• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROYEKSI JUMLAH PERGERAKAN DALAM MENENTUKAN KAPASITAS DAN JUMLAH ARMADA PERINTIS KABUPATEN MALUKU BARAT DAYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PROYEKSI JUMLAH PERGERAKAN DALAM MENENTUKAN KAPASITAS DAN JUMLAH ARMADA PERINTIS KABUPATEN MALUKU BARAT DAYA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PROYEKSI JUMLAH PERGERAKAN DALAM MENENTUKAN KAPASITAS DAN

JUMLAH ARMADA PERINTIS KABUPATEN MALUKU BARAT DAYA

Standy Johannes, M. Ruslin Anwar, Eddi Basuki Kurniawan

Program Magister Teknik Sipil Minat Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jalan MT. Haryono No. 167 Malang 65145 Telp. (0341) 587710

e-mail: johannesstandy@yahoo.co.id

ABSTRAK

Pasca mekarnya kabupaten Maluku Barat Daya dari kabupaten induk, mendorong permintaan akan layanan transportasi laut meningkat, mengingat kondisi wilayah yang merupakan kepulauan dengan akses utama melalui laut serta rendahnya tingkat ekonomi menjadi alasan masyarakat melakukan perjalanan dengan mengutamakan tarif murah dibanding faktor keamanan dan kenyamanan, kondisi ini terlihat pada trayek pelayaran armada perintis (KM.Sabuk Nusantara 31) dengan kapasitas 400 penumpang serta 50 ton barang dengan menempuh jarak 3.096 mil dengan 10 pelabuhan pada trayek Maluku Tenggara Barat dan 12 pelabuhan pada Maluku Barat Daya. Berdasarkan kondisi tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi pemuatan dengan membandingkan supply eksis dan supply demand, berdasarkan data pergerakan eksisting yang diproyeksikan menggunakan metode proyeksi tren dengan persamaan trend linier, serta penilaian akurasi peramalan menggunakan nilai rata-rata kesalahan kuadrat (MAPE), sehingga dapat diketahui seberapa besar nilai pergerakan pada 10 tahun akan datang yang kemudian digunakan dalam menentukan jenis, jumlah dan kapasitas armada yang sesuai. Adapun hasil yang diperoleh pada studi ini yakni; kondisi layanan armada KM.Sabuk Nusantara 31 berdasarkan kapasitas dan jangkauan layanan tidak optimal, sehingga dari hasil analisa dibutuhkan tambahan 1 unit armada perintis type 2000 dengan kapasitas 2000 penumpang dan akan dioperasikan khusus melayani trayek B (kabupaten Maluku Barat Daya).

Kata Kunci : Proyeksi, Pergerakan, Kapasitas, Maluku Barat Daya.

ABSTRACT

The splitting of Southwest Maluku District from the central district has been encouraging the increase of marine transport services demand. The condition of the region consisted of islands whose main access is by the sea and the low level of economic are the reasons why people prefer cheap rates rather than security and comfort in traveling. This can be seen in pioneering fleet cruise route (KM. Sabuk Nusantara 31) with a capacity of 400 passengers and 50 tons of goods covering 3.096 mile distance by 10 harbors on West Southeast Maluku route and 12 harbors on Southwest Maluku. Therefore, based on previously describred condition, the aim of this research was to investigate the loading condition by comparing existing supply and supply demand according to the existing movement data projected using trend projection method by liniar trend equation and forecasting accuracy assessment by squared error average value (MAPE). Consequently, this would lead to the finding of movement value in the next 10 year used to determine the type, number and capacity of the appropriate fleet. As a result of this study, fleet services condition of KM. Sabuk Nusantara 31 was not optimal based on capacity and range of services so that it required 1 additional pioneering fleet, 2000 type with the capacity of 2000 passengers, operated specifically to serve B route (Southwest Maluku District).

Keywords : Forecast, Movement, Capacity, Southwest Maluku.

PENDAHULUAN

Keberhasilan pembangunan suatu wilayah sangat dipengaruhi oleh peran transportasi sebagai penggerak utama aspek kehidupan (politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan-keamanan) suatu wilayah maupun bangsa. Secara khusus untuk wilayah-wilayah kepulauan, transportasi laut merupakan urat nadi pertumbuhan wilayah dalam menjembantani kesenjangan dan mendorong pemerataan

hasil-hasil pembangunan antar wilayah. Permasalahan transportasi laut di Maluku khususnya di Maluku Barat Daya menjadi semakin kompleks bukan saja dari sisi kuantitas sarana transportasi, tetapi juga dari sisi kualitas pelayanan jasa yang diberikan.

