyek. Kepercayaan tentang atribut suatu produk biasanya

dievaluasi secara alami. Semakin positif kepercayaan terhadap suatu

merk dan semakin positif setiap kepercayaan, maka akan semakin

mendukung keseluruhan komponen kognitif, yang pada akhirnya akan

mendukung keseluruhan dari sikap itu.

b. Komponen Afektif (affective component)

Perasaan dan reaksi emosional kepada suatu obyek merupakan

komponen afektif sikap. Misalnya, seorang konsumen menyukai

produk A. Hal tersebut merupakan hasil emosi atau evaluasi afektif

terhadap suatu produk. Evaluasi ini terbentuk tanpa informasi kognitif

atau kepercayaan tentang produk tersebut. Atau merupakan hasil

(26)

commit to user

c. Komponen Perilaku (behavioral component)

Komponen ini adalah respon dari seseorang terhadap obyek atau

aktivitas. Seperti keputusan untuk membeli atau tidak suatu produk

akan memperlihatkan komponen perilakunya.

Model-model sikap yang berkembang akan mempunyai relevansi

bagi para pemasar jika model itu mampu memprediksi perilaku konsumen.

Dengan kata lain, sejauh mana sikap konsumen mampu dijadikan dasar

untuk memprediksi perilakunya. Pengukuran sikap yang tepat seharusnya

didasarkan pada tindakan pembelian atau penggunaan merek produk

bukan pada merek itu sendiri. Tindakan pembelian dan mengkonsumsi

produk pada akhirnya akan menentukan tingkat kepuasan konsumen

(Setiadi, 2003).

5. Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen (consumen behavior) merupakan disiplin ilmu

yang masih baru dan menyatakan bahwa proses pertukaran melibatkan

serangkaian langkah-langkah, dimulai dengan tahap perolehan akuisisi

(acquisition phase), lalu ke tahap konsumsi (consumption phase), dan

pembuangan barang, jasa, pengalaman serta ide. Pada saat menginvestigasi

tahap perolehan, para peneliti menganalisis faktor-faktor yang

mempengaruhi pilihan produk dan jasa. Tahap konsumsi, para peneliti

menganalisis bagaimana para konsumen sebenarnya menggunakan produk

atau jasa dan pengalaman yang dilalui mereka saat menggunakannya.

Tahap disposisi mengacu pada apa yang dilakukan oleh seorang konsumen

ketika mereka selesai menggunakannya (Mowen dan Minor, 2002).

Perilaku konsumen adalah proses yang dilalui oleh seseorang atau

organisasi dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan

membuang produk atau jasa setelah dikonsumsi untuk memenuhi

kebutuhannya. Perilaku konsumen akan diperlihatkan dalam beberapa

(27)

commit to user

Pada tahap sebelum pembelian konsumen akan melakukan pencarian

informasi yang terkait produk dan jasa. Pada tahap pembelian, konsumen

akan melakukan pembelian produk, dan pada tahap setelah pembelian,

konsumen melakukan konsumsi (penggunaan produk), evaluasi kinerja

produk, dan akhirnya membuang produk setelah digunakan (Sofa, 2008).

Menurut Simamora (2004), terdapat beberapa kesimpulan dari

definisi perilaku konsumen, yaitu:

1. Perilaku konsumen menyoroti perilaku individu dan rumah tangga.

2. Perilaku konsumen menyangkut suatu proses keputusan sebelum

pembelian serta tindakan dalam memperoleh, memakai,

mengkonsumsi dan menghabiskan produk.

3. Mengetahui perilaku konsumen meliputi perilaku yang dapat diamati

seperti jumlah yang dibelanjakan, kapan, dengan siapa, oleh siapa, dan

bagaimana barang yang sudah dibeli dikonsumsi. Juga termasuk

variabel-variabel yang tidak dapat diamati seperti nilai-nilai yang

dimiliki konsumen, kebutuhan pribadi, persepsi, bagaimana mereka

mengevaluasi alternatif, dan apa yang mereka rasakan tentang

kepemilikan dan penggunaan produk yang bermacam-macam.

