commit to user
SIKAP KONSUMEN JAMU TRADISIONAL PADA
PASAR TRADISIONAL DI KABUPATEN
SUKOHARJO
Skripsi
Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian
di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis
Oleh :
YUANI NOVITASARI
H 0306105
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user
ii
HALAMAN PENGESAHAN
SIKAP KONSUMEN JAMU TRADISIONAL PADA PASAR
TRADISIONAL DI KABUPATEN SUKOHARJO
Yang dipersiapkan dan disusun oleh:
Yuani Novitasari
H 0306105
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Pada tanggal:
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat.
Susunan Dewan Penguji
Ketua
Erlyna Wida Riptanti, SP. MP. NIP. 19780708 200312 2 002
Anggota I
Umi Barokah, SP. MP. .
NIP. 19730129 200604 2 001
Anggota II
Ir. Sugiharti Mulya H., MP. NIP. 19650626 199003 2 001
Surakarta, 2012
Mengetahui,
Universitas Sebelas Maret
Fakultas Pertanian
Dekan
Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, M.S.
commit to user
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, karunia, hidayah, serta kemudahan-Nya sehingga Penulis
dapat melaksanakan penelitian dan menyelesaikan penulisan skripsi ini. Skripsi
yang berjudul Sikap Konsumen Jamu Tradisional Pada Pasar Tradisional Di
Kabupaten Sukoharjo ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna
memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Univesitas Sebelas
Maret Surakarta. Pelaksanaan penelitian serta penyusunan skripsi ini dapat
terlaksana dengan lancar berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, Penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, M.S. selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Ibu Dr. Ir. Sri Marwanti selaku Ketua Jurusan Program Studi Sosial Ekonomi
Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya Handayani, MP selaku Ketua Komisi Sarjana
Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas
Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta serta Dosen Penguji Tamu
yang telah memberikan saran, kritik dan masukan dalam penyusunan skripsi
ini.
4. Ibu Erlyna Wida Riptanti, SP., MP selaku Pembimbing Akademik dan Dosen
Pembimbing Utama yang selalu memberikan bimbingan, pengarahan, nasehat
dan petunjuk selama proses belajar dan penyusunan skripsi ini.
5. Ibu Umi Barokah, SP., MP selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang
dengan sabar selalu memberikan bimbingan, pengarahan dan masukan dalam
penyusunan skripsi sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.
6. Seluruh Dosen Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta yang
telah memberikan ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis.
7. Kantor Bappeda Kabupaten Sukoharjo, Kepala Badan Pusat Statistik
commit to user
iv
Pasar Kepuh; dan Pasar Bekonang yang telah memberi izin Penulis
melakukan penelitian.
8. Pedagang jamu tradisional di pasar tradisional tempat penelitian serta
Bapak/Ibu, saudara dan saudari yang membeli jamu tradisional dan berkenan
menjadi responden dalam penelitian ini.
9. Orangtuaku Bapak Sugino dan Ibu Kasinem, kakak-kakakku tercinta Mbak
Yanti-Mas Bedu, Mbak Mami-Mas Sar, Mas Ari-Mbak Asih, Kakak
pady-Mbak Kini, pady-Mbak Ami, Mas Muji, Mas Santo dan adekku tersayang Febrian
Arif serta keponakan-keponakanku yang lucu ekha, sani, ayu, melan, bagus
dan hanif terima kasih atas segala dukungan, semangat, nasehat dan doa yang
tiada pernah putus, serta cinta dan kasih sayang yang diberikan, sehingga
Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
10.Sahabat-sahabatku tersayang, Eska, Luthfia, Putri Wulandari, Dwi Putri, pury,
ani, atik, rani terima kasih atas support, saran dan kritik serta semua bantuan
yang telah diberikan pada Penulis. Semoga persahabatan ini terjaga utuh
selamanya.
11.Teman-teman kos cengkir gading putri, Mbak Yeni. Mbak Ria, Mbak Pur,
Mbak Ita, Mbak galuh, Mbak Mila, Emoy, Kiki, Sinta, Jojo, Tanti, Wulan,
Titik terimakasih atas dukungan dan semangat yang diberikan pada penulis
serta terimakasih atas kebersamaan kita di kos tercinta selama ini.
12.Seluruh keluarga besar Agrobisnis 2006 yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu. Terima kasih atas support dan kebersamaan yang telah kita lalui
selama kuliah, ini merupakan kenangan terindah dan tidak akan pernah
terlupakan.
13.HIMASETA FP UNS, seluruh pengurus dan anggota periode 2007-2008 dan
periode 2008-2009, khususnya bidang Kebendaharaan, yang telah
memberikan kesempatan penulis untuk berkembang dan mendapat
pengalaman yang luar biasa dalam berorganisasi.
14.Semua pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu, terimakasih atas
commit to user
v
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini
sangat diharapkan. Akhirnya, Penulis berharap semoga skripsi ini dapat
memberikan manfaat bagi semua pihak.
commit to user
C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah ... 16
D. Hipotesis ... 19
E. Asumsi-asumsi ... 19
F. Pembatasan Masalah... 19
G. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 19
III.METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian ... 22
B. Metode Penentuan Lokasi ... 22
C. Metode Pengambilan Sampel ... ... 24
D. Jenis Dan Sumber Data ... .... 27
E. Teknik Pengumpulan Data ... 28
F. Metode Analisis Data ... 28
IV.KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis ... 31
B. Keadaan Penduduk ... 32
1. Pertumbuhan Penduduk ... 32
2. Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin ... 33
commit to user
vii
4. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ... 35
5. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian ... 36
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden... 38
B. Perilaku Beli Konsumen... 45
C. Analisis Tingkat Kepentingan Konsumen dan Ideal Konsumen
Terhadap Masing-Masing Atribut Jamu Tradisional ... 56
D. Analisis Kualitas Ideal dan Kepercayaan Konsumen Terhadap
jamu Tradisional ... 70
E. Analisis Sikap Konsumen Terhadap Jamu Tradisional ... 78
VI.KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 83
B. Saran ... 83
DAFTAR PUSTAKA
commit to user
viii
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 1. Nama Pasar dan Jumlah Pedagang Jamu Tradisional di
Pasar Tradisional di Kabupaten Sukoharjo ... 23
Tabel 2. Pembagian Responden Berdasarkan Presentase
Penjualan Jamu Tradisional pada Pasar Tradisional di kabupaten Sukoharjo...
25
Tabel 3. Pembagian Jumlah Responden Jamu Tradisional Pada
Pasar Tradisional di kabupaten Sukoharjo ………. 26
Tabel 4. Banyak Hari Hujan dan Curah Hujan Menurut Bulan Di
Kabupaten Sukoharjo Tahun 2009 ... 32
Tabel 5. Jumlah Penduduk Kabupaten Sukoharjo Tahun
2005-2009... 33
Tabel 6. Jumlah Penduduk Menurut jenis Kelamin di Kabupaten
Sukoharjo Tahun 2009... 33
Tabel 7. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis
Kelamin Tahun 2009... 35
Tabel 8. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di
Kabupaten Sukoharjo Tahun 2009 ... 36
Tabel 9. Jumlah Penduduk Menurut Lapangan Usaha Utama di
Kabupaten Sukoharjo Tahun 2009 ... 37
Tabel 10. Karakteristik Konsumen Jamu Tradisional menurut jenis
Kelamin ... 38
Tabel 11. Karakteristik Konsumen Jamu Tradisional Berdasarkan
kelompok Umur ... 39
Tabel 12. Karakteristik Konsumen Jamu Tradisional Berdasarkan
Tingkat Pendidikan ... 41
Tabel 13. Karakteristik Konsumen Jamu Tradisional Berdasarkan
Jenis Pekerjaan... 42
Tabel 14. Karakteristik Konsumen Jamu Tradisional Berdasarkan
Jenis Pendapatan Rumah Tangga Konsumen (dalam 1 bulan)………
43
Tabel 15. Karakteristik Konsumen Jamu Tradisional Berdasarkan
Jumlah Anggota Keluarga ... 44
Tabel 16. Jenis jamu Tradisional Pada Pasar Tradisional Di
commit to user
ix
Tabel 17. Kemasan Jamu Tradisional Pada Pasar Tadisional Di
Kabupaten Sukoharjo...
48
Tabel 18. Harga Jamu Tradisional Pada Pasar Tradisional Di
Kabupaten Sukoharjo...
