• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berpikir Kreatif Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Matematika Pada Materi Fungsi Kelas X Di MAN 1 Trenggalek Tahun Ajaran 2017-2018 - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Berpikir Kreatif Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Matematika Pada Materi Fungsi Kelas X Di MAN 1 Trenggalek Tahun Ajaran 2017-2018 - Institutional Repository of IAIN Tulungagung"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

14

BAB II

LANDASAN TEORI

A.Hakekat Pembelajaran Matematika

1. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran merupakan komponen yang wajib ada dalam pendidikan.

Pembelajaran merupakan wadah untuk menyalurkan suatu pengetahuan

yang baru kepada peserta didik untuk mencapai tujuan dalam pembelajaran.

Pembelajaran yang diidentikan dengan kata “mengajar” berasal dari kata

dasar “ajar” yang berati petunjuk yang diberikan kepada orang supaya

diketahui (dituruti) ditambah dengan awalan “pe” dan akhiran “an” menjadi

“pembelajaran”, yang berati proses, perbantuan, cara mengajar atau

mengajarkan sehingga anak didik mau belajar.1 Pembelajaran berhubungan

erat dengan belajar dan mengajar sehingga keterkaitan antara belajar dan

mengajar itulah yang disebut pembelajaran.

Belajar, mengajar dan pembelajaran terjadi secara bersama-sama.

Belajar dapat terjadi tanpa guru atau tanpa kegiatan mengajar dan

pembelajaran formal lain, sedangkan kegiatan mengajar meliputi segala hal

yang guru lakukan didalam kelas. Gegne dan Briggs mengartikan

instruction atau pembelajaran adalah suatu sistem yang berutjuan untuk

membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang

1

Hamzah B. Uno dan Nurdin Mohamad, Belajar dengan Pendekatan Paiklem:

(2)

dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendudkung

terjadinya proses belajar sisiwa bersifat internal.2

Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu system atau proses

membelajarkan subjek didik yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan

dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik dapat mencapai tujuan

pembelajaran secara efektif dan efisien.3

Pembelajaran dapat dipandang dari dua sudut, pertama pembelajaran

dipandang sebagai suatu sistem, pembelajaran terdiri sejumlah komponen

yang terorganisasi antara lain tujuan pembelajaran, materi pembelajaran,

strategi dan metode pembelajaran, media pembelajaran, pengorganisasian

kelas, evaluasi pembelajaran, dan tindak lanjut pembelajaran.

Kedua,pembelajaran dipandang sebagai suatu proses, maka pembelajaran

merupakan rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangka membuat

siswa belajar.4

Dari beberapa pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pada

dasarnya pembelajaran merupakan suatu aktivitas yang dengan sengaja

untuk memodifikasi berbagai kondisi yang diarahkan untuk ketercapaianya

suatu tujuan, yaitu tujuan kurikulum. Dalam kurikulum sudah ditetapkan

suatu kemampuan yang harus dipenuhi dalam semuan jenjang pendidikan

formal.

2

Ibid., hal. 144 3

Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi, (Bandung: PT Refika Aditama, 2013) hal. 3

4

(3)

Di dalam Al-Quran dijelaskan juga tentang pembelajaran yaknisebagai

berikut :

ج

ُهَسْحَا َيٌِ ىِتَّلاِب ْمٍُْلِداَجََ

ىلص

ِةَىَسَحْلا ِةَظِعَُْمْلاََ ًَْمْكِحْلِب َكِّبَر ِلْيِبَس ىَلِا ُعْدُا

َّن ِاَىْيِذَتٍُمْلِب ُمَلْعَا ٌَََُُ

ىلص

ًِِلْيِبَس ْهَع َّلَض ْهَمِب ُمَلْعَا ٌَُُ َكَّبَر

Artinya :“(Wahai Nabi Muhmmad SAW) Serulah (semua manusia) kepada jalan (yang ditunjukkan) Tuhan Pemelihara kamu dengan hikmah (dengan kata-kata bijak sesuai dengan tingkat kepandaian mereka) dan pengajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan (cara) yang terbaik. Sesungguhnya Tuhan pemelihara kamu, Dialah yang lebih mengetahui (tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk). (QS An-Nahl :125).”5

Dari ayat di atas dapat disimpulkan, bahwa Allah memerintahkan

rasul-Nya agar menyeru umatnya dengan pengajaran yang baik, yang diterima

dengan lembut oleh hati manusia tapi berkesan di dalam hati mereka.

Tidaklah patut jika pembelajaran itu selalu menimbulkan rasa cemas,

gelisah dan ketakutan pada jiwa manusia.

