• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL DESAIN PENGEMBANGAN INSTRUKSIONAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MODEL DESAIN PENGEMBANGAN INSTRUKSIONAL"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL DESAIN PENGEMBANGAN INSTRUKSIONAL

I. PENDAHULUAN

Tata kurikulum di sekolah merupakan kegiatan yang sangat penting di antara kegiatan-kegiatan administrative lainya. Kurikulum dengan diiringi tata laksana yang baik, tepat dan cermat akan mampu membuahkan hasil yang baik pula.

Sebenarnya kecakapan mengelola, menata dan melaksanakan kurikulum tidak hanya menjadi kebutuhan dan tangung jawab guru, juga dirasakan sangat perlu bagi para pengelola lembaga pendidikan yang bersangkutan.

Demikian pula bagi calon guru terutama mahasiswa dapat membantu membekali para mahasiswa tersebut dalma usahanya memperoleh sebagian dari kompetensi mereka.

Memahami dan mengenal berbagai aspek administrasi pendidikan di sekolah memang merupakan salah satu kemampuan (kompetensi) dasar yang harus dimiliki setiap guru kerena disamping tugas pokoknya sebagai pendidik atau pengajar guru berfungsi pula sebagai administrator yang menyangkut ketatalaksanaan kurikulsisum.

II. PERMASALAHAN

A. Pengertian system instruksional

B. Langkah-langakah pokok dalam pengembangan system instruksional

C. Model-model pengembangan instruksional

III. PEMBAHASAN

A. Pengertian System Instruksional

(2)

Sejumlah komponen tersebut antara lain materi pelajaran, metode, alat atau evaluasi yang semuanya ini berberinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan pengajaran yang telah dirumuskan.

Untuk pengembangan suatu system pengarajan atau system instruksional maka semua komponen tersebut harus diorganisir secara harmonis sebagaimana pengajaran harus kita lihat sebagai keseluruhan atau sebagai suatu system. Sebab bagaimanapun baiknya tujuan pengajaran yang dapat kita rumuskan, bila tidak disertai materi pelajaran yang sesuai, metode dan alat-alat yang tepat serta prosedur evaluasi yang mantap maka tipislah kemungkinan tujuan tersebut akan tercapai.

Pengertian instruksioanal dapat diterapkan dalam ruang lingkup yang sempit bahkan berlaku pula untuk ruang lingkup yang sangat terbatas (micro-system). Yang dimaksud ruang lingkup yang luas islah suatu sekolah tingkat tertentu, lingkup yang sempit adalah untuk mata pelajaran tertentu, sedangkan lingkup terbatas adalah untuk suatu topic pelajaran tertentu. Pengertian system instruksional dalam ruang lingkup terakhir inilah yang menjadi pokok tinjauan dalam tulisan ini, karena hal itu sangat sesuai dengan tugas pekerjaan kita sebagai pendidik (guru-dosen) didalam kelas.

B. Langkah-Langkah Pokok Dalam Pengembangan System Instruksional 1. Merumuskan Tujuan-Tujuan Instruksional

Yang dimaksud tujuan instruksional di sini ialah perumusan tingkah laku / kemampuan-kemampuan yang kita harapkan dapat dimiliki oleh siswa setelah mereka mengikuti pelajaran yang kita berikan. Kemampuan-kemampuan yang kita harapkan ini harus dirumuskan secara spesifik (khusus) dan operasional sehinga nantinya dapat kita ukur (nilai). Suatau rumusan tujuan hendaknya berisi jenis-jenis kemampuan / tingkah laku yang kita harapkan dimiliki oleh siswa setelah ia mengikuti pengajaran yang kita berikan.

(3)

diukur (dinilai) maka tujuan yang kita rumuskan tidak akan menimbulkan tafsiran yang berbeda-beda pada orang-orang yang membaca rumusan tersebut.1

Mengenahi tujuan instruksional ini ada beberapa criteria yang harus ada dalam perumusan tersebut antara lain:

A. Mengunakan istilah-istilah yang operasional B. Harus dalam bentuk hasil (produk) belajar C. Berbentuk tingkah laku siswa

D. Hanya meliputi satu jenis tingkah laku 2. Mengembangkan Alat Evaluasi

langkah ini adalah pengembangan test yang fungsinya adalah untuk menilai sampai dimana para siswa telah menguasai kemampuan-kemampuan yang telah kiata rumuskan dalam tujuan-tujuan tersebut.

Pengembangan alat evaluasi yang biasanya kita tempuh sebagai langkah terakhir, sekarang kita tempuh sebagai langkah kedua. Hal ini didasarkan atas prinsip pengajaran yang berorentasi pada tujuan hasil (output oriented) dimana penilaian terhadap suatu system instruksional di dasarkan atas hasil yang dapat dicapainya.

Dengan dikembangkanya alat evaluasi ini, ada kemungkinan beberapa tujuan yang telah dirumuskan perlu diubah atau dipertegas rumusanya, sehinga dapat dikur.

 Menentukan jenis-jenis test apa yang akan

dipergunakan untuk menilai tercapainya tidaknya tujuan.