Model-model sikap menunjukkan bahwa sikap mempengaruhi

perilaku. Namun sering kali terjadi perilaku mempengaruhi sikap sehingga

menjadi sikap berikutnya, yang mungkin lebih kuat atau lebih lemah dari

sikap sebelumnya, atau bahkan menjadi berlawanan. Ada tiga situasi yang

mungkin menyebabkan perilaku mempengaruhi sikap, yaitu: disonansi

kognitif, pembelajaran pasif dan diskonfirmasi harapan. Ketiga situasi

tersebut dapat mengurangi peran penting sikap dalam menjelaskan

perilaku konsumen. Teori-teori itu menunjukkan bahwa perubahan sikap

bukanlah kondisi yang diperlukan bagi perubahan dalam perilaku

pembelian (Ni Wayan, 2010).

6. Point Ideal

Model sikap yang sering digunakan untuk menganalisis sikap

(28)

commit to user

(the ideal-poin model). Pada prinsipnya, model angka ideal ini

memberikan informasi mengenai evaluasi konsumen terhadap apa yang

dirasakan (yang sesungguhnya) oleh konsumen dan apa yang sesuai

dengan keinginan konsumen (yang ideal). Model ini mengukur gap

(perbedaan) antara apa yang ideal dengan apa yang sesungguhnya

dirasakan oleh konsumen. Model angka ideal digambarkan sebagai

berikut:

Ab =

å

= n

i 1

Wi │ Ii - Xi │

Di mana :

Ab = sikap keseluruhan terhadap kepentingan yang diberikan responden

terhadap atribut i

Wi = tingkat kepentingan yang diberikan responden terhadap atribut i

Ii = performansi ideal konsumen terhadap atribut i

Xi = kepercayaan konsumen terhadap atribut i

n = jumlah atribut yang dievaluasi oleh konsumen

(Sumarwan, 2003).

Menurut Simamora (2004) mengemukakan bahwa pemahaman

model poin ideal diawali oleh pemikiran bahwa setiap orang memiliki

produk atau merek ideal bagi dirinya. Ditinjau dari sikap, semakin dekat

ke poin ideal, sebuah produk atau merek semakin baik posisinya. sikap

konsumen juga bisa diukur melalui jarak antara posisi produk atau merek

dengan posisi ideal di benak konsumen. Posisi tersebut diukur dengan cara

mengkualifikasikan kepercayaan konsumen mengenai prestasi produk

pada atribut dan tingkat kepentingan atribut tersebut bagi konsumen.

7. Pasar Tradisional

Pasar merupakan sarana jual beli berbagai komoditas. Sesuai dengan

perkembangannya terdapat pasar tradisional dan pasar modern. Pasar

tradisional biasanya menampung banyak penjual, dilaksanakan dengan

manajemen tanpa perangkat teknologi modern dan mereka lebih mewakili

(29)

kampung-commit to user

kampung, kota-kota kecil maupun kota-kota besar dengan masa operasi

rata-rata dari subuh sampai siang atau sore hari serta ada sebagian yang

beroperasi malam hari (Anonim, 2006).

Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli

serta ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung

dan biasanya ada proses tawar-menawar, bangunan biasanya terdiri dari

kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual

maupun suatu pengelola pasar. Kebanyakan menjual kebutuhan sehari-hari

seperti bahan-bahan makanan berupa ikan, buah, sayur-sayuran, telur,

daging, kain, pakaian barang elektronik, jasa dan lain-lain. Selain itu, ada

pula yang menjual kue-kue dan barang-barang lainnya. Pasar seperti ini

masih banyak ditemukan di Indonesia, dan umumnya terletak dekat

kawasan perumahan agar memudahkan pembeli untuk mencapai pasar

(Anonim, 2010).

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah

Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia disamping

pangan, pemukiman, dan pendidikan karena hanya dalam keadaan sehat

manusia dapat hidup, tumbuh dan berkarya lebih baik, oleh sebab itu

kesehatan merupakan salah satu prioritas ekonomi yang utama. Peningkatan

kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan menyebabkan adanya

peningkatan konsumsi obat-obatan dari bahan alami. Pemenuhan obat-obatan

alami yang aman bagi kesehatan salah satunya dengan mengkonsumsi jamu

tradisional. Jamu tradisional merupakan hasil ramuan tumbuh-tumbuhan asli

dari alam yang tidak menggunakan bahan kimia sebagai aditif. Harga jamu

tradisioanal lebih murah bila dibandingkan dengan obat-obatan modern yang

menggunakan bahan kimia.