(2)

Gaspersz.2005.ITS.Surabaya). Khusus Kab. Maluku Barat Daya diindikasi memiliki potensi cukup besar, hal ini dibuktikan dengan penilaian subyektif terhadap prioritas pengembangan kriteria armada dan sub-kriteria kapasitas di kabupaten Maluku Barat Daya adalah (MBD - Ambon) dengan Indeks konsistensi keputusan yang dihasilkan 91 % dengan inconsistency ratio 9% (Lodewyk M. Kelwulan.2009. ITS.Surabaya). Kondisi jalur pelayaran Kab. Maluku Barat Daya saat ini dilayani oleh kapal laut KM. Sabuk Nusantara 31 dengan tipe perintis. Total jarak keseluruhan dari rute yang ditempuh yakni 3.069 mil serta lama waktu tempuh rata-rata 24 hari per trip, dengan rasio load factor rata-rata120%, sehingga dari faktor pemuatan penumpang dinilai tidak layak (ADPEL. Laporan Voyage Perintis.2006-2011).

Kapasitas tampung untuk tipe kapal yang melayani rute ini yakni 400 penumpang, 376 di kelas ekonomi dan sisanya di kelas pertama dan kedua. Ini adalah jumlah tampungan resmi, tetapi biasanya setiap kali keberangkatan maupun kedatangan ke daearah – daerah Maluku Barat Daya muatan yang ada sangat berlebihan, karena banyak terdapat penumpang di setiap lorong dan gang – gang jalan di atas kapal. Kapal ini memiliki panjang 63 meter, lebar 12 meter dan bobot mati 1200 ton (GT = bobot mati Tonase) memiliki 38 kru. Kapal ini adalah kapal pemerintah dari PT. Pelni yang ditugaskan untuk dapat melayani daerah/pulau-pulau terpencil seperti halnya daerah-daerah di Kabupaten MBD. Dari gambaran tersebut di atas maka

dilakukan proyeksi/peramalan dengan

menggunakan metode proyeksi tren dengan persamaan trend linier, serta penilaian akurasi peramalan menggunakan nilai rata-rata kesalahan kuadrat (Mean Absolute Percentage Error) MAPE, dalam mendiskripsikan pergerakan pada masa akan datang.

Adapun tujuan yang ingin dicapai pada studi ini yakni;

1. Mengetahui jumlah pergerakan penumpang dan barang saat ini

2. Proyeksi atau peramalan jumlah pergerakan penumpang dan barang untuk jangka waktu 10 tahun mendatang.

3. Menentukan tipe, jumlah dan kapasitas armada yang sesuai berdasarkan waktu rencana hasil proyeksi/peramalan.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini secara umum merupakan penelitian lapangan dengan studi kasus yang menggunakan disain deskriptif atau disain yang menguraikan data, mengidentifikasi keadaan,

gejala atau fenomena dari permasalahan yang ada pada sistem transportasi laut di Kabupaten Maluku Barat Daya Propinsi Maluku.

Untuk menunjang tercapainya tujuan penelitian maka ditempuh langkah-langkah analisis yang akan dijelaskan pada bagan alir kerangka desain penelitian sebagai berikut :

A. Kerangka Desain Penelitian

Gambar 1. Bagan alir metode penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara mengadakan survey transportasi laut, untuk mengetahui potensi wilayah, serta data trafik penumpang dan barang di masing-masing pulau dalam wilayah kabupaten Maluku Barat Daya.

Untuk memperoleh data ini dilakukan

pengukuran dengan cara wawancara langsung yang dilakukan apabila ketersediaan data

MULAI

DATA SEKUNDER

- Data series Jumlah penumpang & barang menurut asal tujuan - Data Distribusi Jumlah

penduduk

- Data Tarif/biaya perjalanan - Data Jarak antar pelabuhan - Data Lama waktu perjalanan - Peta Topografi wilayah study

Pengumpulan Data Penentuan variable penelitian

DATA PRIMER:

- Spesifikasi teknis transportasi laut yang beroperasi - Jumlah titik asal-tujuan

pergerakan (intra zona) - Jarak dan lama waktu

pelayaran

- Ratio pertumbuhan penumpang & barang pertahun

Type, Kapasitas dan Jumlah Armada Sesuai Kebutuhan Identifikasi Masalah:

moda transportasi laut yang tersedia tidak mampu melayani kebutuhan masyarakat

Tidak efisien waktu dan biaya akibat rute, jarak tempuh, serta banyaknya node/persinggahan.

Tujuan Penelitian:

Menentukan jumlah dan type armada transportasi laut yang sesuai berdasrkan hasil proyeksi/peramalan pertumbuhan penumpang pada trayek pelayaran perintis di kabupaten Maluku Barat Daya (MBD).