49
Tabel 19. Alasan Pembelian Jamu Tradisional... 51
Tabel 20. Dampak Yang Konsumen Rasakan Ketika Tidak
Mengkonsumsi Jamu Tradisional ... 52
Tabel 21. Alasan Pembelian Jamu Tradisional Pada Pasar
Tradisional Di Kabupaten Sukoharjo ... 54
Tabel 22. Waktu Pembelian Jamu Tradisional Pada Pasar
Tradisional Di Kabupaten Sukoharjo ... 55
Tabel 23. Tingkat Kepentingan Konsumen Terhadap Atribut Jamu
Tradisional... 57
Tabel 24. Performansi Ideal dan Kepercayaan Konsumen terhadap
Atribut Kemasan Jamu Tradisional.……… 61
Tabel 25. Performansi Ideal dan Kepercayaan Konsumen terhadap
Atribut Kepraktisan Jamu Tradisionaal... 62
Tabel 26. Performansi Ideal dan Kepercayaan Konsumen terhadap
Atribut Khasiat Jamu Tradisional... 63
Tabel 27. Performansi Ideal dan Kepercayaan Konsumen terhadap
Atribut Informasi Pemakaian Jamu Tradisional……….. 65
Tabel 28. Performansi Ideal dan Kepercayaan Konsumen terhadap
Atribut Batas Waktu Penggunaan Jamu Tradisional ... 66
Tabel 29. Performansi Ideal dan Kepercayaan Konsumen terhadap
Atribut Komposisi Jamu Tradisional... 67
Tabel 30. Performansi Ideal dan Kepercayaan Konsumen terhadap
Atribut Keamanan Produk Jamu Tradisional... 69
Tabel 31. Kualitas Ideal Konsumen Terhadap Jamu Tradisional
Serbuk instan... 70
Tabel 32. Kualitas Ideal Konsumen Terhadap Jamu Tradisional
Rebusan... 73
Tabel 33. Kepercayaan Konsumen Terhadap Atribut Pada Jamu
Tradisional... 76
Tabel 34. Sikap Konsumen Terhadap Jamu Tradisional Serbuk
instan... 79
commit to user
x
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Sikap Konsumen
commit to user
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul
1. Karakteristik Responden Jamu Tradisional
3. Tingkat Kepentingan Konsumen Terhadap Atribut Jamu
Tradisional
4. Performansi Ideal Jamu Tradisional
5. Kepercayaan Konsumen Terhadap Atribut Jamu
Tradisional
6. Foto Jamu Tradisional
7. Peta Kabupaten Sukoharjo
8. Kuisioner
commit to user
xii RINGKASAN
Yuani Novitasari, H0306105. 2012. Sikap Konsumen Jamu Tradisional
Pada Pasar Tradisional Di Kabupaten Sukodarjo. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta, atas bimbingan Erlyna Wida Riptanti, SP., MP dan Umi Barokah, SP., MP.
Jamu tradisonal dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu jamu tradisional serbuk instan dan jamu tradisional rebusan. Kebiasaan masyarakat Indonesia mengkonsumsi jamu tradisonal telah ada sejak lama. Jamu tradisional biasanya dikonsumsi sebagai minuman kesehatan ataupun untuk pengobatan suatu penyakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui atribut jamu tradisional yang memenuhi sifat ideal serta sikap konsumen pasar tradisional di Kabupaten Sukoharjo terhadap berbagai atribut jamu tradisional. Produk jamu tradisional yang diteliti adalah produk jamu tradisional serbuk instan dan rebusan.
Metode dasar penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis. Teknik pelaksanaan penelitian menggunakan metode survei. Lokasi penelitian dipilih
secara sengaja (purposive) yaitu pada Kabupaten Sukoharjo dengan mengambil 5 pasar
tradisional. Penentuan sampel dilakukan dengan metode judgement sampling,
dengan jumlah responden 96 yang terdiri dari 77 responden jamu serbuk instan
dan 19 responden jamu tradisional rebusan. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer dianalisis menggunakan Analisis Model Sikap
Angka Ideal (The Ideal-Point Model). Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas
responden jamu tradisional serbuk instan dan rebusan berjenis kelamin perempuan, pada kelompok umur 50-54 tahun, tingkat pendidikan adalah SD (Sekolah Dasar), jenis pekerjaan sebagai wiraswasta, tingkat pendapatan mayoritas adalah >Rp1.250.000,00, jumlah anggota keluarga pada masing-masing jamu tradisional adalah 4-5 orang.
Berdasarkan analisis tingkat kepentingan atribut produk jamu tradisional serbuk instan dan rebusan, atribut yang dipertimbangkan dalam melakukan
pembelian adalah keamanan produk, batas waktu penggunaan, komposisi jamu,
khasiat, informasi pemakaian, kemasan dan kepraktisan. Berdasarkan analisis
commit to user
xiii SUMMARY
Yuani Novitasari. H0306105. 2012. Consumers Attitude toward
Traditional Herbs at Traditional Market in Sukoharjo Regency. Agriculture Faculty of Sebelas Maret University, under guidance of Erlyna Wida Riptanti, SP., MP. and Umi Barokah, SP., MP.
Traditional herbs are arranged into 2 kinds, they are powder instant and boiling traditional herb. The habit of consuming traditional herbs is existence for a long time ago. Traditional herbs sometimes used as healthy drinks or to curing some disease. These research aims are to knowing traditional herbs attribute which fulfill ideal characteristic also its consumer attitude toward various attribute of traditional herbs at Sukoharjo Regency. This research was focused on powder and boiling traditional herb products.
The research basic method is used descriptive analytic method. While to implementation technique was choose by purposive at Sukoharjo Regency with taking 5 markets as targets. The sample was determined by judgment sampling method. There are 96 respondents are chosen, consist of 77 respondents are consumer of powder traditional herbs and 19 respondents are consumer of boiling traditional herbs. The data which used in this research are primary and secondary data. The primary data was analyzed using ideal point model. The result showed that majority respondents whose consume both powder and boiling traditional herbs are women at level age amount 50-54 years, with elementary education level, their jobs are entrepreneur at income level more than Rp 1.250.000,00 and their total family number amount 4-5 people.
commit to user
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang kaya akan jenis tanaman yang
berkhasiat obat. Hal ini merupakan salah satu faktor pendukung
dikembangkannya industri jamu tradisional di Indonesia, karena bahan-bahan
untuk membuat jamu tradisional telah tersedia di negara Indonesia. Jika
bahan-bahan tersebut mampu dikelola dengan baik menjadi jamu tradisional
yang bermanfaat bagi kesehatan manusia, maka industri jamu tradisional
negara ini akan berkembang menjadi lebih baik dan dapat meningkatkan
produksi jamu tradisional tersebut. Selain itu diharapkan nama jamu
tradisional akan lebih terangkat di mata masyarakat, sehingga jamu tradisional
yang merupakan jamu ramuan asli Indonesia ini diminati dan dikonsumsi oleh
semua kalangan masyarakat Indonesia.
Obat bahan alam merupakan obat yang menggunakan bahan baku
berasal dari alam atau biasa disebut dengan jamu. Menurut Suharmiati dan
Handayani (2006), jamu tradisional adalah obat tradisional yang berisi seluruh
bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut. Pada umumnya, jamu
tradisional ini dibuat dengan mengacu pada resep peninggalan leluhur. Satu
jenis jamu disusun dari berbagai tanaman obat yang jumlahnya antara 5-10
macam. Jamu tidak perlu pembuktian ilmiah sampai uji klinis, tetapi cukup
dengan bukti empiris dan memenuhi persyaratan keamanan dan standar mutu.