Konsumen memiliki keinginan akan suatu produk sesuai dengan

pengetahuan yang dimilikinya, sehingga jika produk yang dikonsumsi sesuai

dengan apa yang diinginkan konsumen maka konsumen akan melakukan

pembelian terhadap produk tersebut. Jamu tradisional yang dijual diharapkan

(30)

commit to user

melakukan pembelian jamu tradisional tersebut. Sebelum melakukan

pembelian, konsumen akan mempertimbangkan atribut-atribut yang terdapat

pada produk jamu tradisional. Atribut yang diteliti meliputi kemasan,

kepraktisan, khasiat, informasi pemakaian, batas waktu penggunaan,

komposisi jamu dan keamanan produk. Sikap konsumen tersebut dipengaruhi

oleh pengetahuan, pendidikan dan pendapatan yang dimilikinya. Semakin

tinggi pendidikan maka semakin luas pengetahuan dan wawasan yang

dimiliki.

Seorang produsen dapat menjadikan sikap konsumen sebagai acuan

untuk menyediakan dan memberikan kualitas maupun mutu suatu produk yang

dikehendaki oleh konsumen. Hal ini disebabkan karena permintaan jamu

tradisional salah satunya dapat dipengaruhi adanya sikap konsumen dan

kepercayaan, sedangkan kepercayaan konsumen dapat dinilai dari adanya

sikap konsumen terhadap suatu produk. Sikap dan kepercayaan dapat

membentuk sebuah perilaku konsumen. Dengan mengetahui sikap konsumen,

maka produsen dapat menyediakan produk sesuai dengan apa yang diinginkan

konsumen.

Menurut Sumarwan (2003), konsumen memiliki poin ideal pada setiap

produk. Ditinjau dari sikap, semakin dekat atribut produk ke poin ideal, maka

semakin baik posisinya. Sikap konsumen dapat diketahui dengan analisis

model sikap angka ideal (The Ideal-Point Model). Model angka ideal

memberikan informasi mengenai evaluasi konsumen terhadap apa yang

dirasakan oleh konsumen dan apa yang diinginkan (ideal) dibenak konsumen.

Model ini mengukur gap (perbedaan) antara apa yang ideal dengan apa yang

sesungguhnya dirasakan konsumen. Semakin kecil gap maka perbedaan antara

apa yang diharapkan (yang ideal) dengan yang sesungguhnya semakin dekat,

dengan kata lain produk tersebut semakin disukai konsumen.

Analisis model sikap angka ideal dapat dirumuskan sebagai berikut :

Ab =

å

= n

i 1

(31)

commit to user

Di mana :

Ab = sikap keseluruhan terhadap kepentingan yang diberikan responden

terhadap jamu tradisional

Wi = tingkat kepentingan yang diberikan responden terhadap jamu tradisional

Ii = performansi ideal konsumen terhadap jamu tradisional

Xi = kepercayaan konsumen terhadap jamu tradisional

n = jumlah atribut yang dievaluasi oleh konsumen

Kerangka teori pendekatan masalah dalam penelitian ini dapat dilihat

pada Gambar 1 berikut ini:

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Sikap Konsumen Terhadap Jamu Tradisional.

Pasar Tradisional

Atribut Jamu Tradisional: 1. Kemasan

2. Kepraktisan 3. Khasiat

4. Informasi Pemakaian 5. Batas Waktu Penggunaan 6. Komposisi Jamu

7. Keamanan Produk

Sikap Konsumen Kepercayaan

Konsumen Jamu Tradisional Jamu Tradisional

Evaluasi

(32)

commit to user

D. Hipotesis

1. Atribut jamu tradisional pada pasar tradisional di Kabupaten Sukoharjo

sudah memenuhi sifat ideal sesuai dengan keinginan konsumen.

2. Sikap konsumen terhadap jamu tradisional pada pasar tradisional di

Kabupaten Sukoharjo adalah baik.

E. Asumsi-asumsi

Responden merupakan pengambil keputusan dalam pembelian yang mewakili

rumah tangga.