(3)

sekunder kurang mendukung, baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Dalam pelaksanaan pekerjaan ini, beberapa jenis data primer tetap dibutuhkan untuk menunjang data sekunder yang sudah ada meliputi :

1. Menggunakan data sekunder dari dinas Administrasi Pelabuhan (ADPEL)

a. Jumlah penumpang dan barang tiap pelabuhan pertahun

b. Jumlah round trip operasional armada 2. Menggunakan data sekunder dari dinas

Badan Penyelenggara Daerah (BAPEDA) a. Dokumen RTRW kabupaten

b. Peta administrasi wilayah,

c. penyebaran potensi dan komoditas d. Peta pergerakan penumpang dan barang

(cargo mapping)

3. Menggunakan data sekunder dari Badan Pusat Statistik (BPS)

a. Jumlah penduduk dan distribusinya tiap kecamatan

b. Sex ratio dan kepadatan penduduk tiap kecamatan

4. Menggunakan data primer hasil survey langsung dengan melakukan perjalanan 1 (satu) trip dengan armada KM. Sabuk Nusantara 31.

a. Kecepatan rata-rata berlayar

b. Kapasitas terpasang penumpang dan barang

c. Jarak tempuh masing-masing pelabuhan d. Lama waktu bongkar-muat di pelabuhan

(Port time)

Data hasil survey tersebut selanjutnya diolah untuk mencari pola pergerakan penumpang dan barang di tiap-tiap pelabuhan dalam bentuk matriks asal tujuan (MAT), kemudian hasil tersebut diproyeksikan menggunakan metode proyeksi trend dengan persamaan trend linier serta penilaian akurasi peramalan menggunakan nilai rata-rata kesalahan kuadrat (mean absolute percentage error) MAPE, maka di dapat nilai peramalan serta rasio

pertumbuhan pergerakan masing-masing

pelabuhan dimana hasil tersebut akan dievaluasi dengan membandingkan supply eksis dan supply demand dalam mengukur kinerja operasional armada yang ada, dari uji kesesuaian tersebut diketahui kelebihan muatan (over load) yang kemudian digunakan untuk menentukan apakah perlu penambahan armada serta jenis/tipe armada apa yang dipilih dan kapan diperlukan dalam menjawab kebutuhansesuai waktu rencana.

B. Gambaran Umum Wilayah

Dengan jumlah pulau 50 buah, 31 pulau

berpenduduk dan 19 pulau tidak berpenduduk dan terhimpun dalam 3 gugus pulau yaitu :

 Gugus pulau terselatan dengan luas 4.686 km2

 Gugus pulau Lemola dengan luas 1.506 km2

 Gugus pulau Babar dengan luas 2.456 km2 Letak Kabupaten Maluku Barat Daya diantara 60-100 Lintang Selatan, 125040-130030 Bujur Timur, dengan batasan administrasi daerah sebagai berikut :

a.sebelah utara berbatasan dengan Laut Banda b.sebelah timur berbatasan dengan Kepulauan

Tanimbar

c. sebelah selatan berbatasan dengan Laut Timor, Selat Wetar dan

d.sebelah barat berbatasan dengan Kepulauan Alor.

Sumber : BAPEDA dok. RTRW 2010

Gambar 2. Peta himpunan gugus pulau Maluku Barat Daya

Luas wilayah kabupaten Maluku Barat Daya adalah 72.427,2 km2 dengan luas lautan 63.779,2 km2 dan luas daratan 8.648 km2.

Pembagian kecamatan pada kabupaten Maluku Barat Daya adalah sebagai berikut : 1. Kecamatan Pulau-pulau Terselatan

Dengan ibu kota Wonreli 2. Kecamatan Wetar

Dengan ibu kota Ilwaki 3. Kecamatan Damer

Dengan ibu kota Wulur 4. Kecamatan Leti

Dengan ibu kota Tutukey 5. Kecamatan Moa Lakor

Dengan ibu kota Klis

6. Kecamatan Pulau-pulau Babar Dengan ibu kota Tepa

7. Kecamatan Babar Timur Dengan ibu kota Letwurung 8. Kecamatan Mdona Hiera

(4)

Berdasarkan fakta terdapat indikasi bahwa prasarana perhubungan di kabupaten Maluku Barat Daya secara umum belumlah seimbang dalam arti bahwa ketersediaan sarana prasarana transportasi masih berkosentrasi pada wilayah atau lokasi-lokasi yang koneksitasnya mengacu pada kabupaten induk Maluku Tenggara Barat (sebelum pemekaran). Hal ini mengakibatkan tingginya permintaan jasa transportasi sedangkan pada sisi lain dihadapkan dengan tingkat ketersediaan dan pelayanan yang belum baik, efektif, efisien dan merata dalam konteks pembangunan wilayah kabupaten Maluku Barat

Daya sebagai suatu daerah otonom

(DISHUB.Tatralok MBD 2010).

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Data Survey

Adapun data yang diperoleh dalam

penelitian ini berupa spesifikasi teknis

armada perintis KM. Sabuk Nusantara 31

seperti dijelaskan pada tabel 3.1 berikut.