Pembelajaran hendaknya disampaikan dengan bahasa yang lemah

lembut dan sangat baik terutama pada pembelajaran matematika.

Pembelajaran matematikabertujuan untuk mempersiapkan siswa agar bisa

menghadapi perubahankehidupan dan selalu berkembang dan syarat

perubahan, melalui latihanbertindak atas dasar pemikiran yang logis,

rasional dan kritis. Selain itu juga mempersiapkan siswa agar dapat

bermatematika dalam kehidupan sehari-hari, mempelajari ilmupengetahuan

dan teknologi.

5

(4)

2. Pengertian Matematika

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikan matematika

sebagai ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan dan prosedur

operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai

bilangan. Hubungan yang ada alam matematika memang bertalian erat

dengan kehidupan sehari-hari misalnya saja tentang kesamaan, lebih besar

dan lebih kecil. Hubungan-hubungan itu kemudian diolah secara logic

deduktif. Karena itu dapat dikatakan bahwa matematika itu sama saja

dengan teori logika deduktif yang berkenaan dengan hubungan-hubungan

yang bebas dari isi materialnya hak-hal yang ditelaah.6

Matematika merupakan ilmu pasti yang dalam proses pembelajarannya

sangat banyak terdapat rumus, angka, dan simbol-simbol matematis yang

harus diingat dan dipahami oleh siswa. Matematika diharapkan menjadi

pelajaran yang dapat dipahami siswa dan disenangi agar tujuan

pembelajaran dapat tercapai. Menurut Susanto matematika merupakan

disiplin ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir dan

berargumentasi, memberi kontribusi dalam menyelesaikan masalah

sehari-hari dan dalam dunia kerja, serta memberi dukungan dalam pengembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi.7

6

Herman Hudojo, Strategi Mengajar Belajar Matematika, ( Malang: IKIP Malang, 1990), cet. 2, hal. 3

7

(5)

Hakikat matematika menurut Soedjadi yaitu memiliki objek tujuan

abstrak, bertumpu pada kesepakatan dan pola pikir yang deduktif.Dalam

matematika, setiap konsep yang abstrak yang baru dipahami siswa perlu

segera diberikan penguatan, agar mengendap dan bertahap lama dalam

memori siswa, sehingga akan melekat dalam pola pikir dan pola

tindakannya.8 Selain itu, Matematika merupakan bahasa yang

melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin disampaikan.

Simbol-simbol matematika baru memiliki artisetelah sebuah makna

diberikan kepadanya. Tanpa itu, matematika hanya merupakan kumpulan

simbol dan rumus yang kering akan makna.9

Di dalam Al-Quran dijelaskan juga matematika tersebut yakni sebagai

berikut :

ٍرَذَقِب ُياَىْقَلَخ ٍءْيَش َّلُك اَّوِإ

Artinya: Sesungguhnya kami menciptakan segala sesuatu menurut

ukuran.(QS Al-Qamar : 49)10

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa matematika

adalah ilmu tentang bilangan yang berhubungan dengan pola, hubungan,

pemikiran, bahasa, seni, dan berkaitan erat dengan berpikir logis.

Matematika berupa ilmu tentang struktur yang terorganisasi dimulai dari

unsur-unsur yang tidak didefinisikan ke unsur-unsur yang didefinisikan, dan

8

Heruman, Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2007), hal.1

9

Masykur Ag dan Fathani, Mathematical Itelligence..., hal. 47 10

(6)

menjadi dalil-dalil yang telah dibuktikan kebenarannya secara umum dan

dalam mempelajari matematika kontinuitas sangat diperlukan. Sehingga

mata pelajaran matematika diberikan dengan maksud untuk meningkatkan

penalaran siswa yang dapat membantu memperjelas menyelesaikan

permasalahan dalam kehidupan sehari-hari dan kemampuan berkomunikasi

dengan menngunakan simbol-simbol, serta lebih mengembangkan sikap

logis, kritis, cermat, kreatif.

B.Berfikir kreatif

1. Pengertian Berfikir Kreatif

Berfikir kreatif merupakan suatu kegiatan mental yang dialami

seseorang bila mereka dihadapakan pada suatu masalah atau situasi yang

dipecahkan. Suryabrata berpendapat bahwa berfikir merupakan proses

dinamis yang dapat dilukiskan menurut proses atau jalannya.11 Proses

berfikir itu pokoknya terdiri dari 3 langkah, yaitu pembentukan pengertian,

pembentukan pendapat, dan penarikan kesimpulan. Pandangan ini

menunjukkan jika seseorang dihadapkan pada suatu situasi, maka dalam

berfikir, orang tersebut akan menyusun hubungan antara bagian-bagian

informasi yang direkam sebagai pengetian-pengertian. Kemudian orang

tersebut membentuk pendapat-pendapat yang sesuai dengan

pengetahuannya. Setelah itu ia akan membuat kesimpulan untuk yang

digunakan untuk membahas atau mencari solusi dari situasi tersebut.