Ada beberapa bentuk formula jamu yang siap pakai. Bentuk bubuk atau
powder merupakan bentuk yang paling umum. Namun adanya perkembangan
teknologi membuat bentuk jamu menjadi bermacam-macam, antara lain dalam
bentuk pil, kapsul, kaplet, maupun cair. Belum dapat dipastikan sejak kapan
tradisi meracik dan meminum jamu muncul. Tetapi diyakini tradisi ini telah
berjalan ratusan bahkan ribuan tahun. Tradisi meracik dan meminum jamu
sudah membudaya pada periode kerajaan Hindu-Jawa. Hal ini dibuktikan
dengan adanya Prasasti Madhawapura dari jaman Majapahit yang menyebut
adanya profesi tukang meracik jamu yang disebut Acaraki (Anonim, 2007).
commit to user
Kebiasaan masyarakat Indonesia mengkonsumsi jamu tradisional telah
ada sejak lama. Selama ini masyarakat yang mengkonsumsi jamu tradisional
hanya masyarakat yang tinggal dipedesaan saja, sebab masyarakat pada
umumnya beranggapan bahwa mengkonsumsi jamu tradisional adalah cara
kuno. Namun dewasa ini, dengan kesadaran back to nature atau kembali ke
alam, nampaknya penggunaan jamu tradisional yang berbahan baku dari alam
perlu dipertimbangkan dibandingkan dengan obat modern yang berbahan baku
kimia. Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat untuk hidup sehat
dengan cara mengkonsumsi obat alami tanpa bahan kimia maka semakin
meningkat pula jumlah masyarakat yang mengkonsumsi jamu tradisional guna
menjaga kesehatan ataupun mengobati penyakit. Dengan peningkatan jumlah
konsumen jamu tradisional maka meningkat juga jumlah industri jamu
tradisional yang memproduksi jamu tradisional, khususnya di Kabupaten
Sukoharjo.
Menurut Dinas Perindustrian Dan Perdagangan Kabupaten Sukoharjo
Tahun 2010 di Kabupaten Sukoharjo terdapat 67 unit usaha industri kecil jamu
tradisional. Selain itu di Kabupaten Sukoharjo juga terdapat Koperasi Jamu
Indonesia (KOJAI). Organisasi ini mulai dirintis tahun 1977, dimana KOJAI
saat itu masih bergabung dalam wadah Gabungan Perusahaan Jamu Indonesia
(GPJI). Pada tanggal 30 Juli 1995, organisasi tersebut resmi berbadan hukum
dengan nama organisasi Koperasi Jamu Indonesia (KOJAI) yang diketuai oleh
Ibu Suwarsi Moertedjo hingga sekarang.
Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua KOJAI Kabupaten
Sukoharjo Ibu Suwarsi Moertedjo, KOJAI Sukoharjo saat ini mempunyai 120
anggota yang terdiri dari 70 produsen jamu dan 50 penjual jamu gendong yang
berasal dari penduduk asli Kabupaten Sukoharjo. KOJAI mempunyai kegiatan
utama menghimpun pengrajin jamu, melakukan pembimbingan, serta
pengarahan bagaimana membuat jamu yang sehat, aman, dan baik. Selain
melakukan pembinaan, KOJAI memberikan fasilitas kepada para anggotanya
commit to user
IKOT (Industri Kecil Obat Tradisional), maupun pendaftaran izin edar produk
obat tradisional secara kolektif.
Jenis jamu tradisional di Kabupaten Sukoharjo antara lain jamu serbuk
instan, jamu rebusan dan jamu cair. Jamu serbuk instan adalah jenis jamu
serbuk yang telah dikemas sesuai resep dan kegunaannya. Jamu rebusan
merupakan jenis jamu tradisional yang berupa simplisia kering. Sedangkan
jamu cair yaitu jenis jamu tradisional yang berupa cair dan siap untuk
dikonsumsi langsung. Jamu cair biasanya dijual dengan cara dikelilingkan
mendatangi rumah-rumah warga dan biasanya disebut jamu gendong. Sebutan
jamu gendong diberikan karena penjual menjual jamunya dengan cara
digendong. Namun sekarang penjual jamu gendong sudah banyak yang
menggunakan sepeda atau motor.
Salah satu tempat konsumen untuk melakukan pembelian jamu
tradisional adalah pada pasar tradisional. Jamu tradisional yang dijual pada
pasar tradisional di Kabupaten Sukoharjo pada umumnya adalah jamu serbuk
instan dan jamu rebusan, jamu cair biasanya dijual secara berkeliling. Jamu
serbuk instan dan jamu rebusan yang dijual oleh pedagang di pasar tradisional
Kabupaten Sukoharjo terdiri dari berbagai merek baik yang dibuat oleh
produsen jamu tradisional di Kabupaten Sukoharjo maupun buatan
pabrik-pabrik besar seperti Air Mancur dan Sido Muncul. Jamu serbuk instan
biasanya dikemas dalam kemasan primer berupa kantong kertas kecil ataupun
plastik kecil (sachet), kemudian dipak dalam kemasan sekunder berupa plastik
bening ataupun dalam bok karton, satu pak terdiri dari 5-10 sachet. Untuk
jamu rebusan biasanya dikemas dalam kemasan primer berupa plastik bening
ataupun mika, kemasan ini terdiri dari berbagai ramuan simplisia kering yang
telah disesuaikan dengan resep dan kegunaannya. Pedagang jamu tradisional
yang ada di pasar tradisional Kabupaten Sukoharjo ada yang memproduksi
jamu sendiri dan ada yang hanya menjual jamu saja tanpa memproduksinya.
Sikap konsumen terhadap permintaan jamu tradisional pada pasar
tradisional di Kabupaten Sukoharjo dipengaruhi oleh adanya selera dan
commit to user
mengenai perilaku konsumen khususnya mengenai sikap konsumen tentu
menjadi hal yang penting untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Menurut
Sumarwan (2003), konsumen memiliki keinginan akan suatu produk sesuai
dengan pengetahuan yang dimilikinya sehingga diharapkan produk tersebut
dapat memberikan manfaat bagi konsumen. Jika produk yang dikonsumsi
sesuai dengan apa yang diinginkan konsumen dan bermanfaat bagi konsumen
maka konsumen akan melakukan pembelian sehingga dapat memberikan
keuntungan bagi produsen. Dalam pemasarannya produsen jamu tradisional
perlu untuk memahami sikap konsumen yang erat kaitannya dengan konsep
kepercayaan dan perilaku. Hal inilah yang mendorong peneliti mengadakan
suatu penelitian mengenai sikap konsumen jamu tradisional pada pasar
tradisional di Kabupaten Sukoharjo.
B. Perumusan Masalah
Jamu tradisional telah dipasarkan diberbagai tempat, seperti pasar
swalayan, pasar tradisional, outlet jamu dan dikelilingkan oleh pedagangnya
dengan ditawarkan langsung pada konsumen. Para pengusaha jamu tradisional
di Kabupaten Sukoharjo menjual jamu produksinya pada pasar tradisional.
Semakin banyaknya industri jamu tradisional yang ada akan menumbuhkan
persaingan antar industri dalam pemasaran jamu tradisional, sehingga produk
jamunya laku di pasaran. Jamu tradisional yang telah dipasarkan di pasar
tradisional memiliki berbagai variasi jenis dan kemasan. Maka dari itu seorang
pengusaha atau pemasar jamu tradisional perlu menetapkan strategi pemasaran
yang tepat dengan memberikan kepuasan kepada konsumennya sehingga perlu
untuk memahami sikap konsumen terhadap jamu tradisional.
Sikap konsumen terhadap produk jamu tradisional merupakan salah satu
faktor penting yang akan mempengaruhi konsumen dalam pengambilan
keputusan pembelian jamu tradisional pada pasar tradisional di Kabupaten
Sukoharjo. Konsep sikap terkait dengan adanya konsep kepercayaan dan
perilaku. Sikap konsumen biasanya akan mengarah dalam pembentukan
perilaku. Perilaku konsumen sangat terkait dengan atribut produk jamu
commit to user
pembelian produk jamu tradisional pada pasar tradisional di Kabupaten
Sukoharjo.
Konsumen yang akan membeli jamu tradisional akan
mempertimbangkan hal-hal yang melekat pada produk jamu tradisional,
misalnya kemasan, kepraktisan, khasiat, informasi pemakaian, batas waktu
penggunaan, komposisi jamu dan keamanan produk. Kemasan menjadi
pertimbangan konsumen dalam pembelian jamu tradisional, karena biasanya
konsumen akan lebih tertarik melihat produk yang memiliki kemasan yang
meyakinkan dan menarik. Kepraktisan dipertimbangkan, karena konsumen
akan lebih memilih produk yang cara konsumsinya lebih praktis, dalam hal ini
jamu serbuk instan lebih praktis dalam mengkonsumsinya bila dibandingkan
dengan jamu jenis rebusan. Khasiat menjadi pertimbangan konsumen, karena
konsumen akan memilih jamu yang lebih berkhasiat sehingga konsumen dapat
merasakan maanfaat dari jamu yang dikonsumsi. Informasi pemakaian
menjadi pertimbangan, karena konsumen jamu akan sangat membutuhkan
informasi pemakaian untuk mengkonsumsinya. Batas waktu pemakaian
menjadi pertimbangan konsumen, biasanya konsumen akan melihat terlebih
dahulu batas waktu pemakaian jamu, bila jamu telah habis batas waktu
pemakaiannya maka jamu tersebut sudah tidak layak untuk dikonsumsi.