F. Pembatasan Masalah

1. Jamu tradisional yang diteliti adalah jamu tradisional yang dijual di pasar

tradisional Kabupaten Sukoharjo yang berupa jamu serbuk instan dan jamu

rebusan. Jamu tradisional yang berupa jamu cair atau sering disebut jamu

gendong tidak diteliti, karena jamu ini dijual oleh pedagangnya dengan

cara dikelilingkan dan tidak menetap pada pasar tradisional, sehingga tidak

ada data pedagang jamu cair atau jamu gendong di pasar tradisional

Kabupaten Sukoharjo.

2. Atribut jamu tradisional yang diteliti adalah kemasan, kepraktisan, khasiat,

informasi pemakaian, batas waktu penggunaan, komposisi jamu dan

keamanan produk.

3. Penelitian ini terbatas pada konsumen yang membeli jamu tradisional di

pasar tradisional Kabupaten Sukoharjo untuk di konsumsi sendiri dan tidak

dijual kembali.

4. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2010 hingga Februari

2011.

5. Harga yang berlaku adalah harga pada saat penelitian.

G. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel

1. Jamu tradisional adalah obat tradisional yang berisi seluruh bahan tanaman

yang menjadi penyusun jamu tersebut. Pada umumnya, obat tradisional ini

dibuat dengan mengacu pada resep peninggalan leluhur. Satu jenis jamu

(33)

commit to user

Jenis jamu tradisional yang akan diteliti yaitu jamu serbuk instan dan jamu

rebusan.

2. Konsumen jamu tradisional adalah seseorang yang membeli jamu

tradisional yang mewakili rumah tangga di pasar tradisional di Kabupaten

Sukoharjo untuk dikonsumsi sendiri dan tidak dijual kembali.

3. Sikap konsumen merupakan ungkapan perasaan konsumen tentang suatu

obyek apakah disukai atau tidak, dan sikap juga bisa menggambarkan

kepercayaan konsumen terhadap berbagai atribut dan manfaat dari obyek

tersebut.

4. Perilaku konsumen adalah semua kegiatan, tindakan, serta proses

psikologi yang mendorong tindakan tersebut pada saat sebelum membeli,

menggunakan, menghabiskan produk dan jasa setelah melakukan kegiatan

mengevaluasi.

5. Point ideal merupakan suatu model analisis yang pada prinsipnya

memberikan informasi mengenai evaluasi konsumen terhadap apa yang

dirasakan (yang sesungguhnya) oleh konsumen dan apa yang diingginkan

(yang ideal) oleh konsumen.

6. Jamu serbuk instan adalah salah satu jenis jamu tradisional berupa bubuk

yang cara mengkonsumsinya dengan diseduh air panas terlebih dahulu.

7. Jamu rebusan adalah salah satu jenis jamu tradisional berupa bahan-bahan

jamu kering yang cara mengkonsumsinya dengan direbus terlebih dahulu.

8. Atribut jamu tradisional adalah karakteristik atau ciri yang melekat pada

produk jamu tradisional yang berfungsi sebagai kriteria penilaian dalam

pengambilan keputusan. Dalam penelitian atribut yang diteliti adalah

kemasan, kepraktisan, khasiat, informasi pemakaian, batas waktu

penggunaan, komposisi jamu dan keamanan produk.

9. Kemasan adalah tampilan luar yang membungkus jamu tradisional

sehingga lebih menarik dan terjaga kebersihannya.

10.Kepraktisan adalah kemudahan dalam mengkonsumsi jamu tradisional.

11.Khasiat adalah maanfat jamu tradisional yang akan dirasakan oleh

(34)

commit to user

12.Informasi pemakaian adalah anjuran tertulis dalam mengkonsumsi jamu

tradisional yang tertera pada kemasan jamu, yang meliputi cara pemakaian

dan takaran konsumsi jamu.

13.Batas waktu penggunaan adalah waktu yang telah ditentukan untuk

pemakaian atau mengkonsumsi jamu tradisional.

14.Komposisi jamu adalah bahan-bahan penyusun jamu tradisional.

15.Keamanan produk adalah jaminan bahwa jamu tradisional tersebut

merupakan jamu yang terbuat dari bahan-bahan alami dan aman untuk

dikonsumsi, serta telah mendapatkan izin dari DEPKES ataupun BP POM.