11

(7)

Ketika seseorang menerapkan berpikir kreatif dalam suatu praktik

pemecahan masalah, maka pemikiran divergen yang intuitif menghasilkan

banyak ide. Hal ini menjelaskan bahwa berpikir kreatif memperhatikan

berpikir logis maupun intuitif untuk menghasilkan ide-ide. Dalam berpikir

kreatif antara logika dan intuisi sangat penting. Karena itu kerja antara otak

kanan dan kiri harus seimbang. Jika menempatkan deduksi logis terlalu

banyak, maka ide-ide kreatif akan terabaikan. Dengan demikian untuk

memunculkan kreatifitas diperlukan kebebasan berpikir tidak dibawah

kontrol atau tekanan.12 Ketika pikiran jauh dari tekanan maka proses

berpikir pun dapat menyebar dan memudahkan ide-ide baru timbul dalam

proses tersebut.

Banyak pendapat yang mengemukakan mengenai pengertian berpikir

kreatif. Berpikir kreatif merupakan pemikiran yang bersifat asli, reflektif,

dan menghasilkan suatu produk yang kompleks. Berpikir tersebut

melibatkan sintesis ide-ide, membangun ide-ide baru dan menentukan

efektifitasnya. Selain itu juga melibatkan kemampuan untuk membuat

keputusan dan menghasilkan produk baru. Pengertian ini lebih melihat

berpikir kreatif sebagai satu kesatuan yang di dalamnya terdapat proses

berpikir logis maupun divergen yang saling menunjang dan tidak

terpisahkan.13 Berpikir kreatif dapat dikatakan suatu keistimewaan yang

lebih dari sekedar berpikir pada lazimnya, karena kekreatifitasan tidak

dimiliki semua individu.

12Ibid,.

hal 21 13

(8)

Evan menjelaskan bahwa berfikir kreatif adalah suatu aktivitas mental

untuk membuat hubungan-hubungan (connection) yang terus menerus

(kontinu), sehingga ditemukan kombinasi yang benar atau sampai seseorang

itu menyerah.14 Sedangkan menurut Ruggiero, The, Evans dan anonim

menjelaskan bahwa berfikir kreatif dapat diartikan sebagai kegiatan mental

yang digunakan seseorang untuk membangun idea tau gagasan yang baru.15

Menurut Williams suatu proses berpikir dapat digolongkan kreatif

ketika memenuhi ciri-ciri berpikir kreatif. Ciri-ciri kemampuan berpikir

kreatif, yaitu kefasihan, fleksibilitas, orisinalitas, dan elaborasi. Kefasihan

adalah kemampuan untuk menghasilkan pemikiran atau pertanyaan dalam

jumlah yang banyak. Fleksibilitas adalah kemampuan untuk menghasilkan

banyak macam pemikiran, dan mudah berpindah dari jenis pemikiran

tertentu pada jenis pemikiran lainnya. Orisinalitas adalah kemampuan untuk

berpikir dengan cara baru atau dengan ungkapan yang unik, dan

kemampuan untuk menghasilkan pemikiran-pemikiran yang tidak lazim

daripada pemikiran yang jelas diketahui. Elaborasi adalah kemampuan

untuk menambah atau memerinci hal-hal yang detil dari suatu objek,

gagasan, atau situasi. Aspek-aspek itu banyak digunakan untuk mengukur

kemampuan berpikir kreatif yang bersifat umum dan penekanannnya pada

produk kreatif.16

Menurut Silver untuk menilai kemampuan berpikir kreatif anak-anak

dan orang dewasa sering digunakan “The Torrance Test of Creative

14Ibid,.

hal 14 15Ibid,.

hal 15 16

(9)

Thinking (TTCT)”. Tiga komponen kunci yang dinilai dalam kreativitas

menggunakan TTCT adalah kefasihan, fleksibilitas dan kebaruan. Kefasihan

mengacu pada banyaknya ide-ide yang dibuat dalam merespon sebuah

perintah. Fleksibilitas tampak pada perubahan-perubahan pendekatan ketika

merespon perintah. Kebaruan merupakan keaslian ide yang dibuat dalam

merespon perintah.17

Di dalam al-Qur‟an disebutkan sifat Allah sebagai maha pencipta.