Tabel 1. Data spesifikasi kapal

Spesifikasi Kapal Nilai Satuan Panjang Seluruh Kapal (LOA) 63,00 meter

Panjang Antara Garis Tega (LBP)

57,36 Meter

Lebar (B) 12 Meter

Tinggi Geladak (H) 3,50 Meter

Tinggi Sarat (T) 2,70 Meter

Kecepatan Percobaan 12 knot

Mesin Utama Mitsubishi 2 x 1030 PS

Pemakaian Bahan Bakar 196,4 Ltr/jam

Mesin Bantu Welchal Deutz 2 x 132 kw

Pemakaian Bahan Bakar 34 Ltr/jam Ltr/jam

Generator Pelabuhan Welchal Deutz 2 x 169 kw Kapasitas Penumpang Tidur

(Eko)

376 Orang

Kapasitas Penumpang Kelas II 16 Orang

Kapasitas Penumpang Kelas I 8 Orang

Kapasitas Ruang Muat 50 Ton

Jumlah ABK 36 Orang

KADET 2 Orang

Sumber : dok.KM. Sabuk Nusantara 31. 2011.

Adapun realisasi pemuatan penumpang

dan barang KM. Sabuk

Nusantara 31, rata-rata untuk tahun 2006 sampai dengan 2011 yang meliputi 12 pelabuhan singgah di kabupaten Maluku Barat Daya (trayek B) dapat dilihat pada tabel 3.

Realisasi operasional kapal perintis (KM. Sabuk Nusantara 31) yang beroperasi pada trayek

yang melayani rute kabupaten Maluku Barat Daya dengan pelabuhan pangkalan Ambon menghasilkan total waktu/1round trip tiap tahun dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 2. Data Trayek Sesuai Pelabuhan,

(5)

PP. Babar 11%

Babar Timur 13%

PP. Wetar 11%

PP. Terselatan

26%

Leti Moa Lakor 11% Moa Lakor

13% Damer

8% Mdonia Hiera

7%

Tabel 3. Rata-rata Pemuatan Penumpang Dan Barang (Thn.2006-2011)

Tahun

Rata-rata pergerakan

Pnmpng Barang

Ambon 6.460,90 549,80

Wulur 1.469,95 56,24

Bebar 1.240,02 45,54

Tepa 2.090,06 103,03

Lelang 1.867,15 76,14

Lakor 1.330,90 174,76

Moa 1.746,49 174,31

Leti 2.239,95 181,51

Kisar 4.446,30 176,94

Ilwaki 1.164,76 73,02

Upisera 680,68 47,88

Kupang 3.707,82 716,16

Sumber : ADPEL voyage tahun 2006-2011.

Tabel 4. Jumlah hari/ Round Trip tiap Tahun Tahun Round Trip/Tahun

2006 24 hari

2007 28 hari

2008 26 hari

2009 25 hari

2010 27 hari

2011 26 hari

Sumber : ADPEL.Lap.Tahunan 2006- 2011

2. Pola Pergerakan Penumpang dan Barang

Hasil analisis kecenderungan orientasi, dan pergerakan parameter seperti penduduk dan barang, kelengkapan sarana dan prasarana transportasi, maka terdapat pusat-pusat pertumbuhan yang memiliki fungsi utama sebagai pintu keluar bagi Kabupaten Maluku Barat Daya, tergambar pada persebaran/ distribusi penduduk. Adapun prosentase distribusi dan sebaran penduduk di Kabupaten Maluku barat Daya dapat dilihat pada gambar 2.

Berdasarkan hasil analisa dan pengamatan pola aktivitas, maka tujuan pergerakan lebih difokuskan pada;

- Aktivitas pemerintahan, ekonomi, industri pengolahan terpusat di wilayah ibu kota kabupaten definitip dan wilayah ekonomi.

- Aktivitas pendidikan terpusat di Wonreli.

- Aktivitas penambangan dan eksplorasi gas terpusat di Wetar dan Babar Timur.

- Aktivitas ekonomi primer tersebar pada seluruh wilayah non perkotaan.

Sumber BPS Kabupaten MBD. 2010.

Gambar 2. Diagram Distribusi Penduduk Tahun 2010

Berdasarkan hasil analisa dan pengamatan pola aktivitas, maka tujuan pergerakan lebih difokuskan pada;

- Aktivitas pemerintahan, ekonomi, industri pengolahan terpusat di wilayah ibu kota kabupaten definitip dan wilayah ekonomi. - Aktivitas pendidikan terpusat di Wonreli - Aktivitas penambangan dan eksplorasi gas

terpusat di Wetar dan Babar Timur

- Aktivitas ekonomi primer tersebar pada seluruh wilayah non perkotaan.

A. Analisa Mobilitas Penumpang

Hasil survey menunjukkan adanya tiga motif pergerakan penumpang dari Kabupaten Maluku Barat Daya dan wilayah kecamatan-kecamatan, yaitu :

- Faktor kebutuhan konsumtif

- Faktor sosial budaya, pendidikan, kesehatan, dan wisata / hiburan

- Faktor administratif untuk urusan

pemerintahan.