16.Sikap konsumen terhadap suatu produk (Ab) adalah penilaian kognitif baik

maupun tidak baik sebagai tanggapan dari jamu tradisional yang diperoleh

dan pengalaman atau informasi yang didapatkan.

17.Tingkat kepentingan atribut (Wi) adalah evaluasi yang dilakukan

konsumen terhadap kepentingan suatu atribut, yaitu dengan menyatakan

pilihan skala yang menggambar sama sekali tidak penting (1) sampai

kategori sangat penting (5).

18.Performansi ideal atribut ke I (Ii) adalah keinginan performansi konsumen

dari atribut yang dievaluasi.

19.Kepercayaan terhadap atribut ke i (Xi) adalah penilaian aktual suatu

atribut produk seperti yang dirasakan konsumen.

20.Pasar tradisional adalah tempat berkumpulnya penjual dan pembeli serta

ditandai dengan adanya transaksi secara langsung dan biasanya ada proses

tawar-menawar.

21.Sifat ideal yaitu sifat produk jamu tradisional yang sesuai dengan

(35)

commit to user

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Dasar Penelitian

Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

analitis. Metode deskriptif analitis yaitu memusatkan diri pada pemecahan

masalah-masalah yang ada pada masa sekarang, masalah-masalah yang aktual

dan data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dilakukan analisis kemudian

dijelaskan (Surakhmad, 1998).

Teknik pelaksanaan dari penelitian ini menggunakan metode survey,

yaitu penelitian yang mengambil sample dari suatu populasi dengan

menggunakan kuesioner sebagai alat bantu untuk mengumpulkan data

(Singarimbun dan Effendi, 1995).

B. Metode Penentuan Lokasi

Metode Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja

(purposive), yaitu penentuan daerah penelitian berdasarkan

pertimbangan-pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan penelitian

(Singarimbun dan Effendi, 1995). Penelitian ini dilaksanakan di pasar

tradisional di Kabupaten Sukoharjo. Hal ini dikarenakan pada pasar

tradisional di Kabupaten Sukoharjo terdapat pedagang yang menjual jamu

tradisional. Menurut data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten

Sukoharjo Tahun 2008, Kabupaten Sukoharjo memiliki 26 pasar tradisional

dengan 6 pasar tradisional yang terdapat pedagang jamu tradisional, untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1. berikut ini:

(36)

commit to user

Tabel 1. Nama Pasar dan Jumlah Pedagang Jamu Tradisional di Pasar Tradisional Di Kabupaten Sukoharjo

No Nama Pasar Jumlah Pedagang Jamu Tradisional

1 Pasar Tawangsari -

2 Pasar Ngalian -

3 Pasar Bulu -

4 Pasar Lengking -

5 Pasar Tawangkuno -

6 Pasar Watukelir -

7 Pasar Purwo -

8 Pasar Sukoharjo 34

9 Pasar Carikan -

10 Pasar Nguter 109

11 Pasar Kepuh 2

12 Pasar Grogol -

13 Pasar Telukan -

14 Pasar Cuplik -

15 Pasar Kedunggudel -

16 Pasar Kartasura -

17 Pasar Sraten -

18 Pasar Gawok 17

19 Pasar Baki -

20 Pasar Bekonang 8

21 Pasar Plumbon -

22 Pasar Mulur -

23 Pasar Glondongan 3

24 Pasar Glondongan Baru -

25 Pasar Sedayu -

26 Pasar Mojolaban -

Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sukoharjo, 2008

Berdasarkan Tabel 1 maka lokasi penelitian yang terpilih sebagai

tempat penelitian adalah 6 pasar. Namun setelah dilakukan survey pada lokasi

penelitian di Pasar Gawok ternyata tidak terdapat pedagang jamu tradisional,

maka dari itu hanya 5 pasar yang di tetapkan sebagai lokasi penelitian yaitu:

Pasar Sukoharjo dengan jumlah pedagang jamu tradisional 34 pedagang,

(37)

commit to user

Pasar Bekonang sebanyak 8 pedagang dan Pasar Glondongan sebanyak 3

pedagang.