Seperti dalam ayat berikut: Q.S Al- Hasyr ayat 24:

ٌَُُ

Dialah Allah yang menciptakan, yang mengadakan, yang membentuk rupa, yang mempunyai asmaulhusna. Bertasbih kepadanya apa yang di langit dan bumi.

Dan dialah yang maha perkasa lagi maha bijaksana” Hubungan dengan ayat

diatas, mengingat kembali definisi kreativitas itu sendiri bahwa kreativitas itu mencakup konsep yang cukup luas. Bukan hanya sekedar kemampuan (ability), gerakan psikomotor dan lain-lain, tetapi juga ditinjau dari segi gaya hidup, sebagai produk atau suatu karya. Sebagai kemampuan kreativitas barang kali dapat digolongkan dalam proses intelektual seperti kecerdasan. Dengan demikian kreativitas itu sangat luas, meliputi segala aspek kehidupan manusia.18

Berdasarkan beberapa definisi berpikir kreatif yang telah diuraikan di

atas,dapat disimpulkan bahwa berpikir kreatif merupakan suatu aktivitas

berpikir untuk menciptakansesuatu yang baru yang diperoleh dari berbagai

ide, keterangan, konsep, pengalaman, maupun pengetahuan yang ada dalam

pikirannya.Berdasarkan beberapa pendapat ahli yang telah dijelaskan

17Ibid,.

hal. 23 18

(10)

sebelumnya juga dapat diambil kesimpulan bahwa seseorang dikatakan telah

berpikir kreatif ketika memenuhi komponen-komponen; fleksibilitas,

kefasihan, keaslian atau kebaruan. Fleksibilitas diartikan sebagai

kemampuan penciptaan beragam ide yang digunakan atau kemampuan

menggunakan perubahan-perubahan pendekatan ketika menyelesaikan suatu

masalah. Kefasihan dapat dilihat dari kemampuan siswa dalam menyajikan

bermacan-macam interpretasi atau metode penyelesaian. Kebaruan

merupakan keaslian ide yang dibuat. Jadi indikator keaslian merupakan

bagian dari kebaruan.

Tatag Yuli Eko Siswono dalam menilai krativitas siswa dalam

menyelesaikan masalah didasarkan pada komponen berpikir kreatif yang

memperhatikan aspek kefasihan, fleksibilitas, kebaruan.19Selain itu, Silver

memberikan indikator untuk menilai kemampuan berpikir kreatif (kefasihan,

fleksibilitas, dan kebaruan).20

19

Tatag Yuli Eko Siswono, Model Pembelajaran Matematika Berbasis

Pengajuan dan Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan

Berpikir Kreatif, (Surabaya: Unesa Universitas Press, 2008), hal. 3 20

(11)

Dari uraian diatas, dapat dipaparkan indikator berfikir kreatif siswa

dalam menyelesaikan masalah sebagai berikut.21

Tabel 2. 1 Indikator Berpikir Kreatif Siswa

Komponen Kreatifitas Indikator

Kefasiahan Siswa menyelesaikan masalah dengan bermacam-macam interpretasi, metode penyelesaian atau jawaban masalah Fleksibilitas  Siswa menyelesaikan masalah dalam

satu cara, kemudian dengan menggunakan cara lain

 Siswa memadukan berbagai metode penyelesaian

Kebaruan Siswa memeriksa beberapa metode penyelesaian atau jawaban kemudian membuat lainnya yang berbeda

2. Tingkat Kemampuan Berfikir Kreatif

Setiap individu memiliki tingkat inteligensi, pola pikir, dan cara

menyelesaikan masalalah yang berbeda-beda. Hal ini menimbulkan berpikir

kreatif yang dimiliki setiap individu yang berbeda pula. Selaras dengan

pernyataan Guilford mengemukakan 2 asumsi dalam berpikir kreatif, yaitu:

pertama, setiap orang dapat kreatif sampai suatu derajat tertentu dalam suatu

cara tertentu. Kedua, kemampuan berpikir kreatif merupakan ketrampilan

yang dapat dipelajari.22 Dengan demikian tingkat kreatif setiap individu

berbeda dilihat dari derajatnya dan cara yang beragam. Untuk memfokuskan

pada tingkat berpikir kreatif siswa, maka kriteria didasarkan pada produk

berpikir kreatif yang memperhatikan aspek kefasihan, fleksibilitas, dan

kebaruan.

21

Tatag Yuli Eko Siswono, Model Pembelajaran…., hal. 4 22

(12)

Hurlock mengatakan bahwa kreativitas memiliki berbagai tingkatan

seperti halnya pada tingkatan kecerdasan.23 Karena kreativitas merupakan

perwujudan dari proses berpikir kreatif, maka berpikir kreatif juga

mempunyai tingkat.