Komposisi jamu menjadi pertimbangan konsumen, karena konsumen akan
memilih jamu yang mempunyai komposisi atau bahan-bahan sesuai dengan
apa yang dibutuhan konsumen. Keamanan produk dipertimbangkan
konsumen, karena setiap konsumen pasti akan memilih produk yang aman
untuk dikonsumsinya dan tidak menimbulkan bahaya pada dirinya jika dia
mengkonsumsinya. Dari penjelasan tersebut maka atribut-atribut produk jamu
tradisional yang dipertimbangkan konsumen dalam membeli jamu tradisional
yang akan diteliti adalah kemasan, kepraktisan, khasiat, informasi pemakaian,
batas waktu penggunaan, komposisi jamu dan keamanan produk.
Jika jamu tradisional pada pasar tradisional di Kabupaten Sukoharjo
memiliki atribut-atribut tersebut diatas maka jamu tradisional di Kabupaten
commit to user
tradisional telah sesuai dengan keinginan konsumen pasar tradisional di
Kabupaten Sukoharjo. Selain itu sikap konsumen terhadap jamu tradisional di
Kabupaten Sukoharjo adalah baik, yaitu konsumen di Kabupaten Sukoharjo
memberikan tanggapan yang baik terhadap produk jamu tradisional pada pasar
tradisional di Kabupaten Sukoharjo.
Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang dapat dirumuskan antara
lain sebagai berikut :
1. Apakah atribut jamu tradisional sudah memenuhi sifat ideal yang
diinginkan oleh konsumen pasar tradisional di Kabupaten Sukoharjo?
2. Bagaimana sikap konsumen pasar tradisional di Kabupaten Sukoharjo
terhadap berbagai atribut jamu tradisional?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini antara lain sebagai berikut :
1. Mengetahui apakah atribut jamu tradisional sudah memenuhi sifat ideal
bagi konsumen pasar tradisional di Kabupaten Sukoharjo.
2. Mengetahui bagaimana sikap konsumen pasar tradisional di Kabupaten
Sukoharjo terhadap berbagai atribut jamu tradisional.
D. Kegunaan Penelitian
1. Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan
pengetahuan serta sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Bagi produsen dan pemasar jamu tradisional, penelitian ini diharapkan
bermanfaat untuk memberikan wawasan dan pertimbangan mengenai
sikap konsuman yang berpengaruh terhadap perilaku konsumen dalam
keputusan pembelian sehingga dapat dijadikan dasar untuk menyusun
strategi pemasaran.
3. Bagi pihak lain (akademisi dan peminat masalah pemasaran), penelitian ini
dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi penelitian sejenis maupun
commit to user
II. LANDASAN TEORI
A. Penelitian Terdahulu
Penelitian Putricia (2002) mengenai Analisis Positioning Produk Jamu
Kesehatan Merek Bukti Mentjos pada Industri Jamu Tradisional Bukti
Mentjos, Jakarta Pusat menggunakan analisis metode citra dan biplot, yang
menilai atribut terhadap produk jamu tradisional yang terdiri dari lima merek
yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan positioning produk jamu
kesehatan merek bukti mentjos lebih unggul dibandingkan dengan merek
kesehatan merek pesaing dilihat dari atribut rasa pahit yang pas, aroma yang
wangi dan kesegaran, khasiat yang cukup tinggi dan kangdungan yang
lengkap dan tercantum nomor DepKes yang jelas. Sedangkan positioning
jamu kesehatan Sido Muncul dilihat dari atribut merek terkenal, kemasan yang
menarik, harga yang murah, tanggal kadaluwarsa yang lama, informasi
pemakaian yang jelas. Positioning jamu kesehatan merek Nyonya Meneer
dilihat unggul pada mutu kualitas yang terjamin, produk yang higinis, label
yang lebih informatif, nomor DepKes tercantum jelas, kandungan zat yang
lengkap dan khasiat yang tinggi. Positioning jamu kesehatan Darmi dan Air
Mancur dilihat dari atribut tidak dekat dengan atribut manapun karena produk
tersebut kurang mendapat perhatian dari responden.
Penelitian Febiyanti (2006) mengenai Sikap dan Minat Konsumen Pasar
Tradisional Terhadap Produk Teh di Surakarta, menggunakan analisis model
sikap angka ideal, menunjukkan analisis tingkat kepentingan atribut produk
teh, yang diprioritaskan konsumen adalah rasa, harga, kemasan, dan
kepraktisan produk. Rasa teh produk teh seduh sudah ideal dengan keinginan
konsumen, sedangkan atribut lain mendekati ideal. Produk teh celup dan teh
serbuk, yang paling mendekati ideal adalah atribut kepraktisan produk. Sikap
konsumen terhadap produk teh seduh dan teh celup sangat baik, sedangkan
untuk produk teh serbuk adalah baik. Ketiga produk, yang mendekati ideal
adalah produk teh seduh. Sifat ideal produk teh seduh adalah mudah
dikonsumsi, rasa teh kuat, kemasan tidak dipentingkan, dan harga murah. Sifat
commit to user
ideal teh celup adalah mudah dikonsumsi, rasa teh sangat kuat, kemasan tidak
dipentingkan, dan harga murah. Sifat ideal produk teh serbuk adalah mudah
dikonsumsi, rasa teh sangat kuat, kemasan menarik, dan harga sangat murah.
Penelitian Pramandya (2010) mengenai Sikap dan Minat Konsumen
Pasar Tradisional Terhadap Produk The di Surakarta, menggunakan analisis
sikap angka ideal yang menunjukkan analisis tingkat kepentingan atribut
produk teh teh celup, teh seduh dan teh siap saji yang dipertimbangkan oleh
konsumen dalam melakukan pembelian adalahatribut rasa, keamanan produk,
manfaat kesehatan, kepraktisan, kemasan, volume dan harga. Konsumen
memberikan nilai kepercayaan tertinggi terhadap atribut kepraktisan dan
volume pada teh celup, sedangkan atribut kemanan dan volume pada teh
seduh dan untuk teh siap saji nilai kepercayaan tertinggi terdapat pada atribut
volume. Hasil penelitian juga menunjukan sikap dan minat konsumen
terhadap poduk teh celup dan teh siap saji adalah baik, sedangkan sikap dan
minat konsumen tehadap teh seduh adalah sangat baik.
Berdasarkan penelitian Putricia dapat diketahui bahwa penelitian yang
dilaksanakan sama yaitu penelitian mengenai jamu tradisional dan
mengidentifikasi atribut-atribut yang ada pada produk jamu tradisional
tersebut. Walaupun menggunakan analisis yang berbeda tetapi penelitian
Putricia dapat dijadikan penelitian terdahulu karena sama-sama meneliti
produk jamu tradisional. Berdasarkan penelitian Febiyanti dan Pramandya
dapat diketahui bahwa penelitian yang dilaksanakan adalah sama yaitu tentang
sikap konsumen terhadap suatu produk dengan menggunakan analisis model
sikap angka ideal yang menunjukkan analisis tingkat kepentingan atribut
konsumen mempunyai kepercayaan terhadap atribut pada suatu produk.
Atribut merupakan pertimbangan konsumen dalam melakukan pembelian
suatu produk. Dalam penelitian sikap konsumen jamu tradisional pada pasar
tradisional di Kabupaten Sukoharjo ini juga menggunakan analisis model
sikap angka ideal, dengan tingkat kepentingan atribut yang dipertimbangkan
commit to user
kemasan, kepraktisan, khasiat, informasi pemakaian, batas waktu penggunaan,
komposisi jamu dan keamanan produk.
B. Tinjauan Pustaka
1. Jamu Tradisional
Jamu tradisional adalah obat tradisional yang berisi seluruh bahan
tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut. Pada umumnya, obat
tradisional ini dibuat dengan mengacu pada resep peninggalan leluhur.
Satu jenis jamu disusun dari berbagai tanaman obat yang jumlahnya antara
5-10 macam. Jamu tidak perlu pembuktian ilmiah sampai uji klinis, tetapi
cukup dengan bukti empiris dan memenuhi persyaratan keamanan dan
standar mutu (Suharmiati dan Handayani, 2006).