C. Metode Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah metode judgement sampling atau disebut juga sebagai sampel

bertujuan (purposive sampling). Metode judgement sampling adalah teknik

penentuan sampel berdasarkan apa yang dipertimbangkan bahwa unit atau

unsur penarikan sampel tersebut akan dapat membantu dalam menjawab

pertanyaan riset yang sedang dikerjakan (Kinnear dan Taylor, 1995). Dalam

penelitian ini sampel yang digunakan adalah konsumen yang membeli jamu

tradisional di pasar-pasar tradisional yang telah ditentukan.

Menurut Djarwanto dan Pangestu (1994), pengambilan sampel

menggunakan probabilitas sebesar 95%, dikarenakan besarnya populasi tidak

diketahui. Apabila dalam penentuan jumlah sampel ketika besar populasi

tidak diketahui, maka dilakukan dengan pendugaan proporsi menggunakan

sampel dengan keyakinan (1-α) dan besarnya error tidak melebihi suatu harga

tertentu maka rumus (E) dapat digunakan untuk menentukan besarnya sampel

yang harus diambil, dapat dirumuskan sebagai berikut :

(

)

N P P

E = 1,96 1

Dimana : E = error

P = proporsi populasi

N = jumlah sampel

Karena besarnya populasi tidak diketahui, maka P (1-P) juga tidak

diketahui, tetapi karena P selalu berada diantara 0 dan 1, maka besarnya

populasi maksimal adalah :

f (P) = P – P2

df (P) = 1-2P

dP

0 = 1-2P

(38)

commit to user

P = 0,5

Harga maksimal dari f(P) adalah P (1-P) = 0,5 (0,5) = 0,25

Jadi besarnya sampel jika digunakan probabilitas 95% dan kesalahan

yang terjadi adalah 0,1 adalah :

2

N = 96,04 dibulatkan menjadi 96 sampel

Berdasarkan perhitungan dari rumus di atas, sampel yang akan diambil

adalah sebanyak 96 responden yang tersebar di lokasi pasar tradisional di

Kabupaten Sukoharjo yang telah ditentukan. Dari 96 responden tersebut

dibagi menjadi dua menurut jenis jamu tradisional yang akan diteliti yaitu

jamu serbuk instan dan jamu rebusan. Berdasarkan keterangan dari pedagang

jamu tradisional di pasar tradisional Kabupaten Sukoharjo, setiap pedagang

jamu tradisional menjual jamu jenis serbuk instan maupun rebusan, namun

jumlah jamu serbuk instan lebih banyak daripada jamu rebusan. Biasanya

para pedagang jamu tradisional menjual jamu dengan perbandingan 8 : 2 atau

dengan presentase 80% untuk jamu serbuk instan dan 20% untuk jamu

rebusan. Untuk lebih jelasnya pembagian responden jamu tradisional menurut

presentase penjualan jamu pada pasar tradisional di Kabupaten sukoharjo

dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 2. Pembagian Responden Berdasarkan Presentase Penjualan Jamu Tradisional pada Pasar Tradisional di Kabupaten Sukoharjo.

Jenis jamu Presentase Jumlah Responden

Serbuk Instan

Sumber: Hasil Pengolahan Data dari Informasi Pedagang Jamu Tradisional pada Pasar Tradisional di Kabupaten Sukoharjo.

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa, total responden

sebanyak 96 akan terbagi menjadi dua menurut presentase penjualan jamu

tradisional oleh pedagang pada pasar tradisional di Kabupaten Sukoharjo,

responden jamu serbuk instan sebanyak 80% dari total responden yaitu 77

responden dan untuk responden jamu rebusan sebanyak 20% dari total

(39)

commit to user

Pembagian responden jamu tradisional jenis serbuk instan maupun

rebusan pada pasar tradisional di Kabupaten Sukoharjo adalah menurut

jumlah pedagang jamu tradisional yang terdapat di lima pasar tradisional

yang telah ditentukan secara proporsional. Pembagian responden untuk

masing-masing pasar tradisional tersebut dapat dihitung dengan rumus

sebagai berikut:

Responden jamu serbuk instan =

( )

77

Responden jamu rebusan =

( )

19

Dengan rumus diatas maka pembagian responden jamu tradisional menurut

jumlah pedagang jamu pada pasar tradisional di Kabupaten Sukoharjo dapat

dilihat pada Tabel 3 berikut ini:

Tabel 3. Pembagian Jumlah Responden Pada Pasar Tradisional Kabupaten Sukoharjo.