Guilford mengatakan bahwa kreativitas merupakan karakteristik yang

paling menonjol dari orang-orang kreatif. Kemampuan kreatif menentukan

seseorang berada pada suatu tingkat perilaku kreatif tertentu. Pola kreatif

dimanifestasikan dalam perilaku kreatif, termasuk kegiatan-kegiatan

menemukan (inventing), merancang (designing), membuat (contriving),

menyusun (composing) dan merencanakan (planning). Seseorang yang

menunjukkan tipe perilaku-perilaku ini pada suatu derajat tertentu dikenal

sebagai seorang yang kreatif. Pendapat ini menggambarkan bahwa individu

mempunyai derajat (tingkat) kreatif yang ditunjukkan dengan perilaku

sebagaimana dikatakan sebagai orang kreatif.24 Untuk menfokuskan pada

tingkat berpikir kreatif siswa, maka kriteria didasarkan pada produk berpikir

kreatif yang memperhatikan aspek kefasihan,fleksibilitas, dan kebaruan.

Siswono merumuskan tingkat kemampuan berpikir kreatif dalam

matematika, seperti pada tabel berikut.

23Ibid,.

hal. 25 24

(13)

Siswono merumuskan tingkat kemampuan berfikir kreatif dalam

matematika, seperti pada table berikut. 25

Tabel 2. 2 Penjenjangan Kemampuan Berpikir Kreatif

Tingkat Karakteristik

Tingkat 4 (sangat kreatif) Siswa mampu menunjukkan

kefasihan, fleksibilitas, dan kebaruan atau kebaruan dan fleksibilitas dalam memecahkan masalah.

Tingkat 3 (kreatif) Siswa mampu menunjukkan

kefasihan dan kebaruan atau

kefasihan dan fleksibilitas dalam memecahkan masalah.

Tingkat 2 (cukup kreatif) Siswa mampu menunjukkan kebaruan

atau fleksibilitas dalam memecahkan masalah.

Tingkat 1 (kurang kreatif) Siswa mampu menunjukkan

kefasihan dalam memecahkan

masalah

Tingkat 0 (tidak kreatif) Siswa tidak mampu menunjukkan

ketiga aspek indicator

Pada tingkat 4 siswa mampu menyelesaikan suatu masalah dengan

lebih dari satu alternatif jawaban maupun cara penyelesaian dan membuat

masalah yang berbeda-beda (baru) dengan lancar (fasih) dan fleksibel.

Dapat juga siswa hanya mampu mendapat satu jawaban yang baru (tidak

biasa dibuat siswa pada tingkat berpikir umumnya) tetapi dapat

menyelesaikan dengan berbagai cara (fleksibel).

25

(14)

Siswa pada tingkat 3 mampu membuat suatu jawaban yang baru

dengan fasih, tetapi tidak dapat menyusun cara berbeda (fleksibel) untuk

mendapatkannya atau siswa dapat menyusun cara yang berbeda (fleksibel)

untuk mendapatkan jawaban yang beragam, meskipun jawaban tersebut

tidak baru. Selain itu, siswa dapat membuat masalah yang berbeda (baru)

dengan lancar (fasih) meskipun cara penyelesaian masalah itu tunggal atau

dapat membuat masalah yang beragam dengan cara penyelesaian yang

berbeda-beda, meskipun masalah tersebut tidak baru.

Siswa pada tingkat 2 mampu membuat satu jawaban atau membuat

masalah yang berbeda dari kebiasaan umum (baru) meskipun tidak dengan

fleksibel ataupun fasih, atau siswa mampu menyusun berbagai cara

penyelesaian yang berbeda meskipun tidak fasih dalam menjawab maupun

membuat masalah dan jawaban yang dihasilkan tidak baru.

Siswa pada tingkat 1 mampu menjawab atau membuat masalah yang

beragam (fasih), tetapi tidak mampu membuat jawaban atau membuat

masalah yang berbeda (baru), dan tidak dapat menyelesaikan masalah

dengan cara berbeda-beda (fleksibel).