Dengan mempertimbangkan mobilitas transportasi maka pola bangkitan dan pergerakan angkutan akan timbul berdasarkan format orientasi perpindahan alat angkut berdasarkan titik-titik (node) asal (origin) dan tujuan (destination) dengan ketergantungan cukup kuat terhadap daerah eksternal yakni kota Ambon dan Kupang yang merupakan main gate.

B. Analisa Pergerakan Barang (Cargo Mapping)

Umumnya pergerakan barang di

(6)

Kupang (NTT), Kalabahi (NTT), Ambon, Saumlaki, Surabaya dan Makasar. Sedangkan untuk pergerakan intra menjadikan Wonreli di pulau Kisar sebagai pusat bangkitan, dan pusat kecamatan sekaligus sebagai ibu kota kabupaten sementara sambil menunggu pembangunan infrastruktur guna pemindahan ibu kota ke Tiakur pulau Moa sesuai dengan undang-undang RI Nomor 31 tahun 2008, tentang pemekaran Kabupaten MBD di Provinsi Maluku

C. Penilaian Kinerja Trayek Eksisting.

Berdasarkan data survey yang ada, maka diketahui kinerja lintasan / trayek eksisting berdasarkan factor-faktor yang dijelaskan sebagai berikut.

a. Jarak.

Total jarak tempuh perjalanan yang dibutuhkan dalam 1 (satu) trip pelayaran untuk trayek kabupaten Maluku Barat Daya yang ditunjukan pada trayek B sejauh 1.592 mil yang melalui 12 pelabuhan singgah dengan jarak terpanjang pada segmen lintasan Ambon – Bebar (216 mil) dan segmen lintasan Upisera – Kupang (212 mil).

b. Waktu.

Khusus untuk trayek B rute kabupaten Maluku Barat Daya memakan waktu rata-rata 10 hari, namun berhubung armada KM. Sabuk Nusantara 31 yang beroperasi pada rute ini juga melayani trayek A (tabel 3.2) sehingga total waktu yang di butuhkan untuk 1 (satu) trip pelayaran rata-rata 24 hari (tabel 3.3), kondisi ini dinilai tidak efektif dan berimbas pada minimnya jumlah kunjungan kapal di tiap pelabuhan, hal tersebut terlihat jelas pada total round trip yang hanya 15 kali/tahun.

c. Biaya / tariff.

Biaya/tarif perjalanan untuk setiap pelabuhan bervariatif, hal ini relevan dengan factor jarak dan waktu yang telah dikemukakan diatas, meskipun trayek ini dikenakan subsidi dari pemerintah, namun sering menjadi masalah akibat biaya tak terduga yang timbul selama perjalanan contohnya; makan, minum, ongkos tambang barang serta pungutan liar seperti tawaran kenyamanan lebih yang seharusnya sudah menjadi hak pengguna jasa tersebut. Tarif jasa angkutan laut perintis yang dikenakan

berpatokan pada Keputusan Menteri

Perhubungan No.86 tahun 2002.

d. Daya (Kapasitas/Load factor).

(KM. Sabuk Nusantara 31) dengan spesifi-

kasi dan kapasitas yang dijelaskan sebelumnya (tabel 3.1), jika dibandingkan dengan rata-rata pemuatan tiap pelabuhan (Tabel 3.3) yang mengidikasikan pemuatan penumpang khususnya pelabuhan Ambon telah melebihi kapasitas/offer load, untuk barang masih memadai, namun khusus pelabuhan Kupang dengan load factor 94% kedepannya perlu dipertimbangkan sesuai tingkat pertumbuhan sehinggga dicapai tingkat pelayanan yang optimal.

Tabel 5. Jumlah diangkut berdasarkan rata-rata pergerakan (2006-2011)

Pelabuhan

Penumpang Barang

Rata2 jum/thn

Diangkut /trip

Rata2 jum/thn

Diangkut /trip

(Org) (ton/m3)

Ambon 6.460,90 430,727 549,795 36,653

Bebar 1.469,95 97,997 56,237 3,749

Wulur 1.240,02 82,668 45,543 3,036

Tepa 2.090,06 139,337 103,025 6,868

Lelang 1.867,15 124,476 76,141 5,076

Lakor 1.330,90 88,727 174,762 11,651

Moa 1.746,49 116,433 174,312 11,621

Leti 2.239,95 149,330 181,51 12,101

Kisar 4.446,30 296,420 176,935 11,796

Ilwaki 1.164,76 77,651 73,021 4,868

Upisera 680,683 45,379 47,876 3,192

Kupang 3.707,82 247,188 716,161 47,744

3. Proyeksi/Peramalan Penumpang dan Barang

Peramalan lalulintas pergerakan

penumpang dan barang pertahun dilakukan dengan menggunakan metode Proyeksi Tren dengan Persamaan Tren Linier, dengan tujuan untuk menemukan pola data secara historis dan mengekstrapolasikan pola tersebut untuk masa akan datang yang didasarkan pada nilai variabel yang telah lalu dan atau peramalan kesalahan masa lalu (Makridakis, 1989).