 Kemudian meruuskan pertanyaan (item)

untuk menilai masing-masing tujuan. Pertanyaan-pertanyaan ini dapat berbentuk:

- Bentuk uraian

- Bentuk pilihan jawab terbatas - Bentuk melengkapi

(4)

3. Menetapkan Kegiatan-Kegiatan Belajar.

Dalam langkah ketiga ini kegiatan-kegiatan belajar yang perlu ditempuh siswa harus dirumuskan agar mereka nantinya dapat berbuat seperti apa yang tercantum dalam tujuan yang telah kita rumuskan pula.

Setelah kegiatan-kegiatan belajar kita rumuskan, sekarang kita menetapkan kemampuan-kemampuan dasar yang harus dimiliki sebelumnya agar siswa dapat melakukan kegiatan-kegiatan belajar tersebut.

Test untuk menilai kemampuan dasar guna mengikuti kegiatan-kegiatan belajar tertentu tersebut disebut test of entering behavior (TEB). Kegunaan hasil dari test of entering behavior ini ialah untuk menetapkan perlu tidaknya program khusus mengenahi kemampuan-kemampuan dasar tertentu, sebelum para siswa menempuh kegiatan belajar yang dirumuskan.

4. Merencanakan Program Kegiatan

Hal-hal pokok yang perlu ditetapkan dalam merencanakan program kegiatan adalah menetapkan isi (materi) pelajaran yang akan diberikan, metode / alat apa yang akan dipakai dan jadwal pelajaran itu sendiri.

a. Merumuskan materi pelajaran

Bila perlu setiap pokok materi dapat dilengkapi dengan uraian singkat dan contoh-contoh agar memudahkan penyampaian materi tersebut kepada siswa.

b. Metode yang digunakan

Dalam hal ini perlu mengetahui terlebih dahulu sejumlah metode yang dapat digunakan dalam mengajar antara lain:

1. Metode ceramah / kuliah 2. Metode diskusi

(5)

6. Metode karya wisata dan lain-lain.

c. Menyusun jadwal

Atas dasar banyaknya materi yang ingin disampaikan dan metode-metode yang digunakan, maka perlu dipertimbangkan atau diperhitungkan dalam beberapa jam pelajaran materi tersebut dapat disampaikan.

5. Melaksanakan Program

langkah-langkah yang kita lakukan ialah:

1. Mengadakan pre test test yang diberikan pada siswa adalah test yang kita susun pada langkah kedua.

2. Menyampaikan materi pelajaran dalam hal ini kita harus berpegang pada rencana yang telah di susun pada langkah keempat, dan yang perlu diperhatikan ialah sebelum penyampaian materi pelajaran hendaknya memberika penjelasan terlebih dahulu tujuan-tujuan instruksional yang akan dicapai agar siswa mengetahui kemampuan apa yang harus dimiliki setelah mengikuti pelajaran.

3. Mengadakan evaluasi (post test) test yang kita berikan adalah identik dengan pre test. Jadi bedanya pre test dan post test hanya dalam waktu dan fungsinya saja.

C. Model desain pengembangan instruksional

(6)

Tahapan model pengembangan instruksional Banathy meliputi enam tahap, yaitu:2

1. Menganalisis dan merumuskan tujuan, baik tujuan umum maupun tujuan yang lebih spesifik, yang merupakan sasaran dan arah yang harus dicapai peserta didik. Pepen Permana – Sistem Pengembangan Intruksional

2. Mengembangkan kriteria tes yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Hal ini dilakukan agar setiap tujuan yang dirumuskan tersedia alat untuk menilai keberhasilannya.

3. Menganalisis dan merumuskan kegiatan belajar, yakni merumuskan apa yang

harus dipelajari (kegiatan belajar yang harus dilakukan siswa dalam rangka mencapai tujuan belajar). Kemampuan awal siswa harus dianalaisis atau dinilai agar mereka tidak perlu mempelajari apa yang telah mereka kuasai.

4. Merancang sistem, yakni kegiatan menganalisis sistem dan setiap komponen

sistem. Dalam langkah ini juga ditetapkan jadwal dan tempat pelaksanaan dari masing-masing komponen instruksional.

5. Mengimplementasikan dan melakukan tes hasil, yakni melatih (ujicoba) sekaligus menilai efektifitas sistem. Dalam tahap ini perlu diadakan penilaian atas apa yang dilakaukan siswa agar dapat diketahui seberapa jauh siswa mampu mencapai hasil belajar.