Siswa pada tingkat 0 tidak mampu membuat alternatif jawaban

maupun cara penyelesaian atau membuat masalah yang berbeda dengan

lancar (fasih) dan fleksibel. Kesalahan penyelesaian suatu masalah

disebabkan karena konsep yang terkait dengan masalah tersebut tidak

dipahami atau diingat dengan benar.26

26

(15)

C.Masalah Matematika

Masalah adalah satu hal yang mungkin tidak dapat dilepaskan dari

kehidupan manusia sehari-hari. Ketika apa yang diinginkan oleh seorang

individu tidak tercapai, atau mengalami hambatan dalam pencapaiannya, maka

ia dikatakan sedang menghadapi suatu masalah.27 Masalah bersifat subjektif

bagi setiap orang, artinya bahwa suatu pertanyaan merupakan masalah bagi

seseorang, tetapi bukan menjadi suatu masalah pada suatu saat,namun bukan

menjadi suatu masalah pada saat berikutnya, bila masalah itu dapat diketahui

cara penyelesaiannya. Suatu masalah dapat dipandang sebagai „masalah‟,

merupakan hal yang relatif bagi setiap orang. Suatu pertanyaan dianggap

sebagai masalah bagi seseorang, namun bagi orang lain mungkin hanya hal

yang rutin saja. Maka dari itu, guru perlu berhati-hati dalam menentukan

soal/pertanyaan yang akan disajikan sebagai masalah.28

Masalah sering dijumpai dalam pembelajaran matematia. Dalam belajar

matematika pada dasarnya seseorang tidak terlepas dari masalah karena

berhasil atau tidaknya seseorang dalam matematika ditandai adanya

kemampuan dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya.29 Hudojo

menyatakan bahwa di dalam matematika suatu soal atau pertanyaan akan

27

Miwa Patnani, Upaya Meningkatkan Kemampuan Problem Solving Pada Mahasiswa,

Jurnal Psikogenesis. Vol. 1, No. 2/ Juni 2013 hal. 131 28

Eviliyanida1,Pemecahan Masalah Matematika, Volume I Nomor 2. Juli – Desember 2010, hal. 12

29

(16)

merupakan masalah apabila tidak terdapat aturan atau hukum tertentu yang

segera dapat dipergunakan untuk menemukan jawaban tersebut.30

Suatu pertanyaan atau soal matematika dikatakan suatu masalah jika

dalam penyelesaiannya memerlukan kreativitas,pengertian dan pemikiran

atau imajinasi dari setiap orang yang menghadapi masalah tersebut. Masalah

matematika tersebut biasanya soal cerita, membuktikan, menciptakan atau

mencari suatu pola matematika. Soal cerita dalam matematika dipandang

sebagai suatu masalah apabila dalam penyelesaiannya membutuhkan

kreativitas, pengertian dan imajinasi. Kreativitas disini merupakan

keterampilan kognitif dalam menggunakan metode untuk menyelesaikan

masalah soal cerita (mampu menggunakan metode sampai ditemukan

penyelesaiannya). Pengertian, maksudnya memahami metode apa yang sesuai

dalam menyelesaikan masalah dalam soal cerita. Imajinasi, dalam

menyelesaikan soal cerita sangat dibutuhkan. Imajinasi disini berfungsi untuk

membayangkan bagaimana langjah-langkah penggunaan metode dalam

pikiran sebelum menuliskannya dalam kertas. Dalam menyelesaikan soal

cerita ketiga hal ini ( kreativitas, pengertian, imajinasi ) sangat dibutuhkan.31

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa masalah matematika

adalah suatu pertanyaan atau soal (soal cerita, membuktikan, menciptakan

atau mencari suatu pola matematika) yang penyelesaiannya membutuhkan

kreativitas, pengertian dan imajinasi.

30

Ibid., hal. 554 31

(17)

D.Representasi Al-Qur’an dalam Menyelesaikan Masalah Matematika

Al-Qur‟an menurut Muhammad Abdul Halim merupakan mu‟jizat yang

diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat jibril

sebagai kitab suci umat islam yang mengandung petunjuk dan bimbingan untuk

selalu berada pada jalan yang benar. Secara leksikal, kata Qur‟an mengandung

arti bacaan dan baru pada perkembangannya kemudian dianggap merujuk

kepada arti teks yang dibaca.32 Al-Qur‟an merupakan kitab terakhir dan

menyempurnahkan kitab-kitab sebelumnya seperti yang tercantum dalam surat

yusuf ayat 111.

Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.33

Selain itu, Komaruddin Hidayat mengatakan Al-Qur‟an adalah kitab suci

yang memiliki dua karakter; yaitu Karakter Sentrifugal dan Karakter

Sentripetal. Karakter pertama adalah karakter Al-Qur‟an yang membuka ruang

penafsiran bagi siapapun yang membacanya. Al-Qur‟an menyediakan dirinya

untuk ditafsiri dengan varian (metodologi) yang beragam. Sementara karakter

yang kedua, Al-Qur‟an selalu menjadi ruang kembali dari setiap penafsiran.34

32

Nursupiamin, Representasi Matematika Al-Qur’an Melalui Teori Graf, al-Khwarizmi, Volume III, Edisi 2, Oktober 2015, hal. 41