Untuk model peramalan lalu lintas pergerakan penumpang dan barang dilakukan terhadap 12 (dua belas) pelabuhan singgah, dengan data masa lalu untuk pergerakan penumpang dan barang tahun 2006 – 2011 dipakai sebagai dasar peramalan untuk jangka waktu hingga 10 (sepuluh) tahun akan datang. Metode ini merepresentasikan suatu perubahan data dari waktu ke waktu cenderung mengalami perubahan naik atau turun (fluktuatif).

(7)

peramalan yang terkecil (Makridakis, 1998). Salah satu ukuran kesalahan yang termasuk ukuran standar statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai rata-rata kesalahan kuadrat (Mean Absolute Percentage Error) MAPE. Peramalan dengan metode Proyeksi Tren dengan Persamaan Tren Linier terlebih dahulu didefenisikan variabel-variabel yang akan digunakan meliputi;

independent variable)

Dengan penghitungan Slope (b1) dan termasuk ukuran standar statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai rata-rata kesalahan kuadrat (Mean Absolute Percentage Error) MAPE (Makridakis, 1998),

dengan variabel sebagai berikut ;

dimana;

MAPE = nilai rata-rata persentase absolut kesalahan

n = banyaknya periode dalam deret berkala

Yt = nilai observasi pada periode t Ŷt = nilai ramalan dari Yt

Adapun hasil peramalan pertumbuhan penumpang dan barang hingga tahun 2021 dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Hasil peramalan pergerakan Tahun

Lelang 4.826,05 234,228

Lakor 1.670,72 717,032

Moa 5.440,75 851,253

Leti 4.055,70 838,607

Kisar 16.104,62 888,249

Ilwaki 1.894,20 270,486

Upisera 707,42 290,305

Kupang 2.321,89 3.630,87

Sumber; Hasil Analisa

Dari hasil proyeksi diatas diketahui rasio tingkat pertumbuhan untuk rata-rata tingkat pertumbuhan penumpang tertinggi berada pada pelabuhan Kisar (1,085), terendah berada pada pelabuhan Ambon (0,931), sedangkan untuk rata-rata tingkat pertumbuhan barang tertinggi berada pada pelabuhan Wulur (1,110), terendah berada pada pelabuhan Ambon (1,073) per tahun.

4. Analisis Tipe dan Kapasitas Armada (2021)

a. Analisis Demand

Sesuai dengan demand yang ditentukan sesuai hasil proyeksi untuk tahun 2021

Dari hasil analisa tersebut diketahui kondisi supply yang ada sudah tidak mampu memenuhi demand sesuai hasil proyeksi untuk tahun 2021.

b. Berdasarkan Waktu Rencana

Adapun penentuan penambahan armada sesuai kapasitas muatan yang diangkut dikategorikan berdasarkan waktu/orde rencana di tiap-tiap pelabuhan singgah dengan asumsi kapasitas armada dan total rond trip yang dipakai

(8)

untuk proyeksi sesuai kondisi eksisting, sehingga kapasitas muatan yang dimiliki oleh armada yang beroperasi didapat dengan perhitungan sebagai berikut :

- Untuk penumpang (400 x 15 = 6000) - Jumlah penumpang yang dapat diangkut per

tahun (6000 orang).

- Untuk barang ( 50 x 15 = 750)

- Jumlah barang yang dapat diangkut per tahun

(750 ton/m3)

Berdasarkan nilai tersebut dapat diketahui kapan dibutuhkan tambahan armada berdasarkan selisih muatan terpasang dan realisasi yang dapat dilihat pada table 8 sebagai berikut.

Tabel 8. Offer Load Muatan Per Kurun Waktu Rencana Tiap Model Plbhn Butuhkan

(Tahun)

Pnmpng Barang

Ambon 2012-2021 

Bebar

Wulur

Tepa 2019-2021  

Lelang

Lakor

Moa 2020-2021 

Leti 2020-2021 

Kisar 2012-2021  

Ilwaki

Upisera

Kupang 2012-2021 

Sumber; Hasil Analisa

Pemilihan tipe dan kapasitas armada berikut ini didasari oleh beberapa faktor diantaranya;

- Arus penumpang dan barang - Kapasitas Terpasang armada

- Waktu operasional per tahun (jumlah trip)

Maksimum jumlah barang yang diangkut tiap tahunnya serta load factor yang dihasilkan menjadi dasar dalam membandingkan kinerja yang diperoleh tiap tipe/kapasitas armada yang diusulkan guna mendapat hasil yang optimal. Adapun pilihan tipe dan kapasitas kapal yang dihasilkan dengan asumsi waktu sandar tiap pelabuhan 5 jam, data jumlah pergerakan yang dipakai adalah hasil proyeksi 2021 serta waktu efektif operasional tiap tahun 353 hari.