Obat tradisional adalah obat yang dibuat dari bahan atau paduan
bahan-bahan yang diperoleh dari tanaman, hewan atau mineral yang belum
berupa zat murni. Obat tradisional meliputi simplisia, jamu gendong,jamu
berbungkus dan obat kelompok fitoterapi. Penggunaan obat tradisional
sebaiknya yang memenuhi criteria prevalensi tinggi, insiden tinggi,
tersebar pada area luas, fasilitas kesehatan yang rendah dan mudah dikenal
oleh masyarakat. Penyakit yang memenuhi kriteria tersebut antara lain
adalah demam, sakit gigi,sakit kepala, batuk, diare, obstipasi, mual,
penyakit kulit, cacingan dan anemia (Soeselo, 1992).
Secara umum produk jamu dapat berupa jamu cair, jamu rebusan
berupa sirnplisia kering dan jamu serbuk baik dari ekstraksi kasar maupun
yang sudah mengalami pemurnian. Produk jamu cair pada umumnya
berupa minuman fungsional berdasarkan pengetahuan tentang hubungan
antara makanan-minuman atau komponen makanan-minuman dan
kesehatan diharapkan mempunyai manfaat tertentu. Produk jamu rebusan
merupakan produk jamu yang dalam penyajiannya harus direbus terlebih
dahulu. Proses pengolahan produk ini hanya dilakukan dengan
pengeringan sehingga produk yang dihasilkan berupa simplisia kering.
commit to user
yang dapat diseduh dengan air untuk diminum
(Kusnandar dan Marimin, 2003).
2. Pemasaran
Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial dimana individu dan
kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan
menciptakan, menawarkan dan menukarkan produk yang bernilai satu
sama lain. Tugas pemasaran dalam pasar pelanggan secara formal
dilakukan oleh manajer pemasaran, tenaga penjual, manajer iklan dan
promosi, periset pemasaran, manajer pelayanan pelanggan, manajer
produk dan merek, manajer pasar dan industri, dan direktur pemesaran.
Masing-masing pekerjaan tersebut memiliki tugas dan tanggung jawab
yang jelas (Kotler dan Susanto, 2000).
Pemasaran adalah suatu seni mengidentifikasi dan memahami
kebutuhan atau keinginan pelanggan serta menciptakan pemecahan yang
mengarah pada pemberian kepuasan kepada pelanggan atau konsumen,
dan memberikan keuntungan pada produsen. Pemasar berkewajiban untuk
memahami konsumen, mengetahui apa yang dibutuhkannya, apa
seleranya, dan bagaimana konsumen mengambil keputusan sehingga
pemasar dapat memproduksi barang dan jasa yang sesuai dengan
kebutuhan konsumen. Pemahaman yang mendalam mengenai konsumen
akan meningkatkan pasar dan dapat mempengaruhi keputusan konsumen
dalam membeli apapun yang ditawarkan pemasar (Sumarwan, 2003).
Konsep pemasaran adalah sebuah falsafah bisnis yang menyatakan
bahwa pemuasan kebutuhan konsumen merupakan syarat ekonomi dan
sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan. Terdapat tiga unsur pokok
dalam konsep pemasaran yaitu:
a. Orientasi pada konsumen
b. Penyusunan kegiatan pemasaran secara integral
c. Kepuasan konsumen
commit to user
3. Atribut Produk
Atribut produk merupakan karakteristik atau fitur yang mungkin
dimiliki oleh suatu objek. Atribut produk dibedakan menjadi dua yaitu
atribut intrinsik dan atribut ekstrisik. Atribut intrinsik yaitu segala sesuatu
yang berhubungan dengan sifat produk dan atribut ekstrinsik yaitu segala
sesuatu yang diperoleh dari aspek eksternal produk seperti nama merk,
label, dan kemasan (Mowen dan Minor, 2002).
Atribut produk meliputi dimensi-dimensi yang terkait dengan produk
atau merek, seperti daya tahan, kehandalan, gaya, reputasi dan lain-lain.
Selain dimensi-dimensi produk juga menyangkut apa saja yang
dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan untuk membeli atau
memperhatikan produk, seperti harga, kerersediaan produk, merek, harga
jual kembali, ketersediaan suku cadang, harga suku cadang, layanan
setelah penjualan dan seterusnya ( Simamora, 2004).
Kemampuan konsumen berbeda-beda dalam menyebutkan
karakteristik atau atribut dari produk-produk tersebut. Hal ini disebabkan
konsumen memiliki pengetahuan yang berbeda mengenai suatu produk,
sehingga para pemasar perlu memahami apa yang diketahui oleh
konsumen, atribut apa saja yang dikenal dari suatu produk, atribut mana
yang dianggap paling penting oleh konsumen. Pengetahuan mengenai
atribut tersebut akan mempengaruhi pengambilan keputusan konsumen.
Pengetahuan yang lebih banyak mengenai atribut suatu produk akan
memudahkan konsumen untuk memilih produk yang akan dibelinya
(Sumarwan, 2003).
4. Sikap Konsumen
Menurut Sumarwan (2003), sikap (attitudes) konsumen adalah faktor
penting yang akan mempengaruhi keputusan konsumen. Konsep sikap
sangat terkait dengan konsep kepercayaan (belief) dan perilaku
(behaviour). Sikap merupakan ungkapan perasaan konsumen tentang suatu
objek apakah disukai atau tidak, dan sikap juga menggambarkan
commit to user
tersebut. Kepercayaan, sikap, dan perilaku juga terkait dengan konsep
atribut produk (product attribute). Kepercayaan konsumen atau
pengetahuan konsumen menyangkut kepercayaan bahwa suatu produk
memiliki berbagai atribut, dan manfaat dari berbagai atribut tersebut.
Terdapat beberapa pengertian sikap yang disampaikan oleh para ahli.
Intinya sikap adalah perasaan dari konsumen (positif dan negatif) dari
suatu objek setelah dia mengevaluasi objek tersebut. Semakin banyak
objek yang dievaluasi akan semakin banyak sikap yang terbentuk. Sikap
memiliki beberapa fungsi, yaitu fungsi penyesuaian, ego defensive,
ekspresi nilai, dan pengetahuan. Untuk lebih memahami sikap perlu
dipahami beberapa karakteristik sikap, diantaranya memiliki objek,
konsisten, intensitas dan dapat dipelajari. Sikap yang terbentuk biasanya
didapatkan dari pengetahuan yang berbentuk pengalaman pribadi. Sikap
juga dapat terbentuk berdasarkan informasi yang diterima dari orang lain,
yang memiliki pengaruh. Kelompok juga menjadi sumber pembentukan
sikap yang cukup berpengaruh (Sofa, 2008).
Menurut Simamora (2004) terdapat tiga komponen sikap, yaitu :
a. Komponen Kognitif (cognitive component)
Komponen ini terdiri dari kepercayaan konsumen dan pengetahuan
tentang obyek. Kepercayaan tentang atribut suatu produk biasanya
dievaluasi secara alami. Semakin positif kepercayaan terhadap suatu
merk dan semakin positif setiap kepercayaan, maka akan semakin
mendukung keseluruhan komponen kognitif, yang pada akhirnya akan
mendukung keseluruhan dari sikap itu.
b. Komponen Afektif (affective component)
Perasaan dan reaksi emosional kepada suatu obyek merupakan
komponen afektif sikap. Misalnya, seorang konsumen menyukai
produk A. Hal tersebut merupakan hasil emosi atau evaluasi afektif
terhadap suatu produk. Evaluasi ini terbentuk tanpa informasi kognitif
atau kepercayaan tentang produk tersebut. Atau merupakan hasil
commit to user
c. Komponen Perilaku (behavioral component)
Komponen ini adalah respon dari seseorang terhadap obyek atau
aktivitas. Seperti keputusan untuk membeli atau tidak suatu produk
akan memperlihatkan komponen perilakunya.
Model-model sikap yang berkembang akan mempunyai relevansi
bagi para pemasar jika model itu mampu memprediksi perilaku konsumen.
Dengan kata lain, sejauh mana sikap konsumen mampu dijadikan dasar
untuk memprediksi perilakunya. Pengukuran sikap yang tepat seharusnya
didasarkan pada tindakan pembelian atau penggunaan merek produk
bukan pada merek itu sendiri. Tindakan pembelian dan mengkonsumsi
produk pada akhirnya akan menentukan tingkat kepuasan konsumen
(Setiadi, 2003).
5. Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen (consumen behavior) merupakan disiplin ilmu
yang masih baru dan menyatakan bahwa proses pertukaran melibatkan
serangkaian langkah-langkah, dimulai dengan tahap perolehan akuisisi
(acquisition phase), lalu ke tahap konsumsi (consumption phase), dan
pembuangan barang, jasa, pengalaman serta ide. Pada saat menginvestigasi
tahap perolehan, para peneliti menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi pilihan produk dan jasa. Tahap konsumsi, para peneliti
menganalisis bagaimana para konsumen sebenarnya menggunakan produk
atau jasa dan pengalaman yang dilalui mereka saat menggunakannya.
Tahap disposisi mengacu pada apa yang dilakukan oleh seorang konsumen
ketika mereka selesai menggunakannya (Mowen dan Minor, 2002).
Perilaku konsumen adalah proses yang dilalui oleh seseorang atau
organisasi dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan
membuang produk atau jasa setelah dikonsumsi untuk memenuhi
kebutuhannya. Perilaku konsumen akan diperlihatkan dalam beberapa
commit to user
Pada tahap sebelum pembelian konsumen akan melakukan pencarian
informasi yang terkait produk dan jasa. Pada tahap pembelian, konsumen
akan melakukan pembelian produk, dan pada tahap setelah pembelian,
konsumen melakukan konsumsi (penggunaan produk), evaluasi kinerja
produk, dan akhirnya membuang produk setelah digunakan (Sofa, 2008).
Menurut Simamora (2004), terdapat beberapa kesimpulan dari
definisi perilaku konsumen, yaitu:
1. Perilaku konsumen menyoroti perilaku individu dan rumah tangga.
2. Perilaku konsumen menyangkut suatu proses keputusan sebelum
pembelian serta tindakan dalam memperoleh, memakai,
mengkonsumsi dan menghabiskan produk.
3. Mengetahui perilaku konsumen meliputi perilaku yang dapat diamati
seperti jumlah yang dibelanjakan, kapan, dengan siapa, oleh siapa, dan
bagaimana barang yang sudah dibeli dikonsumsi. Juga termasuk
variabel-variabel yang tidak dapat diamati seperti nilai-nilai yang
dimiliki konsumen, kebutuhan pribadi, persepsi, bagaimana mereka
mengevaluasi alternatif, dan apa yang mereka rasakan tentang
kepemilikan dan penggunaan produk yang bermacam-macam.
Model-model sikap menunjukkan bahwa sikap mempengaruhi
perilaku. Namun sering kali terjadi perilaku mempengaruhi sikap sehingga
menjadi sikap berikutnya, yang mungkin lebih kuat atau lebih lemah dari
sikap sebelumnya, atau bahkan menjadi berlawanan. Ada tiga situasi yang
mungkin menyebabkan perilaku mempengaruhi sikap, yaitu: disonansi
kognitif, pembelajaran pasif dan diskonfirmasi harapan. Ketiga situasi
tersebut dapat mengurangi peran penting sikap dalam menjelaskan
perilaku konsumen. Teori-teori itu menunjukkan bahwa perubahan sikap
bukanlah kondisi yang diperlukan bagi perubahan dalam perilaku
pembelian (Ni Wayan, 2010).
6. Point Ideal
Model sikap yang sering digunakan untuk menganalisis sikap
commit to user
(the ideal-poin model). Pada prinsipnya, model angka ideal ini
memberikan informasi mengenai evaluasi konsumen terhadap apa yang
dirasakan (yang sesungguhnya) oleh konsumen dan apa yang sesuai
dengan keinginan konsumen (yang ideal). Model ini mengukur gap
(perbedaan) antara apa yang ideal dengan apa yang sesungguhnya
dirasakan oleh konsumen. Model angka ideal digambarkan sebagai
berikut:
Ab =
å
= n
i 1
Wi │ Ii - Xi │
Di mana :
Ab = sikap keseluruhan terhadap kepentingan yang diberikan responden
terhadap atribut i
Wi = tingkat kepentingan yang diberikan responden terhadap atribut i
Ii = performansi ideal konsumen terhadap atribut i
Xi = kepercayaan konsumen terhadap atribut i
n = jumlah atribut yang dievaluasi oleh konsumen
(Sumarwan, 2003).
Menurut Simamora (2004) mengemukakan bahwa pemahaman
model poin ideal diawali oleh pemikiran bahwa setiap orang memiliki
produk atau merek ideal bagi dirinya. Ditinjau dari sikap, semakin dekat
ke poin ideal, sebuah produk atau merek semakin baik posisinya. sikap
konsumen juga bisa diukur melalui jarak antara posisi produk atau merek
dengan posisi ideal di benak konsumen. Posisi tersebut diukur dengan cara
mengkualifikasikan kepercayaan konsumen mengenai prestasi produk
pada atribut dan tingkat kepentingan atribut tersebut bagi konsumen.
7. Pasar Tradisional
Pasar merupakan sarana jual beli berbagai komoditas. Sesuai dengan
perkembangannya terdapat pasar tradisional dan pasar modern. Pasar
tradisional biasanya menampung banyak penjual, dilaksanakan dengan
manajemen tanpa perangkat teknologi modern dan mereka lebih mewakili
kampung-commit to user
kampung, kota-kota kecil maupun kota-kota besar dengan masa operasi
rata-rata dari subuh sampai siang atau sore hari serta ada sebagian yang
beroperasi malam hari (Anonim, 2006).
Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli
serta ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung
dan biasanya ada proses tawar-menawar, bangunan biasanya terdiri dari
kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual
maupun suatu pengelola pasar. Kebanyakan menjual kebutuhan sehari-hari
seperti bahan-bahan makanan berupa ikan, buah, sayur-sayuran, telur,
daging, kain, pakaian barang elektronik, jasa dan lain-lain. Selain itu, ada
pula yang menjual kue-kue dan barang-barang lainnya. Pasar seperti ini
masih banyak ditemukan di Indonesia, dan umumnya terletak dekat
kawasan perumahan agar memudahkan pembeli untuk mencapai pasar
(Anonim, 2010).
C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah
Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia disamping
pangan, pemukiman, dan pendidikan karena hanya dalam keadaan sehat
manusia dapat hidup, tumbuh dan berkarya lebih baik, oleh sebab itu
kesehatan merupakan salah satu prioritas ekonomi yang utama. Peningkatan
kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan menyebabkan adanya
peningkatan konsumsi obat-obatan dari bahan alami. Pemenuhan obat-obatan
alami yang aman bagi kesehatan salah satunya dengan mengkonsumsi jamu
tradisional. Jamu tradisional merupakan hasil ramuan tumbuh-tumbuhan asli
dari alam yang tidak menggunakan bahan kimia sebagai aditif. Harga jamu
tradisioanal lebih murah bila dibandingkan dengan obat-obatan modern yang
menggunakan bahan kimia.
Konsumen memiliki keinginan akan suatu produk sesuai dengan
pengetahuan yang dimilikinya, sehingga jika produk yang dikonsumsi sesuai
dengan apa yang diinginkan konsumen maka konsumen akan melakukan
pembelian terhadap produk tersebut. Jamu tradisional yang dijual diharapkan
commit to user
melakukan pembelian jamu tradisional tersebut. Sebelum melakukan
pembelian, konsumen akan mempertimbangkan atribut-atribut yang terdapat
pada produk jamu tradisional. Atribut yang diteliti meliputi kemasan,
kepraktisan, khasiat, informasi pemakaian, batas waktu penggunaan,
komposisi jamu dan keamanan produk. Sikap konsumen tersebut dipengaruhi
oleh pengetahuan, pendidikan dan pendapatan yang dimilikinya. Semakin
tinggi pendidikan maka semakin luas pengetahuan dan wawasan yang
dimiliki.
Seorang produsen dapat menjadikan sikap konsumen sebagai acuan
untuk menyediakan dan memberikan kualitas maupun mutu suatu produk yang
dikehendaki oleh konsumen. Hal ini disebabkan karena permintaan jamu
tradisional salah satunya dapat dipengaruhi adanya sikap konsumen dan
kepercayaan, sedangkan kepercayaan konsumen dapat dinilai dari adanya
sikap konsumen terhadap suatu produk. Sikap dan kepercayaan dapat
membentuk sebuah perilaku konsumen. Dengan mengetahui sikap konsumen,
maka produsen dapat menyediakan produk sesuai dengan apa yang diinginkan
konsumen.
Menurut Sumarwan (2003), konsumen memiliki poin ideal pada setiap
produk. Ditinjau dari sikap, semakin dekat atribut produk ke poin ideal, maka
semakin baik posisinya. Sikap konsumen dapat diketahui dengan analisis
model sikap angka ideal (The Ideal-Point Model). Model angka ideal
memberikan informasi mengenai evaluasi konsumen terhadap apa yang
dirasakan oleh konsumen dan apa yang diinginkan (ideal) dibenak konsumen.