33

Qur’an surat Yusuf ayat 111 34

(18)

Isi Al-Qur‟an sangat lengkap, mulai dari urusan ibadah, ketauhidan,

sampai soal pekerjaan sehari-hari, mulaidari masalah rohani sampai hal-hal

jasmani, mulai daripembicaraan tentang hak-hak dan kewajiban segolongan

umat sampai kepada pembicaraan tentang akhlak dan perangai serta hukum

siksa di dunia.Bahkan Al-Qur‟andapat menjelaskan tentang perkalian dan

perhitunganbilangan dalam berbagai peristiwa dalam berbagai konteks.35Di

dalam Al-Qur‟an, Allah SWT menyajikan begitu banyakisyarat salah satunya

yang berkaitan dengan hitungan ataumatematika.36

Isyarat-isyarat yang berkaitan dengan matematika biasanya bersifat

abstrak. Namun keabstrakan tersebut dapat disampaikan melalui gambar,

simbol maupun kata-kata yang biasanya disebut dengan representasi.

Representasi merupakan suatu model atau bentuk yang digunakan untuk

mewakili suatu situasi atau masalah agar dapat mempermudah pencarian

solusi.37 Representasi matematis merupakan pengungkapan ide-ide

matematika (masalah, pernyataan, definisi, dan lain-lain) dalam berbagai

cara.38Ide-ide matematis dalam al-Quran ada yang bersifat eksplisit dan ada

yang implisit. Bilangan, relasi bilangan, operasi bilangan, rasio dan proporsi,

himpunan, dan pengukuran merupakan contoh materi-materi matematika yang

disebutkan secara eksplisit dalam al-Quran. Relasi, fungsi, estimasi, statistika,

35

Nursupiamin, Konsep Ortogonalitas dalam Al-Qur’an, al-khwarizmi, volume 2, oktober 2013,hal. 102

36

Nursupiamin, Representasi Matematika..., hal. 40 37

Atma Murni, Peningkatan Kemampuan Representasi Matematis Siswa Smp Melalui Pembelajaran Metakognitif Dan Pembelajaran Metakognitif Berbasis Soft Skill, jurnal pendidikan 4, tahun 2013, hal. 97

38

(19)

dan pemodelan matematika merupakan contoh materi-materi matematika yang

disebutkan secara implisit dalam al-Quran.39 Pemodelan matematika

merupakan proses dalam memperoleh pemahaman matematikamelalui konteks

dunia nyata.40 Sehingga pemodelan matematika dapat digunakan untuk

menyelesaikan masalah matematika.

Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa representasi Al-Qur‟an

dalam menyelesaiakan masalah matematika adalah pengungkapan makna yang

terkandung dalam ayat al-Qur‟an tentang ilmu matematika yang kemudian jika

ilmu itu dikembangkan dapat digunakan sebagai alat untuk menyelesaikan

masalah matematika dalam kehidupan sehari-hari.

39

Abdussakir dan Rosimanidar, Model Integrasi Matematika dan Al-Quran Serta Praktik Pembelajarannya, hal. 8

40

(20)

E.FungsiKomposisi41

Komposisi fungsi adalah penggabungan operasi dua fungsi secara

berurutan sehingga menghasilkan sebuah fungsi baru.Misalkan: f : A  B

dan g : B  C

f g

A B C

h = g  f

Fungsi baru h = (g o f) : A  C disebut fungsi komposisi dari f dan g.

Ditulis: h(x) = (gof)(x) = g(f(x))

(go f)(x) = g(f(x)) ada han ya jika Rf ∩ Dg ≠ Ø

Nil ai fungsi komposi si ( gof)(x) untuk x = a adal ah (gof)(a) =

g(f(a))

Sifat-sifat Fungsi Komposisi

Tabel 2.2 Sifat Fungsi

Jika f : A  B ; g : B  C ; h : C  D, maka berlaku:

1. (fog)(x) ≠ (g o f)(x) (tidak komutatif)

2. ((fog)oh)(x) = (fo(goh))(x) (si fat asosiati f)

3. (foI)(x) = (Iof)(x) = f(x ) (el em en identi tas)

41

Muhammad Zainal Abidin, Modul Matematika Komposisi Fungsi dan Fungsi Invers.

x y=f(x) z=g(y)

(21)

Dari penjelasan materi fungsi komposisi yang menjadi masalah adalah

siswa dalam mengerjakan soal fungsi komposisi selalu monoton dengan contoh

yang diberikan oleh guru. Misalkan guru memberikan contoh tentang dua

fungsi yaitu (fog)(x), siswa selanjutnya disuruh mengerjakan soal fungsi

komposisi yang betuknya tiga fungsi yaitu ((fog)oh)(x) m asih

mem erl ukan berfiki r kreatif lagi .

F. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan ini merupakan suatu pengembangan dari

penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya. Sebagai bahan informasi dan

untuk menghindari terjadinya pengulangan hasil temuan dari permasalahan

yang sama maka peneliti mencantumkan beberapa kajian dari penelitian

(22)

Kajian penelitian terdahuluTabel 2.

Lailatul Wachidah Eliyatuz Zuroidah Sri Wahyuni

Judul

Tinjauan Kemampuan siswa Kemampuan siswa Kemampuan siswa Kemampuan

siswa

Berfikir Kreatif Berfikir Kreatif Berfikir Kreatif Berfikir

Kreatif

Berfikir Kreatif

Materi Suku Banyak Garis Dan Sudut Persamaan

Kuadrat

Teorema

Phytagoras

Fungsi

(23)

Lanjutan…

Permasalah berawal dari siswa kesulitan dalam mengerjakan soal

komposisi fungsi. Namun dengan pemahaman matematika mereka yang bagus

sekalipun tetap saja banyak yang belum bisa menjawab semua soal dengan

benar. Banyak siswa yang hanya bisa mengerjakan sedikit soal sehingga

peneliti beranggapan bahwa soal yang diberikan terlalu sulit untuk dikerjakan.

Masalah yang timbul dari penelitian ini adalah banyak siswa yang

mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal komposisi fungsi. Dalam

mengerjakansoal yang dibuat mengharuskan siswa untuk mempunyai

kemampuan pemahaman matematika dan kreativitas tinggi. Karena

pemahaman matematika siswa yang bagus, kemungkinan terbesar dari

kesulitan siswa ini berkaitan dengan tingkat berpikir kreatif masing-masing

siswa. Besar kemungkinan bahwa berpikir kretaif siswa-siswi ini tergolong

rendah. Oleh karena itu peneliti ingin melihat seberapa besar tingkat berpikir

kreatif siswa dalam menyelesaikan soal komposisi fungsi. Sehingga peneliti

menganalisa tentang kefasihan, fleksibilitas, serta kebaharuan yang dilihat dari

penyelesaian soal yang mereka kerjakan.

Agar mudah memahami arah pemikiran dalam penelitian yang berjudul

(24)

Fungsi Komposisi” ini peneliti menggambarkan kerangka/pola berpikir melalui

bagan berikut ini:

D.

E.

F.

G.

H.

Keterangan:

a. Faktor penyebab

b. Ditinjau berdasarkan 3 komponen utama berpikir kreatif a

b

Fleksibilitas Kebaharuan

Kefasihan

Berpikir Kreatif Rendah Siswa mengalami

kesulitan dalam menyelesaikan soal pada

materi komposisi fungsi

Gambar

Tabel 2. 1 Indikator Berpikir Kreatif Siswa
Tabel 2. 2 Penjenjangan Kemampuan Berpikir Kreatif
Gambar 2. 1 Fungsi Komposisi       B
Gambar 2. 2 Bagan Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Komplek Perkantoran dan Permukiman Terpadu Pemerintah Kabupaten Bangka Tengah, Jl Raya By Pass No..  Dokumen penawaran (Asli

Oleh karena itu, Departemen Agama telah mengambil langkah tepat dalam upaya meningkatkan pelayanan haji adalah dengan membangun suatu Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (SISKOHAT)

Sehubungan dengan telah berakhirnya masa sanggah terhadap Pengumuman Pemenang Seleksi Sederhana Nomor : 602.1/09.2/PNA-Perda/POKJA-SETDA/STG/X/2015, tanggal 2 Oktober 2015 untuk

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi administrasi, teknis dan kewajaran harga serta formulir isian Dokumen Kualifikasi untuk penawaran paket pekerjaan tersebut diatas,

Terbilang : Tiga ratus delapan puluh tujuh juta empat ratus enam puluh delapan ribu rupiah Hasil Evaluasi Penawaran.. Harga

Dengan begitu, diharapkan mereka memiliki wawasan ilmu keislaman sesuai dengan spesifikasi keilmuan yang dimilikinya sehingga kelak menjadi bekal baginya sebagai guru

Demikian Berita Acara Pembukaan dan Evaluasi Dokumen Kualifikasi Pekerjaan Pengawasan Renovasi Aula Peruntukan Gedung Laboratorium Pengujian Mikrobiologi ini dibuat

Pada tahap ini dilakukan analisa proses bisnis yang sedang berjalan dengan menggunakan porter’s value chain, Porter’s value chain digunakan untuk mengidentifikasi