Tabel 9. Pemilihan tipe dan kapasitas armada perintis

Tipe Kpstas (Org)

Kecptn (Knot)

Round trip

diangkut /Thn (Org)

Ramalan Pnpng

(Org) LF (%) Eksisting Trayek A+B

Cargo-psnngr 400 10 15,37 6.146 53.313 867,42

Hanya Trayek B

Cargo-psnngr 400 10 28,74 11.496 53.313 463,72

Cargo-psnngr 1000 18 44,59 44.593 53.313 119,55

Cargo-psnngr 2000 22 44,57 89.153 53.313 59,79

Cargo-psnngr 3000 22 44,57 133.729 53.313 39,87

Sumber; Hasil Analisa

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut serta mengacu pada efesiensi dan efektifitas operasional maka terpilih armada kapal perintis tipe 2000 yang menghasilkan rata-rata 44 round trip/tahun dan load factor 59,79%, sehingga tambahan armada tipe ini hanya di operasikan pada trayek B (kabupaten Maluku Barat Daya) dan armada yang lama hanya akan melayani trayek A (kabupaten Maluku Tenggara Barat).

c. Kinerja Operasional Rute Baru

Sumber : Hasil analisis

Gambar 2. Peta Rute Pelayaran

Berdasarkan alternatif tipe dan kapasitas armada yang dihasilkan serta spesifikasi teknis lain yang dimiliki seperti kecepatan maksimum berlayar dan usulan operasional hanya pada trayek B (kab. MBD), maka dapat diketahui kinerja operasional penugasan kapal yang dapat dilihat pada tabel 10.

(9)

Tabel 10. Kinerja operasional rute baru

Kesimpulan yang diperoleh setelah melakukan analisa proyeksi/peramalan dengan menggunakan proyeksi trend linier dengan menggunakan data bangkitan pergerakan dalam

menetukan kebutuhan armada guna

meningkatkan kinerja operasional pelayaran perintis adalah:

1. Pola pergerakan penumpang di kabupaten Maluku Barat Daya umumnya mengikuti pola aktivitas penduduk dibidang ekonomi, pemerintahan dan interaksi sosial termasuk aspek pergerakan berdasarkan sarana dan prasarana yang mendukung, yakni terpusat pada pusat-pusat pemerintahan (kota

propinsi, kota kabupaten, Kota

Kecamatan), ekonomi (Ambon dan

Kupang), dan pusat pendidikan (Ambon). Sedangakan untuk pola pergerakan barang umumnya mengikuti pola pergerakan alat angkut dengan pusat bangkitan pergerakan pelabuhan Kupang dan pelabuhan Ambon. Jadi sebaran pergerakan penumpang dan barang terbesar pada hinterland wilayah Maluku Barat Daya adalah pada Pulau Kisar, Pulau Tepa dan Pulau Moa.

2. Berdasarkan proyeksi, pergerakan

penumpang dan bongkar muat barang menunjukan rata-rata rasio tingkat pertumbuhan penumpang 1,10 dan rata-rata tingkat pertumbuhan barang 1,25 per tahun, sedangkan total round trip yang dihasilkan mengalami peningkatan serta jarak tempuh atau berlayar menjadi lebih singkat bila dibandingkan dengan kondisi eksisting (lihat tabel 3.8). Dengan demikian sesuai pemodelan dan pemilihan

rute maka dibutuhkan tambahan 1 unit kapal perintis tipe cargo-pasengger dengan kapasitas 2000 penumpang yang melayani trayek Ambon – MBD, sehingga armada lama (KM. Sabuk Nusantara 31) hanya melayani rute A pada trayek eksis. dengan pertimbangan hasil produksi sumber daya alam didominasi komoditas pertanian, peternakan dan perikanan sehingga membutuhkan ruang yang cukup untuk mengangkut barang selain penumpang agar distribusi barang dapat dimaksimalkan.

3. Bertambahnya kapasitas muat serta

kecepatan mempengaruhi peningkatan proses distribusi penumpang maupun barang serta waktuberlayar sehingga dapat dicapai tingkat efesiensi dari segi total biaya operasional.

4. Dengan hasil analisis yang diperoleh dari penelitian ini diketahui type, jumlah dan kapasitas armada yang optimal sesuai rencana waktu kebutuhan, sehingga kedepannya dapat memberikan konstribusi positif berupa bahan pertimbangan dan

masukan dalam rangka proses

pengembangan jaringan transportasi di wilayah kabupaten Maluku Barat Daya (MBD), serta dapat dijadikan referensi bagi study sejenis atau pengembangan penulisan ini selanjutnya.