No Nama Pasar Jumlah Pedagang Jamu Tradisional

Tabel 3 menunjukkan jumlah responden jamu tradisional untuk

masing-masing pasar tradisional di kabupaten Sukoharjo adalah sebagai berikut:

untuk Pasar Sukoharjo diambil 21 responden yang terdiri dari 17 responden

jamu serbuk instan dan 4 responden jamu rebusan; Pasar Nguter sebanyak 66

responden yang terdiri dari 53 responden jamu serbuk instan dan 13

(40)

commit to user

Bekonang sebanyak 5 responden yang terdiri dari 4 responden jamu serbuk

instan dan 1 responden jamu rebusan, dan Pasar Glondongan sebanyak 3 yang

terdiri dari 2 responden jamu serbuk instan 1 responden jamu rebusan.

D. Jenis Dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Data primer

Data primer adalah data yang langsung dan segera diperoleh dari

sumber data oleh peneliti. Data primer dalam penelitian ini diperoleh

langsung dari responden maupun pihak-pihak yang terkait dalam

penelitian ini melalui wawancara langsung dengan menggunakan daftar

pertanyaan (kuisioner) yang telah dipersiapkan serta dengan cara

melakukan observasi/pengamatan langsung di daerah penelitian. Data

primer pada penelitian ini meliputi informasi mengenai jamu tradisional

dan jenis-jenis jamu tradisional di Kabupaten Sukoharjo, informasi

tentang KOJAI Kabupaten Sukoharjo, data karakteristik responden,

prilaku pembelian jamu tradisional, dan sikap konsumen terhadap produk

jamu tradisional.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang telah terlebih dahulu dikumpulkan

dan dilaporkan oleh orang di luar peneliti serta berupa data penelitian yang

diperoleh dengan mencatat laporan atau dokumen dari instansi-instansi

yang berkaitan dengan penelitian. Data-data tersebut diperoleh dari Dinas

Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sukoharjo dan Badan Pusat

Statistik Kabupaten Sukoharjo. Data sekunder dalam penelitian ini

meliputi data industri kecil dan industri skala rumah tangga, data pasar

tradisional dan jumlah pedagang di pasar tradisional Kabupaten Sukoharjo,

kondisi umum Kabupaten Sukoharjo yang berupa keadaan alam

Gambar

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Sikap Konsumen
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Sikap Konsumen Terhadap Jamu Tradisional. commit to user
Tabel 1. Nama Pasar dan Jumlah Pedagang Jamu Tradisional di Pasar Tradisional Di Kabupaten Sukoharjo
Tabel 2. Pembagian Responden Berdasarkan Presentase Penjualan Jamu Tradisional pada Pasar Tradisional di Kabupaten Sukoharjo
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sumber: Structural Integrity and Life[6] Dari gambar 3 diketahui bahwa kekuatan impact tertinggi dari hasil pengelasan dengan gas pelindung ArCO 2 pada kuat arus 100A dan

Sugiyono (2015: 297) metode penelitian dan pengembangan adalah metode yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk

Pada hasil penelitian dari 92 siswi bahwa tipe pola asuh orang tua yang paling banyak dipersepsikan oleh responden adalah demokratis 64,1% yang sebagian besar 71,2% memiliki

Adapun rancangan dalam program ini terdiri dari beberapa tahapan yaitu (1) melakukan assessment komunitas, tujuan dari dilakukannya assessment ini adalah untuk menentukan

Alasan penggunaan metode kualitatif karena peneliti berusaha mengkaji perilaku aparatur pemerintah dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) pada Biro Pembangunan

Adapun perbedaan penulisan Hardian dengan penelitian penulis yaitu, Hardian lebih memfokuskan penelitiannya pada konflik kepentingan yang melibatkan banyak pihak secara

Buku panduan ini menjelaskan kebijakan dan mekanisme pengelolaan kegiatan Produk Teknologi yang Didiseminasikan ke Masyarakat (PTDM) bagi Lembaga Litbang (PT, LPNK dan LPK

Aplikasi zat pengatur tumbuh (ZPT) memperlihatkan hasil yang nyata dan tertinggi untuk perlakuan ZPT konsentrasi 2 ppm pada jumlah umbi, bobot umbi pertanaman, bobot