Model ini mengukur gap (perbedaan) antara apa yang ideal dengan apa yang
sesungguhnya dirasakan konsumen. Semakin kecil gap maka perbedaan antara
apa yang diharapkan (yang ideal) dengan yang sesungguhnya semakin dekat,
dengan kata lain produk tersebut semakin disukai konsumen.
Analisis model sikap angka ideal dapat dirumuskan sebagai berikut :
Ab =
å
= n
i 1
commit to user
Di mana :
Ab = sikap keseluruhan terhadap kepentingan yang diberikan responden
terhadap jamu tradisional
Wi = tingkat kepentingan yang diberikan responden terhadap jamu tradisional
Ii = performansi ideal konsumen terhadap jamu tradisional
Xi = kepercayaan konsumen terhadap jamu tradisional
n = jumlah atribut yang dievaluasi oleh konsumen
Kerangka teori pendekatan masalah dalam penelitian ini dapat dilihat
pada Gambar 1 berikut ini:
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Sikap Konsumen Terhadap Jamu Tradisional.
Pasar Tradisional
Atribut Jamu Tradisional: 1. Kemasan
2. Kepraktisan 3. Khasiat
4. Informasi Pemakaian 5. Batas Waktu Penggunaan 6. Komposisi Jamu
7. Keamanan Produk
Sikap Konsumen Kepercayaan
Konsumen Jamu Tradisional Jamu Tradisional
Evaluasi
commit to user
D. Hipotesis
1. Atribut jamu tradisional pada pasar tradisional di Kabupaten Sukoharjo
sudah memenuhi sifat ideal sesuai dengan keinginan konsumen.
2. Sikap konsumen terhadap jamu tradisional pada pasar tradisional di
Kabupaten Sukoharjo adalah baik.
E. Asumsi-asumsi
Responden merupakan pengambil keputusan dalam pembelian yang mewakili
rumah tangga.
F. Pembatasan Masalah
1. Jamu tradisional yang diteliti adalah jamu tradisional yang dijual di pasar
tradisional Kabupaten Sukoharjo yang berupa jamu serbuk instan dan jamu
rebusan. Jamu tradisional yang berupa jamu cair atau sering disebut jamu
gendong tidak diteliti, karena jamu ini dijual oleh pedagangnya dengan
cara dikelilingkan dan tidak menetap pada pasar tradisional, sehingga tidak
ada data pedagang jamu cair atau jamu gendong di pasar tradisional
Kabupaten Sukoharjo.
2. Atribut jamu tradisional yang diteliti adalah kemasan, kepraktisan, khasiat,
informasi pemakaian, batas waktu penggunaan, komposisi jamu dan
keamanan produk.
3. Penelitian ini terbatas pada konsumen yang membeli jamu tradisional di
pasar tradisional Kabupaten Sukoharjo untuk di konsumsi sendiri dan tidak
dijual kembali.
4. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2010 hingga Februari
2011.
5. Harga yang berlaku adalah harga pada saat penelitian.
G. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel
1. Jamu tradisional adalah obat tradisional yang berisi seluruh bahan tanaman
yang menjadi penyusun jamu tersebut. Pada umumnya, obat tradisional ini
dibuat dengan mengacu pada resep peninggalan leluhur. Satu jenis jamu
commit to user
Jenis jamu tradisional yang akan diteliti yaitu jamu serbuk instan dan jamu
rebusan.
2. Konsumen jamu tradisional adalah seseorang yang membeli jamu
tradisional yang mewakili rumah tangga di pasar tradisional di Kabupaten
Sukoharjo untuk dikonsumsi sendiri dan tidak dijual kembali.
3. Sikap konsumen merupakan ungkapan perasaan konsumen tentang suatu
obyek apakah disukai atau tidak, dan sikap juga bisa menggambarkan
kepercayaan konsumen terhadap berbagai atribut dan manfaat dari obyek
tersebut.
4. Perilaku konsumen adalah semua kegiatan, tindakan, serta proses
psikologi yang mendorong tindakan tersebut pada saat sebelum membeli,
menggunakan, menghabiskan produk dan jasa setelah melakukan kegiatan
mengevaluasi.
5. Point ideal merupakan suatu model analisis yang pada prinsipnya
memberikan informasi mengenai evaluasi konsumen terhadap apa yang
dirasakan (yang sesungguhnya) oleh konsumen dan apa yang diingginkan
(yang ideal) oleh konsumen.
6. Jamu serbuk instan adalah salah satu jenis jamu tradisional berupa bubuk
yang cara mengkonsumsinya dengan diseduh air panas terlebih dahulu.
7. Jamu rebusan adalah salah satu jenis jamu tradisional berupa bahan-bahan
jamu kering yang cara mengkonsumsinya dengan direbus terlebih dahulu.
8. Atribut jamu tradisional adalah karakteristik atau ciri yang melekat pada
produk jamu tradisional yang berfungsi sebagai kriteria penilaian dalam
pengambilan keputusan. Dalam penelitian atribut yang diteliti adalah
kemasan, kepraktisan, khasiat, informasi pemakaian, batas waktu
penggunaan, komposisi jamu dan keamanan produk.
9. Kemasan adalah tampilan luar yang membungkus jamu tradisional
sehingga lebih menarik dan terjaga kebersihannya.
10.Kepraktisan adalah kemudahan dalam mengkonsumsi jamu tradisional.
11.Khasiat adalah maanfat jamu tradisional yang akan dirasakan oleh
commit to user
12.Informasi pemakaian adalah anjuran tertulis dalam mengkonsumsi jamu
tradisional yang tertera pada kemasan jamu, yang meliputi cara pemakaian
dan takaran konsumsi jamu.
13.Batas waktu penggunaan adalah waktu yang telah ditentukan untuk
pemakaian atau mengkonsumsi jamu tradisional.
14.Komposisi jamu adalah bahan-bahan penyusun jamu tradisional.
15.Keamanan produk adalah jaminan bahwa jamu tradisional tersebut
merupakan jamu yang terbuat dari bahan-bahan alami dan aman untuk
dikonsumsi, serta telah mendapatkan izin dari DEPKES ataupun BP POM.
16.Sikap konsumen terhadap suatu produk (Ab) adalah penilaian kognitif baik
maupun tidak baik sebagai tanggapan dari jamu tradisional yang diperoleh
dan pengalaman atau informasi yang didapatkan.
17.Tingkat kepentingan atribut (Wi) adalah evaluasi yang dilakukan
konsumen terhadap kepentingan suatu atribut, yaitu dengan menyatakan
pilihan skala yang menggambar sama sekali tidak penting (1) sampai
kategori sangat penting (5).
18.Performansi ideal atribut ke I (Ii) adalah keinginan performansi konsumen
dari atribut yang dievaluasi.
19.Kepercayaan terhadap atribut ke i (Xi) adalah penilaian aktual suatu
atribut produk seperti yang dirasakan konsumen.
20.Pasar tradisional adalah tempat berkumpulnya penjual dan pembeli serta
ditandai dengan adanya transaksi secara langsung dan biasanya ada proses
tawar-menawar.
21.Sifat ideal yaitu sifat produk jamu tradisional yang sesuai dengan
commit to user
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Dasar Penelitian
Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
analitis. Metode deskriptif analitis yaitu memusatkan diri pada pemecahan
masalah-masalah yang ada pada masa sekarang, masalah-masalah yang aktual
dan data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dilakukan analisis kemudian
dijelaskan (Surakhmad, 1998).
Teknik pelaksanaan dari penelitian ini menggunakan metode survey,
yaitu penelitian yang mengambil sample dari suatu populasi dengan
menggunakan kuesioner sebagai alat bantu untuk mengumpulkan data
(Singarimbun dan Effendi, 1995).