Saran

1. Untuk lebih meningkatkan tingkat

optimalisasi kinerja system distribusi jaringan transportasi laut perlu dilakukan analisa lanjut menyangkut trayek yang ada

dengan melakukan pemodelan atau

penataan trayek guna mendapatkan trayek atau rute yang lebih optimal berdasarkan karakteristik wilayah, pola pergerakan serta kontribusi pada tiap pelabuhan yang ada.

(10)

3. Perlunya koordinasi dan pengawasan rutin oleh pihak terkait dalam mengontrol harga tiket penumpang serta biaya bongkar-muat barang guna mengantisipasi pungutan liar dengan mengacu pada ketentuan KM. 26

tahun 2008, pengawasan terhadap

pemuatan yang seringkali melampaui batas kapasitas terpasang kapal, serta pengawasan rutin terhadap kelengkapan peralatan navigasi kapal mengingat trayek bersangkutan memiliki jarak yang cukup panjang sekaligus berbatasan dengan negara tetangga Timor Leste dan Australia sebagai zona pelayaran internasional.

4. Kepada Pemerintah Daerah Propinsi

Maluku umumnya serta Pemerintah

Daerah Kabupaten Maluku Barat Daya perlu ada perhatian khusus berupa peningkatan sumber daya alam maupun manusia, pembangunan infrastruktur, pelatihan ketrampilan dan keahlian masyarakat serta memberikan peluang investasi bagi investor di segala bidang guna dapat merangsang pertumbuhan ekonomi lewat pemanfaatan hasil alam dan eksploitasi hasil bumi berupa tambang dan sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA

Administrasi Pelabuhan. 2011. Laporan Voyage KM. Sabuk Nusantara 31.Ambon : Dinas Perhubungan.

Badan Pusat Statistik. 2010. Kabupaten Dalam Angka. Kabupaten Maluku Barat Daya. Badan Pusat Statistik.

Benjamin, Gaspersz. 2005. Pemodelan

Transportasi Laut Di Propinsi Maluku, Surabaya : Fakultas Teknologi Kelautan ITS.

Jinca, M. Yamin. (2011). Transportasi Laut Indonesia, Surabaya : Brilian Internasional.

Lodewyk M. Kelwulan. 2009. Strategi

Pengembangan Sistem Transportasi Antar Pulau di Kabupaten Maluku Barat Daya (MBD) Guna Menunjang Konsep Trans Maluku. Fakultas Teknologi Kelautan. ITS.

Makridakis. 2000. Metode dan Aplikasi Peramalan Edisi Revisi. Jakarta : Interaksara.

Nasution, M.N.2008. Manajemen Transportasi - Edisi Ketiga, Bogor : Ghalia Ilmu. Saut Gurning. (2006). Analisa Konsep Trans -

Maluku Sebagai Pola Jaringan Transportasi Laut Di Propinsi Maluku, Surabaya : Fakultas Teknologi Kelautan ITS

Tamin, O.Z. 2000. Perencanaan dan Pemodelan Transportasi Edisi ke-2, Bandung: ITB .

Tataran Transportasi Lokal (TATRALOK). Kabupaten Maluku Barat Daya. Dinas Perhubungan.

Gambar

Gambar 1. Bagan alir metode penelitian
Gambar 2. Peta himpunan gugus pulau Maluku Barat Daya
Tabel 1. Data spesifikasi kapal
Tabel 3. Rata-rata Pemuatan Penumpang Dan Barang (Thn.2006-2011)
+5

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan aktivitas dan hasil belajar matematika pada siswa kelas VII dengan menggunakan strategi pembelajaran Role

Derah persiapan adalah bagian dari satu atau lebih daerah yang bersanding yang dipersiapkan untuk dibentuk menjadi daerah baru.. 5) Batas usia minimal daerah provinsi,

Hasil dalam penelitian ini adalah pertama, agama Islam sampai di Patani pada adad ke 10 atau ke 11 Masihi di bawa oleh pedagang-pedagang arab dan Hindustan

Tabel3. Hasil Kalibrasi Detektor Tipe NE 2642A dan NE 2641A dengan jarak yang bervariasi pada jarak detektor standar ke fokus sumber radiasi 150 cm... Prosiding Presentasi llmiah

   Paragraf 2 Susunan Organisasi  Pasal 40 (1)  Susunan Organisasi UPTD  Panti Sosial Tresna Werdha Meci Angi Bima, terdiri dari : a.  Kepala UPTD;

Guna untuk memperdalam peneliti menyelesaikan skripsi yang berjudul metode linguistic Al – Alusi dalam menafsirkan ayat – ayat surat Ali Imran.

Apakah Bapak/Ibu selalu menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan waktu. yang telah

siswa juga terlihat lebih bisa kooperatif saat presentasi hasil kerja kelompok yang. dilakukan