6. Mengadakan perbaikan dan perubahan berdasarkan hasil evaluasi. Model PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional) adalah model yang dikembangkan di Indonesia untuk mendukung pelaksanaan kurikulum 1975. PPSI adalah sistem yang saling berkaitan dari satu instruksi yang terdiri atas urutan, desain tugas yang progresif bagi individu dalam belajar. PPSI berfungsi sebagai pedoman bagi guru dan berguna dalam menyusun proses belajar mengajar Secara garis besar, model pengembangan PPSI mengikuti pola dan siklus pengembangan yang mencakup: (1) perumusan tujuan, (2) pengembangan alat evaluasi, (3) kegiatan belajar, (4) pengembangan program kegiatan, (5) pelaksanaan pengembangan. Sesuai bagan di atas, perumusan tujuan menjadi dasar bagi penentuan alat evaluasi pembelajaran dan rumusan

(7)

kegiatan belajar. Rumusan kegiatan belajar lebih lanjut menjadi dasar pengembangan program kegiatan, yang selanjutnya adalah pelaksanaan pengembangan. Hasil pelaksanaan tentunya dievaluasi, dan selanjutnya hasil evaluasi digunakan untuk merevisi pengembangan program kegiatan, rumusan kegiatan belajar, dan alat evaluasi. Tahapan yang dimiliki model PPSI ini mencakup:

1. Merumuskan tujuan, yakni kemampuan yang harus dicapai oleh siswa. Perumusan tujuan memberikan petunjuk bagi guru dalam merumuskan tujuan-tujuan khusus. Perumusan tujuan khusus itu berdasarkan pada pendalaman dan analisis terhadap pokok-pokok bahasan/ subpokok Pepen

Permana – Sistem Pengembangan Intruksional bahasan yang telah digariskan

untuk mencapai tujuan instruksional dan tujuan kurikuler.

2. Mengembangkan alat evaluasi, yakni menentukan jenis tes dan menyusun

item soal untuk masing-masing tujuan. Pengembangan alat evaluasi ini memberikan petunjuk tentang prosedur penilaian yang akan ditempuh, tentang tes awal (pre test) dan tes akhir (post test), tentang jenis tes yang akan digunakan dan tentang rumusan soal-soal tes sebagai bagian dari satuan pelajaran. Tes yang digunakan dalam PPSI disebut criterion referenced test yaitu tes yang digunakan unuk mengukur efektifitas program/ pelaksanaan pengajaran.

3. Mengembangkan kegiatan belajar mengajar, yakni merumuskan semua

kemungkinan kegiatan belajar mengajar dan menyeleksi kegiatan belajar yang perlu ditempuh. Kegiatan dalam tahap ini merupakan petunjuk bagi guru untuk menetapkan langkah-langkah kegiatan belajar siswa sesuai dengan bahan pelajaran yang harus dikuasai dan tujuan khusus instruksional yang harus dicapai oleh para siswa.

(8)

5. Pelaksanaan program, yaitu kegiatan mengadakan prates, menyampaikan materi, mengadakan psikotes, dan melakukan perbaikan. Tahap ini berkenaan dengan dimulainya pelaksanaan tes awal dilanjutkan dengan penyampaian materi pelajaran sampai pada dilaksanakannya penilaian hasil belajar.

IV. KESIMPULAN

A. Pengertian system instruksional

System instruksioanal, yaitu suatu kesatuan yang terorganisir yang terdiri atas sejumlah komponen yang saling berhubungan satu sama lain dalam rangka mencapai yang diinginkan.

B. Langkah-langakah pokok dalam pengembangan system instruksional 1. Merumuskan tujuan-tujuan instruksional

2. Mengembangkan alat evaluasi

3. Menetapkan kegiatan-kegiatan belajar 4. Merencanakan program kegiatan 5. Melaksanakan program

C. Model-model pengembangan instruksional

Model banathy yaitu: Model Yang dikembangkannya ini berorientasi pada hasil pembelajaran, sedangkan Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sistem, yakni pendekatan yang Didasarkan pada kenyataan bahwa kegiatan belajar mengajar merupakan suatu hal Yang sangat kompleks, terdiri atas banyak komponen yang satu sama lain harus Bekerja sama secara baik untuk mencapai hasil yang sebaik-baiknya.

(9)

V. PENUTUP

Demikian makalah ini kami sampaikan, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua. Khususnya bagi para pembaca yang budiman. Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan baik dari segi penjelasannya maupun penulisnya. Oleh karena itu diharapkan saran dan kritiknya yang konstruktif.

DAFTAR PUSTAKA

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil FGD dan wawancara dengan sejumlah informan kunci dan analisis terhadap tugas dan perannya, masing-masing stakeholder memiliki tingkat kepentingan dan pengaruh

Ho1 Tidak terdapat kesan yang signifikan terhadap pelajar yang mempunyai kecerdasan visual-ruang yang menggunakan koswer animasi grafik.. H o 2 Tidak terdapat

Hipotesis 2 total asset turn over tidak berpengaruh terhadap return on assets Total asset turn over merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perputaran semua aktiva yang

Pencemaran asap lintas batas akibat kebakaran hutan yang terjadi di Indonesia untuk saat ini memang belum menimbulkan sengketa antara negara-negara ASEAN, terutama antara

a) Perusahaan McDonalds di Indonesia dan Malaysia sebaiknya lebih mengutamakan faktor lokasi, faktor varian menu, faktor kualitas makanan, faktor harga dan faktor

Mengacu pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) berangkat dan

Habitat hutan menyediakan lebih banyak sumberdaya terutama makanan yang terlihat dari beragamnya vegetasi di dalamnya, adanya aliran air dan pepohonan sebagai tempat