B. Metode Penentuan Lokasi
Metode Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja
(purposive), yaitu penentuan daerah penelitian berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan penelitian
(Singarimbun dan Effendi, 1995). Penelitian ini dilaksanakan di pasar
tradisional di Kabupaten Sukoharjo. Hal ini dikarenakan pada pasar
tradisional di Kabupaten Sukoharjo terdapat pedagang yang menjual jamu
tradisional. Menurut data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten
Sukoharjo Tahun 2008, Kabupaten Sukoharjo memiliki 26 pasar tradisional
dengan 6 pasar tradisional yang terdapat pedagang jamu tradisional, untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1. berikut ini:
commit to user
Tabel 1. Nama Pasar dan Jumlah Pedagang Jamu Tradisional di Pasar Tradisional Di Kabupaten Sukoharjo
No Nama Pasar Jumlah Pedagang Jamu Tradisional
1 Pasar Tawangsari -
2 Pasar Ngalian -
3 Pasar Bulu -
4 Pasar Lengking -
5 Pasar Tawangkuno -
6 Pasar Watukelir -
7 Pasar Purwo -
8 Pasar Sukoharjo 34
9 Pasar Carikan -
10 Pasar Nguter 109
11 Pasar Kepuh 2
12 Pasar Grogol -
13 Pasar Telukan -
14 Pasar Cuplik -
15 Pasar Kedunggudel -
16 Pasar Kartasura -
17 Pasar Sraten -
18 Pasar Gawok 17
19 Pasar Baki -
20 Pasar Bekonang 8
21 Pasar Plumbon -
22 Pasar Mulur -
23 Pasar Glondongan 3
24 Pasar Glondongan Baru -
25 Pasar Sedayu -
26 Pasar Mojolaban -
Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sukoharjo, 2008
Berdasarkan Tabel 1 maka lokasi penelitian yang terpilih sebagai
tempat penelitian adalah 6 pasar. Namun setelah dilakukan survey pada lokasi
penelitian di Pasar Gawok ternyata tidak terdapat pedagang jamu tradisional,
maka dari itu hanya 5 pasar yang di tetapkan sebagai lokasi penelitian yaitu:
Pasar Sukoharjo dengan jumlah pedagang jamu tradisional 34 pedagang,
commit to user
Pasar Bekonang sebanyak 8 pedagang dan Pasar Glondongan sebanyak 3
pedagang.
C. Metode Pengambilan Sampel
Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode judgement sampling atau disebut juga sebagai sampel
bertujuan (purposive sampling). Metode judgement sampling adalah teknik
penentuan sampel berdasarkan apa yang dipertimbangkan bahwa unit atau
unsur penarikan sampel tersebut akan dapat membantu dalam menjawab
pertanyaan riset yang sedang dikerjakan (Kinnear dan Taylor, 1995). Dalam
penelitian ini sampel yang digunakan adalah konsumen yang membeli jamu
tradisional di pasar-pasar tradisional yang telah ditentukan.
Menurut Djarwanto dan Pangestu (1994), pengambilan sampel
menggunakan probabilitas sebesar 95%, dikarenakan besarnya populasi tidak
diketahui. Apabila dalam penentuan jumlah sampel ketika besar populasi
tidak diketahui, maka dilakukan dengan pendugaan proporsi menggunakan
sampel dengan keyakinan (1-α) dan besarnya error tidak melebihi suatu harga
tertentu maka rumus (E) dapat digunakan untuk menentukan besarnya sampel
yang harus diambil, dapat dirumuskan sebagai berikut :
(
)
N P P
E = 1,96 1
Dimana : E = error
P = proporsi populasi
N = jumlah sampel
Karena besarnya populasi tidak diketahui, maka P (1-P) juga tidak
diketahui, tetapi karena P selalu berada diantara 0 dan 1, maka besarnya
populasi maksimal adalah :
f (P) = P – P2
df (P) = 1-2P
dP
0 = 1-2P
commit to user
P = 0,5
Harga maksimal dari f(P) adalah P (1-P) = 0,5 (0,5) = 0,25
Jadi besarnya sampel jika digunakan probabilitas 95% dan kesalahan
yang terjadi adalah 0,1 adalah :
2
N = 96,04 dibulatkan menjadi 96 sampel
Berdasarkan perhitungan dari rumus di atas, sampel yang akan diambil
adalah sebanyak 96 responden yang tersebar di lokasi pasar tradisional di
Kabupaten Sukoharjo yang telah ditentukan. Dari 96 responden tersebut
dibagi menjadi dua menurut jenis jamu tradisional yang akan diteliti yaitu
jamu serbuk instan dan jamu rebusan. Berdasarkan keterangan dari pedagang
jamu tradisional di pasar tradisional Kabupaten Sukoharjo, setiap pedagang
jamu tradisional menjual jamu jenis serbuk instan maupun rebusan, namun
jumlah jamu serbuk instan lebih banyak daripada jamu rebusan. Biasanya
para pedagang jamu tradisional menjual jamu dengan perbandingan 8 : 2 atau
dengan presentase 80% untuk jamu serbuk instan dan 20% untuk jamu
rebusan. Untuk lebih jelasnya pembagian responden jamu tradisional menurut
presentase penjualan jamu pada pasar tradisional di Kabupaten sukoharjo
dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
Tabel 2. Pembagian Responden Berdasarkan Presentase Penjualan Jamu Tradisional pada Pasar Tradisional di Kabupaten Sukoharjo.
Jenis jamu Presentase Jumlah Responden
Serbuk Instan
Sumber: Hasil Pengolahan Data dari Informasi Pedagang Jamu Tradisional pada Pasar Tradisional di Kabupaten Sukoharjo.
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa, total responden
sebanyak 96 akan terbagi menjadi dua menurut presentase penjualan jamu
tradisional oleh pedagang pada pasar tradisional di Kabupaten Sukoharjo,
responden jamu serbuk instan sebanyak 80% dari total responden yaitu 77
responden dan untuk responden jamu rebusan sebanyak 20% dari total
commit to user
Pembagian responden jamu tradisional jenis serbuk instan maupun
rebusan pada pasar tradisional di Kabupaten Sukoharjo adalah menurut
jumlah pedagang jamu tradisional yang terdapat di lima pasar tradisional
yang telah ditentukan secara proporsional. Pembagian responden untuk
masing-masing pasar tradisional tersebut dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut:
Responden jamu serbuk instan =
( )
77Responden jamu rebusan =
( )
19Dengan rumus diatas maka pembagian responden jamu tradisional menurut
jumlah pedagang jamu pada pasar tradisional di Kabupaten Sukoharjo dapat
dilihat pada Tabel 3 berikut ini:
Tabel 3. Pembagian Jumlah Responden Pada Pasar Tradisional Kabupaten Sukoharjo.
No Nama Pasar Jumlah Pedagang Jamu Tradisional
Tabel 3 menunjukkan jumlah responden jamu tradisional untuk
masing-masing pasar tradisional di kabupaten Sukoharjo adalah sebagai berikut:
untuk Pasar Sukoharjo diambil 21 responden yang terdiri dari 17 responden
jamu serbuk instan dan 4 responden jamu rebusan; Pasar Nguter sebanyak 66
responden yang terdiri dari 53 responden jamu serbuk instan dan 13
commit to user
Bekonang sebanyak 5 responden yang terdiri dari 4 responden jamu serbuk
instan dan 1 responden jamu rebusan, dan Pasar Glondongan sebanyak 3 yang
terdiri dari 2 responden jamu serbuk instan 1 responden jamu rebusan.
D. Jenis Dan Sumber Data
Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Data primer
Data primer adalah data yang langsung dan segera diperoleh dari
sumber data oleh peneliti. Data primer dalam penelitian ini diperoleh
langsung dari responden maupun pihak-pihak yang terkait dalam
penelitian ini melalui wawancara langsung dengan menggunakan daftar
pertanyaan (kuisioner) yang telah dipersiapkan serta dengan cara
melakukan observasi/pengamatan langsung di daerah penelitian. Data
primer pada penelitian ini meliputi informasi mengenai jamu tradisional
dan jenis-jenis jamu tradisional di Kabupaten Sukoharjo, informasi
tentang KOJAI Kabupaten Sukoharjo, data karakteristik responden,
prilaku pembelian jamu tradisional, dan sikap konsumen terhadap produk
jamu tradisional.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang telah terlebih dahulu dikumpulkan
dan dilaporkan oleh orang di luar peneliti serta berupa data penelitian yang
diperoleh dengan mencatat laporan atau dokumen dari instansi-instansi
yang berkaitan dengan penelitian. Data-data tersebut diperoleh dari Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sukoharjo dan Badan Pusat
Statistik Kabupaten Sukoharjo. Data sekunder dalam penelitian ini
meliputi data industri kecil dan industri skala rumah tangga, data pasar
tradisional dan jumlah pedagang di pasar tradisional Kabupaten Sukoharjo,
kondisi umum Kabupaten Sukoharjo yang berupa keadaan alam